Anda di halaman 1dari 2

Nama : Gilang Rizkia Aditia

NIM : 1906709
“RESUME”

Pelatihan dan Pelatihan Diri: Belajar Dari Simulasi


(Dari Kecakapan Dasar Hingga Eksplorasi Ruang)

Model pembelajaran belajar kontrol diri memiliki kesamaan dengan manajemen


kontingensi dalam orientasi pembelajaran terhadap strategi dan sistem sosial. Selain itu, model
ini memiliki prinsip-prinsip pengkondisian operan yang serupa dengan manajemen kontingensi
melalui kontrol stimulus dan penguatan positif. Namun, aspek-aspek tersebut sepenuhnya berada
ditangan peserta didik. Masalah pengendalian diri hampir selalu melibatkan situasi yang terkait
kepuasan positif jangka pendek dan konsekuensi negatif jangka panjang. Memperhatikan dan
dengan sengaja mengatur lingkungan yang lebih baik atau merekayasa adalah batu pijakan dari
prosedur pengendalian diri. Faktor penting lain yang menghalangi perubahan dalam pola kontrol
diri adalah kondisi di lingkungan yang awalnya merangsang perilaku self-defeating. Seringkali
stimulan untuk perilaku mengalahkan diri sendiri, hal ini disebut kontrol terselubung. Untuk
membantu orang membangun program pengendalian diri, penting untuk memeriksa pikiran atau
pola yang mungkin menjadi bagian dari rantai perilaku mereka. Kunci untuk mengendalikan
stimulus adalah mengubah lingkungan. Hal ini dapat dilakukan melalui perubahan fisik. Akan
tetapi, individu sering gagal dalam upaya pengendalian diri sendiri karena menetapkan tujuan
mereka terlalu tinggi, dengan demikian tidak pernah mendapatkan penguatan positif untuk upaya
mereka.
Model pembelajaran ini memiliki empat fase dalam pelaksanaannya yaitu fase pertama,
mengenalkan prinsip-prinsip perilaku seperti berkomunikasi bahwa kontrol diri adalah fungsi
dari lingkungan, menjelaskan prinsip kontrol diri yang spesifik dan menentukan keinginan untuk
berpartisipasi. Fase kedua, membangun base line seperti menentukan dengan jelas perilaku
target, menetukan prosedur dan jadwal pengukuran, melakukan pengukuran, memperhatikan
rangsangan kontrol, memperkuat konsekuensi dan melakukan kemungkinan untuk merespons
secara bersaing. Fase ketiga, menyiapkan program kontrol diri seperti membuat keputusan
mengenai lingkungan stimulus dan penguat, menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka
panjang dan kemungkinan tanggal target, menyusun program tertulis, menyetujui atas pertemuan
dan waktu peninjauan. Fase keempat, memantau dan memodifikasi program seperti
menginstruksikan siswa untuk melakukan program, melakukan pertemuan berkala dengan
instruktur untuk meninjau kemajuan dan memodifikasi program yang dibutuhkan. Ini berarti,
dalam model kontrol diri instruktur dapat mengambil kesempatan untuk memperkenalkan siswa
dengan perilaku yang berbeda secara kualitatif yang akan meningkatkan kinerja mereka karena
model ini secara langsung menginstruksikan terhadap perilaku target dan juga elemen perilaku
maladaptif. Model ini juga memiliki efek pengiring yang kuat untuk mengajarkan individu
bahwa mereka dapat mengendalikan lingkungan mereka dan diri mereka sendiri, serta dapat
meningkatkan harga diri. Hal itu juga mendorong individu untuk memandang dunia dari sudut
pandang perilaku, untuk mencatat stimulus dan penguatan dalam interaksi mereka dengan orang-
orang dan benda-benda. Oleh karena itu, Model ini memiliki struktur sedang hingga rendah. 
Instruktur adalah fasilitator yang membantu siswa memulai dan memelihara kegiatan.  Semua
aspek program dinegosiasikan dengan siswa.
Bahan yang Perlu Didiskusikan

1. Dalam implementasinya, apakah model ini dapat diterapkan untuk melaksanakan program
tujuan belajar berskala besar tanpa terlebih dahulu menerapkan program berskala kecil? Jika
ya seperti apa? Mengingat berdasarkan penjelasan bahwa kegagalan dari pelaksanaan model
ini adalah harapan perubahan yang terlalu besar.

Daftar Pustaka

Joyce, B., Weil, M., & Showers, B. (1980). Models Of Teaching Fourth Edition. United States of
America: A Division of Simon & Schuster, Inc.

Anda mungkin juga menyukai