Anda di halaman 1dari 16

1

PENERAPAN BELAJAR EKSPERIENSIAL EFEKTIF MENGEMBANGKAN SELF-REGULATED LEARNING MAHASISWA Oleh Darmiany Abstrak: Fenomena yang teramati di sejumlah kampus menunjukkan bahwa para mahasiswa nampaknya masih belum menghayati budaya belajar di perguruan tinggi. Oleh karena itu, sebagai dosen, peneliti merasa terpanggil untuk secara langsung ikut serta dalam memperbaiki budaya belajar tersebut melalui Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yang merajut latihan dan pemanfaatan metakognisi, motivasi dan perilaku yang diduga efektif, karena mecerminkan sosok seorang Life-long Learner, terlepas dari Bidang Vokasi atau A-Vokasi yang kebetulan dia tekuni. Pilihan untuk menggunakan format penelitian tindakan kelas ini dilakukan, karena melalui penelitian tindakan kelas, baik intervensi perbaikan yang dilakukan, maupun dampaknya kepada (a) penumbuhan kemampuan melakukan Self-Regulated Learning, maupun (b) pemanfaatannya dalam meningkatkan kualitas pembelajan dalam sesuatu Mata Kuliah tertentu langsung dihayati secara bersama-sama oleh Dosen dan Mahasiswa sepanjang rentang transaksi pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas ini dapat memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan itu dalam 3 siklus pembelajaran. Keberhasilan mahasiswa menerapkan SRL dalam belajar implisit bermaknakan keberhasilan penerapan model pembelajaran tersebut terhadap peningkatan prestasi belajar Pada titik ini dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran eksperiensial siklik itu dapat direkomendasikan sebagai salah satu model untuk kemampuan melakukan Self-Directed Learning yang merupakan hasil tambahan dari Pengalaman belajar yang dijalani (Nurturant effect), (Joyce dan Weil, 1972). Kata kunci : experiential learning, self-regulated learning (SRL), penelitian tidakan kelas (PTK) Tuntutan belajar di perguruan tinggi mengharuskan mahasiswa untuk belajar lebih mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang lebih terarah dan intensif sehingga memungkinkan mahasiswa tampil produktif, kreatif, dan inovatif. Bekal utama yang dibutuhkan mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut adalah memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mengatur kegiatan belajar, mengontrol perilaku belajar, dan mengetahui tujuan, arah, serta sumber-sumber yang mendukung untuk belajarnya. Fakta empirik dari sejumlah hasil penelitian di Indonesia seperti penelitian yang dilakukan Daharnis UMP (2005), Rahman dkk UMN (2004), dan Suarta UNRAM (2001), menunjukkan bahwa para mahasiswa nampak masih belum menghayati budaya belajar di perguruan tinggi dan belum dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan kampus. Bahkan mereka beranggapan ketidak hadiran dosen sebagai suatu hal yang sangat menyenangkan,

2 sehingga banyak diantara mereka memperoleh prestasi rendah, kurang sesuai harapan. Gambaran masalah kebiasaan belajar mahasiswa seperti dijelaskan di atas tidak sesuai dengan tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, harus diatasi paling tidak diubah ke arah yang lebih baik agar menghasilkan lulusan yang mampu belajar secara mandiri, mampu mengatur tingkah lakunya secara dinamis dan fleksibel dalam menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya. Untuk mencapai hal di atas, mahasiswa membutuhkan self-regulated learning (SRL) dalam belajar. SRL dibutuhkan mahasiswa agar mereka mampu mengatur dan mengarahkan dirinya sendiri, mampu menyesuaikan dan mengendalikan diri, terutama bila menghadapi tugas-tugas yang sulit. Schunk (1989), mengemukakan bahwa mahasiswa dikatakan melakukan self-regulation dalam belajar bila mereka secara sistematis mengatur perilaku dan kognisinya dengan memperhatikan aturan yang dibuat sendiri, mengontrol berjalannya suatu proses belajar dan mengintegrasikan pengetahuan, melatih untuk mengingat informasi yang diperoleh, serta mengembangkan dan mempertahankan nilai-nilai positif belajarnya. Mahasiswa dikatakan telah menerapkan self-regulated learning apabila mahasiswa tersebut memiliki strategi untuk mengaktifkan metakognisi, motivasi, dan tingkah laku dalam proses belajar mereka sendiri (Zimmerman dan Martinez-Ponz, 1990, Zimmerman, 1989). Kebiasaan mengatur dan mengarahkan diri sendiri diharapkan dapat terbentuk dalam diri mahasiswa, terutama dalam belajar. Self-regulated learning menempatkan pentingnya kemampuan seseorang untuk belajar disiplin mengatur dan mengendalikan diri sendiri, terutama bila menghadapi tugas-tugas yang sulit. Pada sisi lain, self-regulated learning menekankan pentingnya inisiatif karena SRL merupakan belajar yang terjadi atas inisiatif. Mahasiswa yang memiliki inisiatif menunjukkan kemampuan untuk mempergunakan pemikiran-pemikirannya, perasaan-perasaannya, strategi dan tingkah lakunya yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan (Zimmerman, 2002). Begitu juga dalam hal belajar, mahasiswa yang sudah tahu pasti tujuan dari kegiatan belajarnya akan mengarahkan segala pemikiran, perasaan, penerapan starategi, dan tingkah lakunya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mempertahankan prestasi akademiknya (Paris & Newman, 1990). Maka, betapa efektifnya belajar jika mahasiswa memiliki keterampilan self-regulated learning (SRL). Oleh sebab itu, sebaiknya sejak pendidikan dasar hingga perguruan tinggi siswa perlu diajarkan bagaimana menerapkan selfregulated learning (SRL) dalam belajar. Pikiran, perasaan, strategi, dan tingkah laku yang dengan

3 sudah terarah pada tujuan pembelajaran merupakan suatu modal yang paling penting dalam terlaksananya proses belajar. Di perguruan tinggi, penanggulangan permasalahan dan pembimbingan terhadap mahasiswa dapat dilakukan oleh dosen dan dosen pembimbing (konselor, dosen wali atau dosen penasehat akademik). Upaya penanggulangan dan pembimbingan tersebut akan lebih efektif bila dilakukan secara terprogram dan melalui kerjasama antara dosen bidang studi dengan pembimbing/dosen wali, dan dengan berbagai pihak terkait lainnya di lingkungan Perguruan Tinggi tersebut. Hal ini penting karena permasalahan dan tingkah laku belajar mahasiswa terbentuk dan dapat dikembangkan oleh lingkungan (Guerin, Corey, Kann dan Hanna dalam Daharnis, 2005) agar program dan kerjasama penanggulangan permasalahan (berkenaan dengan prestasi, dan kegiatan belajar sebagaimana dikemukakan di atas) dan/atau program pembimbingan terhadap mahasiswa dapat disusun dengan baik sehingga terjadi peningkatan mutu kegiatan belajar dan prestasi belajar mahasiswa. Oleh karena itu, sebagai Dosen, Peneliti merasa terpanggil untuk secara langsung ikut serta dalam memperbaiki budaya belajar tersebut melalui Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yang merajut latihan dan pemanfaatan metakognisi, motivasi dan perilaku yang diduga efektif, karena mencerminkan Sosok seorang Life-long Learner, terlepas dari bidang vokasi atau A-Vokasi yang kebetulan dia tekuni. Sebagaimana diketahui, kerangka pikir pembelajaran informal melalui pengalaman kerja khususnya dan pengalaman hidup umumnya untuk penumbuhan kemampuan seorang Life-long Learner itu, semula digagas oleh David Kolb, yang dikemas dalam sebuah buku dengan judul Experiential Learning: Experience as a Source of Knowledge and Development (Kolb, 1984). Secara lebih rinci kerangka pikir Experiential Learning itu terdiri atas (1) concrete experinece, (2) reflective observation, (3) abstract conceptualization, dan (4) active experimentation. Selama ini, dosen program studi maupun dosen wali dan konselor di Perguruan Tinggi kurang memperhatikan aspek psikologis mahasiswa. Dosen hanya menjelaskan materi sesuai target kurikulum, sehingga persoalan masalah-masalah belajar seperti, bagaimana mahasiswa mengatur waktu belajar, mencapai target prestasi, kurang mendapat perhatian dosen (terabaikan). Menurut Jonassen (dalam Wangid, 2006), strategi belajar sangat diperlukan agar proses belajar menjadi lebik efektif. Hal ini didukung pula oleh hasil penelitian dari Pintrich & De Groot (1991) yang menemukan adanya hubungan antara strategi belajar dengan hasil unjuk kerja. Kualitas belajar bagaimanapun juga bergantung pada strategi yang digunakan oleh

4 individu. Brown dan Volet (dalam Vermunt, 1998) menyatakan fungsi SRL secara konkret adalah merencanakan proses belajar, memantau kemajuan belajar, mendiagnosis sebab-sebab terjadinya kesulitan yang muncul selama proses belajar, dan menentukan tujuan (target yang harus dicapai) dalam belajar. Fungsi SRL secara konkrit yang dikemukakan oleh Brown dan Volet tersebut di atas diterapkan oleh mahasiswa dalam mata kuliah perkembangan peserta didik secara menyeluruh selama satu semester. Pelatihan penggunaan SRL dalam belajar dilakukan melalui pembelajaran dengan menggunakan kerangka dasar model pembelajaran experiential learning yang dikembangkan oleh Kolb menggunakan Pendekatan Penelitian Tindakan Kelas. Pilihan untuk menggunakan format penelitian tindakan kelas ini dilakukan, karena melalui penelitian tindakan kelas, baik intervensi perbaikan yang dilakukan, maupun dampaknya kepada baik (a) penumbuhan kemampuan melakukan Self-Regulated Learning, maupun(b) pemanfaatannya dalam meningkatkan kualitas pembelajan dalam sesuatu mata kuliah tertentu itu, langsung dihayati secara bersama-sama oleh Dosen dan Mahasiswa sepanjang rentang transaksi pembelajaran. Secara lebih spesifik, keunggulan dari Strategi Pembelajaran Experiensial itu, adalah karena belajar informal melalui pengalaman itu menjanjikan 2 jenis hasil, yaitu (a) penguasaan dampak langsung pembelajaran dalam mata kuliah tertentu (Instructional efect), sekaligus disertai (b) penumbuhan kemampuan untuk melakukan Self-Directed Learning yang merupakan hasil tambahan dari pengalaman belajar yang dijalani (Nurturant effect, (Joyce dan Weil, 1972). Hasil dari penerapan keempat modus tindakan belajar tersebut dilaporkan oleh tiap mahasiswa melalui wahana jurnal kegiatan belajar harian. Oleh karena itu, dalam Penelitian Tindakan Kelas, baik segi peningkatan kemampuan melakukan Self-Directed Learning, maupun dari segi kualitas pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditetapkan suatu kriteria keberhasilan. Pada gilirannya, keberhasilan dalam meraih tingkat kriteria keberhasilan inilah, yang digunakan sebagai rujukan penilaian sepanjang rentang transaksi pembelajaran. Akan tetapi, yang juga penting dicatat pada kesempatan ini adalah bahwa kerangka pikir pembelajaran eksperiensial ini, tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh pebelajar dewasa, melainkan juga dapat dimanfaatkan oleh siapa pun juga, yang merasa terusik untuk belajar secara cerdas dari pengalamannya, meskipun hasilnya tidak selalu direkam dalam bentuk suatu professional journal yang baku (Holly, 1984). Dengan kata lain, rekaman hasil dari Experiential Learning ini, secara produktif dapat dimanfaatkan oleh Mahasiswa S-3, Mahasiswa S-2 atau Mahasiswa S-1 yang tengah mempersiapkan proposal penelitian, anggota tim studi banding yang mempelajari praktek

5 dalam penanganan sesuatu masalah yang dilakukan oleh sesuatu lembaga atau sesuatu negara, wartawan yang mengumpulkan bahan untuk mengusun artikel Investigstive Reporting tentang sesuatu topik, dan sebagainya. Bahkan seorang Balita usia 4 tahun pun, juga dapat memanfaatkan Experiential Learning ini untuk menumbuhkan empati, misalnya jika ia merasa terusik ketika melihat perbedaan cara bersembahyang dari jumat yang memeluk agama yang berbeda. Penerapan model pembelajaran dengan empat modus dasar seperti dijelaskan di atas, memberi kesempatan pada mahasiswa untuk belajar mengalami. Dengan demikian, mahasiswa dapat memonitor kemampuan diri sendiri untuk membuat perencanaan dan pemantauan terhadap hasil belajar terkait tingkat penguasaan materi pembelajaran dan keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik secara baik. Kemauan belajar yang kuat dan penetapan tujuan belajar yang jelas akan memacu setiap individu untuk rajin belajar dan berusaha mencapai tujuan dan target belajar yang telah ditetapkan. Berangkat dari uraian di atas, fokus masalah yang dikaji dalam penelitian ini, dirumuskan sebagai berikut, belajar eksperiensial yang diterapkan melalui pembelajaran mata kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik dapat memotivasi mahasiswa untuk menggunakan self-regulated learning (SRL) dalam belajar sehingga penguasaan terhadap materi pembelajaran menjadi lebih baik. Penelitian tindakan kelas ini ditujukan untuk mengetahui dampak pembelajaran eksperiensial dalam penumbuhan SRL dan peningkatan penguasaan tujuan instruksional mata kuliah Perkembangan Peserta Didik tersebut, yang hasil implementasinya direkam melalui akumulasi Jurnal Kegiatan Belajar harian. Untuk memicu motivasi mahasiswa menerapkan SRL dalam belajar, hasil jurnal belajar yang berhasil dikumpulkan mahasiswa secara tertulis, dinilai dan bagi yang berhasil membuat jurnal sesuai kriteria hasilnya diumumkan di depan kelas. Penerapan pembelajaran eksperiensial dalam proses belajar mengajar ini diharapkan mampu mengubah kebiasaan belajar mahasiswa dari cara-cara belajar yang instan, menjadi cara belajar yang lebih baik yaitu menerapkan SRL sehingga dapat meningkatkan penguasaan lebih baik terhadap materi pembelajaran dan memiliki sikap belajar yang lebih bertanggung jawab. Metode

6 Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) sehingga besarnya sampel meliputi seluruh populasi kelas. Subyek penelitian melibatkan mahasiswa peserta mata kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik (Program Studi S-1 FMIPA Pendidikan Matematika UM) semester genap tahun 2007/2008. Ini berarti bahwa seluruh populasi kelas, yang terdiri atas 52 orang itu, dilibatkan sebagai subyek perlakuan. Desain penelitian terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan observasi dan evaluasi, serta refleksi yang diikuti perencanaan ulang. Instrumen yang digunakan adalah jurnal belajar harian, dan pedoman wawancara. Materi pelatihan yang diajarkan adalah melatih mahasiswa menggunakan SRL dalam belajar dengan siklus belajar eksperiensial untuk mencapai tingkat penguasaan tujuan instruksional pembelajaran. Langkah-langkah belajar yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Concrete Experience. Pengalaman konkrit mahasiswa menerapkan SRL dalam belajar dan dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan dosen dilaporkan dalam jurnal belajar harian. Setiap pembelajaran berlangsung peneliti melakukan penagihan dan pengecekan hasil jurnal belajar, menganalisis isi jurnal terkait penerapan SRL dan penguasaan materi pembelajaran melalui interaksi pembelajaran dengan cara mengajukan pertanyaan secara acak pada lima sampai enam orang mahasiswa untuk menjelaskan hasil jurnal terkait SRL dan pemahaman materi pembelajaran. Sambil melaksanakan tindakan-tindakan pembelajaran tersebut peneliti mengamati, mencatat, dan memberi balikan serta motivasi pada setiap kejadian dan hasil belajar mahasiswa yang mengindikasikan penerapan SRL. 2) Reflective Observation Berdasarkan laporan jurnal belajar harian yang terkumpul, mahasiswa bersama dosen melakukan pengamatan reflektif atas evidence hasil pembelajaran dikaitkan dengan penggunaan SRL dalam belajar, dan tingkat penguasaan materi pembelajaran. Melakukan diskusi terhadap hal-hal yang telah dilakukan apakah telah sesuai dengan konsep penerapan SRL. 3) Abstract Conceptualization (refleksi kesimpulan) tentang tingkat kriteria keberhasilan PTK Tahap ini merupakan tahap refleksi kesimpulan pada tiap siklus tentang tingkat ketercapaian kriteria keberhasilan tindakan pembelajaran dalam penumbuhan SRL dan ketercapaian

7 peningkatan penguasaan tujuan instruksional mata kuliah serta diskusi tentang upayaupaya perbaikan yang harus dilakukan mahasiswa dalam belajar untuk diterapkan pada siklus berikutnya. 4) Active Experimentation Active experimentation berupa tindak pembelajaran yang dilakukan peneliti untuk menugaskan kembali mahasiswa membuat jurnal belajar berdasarkan atas perbaikanperbaikan penerapan SRL dalam belajar sesuai kriteria, yang akan menghasilkan concrete experience pada siklus berikutnya. Tindakan pembelajaran berlangsung sebanyak 3 siklus. Siklus I terdiri atas 4 kali tatap muka di kelas, satu nilai tugas yang digabung dari beberapa tugas (U1). Kegiatan siklus II dengan 4 kali tatap muka, satu kali ujian tengah semester (U2), dan siklus III dengan 4 kali tatap muka, sekali ujian akhir semester. Instrumen pengumpulan data berupa (1) jurnal kegiatan belajar harian (instrumen kunci), (2) focus group discussion, (3) tes untuk mengetahui tingkat penguasaan mahasiswa, dan (4) angket respon mahasiswa terhadap pembelajaran. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan hasil penerapan SRL mahasiswa dalam belajar melalui pembelajaran eksperiensial. Teknik ini dilakukan dengan cara menugaskan mahasiswa untuk merekam seluruh kegiatan belajar yang dilakukan mahasiswa (menerapkan SRL) dalam jurnal belajar harian dan dilaporkan secara tertulis oleh semua mahasiswa satu kali seminggu dalam tiga siklus pembelajaran (satu semester). Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif yang dilakukan pada setiap siklus berdasarkan skor perapan SRL dalam belajar berdasarkan tingkat penguasaan materi pembelajaran di masing-masing pertemuan. Penilaian dari 13 item yang tercantum dalam jurnal belajar harian menghasilkan skor 13 52. Deskripsi skor diklasifikasikan atas 3 kelas interval, yaitu kurang, cukup dan baik. Nilai rentang yang mungkin terjadi pada setiap skor adalah 52 13 = 39, jika akan dibagi menjadi 3 kelas interval kategori penerapan SRL yang dikaitkan dengan penguasaan materi pembelajaran, maka diperoleh nilai interval 39/3 = 13.

8 Hasil Penelitian Kegiatan pembelajaran pada siklus I, II, dan III, menerapkan pembelajaran eksperiensial dalam memotivasi mahasiswa menggunakan SRL dalam belajar. Pada siklus I, penerapan SRL dalam belajar yang dikaitkan dengan penguasaan materi pembelajaran berdasarkan hasil refleksi, secara umum belum berhasil memotivasi mahasiswa menerapkan SRL dalam belajar. Meskipun terjadi peningkatan penerapan SRL pada tiap pertemuan, akan tetapi belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Ringkasan hasil penilaian penerapan SRL tiap siklus sebagai berikut. Tabel 1 Hasil skor penerapan SRL dalam siklus siklus 1 SRL Kurang Cukup Baik Total Skor 13 25 26 38 39 52 Frekuensi 46 6 52 Persentase 88,5 11,5 100,0

Tabel di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu sekitar 88,5% mahasiswa belum mampu menerapkan SRL dalam belajar melalui penulisan jurnal belajar. Oleh sebab itu, pelatihan penerapan SRL dalam belajar dilanjutkan kembali pada siklus II dengan menugaskan kembali mahasiswa menerapkan SRL dalam belajar dan merekamnya dalam jurnal belajar harian.

Tabel 2 Hasil Skor Penerapan SRL pada Siklus 2 SRL Kurang Cukup Baik Total Skor 13 25 26 38 39 52 Frekuensi 3 45 4 52 Persentase 5.8 86.5 7.7 100,0

Hasil analisis jurnal tertulis yang dilaporkan mahasiswa pada siklus II, menunjukkan bahwa sebagian besar item-item jurnal belajar terisi secara lengkap yaitu mencapai 86,5% mahasiswa mencapai kategori cukup dalam menerapkan SRL, 7,7% kategori tinggi, dan hanya 5,8% ada pada kategori kurang. Artinya, terjadi peningkatan yang cukup signifikan kemampuan mahasiswa menerapkan SRL dalam belajar pada siklus dua dibanding siklus pertama, meskipun berdasarkan kriteria untuk item penguasaan terhadap konsep-konsep penting materi pembelajaran, masih ditemukan mahasiswa yang tidak mampu menjawab

9 secara lengkap. Penerapan SRL mahasiswa dalam belajar pada tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar (88.5%) ada pada kriteria cukup, artinya mahasiswa mulai mampu menerapkan SRL dalam belajar meskipun belum ada mahasiswa yang mencapai kriteria baik. Peningkatan penerapan SRL dalam belajar pada sebagian besar mahasiswa memberi sumbangan yang cukup signifikan pada perolehan nilai ujian tengah semester (U2), seperti terlihat pada tabel 3.

Tabel 3 Distribusi Nilai UTS (U2) Siklus 2 Kriteria A B+ B C+ C D+ D E Rentang Skor 80 75 79 70 74 65 69 60 64 55 59 50 54 Frekuensi 11 8 8 11 8 2 4 Persentase 21.1 15.4 15.4 21.1 15.4 3.8 7.6 -

Tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa 21.1% mahasiswa memperoleh nilai A, nilai B + dan B mencapai 30.8 %, nilai C+ dan C 36.5%, serta nilai D+ dan D 11.4%. Dari data ini, diketahui bahwa mahasiswa belum mampu mencapai target yang ditetapkan, walaupun sudah mengalami peningkatan dibanding dengan siklus I. Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan pada siklus III. Tabel 4 Hasil Skor Penerapan SRL pada Siklus 3 SRL Kurang Cukup Baik Total Skor 13 25 26 38 39 52 Frekuensi 3 42 7 52 Persentase 5.8 80.8 13.4 100,0

Penerapan SRL mahasiswa pada siklus 3 menunjukkan bahwa sebagian besar (80.8%) ada pada kriteria cukup, dan 13.4% mencapai kriteria baik, meskipun masih ditemukan sebagian kecil (5.8%) mahasiswa tidak menerapkan SRL dalam belajar. Artinya, mahasiswa mulai menyadari bahwa penerapan SRL penting dalam belajar. Hal ini berpengaruh terhadap

10 tingkat penguasaan materi pembelajaran mahasiswa (seperti dijelaskan pada tabel 5 tentang hasil nilai ujian akhir semester).

Tabel 5 Hasil Skor Nilai Ujian Akhir pada Siklus 3 Kriteria A B+ B C+ C D+ D E Jumlah Rentang Skor 80 75 79 70 74 65 69 60 64 55 59 50 54 <53 Frekuensi 15 8 8 13 6 7 5 0 52 Persentase 30.76 15.3 15.3 25.0 11.5 13.4 9.6 0 100

Tabel 5 di atas menunjukkan sebagian besar mahasiswa mencapai 29% berhasil meraih skor nilai 80-95 (nilai A dan A-), 48% berhasil memperoleh skor nilai 70-78 (nilai B+ dan B), 23% memperoleh skor nilai 60-69 (nilai C+ dan C), dan tidak terdapat mahasiswa yang memperoleh skor dibawah 60. Artinya, penerapan SRL dalam belajar membawa mahasiswa pada keberhasilan penguasaan materi pembelajaran dengan baik sehingga 100% mahasiswa lulus dalam mata kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik.

PEMBAHASAN Penerapan belajar eksperiensial melalui pembejaran mata kuliah berhasil memotivasi mahasiswa menggunakan self-regulated learning (SRL) dalam belajar. Hal ini ditunjukkan dari hasil jurnal belajar secara kualitas meningkat, begitu pula dengan aspek disiplin mahasiswa. Secara umum, mahasiswa melaksanakan kegiatan belajar secara rutin setiap hari sesuai target dan jadwal yang telah disiapkan. Mereka tidak lagi merasa terpaksa melakukan kegiatan belajar setiap hari (menerapkan SRL) akan tetapi merasa senang dan mulai menyadari bahwa itu adalah kewajiban sebagai mahasiswa. Dengan jurnal belajar harian, mahasiswa dilatih untuk memiliki kemampuan mengatur belajarnya sendiri, dapat mengganti cara belajarnya secara lebih akurat, menentukan mana cara belajar yang kurang efektif untuk kemudian mengubah sendiri menjadi lebih sesuai, dan

11 membentuk pribadi yang lebih memiliki kesadaran diri untuk meningkatkan efektifitas diri (Zimmerman: 1998). Keberadaan dan manfaat jurnal belajar semakin dirasakan manfaatnya oleh mahasiswa pada saat menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti secara acak setiap pertemuan pembelajaran, dan pada saat mahasiswa mengikuti ujian baik ujian tengah semester maupun ujian akhir. Mahasiswa yang sungguh-sungguh menulis jurnal belajar dengan disiplin dan usaha keras nampak penguasaan materinya lebih baik daripada mahasiswa yang hanya menulis seadanya. Pembelajaran experiential learning juga berdampak pada terpicunya mahasiswa menerapkan SRL dalam belajar. Dapat dikatakan bahwa dalam kurun waktu tertentu dengan pembelajaran yang menyenangkan terjadi pula pembelajaran yang menyenangkan (the joy of learning). Kondisi ini telah memberikan makna pada sebagian besar mahasiswa dalam menemukan cara/strategi belajar yang cocok bagi dirinya yang kemudian diterapkan secara konsisten sehingga terjadi proses belajar dari pengalaman. Pembelajaran eksperiensial dengan langkah-langkah Davd Kolb (concrete experience, reflective observation, abstract conceptualizations, dan active experimentation) yang berlangsung secara siklikal memberi sumbangan yang cukup efektif dalam mengubah kebiasaan mahasiswa menggunakan self-regulated learning (SRL) dalam belajar. Penerapan SRL dalam belajar berhasil membawa mahasiswa pada prestasi yang cukup menggembiran khususnya pada mata kuliah Perkembangann Belajar Peserta Didik yaitu semua (100%) mahasiswa lulus, dan sebagian besar 77% memperoleh nilai A dan B dan hanya 23% memperoleh nilai C+ dan C. Mahasiswa yang menggunakan SRL dalam belajar ternyata memiliki kemampuan untuk mengevaluasi kemajuan belajar yang telah ditetapkan sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kemampuan penerapan SRL dalam belajar semakin tinggi pula prestasi yang mampu diraih mahasiswa (senada dengan hasil penelitian Purdie, et al. (1996). Penggunaan empat modus secara siklus dalam belajar dan pembelajaran disertai tagihan dan balikan dari dosen, memberi kesempatan pada mahasiswa belajar melalui mengalami. Semakin intensifnya kesempatan untuk belajar dari mengalami akan memicu terjadinya perkembangan yang progresif pada diri mahasiswa. Artinya, setiap pertemuan pembelajaran, pemanfaatan sejumlah modus dasar yang ditantang oleh situasi belajar yang diciptakan peneliti, mahasiswa memperoleh kemanfaatan dalam bentuk pengetahuan yang lebih tinggi mutunya, lebih mantap strukturnya, dan lebih luas cakupannya. Oleh karena itu, dengan berjalannya waktu lingkaran belajar eksperiensial akan menjadi spiral belajar eksperiensial

12 yang mencerminkan proses, hasil, serta kemampuan belajar yang semakin meningkat (Kolb:1984). Dari pemaknaan atas akumulasi Jurnal Harian ini, ternyata secara bertahap, Penelitian Tindakan Kelas ini dapat memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan itu dalam 3 siklus pembelajaran. Pada akhir siklus pertama, sebagian besar mahasiswa belum mampu menerapkan SRL melalui penulisan jurnal. Dalam pada itu, sebagian kecil (kurang dari 10%) mahasiswa yang menemui kesulitan dan oleh karena itu malas membuat jurnal dan, bahkan menjelang akhir Siklus II, masih ada mahasiswa yang menolak membuat jurnal belajar. Akan tetapi dengan arahan dan bimbingan secara terus menerus yang kemudian, juga disertai pemberitahuan menjelang akhir siklus II bahwa kemampuan menyusun jurnal sesuai kriteria yang telah ditetapkan itu, akan dinilai dan hasilnya akan diumumkan di depan kelas, maka semakin besar jumlah Mahasiswa mulai termotivasi untuk belajar sambil menulis, bahkan menjealng akhir siklus III, mereka sudah mulai terbiasa membuat rencana dan target setiap belajar, mulai aktif melakukan kegiatan mandiri, mencari, dan membahas tambahan bahan dari berbagai sumber, dan pada siklus III, telah nampak jelas, bahwa secara keseluruhan, pencapaian Kriteria Keberhasilan, berupa perbaikan persiapan diri (penerapan SRL) sehingga berimbas kepada peningkatan penguasaan tujuan instruksional Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik.

SIMPULAN DAN SARAN simpulan Belajar eksperiensial melalui empat tahap secara siklikal yaitu concrete experience, reflective observation, abstract conceptualization, dan active experimentation dalam pembelajaran matakuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik yang dilakukan dalam tiga siklus, berhasil memotivasi mahasiswa untuk menerapkan SRL dalam belajar. Meningkatnya penerapan SRL pada sebagian besar mahasiswa nampak pada hasil analisis jurnal belajar harian mahasiswa pada tiap siklus. Siklus pertama, 88,5% mahasiswa tidak menggunakan SRL dalam belajar. Sementara itu, siklus kedua penggunaan SRL meningkat mencapai 87%, dan peningkatan cukup signifikan terjadi pada siklus ketiga yang mencapai 94,2%.

13 Keberhasilan mahasiswa menerapkan SRL dalam belajar, memberi sumbangan yang cukup signifikan pada peningkatan penguasaan materi pembelajaran pada sebagian besar mahasiswa. Hasil ujian akhir semester menunjukkan, bahwa semua (100%) mahasiswa berhasil lulus dengan perolehan nilai sebagian besar (77%) memperoleh nilai A dan B, 23% memperoleh nilai C+ dan C. Disamping berdasarkan data angket, diperoleh informasi bahwa sebagian besar (90%) mahasiswa peserta mata kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik menyatakan senang dan termotivasi dengan pembelajaran eksperiensial untuk menerapkan SRL dalam belajar. Dengan kata lain, secara bertahap Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini, menunjukkan bahwa Pembelajaran Eksperiensial ini berpengaruh terhadap peningkatan penguasaan Tujuan Instruksional matakuliah Perkembangan Peserta Didik, melalui Penerapan SRL.

Saran Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut. 1. Pembelajaran berlandaskan eksperiensial dengan empat modus dasar yang diterapkan secara siklikal, melalui penulisan jurnal belajar harian berhasil memotivasi mahasiswa untuk menerapkan SRL dalam belajar sehingga berpengaruh terhadap peningkatan penguasaan materi pembelajaran khususnya dalam matakuliah Perkembangan Peserta Didik. 2. Untuk dapat memfasilitasi proses belajar mahasiswa yang menerapkan prinsip-prinsip pengembangan self-regulated learning (SRL), cara yang digunakan adalah dengan memperbanyak tugas dan latihan. Dalam hal ini, dosen menugaskan mahasiswa untuk mencatat semua kegiatan belajar baik terstruktur maupun mandiri dalam rangka penguasaan materi pembelajaran, ditulis dalam jurnal belajar harian. Dengan jurnal belajar harian, baik dosen maupun mahasiswa dapat bersama-sama memonitor, mengontrol proses dan hasil belajar yang dilakukan. Untuk itu, penting dilakukan tidak hanya pemberian tugas, tetapi harus disertakan dengan penagihan dan balikan yang menjadi satu paket terkait tugas dan hasil belajar pebelajar (mahasiswa) pada tiap pembelajaran berlangsung. DAFTAR RUJUKAN Asyiarie, M. 9 Juli, 2004. Pendidikan Sekolah Kita Antirealitas. Kompas, hlm. 4.

14 Ames, C. & Archer, J. 1988. Mothers Beliefs Role of Ability and Effort In School Learning. Journal of Educational Psychology, 79, 409-414. Bandura, A. 1986. Social Foundation of Thought and Action: A Social Cognitinitive Theory. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Engglewod Cliffs. Buder, D. & Winne, P, 1995. Feedback and self-regulated Learning: Theoritcal Synthesis. Review of Educational Research. 65 (3), 245-281. Diakses tanggal 20 Agustus 2007 Boekaerts, M. 2000. Self-regulated learning: Where We are Today. Internasional Jurnal of Educational Research. 31, 445-457. Chen, C.S. 2002. Self-Regulated Learning Strategies and Achievement in an Introduction to Information System Course. Information Technology, Learning, and Performance Journal, Vol. 20, No. 1, spring 2002, 11-25 Carver, C.S & Scheier, M.F. 1998. On the Self Regulation of Behavior. United States: Cambridge University Press. Corey, G. 2004. Theory and practice of counseling and psychotherapy. Sixth Edition. California: Books/cole Publishing. Cook, E. 1991. Ethical Implication: Research Methods in Social Relation. Underdale, South Australia: The University of South Australia. Corno, L. 1989. Self Regulated learning: A volition in learning and performance. In L. Darling-Hammord (ed), Review or research in education (vol 29). Washington DC: American Educational Research Association. Corno, L. 1993. The Best Laid Plans: Modern Conception of Volition and Educational Research. Educational Researcher. Corno, L. & Mandinach, E. 1983. The Role Cognitive Engagement in Classroom Learning and Motivation. Educational Psychologist. (18): 88-208. Daharnis, 2005. Hubungan Sejumlah Karakteristik Mahasiswa, Kondisi Lingkungan Pembelajaran, Kegiatan belajar, Dan Prestasi Belajar Mahasiswa Universitas Negeri Padang. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Hamzah, & Rahman, A. 2002. Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Untuk Belajar Mandiri pada Mata Kuliah Geografi melalui Penulisan Jurnal Perkuliahan. Jurnal Ilmu Pendidikan, 9 (2): 142-150. Hopkins, D. 1993. A teacher with to classroom research. Edisi ke dua. Bukingham. Philadelphia: open university Press. http://expert learner. Com/intro 2 SRL.cfm. Introduction to the Self-Regulated Learning (SRL) Cycle. Diakses tanggal 25 Maret 2007. http://www. infed.org./ biblio/b-explrn.htm. The Encyclopedia of Informal Education. Diakses tanggal 18 Juni 2007. http://www.siu.edu/-educ314/selfrg.htm. Basic Concep of Self-Regulated Learning. Diakses tanggal 25 Agustus 2007 http://www.utexas.edu/couses/svinicki/ald320/srlohs.htm Self-regulated Learning. Diakses tanggal 18 Januari 2008 Jazadi, I. 2005. Evaluasi dan Pengembangan Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Malang: Jurnal Ilmu Pendidikan Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan dan Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia, 12 (2), 1-7. Joni, T.R. 1998. Penelitian Tindakan kelas: Beberapa Permasalahan PCP PPGSM Ditjen Dikti Bogor Joni, T.R. Cara Belajar Siswa Aktif: Artikulasi Konseptual, Jabaran Operasional dan Verifikasi Empirik. Forum Penelitian Tengah Tahunan, Pusat Penelitian IKIP Malang, 1990

15 Joni, T.R. 1993. Penilaian Hasil Belajar Melalui Pengalaman Dalam Program S1 Kedua Pendidikan Bidang Studi SD. Jakarta: Konsorsium Ilmu Pendidikan DIKTI Joni, T.R. 2005. Pembelajaran yang Mendidik: Artikulasi Konseptual, Terapan Konstektual dan Verifikasi Empirik. Malang: Jurnal Ilmu Pendidikan Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan dan Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia 12 (2), 91-127. Joyce, C. & Hipkins. 2004. Young Childrens Emergent Self-Regulated Learning Skills in a Primary Science Investigation. Paper presented at NZARE, Wellington, 24-26 November 2004. http://www.nzcer.org.nz/pdfs/13891. pdf. Diakses tanggal 18 Januari 2007. Joyce, B. & Weil. Marsha. 1972. Models of Teaching. New Jersey: Prentice Hall. Joyce, B. & Weil. Marsha. 1996. Models of Teaching. New Jersey: Prentice Hall. Kanfer, F.H., & Goldstein A. 1980. Helping People Change second edition. United States: Pergamon Press Inc. Kemmis, S. & Mc Taggart, R. 1988. The Action Research. Planner. 3rd Victoria : Deakin University. Kelly, Curtis. 1997. David Kolb, the theory of experiential learning and ESL. The internet TESL Journal, Vol III. No 9. Diakses tanggal 28 Januari 2009 dalam http://iteslj.org/Articles/Kelly-Experiential/. Kolb, D. A. 1984. Experiential Learning: Experience as the source of learning and development. New Jersey: Prentice-Hall Inc Mc Niff, J. 1992. Action Researce: Principlea and Practice. Lomdon: Routledge. Mc Taggart, R. 1989. Principle Participatory Action research. A paper presented for the third world encounter participatory action research. In B. Smith (Ed.). Research methodology 1: Issues and methods in research: Reader part 3. Underdale, South Australia: The University of South Australia. Paris, S.G. & Winograd, P. 2003. The Role of Self Regulated Learning in Contextual Teaching: Principles and Practices for Teacher Preparation. A Commissioned Paper for The U.S. departement of Education Project. Diakses tanggal 25 Maret 2003 dalam hhtp: //www. Ciera. org/library/ archive/2001-04/0104parwin.htm. Paris, S.G. & Newman, R.S. 1990. Developmental Aspects of Self-regulated learning. Journal Educational Psychologist. 25 (1), 87-102. Pintrich, P.R & De Groot, E. V. 1991. Motivational and Self-regulated learning components of classroom academic performance. Journal of Educational Psychology. (82): 33-40. Pujiatin, Sri R.R. 2004. Perkembangan SRL yang Diperoleh Melalui Pemahaman Bacaan dan Membuat Ringkasan pada Anak SMA. Tesis tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Indonesia. Purdi, N, Hattie. J., & Douglas. G. 1996. Student conception of learning and their use of selfregulated learning strategies: A cross-cultural comparison. Journal of educational psychology. American Psycological Association Inc Schunk, D.H. 1989. Social Cognitive theory and Self-regulated lerarning. In B.J Zimmerman & D.H Schunk (eds). Self-regulated lerarning and academic achievement: Theory, research and practice (pp.83-110). New York: Springer-Verlag. Schunk, D.H & Zimmerman. B.J. 1997. Self-regulated lerarning and performance: Issues and educational applications. Hillsdale, NJ. Lawrence Er Erlbaum Associates, Inc. Suarta, Nyoman. 2001. Identifikasi Masalah Dan Srategi Penyelesaian yang Diinginkan Oleh Mahasiswa FKIP Universitas Mataram. Jurnal Ilmu Pendidikan, (53) : 879-892. Susilo, H., Chotimah H., & Sari, Y.D. 2008. Penelitian Tindakan Kelas: Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang; Banyumedia Publishing.

16 Suyanto, Nugroho. 2008. Self Regulated Learning Bagi Anak Berbakat. Diakses tanggal 28 Januari 2009. http://mandikdasmen. aptisi3.org/index.php? option=comcontent&task=view&id=13&itemid=37. Vermunt, J.D.H.M. 1996. The regulation of concstructive learning processes. British Journal Psycology, (6), 149-171. Wangid, M.N. 2006. Kemampuan Self-regulated Learning Pada Siswa SLTPN I Bantul Yogyakarta. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Zimmerman, B.J. 1994. Dimensions of academic self-regulation. A conceptual framework for education. In D.H. Schunk & B.J Zimmerman (Eds), Self-regulated learning and performance: Issues and Education applications (pp. 3-21). Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Zimmerman, B.J. 1998. Academic studying and the development of personal skill: a selfregulated perspective. Educational Psychology, (80): 282-290. Zimmerman, B.J. & Martinez-Pons, M. 1988. Construct validation of strategy model of student Self-regulated learning. Journal of Educational Psychology, (3): 284-290. Zimmerman, B.J. & Martinez-Pons, M. 1990. Student differences in self-regulated earning: relating grade, sex, and giftedness to self-efficacy and strategy use. Journal of Educational Psychology (820) : 51-59. Zimmerman, B.J., Cleary, T. & Kitsantas, A. 2000. The Role of Observation and Emulation in the Development of Athletic Self-Regulation. Journal of Educational Psychology. Vol.92 (4), 811-817. Zimmerman, B.J. 2002a. Becoming A Self-Regulated Learner: An overview. Theory Into Practice. Vol.41. Number 2, Spring-Autumn, 64-70. Zimmerman, B.J. 2002b. Achieving Self-Regulation: The Trial and Triumph of Adolescence. In Pajares, F., & Urdan, T. 2002. Adolescence and education. Vol.2. P. (122-142). Academic Motivation of Adolescence. Greenwich: Information Age Publishing.

Anda mungkin juga menyukai