Disusun oleh :
Sharafina (2008108050)
Shifa Sasih Kiranna (2008108051)
Eva Novalina (2008108054)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam tema ini adalah sebagai berikut:
1
1. Bagaimana hubungan kreativitas dengan kecerdasan manusia ?
2. Apa yang dimaksud dengan teori kecerdasan multiple intelligenct ?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan kreativitas dengan kecerdasan
manusia.
2. Untuk mengetahui apa itu teori kecerdasan multiple intelligent.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
1. Anita E. Woolfolk (1995) mengemukakan bahwa menurut teori lama, intelegensi
itu meliputi tiga pengertian yaitu: a) kemampuan untuk belajar, b) keseluruhan
pengetahuan yang diperoleh, c) kemampuan untuk beradaptasi secara umumnya.
2. C.P. Chaplin (1975) mengartikan intelegensi itu sebagai kemampuan menghadapi
dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.
Pada saat anak berusia 4-6 tahun merupakan masa perkembangan kognitif anak
pada fase praoperasional dalam teori tahapan kognitif Piaget, yang ditandai dengan
kemampuan menghadirkan benda, objek, orang secara mental. Artinya anak telah
memiliki kemampuan untuk membayangkan benda, objek, orang dan peristiwa di dalam
pikirannya walaupun semuanya tidak hadir secara empirik atau secara fisik di hadapan
anak. Kemampuan ini disebut juga dengan kemampuan berpikir secara simbolik. Dimana
bentuk-bentuk berpikir ditampilkan dalam berbagai aktivitas yang dilakukannya seperti
pada waktu bermain. Pada waktu bermain anak mengoperasikan kemampuan berpikir
simbolik dengan jalan berfantasi. Hal ini sejalan dengan karakteristik dari berpikir
praoperasinal yaitu (Jamaris, 2010):
1. Melakukan peniruan tingkah laku yang ditampilkan oleh orang, binatang atau
peristiwa yang ada di sekitarnya. Peniruan ini baru dapat dilakukan anak setelah
ia melakukan pengamatan terhadap tingkahlaku tersebut. Misalnya: perilaku
Nadine yang memberi makan bonekanya sambil mengajaknya berbicara,
terinspirasi dari mengamati tingkahlaku ibunya yang memberikan makan kepada
adiknya yang masih bayi, maka iapun menirukan tingkahlaku tersebut, dimana ia
berfantasi seolah-olah menjadi seorang ibu.
2. Bermain simbolik yaitu kegiatan bermain yang menghadirkan objek yang terlibat
dalam kegiatan bermain secara simbolik. Misalnya: Nadine memberikan
makanan berupa bubur yang enak kepada bonekanya, ia menghadirkan seakan-
akan makanan itu ada ditangannya padahal tidak ada satupun makanan.
Anak yang berada pada fase praoperasional berpikir secara simbolik yang
dihadirkan dalam berbagai bentuk fantasi maka kemampuan ini merupakan pintu untuk
menumbuh kembangkan kreativitas anak. Hal ini sejalan dengan hakikat dari kreativitas
bahwa kreativitas merupakan hasil dari belahan otak bagian kanan. Operasi otak pada
bagian kanan ini menyebabkan orang dapat melakukan berbagai imajinasi atau fantasi
sehingga dapat diciptakan berbagai karya yang unik. Fantasi atau imajinasi yang hadir
dalam masa praoperasional tampil dalam berbagai aktivitas anak, baik pada waktu
4
bermain, berbicara ataupun melakukan suatu kegiatan yang lain. Semua hal tersebut
adalah refleksi dari kreativitas anak. (Jamaris, 2010)
Dengan demikian, setiap anak yang kreatif memiliki intelegensi yang tinggi.
Namun anak yang memiliki intelegensi yang tinggi belum tentu kreatif, karena tidak
semua orang dengan intelegensi yang tinggi merupakan pencipta. Jadi, kreativitas tidak
sama dengan intelegensi, dalam arti IQ, sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian dari
tahun 1970-an dan tahun 1980-an. Kita sekarang juga mengetahui bahwa jenis tertentu
dari keahlian pikiran divergen (berfikir analistis yang mengedepankan kreativitas) dapat
ditingkatkan dengan praktek dan latihan.
B. Teori Kecerdasan
Inteligensi mempunyai hubungan positif yang sangat signifikan dengan
kreativitas, artinya semakin tinggi tingkat inteligensi seseorang, semakin tinggi pula
kreativitasnya atau semakin mempunyai semangat berkreasi yang tinggi. Binet (dalam
Azwar, 1996), menyatakan bahwa inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu :
kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan : kemampuan untuk
mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan ; dan kemampuan
untuk mengkritik diri sendiri.
Goddard, mengatakan bahwa inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman
seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk
mengantisipasi masalah- masalah yang akan datang, sedangkan V.A.C Henmon,
mengatakan bahwa inteligensi terdiri dari dua macam, yaitu : kemampuan untuk
memperoleh pengetahuan; dan pengetahuan yang diperoleh.(dalam Azwar,1996).
Lewis Madison Terman, mengatakan bahwa inteligensi merupakan kemampuan
seseorang untuk berpikir abstrak, sedangkan Edward Lee Thorndike, mengatakan bahwa
inteligensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik terhadap pandangan
kebenaran atau fakta. ( dalam Azwar,1996). Inteligensi bukan kemampuan tunggal dan
seragam, tetapi merupakan komposit dari berbagai fungsi, sehingga mencakup gabungan
kemampuan- kemampuan yang diperlukan untuk bertahan dan maju dalam budaya
tertentu. ( Anastasi, 1997 ).
David Wechsler (1958), berpendapat bahwa inteligensi adalah kumpulan atau
seluruh kapasitas individu untuk bertindak sesuai tujuan, berpikir secara rasional dan
bertindak secara efektif dengan lingkungannya. Inteligensi sebagai suatu kumpulan atau
5
keseluruhan karena tersusun dari elemen-elemen atau kemampuan-kemampuan yang
tidak seluruhnya bebas.
Semua anak terlahir unik dan memiliki kecerdasan masing-masing. Kecerdasan
bukan hanya soal “prestasi akademis” tapi lebih menekankan kepada kemampuan
memecahkan masalah atau solusi alternatif terhadap persoalan dalam kehidupan. Sebagai
orang tua kita wajib mengarahkan, membimbing serta mengembangkan potensi
kecerdasan yang ada pada anak. Kita harus peka terhadap bakat maupun minat anak
sehingga dapat mengembangkannya secara maksimal. Semua anak memiliki potensi
untuk bisa cerdas dalam semua aspek dan kesempatan ini ada saat mereka masih usia
dini. Dan disinilah peran orang tua agar anak anda tumbuh menjadi anak yang
menakjubkan.
Amstrong (2002:3) berpendapat bahwa kecerdasan kinestetik atau kecerdasan
fisik adalah suatu kecerdasan dimana saat menggunakannya seseorang mampu atau
terampil menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti berlari,
menari, membangun sesuatu, melakukan kegiatan seni, dan hasta karya.
Menurut M. Hari Wijaya, Atik Sustiwi (2008: 89), musik dapat menstimulasi
kecerdasan otak anak, salah satu keuntungan memperkenalkan musik kepada anak
terutama dapat membantu perkembangan daya dengarnya. Selain juga memperkenalkan
irama musik, juga seringnya anak mendengarkan musik membuat perasaan menjadi peka
terhadap suara. Dan juga akan terdorong untuk menanggapi musik dengan gerakan
tertentu misalnya gerakan tari. Musik dapat digunakan sebagai media melepaskan
kegembiraan anak.
6
1. Kecerdasan Gambar atau Spasial (Visual-Spatial Intelligence). Individu yang
memiliki tipe kecerdasan biasanya memiliki beberapa ciri berikut ini: mampu
memvisualisasikan fenomena dalam bentuk gambar, gemar menggambar,
menyenangi warna dan garis, menyusun balok, dan mampu memberikan arah di
mana suatu lokasi berada. Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan ini
antara lain adalah arsitek, pelukis, desainer interior, dan pilot.
2. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence). Indikatornya adalah:
mudah bergaul dengan orang lain, senang mencari teman, terlibat dalam kegiatan
kelompok, mampu membaca perasaan orang lain melalui nada bicara, gerak
tubuh, dan ekspresi wajah, mudah menyelesaikan konflik dengan orang lain.
Mereka adalah para psikolog, pemimpin,konselor, dan sebagainya.
3. Kecerdasan Kinestetik atau Fisik (Body-Kinesthetic). Cirinya antara lain : cepat
mempelajari dan menguasai kegiatan yang melibatkan fisik (motorik), mampu
menggunakan seluruh anggota tubuhnya dalam pekerjaan, pemecahan masalah.
keterampilan tangan, jari, atau lengan. Mereka cocok untuk berprofesi sebagai
atlet, artis film (drama), penari, dan sebagainya.
4. Kecerdasan Verbal-Bahasa (Verbal- linguistic), dengan ciri : mampu
mengekspresikan fikirannya secara verbal, mudah mengingat nama atau sesuatu,
mampu menulis dengan baik. Dan senang bertanya dan berdiskusi. Contoh orang
yang memiliki tipe kecerdasan ini adalah para pengajar, mubaligh, intelektual,
penulis, dan sebagainya.
5. Kecerdasan Intrapersonal-Mengenal Diri Sendiri (Intrapersonal Intelligence).
Cirinya adalah : mudah mengenali perasaan diri, dapat menghayati puisi dan
drama, senang bermeditasi, dan pandai bercerita. Contohnya para penyair,
pendongeng, sastrawan, dan sebagainya.
6. Kecerdasan Musik (Musical Intelligence), yaitu kemampuan sensitif terhadap
bunyi dan cepat mempelajari berbagai lagu, jenis music, dan alat musik. Mereka
adalah para komposer, penyanyi, dan para pemain music.
7. Kecerdasan Mempelajari Alam (Naturalist Intelligence), kapasitas untuk cepat
mempelajari fenomena alam, mengamati dan membaca kehidupan tumbuhan dan
binatang (biologi), dan gemar terhadap kegiatan pencinta alam. Mereka adalah
para petualang dan aktivis lingkungan hidup.
8. Kecerdasan Logika-Matematika (Mathematical- Logical Intelligence), yaitu
kemampuan yang ditandai dengan kecepatan dalam mempelajari angka, pandai
7
mengelompokkan, membuat hipotesis, dan berfikir logis. Mereka adalah para
ilmuwan, filosof, ahli matematika, dan programmer computer.
9. Kecerdasan Spiritual (Existensial Intelligence), yang ditandai oleh kemampuan
berpikir.
8
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semua anak terlahir unik dan memiliki kecerdasan masing-masing. Kecerdasan
bukan hanya soal “prestasi akademis” tapi lebih menekankan kepada kemampuan
memecahkan masalah atau solusi alternatif terhadap persoalan dalam kehidupan. Semua
anak memiliki potensi untuk bisa cerdas dalam semua aspek dan kesempatan ini ada saat
mereka masih usia dini. Dan disinilah peran orang tua agar anak anda tumbuh menjadi
anak yang menakjubkan
Kecerdasan adalah kemampuan mengelola kepintaran. Sedangkan Kreativitas
adalah kemampuan untuk membuat perbedaan. Orang yang kreatif adalah orang yang
melihat hal yang sama tapi berpikir dengan cara yang berbeda.
Berpikir secara simbolik yang dihadirkan dalam berbagai bentuk fantasi maka
kemampuan ini merupakan pintu untuk menumbuh kembangkan kreativitas anak. Hal ini
sejalan dengan hakikat dari kreativitas bahwa kreativitas merupakan hasil dari belahan
otak bagian kanan. Operasi otak pada bagian kanan ini menyebabkan orang dapat
melakukan berbagai imajinasi atau fantasi sehingga dapat diciptakan berbagai karya yang
unik.
Dengan demikian, setiap anak yang kreatif memiliki intelegensi yang tinggi.
Namun anak yang memiliki intelegensi yang tinggi belum tentu kreatif, karena tidak
semua orang dengan intelegensi yang tinggi merupakan pencipta. Jadi, kreativitas tidak
sama dengan intelegensi, dalam arti IQ, sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian dari
tahun 1970-an dan tahun 1980-an. Kita sekarang juga mengetahui bahwa jenis tertentu
dari keahlian pikiran divergen (berfikir analistis yang mengedepankan kreativitas) dapat
ditingkatkan dengan praktek dan latihan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Masganti Sit, M. Ag, dkk. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini.. Perdana
Publishing Jl. Sosro No. 16-A Medan 2024 . September 2016
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uinsu.ac.id/2605
/&ved=2ahUKEwjqmquYm4zzAhWOILcAHTdICMwQFnoECBcQAQ&usg=AOvVaw1V1
Zvd2GntT6nv3zl_6qaE&cshid=1632096284394 Di akses pada tanggal 19 September 2021.
Rachmawati, Y., & Kurniati, E (2006) Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak. Jakarta.
https://books.google.com/books?hl=id&lr=&id=nwRBDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR7&dq=
Rachmawati,+Y.,+%26+Kurniati,+E+(2006)+Strategi+Pengembangan+Kreativitas+Pada+An
ak+Usia+Taman+KanakKanak.+Jakarta.+&ots=cnOws0KU4T&sig=gM9w7LpKItA3sD2V
mO6JcMUjEzY Di akses pada tanggal 19 September 2021.
10