Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

INTERVENSI OLAHRAGA SEBAGAI UPAYA


PENCEGAHAN MASALAH KARDIOVASKULER

Disampaikan Pada Penyuluhan Kesehatan


Di Daerah Tigo Baleh, Bukittinggi

Oleh:

Rahayu Tri Utami


183110228

2B

PRODI DIII KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Olahraga Sebagai Upaya Pencegahan Masalah


Kardiovaskuler
Waktu Pertemuan : 20 Menit
Tanggal : 12 Mei 2020
Tempat : Tigo Baleh, Bukittinggi
Sasaran : Pasien masalah Kardiovaskuler
Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
Presentator : Rahayu Tri Utami

TUJUAN
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mendapatkan penjelasan tentang olahraga sebagai upaya pencegahan masalah
kardiovaskuler peserta dapat memahami konsep materi tersebut termasuk mengetahui
apa-apa saja aktivitas fisik yang dapat mencegah masalah kardiovaskuler

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mendapatkan penjelasan tentang olahraga sebagai upaya pencegahan masalah
kardiovaskuler peserta dapat:
1. Memahami konsep hipertensi, aterosklerosis dan hubungan nya dengan
olahraga
2. Memahami konsep olahraga sebagai upaya pencegahan masalah
kardiovaskuler

SUB POKOK BAHASAN


1. Konsep Hipertensi dan Arteroklerosis
2. Konsep Aktivitas Fisik
3. Rekomendasi jenis aktivitas fisik
4. Patokan sebelum memutuskan berolahraga
5. Manfaat Olahraga untuk Kesehatan Kardiovaskuler
6. Program Latihan Fisik
KEGIATAN PENYULUHAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA
1 5 menit PEMBUKAAN
 Mengucapkan salam
 Menjawab
 Memperkenalkan diri
 Mendengarkan
 Apersepsi
 Mengemukakan
pendapat
 Menjelaskan tujuan penyuluhan
 Mendengarkan dan
memperhatikan
2 10 menit KEGIATAN INTI

 Menjelaskan Konsep Hipertensi dan  Memperhatikan


Arteroklerosis
 Memperhatikan
 Menjelaskan Konsep Aktivitas Fisik
 Menjelaskan rekomendasi jenis  Memperhatikan
aktivitas fisik
 Memperhatikan
 Menjelaskan Patokan sebelum
memutuskan berolahraga
 Menjelaskan Manfaat Olahraga
 Memperhatikan
untuk Kesehatan Kardiovaskuler
 Menjelaskan Program Latihan Fisik  Memperhatikan

 Memberikan kesempatan peserta


 Mengajukan
untuk bertanya
pertanyaan

 Memberikan reinforcement positif


 Mendengarkan

3 5 menit PENUTUP

 Bersama peserta menyimpulkan apa  Bersama sama


yang telah disampaikan menyimpulkan
METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

MEDIA / ALAT BANTU


1. Leaflet
2. Lembar balik
OLAHRAGA SEBGAI UPAYA PENCEGAHAN MASALAH
KARDIOVASKULER

I. PENDAHULUAN
Penyakit jantung adalah penyakit yang mengganggu sistem pembuluh darah atau
lebih tepatnya menyerang jantung dan urat-urat darah, beberapa contoh penyakit
jantung seperti penyakit jantung koroner, serangan jantung, tekanan darah tinggi,
stroke, sakit di dada (biasa disebut "angina") dan penyakit jantung rematik (Yayasan
Jantung Indonesia, 22-03-2010). Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab
utama angka kematian di dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang.
Ada beberapa penyebab utama penyakit jantung antara lain hipertensi, kolesterol,
diabetes mellitus dan merokok, keempat hal tersebut dikenal sebagai faktor resiko
penyakit jantung. Banyak bukti dari hasil penelitian menyebutkan bahwa adanya
hubungan antara faktor risiko dan aterosklerosis yang menyebabkan penyakit jantung
koroner. Kaplan & Stamler: menyebutkan bahwa dari keempat faktor resiko tersebut,
hipertensi merupakan penyokong terkuat bagi stroke dan gagal jantung. Meskipun
demikian, penyakit jantung dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat,
terutama dengan rajin berolahraga.

II. PROMOSI KESEHATAN TENTANG OLAHRAGA SEBAGAI UPAYA


PENCEGAHAN MASALAH KARDIOVASKULER
A. Konsep Hipertensi dan Arteroklerosis
1. Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah baik pada sistolik dan diastolik, atau
dalam pengertian lain sebuah kondisi medis dimana tekanan darah dalam arteri
meningkat secara kronik. Jika keadaan ini terus menerus terjadi akan menyebabkan
stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal
kronik. Tekanan diastolik cenderung mencapai titik stabil setelah usia menengah,
sedangkan tekanan darah sistolik cenderung mencapai tekanan setelah usia
pertengahan, tekanan sistolik cenderung meningkat selama hidup, yang
mencerminkan pengerasan arteri besar (aterosklerosis). Secara sederhana dikatakan,
peningkatan tekanan darah mempercepat aterosklerosis, sehingga ruptur terjadi sekitar
20 tahun lebih cepat dari pada orang normal. Sejumlah mekanisme terlibat dalam
proses peninggian tekanan menyebabkan perubahan struktur di dalam arteri, tetapi
tekanan sendiri dalam beberapa cara terlibat langsung. Akibatnya, lebih tinggi tekanan,
lebih besar jumlah kerusakan vascular.
Hipertensi ada 2 jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya
tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal,
penyakit endokrin, penyakit jantung, dll. Hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

a. Tekanan darah normal : Tekanan sistolik < 120 mmHg dan Tekanan diastolik <
80-90 mmHg

b. Pre-Hipertensi : Tekanan sistolik 120-139 mmHg dan atau Tekanan diastolik


80-90 mmHg.

c. Hipertensi

1) Stadium I : Tekanan sisitolik 140-159 mmHg dan atau Tekanan diastolik


90-99 mmHg.

2) Stadium II: Tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan atau Tekanan diastolik ≥ 100
mmHg.

Jadi secara umum penderita dikatakan hipertensi bila tekanan darah ≥ 140/ 90
mmHg. Untuk diagnosis hipertensi, tekanan darah ditentukan berdasarkan rata-rata
dari 2 kali pemeriksaan atau lebih pada waktu yang berbeda dan pengukuran
dilakukan pada posisi duduk.

2. Arterosklerosis

Aterosklerosis adalah penimbunan berangsur-angsur endapan lemak terutamanya


kolesterol sehingga menyempitkan arteri dan mengurangkan aliran darah di dalamnya.
Penyakit ini melibatkan arteri di beberapa bagian badan, termasuk jantung
(menyebabkan serangan jantung) dan otak (menyebabkan stroke). Di dalam proses
aterosklerosis, darah beku akan terbentuk apabila darah mengalir melalui arteri yang
sempit itu dan menyebabkan aliran darah berhenti dengan tiba-tiba.

Jadi proses aterosklerosis biasanya bermula pada saat usia muda, kira-kira telah
ada sebelum usia 20 tahun. Sebelum fungsi jantung terlibat, seseorang itu tidak
mempunyai tanda ataupun gejala- gejala tertentu. Proses penyempitan tersebut
membutuhkan waktu yang lama. Berkurangnya faktor resiko dapat menghentikan atau
memperlambat proses aterosklerosis.
Gejala

Sebelum terjadinya penyempitan arteri atau penyumbatan mendadak,


atherosclerosis biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi
terbentuknya, sehingga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya.
Jika atherosclerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat, maka bagian
tubuh yang diperdarahinya tidak akan mendapatkan darah dalam jumlah yang
memadahi, yang mengangkut oksigen ke jaringan.

Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi pada
saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan akan oksigen. Contohnya, selama
berolahraga, seseorang dapat merasakan nyeri dada (angina) karena aliran oksigen ke
jantung berkurang, atau ketika berjalan, seseorang merasakan kram di tungkainya
(klaudikasio interminten) karena aliran oksigen ke tungkai berkurang.

Yang khas adalah bahwa gejala-gejala tersebut timbul secara perlahan, sejalan
dengan terjadinya penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung secara
perlahan. Tetapi jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah
bekuan menyumbat arteri), maka gejalanya akan timbul secara mendadak.

B. Konsep aktivitas fisik (olahraga)

Aktivitas Fisik berupa Olahraga , kegiatan harian bahkan menari yang dilakukan
secara rutin bermanfaat untuk mencegah arterosklerosis (timbunan lemak dalam
pembuluh darah). Aktivitas fisik terutama aerobik atau gerak badan isotonic (berlari,
jalan kaki, senam aerobik low impact dll), akan meningkatkan aliran darah yang
bersifat gelombang yang mendorong peningkatan produksi nitrit oksida (NO) serta
merangsang pembentukan dan pelepasan endothelial derive. Berkurangnya faktor
relaxing faktor (EDRF), yang merelaksasi dan melebarkan pembuluh darah. Aliran
darah koroner dalam keadaan istirahat sekitar 200 ml per menit (empat persen dari
total curah jantung).

Oleh karena itu, aktivitas fisik sedang berupa senam atau jalan kaki yang
meningkatkan aliran darah menjadi 350 ml per menit (naik 150 ml per menit) sudah
lebih dari cukup untuk menghindarkan endotel pembuluh darah dari proses
atherosclerosis.

C. Rekomendasi jenis aktivitas fisik

Jenis aktivitas fisik dan aturannya:

a. Jenis gerak badan : berjalan, jogging, bersepeda, berenang

b. Intensitas : mulai rangkaian pada 60 – 70 persen dari DN max atau kurang,


hingga mencapai zona latihan antara 70 – 85 persen dari DN max

c. Durasi: 20 – 60 menit, memerlukan kalori 300 kkal

d. Frekuensi : 3 – 5 hari per minggu, pengeluaran kalori total per minggu kurang
lebih 900 kkal

Aktivitas Fisik yang Direkomendasikan untuk Pencegahan Penyakit


Kardiovaskuler

a. Semua orang dewasa usia 18-65 tahun seharusnya melakukan aktivitas fisik
aerobik intensitas sedang selama minimal 30 menit dalam sehari, sebanyak 5 hari
dalam seminggu.

b. Olahraga yang dimaksudkan disini adalah olahraga jenis aerobik seperti berjalan
cepat, jogging, berenang, bersepeda, dan menaiki tangga.

c. Aktivitas fisik multipel selama minimal 10 menit dapat diakumulasikan untuk


mencapai target harian 30 menit

d. Aktivitas diatas dapat ditambahkan dengan aktivitas ringan selama menjalankan


aktivitas sehari-hari
e. Melakukan aktivitas fisik melebihi batas minimum yang direkomendasikan dapat
memberikan manfaat yang lebih baik.

f. Olahraga intensitas sedang melebihi 100 menit dalam sehari tidak memberikan
manfaat lebih dalam pengurangan risiko kematian penyakit kardiovaskuler.

g. Pada individu yang sebelumnya kurang aktivitas fisik dan memiliki risiko
penyakit jantung disarankan memulai olahraga dengan intensitas ringan,
kemudian ditingkatkan secara bertahap

Aktivitas Fisik yang Direkomendasikan untuk Pasien yang Telah Mengalami


Penyakit Kardiovaskuler
Aktivitas fisik aerobik pada pasien yang telah diketahui mengalami penyakit
kardiovaskuler dipandang sebagai bagian dari program rehabilitasi jantung.
Berdasarkan pada studi meta-analisis, didapatkan terdapat penurunan sekitar 30%
angka kematian penyakit jantung dengan melakukan latihan aerobik, setidaknya
selama 3 bulan. Rekomendasi aktivitas fisik pada pasien yang telah mengalami
penyakit kardiovaskuler bersifat individual, tergantung kondisi klinis dan kapasitas
olahraga masing-masing pasien. Pasien yang telah mengalami penyakit
kardiovaskuler harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter jantung sebelum
merencanakan aktivitas fisik tertentu. Pasien kardiovaskuler harus tetap diupayakan
menjalani aktivitas fisik dan latihan yang disupervisi. Sejumlah kecil latihan yang
disupervisi rupanya tetap memberikan manfaat terhadap pasien.

Kemungkinan efek dari gerak badan atau aktivitas fisik antara lain:

1) Pengurangan faktor risiko koronaria lain

2) Perbaikan fungsi dan efisiensi kardiovaskuler

3) Peningkatan vaskularitas myocardium dan ukuran arteria coronaria

4) Peningkatan tahanan terhadap fibrilasi ventrikel

5) Penurunan kecenderungan ke trombosit

6) Perbaikan toleransi terhadap stress.


Bagi penderita hipertensi faktor yang diperhatikan adalah tingginya tekanan darah.
Semakin tinggi tekanan darah semakin keras kerja jantung, sebab untuk mengalirkan
darah saat jantung memompa berarti jantung harus mengeluarkan tenaga sesuai
dengan tingginya tekanan itu. Bila jantung tidak mampu memompa dengan tekanan
setinggi itu, berarti jantung akan gagal memompa darah. Maka dari itu, bagi penderita
hipertensi faktor tekanan darah memegang peranan penting dalam menentukan boleh
dan tidanknya berolahraga, takaran dan jenis olahraga.

D. Patokan sebelum memutuskan berolahraga

Berikut ini beberapa patokan yang perlu dipenuhi sebelum memutuskan


berolahraga (Edinal Sanif. dr, 24-02-2010), yaitu:

1. Bagi penderita hipertensi hendaknya mengetahui terlebih dahulu tekanan


darahnya, baik yang sistolik maupun diastolic sebelum berolahraga. Tekanan
darah untuk systolic tidak boleh lebih dari 160 mmHg, sedangkan diastolic tidak
boleh melebihi 100 mmHg.

2. Sebelum melakukan latihan sebaiknya telah dilakukan Uji Latih Jantung dengan
beban (treadmill/ergometer) agar dapat dinilai reaksi tekanan darah serta
perubahan aktifitas listrik jantung (EKG), sekaligus menilai tingkat kapasitas
fisik. Berdasarkan hasil uji latih ini dosis latihan dapat diberikan secara akurat.

3. Pada uji latih sebaiknya obat yang sedang diminum tetap diteruskan sehingga
dapat diketahui efektifitas obat terhadap kenaikan beban.

4. Latihan yang diberikan ditunjukkan untuk meningkatkan daya tahan (endurane)


dan tidak boleh menambah peningkatan tekanan (pressure). Sehingga bentuk
latihan yang paling tepat adalah jalan kaki, bersepeda, senam dan berenang atau
olahraga aerobik.

5. Olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan. Olahraga yang bersifat


kompetisi akan memacu emosi sehingga akan mempercepat peningkatan tekanan
darah. Dengan demikian meskipun bentuk olahraganya bertujuan meningkatkan
daya tahan (bulu tangkis, tenis, sepak bola dll.) tetapi bila dilakukan dalam
rangka pertandingan maka sebaiknya dihindari.
6. Olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan. Olahraga kekuatan yang
bertujuan meningkatkan besar otot, seperti angkat berat dan sejenisnya tidak
diperkenankan. Olahraga ini akan menyebabkan peningkatan tekanan darah
secara mendadak dan melonjak.

7. Secara teratur memeriksakan tekanan darah sebelum dan sesudah latihan.


Olahraga pada penderita hipertensi tidak hanya ditentukan oleh denyut jantung
tetapi juga berdasarkan reaksi tekanan darahnya. Sehingga wajar kalau tekanan
darah selalu dipantau.

8. Salah satu hasil dari olahraga pada hipertensi adalah timbulnya penurunan
tekanan darah, sehingga olah raga dapat menjadi salah satu obat hipertensi. Bagi
penderita hipertensi ringan (Tensi 160/95 mmHg tanpa obat), maka olah raga
disertai pengaturan makan (mengurangi konsumsi garam) dan penurunan berat
badan (bagi yang berlebih) dapat menurunkan tekanan darah sampai kurang dari
140/80 mmHg.

9. Umumnya penderita hipertensi mempunyai kecenderungan ada kaitannya dengan


beban emosi (stres). Oleh karena itu disamping olahraga yang bersifat fisik
lakukan pula olahraga pengendalian emosi, artinya berusaha mengatasi
ketegangan emosional yang ada. Salah satu dengan melatih kejiwaan anda.
Apakah dalam bentuk meditasi atau dzikir, serta peribadatan lainnya sesuai
dengan agama yang dianut.

10. Jika hasil latihan menunjukkan penurunan tekanan darah, maka dosis /takaran
obat yang sedang digunakan sebaikknya dilakukan penyesuaian (pengurangan).

E. Manfaat Olahraga untuk Kesehatan Kardiovaskuler

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa olahraga dihubungkan dengan


peningkatan kolesterol HDL (high density lipoprotein) atau sering dikenal sebagai
kolesterol baik, dan penurunan kadar trigliserida. Keduanya mengurangi risiko
munculnya penyakit jantung koroner. Olahraga terbukti dapat meningkatkan
sensitivitas insulin dalam kerja untuk membantu penyerapan gula darah ke dalam sel.
Apabila sensitivitas insulin terganggu seperti pada pasien diabetes, gula darah gagal
diserap ke dalam sel kemudian memicu terjadinya peningkatan pelepasan asam lemak
bebas dan peningkatan produksi trigliserida yang berujung pada peningkatan risiko
terjadinya penyakit jantung koroner. Selama berolahraga, denyut nadi dan jumlah
darah yang dapat dipompakan oleh jantung akan meningkat. Hal ini menimbulkan
peningkatan aliran darah ke seluruh organ tubuh sehingga mampu memberikan nutrisi
yang lebih optimal. Melalui olahraga kapasitas fungsional atau kebugaran jantung kita
akan lebih baik. Rutin berolahraga merangsang adaptasi jantung dalam menerima
stresor. Hal ini membuat jantung memiliki daya tahan yang lebih baik pada stres fisik
maupun kondisi penyakit lain yang memberikan stresor terhadap jantung. Pada saat
berolahraga, tekanan darah kita akan meningkat, namun secara jangka panjang,
olahraga rupanya bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah. Tekanan darah yang
normal mengurangi risiko timbulnya penyakit jantung. Olahraga ternyata
meningkatkan produksi nitrite oxide (NO), suatu mediator yang berperan dalam
pelebaran pembuluh darah, sehingga mencegah dan mengurangi timbulnya tekanan
darah tinggi. Sejumlah penelitian menunjukan manfaat olahraga dalam meningkatkan
produksi sel darah merah. Sel darah merah berperan dalam mengangkut oksigen ke
seluruh jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
Metabolisme jaringan yang optimal sangat penting untuk kelangsungan hidup organ
tubuh manusia.

F. Program Latihan Fisik

1. Pemeriksaan awal

Pasien-pasien dengan penyakit kardiovaskuler pada umumnya dianggap berisiko


tinggi untuk berpartisipasi dalam program latihan fisik.Tapi dengan supervisidan
stratifikasi yang baik, risiko tersebut dapat diminimalisir. Oleh karena itu, pasien yang
akan menjalani program latihan fisik perlu dilakukan stratifikasi risiko terlebih dahulu.
Hasil stratifikasi akan menentukan bagaimana program latihan fisik akan diberikan.
Panduan untuk program latihan fisik secara umum berdasarkan stratifikasi tersebut
dapat dipergunakan seperti di tabel dibawah ini :

Tindakan Risiko rendah Risiko sedang Risiko tinggi

Telemetri Awal latihan., Awal latihan hingga Awal latihan hingga


continous hingga 6 sesi 12 sesi minimal 12-24 18 sesi minimal 18-36
supervisi minimal 6-18 sesi sesi atau 60 hari pasca sesi atau 90 hari pasca
langsung atau 30 hari pasca event/ post prosedur event / post prosedur
event/ post prosedur

Panduan tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan.


Apabila tidak memungkinkan, dapat dilakukan pemantauan menggunakan alat
telemetri yang lebih sederhana dan tersedia yang paling memungkinkan, dan
frekuensinya dapat dikurangi apabila selama pemantauan awal memberikan hasil
yang baik, atau apabila pasien telah menjalani uji latih jantung dengan EKG
sebelumnya. Modifikasi lain dapat dilakukan dengan memberikan penanda risiko
pada pasien tersebut, sehingga dapat lebih terawasi dan lebih mudah dipantau oleh
petugas pelaksana

2. Pemilihan moda / jenis latihan

Latihan jenis aerobik atau jenis endurance menjadi pilihan pertama, karena efek
fisiologis, manfaat dan keamanannya. Hal ini tidak berarti jenis latihan lain dilarang,
namun dapat dipertimbangkan sebagai tambahan setelah latihan jenis endurance
dilakukan dan terbukti aman, dan telah dilakukan minimal 3 bulan. Porsi latihan
endurance harus mencakup aktivitas yang melibatkan otot-otot besar, dengan gerakan
yang ritmis / berulang. Jenis latihan yang mudah untuk latihan endurance/ ketahanan
adalah: arm ergocycle, leg ergocycle/ sepeda statis, treadmill,atau jalan di lorong datar.
Untuk pasien dengan risiko tinggi, latihan dapat dilakukan dalam bentuk berjalan di
tempat datar saja.

3. Pelaksanaan Latihan Fisik

Saat pasien datang dan telah dilakukan entry test berupa tes jalan 6 menit,
terdapat panduan praktis intensitas latihan, sebagai berikut :
Tes jalan 6 menit

<240 M >240 M

Latihan dilakukan pada Latihan langsung dilakukan


kunjungan berikutnya
Latihan di fase II diawali dengan :

a. Pemanasan : 10 menit sepeda 0-25 Watt, dengan 50-60 RPM

b. Latihan Inti : 20 menit latihan

c. Pendinginan : 10 menit

Apabila latihan inti yang diberikan berupa jalan, maka dosis latihan yang diberikan
berdasarkan jarak yang harus ditempuh dapat mengacu pada tabel berikut:

Dosis latihan berdasarkan uji latih 6 menit

Jarak tempuh Dosis jalan

6MWT 60% 70% 85%

120 M 360 M 420 M 510 M

150 M 450 M 525 M 640 M

180 M 540 M 630 M 770 M

210 M 630 M 735 M 900 M

240 M 720 M 840 M 1030 M

270 M 810 M 945 M 1160 M

300 M 900 M 1050 M 1290 M

350 M 1050 M 1225 M 1490 M

400 M 1200 M 1400 M 1700 M

Pada latihan berikutnya, dosis dinaikkan 100 – 200 M per sesi latihan. Apabila
dosis sudah mencapai 2 x 900 M, maka selanjutnya 1 x 1800 M. Apabila sudah
mampu dengan dosis tersebut, maka diperbolehkan melanjutkan latihan inti
menggunakan treadmill.
Latihan treadmill biasanya dimulai dengan kecepatan 3,0 km/jam, yang dinaikkan
secara bertahap sesuai Borg scale. Kecepatan diharapkan sudah dapat stabil mulai
menit ke-3 hingga ke-6 dari sejak dimulainya treadmill.

Pada pasien dengan permasalahan lutut atau masalah teknis (misalkan lintasan
yang tidak tersedia), maka latihan inti dilakukan dengan sepeda (ergocycle), dengan
dosis latihan dan progresi yang disesuaikan.
DAFTAR PUSTAKA
PERKI.2019.Panduan Rehabilitasi Kardiovaskular. Edisi pertama

Ekawati, Febriani Fajar.2018. Upaya Mencegah Penyakit Jantung dengan Olahraga.


Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta. hal 262–265

Dr. I Wayan Gustafa. 2019. Olahraga untuk kesehatan Kardiovaskuler. Surya Husada
Group

Anda mungkin juga menyukai