Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN Ny.

T PADA PENDERITA SLE

(SISTEMIK LUPUS ERYTHEMMATOSUS) DI RUANG MULTAZAM

RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

DISUSUN OLEH:

ISNAENI UMU MAHIYATI

2021010043

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga laporan
pendahuluan ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar laporan pendahuluan ini
bisa pembaca pahami dengan baik.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun
laporan pendahuluan ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
laporan pendahuluan ini.

Kebumen, 21 November 2022

Penyusun
BAB I
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Penyakit SLE adalah gangguan auto imun multisystem yang mempengaruhi
imunitas humoral dan selular. Penyakit SLE dapat menyerang banyak system organ
sehingga awitan dan rangkaian penyakit sedikit beragam. SLE bisanya di diagnosis
setelah 5 tahun (biasanya antara usia 15 samapai 45 tahun), tetapi dapat terjadi pada
setiap usia. Rasio wanita terhadap pria untuk orang yang terkena SLE adalah 4:1 pada
masa kanak-kanak dan 9:1 pada masa remaja. SLE lebih umum terjadi pada orang non-
Klaukasiadan umumnya anak serta remaja Afrika Amerika dan Hispanik mengalami efek
yang lebih berat akibat SLE dibandingkan kelompok rasa tau etnis lain.
2.2 Klasifikasi
Penyakit SLE dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam menurut Hasdianah dkk yaitu
sebagai berikut:
1) Discoid Lupus
Lesi berbentuk lingkaran atau cakram dan ditandai oleh batas eritema yang meninggi,
skuama, sumbatan folikuler, dan telangiectasia. Lesi ini timbul di kulit kepala,
telinga, wajah lengan punggung, dan dada. Penyakit ini dapat menimbulkan
kecacatan karena lesi ini memperlihatkan atrofi dan jaringan parut di bagian
tengahnya serta hilangnya appendiks kulit secara merata.
2) Systemic Lupus Erythemmatosus (SLE)
Penyakit SLE merupakan penyakit radangan atau inflamasi multisystem yang
disebabkan oleh banyak factor dan dikarakterisasi oleh adanya gangguan disregulasi
sistem imun berupa peningkatan sistem imun dan produksi autoantibodi yang
berlebihan. Terbentuknya autoantibodi terhadap dsDNA, berbagai macam
ribonucleoprotein intraseluller, sel-sel darah dan fofolipid dapat menyebabkan
kerusakan jaringan melalui mekanisme pengaktifan komplemen.
3) Lupus yang diindikasi oleh obat
Lupus yang disebabkan oleh indikasi obat tertentu khususnya pada asetilator yang
mempunyai gen Human Leukocyte Antigen D Related (HLA DR-4) menyebabkan
asetilasi obat menjadi lambat, obat banyak terakumulasi di tubuh protein tubuh. Hal
ini direspon sebagai benda asing oleh tubuh sehingga tubuh membentuk kompleks
antibody antikulear (ANA) untuk menyerang benda asing tersebut.
2.3 Etiologi
Penyakit lupus terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan
peningktan auto antibody yang berlebihan. Gangguan imunorgulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara factor-faktor genetic, hormonal (sebagimana terbukti oleh awitan
penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan cahaya, matahari,
luka bakar termal. Sampai saat ini penyebab lupus belum diketahui. Lupus mempunyai
faktor yaitu dari genetik, infeksi, dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi. Sistem
imun tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan
tubuh sendiri. Dalam keadaan normal, sistem kekebalan tubuh berfungsi mengendalikan
pertahanan tubuh dalam melawan infeksi. Pada lupus dan penyakit autoimun lainnya,
sistem pertahanan tubuh ini berbalik menyerang tubuh, dimana antibody yang dihasilkan
menyerang sel tubuhnya sendiri.
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Kyle sebagai berikut:
1. Alopesia adalah suatu keadaan rambut rontok dengan tiba-tiba yang dimulai dengan
satu atau beberapa bekas botak melingkar yang mungkin tumpang tindih.
2. Anemia, terlalu sedikit sel darah merah sehat karena kadar zat besi terlalu sedikit
dalam tubuh.
3. Artralgia/ nyeri sendi adalah ketidaknyamanan fisik Ketika dua atau beberapa tulang
bertemu dipersendian, mulai dari ringan hingga melumpuhkan.
4. Artritis/ radang sendi adalah peradangan pada salah satu atau lebih sendi,
menyebabkan nyeri dan ketakutan yang dapat memburuk.
5. Keletihan
6. Lupus Nefritis
7. Fotosensivitas adalah kondisi kulit mengalami ruam atau kemerahan akibat reaksi
alergi yangberlebihan setelah terpapar sinar matahari.
8. Pleurisi/ radang selaput dada adalah peradangan jaringan yang melapisi paru-paru dan
rongga dada.
9. Fenomena Raynaud adalah dimana kondisi beberapa bagian tubuh merasa kaku dan
dingin saat keadaan tertentu.
10. Kejang

2.5 Patofisiologi
Pada SLE autoantibodi bereaksi dengan antigen anak untuk membentuk kompleks
imun. Kompleks imun berakumulasi dalam jaringan dan organ, menyebabkan respon
inflamasi yang mengakibatkan vasculitis. Dalam keadaan normal, makrofag yang berupa
Antigen Presenting Cell (APC) akan memperkenalkan antigen kepada sel T. Tetapi pada
penderita lupus, beberapa reseptor yang terdapat pada permukaan sel T mengalami
perubahan baik pada struktur maupun fungsinya sehingga penglihan informasi normal
tidak dapat dikenali. Hal ini menyebabkan reseptor yang telah berubah di permukaan sel
T akan salah mengenali perintah dari sel T. Faktor lingkungan yang dapat memicu
terjadinya lupus antara lain paparan sinar ultraviolet, agen infeksius seperti virus dan
bakteri, serta obat-obatan yang diminum dalam jaangka waktu tertentu diantaranya
prokainamid, klopromazin, isoniazid, fenitoin, dan penisilamin. Peningkatan hormon
dalam tubuh juga dapat memicu terjadinya SLE. Beberapa stdui menemukan korelasi
antara peningkatan risiko lupus dan tingkat estrogen yang tinggi. Estogen yang
berlebihan dengan aktivitas hormone androgen yang tidak adekuat pada laki-laki maupun
perempuan mungkin bertanggung jawab terhadap perubahan respon imun.
2.6 Tanda dan Gejala
Gejala lupus sangat beragam dan bisa berbeda pada tiap penderita. Hal ini terjadi
karena lupus bisa menyerang berbagai organ atau jaringan tubuh. Beberapa gajala yang
muncul saat seseorang mengalami lupus bisa dirasa ringan atau berat, terjadi tiba-tiba
atau bertahap, dan berlangsung sementara atau permanen. Ada beberapa gejala yang
terjadi pada penderita penyakit lupus, yaitu:
1. Sering mengalami kelelahan meski sudah cukup beristirahat.
2. Muncul ruam dari batang hidung sampai kedua pipi (butterfly rash).
3. Muncul ruam di bagian tubuh lain, seperti tangan dan pergelangan tangan.
4. Ruam kulit bertambah parah, nyeri, atau gatal, jika terpapar sinar matahari.
5. Sendi terasa nyeri, kaku, atau bengkak.
6. Demam secara tiba-tiba.
7. Mulut dan mata terasa kering.
8. Sesak nafas.
9. Nyeri dada.
10. Sakit kepala.
11. Linglung.
12. Daya ingat menurun.

Selain tanda gejala penderita lupus diatas, penderita lupus juga bisa mengalami
sebagai berikut:

1. Rambut rontok.
2. Kejang.
3. Pembengkakan pada pergelangan kaki akibat penumpukan cairan.
4. Fenomena Raynaud, yaitu jari-jari tangan dan kaki memutih atau membiru jika
terpapar hawa dingin atau saat sedang stress.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus

Pasien datang ke Rumah sakit pada tanggal 21 November 2022 dengan keluhan
nyeri pada kedua lutut sejak 6 bulan yang lalu dan memberat sejak 2 hari yang lalu. Nyeri
pada kedua lutut disertai dengan rasa kaku. Pasien mengatakan nyeri seperti di tusuk-
tusuk. Selain itu pasien juga mengatakan demam dan wajahnya menjadi bengkak sejak 2
bulan yang lalu. Pada tangan dan kaki pasien terdapat bercak-bercak kemerahan yang
tidak gatal. Rambut pasien juga mengalami kerontokan sejak 5 bulan terakhir. Pasien
mengatakan dulu pernah di rawat di RS sebelumnya dan cara klien mengatasi nyeri
dengan nyeri berkurang jika klien tidak beraktifitas. TTV, TD: 120/90mmHg, N:
105x/menit, RR: 24x/menit, S: 37,5°C, BB: 49kg, TB: 160cm.
A. Biodata
Identitas Pasien:
Nama : Ny.T
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kebumen
Pekerjaan : Petani
Penanggung Jawab:
Nama : Tn.Y
Umur : 27 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubugan dengan klien : Suami dari pasien
B. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada kedua lutut sejak 6 bulan yang lalu, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk.
C. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang ke Rumah sakit pada tanggal 21 November 2022 dengan keluhan nyeri
pada kedua lutut sejak 6 bulan yang lalu dan memberat sejak 2 hari yag lalu. Nyeri pada
kedua lutut disertai dengan rasa kaku. Pasien mengatakan nyeri seperti di tusuk-tusuk.
Selain itu pasien juga mengatakan wajahnya menjadi bengkak sejak 2 bulan yang lalu.
Pada tangan dan kaki pasien dikatakan terdapat bercak-bercak kemerahan yang tidak
gatal. Rambut pasien juga mengalami kerontokan sejak 5 bulan terakhir. Pasien
mengatakan dulu pernah di rawat di RS sebelumnya dan cara klien mengatasi nyeri
dengan nyeri berkurang jika klien tidak beraktifitas. TTV, TD: 120/90mmHg, N:
105x/menit, RR: 24x/menit, S: 37,5°C, BB: 49kg, TB: 160cm.
D. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan dulu pernah di rawat di RS sebelumnya dan cara klien mengatasi
nyeri dengan nyeri berkurang jika klien tidak beraktifitas.
E. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama seperti pasien.
F. Pengkajian Pola Fungsional Virgina Henderson
1. Bernafas dengan Normal
Sebelum sakit : pasien tidak mengalami sesak, bernafas dengan normal
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak sesak nafas, RR 24 x/menit
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : pasien biasa makan 3x1 hari , Minum 6 gelas sehari.1 gelas teh
manis dan 5 gelas air putih
Saat dikaji : pasien makan sesuai yang diberikan oleh RS tetapi tidak habis,
nafsu makan menurun, klien minum 5-6 gelas
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : pasien biasa BAB 1x perhari, BAK 5 x perhari .
Saat dikaji : pasien BAB 1 x perhari, terpasang pispot dan dibantu
keluarga. pasien BAK sehari 5 kali saat malam hari dan siang hari
4. Pola Bergerak/Beraktivitas
Sebelum sakit : pasien mengatakan bergerak bebas tanpa mengalami kelelahan
Saat dikaji : pasien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa dan hanya
berbaring ditempat tidur.
5. Pola berpakaian
Sebelum sakit : pasien biasa ganti baju 1 x sehari sehabis mandi tanpa bantuan.
Saat dikaji : pasien memakai baju dengan bantuan keluarganya.
6. Pola Istirahat/ tidur
Sebelum sakit : pasien bisa tidur lelap 6-7 jam perhari tanpa gangguan.
Saat dikaji : pasien tidur kurang 6 jam perhari dan sering terbangun
7. Pola personal hygine
Sebelum sakit : pasien biasa mandi 2 x perhari, sikat gigi 2x, Keramas 1 x dalam
3 hari tanpa bantuan.
Saat dikaji : pasien hanya diseka dan dibantu oleh keluarganya.
8. Temperatur Suhu
Sebelum sakit : pasien biasa menggunakan selimut jika kedinginan, suhu normal.
Saat dikaji : tubuh pasien teraba hangat,Suhu klien 37,50 C.
9. Rasa Aman dan nyaman
Sebelum sakit : pasien merasa nyaman ditengah – tengah keluarganya, di
lingkungan dan kondisi rumah juga membuat pasien merasa aman.
Saat dikaji : pasien kurang nyaman karena nyeri nya mengganggu.
P : Nyeri terasa saat pasien beraktivitas maupun istirahat
Q : Nyeri terasa seperti ditusuk
R : Nyeri terasa di kedua lutut
S : Skala nyeri 6
T : nyeri dirasa lebih dari 6 bulan, muncul sewaktu-waktu dengan durasi yang tidak
menentu.
10. Kebutuhan spiritual
Sebelum sakit : pasien biasa solat 5 waktu seperti biasa.
Saat dikaji : pasien tidak bisa tepat waktu dalam memenuhi kebutuhan
spiritualnya.
11. Kebutuhan bekerja
Sebelum dikaji : pasien kadang bekerja disawah dari pagi sampai sore saat sholat
pasien pulang dan istirahat sebentar.
Saat dikaji : pasien tidak bisa memenuhi kebutuhan bekerja, karena
tidak boleh bergerak terlalu lama
12. Kebutuhan bermain
Sebelum sakit : pasien hanya dirumah, kadang–kadang kerumah tetangga atau
kerumah anaknya , pasien jarang berolahraga
Saat dikaji : pasien tidak bisa memenuhi kebutuhan bermainnya karena
sakit, tidak bisa beranjak dari tempat tidurnya
13. Kebutuhan Komunikasi
Sebelum sakit : pasien bisa berkomunikasi dengan lancar menggunakan bahasa
Indonesia.
Saat dikaji : pasien bicara dengan bahasa jawa dan bahasa Indonesia lancar,
tapi agak lemah.
14. Kebutuhan Belajar
Sebelum sakit : pasien belum mengetahui tentang penyakitnya
Saat dikaji : pasien mengetahui penyakitnya.
G. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
1. Kesadaran : Composmentis
2. TTV:
TD: 190/90mmHg
Nadi: 105x/menit
Suhu: 36°C
RR: 24x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Inspeksi: Tidak ada benjolan, tidak ada lesi dikepala, rambut bersih tetapi rontok,
hitam, tidak ada ketombe.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekanan.
b. Mata
Inspeksi: Konjungtiva anemis, posisi dan kesejajaran mata normal, dilatasi pupil
normal, ada reaksi dengan cahaya, tidak memakai kacamata, fungsi penglihatan
normal.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi: Bentuk dan ukuran telinga normal, tidak ditemukan pembengkakan,
telinga dalam keadaan bersih, ketajaman pendengaran normal.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.
d. Mulut
Inspeksi: Mukosa bibir kering, rongga mulut jumlah gigi lengkap, lidah bersih.
e. Leher
Inspeksi: Bentuk normal, simetris, tidak ada pembesaran kelenjar.
f. Dada
Inspeksi: Bentuk dada normal, simetris, tidak ada retaksi dada
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
g. Ekstermitas
Ekstermitas Atas
Inspeksi: Gerak tangan antara dekstra dan sinistra seimbang, kekuatan otot kuat.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
Ekstermitas Bawah
Inspeksi: Kekuatan otot kanan kiri 2
Palpasi: Terdapat nyeri ada kedua lutut
H. Analisa Data
D Tanggal Data Fokus Problem Etiologi
X
1. 21 Ds: Nyeri Akut Inflamasi
November - Pasien mengatakan nyeri
2022 pada kedua lutut
- Nyeri dirasakan kaku
- P: Nyeri terasa saat pasien
beraktivitas maupun
beristirahat
- Q: Nyeri terasa seperti
ditusuk-tusuk
- R: Nyeri terasa dikedua
lutut.
- S: Skala nyeri 6
- T: Nyeri dirasa lebih dari 6
bulan
Do:
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak
memegangi
kedua lutut.
- TD:190/90mmHg
- Nadi: 105x/menit
- Suhu: 36°C
- RR: 24x/menit

2. 21 Ds: Resiko Imununosupresi


November - Pasien mengatakan demam Infeksi
2022 dan wajahnya menjadi
bengkak.
Do:
- Pada kaki terdapat bercak-
bercak kemerahan yang
tidak gatal.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubunga dengan inflamasi
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan imununosupresi.

J. Intervensi Keperawatan

No.dx Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1. (D.0007) Nyeri akut (L.08066) (I.08238)
berhubungan dengan Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Nyeri
inflamasi keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi
diharapkan nyeri berkurang lokasi,
dengan kriteria hasil: karakteristik,
- Keluhan nyeri durasi, frekuensi
menurun nyeri.
- Meringis menurun 2. Identifikasi skala
- Sikap protektif nyeri
menurun 3. Berikan terapi
- Kesulitan tidur nonfarmakologis
menurun untuk mengurangi
- Gelisah menurun rasa nyeri.
- Frekuensi nadi 4. Kontrol
membaik lingkungan yang
memperberat nyeri
5. Failitasi istirahat
dan tidur
6. Jelaskan
penyebab, dan
pemicu nyeri
7. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
8. Kolaborasi
pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri.
2. (D.0142) Resiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan (I.14539)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam Pencegahan Infeksi
imununosupresi diharapkan infeksi menurun 1. Monitor tanda
dengan kriteria hasil: dan gejala infeksi
- Demam menurun lokal dan sistemik
- Kemerahan menurun 2. Berikan
- Nyeri menurun perawatan kulit
pada edema
3. Jelaskan tanda
dan gelaja infeksi
4. Anjurkan
meninkatkan
asupan nutrisi
5. Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
K. Implemantasi keperawatan

No Tanggal Diagnosa Implementasi Respon


Keperawatan
1 21 (D.0007) Nyeri akut (I.08238) 1. Pasien
November berhubungan dengan Manajemen Nyeri mengatakan
2022 inflamasi 1.Mengidentifikasi nyeri dibagian
lokasi, kedua lutut
karakteristik, 2. Skala nyeri 6
durasi, frekuensi 3. Sudah
nyeri. memberikan
2.Mengidentifikasi terapi
skala nyeri nonfarmakologis
3. Memberikan 4. pasien dapat
terapi mengontrol rasa
nonfarmakologis nyeri terhadap
untuk mengurangi lingkungan.
rasa nyeri. 5. Termonitor
4. Mengkontrol dengan baik
lingkungan yang 6. sudah
memperberat nyeri diberikan obat
5. Memfailitasi analgetik
istirahat dan tidur pengurang nyeri.
6. Menjelaskan
penyebab, dan
pemicu nyeri
7. Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
8. Mengkolaborasi
pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri.
2 21 (D.0142) Resiko Pencegahan 1. Termonitor
November infeksi berhubungan Infeksi dengan baik
2022 dengan 1. Memonitor 2. Perawatan
imununosupresi tanda dan gejala kulit sudah
infeksi lokal dan dilakukan.
sistemik 3. Terdapat
2. Memberikan tanda dan gejala
perawatan kulit nyeri
pada edema 4. Sudah
3. Menjelaskan diberikan obat
tanda dan gelaja analgetik
infeksi imunisasi.
4. Menganjurkan
meninkatkan
asupan nutrisi
5. Mengkolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu

L. Evaluasi

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1. 21 (D.0007) Nyeri akut S: Pasien masih mengatakan nyeri
November berhubungan dengan - Pengkajian PQRST:
2022 inflamasi - P: Nyeri dirasakan berkurang
dan sudah bisa beraktifitas
ringan
- Q: Nyeri masih tsedikit terasa.
- R: Kedua lutut
- S: Nyeri sedang dengan skala 3
- T: Nyeri timbul
O: Keadaan umum: Baik
- TD: 120/90mmHg
- N: 105x/menit
- RR: 24x/menit
- S: 36°C
- Lingkungan sekitar pasien aman
dan nyaman.
A: Masalah nyeri akut teratasi
P: Intervensi dihentikan
2. 21 (D.0142) Resiko infeksi S: Pasien mengatakan suhu badan
November berhubungan dengan pasien sudah menurun
2022 imununosupresi O: Suhu tubuh pasien 36°C
A: Masalah resiko infeksi teratasi
P: Intervensi dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai