PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sangat luas, yang meliputi seluruh aspek yang berhubungan dengan lingkungan hidup
kehidupannya dengan baik atas keterlibatan dan peran serta dari makhluk lain, seperti
seperti udara dan air. Udara yang terdiri dari berbagai macam gas, demikian juga
dengan air dengan berbagai macam bentuk uap, cair dan padat, kemudian Allah swt.,
menyebutkan dalam al-Quran bahwa segala sesuatu di atas bumi disediakan untuk
Terjemahnya:
Dialah yang telah menciptakan bagi kalian segala apa yang ada di bumi.
Demikian juga Allah swt., menjadikan manusia dari tanah, kemudian mereka
1
Otto Sumarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan (Cet. VII, Jakarta:
Djambatan, 1997), h. 51.
dan memanfaatkannya dengan baik dan tepat dalam rangka mambangun kehidupan
yang lebih baik (maju dan sejahtera)2. Sebagaimana tersebut dalam Q.s. Hud(11):61.
Manusia sebagai salah satu unsur dari sebuah ekosistem (sistem kehidupan)
yang tergabung dalam sebuah komunitas makhluk hidup dari berbagai jenis yang
berlangsung di antara berbagai komponen dalam sistem itu sendiri atau dengan sistem
lain di luarnya.
dilarang membuat kerusakan QS. al-Baqarah (2) :27; QS. al-Ru>m (30) : 41.
.
Terjemahnya:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
lingkungan berimpilikasi pada keharusan menjaganya bukan untuk diri sendiri tetapi
2
Muhammad Suryani dkk., Lingkungan Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam
Pembangunan (Jakarta: UI-Press, 1987), h. 3.
3
Muhammad Suryani dkk., Lingkungan Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam
Pembangunan , h. 4.
2
Allah memperingatkan bahwa hendaklah kita ..takut jika meninggalkan
anak keturunan dalam kondisi taraf hidup yang rendah (Qs. Al-Nisa> [4]:9) tidak
dapat dipandang hanya sebatas ikhtiar finansial semata, yang oleh karena itu kita
harus meninggalkan harta yang cukup pada mereka. Tetapi kualitas hidup yang
diperhitungkan pula.
B. Rumusalan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat ditarik sebuah rumusan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian dari Lingkungan adalah sesuatu yang berada di luar atau sekitar
(enviroment atau habitat) adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor
total dari faktor-faktor non genetik yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi
pohon. Ini mencakup hal yang sangat luas, seperti tanah, kelembaban, cuaca,
dalamnya, baik ketika bepergian atau pun mengasingkan diri, sebagai tempat ia
kembali, baik dalam keadaan rela atau pun terpaksa6. Dalam Undang-undang tentang
4
http://pengertian-definisi.blogspot.com/Selasa - April 2017
5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, (1996), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.
VII, Balai Pustaka :1996, h. 595
6
Yusuf Qardhawi, Riayah al-Biah fi Syariah al-Islam, diterjemahkan oleh Abdullah Hakam
Shah dkk dengan judul Islam Agama Ramah Lingkungan, Cet. I, Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2001, h.
5
4
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup
Lingkungan tidak saja bersifat fisik, seperti tanah, udara, air, cuaca, dan
sebagainya, tetapi juga berupa lingkungan sosial8. Lingkungan meliputi yang dinamis
(hidup) dan yang statis (mati). Lingkungan dinamis adalah meliputi wilayah manusia,
hewan dan tumbuhan. Lingkungan dinamis adalah meliputi alam yang diciptakan
Allah dan industri yang diciptakan manusia. Alam yang diciptakan Allah meliputi
di bumi, luar angkasa, langit matahari, bulan, hewan dan tumbuhan. Industri ciptaan
manusia meliputi segala apa yang digali manusia dari sungai-sungai, pohon yang di
tanam, rumah yang di bangun, peralatan yang dibuat, yang dapat menyusut atau
membesar untuk tujuan damai atau pun perang9. Dengan demikian, lingkungan
merupakan tempat bagi makhluk, baik hidup maupun mati, yang secara langsung atau
Lingkungan air dengan tema larangan kencing pada air yang tenang/yang
1. Al-Quran
7
RI, Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Bab I, Pasal 1 ayat 2
8
Slamet Riyadi, Ekologi Ilmu Lingkungan : Dasar-dasar dan Pengertiannya, Surabaya :
Usaha Nasional, 1981, h. 22
9
Mujiono Abdullah, Agama Ramah Lingkungan Perspektif al-Quran (Cet. I; Jakarta :
Paramadina, 2001), h. 30-31
Artinya :
Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-
gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan
Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan
(Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan
pemberi rezeki kepadanya.
