Anda di halaman 1dari 23

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS PESANTREN

DALAM PEMBENTUKAN RAKTER DI PONDOK PESANTREN


SELAMAT KOTA MAGELANG

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh:
Lina Faizah
Nim :19.03.1029

Diajukan Kepada Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Husain Magelang
Untuk Memenuhi Salah Satu Penyusunan Proposal Sekripsi

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HUSAIN
SYUBHANUL WATHON MAGELANG
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

D. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 7

E. Landasan teori ............................................................................................. 12

F. Metode Penelitian ........................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................


1

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan manusia secara sadar, untuk

memberikan berbagai pengetahuan kepada seseorang agar lebih cakap dan

dewasa, baik lahiriah maupun batiniah. Dengan demikian pendidikan memegang

peranan penting terhadap diri manusia dalam mempertahankan hidupnya, baik

secara pribadi, sosial kemasyarakatan dan bernegara. Dunia pendidikan

Indonesia sekarang ini sangat kritis akan karakter yang dimiliki peserta didik.

Karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan yang lainnya. Sebagaimana tercantum di dalam

Undang-Undang No 20 tahun 2003 yang menetapkan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.1

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang ditujukan untuk

mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and action

the good, yaitu proses pendidikan yang melibatkan aspek koknitif, emosi, dan

fisik sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and

hands. Pendidikan merupakan proses transformasi budaya dari satu genearasi

ke generasi lain, proses pembentukan kepribadian, proses membentuk peserta

didik menjadi warga negara yang baik, serta penyiapan tenaga kerja agar output

1
Rieke Regita Cahyani, Puput Ayu Wulandari, and Ida Miftakhul Jannah, “Implementasi
Budaya Sekolah Dalam Pengembangan Karakter Peserta Didik Di MTs Mambaus Sholihin,” Jurnal
Administrasi Pendidikan Islam 2, no. 2 (2020): 124–40, https://doi.org/10.15642/japi.2020.2.2.124-
140.
2

dari dunia pendidikan dapat hidup layak dalam masyarakat. Namun yang terjadi

selama ini tidak semestinya, praktek pendidikan selama ini masih berorientasi

kepada proses mengajar dan menghimpun informasi keilmuan sebanyak

mungkin, tetapi melupakan aspek pendidikan yang fundamental yaitu

bagaimana melahirkan generasi yang mampu menjalani hidup dan kehidupan

dengan seutuhnya bersandar kepada nilai-nilai Ilahiyah. 2

Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui

pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Karakteristik menurut pemikiran Ibnu

Maskawaih dalam pendidikan akhlak secara umum dimulai dengan

pembahasan tentang akhlak (karakter/watak). Menurutnya watak itu ada yang

bersifat alami dan ada watak yang diperoleh melalui kebiasaan atau latihan. Dia

berpikir bahwa kedua watak tersebut hakekatnya tidak alami meskipun kita

lahir dengan membawa watak masing-masing, tetapi sebenarnya watak dapat

diusahakan melalui pendidikan dan pembelajaran. 3

Pendidikan karakter juga didefinisikan sebagai metode mengajar

kebiasaan cara berpikir dan berprilaku yang membantu individu untuk hidup

dan bekerja sama sebagai anggota keluarga, masyarakat dan bernegara serta

membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat

dipertanggungjawabkan. Sementara menurut Fakhry Gaffar, pendidikan

karakter ialah proses tranformasi nilai-nilai kehidupan untuk

ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu

2
Fadly Usman and Universitas Brawijaya Malang, “Strategi Pengembangan Karakter
Team Dalam, pembentukan karakter stakeholder di mts tarbiyatul akhlak gresik”. : Jurnal
Pemikiran dan Pendidikan Islam Vol. 6, No. 02, (2021 )hal 130.
3
Tindrawati Nasiki, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren Hubulo,”
Jurnal Ilmiah Al-Jauhari: Jurnal Studi Islam Dan Interdisipliner 2, no. 1 (2017): 51.
3

dalam perilaku kehidupan. Pandangannya mencakup tiga ide penting yaitu, 1)

proses tranformasi nilai, 2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3)

menjadi satu dalam perilaku. Jadi, pendidikan karakter adalah proses

pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya

yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.

Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi

pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan

kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,

memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan

sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter dapat pula dimaknai

sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal,

peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik perprilaku insan

kamil. 4

Menurut Megawangi (dalam Kesuma,dkk 2011:5) Pendidikan karakter

adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil

keputusan dengan bijak dan mempraktikkanya dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada

lingkungannya. Jika diteliti lebih lanjut, pendidikan karakter merupakan lagu

lama yang diputar kembali. Dulu, pendidikan karakter pernah diterapkan

dengan nama pendidikan budi pekerti di sekolah-sekolah. Salah satu lembaga

pendidikan yang sejak dulu dan hingga saat ini masih menanamkan pendidikan

karakter adalah pondok pesantren. Para santri diajarkan untuk bersikap mandiri,

tasamuh, ta’awun dan lain sebagainya sebagai perwujudan pendidikan karakter

4
Nasiki.
4

tersebut. Para santri tidak hanya mendapatkan pembelajaran secara materi

namun juga aplikasinya.5

Dengan ini menyadari bahwa pentingnya pendidikan karakter di pondok

pesantren selamat kota magelang, yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

santri. Hal ini dapat memupuk kemandirian siswa dalam kehidupan sehari-hari

karena siswa dapat belajar hidup mandiri di asrama pondok pesantren. Asrama

/ pondok pesantren juga menjadi simulasi kehidupan bermasyarakat dimana

anggotanya sangat heterogen. Pesantren mempunyai misi untuk menerapkan

pendidikan karakter secara kaffah. Sebab dalam pesantren kehidupan santri

lebih terpantau sehingga diharapkan penanaman pendidikan karakter lebih

kondusif. 6

Namun demikian, masih banyak santri yang tinggal di pesantren belum

dapat mencapai misi yang direncanakan. Hal ini menimbulkan kerancuan

tentang efektifitas pendidikan karakter di pesantren. Oleh kerena itu,

implementasi pendidikan karakter berbasisi pesantren di Pondok Pondok

Pesantren Selamat sangat menarik untuk diteliti. Dan penelitian ini akan

mengambil obyek pondok pesantren selamat yang bertempat di Koplek Masjid

Al-Kautsar Perum Depkes Blok C5 Kramat Utara, Magelang Utara, Kota

Magelang. Berdasarkan pertimbangan diatas maka penulis bermaksud untuk

mengadakan penelitian implementasi Pendidikan karakter. Penelitian ini

mengambil judul “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS

5
R Dewi, “Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Melalui Program Boarding School Di
Madrasah Tsanawiyah Darun Najah Payabenua,” Al-Quwwah: Jurnal Pengabdian … 2, no. 2
(2019), https://lp2msasbabel.ac.id/jurnal/index.php/alq/article/view/51.
6
Salim, Ahmad. "Manajemen Pendidikan Karakter di Madrasah." Tarbawi: Jurnal
Keilmuan Manajemen Pendidikan 1.02 (2019): 2-5.
5

PESANTREN DALAM PEMBENTUKAN RAKTER DI PONDOK

PESANTREN SELAMAT KOTA MAGELANG.”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Implementasi Pendidikan Karakter pada Pesantren selamat

2. Bagaimana Kurikulum Pendidikan Karakter pada Pesantren selamat

3. Bagaimana Faktor Pendukung dan penghambat Implementasi

Pendidikan Karakter pada pesantren selamat

C. Tujuan Penelitian

1. untuk mengetahui Implementasi Pendidikan Karakter pada pesantren

selamat

2. untuk mengetahui Kurikulum Pendidikan Karakter pada pesantren selamat

3. untuk mengetahui Faktor Pendukung dan penghambat Implementasi

Pendidikan Karakter pada pesantren selamat

D.Manfaat Penelitian

Manfaat atau kegunaan hasil penelitian merupakan dampak dari

tercapainya tujuan. Kegunaan hasil penelitian ada dua hal yaitu kegunaan

untuk mengembangkan ilmu (kegunaan teoritis) dan kegunaan membantu

memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada objek yang diteliti

(kegunaan praktis).

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah pengetahuan

terkait implementasi pendidikan berbasis pesantren dalam


6

pembentukan rakter khususnya pada prodi Manajemen Pendidikan

Islam.

b. Secara umum penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak

yang berkepentingan untuk menambah studi kepustakaan mengenai

implementasi pendidikan berbasis pesantren dalam pembentukan

rakter.

c. Serta dapat dijadikan pembanding untuk penelitian-penelitian dengan

kajian topik yang relevan.

d. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi penelitian lebih

lanjut untuk penelitian yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat dijadikan referensi dalam pengembangan keilmuan dibidang

Manajemen Pendidikan Islam.

b. Dapat memberikan masukan terhadap objek lokasi penelitian.

c. Bagi institusi, mendapatkan sumber referensi dan informasi pada

umumnya mengenai implementasi pendidikan berbasis pesantren

dalam pembentukan rakter di pesantren selamat kota magelang.

d. Dapat digunakan dalam meningkatkan kualitas manajemen

Pendidikan karakter pondok pesantren selamat kota Magelang.

E.Tinjauan pustaka
7

Hasil Penelitian Terdahulu ini disajikan dengan tujuan untuk

menghindari kesamaan pembahasan dalam penelitian.

Tabel 1.1 Tinjauan Pustaka

No Nama Judul Metode Hasi penelitian


peneliti penelitian penelitian
1. Ratna Implement dalam penelitian Penyelenggaraan
dewi7 asi ini adalah pendidikan karakter siswa
Pendidika penelitian melaui program boarding
n Karakter kualitatif school di Madrasah
Siswa dengan Tsanawiyah Darun Najah
Melalui menggunakan Payabenua terbukti
Program pendekatan efektif dalam pendidikan
Boarding deskriptif. moral. Terutama pada
School Di Teknik aktivitas di sekolah
Madrasah pengumpulan melalui boarding school
Tsanawiya data adalah yang diatur dengan jelas
h Darun observasi, dari waktu kewaktu.
Najah wawancara, dan Dalam aturan
Payabenua dokumentasi. kelembagaan ini penuh
dengan muatan nilai-nilai
moral. Oleh karena itu
sistem boarding school
banyak dijadikan
referensi bagi pendidikan
karakter di sekolah-
sekolah lainnya yang
ternyata banyak memberi

7
Ratna Dewi”Implementasi pendidikan karakter siswa melalui program boarding school
di madrasah tsanawiyah darun najah payabenua”. Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2, No. 2
(2019) hal.1
8

pengaruh positif bagi


siswa.

2. Tindarwat Implement Penelitian ini implementasi pendidikan


i nasiski8 asi menggunakan karakter pada pondok
Pendidika metode pesantren Hubulo
n Karakter deskriptif berbasis kemandirian-
Di Pondok kualitatif kultural dapat dilihat
Pesantren melalui. pertama,
Hubulo terdapat keakraban
hubungan antara santri
dan Kiyai sehingga hal ini
bisa memberikan
pengetahuan yang hidup
(living knowledge).
Kedua, Pesantren mampu
mencetak alumni yang
mampu memasuki semua
lapangan pekerjaan
secara merdeka. Ketiga,
Gaya hidup seorang Kiyai
yang sederhana tetapi
penuh sekali dengan ke-
bermaknaan dalam
menjalani kehidupan.
Selanjutnya penanaman
tata nilai kultural
(kebiasaan), pertama,
Lingkungan (sistem
asrama/hidup bersama).

8
tindrawati nasiki “implementasi pendidikan karakterdi pondok pesantren hubulo”.
Jurnal Ilmiah AL-Jauhari (JIAJ) Vol 2 No 1, (2017) hal 1
9

Kedua, Perilaku Kiyai


sebagai central figure;
Seorang Kiyai didalam
pondok pesantren
merupakan teladan bagi
para santrinya. Ketiga,
Pengamalan kandungan
kitab Kuning yang
dipelajari
3. Muhtasho Strategi Jenis penelitian Hasil penelitian
r pengemba ini adalah menunjukkan Pertama,
Dan Fadly ngan penelitian pengembangan nilai
Usman9 karakter kualitatif karena karakter di MTs
team penelitian ini Tarbiyatul Akhlaq,
dalam mendeskripsika Gresik dilakukan melalui
pembentu n dan kegiatan proses
kan menggambarka pembelajaran yaitu
karakter n penanaman langkah-langkah
stakeholde serta proses menentukan tujuan
r di mts pengembangan pembelajaran yang
tarbiyatul karakter peserta tertuang dalam Rencana
akhlak didik di ruang Persiapan Pembelajaran
gresik lingkup sekolah (RPP), menentukan nilai
karakter, menentukan
strategi dan metode
pembelajaran yang
relevan, dan
merencanakan langkah-
langkah berbasis

9
Fadly Usman and Universitas Brawijaya Malang, “Strategi Pengembangan Karakter
Team Dalam, pembentukan karakter stakeholder di mts tarbiyatul akhlak gresik”. : Jurnal
Pemikiran dan Pendidikan Islam Vol. 6, No. 02, (2021 )hal 1.
10

pembelajaran. karakter.
Kedua, pengembangan
nilai karakter di MTs
Tarbiyatul Akhlaq,
Gresik dilakukan melalui
pembiasaan yang menjadi
budaya madrasah melalui
tahapan nilai karakter;
penetapan kegiatan
budaya madrasah yang
dikonsepkan menjadi
kegiatan rutin, kegiatan
spontan (tidak terjadwal),
dan keteladanan guru dan
pegawai.

4. Rieke Implement penelitian ini Hasil penelitian


Regita asi budaya menggunakan menunjukkan bahwa: 1)
Cahyani sekolah metode Madrasah membentuk
dkk10 dalam deskriptif karakter peserta didik
pembentu kualitatif yang melalui penerapan
kan bertujuan untuk budaya sekolah. 2)
karakter memberikan Budaya sekolah yang
peserta gambaran diterapkan meliputi etika
didik di mengenai realita peserta didik kepada
mts dan fakta- fakta pendidik, budaya ketika
mambaus secara detail dan memulai dan mengakhiri
sholihin teliti pelajaran, budaya jujur
dan tanggung jawab
kepada diri sendiri dan

10
Rieke Regita Cahyani, Puput Ayu Wulandari, and Ida Miftakhul Jannah, “Implementasi
Budaya Sekolah Dalam Pengembangan Karakter Peserta Didik Di MTs Mambaus Sholihin,”
Jurnal Administrasi Pendidikan Islam 2, no. 2 (2020): 1, https://doi.org/10.15642/japi.2020.2.2.1
11

orang lain, 3) Karakter


yang terbentuk meliputi
disiplin, religius, sikap
peduli, jujur, dan
tanggung jawab.

5. Ece Konsep Metode yang Hasil penelitian di


Supriatna dan digunakan lapangan menunjukkan
dkk11 implement dalam penelitian bahwa tujuan pendidikan
asi ini adalah karakter di SMK Teknik
pendidika deskriptif Ibadurrahman YLPI Plus
n arakter kualitatif. Sukabumi adalah untuk
Di sekolah membina peserta didik
menengah menjadi manusia yang
kejuruan berbudi luhur (Muttaqien)
(smk) cerdas, berakhlak mulia
berbasis serta memiliki
pondok keterampilan dan minat
pesantren untuk kemaslahatan umat
manusia, dengan
memiliki sepuluh
karakter.

Dari beberapa penelitian tersebut mempunyai kesamaan dengan penelitian

ini yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan tentang implementasi pendidikan

karakter. Namun, perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian-penelitian

tersebut terletak pada permasalahan yang dikaji tentang implementasi pendidikan

berbasis pesantren dalam pembentukan rakter di pondok pesantren selamat kota

magelang.

11
Ece Supriatna et al., “Konsep Dan Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Berbasis Pondok Pesantren,” Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Islam 3,
no. 2 (2014): 1, https://doi.org/10.32832/tadibuna.v3i2.1.
12

F.Landasan teori

Teori merupakan sekumpulan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi

yang berfungsi melihat fenomena secara sistematik dan menyeluruh, melalui

spesifikasi hubungan antar variable, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan

dan meramalkan fenomena. Proposisi merupakan rancangan usulan, ungkapan

yang dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar-tidaknya.

Pendapat lain mengatakan bahwa teori adalah seperangkat konsep, definisi dan

proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk

menjelaskan dan meramalkan fenomena. Dari kedua pendapat di atas dapat

dijelaskan bahwa teori dapat berupa konsep, defisini, proposisi tentang suatu

variabel yang dapat dikaji, dikembangkan oleh peneliti. 12

Menurut George Edward III dalam Widodo (2010:96) terdapat 4 faktor yang

mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan antara lain

yaitu faktor (1) komunikasi, (2) sumberdaya, (3) disposisi dan (4) struktur

birokrasi.13 Teori implementasi kebijakan publik yang dikembangkan oleh George

C. Edwards III dalam Leo (2006:79) ini dikenal dengan “ Direct and Indirect

Impact on Implementation”. Teori tersebut dituangkan dalam karya tulisnya yang

berjudul “Implementing Public Policy”. Dalam pendekatan yang diteorengakan

oleh Edwards III, terdapat empat faktor (variable bebas) yang sangat menentukan

keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik, yaitu:14

12
Ence Surahman, Adrie Satrio, and Herminarto Sofyan, “Kajian Teori Dalam
Penelitian,” JKTP: Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan 3, no. 1 (2020): 50–51,
https://doi.org/10.17977/um038v3i12019p049.
13
B A B Ii and A Deskripsi Teori, “Proses Implementasi Program,” Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 1967, 5.
14
Andreas Delpiero Roring, Michael S. Mantiri, and Marlien T. Lapian, “Implementasi
Kebijakan Pemerintahann Dalam Penanganan Virus Corona (Covid 19) Di Desa Ongkaw 1
Kecamatan Sinonsyang Kabupaten Minahasa Selatan,” Jurnal Ilmu Pemerintahan 1, no. 2 (2021):
3.
13

1.Komunikasi

Menurut Edward III dalam Widodo (2010 :97), komunikasi diartikan

sebagai “proses penyampaian informasi komunikator kepada komunikan”.

Informasi mengenai kebijakan publik menurut Edward III dalam Widodo

(2010:97) perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar para pelaku kebijakan

dapat mengetahui apa yang harus mereka persiapkan dan lakukan untuk

menjalankan kebijakan tersebut sehingga tujuan dan sasaran kebijakan dapat

dicapai sesuai dengan yang diharapakan. Menurut Edward III dalam Widodo

(2010:97), komunikasi kebijakan memiliki beberapa dimensi, antara lain dimensi


15
transmisi (trasmission), kejelasan (clarity) dan konsistensi (consistency).

2. Sumberdaya

Edward III dalam Widodo (2010:98) mengemukakan bahwa faktor

sumberdaya mempunyai peranan penting dalam implementasi kebijakan.

Menurut Edward III dalam Widodo (2010:98) bahwa sumberdaya tersebut

meliputi sumberdaya manusia, sumberdaya anggaran, dan sumberdaya peralatan

dan sumberdaya kewenangan

a. Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan salah satu variabel yang

mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kebijakan. Edward III dalam

Widodo (2010:98) menyatakan bahwa “probably the most essential

resources in implementing policy is staff”. Edward III dalam Widodo

(2010:98) menambahkan “no matter how clear and consistent

implementation order are and no matter accurately they are transmitted, if

15
Ii and Teori, “Proses Implementasi Program.”hal 17
14

personnel responsible for carrying out policies lack the resources to do an

effective job, implementing will not effective”

b. Sumberdaya Anggaran

Edward III dalam Widodo (2010:100) menyatakan dalam kesimpulan

studinya “budgetary limitation, and citizen opposition limit the acquisition

of adequate facilities. This is turn limit the quality of service that

implementor can be provide to public”. Menurut Edward III, terbatasnya

anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan yang seharusnya

diberikan kepada masyarakat juga terbatas.

Edward III dalam Widodo (2010:101) menyimpulkan bahwa

terbatasnya sumber daya anggaran akan mempengaruhi keberhasilan

pelaksanaan kebijakan. Disamping program tidak bisa dilaksanakan dengan

optimal, keterbatasan anggaran menyebabkan disposisi para pelaku

kebijakan rendah.

c. Sumberdaya Peralatan

Edward III dalam Widodo (2010:102) menyatakan bahwa

sumberdaya peralatan merupakan sarana yang digunakan untuk

operasionalisasi implementasi suatu kebijakan yang meliputi gedung, tanah,

dan sarana yang semuanya akan memudahkan dalam memberikan pelayanan

dalam implementasi kebijakan.

d. Sumberdaya Kewenangan

Sumberdaya lain yang cukup penting dalam menentukan keberhasilan

suatu implementasi kebijakan adalah kewenangan. Menurut Edward III

dalam Widodo (2010:103) menyatakan bahwa: Kewenangan (authority)

yang cukup untuk membuat keputusan sendiri yang dimiliki oleh suatu
15

lembaga akan mempengaruhi lembaga itu dalam melaksanakan suatu

kebijakan. Kewenangan ini menjadi penting ketika mereka dihadapkan suatu

masalah dan mengharuskan untuk segera diselesaikan dengan suatu

keputusan. Oleh karena itu, Edward III dalam Widodo (2010:103),

menyatakan bahwa pelaku utama kebijakan harus diberi wewenang yang

cukup untuk membuat keputusan sendiri untuk melaksanakan kebijakan

yang menjadi kewenangannya. 16

3. Disposisi

Pengertian disposisi menurut Edward III dalam Widodo (2010:104)

dikatakan sebagai “kemauan, keinginan dan kecenderungan para perilaku

kebijakan untuk melaksanakan kebijakan tadi secara sungguh sungguh sehingga

apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan”. Edward III dalam

Widodo (2010:104-105) mengatakan bahwa jika implementasi kebijakan ingin

berhasil secara efektif dan efisien, para pelaksana (implementors) tidak hanya

mengetahui apa yang harus dilakukan dan mempunyai kemampuan untuk

melakukan kebijakan tersebut, tetapi mereka juga harus mempunyai kamauan

untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Faktor-faktor yang menjadi perhatian

Edward III dalam Agustinus (2006:159-160) mengenai disposisi dalam

implementasi kebijakan terdiri dari:

a. Pengangkatan birokrasi.

Disposisi atau sikap pelaksana akan menimbulkan hambatan-

hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personel yang

ada tidak melaksanakan kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat

yang lebih atas. Karena itu, pengangkatan dan pemilihan personel pelaksana

16
Ii and Teori. Hal 17-18
16

kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan

yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi pada kepentingan warga

masyarakat.

b. Insentif

merupakan salah-satu teknik yang disarankan untuk mengatasi

masalah sikap para pelaksana kebijakan dengan memanipulasi insentif.

Pada dasarnya orang bergerak berdasarkan kepentingan dirinya sendiri,

maka memanipulasi insentif oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi

tindakan para pelaksana kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan

atau biaya tertentu mungkin akan menjadi faktor pendorong yang membuat

para pelaksana menjalankan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai

upaya memenuhi kepentingan pribadi atau organisasi. 17

4. Struktur birokrasi

Ripley dan Franklin dalam Winarno (2005:149-160) mengidentifikasi

enam karakteristik birokrasi sebagai hasil pengamatan terhadap birokrasi di

Amerika Serikat, yaitu:

a. Birokrasi diciptakan sebagai instrumen dalam menangani

keperluan-keperluan publik (public affair).

b. Birokrasi merupakan institusi yang dominan dalam implementasi

kebijakan publik yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda

dalam setiap hierarkinya.

c. Birokrasi mempunyai sejumlah tujuan yang berbeda.

d. Fungsi birokrasi berada dalam lingkungan yang kompleks dan luas.

17
Ii and Teori.hal 21
17

e. Birokrasi mempunyai naluri bertahan hidup yang tinggi dengan

begitu jarang ditemukan birokrasi yang mati.

f. Birokrasi bukan kekuatan yang netral dan tidak dalam kendali penuh

dari pihak luar.

”Standard operational procedure (SOP) merupakan perkembangan dari

tuntutan internal akan kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan

penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas”. Edward III

dalam Widodo (2010:107) menyatakan bahwa : SOP sangat mungkin dapat

menjadi kendala bagi implementasi kebijakan baru yang membutuhkan cara-

cara kerja baru atau tipe-tipe personil baru untuk melaksanakan kebijakan-

kebijakan. Dengan begitu, semakin besar kebijakan membutuhkan perubahan

dalam cara-cara yang lazim dalam suatu organisasi, semakin besar pula

probabilitas SOP menghambat implementasi18

G.Metode Penelitian

1.Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode kualitatif. “Metodologi adalah proses, prinsip, dan

prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban”

(Mulyana, 2008: 145). Menurut Sugiyono (2007: 1), metode penelitian kualitatif

merupakan suatu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang

alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, Teknik pengumpulan

data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil

18
Ii and Teori.hal 22
18

penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian

kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan

menganalisis kualitas-kualitasnya, Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah

untuk membuat deskipsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki. 19

2.Lokasi dan waktu Penelitian.

Lokasi yang diteliti oleh peneliti adalah Gedung pondok pesantren selamat

tepatnya yaitu aula tempat belajar mengajar di pondok pesantren

3.Jenis Data

a.Data Primer

Dalam hal ini untuk mendapatkan data adalah dari narasumber dan

informan. Selain itu, data tersebut juga diperoleh melalui pengamatan di

lapangan. Adapun narasumbernya antara lain; Sebagian Pengasuh Pondok

Pesantren Selamat Kota Magelang, sebagian ustad atau pengurus Pondok

Pesantren Selamat sebagian santri, serta Sebagian santri Pondok Pesantren

Selamat.

b.Data Sekunder

Dalam data sekunder ini data diperoleh dari sumber yang

mendukung seperti dokumentasi, kitab Ta’limul Muta’alim teks arab dan

terjemahan, Jurnal, Buku, File, serta referensi lain yang mendukung.

19
Kajian Ilmu Administrasi, “Kajian Ilmu Administrasi” XIV, no. 1 (2016). 16
19

4.Narasumber Penelitian

Narasumber adalah orang yang dipandang mengetahui permasalahan yang

akan diteliti dan bersedia memberikan informasi kepada peneliti. Narasumber

dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Kyai atau pengasuh Pondok Pesantren Selamat

b. Pengurus atau ustadz dan ustadzah yang ada di Pondok Pesantren Selamat

c. Santri yang ada di Pondok Pesantren Selamat

5.Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

a.Metode

metode dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi.

1. Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan.

Pengamatan dilakukan dengan cara observasi partisipasi terhadap

keberlangsungan proses belajar mengajar di pondok pesantren.

2.Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui untuk melengkapi data dan

upaya memperoleh data yang akurat dan sumber data yang tepat. Dalam

penelitian ini, penulis mewawancarai pengasuh pondok pesantren, ustadz

ustadzah dan pengurus dan salah satu santri yang ada di pondok pesantren.

3.Studi Dokumentasi

Teknik dokumenter atau disebut juga Teknik dokumentasi merupakan

teknik pengumpulan data penelitian melalui sejumlah dokumen (informasi

yang didokumentasikan) berupa dokumen tertulis maupun dokumen

terekam. Dokumen tertulis dapat berupa arsip, catatan harian, autobiografi,


20

memorial, kumpulan surat pribadi, kliping, dan sebagainya. Sementara

dokumen terekam dapat berupa film, kaset rekaman, mikrofilm, foto dan

sebagainyastudi dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan untuk

mempertajam analisis penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian ini.


20

b.Instrumen pengumpulan data

Menurut Sugiono, pada prinsipnya meneliti adalah melakukan

pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik, alat ukur dalam penelitian

biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah

suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun fenomena

sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variable

penelitian. Menurut Sanjaya instrumen penelitian adalah alat yang dapat

digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi penelitian. Berdasarkan

definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen dalam penelitian ini

adalah peneliti sendiri. 21

6.Analisis Data

Analisis data merupakan bagian sangat penting bagi penelitian, karena

dengan analisis data dapat diberi arti yang berguna untuk memecahkan

masalah. Metode analisis data yang digunakan peneliti ialah metode deskriptif

kualitatif, dimana peneliti tidak hanya mengolah dan menyajikan data namun

juga menganalisis data kualitatif. Keabsahan data yang dimaksudkan untuk

20
S.Ag., M.Pd.I. Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian Antasari Press
Banjarmasin 2011, 2011, http://idr.uin-antasari.ac.id/10670/1/PENGANTAR METODOLOGI
PENELITIAN.pdf.
21
A Zohriah, “Manajemen Perpustakaan Dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa,”
Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, 2017,
https://www.neliti.com/publications/256491/manajemen-perpustakaan-dalam-meningkatkan-
minat-baca-siswa.
21

mendapatkan kepercayaan yang berhubungan dengan seberapa jauh tingkat

keberhasilan hasil penelitian. Memperjelas dan mengungkapkan data

menggunakan fakta yang aktual di lapangan. Trianggulasi data digunakan

peneliti untuk mengecek kebenaran data dengan data yang didapat dari sumber

lain, dari berbagai fase yang ada dilapangan, dalam penelitian trianggulasi

yaitu peneliti membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan

informasi dari alat dan waktu yang berbeda. Dalam menguji keabsahan data

peneliti menggunakan teknik trianggulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik triangulasi yang

paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan melalui sumber yang

lainnya.

Triangulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung dan

observasi tidak langsung, observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam

bentuk pengamatan atas beberapa kelakukan dan kejadian yang kemudian dari

hasil pengamatan tersebut diambil benang merah yang menghubungkan di

antara keduanya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dapat melengkapi

dalam memperoleh data primer dan sekunder. Observasi dan interview

digunakan untuk menjaring data primer yang berkaitan evaluasi kinerja

pegawai terhadap pelayanan publik yang diberikan, sementara studi

dokumentasi digunakan untuk menjaring data skunder yang dapat diangkat

dari berbagai dokumentasi tentang kinerja pegawai. Beberapa macam

triangulasi data yaitu penggunaan sumber (data), metode, penyidikan dan teori.

Anda mungkin juga menyukai