Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER

“Pentingnya Penggunaan Nilai filosofis Pendidikan karakter dalam upaya


memperkuat karakter Mahasiswa”
Disampaikan Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Konservasi Yang Diampu Oleh Bapak Dr.
Kusmuriyanto, M.Si.

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Kusmuriyanto, M.Si.

DISUSUN OLEH :
1. Eka Farida (2601422040)
2. Muhamad Septiyan Sarisaputra (2411322032)
3. Danandra Aryasatya Maheswara (8111422312)
4. Vanya Almira Zaneta (2411322031)
5. M Fahri Dwi Prasetiyo (6101421159)
6. Farida Dwi Hastuti (2601422011)
7. Daniel Jordan Sinaga (8111422465)
8. Wahyu Nurul Husaini (8111422406)
9. Veron Rumaropen (4411422029)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2022/2023
PENDAHULUAN:
Perkembangan zaman telah muncul terjadinya degradasi moral yang dialami oleh
mahasiswa. Terdapat juga berbagai indikasi terjadinya degradasi moral di lingkungan kampus.
Diperlukan berbagai upaya usaha untuk mengantisipasi permasalahan tersebut. Banyak cara
penggunaan media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan karakter dalam rangka
mengatasi permasalahan degradasi moral, baik yang bersifat konvensional maupun modern.
Karakter merupakan suatu jembatan ilmu dan pengetahuan yang harus diaplikasikan
dan ilmu pengetahuan dapat dikatakan menyesatkan dan menghancurkan apabila tanpa adanya
landasan kepribadian yang benar. Kepribadian tersebut berupa karakter yang dimilikinya,
dengan melalui proses pendidikan. Pendidikan karakter mahasiswa adalah merupakan usaha
untuk perubahan yang dilakukan dalam mempengaruhi karakter mahasiswa. Studi tentang
karakter adalah suatu usaha dan disengaja dalam membantu manusia sehingga dapat mengerti
dan memahami, untuk melakukan penilaian etika. Oleh karena itu peranan mahasiswa sangat
membantu pembentukan watak siswa nantinya dengan cara menerapkan suatu keteladanan,
dalam berkomunikasi atau menyampaikan materi yang baik, saling memahami, dalam berbagai
masalah yang terkait. “Suyanto” mengatakan, dalam pendidikan karakter terdapatlah suatu
budi pekerti, yaitu yang menerapkan aspek pengetahuan (cognitive), hati (feeling), dan tingkah
laku (action). Oleh karena itu sangatlah penting ilmu pengetahuan pendidikan karakter
diterapkan dalam pendidikan formal. Hal tersebut sesuai dengan perundang-undangan Sistem
Pendidikan Nasional tentang pengembangan kemampuan dan pembentukan watak serta
peradaban bangsa, yang tercantum pada Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 dan berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan yang bermartabat, mencerdaskan dalam kehidupan bangsa, dan
mempunyai tujuan untuk perkembangan keunggulan yang terdapat dalam pribadi peserta didik
supaya menjadi manusia yang berakhlak mulia, beriman serta bertaqwa kepada Allah
Subanahu Wata Allah, berkepribadian yang mulia, sehat, berilmu pengetahuan , pintar, kreatif,
mandiri serta dapat menjadi warga masyarakat di negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Pendidikan karakter juga didukung peraturan presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang
penguatan pendidikan karakter.
Presiden Joko Widodo akhirnya membaca situasi ini. Melalui Perpres No 87 tahun 2017
tentang Penguatan Pendidikan Karakter, presiden ingin memperbaiki karakter bangsa yang
sedang menurun. Dalam Perpres ini disebutkan, Penguatan Pendidikan Karakter yang
selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan
pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa,
olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga,
dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
PPK, menurut Perpres ini, memiliki tujuan: (a) membangun dan membekali Peserta
Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan
karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan; (b) mengembangkan
platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam
penyelenggaraan pendidikan bagi Peserta Didik dengan dukungan pelibatan publik yang
dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan
keberagaman budaya Indonesia; dan (c) merevitalisasi dan memperkuat potensi dan
kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, Peserta Didik, masyarakat, dan lingkungan
keluarga dalam mengimplementasikan PPK.
Budaya luhur bangsa bisa luntur, identitas bangsa bisa tergeser dan karakter bangsa
akan mudah tergerus. Karena itu, pendidikan karakter harus difokuskan pada pembangunan
karakter kebangsaan melalui pembangunan pemahaman terhadap pilar-pilar kebangsaan, nilai-
nilai sejarah dan kepahlawanan, serta kearifan luhur budaya lokal. Mengenai betapa pentingnya
karakter bagi suatu bangsa, Bung Karno pernah berkata “Apa yang menentukan besar kecilnya
suatu bangsa? Besar atau kecilnya suatu bangsa bukanlah ditentukan oleh seberapa luas
wilayahnya dan seberapa banyak penduduknya, melainkan ditentukan oleh kekuatan tekad
sebagai pancaran dari karakternya”.
HASIL DAN PEMBAHASAN:
A. Pentingnya pendidikan karakter dalam dunia pendidikan
Pendidikan karakter mengarahkan pada cara berpikir dan perilaku dari mahasiswa yang
nantinya akan menjadi tulang punggung bangsa. Karakter termanifestasi dalam sifat dan
perbuatan untuk selaras dengan budaya bangsa Indonesia yang selama ini telah melekat.
Pengaruh modernisasi dan globalisasi yang memberikan banyak warna dalam kehidupan
remaja memang harus dibentengi dengan pembelajaran karakter. Boleh dikatakan bahwa
pendidikan karakter adalah usaha untuk penanaman nilai-nilai pada mahasiswa melalui
berbagai macam cara untuk menjadikan mereka sebagai individu yang berguna bagi
masyarakat, bangsa, dan negara. Implementasi dari pendidikan karakter di Indonesia
bersumber pada Pancasila yang selama ini menjadi dasar penting. Adapun pengembangan dari
pendidikan karakter dipandu dengan buku dari pemerintah, yang selanjutnya diolah lebih
mendalam oleh sekolah masing-masing yang menguasai keadaan secara langsung. Maka dari
itu, tidak mengherankan jika implementasi pendidikan karakter di tiap-tiap kampus memiliki
wacana dan praktik yang berbeda-beda karena keadaan di tiap kampus juga berbeda
Persoalan Yang dapat terjadi ketika Seseorang Mahasiswa tidak mempunyai nilai
pendidikan karakter tentunya mempunyai dampak yang sangat serius apabila tidak segera
luruskan. Dampak dampak yang bisa terjadi diantaranya: (1) Menurunnya Rasa Hormat
Terhadap Dosen, (2) Semakin tingginya angka kenakalan mahasiswa. (3) Tindak pidana oleh
mahasiswa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan mahasiswa yang menyebutkan
bahwa saat ini banyak mahasiswa yang tersangkut masalah pidana, salah satunya adalah
pencurian.
Atas dasar hal tersebut pendidikan karakter sangatlah dibutuhkan dalam rangka
menciptakan para generasi penerus bangsa yang memiliki budi pekerti atau karakter yang kuat,
supaya nantinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mereka mampu bersikap sesuai
prinsip luhur yang mereka pegang. Mereka tidak akan goyah pada suatu hal yang kiranya akan
membuat mereka jatuh pada jurang kesesatan, yang justru nantinya akan merugikan mereka
sendiri.
Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa dengan adanya budi pekerti, setiap manusia
berdiri sebagai manusia merdeka, yang dapat menguasai dan memerintah diri sendiri. Itulah
manusia yang beradab dan itulah tujuan pendidikan dalam garis besarnya. Pada dasarnya
pendidikan berkuasa untuk mengalahkan dasar-dasar jiwa manusia, baik dalam arti
melenyapkan dasar-dasar yang jahat dan memang dapat di hilangkan maupun mengurangi atau
menutupi tabiat-tabiat yang tak dapat lenyap sama sekali, karena bersatu dengan jiwa.
Pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara dapat ditempuh dengan Sistem Trisentra
yaitu tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan. Di dalam kehidupan anak-anak
ada tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya yaitu
alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda. Pertama, pendidikan akan
sempurna apabila tidak hanya disandarkan pada sikap dan tenaga si pendidik, akan tetapi juga
harus beserta suasana yang sesuai dengan maksud pendidikan. Kemudian yang kedua yaitu
menghidupkan, menambah dan menggembirakan perasaan kesosialan tidak akan terlaksana
jika tidak didahului pendidikan diri (pendidikan individual)karena inilah dasar pendidikan budi
pekerti yang akan dapat menimbulkan rasa kemasyarakatan dan rasa kesosialan.
Pendidikan karakter yang paling fundamental dapat dibentuk dalam kesatuan tri tunggal
yaitu ayah-ibu-anak. Bagi manusia berketurunan tidak hanya berarti melahirkan secara
biologis. Dengan hanya melahirkan ia belum menurunkan secara insani. Melahirkan secara
bilologis harus dilanjutkan dengan melahirkan secara insani, dalam hal ini membawa anak ke
tingkat manusia dan ini berarti pendidikan karakter dasar. Untuk tugas ini ayah dan ibu seolah
bersedia lahir dan batin maka timbulah kesatuan antara anak dan orang tua, yang tidak bisa
diganti. Jadi, pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, yang
di situ terjadi pemanusiaan dan anak, dengan mana dia berproses untuk akhirnya memanusia
sendiri sebagai manusia purnawarman (Driyarkara, 1980:129). Pendidikan karakter dalam hal
ini terjadi dalam proses tritunggal itu dari menyatunya ayah-ibu-anak sampai pada taraf
purnawarman, yaitu di mana karakter anak terbentuk ia mampu memahami dirinya sendiri
sebagaimana orang tersebut menjadi manusia pada umumnya yang bebas dan bertanggung
jawab.
B. Penguatan dan aktualisasi nilai budaya sebagai upaya pengembangan karakter
generasi muda Indonesia dalam menghadapi era revolusi industri 4.0
Salah satu unsur yang dapat ikut pengembangan karakter di era revolusi industri 4.0 adalah
penguatan dan aktualisasi nilai budaya lokal.
• Bila nilai budaya lokal, digali, dikembangkan, dipraktekan maka dapat memberikan
alternatif bagi orang muda untuk memilih nilai karakter dari budayanya atau nilai karakter
dari luaran. Nilai budaya lokal dapat menjadi penyaring terhadap pengaruh luar.
• Lewat pendalaman nilai budaya lokal, yang sungguh diterima, orang muda tidak terlalu
mudah terkecoh dengan nilai budaya luar yang belum tentu baik;
• Persoalan yang perlu dipikirkan adalah bagaimana orang muda tertarik untuk menggali
nilai budaya lokal? Apakah anak muda zaman digital ini akan tertarik menggali? Untuk itu
nampaknya diperlukan beberapa usaha seperti:
▪ Anak zaman ini menggemari yang berbau digital, maka nilai-nilai budaya lokal perlu
disajikan dalam bentuk digital, yang mudah diakses oleh anak zaman;
▪ Penyajiannya perlu disesuaikan dengan teknologi modern zaman ini; tidak dalam bentuk
klasik yang kurang diminati anak zaman.
▪ Anak jaman sekarang ini serba ingin cepat (budaya instan), terus terang, tidak mau
bertele-tele tetapi langsung ke tujuan, tidak mau berpura-pura, belajar tidak linear, ingin
diakui; sifat-sifat ini perlu diperhatikan dalam menggali nilai budaya dan dalam
menyajikan nilai budaya lokal.
C. Pendidikan Karakter di Era 5.0
Pendidikan karakter bisa didapat di mana saja. Bukan hanya guru yang bertanggung
jawab membentuk karakter pada anak, tapi juga lingkungan, baik keluarga maupun
masyarakat. Orang tua juga menjadi pihak utama yang bertanggung jawab terhadap pendidikan
karakter anak sebab sebagian besar kehidupan anak dihabiskan di rumah. Era 5.0 merupakan
kelanjutan dari era Industri 4.0. Era ini bukan lagi menuntut manusia untuk mengikuti
perkembangan teknologi tapi juga hidup berdampingan, menggunakan, dan menciptakan
teknologi dengan kontrol adalah diri kita sendiri. Era 5.0 didominasi oleh aspek digital. Hal ini
menjadikan ilmu pengetahuan tidak harus bersumber pada guru, dapat melalui internet yang
minim kredibelitasnya.
Ayat 23 surat Al-Isra memiliki kandungan mengenai pendidikan berkarakter.
disebutkan bahwa yang pertama Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk
menyembah Allah SWT, tidak ada sekutu bagi-Nya. dan yang kedua, kita harus berbakti
kepada orang tua. Dari penjelasan ayat di atas sangat jelas bahwa ketika kita menghargai
dan menyayangi orang tua kita dengan baik maka akan menumbuhkan akhlak serta moral
yang baik pula bagi anak sedangkan jikalau kita acuh maka akan tumbuh akhlak dan
moral yang tidak baik. Dengan kata lain, hal ini sangat berpengaruh dalam pendidikan
karakter. Antara orang tua sebagai pendidik dan anak.
Orang tualah yang sangat berjasa dalam membentuk karakter anak. Orang tua memiliki
tanggung jawab untuk mengajarkan tentang nilai dan norma yang berlaku, sehingga mampu
terinternalisasi dalam kepribadian, karakter, dan tingkah laku anak. Anak bersikap proaktif
untuk mengikuti dan melaksanakan arahan dari orang tua. Orang tua selalu mengedepankan
totalitas untuk menjaga anak dan mengorbankan segala sesuatu demi kepentingan anak.
Pembentukan karakter anak yang paling utama adalah di dalam lingkungan keluarga
selanjutnya di dalam lingkungan sekolah, tetapi hal seperti ini terkadang dilupakan oleh
orang tua maupun guru. Berbagai problem yang sering terjadi dalam pendidikan karakter anak
adalah terjadinya penyimpangan-penyimpangan perilaku baik yang berskala kecil maupun
besar seperti tawuran antar pelajar, pelanggaran tata tertib berkendaraan, penyalahgunaan
obat-obatan terlarang, seks bebas, maupun pelanggaran-pelanggaran disiplin di sekolah
seolah-olah telah menjadi hal yang biasa dan masih banyak fenomena atau kasus-kasus
yang menunjukan bahwa moral karakter bangsa ini sedang mengalami kegoyahan. Maka dari
itu sangat diperlukan penanaman nilai nilai karakter bangsa bagi anak-anak, utamanya
adalah anak-anak yang berada di usia sekolah dasar.
Dari sisi prosesnya, sebenarnya pendidikan karakter yang utama adalah dari keluarga
dan masyarakat sekitar. Tetapi pendidikan karakter di dunia pendidikan, termasuk pendidikan
sekolah formal, sangat diperlukan, dengan beberapa alasan:
❖ Pendidikan karakter di sekolah dapat lebih cepat dikembangkan, dapat diajarkan serempak,
dan berlaku untuk kelompok besar. Kalau semua hanya diajarkan lewat keluarga maka
perkembangannya dapat lambat dan sempit.
❖ Lewat sekolah, penyajian pendidikan karakter dapat direncanakan secara metodis tepat
sesuai dengan situasi anak didik. Hal ini karena di pendidikan formal banyak ahli dalam
bidang pendidikan.
❖ Isi karakter dapat lebih luas dari yang diajarkan di keluarga; bahkan dapat mengajarkan
nilai karakter yang diinginkan untuk kepentingan bangsa yang lebih besar dan luas yang
tidak ada di keluarga;
Akibat lain dari perkembangan society 5.0 adalah siswa sering berkata kotor. Dari hasil
penelitian, terbukti bahwa siswa mengaku setiap hari mendengar temannya berkata kotor. Bisa
saja, hal ini juga dipengaruhi oleh penggunaan game online yang berlebih sebab bahasa yang
diserap dari lingkungannya (perkataan kotor) kerap diujarkan ketika kalah bermain game
online. Dalam penelitian ini, sejumlah 31% siswa mengaku mudah memahami penggunaan
Bahasa Inggris dalam game online. Angka ini memang relatif sedikit mengingat pengakuan ini
hanya didominasi oleh siswa laki-laki yang dianggap lebih doyan bermain game online (seperti
ML, PUBG, FF, dlll.) daripada perempuan. Namun, kondisi ini juga menjelaskan bahwa
teknologi modern mampu menyisihkan pola bahasa lokal dengan bahasa lain melalui
pembiasaan bermetode game. Hal ini juga berarti perkataan kotor sudah menjadi konsumsi
mereka sehari-hari. Apalagi, jika perkataan kotor tersebut diucapkan kepada orang yang lebih
tua yang harusnya dihormati dan dihargai. Kondisi ini bertentangan unggah-ungguh dalam
bahasa Jawa yang berakibat buruk terhadap pembentukan karakter siswa. Di sisi lain, kondisi
ini akan semakin parah jika serapan bahasa yang dimiliki anak-anak tidak hanya diperoleh dari
game online, tetapi juga media sosial seperti Youtube, Tiktok, dan Instagram. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Bhakti (2020) bahwa menurunnya eksistensi bahasa
Jawa di kalangan anak-anak disebabkan oleh berbagai macam pola bahasa di lingkungan
masyarakat.
KESIMPULAN:
Pengembangan karakter orang muda dapat dilakukan melalui berbagai cara dan
dipengaruhi oleh berbagai unsur yang kompleks. Salah satu unsur penting yang perlu
dikembangkan adalah menggali nilai karakter dari budaya leluhur setempat, mengambil nilai
baiknya dan menawarkan kepada orang muda, sehingga orang muda menjadi lebih kaya dalam
hal nilai, bukan hanya mengambil nilai karakter dari luar yang memang semakin dahsyat
ditawarkan lewat teknologi modern. Untuk itu para pendidik diajak menemani mereka dalam
pencarian itu. Pendidikan karakter tidak hanya diajarkan melalui lingkungan pendidikan saja,
namun lingkungan keluarga juga sama pentingnya untuk membangun pendidikan karakter
sejak usia dini. Dan hendaknya sebagai orang tua bisa lebih mengawasi anaknya dalam bermain
game baik tindakan maupun ucapan yang mereka lakukan. Karena jika dibiarkan semakin lama
akan menganggu karakter mereka yang semula baik menjadi sensitif akan berbagai hal yang
akan berdampak negatif bagi kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai