Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“Kualitas Hidup Penderita Systemic Supus Erythematosus (sle) Berdasarkan Lupusqol”

Dosen pengampu :. Shofia Aji Hidayatillah SKM, M.KM

Disusun Oleh :

Anisah Nu Hayati GZ21001

Fadila Arifah Fahmawati GZ21002

Devita Priskilia Landukara GZ21012

Lucelia Nelsis Butar-Butar GZ21019

Patriek Dian Kristi D GZ21021

Shinta Nur Jannah GZ21024

PROGRAM STUDI GIZI PROGRAM SARJANA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “kualitas hidup penderita systemic lupus erythematosus (sle) berdasarkan
lupusqol” dengan tepat waktu Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang materi kualitas hidup penderita systemic lupus
erythematosus (sle) berdasarkan lupusqol. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 1 Maret 2022

2
DAFTAR ISI

COVER.........................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR .................................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................4-5

B. Tinjauan Pustaka ..............................................................................................................6

C. Rumusan Masalah ............................................................................................................7

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pembahasan ......................................................................................................................8-16

BAB III. KESIMPULAN

A. Kesimpulan ......................................................................................................................17-18

LAMPIRAN

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini jumlah penderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE) terus meningkat dari
tahun ke tahun. Penyakit SLE ini diketahui banyak menyerang wanita dengan usia antara 15–45
tahun. Pengobatan untuk penderita SLE saat ini hanya berguna untuk meredakan atau
menghilangkan gejala yang muncul, namun belum dapat menyembuhkan sepenuhnya, sehingga
suatu saat gejala dapat kembali muncul. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kualitas
hidup yang kelelahan, hubungan intim dan ketergantungan pada orang lain.

Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun studi kasus pada 13 orang penderita
SLE yang bertempat tinggal di Surabaya dan merupakan anggota dari Yayasan Lupus Indonesia
cabang Surabaya. Data primer diperoleh dari wawancara kepada responden dengan bantuan
kuesioner LupusQol dan pengukuran berat badan dengan bantuan timbangan berat badan digital.
Pada penelitian ini terdapat 13 orang penderita SLE dengan jenis kelamin wanita yang berusia
antara 15–40 tahun, berpendidikan tinggi dengan status gizi yang normal, memiliki pekerjaan
dan berpendapatan Rp > 1.740.000, telah menderita SLE > 5 tahun dan memiliki pengetahuan
yang baik mengenai Lupus dan SLE.

Kualitas hidup yang dimiliki oleh penderita SLE menunjukkan nilai yang baik di 3 aspek
pada orang lain masih ditemukan pasien yang memiliki kualitas buruk. Kesimpulan yang dapat
ditarik adalah responden yang merupakan penderita SLE mayoritas memiliki kualitas hidup yang
cukup baik kecuali aspek rasa sakit, kelelahan dan ketergantungan pada orang lain.

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit autoimun yang prevalensinya


tiap tahun meningkat di dunia maupun di Indonesia. Kelelahan yang parah dapat menyebabkan
kekambuhan pada pasien SLE.

4
Kelelahan merupakan gejala yang paling melemahkan dan mengganggu fungsi fisik,
sosial dan emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kelelahan pada pasien SLE di Yayasan Lupus Indonesia Panggon Kupu Semarang. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional.

Sampel penelitian adalah 30 pasien SLE yang diperoleh dengan menggunakan teknik
Total Sampling. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil analisis bivariat
menunjukan faktor yang berhubungan dengan kelelahan yaitu: tingkat keparahan penyakit (r
value = 0,853, sig = 0,00) dan kualitas tidur (r value = 0,796, sig = 0,00), dan faktor yang tidak
berhubungan yaitu aktivitas fisik (r value = -0,79).

Hasil analisis multivariat menunjukan faktor yang paling dominan yang berhubungan
dengan kelelahan yaitu kualitas tidur (p value = 0,043, exp (OR) = 16,500) memiliki probabilitas
terhadap terjadinya kelelahan sebesar 61,89%.

Systemic Lupus Erythematosus (SLE), jenis lupus ini yang paling sering diidap
masyarakat umum dan merupakan bahan utama pembahasan pada artikel. SLE dapat menyerang
jaringan serta organ tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan sampai parah.

Banyak yang hanya merasakan beberapa gejala ringan untuk waktu lama atau bahkan
tidak sama sekali sebelum tiba-tiba mengalami serangan yang parah. Timbulnya rasa nyeri dan
lelah berkepanjangan merupakan salah satu gejala ringan SLE. Oleh karena itu, pengidap SLE
bisa merasa tertekan, depresi, dan cemas, meski hanya mengalami gejala ringan

5
B. Tinjauan Pustaka

Lupus merupakan penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh sistem imun tubuh
yang bekerja dengan keliru. Dalam kondisi normal, sistem imun seharusnya melindungi tubuh
dari serangan infeksi virus atau bakteri. Sedangkan pada pengidap lupus, sistem imun justru
menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Inflamasi yang disebabkan oleh lupus bisa
menyerang berbagai bagian tubuh, antara lain sel darah dan paru-paru.

Lupus kerap dijuluki sebagai penyakit seribu wajah karena kelihaiannya dalam meniru
gejala penyakit lain. Kesulitan diagnosis biasanya dapat menyebabkan langkah penanganan yang
kurang tepat. Penyakit ini dibedakan dalam beberapa jenis, salah satunya lupus eritematosus
sistemik (systemic lupus erythematosus/SLE).

Setidaknya ada sepertiga pengidap jenis lupus ini yang juga memiliki kondisi autoimun
lainnya, seperti penyakit tiroid atau sindrom Sjogren. Kondisi ini dapat berujung pada
munculnya komplikasi, termasuk gangguan pada masa kehamilan. Di samping itu, proses
pengobatannya juga bisa membuat pengidapnya rentan terhadap infeksi serius.

SLE tidak bisa disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk mengurangi tingkat gejala
serta mencegah kerusakan organ pada pengidap SLE. Beberapa dekade lalu penyakit ini bahkan
dipandang sebagai penyakit terminal (tidak memiliki harapan sembuh) yang bisa berujung pada
kematian.

Ketakutan ini disebabkan oleh banyaknya pengidap pada saat itu yang meninggal dunia
akibat komplikasi dalam kurun waktu 10 tahun setelah didiagnosis mengidap SLE. Namun, kini
obat-obatan untuk SLE terus berkembang, sehingga dapat membantu hampir semua pengidapnya
bisa hidup normal, atau setidaknya mendekati tahap normal. Selain itu, bantuan dan dukungan
dari keluarga, teman, serta staf medis juga berperan penting dalam membantu para pengidap SLE
dalam menghadapi penyakit ini.

6
C. Rumusan Masalah
1. Mengetahui pengertian penyakit Lupus
2. Memahami faktor resiko penyakit lupus
3. Memahami penyebab penyakit lupus
4. Memahami gejala penyakit lupus
5. Mengetahui diagnosis penyakit lupus
6. Komplikasi penyakit lupus
7. Pencegahan penyakit lupus

BAB II

7
PEMBAHASAN

Mengetahui pengertian penyakit Lupus

pus merupakan penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh sistem imun tubuh yang
bekerja dengan keliru. Dalam kondisi normal, sistem imun seharusnya melindungi tubuh dari
serangan infeksi virus atau bakteri. Sedangkan pada pengidap lupus, sistem imun justru
menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Inflamasi yang disebabkan oleh lupus bisa
menyerang berbagai bagian tubuh, antara lain sel darah dan paru-paru.

Lupus kerap dijuluki sebagai penyakit seribu wajah karena kelihaiannya dalam meniru
gejala penyakit lain. Kesulitan diagnosis biasanya dapat menyebabkan langkah penanganan yang
kurang tepat. Penyakit ini dibedakan dalam beberapa jenis, salah satunya lupus eritematosus
sistemik (systemic lupus erythematosus/SLE).

Setidaknya ada sepertiga pengidap jenis lupus ini yang juga memiliki kondisi autoimun
lainnya, seperti penyakit tiroid atau sindrom Sjogren. Kondisi ini dapat berujung pada
munculnya komplikasi, termasuk gangguan pada masa kehamilan. Di samping itu, proses
pengobatannya juga bisa membuat pengidapnya rentan terhadap infeksi serius.

Memahami faktor resiko penyakit lupus

Faktor Hormon:

 Usia, lupus memang bisa menyerang segala usia, tetapi usia 15 sampai 40 tahun
merupakan usia yang paling sering didiagnosis penyakit ini.

 Jenis kelamin, lupus lebih sering menyerang wanita dari pada pria.

8
Faktor Genetik:

 Ras. Gangguan ini lebih rentan terjadi pada orang-orang dengan kulit berwarna, terutama
pada ras Asia, Afrika, dan Hispanik.

 Riwayat keluarga. Seseorang yang memiliki kerabat tingkat pertama atau kedua dengan
penyakit lupus akan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkannya.

Faktor Lingkungan

 Merokok. Peningkatan jumlah kasus dalam beberapa dekade terakhir kemungkinan dapat
disebabkan oleh paparan tembakau yang lebih tinggi.

 Paparan sinar matahari. Beberapa sumber mengatakan jika pancaran sinar matahari yang
terkena tubuh kemungkinan dapat meningkatkan risiko dari lupus.

 Pengobatan. Sekitar 10 persen kasus lupus mungkin terkait dengan obat.

 Infeksi virus. Hal ini dapat memicu gejala pada orang yang rentan terhadap SLE.

Meski dipahami bahwa memiliki faktor risiko lupus tidak berarti kamu pasti akan
terkena lupus. Hal tersebut hanya berarti kamu memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan
dibandingkan orang lain yang tidak memilikinya.

Memahami penyebab penyakit lupus

1. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

Jenis lupus ini yang paling sering diidap masyarakat umum dan merupakan bahan utama
pembahasan pada artikel. SLE dapat menyerang jaringan serta organ tubuh mana saja dengan
tingkat gejala yang ringan sampai parah.

9
Banyak yang hanya merasakan beberapa gejala ringan untuk waktu lama atau bahkan
tidak sama sekali sebelum tiba-tiba mengalami serangan yang parah. Timbulnya rasa nyeri dan
lelah berkepanjangan merupakan salah satu gejala ringan SLE. Oleh karena itu, pengidap SLE
bisa merasa tertekan, depresi, dan cemas, meski hanya mengalami gejala ringan.

2. Discoid Lupus Erythematosus (DLE)

DLE pada dasarnya hanya menyerang kulit. Namun, dampak yang ditimbulkan oleh
lupus jenis ini mampu menyerang jaringan dan organ tubuh lainnya. DLE umumnya bisa
dikendalikan dengan menghindari paparan langsung sinar matahari dan obat-obatan. Berikut ini
beberapa gejala DLE:

 Rambut rontok.

 Pitak permanen.

 Ruam merah dan bulat, seperti sisik pada kulit yang terkadang akan menebal dan menjadi
bekas luka.

3. Lupus Akibat Obat

Efek samping obat pasti berbeda-beda pada tiap orang. Kira-kira ada lebih dari
100 jenis obat yang bisa menimbulkan efek samping yang mirip dengan gejala lupus
pada orang-orang tertentu.

Gejala lupus akibat obat umumnya akan hilang jika berhenti mengonsumsi obat
tersebut, sehingga tidak perlu menjalani pengobatan khusus. Namun, jangan lupa
untuk selalu berbicara dengan dokter sebelum memutuskan berhenti mengonsumsi
obat dengan resep dokter.

10
Memahami gejala penyakit lupus
Meski gejala SLE bervariasi, tetapi ada tiga gejala utama yang umumnya
selalu muncul, yaitu:

1. Rasa Lelah yang Ekstrem

Melakukan rutinitas sehari-hari yang sederhana, misalnya tugas rumah tangga atau
rutinitas kantor, dapat membuat pengidap SLE merasa sangat lelah. Rasa lelah yang ekstrem ini
mungkin saja tetap dialami pengidapnya, meski sudah mendapatkan istirahat yang cukup.

2. Ruam pada Kulit

Ruam yang menyebar pada batang hidung dan pipi merupakan ciri khas dari SLE. Gejala
ini dikenal dengan istilah ruam kupu-kupu (butterfly rash) karena bentuknya yang mirip sayap
kupu-kupu.

Selain hidung dan pipi, tangan dan pergelangan tangan merupakan bagian tubuh lain
yang mungkin mengalami ruam. Ruam pada kulit akibat SLE dapat membekas secara permanen
dan bertambah parah jika terpapar sinar matahari akibat reaksi fotosensitivitas.

3. Nyeri pada Persendian

11
Gejala utama lain dari SLE adalah rasa nyeri. Pada sebagian besar kasusnya, gejala ini
muncul pada persendian tangan dan kaki. Rasa nyeri juga mungkin dapat berpindah dengan cepat
dari sendi satu ke sendi lain. Meskipun demikian, kondisi tersebut tidak akan menyebabkan
kerusakan atau cacat permanen pada persendian.

Ada beragam gejala lain yang dapat muncul selain yang gejala di atas. Berikut ini
beberapa gejala SLE lain yang mungkin dialami pengidapnya:

 Sariawan yang terus muncul;

 Demam tinggi (38 derajat Celsius atau lebih);

 Tekanan darah tinggi;

 Pembengkakan kelenjar getah bening;

 Sakit kepala;

 Rambut rontok;

 Mata kering;

 Sakit dada;

 Hilang ingatan;

 Napas pendek akibat inflamasi paru-paru, dampak ke jantung, atau anemia.

 Tubuh menyimpan cairan berlebihan, sehingga terjadi gejala, seperti pembengkakan pada
pergelangan kaki

 Jari-jari tangan dan kaki yang memutih atau membiru jika terpapar hawa dingin atau
karena stres (fenomena Raynaud).

12
Mengetahui diagnosis penyakit lupus

Faktanya, penyedia layanan kesehatan tidak memiliki suatu metode pasti untuk
mendiagnosis lupus. Beberapa hal yang dinilai adalah tanda dan gejala yang timbul
dan mengesampingkan kondisi potensial lainnya yang dapat menjadi penyebab
penyakit ini. Namun, beberapa antibodi yang spesifik berhubungan dengan lupus,
termasuk ds-DNA dan antibodi Smith (Sm). Antibodi Sm sendiri kerap dihubungkan
dengan penyakit ginjal terkait SLE.

Awalnya, ahli medis akan melihat riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan
fisik. Setelah rincian didapatkan dan hasil dari pemeriksaan fisik terlihat, beberapa
pemeriksaan kesehatan akan dilakukan. Berikut ini pemeriksaan untuk mendiagnosis
lupus:

Tes darah: Pemeriksaan ini termasuk hitung darah lengkap, yaitu tes yang berguna
untuk menentukan jumlah dan jenis sel darah yang ada di dalam tubuh. Tes lain yang
mungkin dilakukan adalah sedimentasi eritrosit, tes protein C-reaktif, dan tes
antibodi anti-nuklir yang mampu melihat peningkatan pada aktivitas sistem imunitas
di tubuh.
Tes urine: Untuk hal ini, ahli medis menggunakan urinalisis untuk menentukan
peningkatan kadar darah atau protein dalam urine. Pemeriksaan ini mampu
menunjukkan jika lupus dapat memengaruhi ginjal.

13
Tes pencitraan: Rontgen dada dan ekokardiogram juga kerap digunakan untuk
mengindikasikan peradangan atau penumpukan cairan di dalam atau di sekitar
jantung dan paru-paru.

Biopsi jaringan: Pengambilan sampel sel dari area ruam yang mirip dengan gejala
lupus juga dapat dilakukan untuk menentukan sel khas dari pengidap penyakit ini.
Jika seseorang mengalami kerusakan pada ginjal, biopsi pada organ tersebut dapat
membantu untuk menentukan pengobatan yang tepat.

Komplikasi penyakit lupus

Ada beberapa komplikasi yang dapat disebabkan oleh lupus. Hal ini dapat terjadi akibat
peradangan yang ditimbulkan penyakit tersebut. Beberapa kemungkinan komplikasi akibat lupus
yang dapat terjadi, antara lain:

14
 Gangguan ginjal: Peradangan yang timbul akibat penyakit ini dapat menyebabkan
kerusakan ginjal dan bahkan gagal ginjal.

 Darah atau pembuluh darah: Lupus dapat terjadi akibat peradangan yang terjadi pada
pembuluh darah, disebut juga vaskulitis. Selain itu, lupus juga mampu menyebabkan
masalah pada perdarahan atau pembekuan darah.

 Penyakit jantung: Saat peradangan akibat lupus terjadi pada jantung dan jaringan di
sekitarnya, seseorang berisiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung, serangan
jantung, hingga stroke.

 Paru-paru: Radang paru-paru akibat lupus dapat menyebabkan nyeri saat bernapas.

 Sistem saraf: Saat lupus menyerang otak, pengidapnya dapat mengalami pusing, sakit
kepala, atau bahkan kejang.

Jika kamu mengidap lupus, sangat penting bagi untuk tetap berpegang pada rencana
perawatan yang telah dikembangkan oleh penyedia layanan kesehatan. Dengan selalu
memastikan melakukan hal ini, tidak hanya membantu untuk mencegah kambuhnya lupus, tetapi
juga membantu mencegah kerusakan organ

Pengobatan Penyakit Lupus

SLE tidak bisa disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk mengurangi tingkat gejala
serta mencegah kerusakan organ pada pengidap SLE. Beberapa dekade lalu penyakit ini bahkan
dipandang sebagai penyakit terminal (tidak memiliki harapan sembuh) yang bisa berujung pada
kematian.

Ketakutan ini disebabkan oleh banyaknya pengidap pada saat itu yang meninggal dunia
akibat komplikasi dalam kurun waktu 10 tahun setelah didiagnosis mengidap SLE. Namun, kini
obat-obatan untuk SLE terus berkembang, sehingga dapat membantu hampir semua pengidapnya
bisa hidup normal, atau setidaknya mendekati tahap normal. Selain itu, bantuan dan dukungan
dari keluarga, teman, serta staf medis juga berperan penting dalam membantu para pengidap SLE
dalam menghadapi penyakit ini.

Pencegahan penyakit lupus

15
Ada berbagai hal yang bisa dilakukan untuk mencegah diri dari serangan penyakit
lupus dengan menghindari faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan gejalanya.
Beberapa cara pencegahannya, antara lain:

 Batasi paparan sinar matahari, terutama pada siang hari.

 Hindari stres dan konsumsi beberapa obat-obatan.

 Pastikan untuk menerapkan pola hidup sehat.

 Berhenti merokok.

 Berolahraga secara teratur.

 Lakukan diet nutrisi.

 Kembangkan teknik manajemen stres, seperti meditasi dan yoga.

 Istirahat yang cukup setiap malam, kurang lebih tujuh hingga sembilan jam lamanya.

BAB III

KESIMPULAN

Lupus merupakan penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh sistem imun tubuh
yang bekerja dengan keliru. Dalam kondisi normal, sistem imun seharusnya melindungi tubuh
dari serangan infeksi virus atau bakteri. Sedangkan pada pengidap lupus, sistem imun justru
menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Inflamasi yang disebabkan oleh lupus bisa

16
menyerang berbagai bagian tubuh, antara lain sel darah dan paru-paru. Lupus kerap dijuluki
sebagai penyakit seribu wajah karena kelihaiannya dalam meniru gejala penyakit lain. Penyakit
ini dibedakan dalam beberapa jenis, salah satunya lupus eritematosus sistemik (systemic lupus
erythematosus/SLE).

