Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT PENDIDIKAN

TENTANG

RUANG LINGKUP, METODE, PEMBAGIAN FILSAFAT DAN


HUBUNGAN FILSAFAT PENDIDIKAN, AGAMA, ILMU, DAN
KEBUDAYAAN

OLEH :

HAVIZA IZZATUL QAWIYYAH

18129264

18 BKT 10

DOSEN PEMBIMBING :

DRS. ZELHENDRI ZEN, M. PD

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
I. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN,
AGAMA, ILMU DAN KEBUDAYAAN
A. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan
Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan sangatlah penting
sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan.
Menurut Jalaludin & Idi (2007: 32) :
Filsafat pendidikan merupakan aktivitas pemikiran teratur
yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun
proses pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskan
serta menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin di
capai.

Menurut Jalaludin & Idi (2007: 32) hubungan fungsional antara filsafat
dan teori pendidikan adalah:
1. Filsafat merupakan suatu cara pendekatan yang dipakai untuk
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori
pendidikan.
2. Filsafat berfungsi memberi arah terhadap teori pendidikan yang
memiliki relevansi dengan kehidupan yang nyata.
3. Filsafat, dalam hal ini fisafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori
pendidikan menjadi ilmu pendidikan.

Filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai realita, maka


dikupaslah antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-
konsep mengenai ini dapat menjadi landasan penyusunan konsep tujuan dan
metodologi pendidik. Disamping itu, pengalaman pendidik dalam menuntut
pertumbuhan dan perkembangan anak akan berhubungan dan berkenaan
dengan realita. Semuanya itu dapat disampaikan kepada filsafat untuk
dijadikan bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk
memperkembangkan diri.
Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan
filsafat pendidikan objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan
saja
2. Filsafat hendak memberikan pengetahuan/ pendiidkan atau pemahaman
yang lebih mendalam dan menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak
begitu mendalam
3. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus,
mempersatukan dan mengkoordinasikannya
4. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan
tetapi sudut pandangannya berlainan.

Brubacher (1950) mengemukakan tentang hubungan antara filsafat


dengan filsafat pendidikan, dalam hak ini pendidikan bahwa filsafat tidak
hanya melahirkan sains atau pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan
filsafat pendidikan.
Jadi, antara filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat suatu
hubungan yang erat sekali dan tak terpisahkan. Filsafat pendidikan
mempunyai peranan yang amat penting dalam sistem pendidikan karena
filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha
perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya
sistem pendidikan.

B. Hubungan Filsafat dengan Agama


Beberapa pendapat para ahli tentang hubungan filsafat dengan agama, yaitu:
1. Ada yang mengatakan filsafat dan berpangkal dari wahyu dari Tuhan
konsekuensinya adalah filsafat bukanlah suatu ilmu yang berdiri
sendiri, yang otonom, tidak berdasarkan kodrat akal budi manusia,
melainkan sama sekali tergantung dari dan ditentukan isinya oleh
agama. Eksitensi filsafat menjadi “filsafat agama”, dibagi menjadi dua
macam yaitu:
a. filsafat agama yang pada umumnya adalah hasil pemikiran dasar-
dasar agama yang bersifat analitis rasional dan kritis, tapi bebas
dari ajaran-ajaran agama.
b. filsafat suatu agama atau theology membahas dasar-dasar yang
terdalam tentang suatu agama tertentu, misal theology islam,
pembasannya tidak mempersalahkan kebenaran agamanya karena
sepenuhnya diterima sebagai kebenaran.

2. Ada yang mengatakan yang ada pada kita, yaitu hanya akal budi
manusia saja, sedangkan agama dan kepercayaan mereka dianggap
kolot. Untuk pendapat ini ada aliran filsafat rationalisme dengan tokoh-
tokohnya:
a. Rene Descartes yang terkenal dengan ucapanya “Cogito ergo sum;
jepense doncje suis; sive existo” artinya saya berfikir karena itu
saya ada.
b. Benedictus ce Spinoza. Hanya ada satu substansi yang meliputi
segala sesuatu yang dinamakannya “dues sive substantie” atau
“dues sive natura” yang memiliki dua macam bentuk, yang satu
memiliki tanda kekuasaan, yang lain memiliki tanda kesadaran.
c. Gottfried Wilhelm Leibnitz. Terkenal dengan ajarannya “monade”,
bahwa yang merupakan kekuatan adalah gaya atau kekuatan.

3. Menurut filsuf Bertrand Russell: “Antara agama (theologi) dan ilmu


pengetahuan terletak suatu daerah yang tak bertuan. Daerah ini diserang
baik oleh agama (theology) maupun oleh ilmu pengetahuan. Daerah tak
bertuan ini adalah filsafat”.

Dimana dapat dikatakan hubungan filsafat dengan agama


diantaranya adalah setiap orang diharapkan merenung dalam hikmah untuk
menjadi proses pendidikan dan usaha-usaha pendidkan suatu bangsa guna
mempersiapkan generasi muda dan warga negara agar beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan menjadi warga negara sadar
dan insaf tentang hidup serta mempunyai tauladan yang dapat dijadikan
perinsip dan keyakinan.

C. Hubungan Filsafat dengan Kebudayaan


Pengertian kebudayaan dari beberapa ahli :
1. Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan komplek yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat
istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh
manusia sebagai anggota masyarakat
2. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku
yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur
pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat
lainnya.
3. Kotjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, milik dari manusia dengan belajar
4. Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hiup yang
diciptakan oleh manusia

Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan


masyarkat, berbagai macam kekuatan harus dihadapi seperti kekuatan alam
dan kekuatan lain. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan
baik secara spritual maupun materil. Manusia merupakan makhluk yang
berbudaya, melalui akalnya manusia danpat mengembangkan kebudyaan.
Begitu pula manusia hidup dan tergantung apa kebudayaan sebagai hasil
ciptaanya. Kebudayaan memberikan aturan bagi manusia dalam mengolah
lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya. Dan kebudayaan juga
diharapkan dengan pendidikan yang akan mengembangkan dan
membangkitkan budaya-budaya dulu, agar dia tidak punah dan terjaga untuk
selamanya. Oleh karena itu, dengan adanya filsfat, kita dapat mengetahui
tentang hasil karya manusia yang akan menimbulkan teknologi yang
mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadal alam
lingkungannya. Sehingga kebudayaan memiliki peran :
1. suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya
2. wadah untuk menyalurkan perasan dan kemampuan lain
3. sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4. pembeda manusia dengan binatang
5. petunjuk-petunjuk tentang bagaimana harus bertindak dan berperilaku
dalam pergaulan
6. pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya
bertindak, berbuat, menentukan sikapnya jikga berhubungan dengan
orang lain
7. sebagai modal dasar pembangunan

Kebudayaan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh


kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya
masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayan kebendaan yang
mempunyai kegunaan utama dalam melindungi masyarakat terhadap
lingkungan di dalamnya.

II. RUANG LINGKUP, METODE, DAN PEMBAGIAN FILSAFAT


A. Ruang Lingkup
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang mencakup ilmu-ilmu
khusus. Dalam perkembangannya ilmu-ilmu khusus itu memisahkan diri
dari induknya yakni filsafat.
Dalam sejarah ilmu, ilmu khusus yang pertama kali memisahkan diri
dari filsafat adalah matematika yaitu pada zaman Renaissance (abad
XVI.M) yang kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu lainnya.
Filsafat sebagai induk ilmu-ilmu lainnya masih terasa pengaruhnya.
Setelah ilmu filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu lainnya, ternyata filsafat
tidak mati tetapi hidup dengan corak tersendiri yakni sebagai ilmu yang
memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.
Ruang lingkup fisafat adalah segala sesuatu lapangan pemikiran
manusia yang amat luas (komprehensif). Segala sesuatu yang mungkin ada
dan benar-benar ada (nyata), baik material konkrit maupun material abstrak
(tidak terlihat). Jadi obyek filsafat itu tidak terbatas. (Noor
Syam,1988:22).SS
Adapun menurut pendapat para ahli tentang ruang lingkup filsafat :
1. Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya dan metode-metodenya.
2. Tentang ada dan tidak ada.
3. Tentang alam, dunia dan seisinya.
4. Menentukan apa yang baik dan apa yang buruk.
5. Hakikat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk lainnya.
6. Tuhan tidak dikecualikan.

B. Metode
Ada tiga metode berfikir yang digunakan untuk memecahkan problema-
problema filsafat, yaitu:
1. Metode Deduksi
Adalah suatu metode berpikir dimana suatu kesimpulan ditarik dari
prinsip-prinsip umum dan kemudia diterapkan kepada semua yang bersifat
khusus.
Contohnya sebagai berikut:
a. Semua manusia adalah fana (prinsip umum)
b. Semua raja adalah manusia (prinsip khusus)
c. Karena itu semua raja adalah fana (kesimpulan)

2. Metode Induksi
Adalah suatu metode berpikir dimana suatu kesimpulan ditarik dari
prinsip khusus kemudian diterapkan kepada sesuatu yang bersifat umum.
Contohnya sebagai berikut:
a. Bagus adalah manusia (prinsip khusus)
b. Dia akan mati (prinsip umum)
c. Seluruh manusia akan mati (kesimpulan)

3. Metode Dialektik
Yaitu suatu cara berpikir dimana suatu kesimpulan diperoleh melalui
tiga jenjang penalaran: tesis, antitesis dan sintesis. Metode ini berusaha
untuk mengembangkan suatu contoh argument yang didalamnya terjalin
implikasi bermacam-macam proses (sikap) yang saling mempengaruhi
argument tersebut akan menunjukkan bahwa tiap proses tidak menyajikan
pemahaman yang sempurna tentang kebenaran. Dengan demikian, timbullah
pandangan dan alternatif yang baru. Pada setiap tahap dari dialektik ini kita
memasuki lebih dalam pada problema asli. Dan dengan demikian ada
kemungkinan untuk mendekati kebenaran.
Hegel menganggap bahwa metode dialektik merupakan metode berpikir
yang benar, ia maksudkan ialah hal-hal yang sebenarnya sering kita alami
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kerap kali kita
mengalami perlunya mendamaikan hal-hal yang bertentangan. Tidak jarang
terjadi bahwa kita mesti mengusahakan kompromi antara beberapa pandapat
atau keadaan yang berlawanan satu sama lain. Nah, maksud Hegel mirip
dengan pengalaman kata itu. Hegel sangat mengagumi filsuf yunani
Herakleitos yang mengatakan bahwa “pertentangan adalah bapak segala
sesuatu”.
Proses dialektik selalu tradisi dari tiga fase. Fase pertama disebut tesis
yang menampilkan “lawan” dari fase kedua yaitu antitesis. Akhirnya,
disebut fase ketiga disebut sintesis, yang mendamaikan antara tesis dan
antitesis yang saling berlawanan. Sintesis yang telah dihasilkan dapat
menjadi tesis pula yang menampilkan antitesis lagi dan akhirnya kedua-
duanya dinamakan menjadi sintesis baru. Demikian selanjutnya setiap
sintesis dapat menjadi tesis.
Contoh tesis, antitesis dan sintesis.

Dalam keluarga, suami istri adalah dua makhluk yang berlainan yang dapat
berupa tesis dan antitesis. Bagi Suami, anak merupakan bagian dari dirinya
sendiri. Begitu juga sang Istri, dengan demikian si anak merupakan sintesis
bagi Suami Istri tadi.
Metode yang digunakan untuk memecahkan problem-problem filsafat,
berbeda dengan metode yang digunakan untuk mempelajari filsafat. Ada
tiga macam metode untuk mempelajari filsafat, diantaranya:
1. Metode Sistematis
Metode ini bertujuan agar perhatian pelajar/ mahasiswa terpusat pada
isi filsafat, bukan pada tokoh atau pada metode.
Misalnya, mula-mula pelajar atau mahasiswa menghadapi teori
pengetahuan yang berdiri atas beberapa cabang filsafat. Setelah itu
mempelajari teori hakikat, teori nilai atau filsafat nilai. Pembagian besar ini
dibagi lebih khusus dalam sistematika filsafat untuk membahas setiap
cabang atau subcabang itu, aliran-aliran akan terbahas.

2. Metode Histories
Metode ini digunakan untuk mempelajari filsafat dengan cara
mengikuti sejarahnya dapat dibicarakan dengan tokoh-tokoh menurut
kedudukannya dalam sejarah. Misal dimulai dari pembicarakan filsafat
thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori
pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai. Lantas dilanjutkan
dalam membicarakan Anaxr mandios Socrates, lalu Rousseau Kant dan
seterusnya sampai tokoh-tokoh kontemporer.

3. Metode kritis
Metode ini digunakan oleh orang-orang yang mempelajari filsafat
tingkat intensif. Sebaiknya metode ini digunakan pada tingkat sarjana.
Disini gajaran filsafat dapat mengambil pendekatan sistematis ataupun
histories. Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian pelajar
mencoba mengajukan kritikannya, kritik itu mungkin dalam bentuk
menentang. Dapat juga berupa dukungan. Ia mungkin mengkritik
mendapatkan pendapatnya sendiri ataupun menggunakan pendapat filsuf
lain. Jadi jelas tatkala memulai pelajaran amat diperlukan belajar filsafat
dengan metode ini.
C. Pembagian Filsafat

Berikut ini beberapa pembagian filsafat menurut beberapa para ahli :

1. Alcuinus, salah seorang tokoh “Filsafat Scholastik” pada zaman abad


pertengahan membagi filsafat sebagai berikut :
a. Bagian fisika yang menyelidiki apakah sebab-sebabnya sesuatu itu
ada.
b. Bagian etika yang menentukan tata hidup.
c. Bagian logika yang mencari dasar-dasar untuk mengerti.

2. Al-Kindi ahli pikir dalam filsafat islam membagi filsafat menjadi tiga
bagian yaitu :
a. Ilmu fisika, tingkatan terendah
b. Ilmu matematika, tingkatan tengah
c. Ilmu ketuhanan, tingkatan tertinggi

3. Al-Farabi dan Ibnu Sina membagi dua bagian yaitu filsafat teori dan
filsafat praktek.

4. Prof. DR. M. J. Langeveld membagi filsafat dalam tiga lingkungan


masalah, yaitu :
a. Lingkungan masalah-masalah keadaan (metafisika, manusia dan
lain-lain)
b. Lingkungan masalah-masalah pengetahuan (teori pengetahuan,
teori kebenaran, logika).
c. Lingkungan masalah-masalah nilai (teori nilai, etika, estetika, yang
bernilai berdasarkan religi).

5. Prof. Alburey Castell membagi filsafat ke dalam enam bagian sebagai


berikut :
a. Masalah theologies.
b. Masalah metafisika.
c. Masalah epistimologi.
d. Masalah etika.
e. Masalah politik.
f. Masalah sejarah.

6. H.De Vos membagi filsafat ke dalam sembilan golongan sebagai


berikut :
a. Logika
b. Metafisika
c. Ajaran tentang ilmu pengetahuan
d. Filsafat alam
e. Filsafat kebudayaan
f. Filsafat sejarah.
g. Etika
h. Estetika
i. Anthropologi.

7. Plato membedakan filsafat atas tiga bagian sebagai berikut :


a. Dialetika, tentang ide-ide atau pengertian-pengertian umum.
b. Fisika, tentang dunia materil.
c. Etika, tentang kebaikan.

8. Aristoteles membagi 4 cabang yaitu :


a. logika
b. filsafat teoritis
c. filsafat praktis
d. filsafat peotika

Pembagian filsafat menurut bagan induktif

1. Metafisika
a. Metafisika fundamental, yaitu kritikan
b. Metafisika sistematis, yaitu ontology dan theodyca
2. Filsafat tentang :
a. Alam, yaitu kosmologia
b. Manusia, yaitu anthropologia
3. Filsafat rasional-logika
a. Logika umum/formal, yaitu logika
b. khusus/material, yaitu filsafat tentang ilmu pengetahuan.
4. Filsafat praktis atau tentang kebudayaan
a. Filsafat praktis (tentang keseluruhan kegiatan manusia)
1) Filsafat etika, yaitu etika umum dan etika khusus
2) Filsafat tentang agama
b. Filsafat kebudayaan (tentang perbuatan lahiriah manusia)
1) Bagian umum : filsafat kebudayaan
2) Bagian khusus : filsafat tentang bahasa, kesenian, hukum,
pendidikan, manusia, dan lain-lain.

Pembagian filsafat menurut bagan deduktif

1. Pengetahuan adalah kesadaran akan hal sesuatu, kesadaran akan diri


kita sendiri.
2. Pengakuan bahwa aku ini ada. Karena andaikata aku tak ada
bagaimanakah aku dapat berdiri di alun-alun dan sadar akan diriku
sendiri.
3. Pengakuan bahwa kodrat saya adalah sadar akan diriku sendiri,
mengerti akan diriku sendiri, ini adalah aspek rohani. Tetapi berdiri di
suatu tempat adalah aspek jasmani.
4. Pengakuan dunia yang ku injak itu yaitu di alun-alun.
5. Penilaian perbuatan ini, artinya dalam kenyataan setiap perbuatan itu
apakah baik atau tidak baik, sesuai dengan kodrat saya atau tidak sesuai
dengan kodrat saya.
6. Dan mengenai perbuatan ini saya yakin harus memberikan
pertanggungjawaban terhadap suara batin saya sebagai suatu kekuasaan
yang berada di dalam maupun di atas yang akhirnya terhadap Tuhan.
D. Perbedaan Filsafat dengan ilmu dan agama
1. Obyek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu
segala sesuatu yang ada (realita). Sedangkan obyek material ilmu
(pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu
hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan
terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam
disiplin tertentu.
2. Obyek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat non fragmentaris,
karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas,
mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris,
spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik,
yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri
dengan realita.
3. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan
daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah
diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai
ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat
timbul dari nilainnya.
4. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan
pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif,
yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi
tahu.
5. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhar, yang mutlak, dan
mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu
menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih
dekat, yang sekunder (secondary cause).
6. Filsafat dan ilmu bersumber pada kekuatan akal, sedangkan agama
bersumber pada wahyu.
7. Filsafat didahului oleh keraguan, ilmu didahului oleh keingintahuan,
sedangkan agama diawali oleh keyakinan.
DAFTAR PUSTAKA

Hardjo, Radja Mudya. 2004. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Jalaluddin, dan Abdullah Idi. 2012. Filsafat Pendidkan: Manusia, Filsafat, dan
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sadulloh, Uyon. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta CV.


DAFTAR PUSTAKA

Hardjo, Radja Mudya. 2004. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Jalaluddin, dan Abdullah Idi. 2012. Filsafat Pendidkan: Manusia, Filsafat, dan
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sadulloh, Uyon. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta CV.

Anda mungkin juga menyukai