Artinya :
Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.Sesungguhnya Kami
benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi
dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur
dan sayur-sayuran, Zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan
buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-
binatang ternakmu.
Artinya :
Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan
memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum
mereka? orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah
mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang
telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka
6
dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku
zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri
sendiri.
2. Perundang-undangan/Landasan Yuridis
Pencemaran lingkungan hidup (dalam hal ini mencemari air), bukan hanya
akan berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat yang ada sekarang namun juga
akan mengancam kelangsungan hidup generasi selanjutnya. Oleh karena itu baik
hidup. Masyarakat diharapkan secara aktif dapat berperan serta aktif dalam pelestrian
lingkungan hidup negaranya dan masyarakat yang tinggal dalam lignkungan hidup
No. 23 tahun 1997 adalah suatu produk pemerintah untuk menjaga kelestarian
ini, ada baiknya para ulama di negeri ini lebih memfokuskan kajian dan dakwahnya
tanaman pangan maupun dengan tanaman pohon untuk kepentingan tertentu. Oleh
lingkungan, hendaklah disambut oleh para alim ulama negeri ini, sehingga menjadi
sebuah disiplin kajian fiqh tersendiri disamping fiqh ibadah yang banyak menyita
perhatian umat Islam selama ini. Landasan-landasan yang tertuang dalam Al-Quran,
7
Al-Hadis>\, bahkan pendapat para ulama terdahulu sudah lebih dari cukup untuk
ushul fiqih ada lima unsur pokok (al-kulliya>t al-khams) yang harus diperlihara,
agama, jiwa, akal, keturunan, jiwa dan akal. Dalam hubungannya dengan lingkungan,
kelima pokok ini sangat relevan untuk dikembangkan. Terpeliharanya jiwa adalah
salah satu dari kelima unsur di atas yang dapat dijadikan prinsip dalam rangka
lingkungan berarti juga memelihara jiwa untuk menjadi manusia yang menghargai
10
A. Qadir Gassing HT, Fiqih Lingkungan : Telaah Kritis tentang Penerapan Hukum Taklifi
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Hukum Islam
Fakultas Syariah UIN Alauddin Makassar, 8 Februari 2005, h. 103-104
8
B. Hadis- hadis tentang Menjaga Air dari Pencemaran
Dalam hal ini, penelusuran hadis tentang menjaga air dari pencemaran dengan
Arnold John Wensinck (w. 1939 M). Adapun hasilnya sebagai beikut:
,,67 , , ,
,,95 ,,36 ,,51 ,139 ,45 ,,1
,,25 ,,54 .529 ,433 ,362 ,265 ,259 ,34 ,2
, () , ,
,,94 ,,30 ,25 ,,1 ,474 ,288 ,2
.533 ,492
[ ] [] ,,36
,,51 ,,139 ,30 .25
,,96 .316 ,3
.16
11
.52
Al-Bukhari
.1
-
9
-
12
.
Muslim
.2
- -
13
Abu Daud
.3
- -
14
.
.4
- -
15
Al-Turmuzi
.5
- -
16
. .
.
12
Abu Abdullah Muhammad bin Isma>'i>l bin Ibra>hi>m bin al-Mugi>rah al-Bukhari,
Shahi>h al-Bukhari>, Juz XX (Bairut: Da>r Ibn Kas\ir, 1987 M/1407 H), Juz 1, h. 95-96
13
Abu al-Husain Muslim bin al-Hajja>j bin Muslim al-Qusyairi> al-Naisabu>ri>, Shahih
Muslim, Juz V (Bairut: Da>r al-Afa>q al-Jadi>dah, t.th.), h. 162.
14
Abu Daud, Sunan Abi Daud, Juz 1, h. 47.
15
Abu Daud, Sunan Abi Daud, Juz 1, h. 48.
16
Muhammad bin I<sa Abu I<sa al-Turmuzi> al-Salami>, Sunan al-Turmuzi, Juz V (Bairut:
Da>r Ihya' al-Turas\ al-Arabi>, t.th.), h. 100.
10
Al-Nasa'i
.6
17
.7
18
.8
- -
19
.
.9
- -
20
.
.10
.
- -
21
.
17
Al-Nasa>'i, Sunan Al-Nasa>'i, Juz I, h. 104.
18
Al-Nasa>'i, Sunan Al-Nasa>'i, Juz I, h. 105.
19
Al-Nasa>'i, Sunan Al-Nasa>'i, Juz I, h.364.
20
Al-Nasa>'i, Sunan Al-Nasa>'i, Juz I, h. 151.
21
Al-Nasa>'i, Sunan Al-Nasa>'i, Juz I, h. 154.
11
Ibn Majah
.11
- -
22
.
.12
- -
23
.
>Al-Darimi
.13
- - :
24
Ahamd bin Hanbal
: .14
:
25
.
22
Ibn Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz 1, h. 443.
23
Ibn Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz 1,h. 444.
24
Abdullah bin Abdurrahman Abu Muhammad al-Da>rimi>, Sunan al-Da>rimi>, Juz VIII
(Cet. 1; Bairut: Da>r al-Kutub al-Arabi>, 1407 H), h. 367.
25
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hila>l bin Asad al-Syaibani>,
Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid 3 (Cet. I; Bairut: 'A<lim al-Kutub, 1998 M/1419 H),h. 259.
12
.15
:
26
.
.16
:
:
:
.
27
: .17
:
:
.
28
.18 :
:
: .
29
.19
:
:
30
.
Muslim
26
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hila>l bin Asad al-Syaibani>,
Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid , h. 265.
27
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hila>l bin Asad al-Syaibani>,
Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid 3, h. 346.
28
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hila>l bin Asad al-Syaibani>,
Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid 3, h. 362.
29
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hila>l bin Asad al-Syaibani>,
Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid , h. 492.
30
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hila>l bin Asad al-Syaibani>,
Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid 3, h. 529.
13
.20
- -
31
.
Al-Nasa'i
.21
32
Ibnu Majah
.22
33
.
- -
.23
- -
34
.
Ahmad bin Hanbal
: .24
:
35
.
31
Abu al-Husain Muslim bin al-Hajja>j bin Muslim al-Qusyairi> al-Naisabu>ri>, Shahih
Muslim, Juz I, h. 162.
32
Al-Nasa>'i, Sunan Al-Nasa>'i, Juz I, h. 37
33
Ibn Majah, Sunan Ibnu Majah,Juz I, h. 442.
34
Ibn Majah, Sunan Ibnu Majah,h. 443.
35
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hila>l bin Asad al-Syaibani>,
Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz II, h. 288.
14
: : .25
:
: :
. : :
36
.
. :
.26
:
37
.
.1 :
38
.2
39
.3 :
.
36
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hila>l bin Asad al-Syaibani>,
Musnad Ahmad bin Hanbal, h. 464
37
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hila>l bin Asad al-Syaibani>,
Musnad Ahmad bin Hanbal, h. 532
38
Abu Muhammad Mahmu>d bin Ahmad bin Mu>sa> bin Ahmad bin Husain al-Gaita>bi al-
Hanafiy Badr al-Di>n al-Ai>niy, Syarh Sunan Abiy Da>wu>d Juz I (Cet. I; Riyad}: Maktabah al-
Rusyd, 1420 H/ 1999 M), h. 191.
Zaid al-Di>n Muhammad al-Madu bi Abd al-Rau>f bin Ta>j al-A<rifi>n bin Aliy bin
39
15
:
.4
.5
.6 -
.
.
c. Larangan buang hajat di tempat umum.
.1 :
.2 :
2. Itibar Sanad
16
hadis, masing-masing;
17
e. 2 dari Ibnu Majah pada hadis nomor 11 dan 23;
sampai 26.
Hanya ada 4 jalur hadis dari sahabat yang lain (sebagai Syahid dari Abu
Hurairah), masing-masing
a. 1 jalur dari Ibn Umar sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
dari Muslim pada hadis nomor 20; 1 dari al-Nasa'I pada hadis nomor 21;
Sementara mutabi' Muhammad ibn Sirrin dari jalur Abu Hurairah ada 7
masing-masing;
2. Abi (Ajlan) yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud pada hadis
4. Abihi ('Utsman) yaitu hadis yang diriwayatkan oleh al-Nasa'i pada hadis
5. Khilas yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal pada hadis
18
6. Humain ibn Abdurrahman al-Himyary yaitu hadis yang diriwayatkan oleh
7. Abu Maryam yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal pada
Sementara mutabi' Muhammad ibn Sirrin dari jalur lain (selain Abu Hurairah)
ada 2 yaitu;
1. Nafi dari Jalur Ibnu 'Umar pada hadis nomor 12; dan
2. Abi al-Zubair jalur dari Jabir pada hadis nomor 20. 21 dan 22.
Adapun fokus penelitian perawi pada tulisan ini adalah pada jalur periwayatan
at-Turmudzi. Berdasarkan hadis riwayat Tirmidzi, maka rangkaian sanad yang diteliti
adalah :
1. Al-Tirmiziy
Beliau adalah Muhammad bin Isa bin Saurah bin Muas bin al-Dahhak, dan
dikatakan pula ia adalah Muhammad bin Isa bin Yazid bin Saurah bin al-Sakan al-
Hafidz,40 kuniyahnya Abu Isa, laqabnya al-Aslamiy, al-Tirmiziy, al-Darir dan al-
Bangiy.41beliau lahir pada tahun 207 H42 dan wafat pada tanggal 13 bulan Rajab
tahun 279 H.
40
Al-Imam al-Hafidz al-Hajjaj Syihab al-Din Abi al-Fadhl Ahmad bin Ali bin Hajar al-
Asqalaniy, Tahzib al-Tahzib , Juz 9 (Bairut: Dar al-Kutub al-Alamiyah, t.th), h. 335 lihat juga al-
Hafidz al-Mutqab Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Maziy, Tahzib al-Kamal fi Asmai al-Rijal, Jilid 26
(Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h. 250
41
Abd al-Gaffar Sulaiman al-Bandariy dan Sayyid al-Kasradiy Hasan, Mausuah al-Rijal
Kutub al-Tisah, Juz 3 (Bairut: Dar al-Kutub al-Alamiyah, 1993) h. 441
42
Ahmad Sutarmadi, al-Imam al-Tirmidzi; Peranannya dalam pengembangan hadits dan
fiqh,cet 1 (Jakarta: Logos, 1998), h. 51
19
b. Guru dan Muridnya
Beliau meriwayatkan hadits dari Ishaq bin Rahawaiy, Muhammad ibn Amru
al-Sawaq, Qutaibah bin Said, Ali ibn al-Madaniy dan Lainnya43. Belaiu
meriwayatkan hadits kepada Abu bakar Ahmad ibn Ismail, Amir al-Samarkandiy,
adalah salah seorang penyusun kitab, Hafidz dan yang selalu diingat45.
Abu Said al-Samaniy berkata: salah seorang dari imam yang bergelut di
terkenal. Tidak diketahui asal-usulnya dan tidak pula dikenal adanya dua
43
Al-Imam al-Hafidz al-Hajjaj Syihab al-Din Abi al-Fadhl Ahmad bin Ali bin Hajar al-
Asqalaniy, Tahzib al-Tahzib , Juz 9 (Bairut: Dar al-Kutub al-Alamiyah, t.th), h. 335
44
Al-Imam al-Hafidz al-Hajjaj Syihab al-Din Abi al-Fadhl Ahmad bin Ali bin Hajar al-
Asqalaniy, Tahzib al-Tahzib , Juz 9 (Bairut: Dar al-Kutub al-Alamiyah, t.th), h. 335
45
juga al-Hafidz al-Mutqab Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Maziy, Tahzib al-Kamal fi Asmai
al-Rijal, Jilid 26 (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h. 250
46
juga al-Hafidz al-Mutqab Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Maziy, Tahzib al-Kamal fi Asmai
al-Rijal, Jilid 26 (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h. 234
47
juga al-Hafidz al-Mutqab Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Maziy, Tahzib al-Kamal fi Asmai
al-Rijal, Jilid 26 (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h. 250
48
juga al-Hafidz al-Mutqab Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Maziy, Tahzib al-Kamal fi Asmai
al-Rijal, Jilid 26 (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992), h. 209
20
Sutarmadi, ia memperkirakan ini dianggapi oleh Ibnu Hazm karena imam
Dari uraian tersebut diatas dapat diketahui bahwa Imam al-Tirmidzi benar
telah meriwayatkan hadits dari Mahmud bin Ghailan dengan menggunakan lambang
intelektualnya.
bin Muhammad bin Umar bin bistham al-Marwaziy berkata: saya mendengar Abu
Raja berkata :Saya lahir pada tahun 150 H, dan dia mati malam kedua bulan
Guru Beliau adalah Sufyan bin Uyainah, Fadhil bi Musa, Walid bin Muslim,
49
juga al-Hafidz al-Mutqab Jamaluddin al-Hajjaj Yusuf al-Maziy, Tahzib al-Kamal fi Asmai
al-Rijal, Jilid 26 (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1992),h. 91
50
Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad az-Dzahabiy, Sirah A'lam an-Nubala'
juz 23 (muassah ar-Risalah: t;th) h. 123. Lihat : Ahmad bin Muhammad bin Husain Abu Nashir al-
Bukhary al-Kalabazy, al-Hidayah wa al-Irsyad Fi Ma'rifati ahli Tsiqah Wa as-Sidad, (Beirut: Dar al-
Ma'rifat; 1407 M). h. 68. Lihat : Muglathi bin Qaliij bin Abdullah al-Bakrajiy al-Mishriy al-Hukriy
al-Hanafiy Abu Abdullah Alauddin, Ikmal Tahzibul Kamal Fi Asma ar-Rijaal (Beirut: Dar al-Fikr:
2001 M) h. 134.
21
Ahmad bin Abi Khaitsama berkata : dari Yahya bin Main, Abu Hatim
beliau terpercaya dari apa yang diriwayatkan, selalu menjaga sunnah dan
jamaah.
adalah Shuduq41
Tidak seorang pun kritikus hadits yang memeberikan penilaian yang negative
terhadap diri beliau. Itu berarti, kualitas pribadi dan kapasitas intelektualnya tidak
diragukan. Oleh karena itu, pernyataannya bahwa ia menerima hadits dari Abu
antara keduanya dalam keadaan bersambung. Demikikian pula dengan Mahmud bin
3. Abdu ar-Razzaq
Beliau adalah Abdul ar-Razzaq bin Hammam bin Nafi' al-Humairy. Beliau
wafat pada tahun 175 atau 176 H.51
Guru dan Murid Beliau adalah Hisyam bin Hassam, Ubaidillah bin Umar,
Ibnu Juraij, Ma'mar. Hajjaj bin Artha, Abdul Malik bin Sulaiman, Umar bin Dzar,
22
c. Penilaian Para Kritikus Hadits
Abd al-Rahman bin Mahdi berkata: "Kitab Abu 'Awa>nah lebih terpercaya
kualitas pribadi dan kapasitas intelektualnya tidak diragukan. Oleh karena itu,
4. Ma'mar
Rasyid.53
Guru beliau adalah Syariq, Abdi as-Salam bin al-Harb, Ali bin 'Abis al-Kuufiy
dan Hammam. Murid beliau adalah Al-Bukhary, Ishaq bin Hasan at-Thahhan
52
Jamaluddin Abi al-Hajja>j Yusuf al-Mizzi, Tahzi>b al-Kama>l,Juz 30, (t.t., t.th., t.p.), h.
441
53
Jamaluddin Abi al-Hajja>j Yusuf al-Mizzi, Tahzi>b al-Kama>l,Juz 30, (t.t., t.th., t.p.), h.
441al-Maktabah al-Syamilah, http://www.shamela.ws. Lihat: 53Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad
bin Ahmad az-Dzahabiy, Sirah A'lam an-Nubala' juz 23 (muassah ar-Risalah: t;th) h. 123. Lihat :
Ahmad bin Muhammad bin Husain Abu Nashir al-Bukhary al-Kalabazy, al-Hidayah wa al-Irsyad Fi
Ma'rifati ahli Tsiqah Wa as-Sidad, (Beirut: Dar al-Ma'rifat; 1407 M). h. 168. Lihat : Muglathi bin
Qaliij bin Abdullah al-Bakrajiy al-Mishriy al-Hukriy al-Hanafiy Abu Abdullah Alauddin, Ikmal
Tahzibul Kamal Fi Asma ar-Rijaal (Beirut: Dar al-Fikr: 2001 M) h. 139.
23
c. Penilaian Para Kritikus Hadits
Said Ibn Musayyib berkata; saya tidak mendapatkan di Irak orang yang
Ma`mar berkata; Saya belum pernah melihat dari mereka yang lebih faqih
Beliau adalah Hammam bin Munabbih Kamil in sijah al-Abnawiy. Nama Kuniah
beliau adalah Abu Uqbah (beliau menghafal 400 ribu lebih hadis) Wafat pada Tahun
183 H54
Guru beliau adalah Abu Hurairah, muawiyah. Adapun murid beliau antara
lain Uqiyl bin Ma;qil, Ali bin Hasan bin Anas As-Shan'ani, Ma'mar bin Rasyid.
c. Penilaian Para Kritikus Hadits
Al-Zuhri dari Anas berkata; Rasulullah saw tinggal lama di Madinah dan
saya saat itu berumur 10m tahun, dan beliau wafat saat saya berumur 20
tahun.
54
Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad az-Dzahabiy, Sirah A'lam an-Nubala'
juz 23 (muassah ar-Risalah: t;th) h. 153. Lihat : Ahmad bin Muhammad bin Husain Abu Nashir al-
Bukhary al-Kalabazy, al-Hidayah wa al-Irsyad Fi Ma'rifati ahli Tsiqah Wa as-Sidad, (Beirut: Dar al-
Ma'rifat; 1407 M). h. 238. Lihat : Muglathi bin Qaliij bin Abdullah al-Bakrajiy al-Mishriy al-Hukriy
al-Hanafiy Abu Abdullah Alauddin, Ikmal Tahzibul Kamal Fi Asma ar-Rijaal (Beirut: Dar al-Fikr:
2001 M) h. 249.
24
Dari Tsabit dari Anas berkata; Rasulullah saw. Mendoakan saya,
sehingga Allah swt menambah hartaku,
sampai saya mempunyai kebun dan dipanen dua kali dalam setahun dan dari
6. Abu Hurairah
Guru beliau adalah Abu Said al Hudriy, Usaid As-Saaidiy, Nabi Muhammad
SAW. Adapun murid beliau antara lain Amr bin Haris, Haywah bin Suraih, al-Laits,
Antara Abu Hurairah dan Nabi Muhammad saw. terjalin hubungan sangat
dekat karena beliau adalah sahabat Nabi saw. Itu berarti terjadi persambungan
periwayatan hadits.
55
Ahmad bin Muhammad bin Husain Abu Nashir al-Bukhary al-Kalabazy, al-Hidayah wa al-
Irsyad Fi Ma'rifati ahli Tsiqah Wa as-Sidad, (Beirut: Dar al-Ma'rifat; 1407 M). h. 198. Lihat :
Muglathi bin Qaliij bin Abdullah al-Bakrajiy al-Mishriy al-Hukriy al-Hanafiy Abu Abdullah Alauddin,
Ikmal Tahzibul Kamal Fi Asma ar-Rijaal (Beirut: Dar al-Fikr: 2001 M) h. 279. Syamsuddin Abu
Abdullah Muhammad bin Ahmad az-Dzahabiy, Sirah A'lam an-Nubala' juz 23 (muassah ar-Risalah:
t;th) h. 153. Lihat :
25
C. Pemahaman (Fiqh al-Hadis) tentang Menjaga Air dari Pencemaran
Kaitannya dengan matan hadis di atas, pertama, bila ditinjau dari kualitas
Penelitian matan hadis dilakukan untuk melacak apakah terjadi riwa>yah bi al-
ayat-ayat al-Quran, karena banyak ayat yang juga menjelaskan tentang hal tersebut
26
demikian juga dengan hadis, di antaranya adalah QS.al-Qashash ayat 77 yang
berbunyi:
.
Terjemahnya:
Dan carilah apa yangtelah Allah anugrahkan kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat. Dan jamganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telahberbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan. (Qs. Al-Qashash[28]:77)
Terjemahannya:
Dialah yang telah menumbuhkan dari apa yang terdapat di bumi supaya kalian
Nabi saw., melarang berkemih di air yang tenang tidak mengalir. Berkemih di
air tergenang berarti mencemari air, padahal air sangat penting dan perlu dijaga
kebersihan dan kesuciannya agar bisa digunakan untuk bersuci. Berkemih di tempat
yang dilarang oleh Nabi saw., berarti melanggar aturan agama.56Karena itu seorang
muslim wajib menaati ajaran agamanya. Sebagaimana pada hadis Nabi saw., berikut:
Artinya:
56
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari' fii Syarh Shahih al-Bukhari, Juz I, (t.tp., Dar Mishar li
Tiba'ah, 2001 M/1421 H), h. 501
27
Jabir berkata: Rasulullah saw., melarang berkemih pada air yang tergenang.
Demikian juga Nabi melarang sesorang mandi di air yang tergenang, sebagai
mana hadis Nabi saw., yang diriwayatkan oleh Abi Dawud dari Abu Hurairah:
- -
57
Artinya:
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw., bersabda: jangan berkemih
salah seorang di antara kamu pada air tergenang dan jangan pula mandi
janabah di dalamnya. HR. Abi Dawud.
Mandi dalam air yang tergenang dilarang oleh Rasulullah saw., sebab pada air
terjadinya pencemaran. Air tercemar dengan sesuatu najis atau berkembangnya mikro
organisme yang beracun dalam air yang tergenang itu, maka air itu tidak dapat
digunakan untuk bersuci, sebab akan berbahaya pada diri manusia. Air yang
tergenang yang sudah berubah warna dan baunya sudah dinilai najis.
Karena itu, Nabi saw., melalui hadis-hadis tersebut melarang setiap orang
berkemih pada air yang diam atau tidak mengalir.58 maksudnya adalah
air yang tergenang. Menurut al-Munziri bahwa ada riwayat dari Muslim, al-Nasa'I,
dan hadis A'raj dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhari, diriwayatkan oleh
57
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari' fii Syarh Shahih al-Bukhari, h. 98
58
Al-Hafid Ibnu Qayyim al-Jauziyah, 'Aun al-Ma'bud Syarh Sunan Abi Daud, Jilid I, (Bairut:
Dar Fikri li Tiba'ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi', tth.), h. 132
28
Muslim, al-Turmuzi, al-Nasa'i, dari hadis Hamam bin Munabbih dari Abi Hurairah
Ulama menilai bahwa kencing itu najis. Sehingga ketika berkemih pada air
yang tergenang berarti memasukkan najis pada air itu. Yang demikian sangat jelas
tidak dibenarkan oleh Nabi saw., sedangkan mandi di air yang tergenang juga
dilarang sebab kalau mandi di dalam air itu maka air itu menjadi musta'mal karena
menjadi bekas mandi. Sebagian pandangan ulama Hanafi bahwa air itu menjadi
Dengan demikian, larangan berkemih pada air yang diam atau tergenang
berarti Nabi melarang mencemari air. Karena air yang tergenang mungkin dapat
digunakan orang dengan sesuatu maksud. Selain itu, Nabi pun melarang mandi dalam
air yang tergenang tersebut. Hal tersebut juga bermakna sebagai larangan mencemari
lingkungan, sebab mandi di dalam air yang tergenang berarti memasukkan kotoran ke
Analisis Pengembangan
Dalam ilmu fiqhi dikenal beberapa kategorisasi air. Sayyid Sabiq dalam Kitab
a. Air Mutlak, yang terdiri atas air hujan, salju, es, sebagaimana firman Allah swt.:
)11 : (
59
Al-Hafid Ibnu Qayyim al-Jauziyah, 'Aun al-Ma'bud Syarh Sunan Abi Daud, h. 133.
60
Al-Hafid Ibnu Qayyim al-Jauziyah, 'Aun al-Ma'bud Syarh Sunan Abi Daud, h. 134.
61
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah., Jilid I, (Qahirah: Dar al-Fath Li 'ilam al-Arabiy, 1421 H), h.
11.
29
Terjemahnya:
dan Allah menurunkan kepadamu air dari langit untuk mensucikanmu.
)48 : (
Terjemahnya:
... dan Kami turunkan air dari langit air yang suci.
Demikian juga air laut itu dinyatakan sebagai air yang suci sebagaimana hadis
Nabi saw., yang diriwayatkan oleh Imam Malik dari Abu Hurairah:
) (
Artinya:
Sesungguhnya Abu Hurairah pernah bercerita bahwa telah dating seorang
laki-laki kepada Rasulullah saw., lalu ia bertanya: Ya Rasulullah saw.,
sesungghnya kami melaut dan hanya membawa sedikit air, jika air itu kami
pakai berwudhu, kami bias kehausan, maka apakah boleh kami berwudhu
dengan air laut? Maka Rsullah saw., menjawab: air laut itu suci, bangkainya
halal. (HR. Malik)
tergenang dan bercampur dengan sesuatu yang biasanya tidak terpisah dari air,
seperti daun, kayu dan lain-lain. Maka ulama sepakat bahwa air itu tetap masuk air
mutlak.
b. Air Musta'mal adalah air yang sudah dipakai atau air bekas. Air seperti ini tidak
dapat lagi digunakan untuk bersuci. Tetapi kalau air itu sekedar merupakan air
yang tersisa setelah seseorang melakukan wudhu atau mandi dari air itu maka
tidak mengapa.
30
c. Air yang bercampur dengan benda suci seperti sabun, tidak dapat digunakan
untuk bersuci.
1) Air bernajis tetap dapat dipakai bersuci apabila tidak berubah warna, bau, dan
rasa, serta volume air itu cukup dua kullah atau air itu keadaannya mengalir.
2) Air bernajis dan tidak dapat dipakai bersuci, apabila volume airnya tidak
cukup dua kullah atau berubah warna, bau dan rasanya atau air itu diam atau
tergenang.
Pertama, Air yang suci atau mutlak, yakni air yang suci lagi mensucikan.
Adalah semua air yang dari langit, semua air yang muncul dari tanah selama tetap
dalam sifat keaslian ciptaannya, tidak berubah salah satu dari tiga sifatnya (warna,
1) Bercampurnya sesuatu yang suci ke dalam air, yang dapat merubah salah
satu sifat air tersebut, seperti sabun, susu, gula dan lain-lain, menyebabkan
air tidak dapat digunakan bersuci.
2) Air musta'mal dengan volume kecil, yakni air yang kurang dari dua kullah.
Air yang sudah menjadi bagian dari yang digunakan bersuci, wudhu, mandi
Ketiga, air bernajis, yakni air yang terdapat padanya najis yang tidak
dimaafkan. Atau air yang sudah bercampur dengan barang bernajis, seperti:
31
kencing di air tergenang yang tidak cukup dua kullah tidak dapat dipakai
bersuci.62
Manusia membutuhkan air bersih atau air yang berkualitas yang dapat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian dari Lingkungan adalah sesuatu yang berada di luar atau sekitar
(enviroment atau habitat) adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai
faktor berpengaruh timbal-balik satu sama lain dan dengan masyarakat tumbuh-
intervensi manusia.
62
Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa 'Adillatuhu", Juz I (lLibanon: Dar al-Fikr, 1997
M/1418 H), h. 264-278.
63
Muhammad Ardi, Kualitas Lingkungan Hidup di Indonesia, (Makassar: PPs UNHAS,
1992), h. 55.
32
2. penelusuran hadis tentang menjaga air dari pencemaran dengan menggunakan al-
Wensinck (w. 1939 M). Maka, ditemukan Hadis Tentang Larangan Mencemari
dengan jumlah jalur sebanyak 22 jalur hadis dan 4 riwayat oleh sahabat yang
lain.
3. Nabi saw., melarang berkemih di air yang tenang tidak mengalir. Berkemih di air
tergenang berarti mencemari air, padahal air sangat penting dan perlu dijaga
tempat yang dilarang oleh Nabi saw., berarti melanggar aturan agama.
B. Implikasi
adalah kehidupan. lingkungan tidak hanya untuk sekarang, tapi akan diwariskan
kepada generasi mendatang.
lingkungan hidup negaranya dan masyarakat yang tinggal dalam lingkungan hidup
No. 23 tahun 1997 adalah suatu produk pemerintah untuk menjaga kelestarian
33
lingkungan hidup sekaligus memberi perlindungan hukum bagi masyarakat agar
DAFTAR PUSTAKA
Al-Imam al-Hafidz al-Hajjaj Syihab al-Din Abi al-Fadhl Ahmad bin Ali bin Hajar al-
Asqalaniy, Tahzib al-Tahzib , Juz 9; Bairut: Dar al-Kutub al-Alamiyah, t.th
Abd al-Gaffar Sulaiman al-Bandariy dan Sayyid al-Kasradiy Hasan, Mausuah al-
Rijal Kutub al-Tisah, Juz 3; Bairut: Dar al-Kutub al-Alamiyah, 1993
34
Abdullah bin Abdurrahman Abu Muhammad al-Da>rimi>, Sunan al-Da>rimi>, Juz
VIII, Cet. 1; Bairut: Da>r al-Kutub al-Arabi>, 1407 H
Abu Abdullah Muhammad bin Isma>'i>l bin Ibra>hi>m bin al-Mugi>rah al-Bukhari,
Shahi>h al-Bukhari>, Juz XX; Bairut: Da>r Ibn Kas\ir, 1987 M/1407 H
Muhammad bin I<sa Abu I<sa al-Turmuzi> al-Salami>, Sunan al-Turmuzi, Juz V;
Bairut: Da>r Ihya' al-Turas\ al-Arabi>, t.th.
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hila>l bin Asad al-Syaibani>,
Musnad Ahmad bin Hanbal, Jilid 3, Cet. I; Bairut: 'A<lim al-Kutub, 1998
M/1419 H
Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, al-Ja>mi al-Shahi>h, Cet. 2; t.t.,
Must}afa al-Bab al-Haliy, 1398 H/1978 M
Al-Nawawi, Shahih Muslim Bisyarh al-Nawawi, Juz IX, Beirut ; Dar al-Fikr, 1981
M/1401 H
Al-Hafid Ibnu Qayyim al-Jauziyah, 'Aun al-Ma'bud Syarh Sunan Abi Daud, Jilid I;
Bairut: Dar Fikri li Tiba'ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi', tth.
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari bisyarh Shahih Bukhari, Juz V, Beirut :
Maktabah al-Salafiyah, t.th
35
Muhammad bin Abdurrahman bin Abdurrahim Al-Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadzi bi
Syarh Jami al-Tirmidzi, Juz VII; t.p.: Dar al-Fikr, t.th.
Qadir Gassing HT, Fiqih Lingkungan : Telaah Kritis tentang Penerapan Hukum
Taklifi dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pidato Pengukuhan Guru
Besar dalam Bidang Hukum Islam Fakultas Syariah UIN Alauddin Makassar,
8 Februari 2005
S{ala>h al-Di>n ibn Ah}mad al-Adlabi>, Manhaj Naqd al-Matn 'Inda Ulama>' al-
H{adi>s\ al-Nabawi>, terj. Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq, Metodologi
Kritik Matan Hadis, Ciputat; Gaya Media Pratama, 2004
Muhammad Suryani dkk., Lingkungan sumber daya Alam dan Kependudukan dalam
Pembangunan, Jakarta: UI-Press, 1987
Joko Subagyo, Metode Penelitian, Cet. IV; Jakarta: Rineka Cipta, 2004 M
36
37