Disusun Oleh
Kelompok 4:
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Ibu Lailil Fatkuritah,S.Kep.,Ns.,MSN. pada mata kuliah Keperawatan Anak.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan penulis. Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Jember,
Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lupus Eritematosus Sistemik merupakan kondisi inflamasi yang
berhubungan dengan sistem imunologi yang dapat menyebabkan
kerusakan multi organ. Lupus Eritematosus didefinisikan sebagai
gangguan autoimun, dimana sistem tubuh menyerang jaringannya sendiri.
SLE tergolong penyakit kolagen - vaskular yaitu suatu kelompok penyakit
yang melibatkan sistem muskuloskeletal, kulit, dan pembuluh darah yang
mempunyai banyak manifestasi klinik sehingga diperlukan pengobatan
yang kompleks. Tingkat SLE sangat bervariasi antar negara, etnis, usia,
gender, dan perubahan dari waktu ke waktu. Penyakit ini terjadi sembilan
kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria, terutama pada wanita di
usia melahirkan anak tahun 15 sampai 35.
Etiologi LES masih belum jelas, namun telah terbukti bahwa LES
merupakan interaksi antara faktor genetik (disregulasi imun, hormon) dan
lingkungan (sinar UVB, obat), yang berakibat pada terbentuk limfosit T
dan B autoreaktif yang persisten.8 Diagnosis LES pada anak ditegakkan
dengan terpenuhinya paling sedikit 4 dari 11 kriteria klasifikasi yang
dibuat oleh American College of Rheumatology 1982, dengan sensitivitas
96% dan spesifisitas 100%.3 Demam intermiten atau menetap, lelah, berat
badan turun, dan anoreksia merupakan gejala LES yang aktif. Kelainan
dapat terjadi pada mukokutan (ruam malar, lesi diskoid, aloplesia, ulserasi
mukosa mulut/ nasal), muskuloskeletal (artralgia, artritis), ginjal
(hematuria, proteinuria, hipertensi), susunan saraf pusat/SSP (kejang,
psikosis, halusinasi), jantung (perikarditis), pare (pleuritic), sindrom,
antifosfolipid (tromboemboli), vaskulitis, mata (mata kering), dan
gastrointestinal (mual, hepatitis) (Sudewi et al., 2016).
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Menganalisis faktor resiko kejadian lupus pada anak dan mengetahui
asuhan keperawatan anak pada SLE.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisis SLE pada anak
2. Menganalisis asuhan keperawatan anak penderita SLE
3. Menganalisis terjadinya SLE pada anak
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah radang kronis yang disebabkan
oleh penyakit autoimun atau yang disebut dengan kekebalan tubuh pada
saat sistem pertahanan tubuh yang tidak normal melawan jaringan tubuh
sendiri. Antara jaringan tubuh dan organ yang dapat terkena adalah seperti
kulit, jantung, paru-paru, ginjal, sendi, dan sistem saraf. Lupus
eritematosus sistemik (SLE) merupakan suatu penyakit atuoimun yang
kronik dan menyerang berbagai system dalam tubuh. (Udayana, 2017)
Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang
menyerang banyak sistem dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa
akut atau kronis, dan disertai adanya antibodi yang menyerang tubuhnya
sendiri Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit
autoimun multisystem dengan manifestasi dan sifat yang sangat berubah –
ubah, penuakit ini terutama menyerang kulitr, ginjal, membrane serosa,
sendi, dan jantung.
2.2 Etiologi
SLE disebabkan oleh interaksi antara kerentanan gen (termasuk alel HLA-
DRB1,IRF5, STAT4, HLA-A1, DR3, dan B8), pengaruh hormonal, dan
faktor lingkungan. Interaksi ketiga faktor ini akan menyebabkan terjadinya
respon imunyang abnormal(Muthusamy, 2017).
2.3 Patofisiologi
Patogenesis SLE terdiri dari tiga fase, yaitu fase inisiasi, fase propagasi,
dan fase puncak(flares). Inisiasi lupus dimulai dari kejadian yang
menginisiasi kematian sel secara apoptosis dalam konteks proimun.
Kejadian ini disebabkan oleh berbagai agen yang sebenarnya merupakan
pajanan yang cukup sering ditemukan pada manusia, namun dapat
menginisiasi penyakit karena kerentanan yang dimiliki oleh pasien SLE.
Fase profagase ditandai dengan aktivitas autoantibodi dalam menyebabkan
cedera jaringan. Autoantibodi pada lupus dapat menyebabkann 6 cedera
jaringan dengan cara:
1. pembentukan dan generasi kompleks imun,
2. berikatan dengan molekul ekstrasel pada organ target dan
mengaktivasi fungsi efektor inflamasi di tempat tersebut, dan
3. secara langsung menginduksi kematian sel dengan ligasi molekul
permukaan atau penetrasi ke sel hidup.
Fase puncak merefleksikan memori imunologis, muncul sebagai respon
untuk melawan sistem imun dengan antigen yang pertama muncul.
Apoptosis tidak hanya terjadi selama pembentukan dan homeostatis sel
namun juga pada berbagai penyakit, termasuk SLE. Berbagai stimulus
dapat memprovokasi puncak penyakit.(Muthusamy, 2017).
2.4 Tanda dan Gejala
Gejala klinis yang mungkin muncul pada pasein SLE yaitu:
a. Wanita muda dengan keterlibatan dua organ atau lebih.
b. Gejala konstitusional: kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan
penurunan berat badan
c. Muskuloskeletal: artritis, artralgia, myositis
d. Kulit: ruam kupu-kupu (butter• ly atau malar rash), fotosensitivitas, lesi
membrane mukosa, alopesia, fenomena Raynaud, purpura, urtikaria,
vaskulitis.
e. Ginjal: hematuria, proteinuria, silinderuria, sindroma nefrotik
f. Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri abdomen
g. Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal,lesi parenkhim paru.
h. Jantung: perikarditis, endokarditis, miokarditis
i. Retikulo-endotel: organomegali (limfadenopati, splenomegali,
hepatomegali) j. Hematologi: anemia, leukopenia, dan trombositopenia
k. Neuropsikiatri: psikosis, kejang, sindroma otak organik, mielitis
transversus, gangguan kognitif neuropati kranial dan perifer.
Kecurigaan terhadap adanya SLE jika terdapat dua atau lebih tanda gejala
diatas.
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
5. Kimia darah
albumin, globulin, kolesterol 21
6. Pemeriksaan khusus
sel LE komplemen darah (C3, C4, CH50) C-reaktif protein (CRP)
Antibodi anti ds-DNA Uji coombs Uji serologi sifilis Serum
imunoglobulin, terutama Ig Gkrioglobulin
7. Biopsi ginjal
Bila memungkinkan dapat diperiksa anti Ro, anti Sm, dan anti kardiolipin
(anti fosfolipid).
2.6 Penatalaksanaan Medis
BAB III
PATHWAY
BAB IV
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
Pasien An. Z usia 6thn datang ke RS Bhayangkara bersama denga
orangtua pukul 09.00 pagi, ibu pasien mengatakan terdapat ruam merah di
sekitar wajah dan tubuh pasien, pasien tidak berhenti menangis karena
nyeri jika ruam di tekan, ibu pasien mengatakan bahwa berat badan pasien
menurun BB awal 15 kg setelah megalami penurunan menjadi BB 13kg,
demam37,5C, terdapat sariawan di mulut pasien tampak pucat, lemas dan
lemah.
Edukasi
4. Anjurkan menggunakan
pelembab
5. Anjurkan minum air
yang cukup
6. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
7. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
8. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
9. Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal
30 saat berada di luar
rumah
10. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
2. Nyeri Akut Tingkat Nyeri L.08066 Manajemen Nyeri I.08238
D.0077 Indikator SA ST Observasi
Keluhan 2 4 1. Identifikasi lokasi,
Nyeri karakteristik, durasi,
Meringis 2 4 frekuensi, kualitas,
Gelisah 2 4 Intensitas nyeri .
Nafsu 2 4 2. Identifikasi skala nyeri
Makan 3. Identifikasi respons
nyeri non verbal
4. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
5. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
6. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
Edukasi
7. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
8. Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu
3. Defisit Nutrisi Status Nutrisi L.03030 Manajemen Nutrisi
D.0019 I.03119
Indikator SA ST Observasi
Pengetahu 4 2 1. Identifikasi status nutrisi
an tentang 2. Identifikasi alergi dan
standar intoleransi makanan
asupan 3. Identifikasi makanan
Nutrisi yang disukai
yang tepat 4. Identifikasi kebutuhan
Sariawan 2 4 kalori dan jenis nutrien
Nafsu 2 4 5. Monitor berat badan
Makan
Terapeutik
6. Fasilitasi menentukan
pedoman diet
7. Berikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
8. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
9. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
10. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi
11. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
12. Kolaborasi
13. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan,jika perlu
BAB I
LATAR BELAKANG