Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kreativitas Peserta Didik

1. Teori Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

menemukan dan menciptakan suatu hal baru,cara-cara baru, model baru, yang

berguna bagi dirinya dan masyarakat. Hal-hal baru itu tidak selalu sesuatu yang

sama sekali tidak pernah ada sebelumnya, unsur-unsurnya bisa saja telah ada

sebelumnya, tetapi individu menemukan kombinasi baru, konstruk baru yang

memiliki kualitas yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Jadi, hal baru itu

adalah sesuatu yang bersifat inovatif. Kreativitas memegang peranan penting dalam

kehidupan dan perkembangan manusia. Kreativitas banyak dilandasi oleh

kemampuan intelektual, seperti intelegensi bakat dan kecakapan hasil belajar, tetapi

juga didukung oleh faktor-faktor afektif dan psikomotor.

Menurut David Campbell, Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

menciptakan hasil yang sifatnya baru, inovatif, belum ada sebelumnya, menarik,

aneh dan berguna bagi masyarakat.

Pengertian Kreativitas menurut para ahli lainnya :

1. Barron (1982 : 253)

6
7

Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu

yang baru disini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai

kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.

2. Guilford (1970 : 236)

Kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai cirri-ciri seorang kreatif.

3. Utami Munandar (1992 : 41)

Kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan

orisinalitas

dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.

4. Rogers (1992 : 48)

Kreativitas adalah proses munculnya hasil-hasil baru dalam suatu tindakan.

5. Drevdahl (Hurlock; 1978 : 3)

Kreativitas adalah kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-

gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sentesis yang

mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari

pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi

sekarang.

6. Torannce

Kreativitas adalah proses kemampuan individu untuk memahami kesenjangan-

kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-

hipotesis baru dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin

memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan.


8

Selain itu, pengertian kreativitas adalah kemampuan untuk membuat

kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas

(berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau

informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu

masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan

keragaman jawaban. Jadi, secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai

“kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan

orisinilitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi

(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.”

2. Perkembangan Kreativitas

a. Tahap sensorik – motorik ( 0 – 2 tahun)

Pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan

kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan-tindakan anak masih berupa

tindakan-tindakan fisik yang bersifat refleksif, pandangannya terhadap

objek masih belum permanen, belum memiliki konsep tentang ruang dan

waktu, belum memiliki konsep tentang sebab-akibat, bentuk permainannya

masih merupakan pengulangan reflek-reflek, belum memiliki konsep

tentang diri, ruang dan belum memiliki kemampuan berbahasa.

b. Tahap Praoperasional ( 2 – 7 tahun)

Pada tahap ini kemampuan mengembangkan kreativitas sudah mulai

tumbuh karena anak sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai
9

mengembangkan memori dan telah memiliki kemampuan untuk

memikirkan masa lalu dan masa yang akan datang, meskipun dalam jangka

waktu yang pendek.

c. Tahap Operasional Konkrit ( 7 – 11 tahun)

Faktor-faktor yang memungkinkan semakin berkembangnya

kreativitas itu adalah:

1) Anak sudah mulai mampu untuk menampilkan operasi-operasi mental

2) Mulai mampu berpikir logis dalam bentuk yang sederhana

3) Mulai berkembang kemampuan untuk memelihara identitas-identitas

diri

4) Konsep tentang ruang sudah semakin meluas

5) Sudah amat menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan masa

yang akan datang

6) Sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih

memerlukan bantuan objek-objek konkrit.

d. Tahap Operasional Formal ( 11 tahun ke atas)

Ada beberapa faktor yang mendukung berkembangnya potensi

kreativitas ini, yakni :

1) Remaja sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara

proposional berdasarkan pemikiran logis

2) Remaja sudah mampu melakukan kombinasi objek-objek secara

proporsional berdasarkan pemikiran logis


10

3) Remaja sudah memiliki pemahaman tentang ruang relative

4) Remaja sudah memiliki pemahaman tentang waktu relative

5) Remaja sudah mampu melakukan pemisahan dan pengendalian

variabel-variabel dalam menghadapi masalah yang kompleks

6) Remaja sudah mampu melakukan abstraksi relative dan berpikir

hipotesis

7) Remaja sudah memiliki diri ideal

8) Remaja sudah menguasai bahasa abstrak

Menurut Restian (2020), pengembangan kreativitas sebagai berikut:

a. Dengan berkreasi, orang dapat mewujudkan dirinya, perwujudan diri

tersebut termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia.

Kreativitas juga merupakan manifestasi dari seseorang yang berfungsi

sepenuhnya dalam perwujudan dirinya.

b. Kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah, merupakan bentuk

pemikira yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam

pendidikan formal. Siswa lebih dituntut untuk berpikir linear, logis,

penalaran, ingatan atau pengetahuan yang menuntut jawaban paling tepat

terhadap permasalahan yang diberikan.

c. Kreativitas yang menuntut sikap kreatif dari individu itu sendiri perlu

dipupuk untuk melatih anak berpikir luwes, lancar, asli, menguraikan dan
11

dirumuskan kembali yang merupakan ciri berpikir kreatif yang

dikemukakan oleh Guilford

d. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga

memberikan kepuasan kepada individu.

e. Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas

hidupnya.

3. Pengembangan Kreativitas

Hayes (1978) menyatakan bahwa kreativitas dapat ditingkatkan dengan

beberapa cara :

a. Mengembangkan Pengetahuan Dasar

Semakin kaya latar belakang dalam bidang ilmu pengetahuan, literatur,

seni, dan matematika dapat memberikan informasi yang lebih banyak bagi

orang kreatif untuk memunculkan bakat-bakat kreatifnya. Sebelumnya telah

disebutkan bahwa orang-orang yang kreatif akan selalu mengumpulkan

informasi dan menyempurnakan kemampuan dasar mereka. Hasil penelitian

tentang kreativitas pada seniman dan ilmuwan yang dilakukan oleh Anna Roe

(1946, 1953) menunjukkan bahwa sifat utama dari kedua kelompok subjek

tersebut adalah “bekerja keras”.

Apel jatuh mengenai kepala Newton menjadi inspirasi bagi Newton

untuk mengembangkan teori gravitasi. Dalam mengembangkan teorinya,

Newton telah mengumpulkan banyak informasi yang dapat digunakan sebagai

pendukung teorinya.
12

b. Menciptakan Atmosfer yang Tepat untuk Kreativitas

Seperti contoh untuk beberapa tahun yang lalu teknik ‘brainstorming’

sedang menjadi tren. Inti dari brainstorming adalah sekelompok orang dalam

suatu kelompok membuat ide sebanyak mungkin tanpa memberikan kritik pada

anggota kelompok lainnya. Cara ini dapat memunculkan banyak ide atau solusi,

serta dapat digunakan untuk memfasilitasi peningkatan kreativitas dan ide

individu. Karena seringkali kita terhambat oleh orang lain atau oleh

ketidakleluasaan kita dalam memunculkan solusi yang tidak biasa.

c. Mencari Analogi

Beberapa studi menunjukkan bahwa orang sering tidak mengenali suatu

permasalahan baru yang sebenarnyahampir sama dengan permasalahan yang

sudah mereka ketahui bagaimana cara menyelesaikannya. Dalam

memformulasikan suatu solusi yang kreatif dalam suatu permasalahan, sangat

penting untuk mengingat dan meninjau kembali masalah yang hampir sama

yang mungkin pernah ditemui.

Dalam konteks relasi dengan anak-anak kreatif Torrance (1977)

menamakan relasi bantuan dengan istilah “Creative relationship” yang memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a. Pembimbing berusaha memahami pikiran dan perasaan anak

b. Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya

tanpa mengalami hambatan


13

c. Pembimbing lebih menekan pada proses daripada hasil sehingga

pembimbing dituntut mampu memandang permasalahan anak sebagai

bagian dari keseluruhan dinamika perkembangan dirinya.

d. Pembimbing tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai

tertentu kepada anak.

e. Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak

dan bukan sebaliknya mencari-cari kelemahan anak.

Peran guru sebagai brain power menjadi motor penggerak untuk

melahirkan karya-karya kreatif anak bangsa. Kini sudah saatnya guru menjadi

pelopor dan pengembang kreativitas siswa melalui penyelenggaraan proses

pembelajaran yang menumbuhkembangkan kemampuan kreatif.

Menurut Restian (2020), pengembangan kreativitas dalam pembelajaran

dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

a. Menyadari adanya masalah yang menarik perhatian dan penting untuk segera

dicari pemecahannya, atau menghadapi kebutuhan yang urgent, atau memiliki

sebuah imajinasi yang ingin diwujudkan untuk kemaslahatan umat

b. Mengidentifikasi akar masalah, fokus kebutuhan, serta target produk

imajinasi

c. Mencari berbagai rujukan yang dapat memberi inspirasi bagi lahirnya ide-ide

baru dalam upaya memecahkan masalah atau mewujudkan keinginan di atas

d. Merumuskan berbagai alternatif solusi atau produk yang belum pernah atau
14

jarang dilakukan orang lain

e. Menilai setiap alternatif solusi melalui diskusi secara transparan agar dapat

menemukan alternatif terbaik

f. Mengembangkan alternatif terpilih menjadi sebuah karya inovatif.

Menurut Sama’ dkk (2021), ada empat faktor pendukung dalam

mengembangkan kreativitas yaitu:

a. Rangsangan mental suatu karya kreatif daapt muncul jika akan mendapatkan

rangsangan mental yang mendukung. Dengan adanya dukungan mental anak-

anak akan merasa dihargai dan diterima keberadaannya sehingga ia akan

berkarya dan memiliki keberanian untuk memperlihatkan kemampuannya.

Sebaliknya, tanpa dukungan mental yang positif bagi anak maka kreativitas

tidak akan terbentuk.

b. Iklim dan kondisi lingkungan di sekitar anak sangat berpengaruh besar dalam

menumbuhkembangkan kreativitas, lingkungan yang sempit, pengap dan

menjemukan akan terasa muram dan tidak bersemangat dalam

mengumpulkan ide cemerlang. Kreativitas dengan sendirinya akan mati dan

tidak berkembang dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

c. Peran guru adalah peran bermakna bagi kehidupan anak. Guru memegang

peranan lebih dari sekedar mengajar, melainkan mendidik dalam arti yang

sesungguhnya. Guru yang kreatif adalah guru yang secara aktif mampu

menggunakan berbagai macam pendekatan dalam proses kegiatan belajar dan

membimbing siswanya.
15

d. Peran orang tua, ada beberapa sikap orang tua yang dapat menunjang

tumbuhnya kreativitas anak adalah sebagai berikut:

1) Menghargai pendapat dan mendorong anak untuk dapat mengungkapkan

pendapatnya.

2) Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung dan memikirkan

solusi terbaik

3) Membolehkan anak mengambil keputusan sendiri dalam menyelesaikan

masalah

4) Memberi dorongan dan memberi masukan berupa arahan untuk anak

dalam menetukan langkah apa yang hendak dicapai

5) Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dilakukan

oleh anak, dengan menghargai proses

6) Menunjang dan mendorong kegiatan anak

7) Menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak

8) Memberi pujian kepada anak sebagai tanda pemberian reward untuk anak

9) Mendorong kemandirian bagi anak dalam menjalankan tanggung jawab.

4. Pengukuran Kreativitas

Penilaian kreativitas sangatlah subjektif. Terkadang standar kreativitas

ditentukan oleh orang-orang yang mempunyai kekuasaan. Para psikolog

berpendapat bahwa ada kemungkinan untuk menentukan/meneliti bakat kreatif

dengan cara mengukur seberapa bagus seseorang melihat hubungan antara beberapa

kata yang tampak tidak saling berhubungan. Tes ini disebut Remote Associations
16

Test (RAT) yang ditemukan oleh Mednick (1967). Cara mengujinya adalah dengan

meminta subjek untuk menghasilkan satu kata baru yang diperoleh dari asosiasi

logis dari 3 kata. Sebagai contoh adalah 3 rangkaian kata berikut: BATA, SEMEN,

PASIR dan TERANG, BULAT, LISTRIK. Jika anda mengatakan ”TEMBOK”

untuk rangkaian kata pertama berarti anda tepat.

Pengukuran RAT setidaknya dapat mengukur satu komponen kreativitas,

tetapi tidak tertutup kemungkinan dapat mengukur komponen yang lain. Beberapa

orang yang kreatif dapat mengelesaikan tes ini dengan baik, yang dapat

menggambarkan tingginya kreativitas yang di milikinya. Ide pengasosiasian

kemudian dikembangkan oleh Bowers dan rekan(1990) dengan nama “dyads of

triads”. Salah satu bagiannya seperti pada RAT dimana sebuah kata merupakan

bagian dari 3 serangkai kata yang koheren, seperti TERANG, BULAT, LISTRIK,

dimana ketiga kata tersebut koheren dengan kata LAMPU. Ada juga rangkaian

koheren seperti BURUNG, PIPA, JALAN, dan dari rangkain kata tersebut tidak ada

elemen pokok yang tampak jelas.

Dalam penelitian ini subjek diberi satu set kelompok kata yang koheren

maupun yang tidak koheren kemudian subjek diminta untuk menilai rangkain kata

yang mana saja koheren. Hasil dari penelitian menunjukkan subjek mampu

mengidentifikasi rangkaian kata yang koheren, meskipun mereka tidak memberikan

sebuah solusi/alasan. Hal tersebut berarti bahwa subjek mengetahui elemennya,

tetapi tidak tau memberi nama. Ada kemungkinan bahwa subjek sebenarnya
17

mempunyai solusi terhadap asosiasi tersebut, dan hal ini bisa menjadi salah satu fase

dalam membuat solusi kreatif dari suatu tugas.

Konsep ide mempunyai hubungan dengan konsep intuisi (pemahaman secara

segera terhadap suatu objek tanpa ada intervensi dari proses penalaran). Intuisis

manusia merupakan bagian yang sangat penting dari proses menemukan tindakan

kreatif.

J.P. Guilford (1967, 1985) juga membedakan tipe berpikir menjadi dua

macam, yaitu:

a. Berpikir konvergen/terpusat (convergent thinking)

Cara berpikir konvergen mengarah pada satu kesimpulan khusus. Pada

umumnya bidang pendidikan lebih menekankan pada berpikir konvergen.

b. Berpikir devergen/menyebar (divergent thinking)

Cara berpikir devergen lebih menekankan pada variasi jawaban yang berbeda

terhadap suatu pertanyaan, sehingga kebenaran dari jawaban tersebut bersifat

subjektif.

Menurut teori struktur intelek yang diajukan Guilford (1967) diantara jenis

berpikir yang erat hubungannya dengan kreativitas adalah berpikir divergen

(divergent thinking). Disini yang perlu dipahami adalah bahwa kreativitas tidak

sama dengan berpikir divergensebagaimana yang diyakini oleh kebanyakan orang

selama ini. Berpikir divergen merupakan jenis kemampuan berpikir yang berpotensi

untuk digunakan ketika seseorang melakukan aktivitas atau memecahkan masalah

secara kreatif. Namun, hal ini belum merupakan jaminan bahwa seseorang akan
18

menjadi lebih kreatif secara aktual atau kreatif produktif. Sebab, untuk menjadi

orang kreatif-produktif masih diperlukan potensi yang bersumber dari karakteristik

kepribadian dan lingkungan yang kondusif.

Berpikir divergen dianggap sangat dekat dengan kreativitas karena untuk

menghasilkan gagasan-gagasan kreatif (baru dan berguna) akan melibatkan empat

kemampuan, yaitu: (a) kelancaran berpikir/fluency (kemampuan seseorang

menghasilkan gagasan yang banyak), (b) keluwesan berpikir/flexibility

(kemampuan seseorang untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang terdiri dari

kategori-kategori yang berbeda-beda, atau kemampuan memandang sesuatu seperti

objek, situasi, atau masalah dari berbagai sudut pandang). (c) originalitas/unusual

thinking (bentuk keaslian berpikir mengenai sesuatu yang belum dipikirkan orang

lain atau tidak sama dengan pemikiran orang-orang pada umumnya), (d) elaborasi

(kemampuan memerinci suatu gagasan pokok kedalam gagasan-gagasan yang lebih

kecil.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian, terdapat korelasi antara inteligensi

dengan kreativitas yaitu cenderung bergerak dari tingkat rendah sampai sedang.

Dengan kata lain, memang orang yang memiliki inteligensi tinggi cenderung atau

berpotensi menjadi orang kreatif (Kuncel, Hezlett, dan Ones, 2004). Tetapi, untuk

menjadi orang kreatif mereka tidak cukup dengan hanya berbekal intelegensi tinggi,

karena masih diperlukan peran-peran tertentu dari variabel-variabel penting yang

lain, misalnya pengetahun, imajinasi, motivasi, karakteristik kepribadian tertentu,

dan lingkungan (Sternberg dan Lubart, 1995; Suharnan, 1998, 2000).


19

Hayes (1978) telah merangkum sejumlah penelitian mengenai keterkaitan

intelegensi dengan kreativitas, kemudian ia menyimpulkan bahwa kreativitas

memerlukan intelegensi pada taraf tertentu. Artinya, untuk menjadi kreatif paling

sedikit seseorang harus memiliki intelegensi minimal diatas rata-rata (IQ sekitar

120). Memang, tanpa intelegensi yang memadai boleh jadi seseorang akan

mengalami kesulitan mengerjakan tugas-tugas yang menuntut pencarian gagasan-

gagasab baru yang berguna dan bermutu (Sternberg, 1995).

Jika produktivitas digunakan sebagai alat untuk mengukur kreativitas, maka

penilaian kuantitatif terhadap sifat-sifat tersebut dapat diperoleh dengan

menjumlahkan banyaknya respons terhadap suatu pertanyaan. Intinya,

pengevaluasian secara subjektif tetap perlu dilakukan.

B. Bakat Peserta Didik

1. Teori Bakat

Renzulli (Munandar, 1999) mengungkapkan bahwa yang menentukan

keberbakatan seorang individu tidak hanya karena kemampuan umumnya berada

di atas rata-rata, melainkan juga kreativitas dan peningkatan diri terhadap tugas (task

commitment). Munandar (Ali dan Asrori, 2005) menegaskan bahwa bakat (aptitude)

mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability)

yang masih perlu dikembangkan dan dilatih lebih lanjut. Karena sifatnya yang masih

potensial atau laten, bakat merupakan potensial yang masih memerlukan

pengembangan dan latihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud.
20

Semiawan (Ali dan Asrori, 2005) menyimpulkan bahwa bakat adalah

kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang

bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Bakat umum apabila kemampuan yang

berupa potensi itu bersifat umum, misalnya bakat intelektual umum, sedangkan

bakat khusus apabila kemampuan yang berupa potensi itu bersifat khusus, misalnya

bakat akademik, bakat kinestetik, bakat seni, atau bakat sosial.

Dengan bakat, memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam

bidang tertentu. Tetapi, untuk mewujudkan bakat kedalam suatu prestasi diperlukan

latihan, pengetahuan, pengalaman, dan motivasi, Jika seseorang yang memiliki

potensi bakat musik tetapi tidak memperoleh kesempatan mengembangkannya,

maka bakat tersebut tidak akan berkembang dan terwujud dengan baik

(menghasilkan prestasi). Sebaiknya anak yang pada dasarnya memiliki bakat musik

dan orang tuannya mendukung, ia akan mengusahakan agar anaknya memperoleh

pengalamn untuk mengembangkan bakatnya dan dengan motivasi yang tinggi dapat

berlatih sehingga bakatnya berkembang maksimal dan memperoleh prestasi.

Berkaitan dengan hal tersebut, U.S Office of education menekankan bahwa

anak berbakat memerlukan pelayanan dan program pendidikan khususnya sesuai

dengan potensi, minat, dan kemampuan agar dapat merealisasikan sumbangan

mereka terhadap masyarakat dan unruk pengembangan diri sendiri. Jadi, bakat

adalah seberapa baik seseorang memiliki kemampuan pada bidang pengetahuan

atau keterampilan khusus dengan berlatih.Bakat dapat dikembangkan secara

maksimal melalui atihan dengan motivasi yang tinggi.selain itu,bakat di tentukan


21

oleh seberapa baik kemampuan umum,kreativitas,dan komitmensiswa dalam

menyelesaikan tugas. Bakat yang berkembang secara maksimal akan memberikan

sumbangan yang berati, baik untuk masyarakat maupun untuk pengembangan diri

siswa yang bersangkutan.

2. Perkembangan Bakat

Bakat berkembang sebagai hasil interkasi dari faktor yang bersumber dari

dalam diri individu dan dari lingkungannya. Perkembangan bakat pada anak

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :

a) anak itu sendiri. Misalnya anak tersebut tidak atau kurang berminat untuk

mengembangakn bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang termotivasi untuk

mencapai prestasi yang tinggi, atau mungkin pula mempunyai kesulitan atau

masalah pribadi sehingga ia mengalami hambatan dalam pengembangan diri

dan berprestasi sesuai dengan bakatnya.

b) Lingkungan anak. Misalnya orang tua si anak kurang mampu untuk

menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan, atau

ekonominya cukup tinggi tetapi kurang memberi perhatian terhadap pendidikan

anak.

Pada dasarnya setiap orang memiliki bakat-bakat tertentu. Dua anak bisa

sama-sama mempunyai bakat melukis, tetapi yang satu lebih menonjol daripada

yang lain bahkan saudara sekandung dalam satu keluarga bisa memiliki bakat yang

berbeda-beda. Anak yang satu berbakat untuk bekerja dengan angka-angka, anak
22

yang lain dalam bidang olah raga, serta yang lainnya lagi berbakat menulis

(mengarang).

3. Pengembangan Bakat

Ahli psikologi Abraham Maslow menemukan bahwa bakat yang terlahir dalam

diri seseorang pada suatu saat akan timbul sebagai suatu kebutuhan, dan perlu

mendapatkan perhatian serius. Karena itulah, bakat perlu perhatian serius dan jangan

dianggap remeh. Bila bakat seorang anak diperhatikan dengan serius, akan sangat baik

demi kemajuan masa depannya. Apalagi bila si anak anak sudah dibimbing

pengembangan bakatnya sejak kecil. Sebagai guru yang bertanggung jawab untuk

perkembangan bakat sang anak. Harus mengetahui hal apa saja yang perlu diperhatikan

untuk pengembangan bakat anak. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pengembangan bakat sang anak :

a) Perhatian

Setiap individu adalah unik karena itu setiap bakat perlu memperoleh perhatian

khusus. Sistem pendidikan yang menggunakan pola penyeragaman kurang baik

untuk digunakan. Cernatilah berbagai kelebihan, ketrampilan dan kemampuan

yang tampak menonjol pada anak.

b) Motivasi

Bantu anak dalam meyakini dan fokus pada kelebihan dirinya agar anak lebih

percaya diri. Dan tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa mereka bisa

mencapainya.
23

c) Dukungan

Dukungan sangat penting bagi anak, selalu beri dukungan terhadap mereka dan

yakinkan mereka untuk tekun, ulet dan latihan terus menerus. Selain itu

dukunglah anak untuk mengatasi berbagai kesulitan dan hambatan dalam

mengembangkan bakatnya.

d) Pengetahuan

Perkaya anak dengan berbagai wawasan, pengetahuan, serta pengalaman di

bidang tersebut.

e) Latihan

Latihan terus menerus sangat baik untung perkembangan bakat anak agar bakat

yang dipunya oleh anak lebih matang. Alangkah baiknya bila anak diikutsertakan

dengan ekstra kurikuler atau beri kegiatan yang lebih agar anak bisa terus latihan

dengan bakatnya tersebut.

f) Penghargaan

Berikan penghargaan dan pujian untuk setiap usaha yang dilakukan anak.

g) Sarana

Sediakan fasilitas atau sarana yang menunjang dengan bakat anak.

h) Lingkungan

Lingkungan juga ikut mempengaruhi perkembangan bakat anak. Karena itu

usahakan anak selalu dekat dengan lingkungan yang mendukung bakat anak.

i) Kerjasama
24

Kerja sama antara orang tua, guru maupun anak sangat diperlukan mengingat

waktu anak di sekolah hanya sedikit dan waktu yang anak luangkan di rumah

lebih banyak.

j) Teladan yang baik

Mengingat sikap anak yang selalu meniru, maka teladan yang baik sangat

diperlukan. Misalnya kenalkan anak pada sosok Taufik Hidayat bila anak

berbakat dalam bidang bulu tangkis, Utut Adianto bila anak berbakat dalam

bidang catur dsb.

4. Pengukuran Bakat

Menurut Yumnah dkk (2022), seseorang anak berbakat biasanya diidentifikasi

secara umum melalui karakteristik sebagai berikut:

a. Anak akan dengan mudah melakukan/mempelajari hal yang menjadi bakatnya

tanpa ada campur tangan orang lain.

b. Anak akan senang/tak merasa terbebani untuk berlatih atau mencoba berkreasi

dengan lebih challenging.

c. Anak menyukai kreasi dan memiliki apresiasi (pemahaman dan penghargaan) yang

tinggi terhadap hal yang menjadi bakat dan minatnya.

Menurut Davis (2012) Bakat tidak sama dengan kecerdasan. Bakat lebih

mengacu pada motorik maupun keterampilan yang ditampilkan anak. Dengan kata lain,

bakat bisa terlihat oleh orang lain. Cara yang dilakukan adalah terus-menerus

mengasah bakat melalui latihan. Bakat tidak akan berkembang bila tak ada penguat,
25

sehingga kemudia akan hilang. Selain bakat, mereka juga mempunyai minat terhadap

bidang yang digeluti. Adanya minat juga akan menguatkan bakat tersebut.

a. Sedikit bantuan

Bagaimana bisa mengetahui kalau anak kita berbakat? Menurut Dra. Clara

Kriswanti, MA, CPBC, psikolog dari Jagadnita Consulting, anak-anak yang berbakat

umumnya lebih cepat menguasai bidang tertentu dibanding anak lain, tanpa

mengeluarkan usaha keras.

Anak yang mempunyai bakat biasanya juga mampu memotivasi diri sendiri

untuk mempelajari hal-hal yang sangat disukainya. Anak yang senang bermain piano

atau berenang tak hanya berlatih saat gurunya datang. Mereka akan berlatih piano atau

berenang tanpa disuruh.

Idealnya, bakat yang dimiliki oleh anak sejalan dengan minatnya. Dengan

begitu, potensi atau kemampuan yang dimiliki anak akan tergali secara optimal,

sehingga anak mampu berprestasi.

b. Bangkitkan minat

Sayangnya tak semua bisa berjalan beriringan antara bakat dan minat. Ada anak

berbakat yang ternyata tidak berminat dengan bakat yang dimilikinya. Bila ini terjadi,

kata psikolog lulusan UI ini, diperlukan dukungan lebih banyak dari orang tua, agar

bakat anak bisa terasah secara optimal. Kalau tidak mendapat dukungan dari orang tua

atau dibangkitkan minatnya, bakat yang dimiliki anak tidak akan berkembang. Anak

tersebut akan lambat untuk mengembangkan kemampuannya, terutama ketika

menyadari bahwa ia mempunyai bakat dalam bidang tertentu.


26

c. Lakukan tes bakat

Ada beberapa cara untuk mengenali bakat anak, yaitu:

1) Melihat tingkah laku anak. Kegiatan apa yang sering dilakukannya? Anak lebih

berminat pada hal-hal apa?

2) Mengikuti perkembangan anak dengan cermat

3) Memberikan berbagai macam stimulus atau rangsangan kepada anak, misalnya

dengan memberikan les atau permainan yang variatif.

4) Melakukan tes psikologi (tes bakat) untuk melihat kelebihan dan kelemahan anak.

Tes ini bisa dilakukan saat anak berusia 7 tahun atau saat masuk sekolah. Pada usia

tersebut sudah terlihat bakat serta minat anak.

d. Pahami perkembangan anak

Menurut Dra. Clara Kriswanto, MA, CPBC, ada hal-hal yang perlu

diperhatikan oleh orang tua saat memberikan les untuk anda.

1) Tidak mengutamakan pencapaian target. Penting diingat bahwa les diberikan

sebagai upaya pengenalan kegiatan kepada anak

2) Les sebaiknya diberikan oleh guru yang memahami perkembangan anak. Jangan

sampai guru memberi hukuman saat anak tidak bisa mengikuti les

3) Pastikan anak tetap memiliki waktu yang seimbang untuk bermain dan istirahat

4) Jangan memaksakan kehendak pada anak. Yang harus diutamakan adalah minat

anak

5) Tetap pantau perkembangan anak

6) Upayakan untuk mengembangkan semua aspek kemampuan anak.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kreativitas memegang peranan penting dalam kehidupan dan pengembangan
manusia. Kreativitas banyak dilandasi oleh kemampuan intelektual, seperti
intelegensi bakat dan kecakapan hasil belajar, tetapi juga didukung oleh factor-
faktor efektif dan psikomotor. Sedangkan bakat mengandung makna
kemampuan bawaan yang masih perlu dikembangkan dan dilatih lebih lanjut.
Bakat berkembang sebagai hasil interaksi dari faktor yang bersumber dari
dalam diri individu dan dari lingkungannya.
2. Rangsangan mental suatu karya kreatif daapt muncul jika akan mendapatkan

rangsangan mental yang mendukung. Dengan adanya dukungan mental anak-

anak akan merasa dihargai dan diterima keberadaannya sehingga ia akan

berkarya dan memiliki keberanian untuk memperlihatkan kemampuannya.

Sebaliknya, tanpa dukungan mental yang positif bagi anak maka kreativitas

tidak akan terbentuk. Bakat yang terlahir dalam diri seseorang pada suatu saat

akan timbul sebagai suatu kebutuhan, dan perlu mendapatkan perhatian serius,

motivasi, dukungan, pengetahuan, latihan, penghargaan, sarana, lingkungan,

Kerjasama dan teladan yang baik.

3. Pada perkembangan kreativitas, ada beberapa tahap yang dilalui seperti tahap
sensorik-motorik (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap
operasional konkrit (7-11 tahun), tahap operasional formal (11 tahun ke atas).
Sedangkan bakat berkembang sebagai hasil interaksi dari faktor yang
bersumber dari dalam diri individu dan dari lingkungannya.

29
4. Terdapat berbagai cara dalam mengembangkan kreativitas yaitu
mengembangkan pengetahuan dasar, menciptakan atmosfer yang tepat untuk
kreativitas, serta mencari analogi. Sedangkan dalam pengembangan bakat ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu perhatian, motivasi, dukungan,
pengetahuan, latihan, penghargaan, sarana, lingkungan, kerjasama serta teladan
yang baik.
5. Penilaian kreativitas sangatlah subjektif. Terkadang standar kreativitas
ditentukan oleh orang-orang yang mempunyai kekuasaan. Para psikolog
berpendapat bahwa ada kemungkinan untuk menentukan/meneliti bakat kreatif
dengan cara mengukur seberapa bagus seseorang melihat hubungan antara
beberapa kata yang tampak tidak saling berhubungan. Tes ini disebut Remote
Associations Test (RAT) yang ditemukan oleh Mednick (1967). Cara
mengujinya adalah dengan meminta subjek untuk menghasilkan satu kata baru
yang diperoleh dari asosiasi logis dari 3 kata. Sebagai contoh adalah 3
rangkaian kata berikut: BATA, SEMEN, PASIR dan TERANG, BULAT,
LISTRIK. Jika anda mengatakan ”TEMBOK” untuk rangkaian kata pertama
berarti anda tepat. Seorang anak berbakat biasanya diidentifikasi secara melalui
karakteristik seperti, anak akan dengan mudah melakukan/mempelajari hal
yang menjadi bakatnya tanpa ada campur tangan orang lain, anak akan senang
untuk berlatih atau mencoba berkreasi dengan lebih challenging, serta anak
akan menyukai kreasi dan memiliki apresiasi yang tinggi terhadap hal yang
menjadi bakat dan minatnya.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan, yaitu : Hal pertama
yang harus seorang guru lakukan untuk mengidentifikasi kreativitas dan bakat
peserta didik adalah dengan cara mengobservasi. Observasi ini dilakukan
secara terus menerus sehingga guru dapat menemukan pola yang sering
dilakukan peserta didik dan dengan mudah menyimpulkan kreativitas dan bakat
apa yang harus dikembangkan dalam diri setiap peserta didik.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., Asrori, M. 2005. Psikologi Remaja, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Momon Sudarma, Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif, Jakarta:


RAJAWALI PERS, 2013. Baihaqi Mif, Pengantar Psikologi Kognitif.

Munandar, Utami. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT.


Asdi Mahasatya.

Munandar, Utami. 1992. Mengambangkan Bakat dan Kreativitas Anak


Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Semiawan, Conny R. (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

31

Anda mungkin juga menyukai