Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ETIKA PROFESI HUKUM

HUKUM MORAL DAN HUKUM POSITIF

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Hukum

Dosen Pengampu: Lukmanul Hakim, M.Hum.

Disusun oleh :
1. Muhammad Fathurrijal 33010180019
2. Miftahul Fauzi 33010180020
3. Muhammad Habib 33010180026

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur semoga selalu tercurahkan kehadirat Allah


SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayat serta inayah-Nya kepada
kita semua, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Etika
Profesi Hukum ini dengan Judul “Hukum Moral dan Hukum Positif”

Kami selaku penyusun makalah menyampaikan ucapan terimakasih kepada


Bapak Lukmanul Hakim, M.Hum. selaku dosen pembimbing mata kuliah Etika
Profesi Hukum yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan
makalah ini. Makalah Etika Profesi Hukum ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas kelompok mata kuliah Etika Profesi Hukum yang dibimbing oleh Bapak
Lukmanul Hakim, M.Hum.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami tidak menutup diri dari pembaca akan saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas
penyusunan makalah dimasa yang akan datang. Dan kami berharap, semoga makalah
ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami sebagai penyusun dan para
pembaca semuanya.

Salatiga, 16 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
A. Definisi Hukum Moral dan Hukum Positif.......................................................2
B. Fungsi dan Hubungan Hukum Moral................................................................3
C. Persamaan dan Perbedaan Hukum Positif dan Hukum Moral..........................5
BAB III..........................................................................................................................8
A. Kesimpulan........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki kebebasan. Sebagai


makhluk hidup yang bebas ia menjalin relasi dengan sesamanya, dengan dunianya,
dan dengan Tuhannya. Dalam relasi tersebut dibutuhkan suatu hukum yang
menjamin kelanggengan relasi tersebut yang disebut dengan hukum moral. Hukum
moral merupakan sebagai perwujudan cinta kasih, ketaatan dan ungkapan syukur
manusia.

Hukum moral merupakan tanda ungkapan iman manusia bagaimana ia


berbuat segala sesuatu didasari atas dasar cinta dan kehendak Allah. Untuk itu,
ungkapan iman tidak terlepas dari kesadaran dan juga pilihan bebas manusia. Hati
adalah pusat kesadaran. Manusia adalah subjek moral bila tindakan dan moralitas
yang dimiliki sungguh merupakan suatu ungkapan iman. Hukum moral adalah
hukum yang membebaskan dan memerdekakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari hukum moral dan hukum positif?
2. Bagaimana fungsi dan hubungan antara hukum dengan moral?
3. Persamaan dan perbedaan Hukum Positif dan Hukum Moral ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari hukum moral dan hukum positif
2. Untuk mengetahui tentang fungsi dan hubungan antara hukum dengan moral
3. Untuk mengetahui Persamaan dan Perbedaan Hukum Positif dan Hukum Moral

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hukum Moral dan Hukum Positif

1. Hukum Moral
Secara etimologi moral berasal dari bahasa Belanda moural, yang
berartikesusilaan, budi pekerti. Sedangkan menurut W. J. S. Poerwadarminto
moral berarti ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan. Dalam Islam
moral dikenal dengan istilah akhlak. Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin
menerangkan tentang definisi akhlak. Akhlak adalah perilaku jiwa, yang dapat
dengan mudah melahirkan perbuatan-perbuatan, tanpa memerlukan pemikirandan
pertimbangan.1

Hukum moral adalah hukum yang didasarkan pada kehendak Allah.


Hukum moral menjadi benar diterapkan dalam ungkapan iman, karena tindakan
manusia mencerminkan imannya. Orang beriman bertindak bukan semata-mata
atas kehendak dirinya, melainkan lebih atas dasar kehendak Allah. Setiap
pengalaman manusia memberi kontribusi besar pada hukum moral. Ada tiga ide
utama yang perlu dipahami dalam hal ini, antara lain: pemahaman budaya suku
bangsa; keterlibatan dalam budaya; dan keturutsertaan dalam memperjuangkan
keadilan.

Hukum moral menunjukkan aturan dalam bertingkah laku. Misalnya,


upaya-upaya komunikasi sosial. “Untuk menggunakan upaya-upaya itu dengan
tepat, sungguh perlulah bahwa siapa saja yang memakainya mengetahui norma-
norma moral, dan di bidang itu mempraktikkannya dengan setia. Hendaknya
mereka menelaah bahan, yang dikomunikasikan sesuai dengan sifat khas masing-
masing medium. Sekaligus hendaklah mereka pertimbangkan juga situasi maupun

1
Ahmad Mansur Noor, Peranan Moral Dalam Membina Kesadaran Hukum, (Jakarta:
Dirjen Bin daga Islam DEPAG RI, 1985) hlm 7.

2
kondisi-kondisi, yakni tujuan, orang-orang, tempat, waktu, dan hal-hal lain yang
menyangkut komunikasinya sendiri. Sebab konteks itu dapat mengubah kadar
moralnya, bahkan mengubahnya sama sekali. Perlu juga diperhatikan cara
berfungsi yang khas bagi masing-masing medium; begitu pula daya pengaruhnya,
yang dapat sedemikian besar sehingga orang-orang, terutama kalau tidak siap,
cukup sulit menyadarinya, mengendalikannya, dan bila perlu menolaknya".

2. Hukum Positif

Hukum positif merupakan sederet asas dan kaidah hukum yang berlaku
saat ini, berbentuk kedalam lisan maupun tulisan yang keberlakuan hukum
tersebut mengikat secara khusus dan umum yang diegakkan oleh lembaga
peradilan atau pemerintahan yang hidup dalam suatu negara. Meskipun hukum
positif yang dijelaskan merupakan hukum yang berlaku pada saat ini akan tetapi
tidak meninggalkan hukum yang berlaku pada masa lalu. Dalam definisi lain
hukum positif adalah hukum yang dibuat oleh manusia yang mewajibkan atau
menetapkan suatu tindakan. Istilah ini juga mendeskripsikan penetapan hak-hak
tertentu untuk suatu individu atau kelompok.

B. Fungsi dan Hubungan Hukum Moral

Hukum moral memberikan makna bagi kehidupan manusia. Makna


tersebut antara lain:

1) Mewariskan himpunan kebijakan moral yang sudah dirumuskan sebelumnya,


kepada generasi berikutnya.
2) Membantu manusia dalam mengambil keputusan.
3) Membantu manusia dalam mengenali kekurangan dan kegagalan, sehingga
manusia dapat memperbaiki diri.
4) Membagikan pengalaman agar dapat tercipta tingkah laku personal dan sosial.

3
5) Membantu manusia dalam melayani sesama penuh cinta serta dalam menuju
kebaikan secara otentik. Manusia yang memiliki cinta kasih yang otentik adalah
orang yang taat pada peraturan.

Menurut H.M Rasjidi terdapat tiga macam hubungan antara hukum dan
moral sebagaimana yang dibahas dalam filsafat hukum umum, yaitu:

1) Hukum dan moral harus berdampingan karena moral merupakan pokok hukum.
2) Masing-masing hukum dan moral ada bidangnya, tetapi moral lebih
tinggidaripada hukum.
3) Masing-masing hukum dan moral ada bidangnya sendiriyang
tiadahubungannya satu dengan yang lain.2 Ahmad Ashar Basyir, Pokok-Pokok
Persoalan Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta: UI Press, 2000), hlm. 58.

Moral menjadi rujukan justifikasi untuk menyelesaikan kasus-kasus


hukum yang tidak ada dasar hukumnya atau tidak jelas dasar hukumnya. Sudah
menjadi hal yang lazim bagi hakim untuk mencari pembenaran terhadap putusan-
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan moral. Dalam konsep hukum perdata,
perbuatan melawan hukum bukan hanya berarti perbuatan yang melanggar
undang-undang, tapi juga perbuatan yang bertentangan dengan kepatutan dan
kesusilaan. Dalam konteks ini, melanggar aturan hukum sama dengan melanggar
kaidah-kaidah moral.

Kesadaran moral masyarakat dapat menunjang kepatuhan masyarakat


kepada aturan-aturan hukum, khususnya aturan-aturan hukum yang sejalan dengan
kaidah-kaidah moral. Ketaatan seseorang terhadap kaidah-kaidah moral dilandasi
oleh kesadaran diri bahwa kaidah-kaidah moral tersebut merupakan aturan yang
baik bagi kehidupan pribadinya. Kesadaran diri untuk menaati kaidah-kaidah
moral yang dilakukan oleh orang banyak akan menjadi kesadaran kolektif anggota
masyarakat mengenai pola hidup baik dalam kehidupan bersama. Dalam konteks
moral, orang secara sukarela mewajibkan dirinya untuk menaati kaidah-kaidah
2
Ahmad Ashar Basyir, Pokok-Pokok Persoalan Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta: UI
Press, 2000), hlm. 58.

4
moral karena kaidah-kaidah moral tersebut sesuai dengan hati nuraninya dan cara
hidup baik yang dipersepsikannya. Seseorang mewajibkan dirinya untuk
melaksanakan perintah-perintah moral, misalnya perintah untuk berbuat baik
kepada sesama manusia, perintah untuk menepati janji, dan perintah untuk
bersikap jujur, karena perintah moral tersebut sesuai dengan pola hidup baik yang
diyakininya. Begitu pula bila seseorang mewajibkan dirinya untuk tidak mengikuti
larangan-larangan moral, seperti mencuri, memperkosa, berzina, dan menipu,
karena larangan-larangan tersebut bertentangan dengan cara hidup baik.

C. Persamaan Dan Perbedaan Hukum Positif Dan Hukum Moral

1. Persamaan Hukum Positif dan Hukum Moral


Dalam banyak literatur dikemukakan bahwa tujuan hukum atau cita
hukum tidak lain dari pada keadilan. Gustav Radbruch, diantaranya menyatakan
bahwa cita hukum tidak lain daripada keadilan, esensi keadilan berpangkal pada
Moral manusia yang diwujudkan dalam rasa cinta kasih dan sikap
kebersamaan.3
Bentuk kaidah hukum, dan moral adalah berupa perintah dan larangan
yang hsrus dilakukan manusia dalam melakukan sebuah tindakan. Larangan
untuk melakukan pencurian adalah salah satu contoh perintah untuk menghargai
milik orang lain, sehingga negara melalui peraturan perundang-undangan
melarang perbuatan tersebut.
Moral sebagai Ukuran baik dan buruk dalam melakukan sebuah tindakan
maka akan timbul sebuah perintah dan larangan yang berasal dari hati nurani
manusia untuk tidak melakukan lahiriah dan bathiniah manusia yang lain. antara
kaidan hukum positif dan moral bertujuan untuk menciptakan individu di
lingkungan masyarakat. Hukum ada karena untuk mengatur tinkgkah laku
individu dalam bertindak dilingkungan masyarakat. Kaidah moral melalui hati

3
Marzuki, Peter Mahmud,Pengantar Ilmu Hukum(Kencana,Jakarta,2009)hlm. 44

5
nurani membimbing manusia menuju kejalan yang benar di dalam lingkungan
masyarkat.
Dengan adanya perintah larangan dan sanksi menyebabkan antara hukum
dan moral bersifat memaksa. Kedua kaidah tersebut memiliki sifat yang sama
karena memiliki tujuan yang sama pula. Sehingga untuk mencapai tujuan
tersebut tidak ada jalan yang lain selain harus memaksa individu untuk
melakukan tindakan yag baik.
Hukum Positif dan Hukum Moral merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dalam tatanan kehidupan masyarakat indonesia, anatar hukum
dan moral mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga dapat memperkuat
satu sama lain untuk menjalankan kaidah-kaidahnya.
2. Perbedaan Hukum Positif dan Hukum Moral
Kaidah Hukum Positif dan Hukum Moral memiliki sumber yang berbeda.
Jika kaidah moral bersumber pada setiap individu manusia kemudian sumber
kaidah hukum positif bersumber dari peraturan-peraturan yang timbul oleh
lembaga-lembaga tertentu, yang memiliki kekuatan memaksa dan apabila
dilanggar maka akan mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata. Aturan-aturan
tersebut bisa berupa perundang-undangan, kebiasaan, Yurispudensi, Traktat,
maupun Doktrin.4
Kaidah Hukum Positif lebih dikodifikasikan dari para Moralitas, artinya
dituliskan dan secara sistemmatis disusun dalam kitan Undang-Undang. Karena
itu norma Yuridis mempunyai kepastian lebih besar dan bersifat Obyektif.
Sebaliknya norma moral bersifat lebih subjek dan banyak perbedaan pendapat
untuk mencari kejelasan tentang apa yang di anggap etis atau tidak etis sehingga
membutuhkan musyawarah dikarenakan tidak ada pegangan tertulis.
Dapat disimpulkan bahwa hukum Positif membatasi diri pada tingkah
laku lahiriyah saja, sedangkan Moral menyangkut sikap batin seseorang. Hukum
Positif sebagaian besar dapat dipaksakan, orang yang melanggar hukum

4
Kansil,C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia,(Balai Pustaka, Jakarta,1989)hlm.
46

6
mendapat sanksi atau hukuman. Sebuah contoh ketika ada orang yang
melakukan pencurian maka didalam KUHP orang tersebut mendapatkan pidana
penjara atau denda. Jadi sanksi yang diberikan bersifat tegas dan nyata. Dalam
hukum Moral tidak dapat dipaksakan. Satu-satunya sanksi dalam bidang
moralitas adalah hati nurani yang tidak tenang karena telah melakukan
perbuatanya yang kurang baik terhadap orang lain.5

5
Eri Hendro Kusuma,”Hubungan Antara Moral Dan Agama Dengan Hukum”,(Jurnal Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Th.28,No.2, Agustus 20015) hlm.100

7
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Hukum moral adalah hukum yang didasarkan pada kehendak Allah.


Hukum moral menjadi benar diterapkan dalam ungkapan iman, karena tindakan
manusia mencerminkan imannya. Hukum positif merupakan sederet asas dan kaidah
hukum yang berlaku saat ini, berbentuk kedalam lisan maupun tulisan yang
keberlakuan hukum tersebut mengikat secara khusus dan umum yang diegakkan oleh
lembaga peradilan atau pemerintahan yang hidup dalam suatu negara.

Menurut H.M Rasjidi terdapat tiga macam hubungan antara hukum dan
moral sebagaimana yang dibahas dalam filsafat hukum umum, yaitu: 1)Hukum
dan moral harus berdampingan karena moral merupakan pokok hukum. 2)
Masing-masing hukum dan moral ada bidangnya, tetapi moral lebih tinggidaripada
hukum. 3) Masing-masing hukum dan moral ada bidangnya sendiriyang
tiadahubungannya satu dengan yang lain. Ahmad Ashar Basyir, Pokok-Pokok
Persoalan Filsafat Hukum Islam.

Bentuk kaidah hukum, dan moral adalah berupa perintah dan larangan
yang hsrus dilakukan manusia dalam melakukan sebuah tindakan. Larangan untuk
melakukan pencurian adalah salah satu contoh perintah untuk menghargai milik
orang lain, sehingga negara melalui peraturan perundang-undangan melarang
perbuatan tersebut.

Kaidah Hukum Positif dan Hukum Moral memiliki sumber yang berbeda.
Jika kaidah moral bersumber pada setiap individu manusia kemudian sumber
kaidah hukum positif bersumber dari peraturan-peraturan yang timbul oleh
lembaga-lembaga tertentu, yang memiliki kekuatan memaksa dan apabila
dilanggar maka akan mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ashar Basyir, Ahmad, Pokok-Pokok Persoalan Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta: UI Press,
2000).

Marzuki, Peter Mahmud,Pengantar Ilmu Hukum(Kencana,Jakarta,2009).

Kansil,C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia,(Balai Pustaka,


Jakarta,1989).

Mansur Noor, Ahmad,, Peranan Moral Dalam Membina Kesadaran Hukum, (Jakarta: Dirjen Bin daga
Islam DEPAG RI, 1985) .

Anda mungkin juga menyukai