Anda di halaman 1dari 4

RUANG KOLABORASI

Nama : Antonius Yohanes Bhoka


NIM : 2364823175

Contoh kasus 1
Pak Budi merupakan guru Ekonomi. Hari ini pak Budi akan menyampaikan materi mengenai
kewirausahaan. Sekolah Pak Budi terletak di daerah dataran tinggi dan peserta didik Pak Budi
sebagian besar memiliki orang tua yang bermata pencaharian petani. Bagaimana kegiatan dan
tugas yang sebaiknya diberikan Pak Budi?
Diskusikanlah kasus tersebut dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching!
Dalam hal ini, pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) dapat membantu
Pak Budi dalam menyampaikan materi kewirausahaan dengan mempertimbangkan latar
belakang budaya peserta didiknya yang mayoritas berasal dari keluarga petani. Berikut adalah
beberapa kegiatan dan tugas yang dapat dilakukan Pak Budi:
1. Penekanan pada pengalaman dan pengetahuan yang ada.
Pak Budi dapat memulai pelajaran dengan menjalin hubungan dengan peserta didik
melalui menanyakan pengalaman atau pengetahuan mereka tentang petani dan pertanian
di daerah mereka. Hal ini membantu mengaitkan materi kewirausahaan dengan realitas
lokal dan dapat memotivasi peserta didik untuk belajar lebih lanjut.
2. Studi kasus kewirausahaan di bidang pertanian.
Pak Budi dapat memberikan studi kasus kewirausahaan yang relevan dengan bidang
pertanian. Misalnya, bisa melibatkan contoh-contoh petani lokal yang telah berhasil
dalam memulai bisnis mereka sendiri dalam sektor pertanian. Memvisualisasikan contoh-
contoh ini dapat membangkitkan inspirasi dan memberikan gambaran praktis tentang
kewirausahaan di bidang pertanian.
3. Penyusunan rencana bisnis sederhan.
Membantu peserta didik untuk menyusun rencana bisnis sederhana yang berhubungan
dengan pertanian. Misalnya, mereka dapat membuat rencana bisnis untuk mengolah hasil
pertanian menjadi produk olahan yang memiliki nilai tambah atau mengembangkan bisnis
jasa yang mendukung sektor pertanian. Pak Budi dapat memberikan panduan dan umpan
balik saat peserta didik menyusun rencana bisnis mereka.
4. Pengembangan keterampilan komunikasi dan negosiasi.
Kewirausahaan tidak hanya melibatkan keterampilan teknis, tetapi juga melibatkan
keterampilan komunikasi dan negosiasi yang kuat. Pak Budi dapat melibatkan peserta
didik dalam peran bermain atau simulasi untuk berlatih dan mengembangkan
keterampilan ini. Misalnya, mereka dapat memainkan peran sebagai pemilik bisnis,
pelanggan, atau mitra bisnis dalam skenario tertentu.
5. Pengajaran berkelompok dan kolaboratif.
Pak Budi dapat menumbuhkan kerjasama dan keterlibatan peserta didik dengan
mengorganisir kegiatan pembelajaran berkelompok atau proyek kolaboratif. Ini
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk saling belajar dan bekerja sama,
memanfaatkan keahlian individu dan membangun pemahaman yang lebih mendalam
tentang kewirausahaan di bidang pertanian.
6. Mengaitkan pendekatan kewirausahaan dengan keberlanjutan dan inovasi.
Pak Budi dapat mengajarkan peserta didik tentang pentingnya pendekatan kewirausahaan
yang berkelanjutan dan inovatif dalam konteks pertanian. Memperkenalkan konsep
seperti pertanian organik, pengelolaan limbah, teknologi pertanian yang ramah
lingkungan dapat membantu mempromosikan kesadaran dan pemahaman yang lebih luas
tentang pentingnya mempertahankan kelestarian lingkungan dalam bisnis pertanian.

Contoh Kasus 2
Bonar adalah seorang siswa bersuku Batak yang berasal dari Sumatera. Saat memasuki SMP,
Bonar dan keluarganya pindah rumah ke daerah Cianjur. Sebagian besar siswa di sekolah ini
berasal dari suku Sunda. Bonar merasa kesulitan untuk beradaptasi karena perbedaan budaya.

Diskusikanlah cara guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman,
dan berpihak pada peserta didik.

Guru dapat memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang
aman, nyaman, dan berpihak pada peserta didik seperti Bonar. Berikut adalah beberapa cara
yang dapat dilakukan oleh guru:
1. Memahami dan menghormati perbedaan budaya.
Guru perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang budaya peserta didik yang
berbeda. Belajar tentang nilai-nilai, kebiasaan, dan tradisi budaya Batak yang dibawa oleh
Bonar akan membantu guru untuk menghormati dan menghargai latar belakang
budayanya.
2. Mendorong inklusi dan keragaman.
Guru perlu mengedepankan inklusi dan menghargai keragaman dalam kelas. Membuat
semua peserta didik merasa diterima dan dihargai tanpa memandang asal suku atau
budaya mereka. Mengadopsi pembelajaran yang berpusat pada siswa, termasuk kegiatan
kolaboratif dan proyek yang memotivasi peserta didik untuk saling belajar dan
menghargai perbedaan.
3. Mendukung integrasi social.
Guru dapat membuat aktifitas kelas yang merangsang interaksi antar peserta didik.
Misalnya, dengan menyelenggarakan proyek kelompok yang memfasilitasi kerjasama dan
pertukaran pengalaman antara peserta didik yang berasal dari berbagai latar belakang
budaya.
4. Menggunakan literatur dan materi pembelajaran yang inklusif.
Guru dapat memastikan bahwa materi pembelajaran yang digunakan mencerminkan
keberagaman budaya dan latar belakang peserta didik. Menyertakan literatur dan sumber
daya yang menceritakan cerita dan pengalaman dari berbagai budaya akan membantu
Bonar merasa diwakili dan diterima dalam lingkungan belajar.
5. Mengalokasikan waktu untuk refleksi dan dialog.
Guru dapat memberikan waktu untuk diskusi terbuka dan refleksi tentang pengalaman
dan perspektif budaya di kelas. Ini memungkinkan peserta didik untuk berbagi,
memahami, dan menyadari perbedaan di antara mereka, serta melibatkan mereka dalam
pengambilan keputusan sebagai kelas.
6. Membentuk kerja sama dengan keluarga.
Guru dapat menjalin kemitraan dengan keluarga Bonar dan keluarga lainnya yang berasal
dari budaya yang berbeda. Mengadakan pertemuan orang tua atau kegiatan yang
melibatkan keluarga dapat membangun hubungan yang lebih kuat, meningkatkan
pemahaman dan minat keluarga dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka.
Dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan berpihak pada peserta
didik seperti Bonar, guru harus berkomitmen untuk menghargai keragaman budaya dan
menciptakan ruang di mana semua peserta didik merasa diterima dan dihargai. Dengan
pendekatan ini, Bonar akan merasa lebih terhubung dan termotivasi untuk berpartisipasi
dalam proses pembelajaran.
 Selain kedua contoh kasus di atas, Anda juga dapat menceritakan kasus serupa yang
pernah Anda temukan atau mungkin pernah Anda alami. Bagikanlah bersama rekan dan
dosen untuk menjadi bahan diskusi pada kegiatan ini. Kemudian kerjakanlah tugas
berikut!
 Apakah Anda pernah menemukan kasus-kasus serupa? atau mungkin Anda pernah
mengalami kesulitan karena perbedaan budaya? Anda dapat membagikan pengalaman
Anda kepada rekan-rekan sebagai bahan diskusi.

Jawaban :

Kelompok kami pernah mengalami kesulitan karena perbedaan budaya pada saat
kegiatan PPL di SMP Negeri 1 Singaraja. Yaitu dimana yang berasal dari NTT merasakan
perbedaan yang sangat besar dari bahasa serta keragaman budaya dan tradisi yang ada di Bali
yang belum kami ketahui dan kenali sebelumnya sehingga ini merupakan hal yang baru bagi
kami. Adapun beberapa kendala yang dihadapi saat pembelajaran berlangsung, diantaranya
komunitas peserta didik yang ada didalam kelas kebanyakan menggunakan bahasa bali,
sehingga kami sulit utuk memahami apa yang sedang diperbincangkan didalam kelas, apakah
terkait dengan materi yang sedang dipelajari atau mengenai hal yang lain. Selain itu dalam
merancang pembelajaran ketika kami ingin memasukan unsur budaya dalam pembelajaran,
kami keuslitan untuk memilih budaya yang sesuai dengan peserta didik, karena kami sebagai
guru belum mengenali secara mendalam buadaya yang ada dilingkungan peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai