Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOTERAPI

“BEHAVIORISME”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikoterapi.
Dosen Pengampu: Muallifah,S.Psi,MA

Disusun Oleh :
Kelas Psikoterapi B - Kelompok Materi Pertama

Khoirun Niza (18410173)


Malynda Ragita Ningtyas (18410174)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Psikoterapi dengan judul “BEHAVIORISME”.
Atas dukungan yang telah diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Muallifah,S.Psi,MA selaku dosen
pengampu mata kuliah Psikoterapi kelas B.

Terlepas dari itu semua, kami secara sadar mengakui bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi materi, keruntutan maupun tata bahasa. Oleh karena itu,
kami dengan senang hati terbuka menerima segala kritik dan saran dari pembaca.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Malang, 27 September 2020


   
                  

                          Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep-Konsep Utama

2.1.1 Pandangan Tentang Sifat Manusia

2.1.2 Pengondisian Klasik Versus Pengondisian Operan

2.2 Perilaku Bermasalah Dan Perilaku Tidak Bermasalah

2.3 Teknik Dan Prosedur Psikoterapi Dari Aliran Behaviorisme

2.3.1 Desentisasi Sistematik

2.3.2 Terapi Implosif dan Pembanjiran

2.3.3 Latihan Asertif

2.3.4 Terapi Aversi

2.3.5 Pengondisian Operan

2.3.6 Perkuatan Positif

2.3.7 Pembentukan Respon

2.3.8 Perkuatan Intermiten

2.3.9 Penghapusan

2.3.10 Percontohan
2.3.11 Token Economy

2.4 Aplikasi Psikoterapi Behavioristik

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terapi tingkah laku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur
yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. Terapi ini dipopulerkan oleh
B.F Skinner, dimana terapi ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-
prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih
adaptif.

Prinsip behaviorisme adalah sebuah pandangan ilmiah mengenai tingkah


laku manusia yang mengatgakan bahwa setiap manusia yang hidup dipandang
memililki kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif yang sama dalam
bertingkah laku. Tingkah laku tersebut pada dasarnya dibentuk dari lingkungan
sosial dan budayanya, dengan berlandaskan bahwa setiap perilaku itu dipelajari.

Berlandaskan teori belajar, modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah laku
adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang
berurusan dengan pengubahan tingkah laku. Daripada memandang terapi tingkah
laku seperti pendekatan terapi yang dipersatukan dan tunggal, lebih tepat
menganggapnya sebagai terapi-terapi tingkah laku yang mencakup berbagai
prinsip dan metode yang belum dipadukan ke dalam suatu sistem yang
dipersatukan. Dimana perkembangan terapi tingkah laku ini adalah sejak tahun
1950-an. Beberapa tokoh lain didalamnya, seperti; John Watson,Marquis, Ivan
Pavlov dan beberapa tokoh lainnya. Oleh karena hal tersebut penting kiranya kita
juga memahami teori behaviorisme dalam psikoterapi.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, berikut rumusan permasalahan yang


telah penulis tentukan :

1. Bagaimana Konsep-Konsep Utama Behaviorisme?


2. Bagaimana Perilaku Bermasalah Dan Perilaku TIdak Bermasalah?
3. Bagaimana Teknik Dan Prosedur Psikoterapi Dari Aliran Behaviorisme?
4. Bagaimana Aplikasi Psikoterapi Behavioristik?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, berikut tujuan penulisan laporan ini :

1. Mengetahui konsep-konsep utama dalam behaviorisme.


2. Mengetahui perilaku bermasalah dan perilaku tidak bermasalah.
3. Menggetahui teknik dan prosedur psikoterapi dari aliran behaviorisme.
4. Mengetahui aplikasi psikoterapi behavioristik.
5. Menyelesaikan tugas mata kuliah Psikoterapi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep-Konsep Utama Behaviorisme

2.1.1 Pandangan Tentang Sifat Manusia

Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku


manusia. Behavior ditandai oleh sikap membatasi metode-metode dan
prosedur-prosedur pada data yang dapat diamati. Pendekatan behavioristik
tidak menguraikan asumsi-asumsi filosofis tertentu tentang manusia secara
langsung. Setiap orang dipandang memiliki kecenderungan-kecenderungan
positif dan negatif yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan
ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Segenap tingkah laku manusia
itu dipelajari.

Pandangan para behavioris tentang manusia seringkali didistorsi oleh


penguraian yang terlampau menyederhanakan tentang individu sebagai bidak
nasib yang tak berdaya. Terapi tingkah laku kontemporer bukanlah suatu
pendekatan yang sepenuhnya deterministik dan mekanistik, yang
menyingkirkan potensi para klien untuk memilih. Hanya “para behavioris
yang radikal” yang menyingkirkan kemungkinan menentukan diri dari
individu. Nye (1975) dalam pembahasan tentang behaviorisme radikal nya
B.F Skinner, menyebutkan bahwa para behavioris radikal menekankan
manusia sebagai dikendalikan oleh kondisi-kondisi linkungan.

Ciri-ciri unik terapi tingkah laku.

Terapi tingkah laku, berbeda dengan sebagian besar pendekatan terapi


lainnya, ditandai oleh :

a. Pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan spesifik.

b. Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment.

c. Perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah

d. Penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi


Terapi ini merupakan suatu pendekatan induktif yang berlandaskan
eksperimen-eksperimen dan menerapkan metode eksperimental pada proses
terapeutik. Urusan terapeutik utama adalah mengisolasi tingkah laku masalah
dan kemudian menciptakan cara-cara untuk mengubahnya. Pada dasarnya,
terapi tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku
baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan
mempertahankan tingkah laku yang diinginkan. Setelah mengembangkan
pernyataan yang tepat tentang tujuan-tujuan treatment, terapis harus memilih
prosedur-prosedur yang paling sesuai untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
Berbagai teknik tersedia, yang keefektifannya bervariasi dalam menangani
masalah-masalah tertentu.Terapi tingkah laku memasukkan kriteria yang
didefiniskan dengan baik bagi perbaikan atau penyembuhan. Karena terapi
tingkah laku menekankan evaluasi atas keefektifan teknik-teknik yang
digunakan, maka evolusi dan perbaikan yang berkesinambungan atas
prosedur-prosedur treatment menandai proses terapeutik.  

2.1.2 Pengondisian Klasik Versus Pengondisian Operan

Pengondisian klasik disebut pengkondisian responden, berasal dari karya


Pavlov, pengondisian klasik melibatkan stimulus tak berkondisi (UCS) yang
secara otomotis mengembangkan respon berkondisi (CR) yang sama dengan
respon tak berkondisi (UCR) apabila diasosiasikan dengan stimulus tak
berkondisi. Jika UCS dipasangkan dengan sutau stimulus berkondisi (CS),
lambat launCS mengarahkan kemunculan CR. Baik karya Salter maupun
Wolpe sebagian besar berasal dari model pengondisian klasik. Teknik-teknik
yang spesifik seperti desensitisasi sistematik dan terapi aversi berlandaskan
pengondisian klasik.

Pengondisian operan, satu aliran utama lainnya dari pendekatan terapi


yang berlandaskan teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada
individu atas pemunculan tingkah lakunya (yang diharapkan) pada saat
tingkah laku itu muncul.

Pengondisian operan dikenal juga dengan sebutan pengondisian


instrumental, karena memperlihatkan bahwa tingkah laku instrumental bisa
dimunculkan oleh organisme yang aktif sebelum perkuatan diberikan untuk
tingkah laku tersebut. Dalam pengondisian operan, pemberian perkuatan
positif dapat memperkuat tinkagh laku, sedangkan perkuatan negatif dapat
memperlemah tingkah laku.

2.2 Perilaku Bermasalah Dan Perilaku Tidak Bermasalah

Tingkah laku yang bermasalah adalah tingkah laku yang berlebih


(sexcessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit), dimana tingkah laku yang
berlebih seperti halnya berlebihan dalam merokok, terlalu sering bermain game,
dan sering memberi komentar di kelas. Tingkah laku deficit seperti terlambat
masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas yang diberikan, dan bolos sekolah.

Tingkah laku tidak bermaslaah adalah mencapai kehidupan atau menjalani


kehidupan tanpa mengalami perilaku simtomatik, yaitu perilaku kehidupan tanpa
mengalami kesulitan atau hambatan perilaku yang dapat membuat ketidakpuasan
dalam jangka panjang atau mengalami konflik dengan kehidupan sosial

2.3 Teknik Dan Prosedur Psikoterapi Dari Aliran Behaviorisme

2.3.1 Desentisasi Sistematik

Digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif,


dengan menyertakan pemunculan tingkah laku atau respons yang berlawanan
dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan itu. Desensitisasi diarahkan
pada mengajar klien untuk menampilkan suatu respons yang tidak konsisten
dengan kecemasan.

2.3.2 Terapi Implosif dan Pembanjiran

Teknik pembanjiran berlandaskan paradigma mengenai penghapusan


eksperimental. Terapis memunculkan stimulus-stimulus penghasil
kecemasan, klien membayangkan situasi, dan terapis berusaha
mempertahankan kecemasan klien. Stampfl mengembangkan teknik yang
berhubungan dengan teknik pembanjiran, yang disebut “terapi implosif”:
seperti halnya dengan desensitisasi sistematik, terapi implosif berasumsi
bahwa tingkah laku neurotik melibatkan penghindaran terkondisi atas
stimulus-stimulus penghasil kecemasan.

2.3.3 Latihan Asertif

Pendekatan behavioral yang dengan cepat mencapai popularitas adalah


latihan asertif yang bisa diterapkan terutama pada situasi-situasi
interpersonal, dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima
kenyataan, bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang
layak atau benar. Latihan asertif akan membantu bagi orang-orang yang:

a) Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan


tersinggung

b) Menunjukan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong


orang lain untuk mendahuluinya

c) Memiliki kesulitan untuk mengatakan tidak

d) Memiliki kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon


positif lainnya

e) Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan


pikiran-pikiran sendiri

Dimana cara yang digunakan dalam latihan asertif ini adalah


menggunakan prosedur permainan peran, disini konselor bertindak sebagai
fasilitator. Selain itu diskusi kelompok juga sangat bermanfaat dalam latihan
asertif ini, untuk saling membantu satu sama lain dalam membantu klien
untuk mengembangkan cara berhubungan yang lebih langsung dalam situasi
interpersonal.

2.3.4 Terapi Aversi

Teknik pengondisian aversi yang telah digunakan secara luas untuk


meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, yang melibatkan
mengasosiasikan tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang
menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat
kemunculannya. Stimulus-stimulus aversi biasanya berupa hukuman dengan
kejutan listrik atau pemberian listrik. Kendali aversi bisa melibatkan
penarikan pemerkuat positif atau penggunaan berbagai bentuk hukuman.

2.3.5 Pengondisian operan

Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi
ciri organisme aktif. Ia adalah tingkah laku yang beroperasi di linkungan
untuk menghasilkan akibat-akibat. Tingkah laku operan merupakan tingkah
laku yang paling berarti dalam kehidupan sehari-hari, yang mencakup
membaca, berbicara, berpakaian, berpakaian, makan dengan alat-alat makan,
dsb. Menurut Skinner jika tingkah laku diganjar, maka probabilitas
kemunculan kembali tingkah laku tersebut di masa mendatang tinggi.

2.3.6 Perkuatan positif

Pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau


perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul adalah suatu
cara yang ampuh untuk mengubah tingkah laku. Pemerkuat-pemerkuat, baik
primer maupun sekunder, diberikan untuk rentang tingkah laku yang luas.

2.3.7 Pembentukan respon

Dalam pembentukan respon, tingkah laku secara bertahap diubah dengan


memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan secara
berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir. Pembentukan respon
berwujud pengembangan suatu respon yang pada mulanya tidak terdapat
dalam  perbendaharaan tingkah laku individu.

2.3.8 Perkuatan Intermiten

Perkuatan intermiten disamping gmembentuk perkuatan-perkuatan juga


dapat digunakan untuk memelihara tingkah laku yang terbentuk. Perkuatan
intermiten diberikan secara bervariasi terhadap tingkah laku yang spesifik.
Tinkah laku yang diperkuat dengan perkuatan intermiten akan lebih tahan
penghapusan dibandinggkan gdgenan tingkah laku yang dikondisikan
melalui pemberian perkuatan yang terus-menerus.

Dalam menerapkan perkuatan ini,pada tahap-tahap awal terapis harus


memberi anjaran setiap kali muncul perilaku yang diinginkan.
2.3.9 Penghapusan

Apabila suatu respon terus menerus dibuat tanpa perkuatan, maka respon
tersebut cenderung menghilang. Dengan demikian, karena pola-pola tingkah
laku yang dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu periode,
cara untuk menghapus tingkah laku yang maladaptif adalah menarik
perkuatan dari tingkah laku maladaptif itu.

2.3.10 Percontohan

Dalam percontohan, individu mengamati seorang model dan kemudian


diperkuat untuk mencontoh tingkah laku sang model. Reaksi emosional yang
terganggu yang dimiliki seseorang dapat dihapuskan dengan cara orang
tersebut mengamati model(orang lain yang menempati status tinggi atau
terhormat di mata pengamat) yang mendekati objek-objek atau situasi-situasi
yang ditakuti tanpa mengalami akibat-akibat yang menakutkan dengan
tindakan yang dilakukannya.

2.3.11 Token Economy

Digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan


pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam
token economy, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan-
perkuatan yang bisa diraba, yang nantinya bisa ditukar dengan objek atau hak
istimewa yang diinginkan.

2.4 Aplikasi Psikoterapi Behavioristik

Disini kita akan melihat kasus fiktif dimana desensitisasi sistematis


diterapkan untuk menangani kasus fobia pada kupu-kupu, salah satu yang lebih
sering muncul dan yang dapat menyebabkan lebih banyak masalah karena
kehadiran serangga ini di lingkungan kita.Selama wawancara awal, pasien
memberi tahu psikolog bahwa ia menderita banyak ketidaknyamanan setiap kali
ada kupu-kupu di dekatnya. Bayangkan saja situasi ini, mulai tampak gugup,
berkeringat, jantung berdetak kencang dan mengatakan bahwa masalahnya
menyebabkan gangguan dalam kehidupan sehari-harinya.
Setelah mengajarinya latihan pernapasan dalam, psikolog dan pasien berlatih
bersama sampai yang terakhir mampu tenang mulai dari keadaan pikiran yang
agak gelisah. Anda diminta untuk melakukan latihan di rumah selama seminggu,
dan di sesi berikutnya Anda melanjutkan ke fase berikutnya. Pada langkah
berikutnya, pasien tersebut membuat daftar situasi yang menyebabkan
kecemasan, dan menambahkan angka dari 1 hingga 10 melambangkan tingkat
ketidaknyamanan mereka terhadap masing-masing situasi. Daftarnya adalah
sebagai berikut:

- Pikirkan seekor kupu-kupu: 2.

- Lihat gambar kupu-kupu: 4.

- Lihat kupu-kupu berjarak tiga meter: 6

- Lihat kupu-kupu satu meter jauhnya: 8.

- Kupu-kupu itu berpose di lengannya: 10.

Setelah daftar selesai, pasien harus melalui setiap situasi sambil melakukan
teknik relaksasi yang telah dipelajari

Jadi, dalam satu sesi pasien harus membayangkan kupu-kupu sambil


bernapas dalam-dalam, sampai pasien tenang. Di yang berikutnya, pasien akan
disajikan dengan gambar serangga ini.

Adapun situasi yang berhubungan dengan kupu-kupu nyata, tergantung pada


tingkat ketakutan orang tersebut, psikolog dapat memutuskan untuk hanya
membayangkannya, atau mengeksposnya kepada mereka di dunia nyata.
Bagaimanapun, setelah beberapa sesi, orang tersebut dapat merasa nyaman dalam
semua kasus ini.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori tingkah laku merupakan cara yang sistematik denagan metode-metode


dan teknik-teknik trapeutiknya telah menjadi subjek bagi pengujian
eksperimental. Teknik dan prosedur psikoterapi dari aliran behaviorisme,
diantaranya: desentisasi sistematik, terapi implosif dan pembanjiran, latihan
asertif, terapi aversi, pengondisian operan, perkuatan positif, pembentukan
respon, perkuatan intermiten, penghapusan, percontohan dan token economy.

3.2 Saran
Saran penulis bagi penulis selanjutnya yang akan menyusun makalah dengan
tema yang serupa agar lebih memperhatikan tiap materi yang berkaitan dengan
tema juga sumber-sumber yang akan dipakai, baik itu buku, jurnal, atau skripsi.
DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama

Latipun. 2008. Psikologi Konseling, Malang : UMM Press

Anda mungkin juga menyukai