Hakikat belajar , belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu
agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu
melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu. Belajar menurut gagne (1985),
adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam belajar yaitu : (a) proses ,(b)
perubahan perilaku ,dan (c) pengalaman.
Hakikat pembelajaran , pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru
atau pendidik untuk membelanjakan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah) ,
pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru ,karena guru merupakan tenaga
profesional yang dipersiapkan kn untuk itu. Menurut mu Mudhofir (1987:30) pada garis
besarnya ada empat pola pembelajaran.
Menurut Adam & DIckey (dalam Oemar Hamalik ,2005) peran guru sesungguhnya sangat
luas meliputi:
a. Guru sebagai pengajar (teacher as instructor).
b. Guru sebagai pembimbing (teacher as counselor )
c. Guru sebagai ilmuwan (teacher as scinlentist)
d. Guru sebagai pribadi (teacher as person)
Tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang di inginkan di capai ,olehh kegiatan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini merupakan tujuan antara dalam upaya mencapai
tujuan tujuan yang lain yang lebih tinggi tingkatannya yaitu tujuan pendidikan dan tujuan
pembangunan nasional. Dimulai dari tujuan tujuan pembelajaran (umum dan khusus),tujuan
yang lebih tinggi tingkatannya , yakni membangun manusia (peserta didik ) yang sesuai
dengan yang dicita -citakan.jenis jenis tujuan yaitu, tujuan pendidikan nasional, tujuan
institusional /lembaga ,tujuan kurikuler, tujuan instruksional/ pembelajaran.
Pengertian strategi pembelajaran pada mulanya digunakan dalam dunia kemeliteran .
Strategi berasal dari bahasa Yunani strategi di artikan sebagai ilmu kejenderalan atau ilmu
kepanglimaan . Strategi dalam pengertian kemeliteran ini berarti cara penggunaan seluruh
kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang . pengertian strategi terbit kemudian
diterapkan dalam dunia pendidikan,yang dapat di artikan sebagai suatu seni dan ilmu untuk
membawakan pengajaran dikelas sedemikian rupa hingga tujuan yang di tetapkan dapat
dicapai secara efektif dan efesien. Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis
garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut T. Raka Joni strategi sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru siswa dalam
mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan
efesien (Gulo ,2002)
Prinsip prinsip penggunaan strategi pembelajaran yang di maksud adalah hal hal yang harus
diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran.prinsip umum penggunaan strategi
pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran dan semua
kondisi pembelajaran.setiap strategi memiliki kekhasan sendiri sendiri .oleh karena itu,guru
perlu memahami prinsip prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran berikut yaitu
berorientasi pada tujuan, individualitas , dan aktivitas.
BAB II KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
Sehubungan dengan sejumlah pertimbangan di atas , Marc 2005 menyatakan bahwa
pembagian siswa dalam kelompok kecil yang umum dilaksanakan adalah berdasarkan .
1 kelompok siswa dengan tingkat kecakapan yang sama setaraf atau mirip.
2. Kelompok dengan tingkat keterampilan yang serta.
3. Kelompok persahabatan, menginginkan bahwa siswa yang akrab untuk kerjasama atau
kerja bersama:
4. Kelompok minat.
dalam kaitannya dengan model pembelajaran yang banyak dikembangkan saat ini, yaitu
cooperative learning Laura Chandler 2009 menyarankan agar setiap kelompok terdiri dari 4
orang kelompok ini terbukti efektif dan luwes karena jika guru menginginkan dapat
mengelompokkan nya lagi menjadi 2 pasangan 2 pasang, tetapi tetap dalam kelompok yang
sama. Tiap tim hanya bersifat heterogen sehingga setiap anak memiliki Ki q&q sempatan
berinteraksi dengan anak yang berbeda titik secara rinci disarankan sebagai berik:
a. setiap tim meliputi 1 anak yang pandai, 2 anak yang rata-rata kepandaiannya dan 1
anak yang lambat bekerja.
b. Diupayakan ada kelompok laki-laki maupun perempuan.
c. Anggota tim menggambarkan perbedaan etnik atau ras atau suku.
d. Tim dibentuk paling lama untuk dalam jangka waktu sekitar 6 minggu, setelah itu
dapat dikelompokkan lagi.
e. Setelah pembentukan tim sebelum penugasan oleh guru beri kesempatan kepada
anggota tim untuk saling mengenal lebih ih dalam satu sama lain, misalnya melalui
kegiatan pemecahan kebekuan.
Pembentukan tim dalam pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan secara cepat dan
mudah misalnya melalui pembuatan kartu indeks. Caranya adalah sebagai berikut.
a. tulislah nama setiap siswa di atas sebuah kartu indeks dapat disebut cukup berukuran
setengah kartu pos
b. kelompokkan kartu kartu indeks itu menjadi 4 tumpukan yang masing-masing
tumpukan mewakili anak yang pandai, rata-rata atas rata-rata bawah dan lambat
belajar.
c. Pilih satu kartu indeks dari setiap tumpukan titik dalam memilih yakini dan cermati
bahwa pilihan anda sudah memperhatikan jenis kelamin ras dan kepribadian siswa,
sehingga setiap kelompok merupakan campuran heterogen
d. Pilihlah sisa anggota kelompok dengan cara yang sama.tempatkan setiap kartu indeks
yang berisi anggota tim dalam suatu tempat penyimpanan, misalnya dalam box kecil
dari plastik atau semacam tempat penyimpanan kartu katalog.
e. dalam kertas terpisah atau buku catatan, catatlah setiap nama tim dan anggotanya
dokumen kan arsipkan dengan baik , ini akan menjadi acuan Anda jika nanti akan
membentuk tim yang baru, tentu anda tidak menginginkan sepanjang tahun setiap
anak berada di kelompok yang sama, mereka akan bosan dan tidak kreatif lagi.
Inti pelaksanaan pembelajaran kolaboratif tentu saja harus terjadi diskusi, kontak
langsung antara orang perorangan dan masing-masing individu diberikan kesempatan
yang sama untuk mengutarakan pendapat dan gagasannya, dan pada akhirnya mereka
diwajibkan untuk mengambil kesimpulan atau memecahkan masalah sesuai dengan tugas
yang diberikan tujuan pembelajaran. melalui diskusi kelompok kecil memungkinkan
peserta tidak memperoleh manfaat melalui:
1. berbagai informasi dan pengalaman dalam pemecahan masalah atau
penambahan wawasan kognitif,
2. Meningkatkan pemahaman terhadap,
3. Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan pembelajaran dan pengambilan
keputusan,
4. Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi,
5. membina kerjasama yang sehat dan efektif dalam kelompok yang kohesif dan
bertanggung jawab.
Memberikan penguatan guru harus mampu mendorong dan memotivasi siswa untuk
dapat belajar dengan baik. Hal ini misalnya dapat dilakukan guru pada saat awal
pembelajaran terkait dengan apersepsi atau pada saat menjelang akhir pembelajaran terkait
dengan refleksi titik pada persepsi guru menjelaskan berbagai manfaat yang dapat diraih
siswa dari mempelajari pokok tertentu aspek karir pengalaman profesi yang terkait pada saat
refleksi guru melakukan penilaian bersama-sama siswa dapat mempelajari pada hari ini, apa
kekuatan kekuatan siswa dan apa saja kelemahan-kelemahan yang harus dipelajari di rumah.
Menurut Hasibuan dan moedjiono 1990 :58 , tujuan pemberian penguatan antara lain:
1. Meningkatkan perhatian siswa:
2. Melancarkan atau memudahkan proses belajar
3. Membangkitkan dan mempertahankan motivasi
4. mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu menjadi tingkah laku
belajar yang
5. Mengarahkan kepada cara berpikir yang baik atau divergen dan inisiatif
pribadi.
Beberapa jenis komponen keterampilan memberi penguatan antara lain berupa :
1. Penguatan atau verbal. Berupa kata atau kalimat yang disampaikan guru, contoh:
"baik, bagus, seratus untuk kamu, itu berupa jempol "dan lain sebagainya.
2. Penguatan gestural. Diberikan dalam bentuk mimik, gerakan badan atau anggota yang
dapat memberikan kesan positif terhadap siswa. Contohnya mengacungkan jempol.
Tersenyum. Kerlingan mata tepuk tangan,menggukan dan lain-lainnya.
3. Penguatan dengan cara mendekat kearah siswa, misalnya berdiri atau duduk di
samping siswa yang sedang berdiskusi, sedang praktik keterampilan, dan lain-lainnya.
4. penguatan dengan sentuhan misalnya dengan menepuk-nepuk pundak siswa, menjabat
tangan siswa, pada anak-anak kecil dapat dilakukan dengan mengusap rambut kepada
5. Penguatandengan memberikan kegiatan yang menyenangkan, misalnya siswa yang
berhasil diminta untuk memimpin kegiatan, membentuk rekan lain yang mengalami
kesulitan belajar.
6. Penguatan berupa tanda atau benda misal memberi tanpa bintang memberikan
komentar pujian pada LKS buku PR siswa atau buku raport siswa.
Dalam kaitan ini mulyasa 2005: 78 menyarankan sejumlah hal yang harus diperhatikan
guru dalam memberikan penguatan, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Penguatan harus diberikan dengan sungguh-sungguh, penuh ketulusan:
2. pengobatan yang diberikan harus memiliki makna yang sesuai dengan kompetensi
yang diberikan muatan:
3. Hindarkan respon negatif terhadap jawaban peserta didik:
4. Penguatan harus dilakukan segera setelah sesuatu kompetensi di ditampilkan
5. Penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi.
Memberikan variasi adalah tidak nyaman bagi guru tatkala sedang mengajar, siswa
sebagai siswa tidak lagi memberikan perhatian, bahkan ada siswa yang berkali-kali melihat
jam dinding kelas atau jam tangannya yang menggambarkan keinginan siswa untuk segera
mengakhiri pembelajaran. Sebelum waktu berakhir. Ini menggambarkan bahwa siswa sudah
tidak lagi memiliki ketekunan belajar, kesungguhan, tidak antusias dan tidak lagi partisipasi
aktif. Di sini keterampilan guru dalam membuat variasi menjadi penting agar tidak menjadi
kebosanan dan kejenuhan belajar. Menggunakan variasi diartikan sebagai aktivitas guru
dalam konteks proses pembelajaran yang bertujuan mengenai kebosanan siswa sehingga
dalam pelajaran siswa selalu menunjukkan ketekunan, perhatian,, motivasi yang tinggi dan
kesedihan berperan serta secara aktif.
Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, membuka pelajaran dapat diartikan
sebagai aktivitas guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan atensi siswa
agar terpusat pada ada apa yang akan dipelajari titik menutup pembelajaran adalah aktivitas
guru untuk mengakhiri kegiatan inti pembelajaran. Learning bad teacher sejarah sejarah
belajar sambil mengajar sudah dimulai pada tahun 1795 tatkala Andrew Belle menuliskan
buku tentang saling mengajar yang diamati dan dipraktikkan di madras India selanjutnya
Joseph Chester mengambil alih gagasan ini dan mengimplementasikan di sekolahnya di
London titik akibatnya metode ini dikenal dengan metode bel lanchester. Metode ini
dikemukakan pada tahun 1915 diperkenalkan di Perancis dan mana dan nama mutuals karena
banyaknya siswa yang harus diajar sementara saat ini terjadi kekurangan guru.
Dengan demikian belajar bukan hanya berupa kegiatan mempelajari suatu mata
pelajaran di rumah atau di sekolah secara formal. Disamping itu belajar merupakan
masalahnya setiap orang. Hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan,
kegemaran, dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar.
Kegiatan yang disebut belajar dapat terjadi dimana-mana, baik di lingkungan keluarga,
masyarakat maupun di lembaga pendidikan formal. Di lembaga pendidikan formal usaha-
usaha dilakukan untuk menyajikan pengalaman belajar bagi anak didik agar mereka belajar
hal-hal yang relevan baik bagi kebudayaan maupun bagi diri masing-masing.
Berikut ini, ada 10 prinsip dasar dalam mengajar yang perlu teman-teman pendidik ketahui:
Berdasarkan hukum yang pertama dalam teori “Tujuh Hukum Mengajar” dari John Milton
Gregory berbunyi: “Guru harus mengetahui apa yang diajarkan.”
Jika teman-teman pendidik mengetahui dengan jelas inti pelajaran yang akan disampaikan di
kelas, tentu kita dapat meyakinkan siswa dengan wibawa, sehingga siswa percaya apa yang
dikatakan oleh teman-teman pendidik, bahkan merasa tertarik terhadap pelajaran yang kita
bawakan.
Bentuk cerita tidak hanya diutarakan dengan kata-kata, namun juga boleh dicoba dengan
menambahkan gerakan-gerakan, yang mampu memperdalam kesan pada siswa kita.
Penggunaan bahan pengajaran yang berbentuk audio visual berarti menggunakan panca
indera siswa.
Ensiklopedia adalah buku yang sering dipakai oleh para ilmuwan, namun di dalamnya
terdapat banyak penjelasan yang menggunakan gambar-gambar. Itu berarti bahwa para
ilmuwan pun perlu bantuan gambar untuk mengadakan penelitian.
Pengertian gaya mengajar menurut beberapa ahli diantaranya :Menurut Abu Ahmadi
pengertian gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam melaksanakan
proses pengajaran.Kemudian menurut Suparman gaya mengajar merupakan bentuk
penampilan guru saat mengajar yang bersifat kurikulermaupun psikologis.Bersifat
kurikuleryakni gaya mengajar yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran
sedangkan bersifat psikologis adalah pemberian hadiah dan teguran serta pemberian
kesempatan siswa dalam bertanya atau berpendapat.Tidak itu saja menurut Syahminan dalam
buku strategi belajar mengajar mengenai gaya mengajar adalah gaya guru sebagai pernyataan
kepribadian dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa.
Gaya mengajar ini ada dan dilakukan ketika menjadi seorang guru, karena setiap gaya
mengajar guru itu dibutuhkan dan sangat penting untuk peserta didik dan gaya membuat para
guru muncul dihadapan peserta didik sebagai manusia yang unik. Gaya memberikan cara
untuk menghubungkan peserta didik walaupun ditemukan mata pelajaran yang
membosankan. Hal ini menjadikan guru itu sangat efektif maksudnya individu unik yang
tidak hanya membawa kepribadian dan gaya kedalam kelas melainkan menciptakan suatu
lingkungan yang dikelola dengan baik dan siswa terlibat dan belajar.Selain itu dapat
dikatakan guru bergaya itu adalah guru yang memiliki tampilan menarik dalam berbagai hal
bergaya. Sedangkan guru yang tidak bergaya adalah guru yang tidak memiliki tampilan
ataukurang terampil, kurang menarik dalam bergaya.
Mengajar adalah membimbing siswa, agar mengalami proses belajar. Dalam belajar,siswa
menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Untuk memenuhi tuntutan tersebut,guru harus
membantu dengan cara mengajar yang efektif. Mengajar adalah suatu seni. Guruyang cakap mengajar
dapat merasakan bahwa mengajar di mana saja adalah suatu hal yangmenggembirakan, yang
membuatnya melupakan kelelahan. Selain itu guru juga dapatmempengaruhi muridnya melalui
kepribadiannya. Guru yang ingin murid-muridnya mengalamikemajuan, perlu mengadakan pengamatan
dan penelitian terhadap teori dan praktek mengajar sehingga ia dapat terus-menerus meningkatkan
cara mengajar Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral
yangcukup berat, sehingga berhasilnnya pendidikan siswa sangat bergantung pada guru
dalammelaksanakan tugasnya
Menurut Warni Rasyidin mengemukakan bahwa mengajar adalahketerlibatan guru dan siswa
dalam interaksi proses belajar mengajar. Guru sebagai koordinator menyusun,mengorganisasi dan
mengatur situasi belajar.Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pengajaran yang dilaksanakannya, oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan
membuat perencanaan kesempatan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi
siswanya dan memperbaiki kualitas mengajar. Dalam hal ini menuntut perubahan-perubahan
dalam pengorganisasian kelas, karakter, guru, metode, stategi balajar mengajar maupun sikap dalam
mengelola proses balajar mengajar bertindak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi
belajar mengajar yang efektif sehingga memungkinkan peningkatan kemampuan siswa dalam
mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan mampu menguasai tujuan yang harus dicapai.
Dalam hal ini guru di tuntut untuk mampu mengelola proses belajar mengajar sehingga dapat
memberikan ransangan kepada siswa.
Syarat-Syarat Mengajar Efektif
Mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang efektif pula.
Maka, untuk mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut
a. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. Didalam belajar, siswa harusmengalami aktivitas
mental, dan juga aktivitas jasmani.
b. Guru harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar. Dengan variasi metode,
mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa,mudah diterima
siswa, dan suasana kelas menjadi hidup.
c. Motivasi. Hal ini sangat berperan pada kemajuan, perkembangan anak selanjutnyamelalui
Proses Belajar Mengajar. Bila motivasi guru tepat mengenai sasaran akan meningkatkan
kegiatan anak dalam belajar
d. Kurikulum yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah ini juga harus mampu mengembangkan
segala segi kepribadian anak, disamping kebutuhan anak sebagai anggota masyarakat
e. Guru perlu mempertimbangkan pada perbedaan individual. Guru tidak cukup hanya
merencanakan pengajaran klasikal, karena masing-masing anak mempunyai perbedaandalam
beberapa segi, misalnya intellegensi, bakat, tingkah laku, sikap, dll
f. Guru akan mengajar dengan efektif, bila selalu membuat perencanaan dahulu
sebelummengajar. Dengan persiapan mengajar, guru akan merasa mantap dan lebih
percayadiri berdiri didepan kelas untuk melakukan interaksi dengan siswa-siswinya.
g. Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada anak. Sugesti yang kuat,akan
merangsang anak untuk lebih giat lagi dalam belajar
h. Seorang guru harus memiliki keberanian menghadapi murid-muridnya, berkenaandengan
permasalahan yang timbul pada saat Proses Belajar Mengajar berlangsung.
i. Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis disekolah. Lingkunganyang saling
menghormati, dapat memahami kebutuhan anak, bertenggang-rasa, dll.
j. Pada penyajian bahan pelajaran pada anak, guru perlu memberikan persoalan yangdapat
merangsang anak untuk berpikir dan memunculkan reaksinya.
k. Semua pelajaran yang diberikan anak perlu di integrasikan, sehingga anak memiliki
pengetahuan yang terintegrasi, tidak terpisah-pisah pada sistem pengajaran lama,
yangmemberikan pelajaran terpisah satu sama lainnya.
l. Pelajaran disekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata di masyarakat.
m. Dalam interaksi belajar-mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada anak untuk
dapat menyelidiki sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri,
n. Pengajaran remedial, yang diadakan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar,
.
Cara Mengajar Efektif
Jenis prinsip dasar dalam cara mengajar yang disajikan di bawah ini, dapat dipakai sebagai petunjuk
oleh para pengajar guna meningkatkan cara mengajar mereka antaralain:
Penilaian adalah hasil pengukuran dan penentuan pencapaian hasil belajar, sementara
evaluasi adalah penentuan nilai suatu program dan penentuan pencapaian tujuan suatu
program. Adapun tujuan penilaian meliputi: 1) menilai kemampuan individual melalui tugas
tertentu, 2) menentukan kebutuhan pembelajaran, 3) membantu dan mendorong siswa, 4)
membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik, 5) menentukan strategi
pembelajaran, 6) akuntabilitas lembaga, dan 7) meningkatakan kualitas pendidikan
Pada pengajaran ini, guru mula-mula memberikan contoh pertanyaan yang dapat diajukan
oleh siswa ketika mereka membaca, selanjutnya siswa ditunjuk sebagai "guru" untuk
merumuskan pertanyaan satu sama lain. Dalam mengajarkan pengajaran timbal balik, guru
dapat mulai dengan kata-kata misalnya sebagai berikut: "untuk minggu-minggu yang akan
datang, kita akan bekerja sama untuk meningkatkan kemampuan kalian memahami apa yang
sedang dibaca. Kadang-kadang kita begitu sibuk memikirkan apa kata tersebut sehingga kita
tidak berhasil memperhatikan apa arti kata dan kalimat yang kita baca tersebut. Kita akan
mempelajari cara agar perhatian kita lebih banyak pada pemahaman. Saya akan mengajarkan
hal-hal berikut saat kalian membaca":
Cara siswa mempelajari ke-4 kegiatan di atas adalah dengan bergiliran peran sebagai guru.
Guru mula-mula mencontohkan cara membaca dengan seksama, dengan memberitahukan
kepada siswa pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskannya sambil membaca, kemudian
meringkaskan informasi terpenting yang telah ia baca, dan selanjutnya memperkirakan apa
yang mungkin akan dibahas pada bacaan selanjutnya. Guru juga harus memberitahukan
apabila ada sesuatu yang membingungkannya saat sedang membaca, dan bagaimana cara
memahaminya.
Model pembelajaran langsung adalah strategi untuk melatih siswa agar dalam belajar bisa
sesuai dengan pengetahuan deklaratif dan prosedural yang sistematis. Serta pembelajaran
bisa dilaksanakan secara perlahan dan berjenjang. Pembelajaran langsung atau direct
instruction juga mengharuskan siswa untuk bisa memahami konsep secara utuh. Sehingga
bisa timbul transformasi sikap dan bisa melakukan penalaran deduktif untuk mengatasi
masalah di kehidupan sehari-hari.
Pengertian dan maksud dari pengetahuan prosedural adalah penguasaan siswa dalam bentuk
teori, konsep, generalisasi, fakta dan prinsip. Sementara pengertian prosedural merupakan
pemahaman siswa dalam praktek atau merealisasikan. Ketika penerapan berlangsung perlu
adanya langkah-langkah atau sintaks pembelajaran langsung atau direct instruction yang
tegas, menurut Slavin (2003) sintaks model pembelajaran langsung terdiri dari:
1. Guru diharuskan menyampaikan fokus dan tujuan pembelajaran kepada siswa. Guru
menyampaikan materi apa saja yang harus dipelajari dan apa saja yang harus siswa
lakukan dan kuasai.
2. Mengulas kembali pemahaman siswa tentang materi yang telah dikuasai sebelumnya.
Pada langkah ini guru memberikan soal agar bisa mengetahui keterampilan dan
pengetahuan siswa yang sudah dikuasai.
3. Memberikan bahan materi ajar. Dalam sesi ini, guru memberikan materi dan
mempresentasikan materi pembelajaran beserta contoh dan konsep peraganya.
4. Melakukan bimbingan. Bimbingan ini dilaksanakan dengan cara memberikan
pertanyaan untuk menguji siswa dalam penguasaan sebuah konsep ilmu pengetahuan.
5. Siswa diberi waktu luang untuk mengasah materi (pengetahuan). Pada sesi ini siswa
diberi waktu luang untuk mengasah materi pengetahuan dan keterampilan secara
individu atau grup.
6. Mengevaluasi kemampuan siswa dan guru memberi feedback. Pada tahap ini guru
melakukan kajian ulang kepada siswa, tentang apa yang telah dipelajari. Siswa
memberi feedback agar bisa menjadi bahan evaluasi di masa yang akan datang.
7. Membuat latihan individu ke siswa. Pada sesi ini guru membuat latihan tugas individu
kepada siswa, latihan tersebut berguna untuk mengembangkan pemahaman siswa
terhadap materi yang sudah dipelajari.
Ciri-Cirinya yaitu :
Dalam penerapannya, guru dituntut untuk bisa mengutarakan informasi dengan memakai
beragam media pembelajaran yang menarik, contohnya dengan memutarkan musik, film,
multimedia interaktif dan alat peraga. Informasi dari media pembelajaran di koneksikan
dengan materi sesuai dengan pengetahuan deklaratif dan prosedural.
Kapan waktu yang tepat untuk menerapkan pembelajaran ini? Berikut merupakan beberapa
kondisi yang cocok untuk penerapan pembelajaran langsung:
1. Pembelajaran langsung (direct instruction) sangat cocok ketika guru bertujuan untuk
memberikan penekanan pada sebuah materi yang mendeskripsikan konsep utama dan
mengkoneksikan setiap konsep tersebut dengan konsep lainnya.
2. Saat guru berkeinginan untuk mentransferkan pengetahuan, skill, dan strategi yang
mempunyai sistem yang pasti dan jelas.
3. Dilakukan untuk mengetahui kapasitas siswa dalam memahami skill dasar yang
dibutuhkan dalam aktivitas siswa, seperti penuntasan masalah.
4. Saat guru berkeinginan untuk menampilkan perilaku dan strategi intelektual dan
ilmiah (contohnya adalah memberitahukan kepada siswa bahwa penjelasan suatu
gagasan tidak harus memiliki jawaban yang masuk akal atau suatu argumen harus
memiliki fakta dan bukti yang kuat).
5. Pembelajaran ini cocok digunakan apabila siswa bisa mengerti dengan alur presentasi,
pemrosesan, pertanyaan dan pelaksanaan (action).
6. Sangat bermanfaat untuk merangsang siswa terhadap suatu materi.
7. Ketika pengajar harus mendemonstrasikan suatu langkah-langkah atau metode,
sebelum siswa melaksanakan aktivitas implementasi.
8. Saat guru berniat untuk menjelaskan garis besar standar yang harus siswa tempuh
dalam melaksanakan aktivitas belajar grup atau individu.
9. Ketika siswa dan siswi menemukan hambatan yang serupa yang bisa diatasi dengan
penjelasan yang jelas dan sistematis.
Berikut ini beberapa pengertian discovery learning dari beberapa sumber buku:
Menurut Hosnan (2014:282), discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan
cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa belajar
berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi.
Menurut Kurniasih, dkk (2014:64), Model discovery learning adalah proses pembelajaran
yang terjadi bila pelajaran tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,tetapi
diharapkan siswa mengorganisasikan sendiri. Discovery adalah menemukan konsep melalui
serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.
Menurut Sund, discovery learning adalah proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut antara lain
mengamati, mencerna, mengerti menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Suryasubrata, 2002:193).
Menurut Ruseffendi (2006:329), metode Discovery Learning adalah metode mengajar yang
mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang
belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan
sendiri.
Menurut Asmui (2009:154), metode Discovery Learning adalah suatu metode untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,
maka hasil yng diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah untuk
dilupakan siswa.
Bentuk metode pembelajaran Discovery Learning dapat dilaksanakan dalam komunikasi satu arah
atau komunikasi dua arah bergantung pada besarnya kelas, yang dijelaskan lebih detail sebagai
berikut (Oemar Hamalik, 2009:187):
1. Sistem satu arah. Pendekatan satu arah berdasarkan penyajian satu arah yang dilakukan
guru. Struktur penyajiannya dalam bentuk usaha merangsang siswa melakukan proses
discovery di depan kelas. Guru mengajukan suatu masalah, dan kemudian memecahkan
masalah tersebut melalui langkah-langkah discovery.
2. Sistem dua arah. Sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaanpertanyaan
guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang tepat
atau benar.
1. Seorang lulusan tidak dapat menaggulangi masalah yang dihadapinya hanya dengan
menggunakan satu disiplin ilmu. Ia harus mampu menggunakan dan memadukan
ilmu-ilmu pengetahuan yang telah dipunyai atau mencari ilmu pengetahuan yang
dibutuhkannya dalam rangka menanggulangi masalahnya. Melalui Pembelajaran
Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) yang diawali dengan pemberian
masalah pemicu kepada siswa dapat menerapkan suatu model pembelajaran secara
spiral (spiral learning model) dengan memilih konsep dan prinsip yang terdapat
dalam sejumlah cabang ilmu, sesuai kebutuhan masalah. Dengan diberi sejumlah
masalah pemicu, diharapkan sebagian besar/seluruh materi cabang ilmu dicakup.
2. Integrasi antara berbagai konsep/prinsip/informasi cabang ilmu dapat terjadi
3. Kemampuan siswa untuk secara terus menerus melakukan “up-
dating”/pengembangan pengetahuannya tercapai
4. Perilaku sebagai seorang “ life long learner” dapat tercapai
5. Langkah-langkah PBL yang dilaksanakan melalui diskusi kelompok dapat
menghasilkan sejumlah keterampilan diantaranya: (a) keterampilan penelusuran
kepustakaan; (b) keterampilan membaca; (c) keterampilan/kebiasaan membuat
catatan; (d) kemampuan kerjasama dalam kelompok; (e) keterampilan berkomunikasi;
(f) keterbukaan; (g) berpikir analitik; (h) kemandirian dan keaktifan belajar; dan (i)
wawasan dan keterpaduan ilmu pengetahuan
6. Dapat mengimbangi kecepatan informasi atau ilmu pengetahuan yang sangat cepat.
4. Penyelidikan masalah autentik yang terintegrasi dengan dunia nyata dan pengalaman
praktis .
5. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
6. Mengajarkan kepada siswa untuk mampu menerapkan apa yang mereka pelajari di
sekolah dalam kehidupannya yang panjang
7. Pembelajaran terjadi pada kelompok kecil (kooperatif).
8. Guru berperan sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing.
9. Masalah diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang pembelajaran
10. Masalah adalah kendaraan untuk pengembangan keterampilan pemecahan masalah.
11. Informasi baru diperoleh lewat belajar mandiri.
Landasan Teori adalah Model perolehan konsep (concept attainment) adalah sebuah
pembelajaran untuk membantu siswa dari semua usia dalam memperkuat pemahaman mereka
terhadap konsep yang dipelajari dan melatih menguji hipotesis. Sebab itu, Joyce B. menyebut
pembelajaran concept attainment mempertajam dasar keterampilan berpikir.
Model ini berkaitan erat dengan model belajar berpikir secara induktif dimana keduanya
didesain untuk menganalisis konsep, mengembangkan konsep, pengajaran konsep dan untuk
menolong siswa menjadi lebih efektif dalam mempelajari konsep-konsep. Sebab itu, model
perolehan konsep ini sangat efisien untuk mempresentasikan informasi yang telah terorganisir
dari suatu topik yang luas menjadi topik yang lebih mudah dipahami untuk setiap stadium
perkembangan konsep.
Pengembangan model ini berpijak pada teori belajar Jerome Bruner, Jacquline Goodnow, dan
George Austin Bruner. Menurut Bruner J., inti belajar adalah bagaimana siswa memilih,
mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif. Dasar pemikiran teorinya
memandang manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi sehingga belajar
menurutnya merupakan proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Karena itu,
menurut Bruner proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi,
dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang
menjadi sumbernya. Sementara menurut Goodnow dan Austin, dasar pemikiran teorinya
memandang lingkungan sekitar manusia beragam, dan sebagai manusia kita harus mampu
membedakan, mengkategorikan, dan menamakan semua itu. Kemampuan manusia dalam
membedakan, mengelompokkan, dan menamakan sesuatu inilah yang menyebabkan
munculnya konsep.
Berdasarkan teori Bruner, Goodnow, dan Austin tentang konsep dan bagaimana manusia
mencapai konsep tersebut maka pada model perolehan konsep ini terutama untuk
menggambarkan aktivitas mengkategorisasi dan memperoleh konsep digunakan istilah
contoh (exemplar) dan sifat (attribute) yang masing-masing istilah tersebut memiliki arti dan
fungsi tertentu.
Perolehan konsep dalam model ini diartikan sebagai proses mencari dan mendaftar sifat-sifat
yang dapat digunakan untuk membedakan contoh-conntoh yang tidak tepat dari berbagai
kategori. Sementara pembentukan konsep yang merupakan dasar dari model belajar berpikir
secara induktif merupakan proses yang mengharuskan siswa menentukan dasar di mana
mereka akan membangun kategori, dan penemuan konsep mengharuskan siswa
menggambarkan sifat-sifat dari suatu kategori yang sudah terbentuk dalam pikiran orang lain
dengan cara membandingkan contoh-contoh (exemplars) yang berisi karakteristik-
karakteristik/ciri-ciri (attribute) konsep itu dengan contoh-contoh yang tidak berisi
karakteristik-karakteristik, Sebab itu, dalam merancang pembelajaran dalam model ini, sudah
harus ada kategori yang jelas dalam pikiran pembelajar.
Contoh-contoh (exemplar) pada dasarnya merupakan bagian kecil dari koleksi data atau
perangkat data yang memiliki satu atau lebih karakteristik yang saling berlawanan satu sama
lain. Dengan membandingkan contoh-contoh yang positif dan membedakannya dengan
contoh-contoh yang negatif, maka siswa sebenarnya tengah mempelajari tentang konsep atau
kategori itu sendiri. Sementara ciri-ciri, fitur, karakteristik yang dimiliki oleh objek data di
sebut dengan sifat (attribute).
Hubungannya dengan sifat (attribute), suatu kategori seringkali memiliki beberapa sifat yang
mungkin tidak selalu cocok dengan kategori itu sendiri, sehingga yang diperlukan adalah
sifat-sifat esensial (essensial attribute) yakni nilai sifat yang merujuk pada tingkatan-
tingkatan di mana suatu sifat dimiliki secara umum oleh contoh atau kategori. Karena itu
dalam pembelajaran, guru harus mengawalinya dengan contoh-contoh yang nilai sifatnya
tinggi, sehingga tidak ada ambiguitas yang muncul setelah konsep terbangun dengan baik.
Dengan perkataan lain, guru sudah harus memastikan kemunculan sifat tersebut sudah cukup
untuk meletakkan sesuatu dalam kategori tertentu, termasuk apakah ruang lingkup kepadatan
sifat tersebut dapat mengkualifikasi sesuatu yang dimiliki kategori tersebut
Dalam kasus lainnya, sifat-sifat ganda (multiple attributes) juga harus dipertimbangkan.
Artinya, jika pembelajaran dihadapkan pada suatu konsep yang mensyaratkan adanya
kehadiran beberapa sifat secara bersamaan atau ketika guru berurusan dengan banyak konsep
yang didefinisikan oleh kehadiran sifat-sifat ganda. Terhadap hal ini, perlu mendefinisikan
dengan jelas sifat-sifat dan nilai-nilai yang terkandung di dalam contoh (exemplar) yang ada
termasuk menyertakan contoh-contoh negatif untuk memudahkan dalam mengesampingkan
objek-objek lain yang memiliki nilai sifat yang sama dengan contoh itu. Konsep yang
didefinisikan oleh satu atau lebih sifat atau terhadap contoh-contoh yang dihubungkan oleh
satu atau lebih karakteristik/sifat disebut sebagai konsep-konsep konjugtif (conjunctive
concept).
Berdasarkan tahapan di atas, dapat dirumuskan bahwa pada tahapan ini aktivitas guru adalah
menyajikan contoh, kemudian meminta tafsiran siswa, selanjutnya meminta siswa untuk
mendefinisikan. Sedangkan aktivitas siswa adalah membandingkan contoh positif dan
negatif, kemudian mengajukan hasil tafsirannya, selanjutnya membangun hipotesis dan
mengujinya, dan terakhir menyatakan definisi menurut atribut esensinya.
Tahapan kedua ini, siswa menguji penemuan konsep mereka, pertama-tama dengan
mengidentifikasi secara tepat contoh-contoh tambahan yang tidak dilabeli dari konsep-konsep
itu kemudian mereka membuat contoh-contoh. Setelah itu, guru (dan siswa) dapat
membenarkan atau tidak membenarkan hipotesis mereka, merevisi pilihan konsep atau sifat-
sifat yang mereka tentukan sebagaimana mestinya. Secara ringkas tahapan ini dilakukan
dengan:
Berdasarkan tahapan di atas, dapat dirumuskan bahwa pada tahapan ini aktivitas guru adalah
meminta siswa untuk mengidentifikasi contoh-contoh tambahan yang tidak bernama,
kemudian mengkonfirmasikan hipotesis, nama-nama konsep, dan menyatakan kembali
definisi menurut atribut essensinya, selanjutnya meminta contoh-contoh lain. Sedangkan
aktivitas siswa adalah memberi contoh-contoh, kemudian memberi nama konsep, dan terakhir
mencari contoh lainnya.
Berdasarkan tahapan di atas, dapat dirumuskan bahwa pada tahapan ini aktivitas guru adalah
bertanya mengapa dan bagaimana, selanjutnya membimbing diskusi. Sedangkan aktivitas
siswa adalah menguraikan pemikirannya, kemudian mendiskusikan hipotesis dan atributnya,
selanjutnya mendiskusikan berbagai pemikirannya.
Sistem Sosial adalah Sebelum guru melakukan menggunakan model pembelajaran perolehan
konsep, terlebih dahulu harus memilih konsep, menyeleksi dan mengorganisir materi ajar ke
dalam contoh positif dan contoh negatif, serta merangkaikan contoh-contoh. Hal ini karena
materi pelajaran, terutama buku-buku teks pada umumnya tidak didesain untuk model
pembelajaran perolehan konsep. Ini dapat dilakukan guru dengan menggali ide-ide dan
bahan-bahan dari buku dan sumber-sumber lain, dan merancangnya sedemikian rupa
sehingga ciri-ciri menjadi jelas dan tentu saja, ada contoh-contoh negatif dan positif yang
dibuat dari konsep tersebut.
Dalam model ini, guru memerankan diri sebagai perekam dan pengawas terhadap hipotesis-
hipotesis (konsep-konsep) dan ciri-ciri yang dibuat siswa. Guru juga menyajikan contoh-
contoh tambahan seperlunya. Karena itu, terdapat tiga tugas penting yang harus diperhatikan
guru selama aktivitas penerapan model ini, yaitu mencatat/merekam, “membisikkan”
(isyarat), dan menyajikan data tambahan.
Dalam tahap awal penemuan konsep, guru setidaknya harus menyajikan contoh-contoh yang
sudah benar-benar terstruktur. Namun demikian guru juga dapat menerapkan prosedur-
prosedur pembelajaran kooperatif dalam model pengajaran ini.
Sistem Reaksi adalah Selama proses pembelajaran berlangsung khusus dalam penerapan
model ini, guru harus bersikap simpatik pada hipotesis yang dibuat oleh siswa dan
menciptakan dialog yang didalamnya siswa dapat menguji hipotesis mereka dengan hipotesis
teman-temannya yang lain. Pada tahap akhir dari model ini, guru harus mengalihkan
perhatian siswa pada analisis terhadap konsep-konsep mereka dan strategi-strategi berpikir
mereka, juga dengan sikap simpatik.
Berdasarkan itu, dapat dikemukakan bahwa yang harus dilakukan guru terhadap respon siswa
dalam model ini adalah: (1) memberikan dukungan terhadap hipotesis yang diajukan siswa
melalui diskusi terlebih dahulu; (2) memberikan bantuan kepada siswa dalam
mempertimbangkan keputusan hipotesisnya atau membantu siswa menyeimbangkan hipotesis
yang satu dengan hipotesis yang lainnya; (3) memusatkan perhatian siswa kepada contoh-
contoh yang khusus atau fokus pada sifat-sifat tertentu dalam contoh-contoh yang ada; dan
(4) memberikan bantuan kepada siswa dalam menilai strategi berpikirnya atau mendampingi
siswa dalam mendiskusikan dan mengevaluasi strategi berpikirnya.
Support Sistem adalah Selama proses pembelajaran berlangsung, model ini mensyaratkan
adanya sajian exsemplar atau contoh-contoh negatif dan contoh-contoh positif pada siswa
sebab itu sangat dibutuhkan penyajian atau presentasi. Dalam pembelajaran model ini harus
ditekankan bahwa tugas siswa dalam penemuan konsep bukan menemukan atau membuat
konsep-konsep baru, tetapi mencapai/mendapatkan atau memperoleh konsep-konsep yang
sebelumnya telah dipilih guru. Oleh karena itu, sumber data perlu diketahui sebelumnya dan
sifat-sifatnya (attribute) juga harus terlihat dengan jelas. Ketika siswa
disajikan/dipresentasikan sebuah contoh, mereka diminta menggambarkan karakteristik (ciri-
ciri) dari contoh terssebut, yang kemudian dapat disimpan dalam memorinya termasuk
direkam oleh guru.
Berdasarkan itu, dapat dikemukakan bahwa support sistem khususnya hardware dalam model
ini diantaranya adalah materi-materi yang telah diseleksi dan dikelola dengan cermat dan
teliti, serta data data-data yang berbeda untuk disajikan sebagai contoh. Sementara
softwarenya adalah kemampuan guru dalam menciptakan suatu lingkungan sedemikian rupa
sehingga siswa merasa bebas untuk berpikir dan menduga tanpa rasa takut dari kritikan atau
ejekan, serta kemampuan menjelaskan dan mengilustrasikan, serta membimbing siswa dalam
proses perolehan konsep, termasuk membantu siswa menyatakan dan menganalisis hipotesis,
dan mengartikulasi pemikiran-pemikirannya.
Secara ringkas tujuan instruksional dari model ini berkaitan dengan kemampuan mengenai
sifat konsep, sistem konseptual dan penerapannya, serta strategi-strategi pembelajaran
konsep. Adapun dampak pengiring dari model ini adalah berkiatan dengan fleksibilitas
konseptual, pemikiran induktif, dan toleran pada ambiguitas