Anda di halaman 1dari 37

ANESTESI PADA CAESAR SECTION DAN

HYSTERECTOMY
NURUL SYAFITRAH / N 111 15 032
PEMBIMBING : dr.Sofyan Bulango, Sp.AN
BAB I
PENDAHULUAN
• Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan
meliputi pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita yang mengalami
pembedahan, pemberian bantuan hidup dasar, pengobatan intensif pasien gawat,
terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun.

• Anestesi spinal bertujuan utama memblok saraf sensoris untuk menghilangkan


sensasi nyeri. Namun anestesi spinal juga memblok saraf motorik sehingga
mengakibatkan paresis/paralisis di miotom yang selevel dengan dermatom yang
diblok.

• Pemberian Anastesi pada Seksio sesarea memerlukan beberapa pertimbangan,


tidak seperti pembedahan pada umumnya. Ahli anastesi secara bersamaan harus
memberikan obat yang aman terhadap 2 individu yaitu ibu dan anak sekaligus.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
FISIOLOGI KEHAMILAN

Sistem
pernapasan

Transfer obat dari


Sistem
ibu ke janin melalui
kardiovaskular
sirkulasi plasenta

Sistem
Sistem saraf pusat
gastrointestinal
Teknik Anestesi

Prinsip teknik anestesi harus memenuhi kriteria:


• Sifat anelgesi yang cukup kuat
• Tidak menyebabkan trauma psikis terhadap ibu
• Toksisitas rendah aman terhadap ibu dan bayi
• Tidak mendepresi janin
• Relaksasi otot tercapai tanpa relaksasi rahim
Anastesi Spinal
• Definisi
Anestesi spinal adalah
pemberian obat ke dalam • Indikasi
ruang subarachnoid. Anestesi Untuk pembedahan, daerah
spinal diperoleh dengan cara tubuh yang dipersyarafi cabang
menyuntikkan anestetik lokal T4 kebawah (daerah papila
ke dalam ruang subarachnoid. mamae kebawah ). Dengan
Anestesi spinal (anestesi durasi operasi yang tidak terlalu
subaraknoid) disebut juga lama, maksimal 2-3 jam.
sebagai analgesi/blok spinal
intradural atau blok intratekal.
Kontraindikasi
Kontra indikasi absolut : Kontra indikasi relatif :
• Infeksi pada tempat suntikan • Infeksi
• Hipovolemia berat karena • Infeksi sekitar tempat
dehidrasi, perdarahan, muntah • Kelainan
ataupun diare • Kelainan psikis
• Koagulapatia atau mendapat • Bedah lama : Masa kerja obat
terapi koagulan. anestesi local adalah kurang
• Tekanan intrakranial lebih 90-120 menit
meningkat • Penyakit jantung
• Fasilitas resusitasi dan obat- • Hipovolemia ringan
obatan yang minim
• Kurang pengalaman tanpa • Nyeri punggung kronik
didampingi konsulen anestesi
• Pasien menolak.
TERAPI CAIRAN
• Banyaknya cairan yang harus diberikan per infus disesuaikan
dengan banyaknya cairan yang hilang. Terapi cairan intravena
terdiri dari cairan kristaloid, koloid, atau suatu kombinasi
kedua-duanya.
• Terapi cairan dimaksudkan untuk maintenence, mengganti
cairan yang hilang pada waktu puasa, pada waktu
pembedahan (translokasi), adanya perdarahan dan oleh
sebab-sebab lain.
Kebutuhan cairan maintenance

berat badan kebutuhan

10 kg pertama 4 ml/kg/jam

10-20 kg kedua 2 ml/kg/jam

masing-masing kg > 20 kg 1 ml/kg/jam


• Cairan pengganti puasa
Pasien yang akan dioperasi setelah semalam puasa tanpa
intake cairan akan menyebabkan defisit cairan sebanding
dengan lamanya puasa. Defisit ini dapat diperkirakan dengan
mengalikan normal maintenance dengan lamanya puasa
Cairan pengganti Operasi

Cairan yang dapat digunakan sebagai cairan maintenance adalah cairan


kristaloid (asering, RL) dengan perhitungan perbandingan 3:1,
sedangkan cairan maintenance yang kedua adalah koloid dengan
perbandingan 1:1.
Estimasi volume darah dan estimasi
kehilangan darah

• EBV (Estimate Blood Volume) pada


pasien : EBV = 75 ml/kg x BB kg

Klasifikasi Perdarahan

Menentukan jumlah perdarahan yang hilang ketika operasi sangat penting,


karena hal tersebut dapat menentukan seberapa banyak cairan yang kita berikan
baik berupa kristaloid, koloid ataupun transfusi darah.
BAB III LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. E
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Usia : 36 Tahun
• Berat Badan : 66 kg
• Agama : Kristen
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Alamat : jl. Adam malik
• Tanggal Operasi : 21 maret 2017
• Diagnosa Pra Bedah : G4P2A1+gravid aterm+calon akseptor kontap
• Jenis Pembedahan : Seksio sesarea+kontap
• Jenis Anestesi : Regional anesthesia dan General Anesthesia
ANAMNESIS
Keluhan utama : Riwayat penyakit sekarang :

• nyeri perut bagian bawah • Pasien masuk kiriman dari poli KIA
dengan membawa pengantar
dengan G4P2A1 gravid aterm + calon
akseptor kontap. Pasien mengeluh
nyeri perut bagian bawah tembus
belakang, pelepasan dari jalan lahir
air (-), darah (-), lender (-). Tidak ada
keluhan demam, sakit kepala,
pusing, mual, muntah, batuk dan
sesak. Buang air besar biasa dan
buang air kecil lancar.
Riwayat penyakit dahulu:
• Riwayat asma (-)
• Riwayat penyakit jantung (-)
• Riwayat penyakit diabetes melitus (-)
• Riwayat alergi makanan (-) dan obat (-)
• Riwayat operasi (+) SC anak pertama 2008 dan anak kedua
2012.

Riwayat penyakit keluarga:


• Riwayat penyakit paru (-)
• Riwayat penyakit jantung (-)
• Riwayat penyakit diabetes melitus (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Tekanan darah Nadi
120/70 mmHg 82kali/menit

Skor VAS 5-6

Suhu Pernafasan
36,2 C 20 kali/menit
• B1 ( Breath) : Airway paten, nafas spontan, reguler, simetris, RR
20x/m, pernapasan cuping hidung (-), snorig (-), stridor (-), buka
mulut 3 jari, Mallampati score class I. Auskultasi : Suara napas
bronkovesiculer, rhonki (-/-), wheezing (-/-). Gigi palsu (-), gigi
ompong (-)
• B2 (Blood) : Akral hangat, nadi reguler kuat angkat 82x/m, CRT 2”,
S1-S2 reguler, murmur (-) gallop (-)
• B3 ( Brain) : Compes mentis, GCS E4M6V5, refleks cahaya +/+
• B4 (Bladder) : BAK (+)
• B5 (Bowel) : membesar asimetris, peristaltik (+), mual (-), muntah (-
)
• B6 (Bone) : Nyeri (-), krepitasi (-) morbilitas (-), ekstremitas
deformitas (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Parameter Hasil Satuan Range Normal


RBC 4,14 106/mm3 3,80-5,80
Hemoglobin (Hb) 11,5 g/dL 11,5-16,0
Hematokrit 35,0 % 37,0-47,0
PLT 186 103/mm3 150-500
WBC 12,5 103/mm3 4,0-10,0
CT 7’30’’ Menit 4-10
BT 3’30’’ Menit 1-5

HbsAg Non Reaktif Non Reaktif


DIAGNOSIS
G4P2A1 gravid aterm + calon akseptor kontap
PENATALAKSANAAN
Rencana operasi : Sectio caesaria+kontap
Di Ruangan :
• KIE (+), surat persetujuan tindakan operasi (+), surat
persetujuan tindakan anestesi (+), site mark (+)
• Puasa: 8 jam preoperasi
• Persiapan whoole blood (+) 2 bag
• IVFD RL 500 cc
KESIMPULAN
• Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka:
• Diagnosis Preoperatif : G4P2A1 gravid aterm + kontap
• Status Operatif : PS ASA II, skor Mallampati 1
• Jenis Operasi : SC + kontap
• Jenis Anastesi : Regional anestesi
INTRAOPERATIF
Diagnosis pra bedah : G4P2A1 gravid aterm + calon akseptor kontap
Diagnosis pasca bedah : P3A1 post SC+ hysterectomy+rupture buli-buli

Penatalaksanaan anestesi
• Jenis anestesi : Regional Anestesi dilanjutkan anestesi umum
• Jenis anestesi : Regional Anestesi dan general anestesi
• Lama anestesi : 09.30 – 14.15 (4 jam 45 menit)
• Lama operasi : 09.45 – 14.00 (4 jam 15 menit)
• Anestesiologi : dr. Sofyan Bulango, Sp.An
• Ahli Bedah : dr. Daniel, Sp.OG dan dr. Alfreth Langitan, Sp.B
• Posisi : Supine
• Infus : 2 line di tangan kiri dan kanan
• Teknik anastesi : Sub Arachnoid Block (SAB)
• Premedikasi : Ondansentron 4 mg, Midazolam 5 mg, Fentanyl 40mcg
• Induksi : Bupivacaine 5 mg dan propofol 100mg
• Medikasi tambahan : Ephedrin 30 mg dan Ketamin 10 mg, Ketorolac 30 mg,
Petidin 50 mg
• Relaksasi : tramus 25 mg
• Maintanance : O2 2-5 lpm, sevofluran 1,5-2%
• Respirasi : Pernapasan spontan
• Posisi : Supinasi
• Cairan durante operasi : RL2000 ml + Nacl 300ml + Hes 1000ml + WB 1050 ml
Pemantauan tanda vital intraoperatif
160

140

120

100

80 diastol
sistol
60

40

20

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270
Estimasi volume darah dan estimasi kehilangan darah
• BB : 66 kg
• EBV : 65 cc/kg BB x 66 kg = 4290 ml
• Jumlah perdarahan : ± 3000 ml
• % perdarahan : 3000/4290 x 100% = 69,93 %
Cairan yang masuk
• Preoperatif : Kristaloid RL 500 ml
• Durante operatif :
– RL 2000 ml
– HES 1000ml
– Nacl 300 ml
– WB 350 + 350 + 350 ml
Cairan yang keluar
• Urin ± 250 ml
• Perdarahan ± 3000ml
Perhitungan cairan
• Input yang diperlukan selama operasi :
• Cairan maintanance (M) : (4x10) + (2x10) + (1x46) =
106ml/jam
• Cairan defisit pengganti puasa (P) : lama puasa x maintenance
= 8 x 106 = 848 ml – 500 ml (cairan yang masuk saat puasa) =
348 ml
• Stress operasi berat : 8 cc x 66 kg = 528ml
• Cairan defisit urin = 250 ml
• Cairan defisit darah = 3000 ml
Perhitungan cairan pengganti darah :
• Transfusi + 3x cairan kristaloid = volume perdarahan
1050 cc + 3x = 3000 cc
3x = 3000 cc – 1050 cc
x = 1950 cc x 3
x = 5850 cc

Untuk mengganti kehilangan darah 3000 cc diperlukan 5850


cc cairan kristaloid dan 1050 cc transfusi darah.
POST OPERATIF
Pemantauan di Recovery Room :
– Tensi, nadi, pernapasan, aktivitas motorik.
– Beri O2 3L/menit nasal canul.
– Berikan antibiotik profilaksis, antiemetic, H2
reseptor bloker dan analgetik
– Bila Aldrette Score ≥8 boleh pindah ruangan.
– Bila mual (-), muntah (-), peristaltik usus (+), boleh
makan dan minum sedikit – sedikit.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien Ny. E, 37 tahun masuk ke ruang operasi untuk
menjalani tindakan operasi SCTP + kontap dengan diagnosis
preoperatif G4P2A1 gravid aterm. Persiapan operasi dilakukan pada
tanggal 21 maret 2017. Dari anamnesis Pasien masuk kiriman dari poli
KIA dengan membawa pengantar dengan G4P2A1 gravid aterm + calon
akseptor kontap. Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah tembus
belakang, pelepasan dari jalan lahir air (-), darah (-), lender (-). Tidak
ada keluhan demam, sakit kepala, pusing, mual, muntah, batuk dan
sesak. Buang air besar biasa dan buang air kecil lancar. Pemeriksaan
fisik dari tanda vital didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg; nadi 82
kali/menit; respirasi 20kali/menit; suhu 36,2OC. Dari pemeriksaan
laboratorium hematologi : WB 12,5x 103/mm3 dan HbsAg non-reaktif.
Klasifikasi ASA mulai diperkenalkan pada tahun 1960-an oleh American
Society of Anesthesiologist sebagai deskripsi yang mudah yang
menunjukkan status fisik pasien yang berhubungan dengan indikasi
apakah tindakan bedah harus dilakukan segera/cito atau elektif.
Dengan keadaan tersebut di atas, pasien termasuk dalam kategori
PS ASA II.

Sebelum dilakukannya anestesi pasien ini, dilakukan pemberian cairan


menggunakan kristaloid Ringer laktat 500 cc. Salah satu persiapan
yang dilakukan adalah pemberian cairan secara cepat. Tujuan
dilakukannya pemberian cairan ini adalah untuk meminimalisir efek
samping dari anestesi spinal berupa hipotensi akibat blokade
simpatis dengan cara menambah volume intravaskuler.
• Dilakukan premedikasi injeksi Ondansentron 4 mg dan
Fentanyl 40 mcg. Tujuan dilakukannya premedikasi yaitu
untuk mengurangi kecemasan, mendapatkan analgetik dan
amnesti.
• Pemberian sedacum (midazolam) pada kasus ini sebagai
premedikasi untuk efek sedatif. Obat ini memiliki efek sedatif.
• Anestesi spinal bertujuan utama memblok saraf sensoris
untuk menghilangkan sensasi nyeri. Hipotensi adalah efek
samping yang paling sering terjadi pada anestesi spinal,
dengan insidensi 38% dengan penyebab utama adalah
blokade saraf simpatis.
• Proses persalinan dengan cara sectio caesarea dapat menggunakan
anestesi umum dan regional. Anestesi spinal merupakan teknik
anestesi yang aman, obat anestesi spinal yang sering dipakai adalah
bupivakain
• Pada pasien ini hipotensi ditangani dengan pemberian ephedrine
secara intravena yang merupakan vasopresor yang biasanya
digunakan selama anestesia untuk melawan penurunan tekanan
darah arterial dan denyut jantung setelah anestesi spinal dan
epidural.
• Selama operasi berlangsung tekanan darah pasien mengalami
penurunan yang diakibatkan oleh perdarahan yang banyak,
sedangkan perdarahan merupakan kontraindikasi
dilakukannya dilakukannya anestesi spinal sehingga pada
operasi ini dilanjutkan dengan anestesi umum.
• Induksi pada pasien ini dilakukan dengan anestesi intravena
yaitu Propofol 100 mg I.V (dosis induksi 2-2,5mg/kgBB) karena
memiliki efek induksi yang cepat, dengan distribusi dan
eliminasi yang cepat serta propofol dapat menghambat
transmisi neuron yang hancur oleh GABA.
• Pemberian Atracurium bromide sebagai pelemas otot
untuk mempermudah pemasangan Endotracheal Tube.
• Penggunaan sevofluran disini dipilih karena sevofluran
mempunyai efek induksi dan pulih dari anestesi lebih
cepat dibanding dengan gas lain, dan baunya pun lebih
harum dan tidak merangsang jalan napas sehingga
digemari untuk induksi anestesi dibanding gas lain
(halotan). Efek terhadap kardiovaskular pun relatif stabil
dan jarang menyebabkan aritmia.
• Ketorolac (berisi 30 mg/ml ketorolac tromethamine)
sebanyak 1 ampul (1 ml) disuntikan iv. Ketorolak
merupakan nonsteroid anti inflamasi (AINS) yang bekerja
menghambat sintesis prostaglandin sehingga dapat
menghilan
• Pemberian petidin (golongan opioid) dapat digunakan
untuk mengatasi keluhan menggigil pada pasien. Petidin
merupakan agonis opioid sintetik yang bekerja pada
reseptor opioid μ (mu) dan κ (kappa). Petidin mempunyai
efek untuk mengatasi menggigil melalui reseptor κ. gkan
rasa nyeri/analgetik efek.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai