Anda di halaman 1dari 7

FILSAFAT PENDIDIKAN

TENTANG

PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

OLEH :

HAVIZA IZZATUL QAWIYYAH

18129264

18 BKT 10

DOSEN PEMBIMBING :

DRS. ZELHENDRI ZEN, M. PD

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
I. DEFINISI FILSAFAT
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani. Kata ini berasal dari kata
philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang
berarti cinta, senang dan suka, serta kata sophia berarti pengetahuan,
hikmah dan kebijaksanaan (Hamdani Ali, 1986: 7). Hasan Shadily (1984: 9)
mengatakan bahwa filsafat menurut asal katanya adalah cinta akan
kebenaran. Dengan demikian, dapat ditarik pengertian bahwa filsafat adalah
cinta pada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan
kebijaksanaan. Jadi, orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai
kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli dan bijaksana.
Dalam pengertian lebih luas, ada beberapa pendapat ahli mengenai definisi
filsafat, yaitu
a. Harold Titus (1984) mengemukakan pengertian filsafat sebagai berikut :
1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis.
2. Filsafat ialah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
4. Filsafat ialah analisis logis dari bahasan dan penjelasan tentag arti
konsep.
5. Filsafat ialah sekumpulan problema-problema yang langsung
mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli
filsafat.
b. Imam Barnadib menjelaskan filsafat sebagai pandangan yang
menyeluruh dan sistematis. Menyeluruh karena filsafat bukan hanya
pengetahuan, melainkan juga suatu pandangan yang dapat menembus
sampai di balik pengetahuan itu sendiri. Dengan pandangan yang lebih
terbuka ini, hubungan dan pertalian antara semua unsur yang
mengarahkan perhatian dan kedalaman mengenai kebajikan
dimungkinkan untuk dapat ditemukan. Sistematis, karena filsafat
menggunakan berpikir secara sadar, teliti fan teratur sesuai dengan
hukum – hukum yang ada (Imam Barnadib, 1994: 11-12).
c. Menurut Harun Nasution, filsafat ialah berpikir menurut tata tertib
(logika), bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, serta agama) dan
dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan (S.
Nasution, 1973 : 24).
d. Menurut Jujun S. Srisumantri (1990), adalah sebagai karakteristik dan
berpikir filosofis. Ia berpandangan bahwa berpikir secara
filsafatmerupakan cara berpikir radikal, sistematis, menyeluruh dan
mendasar untuk sesuatu permasalahan yang mendalam. Begitupun
berpikir secara spekulatif, termasuk dalam rangkaian berpikir dengan
cara merenung, memikirkan segala sesuatu sedalam-dalamnya, tanpa
keharusan adanya kontak langsung dengan objek sesuatu tersebut.
e. Muhammad Noor Syam menjelaskan, filsafat adalah suatu lapangan
pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat luas (komprehensif).
Filsafat menjangkau semua persoalan dalam daya kemampuan pikiran
manusia dengan mencoba mengerti, menganalisis, menilai dan
menyimpulkan semua persoalan-persoalan secara mendalam.
(Mohammad Noor Syam, 1986 : 16)

Dengan demikian, kebenaran filsafat adalah kebenaran yang relatif.


Artinya, kebenaran itu sendiri selalu mengalami perkembangan sesuai
dengan perubahan zaman dan peradaban manusia.

Dari uraian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa filsafat


adalah ilmu pengetahuan komprehensif yang berusaha memahami
persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup
pengalaman manusia. Dengan demikian, diharapkan agar manusia dapat
mengerti dan memiliki pandangan yang menyeluruh dan sistematis
mengenai alam semesta dan tempat manusia di dalamnya.

II. DEFINISI FILSAFAT PENDIDIKAN


Berbagai pengertian filsafat pendidikan telah dikemukakan para ahli, yaitu
a. Menurut Al-Syaibani (1979: 36), filsafat pendidikan ialah aktivitas
pikiran yang teratur, yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk
mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan. Artinya
filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-
maklumat yang diupayakan untuk pengalaman kemanusiaan merupakan
faktor integral.
b. Menurut John Dewey (1957), filsafat pendidikan merupakan suatu
pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang
menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional),
menuju tabiat manusia.
c. Menurut Imam Barnadib (1993: 3), filsafat pendidikan merupakan ilmu
yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
dalam bidang pendidikan. Baginya filsafat pendidikan merupakan
aplikasi sesuatu analisis filosofis terhadap bidang pendidikan.
d. Menurut Brubachen (Muzayyin Arifin, 1993: 3), filsafat pendidikan
adalah seperti menaruh sebuah kereta di depan seekor kuda, dan filsafat
dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan.
Filsafat itu berdiri secara bebas dengan memperoleh keuntungan karena
punya kaitan dengan filsafat umum.
e. Menurut Thompson, filsafat artinya melihat suatu masalah secara total
dengan tanpa ada batas atau implikasinya, ia tidak hanya melihat tujuan,
metode atau alat-alatnya tapi juga meneliti dengan seksama hal-hal yang
di maksud. Keseluruhan masalah yang dipikirkan oleh filosof tersebut
merupakan suatu upaya untuk menemukan hakikat masalah. Sedangkan
suatu hakikat itu dapat di bakukan melalui proses kompromi.
f. Menurut Zanti Arbi (1988), pengertian filsafat pendidikan yaitu :
1. Menginspirasi, yang dapat diartikan mampu memberikan inspirasi
bagi para pendidik untuk menjalankan berbagai ide dalam
pengembangan pendidikan.
2. Menganalisis, yang dapat diartikan mampu memeriksa secara detail
setiap bagian dari pendidikan hingga validitas dari pendidikan itu
sendiri dapat diketahui secara jelas.
3. Memperspektifkan, yaitu mengenai upaya memberi pengarahan dan
penjelasan kepada pendidik mengenai pendidikan secara lebih luas
dan mendalam.
4. Meninvestigasi, yaitu meneliti dan memerikasa tingkat kebenaran
dari berbagai teori yang ada di dunia pendidikan.

Dengan demikian, dari uraian di atas dapat kita tarik suatu pengertian
bahwa filsafat pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang
pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma dan/atau ukuran
tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam
hidup dan kehidupannya.

Apabila dihubungkan dengan persoalan pendidikan secara luas, dapat


disimpulkan bahwa filsafat merupakan arah dan pedoman atau pijakan dasar
bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan. Jadi, filsafat
pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan
penerapan analisis filosofis dalam lapangan pendidikan.

III. PERBEDAAN FILSAFAT DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN


a. Filsafat mempunyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan
filsafat pendidikan objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan
saja.
b. Filsafat hendak memberikan pengetahuan/ pendiidkan atau pemahaman
yang lebih mendalam dan menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak
begitu mendalam
c. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus,
mempersatukan dan mengkoordinasikannya
d. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan
tetapi sudut pandangannya berlainan.
e. Filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk
mencapai kebijakan dan kearifan. Sedangkan filsafat pendidikan
merupakan ilmu yang pada hakikatnya jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang timbul dalam lapangan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Hardjo, Radja Mudya. 2004. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Jalaluddin, dan Abdullah Idi. 2012. Filsafat Pendidkan: Manusia, Filsafat, dan
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sadulloh, Uyon. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta CV.

Anda mungkin juga menyukai