SLE tidak bisa disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk mengurangi tingkat gejala serta
mencegah kerusakan organ pada pengidap SLE. Beberapa dekade lalu penyakit ini bahkan
dipandang sebagai penyakit terminal (tidak memiliki harapan sembuh) yang bisa berujung pada
kematian

Saat ini jumlah penderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE) terus meningkat dari tahun ke
tahun. Penyakit SLE ini diketahui banyak menyerang wanita dengan usia antara 15–45 tahun.
Saat ini jumlah penderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE) terus meningkat dari tahun ke
tahun. Penyakit SLE ini diketahui banyak menyerang wanita dengan usia antara 15–45 tahun.
Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun studi kasus pada 13 orang penderita SLE
yang bertempat tinggal di Surabaya dan merupakan anggota dari Yayasan Lupus Indonesia
cabang Surabaya. Pada penelitian ini terdapat 13 orang penderita SLE dengan jenis kelamin
wanita yang berusia antara 15–40 tahun, berpendidikan tinggi dengan status gizi yang normal,
memiliki pekerjaan dan berpendapatan Rp > 1.740.000, telah menderita SLE > 5 tahun dan
memiliki pengetahuan yang baik mengenai Lupus dan SLE.

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit autoimun yang prevalensinya tiap
tahun meningkat di dunia maupun di Indonesia. Kelelahan yang parah dapat menyebabkan
kekambuhan pada pasien SLE. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan

17
rancangan penelitian cross sectional.Sampel penelitian adalah 30 pasien SLE yang diperoleh
dengan menggunakan teknik Total Sampling. Analisis data dilakukan secara univariat dan
bivariat. Hasil analisis bivariat menunjukan faktor yang berhubungan dengan kelelahan yaitu:
tingkat keparahan penyakit (r value = 0,853, sig = 0,00) dan kualitas tidur (r value = 0,796, sig =
0,00), dan faktor yang tidak berhubungan yaitu aktivitas fisik (r value = -0,79). Hasil analisis
multivariat menunjukan faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kelelahan yaitu
kualitas tidur (p value = 0,043, exp (OR) = 16,500) memiliki probabilitas terhadap terjadinya
kelelahan sebesar 61,89%.

Kualitas hidup yang dimiliki oleh penderita SLE menunjukkan nilai yang baik di 3 aspek
pada orang lain masih ditemukan pasien yang memiliki kualitas buruk. Kesimpulan yang dapat
ditarik adalah responden yang merupakan penderita SLE mayoritas memiliki kualitas hidup yang
cukup baik kecuali aspek rasa sakit, kelelahan dan ketergantungan pada orang lain. Systemic
Lupus Erythematosus (SLE), jenis lupus ini yang paling sering diidap masyarakat umum dan
merupakan bahan utama pembahasan pada artikel. SLE dapat menyerang jaringan serta organ
tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan sampai parah.Banyak yang hanya merasakan
beberapa gejala ringan untuk waktu lama atau bahkan tidak sama sekali sebelum tiba-tiba
mengalami serangan yang parah. Timbulnya rasa nyeri dan lelah berkepanjangan merupakan
salah satu gejala ringan SLE. Oleh karena itu, pengidap SLE bisa merasa tertekan, depresi, dan
cemas, meski hanya mengalami gejala ringan

LAMPIRAN

Jumlah pasien lupus berdasarkan rentang umur

18
1000

900

800

700

600
Jumlah Pasien

500 <1 tahun


1-4 tahun
400 4-14 tahun
14-44 tahun
300 >65 tahun
200 44-65 tahun

100

0
2014 2015 2016

Berdasarkan data grafik lupus bahwa lupus paling rentan terkena paling banyak di usia
44-65 tahun dengan jumlah 932 jiwa di tahun 2016,Dan paling sedikit di umur < 1 tahun dengan
jumlah 20 jiwa pada tahun 2014. Berarti jumlah jiwa yang terkena penyakit lupus semakin tahun
semakin meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.halodoc.com/kesehatan/lupus

19
https://media.neliti.com/media/publications/260853-none-d1ce5412.pdf

file:///C:/Users/MyBook14E/Downloads/5854-Article%20Text-24821-1-10-
20160830.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai