Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Semua anak, khususnya anak sekolah dasar menampakkan kesenangan
belajar dan bahkan mereka ingin mempelajari banyak hal. Dorongan ingin
tahu mereka yang sangat tinggi dapat dilihat dari keinginan untuk
mengeksplorasi lingkungan dengan kemampuan dan dorongan mereka untuk
mengetahui sesuatu dan membuat sesuatu secara kreatif. Mereka senang
bermain boneka, pistol-pistolan dan berbagai macam alat permainan lainnya
yang mereka ciptakan melalui bahan alami seperti daun singkong untuk
membuat boneka wayang, dan dahan pisang untuk membuat pistol-pistolan.
Mereka cenderung meniru dan mencoba apa yang mereka lihat dan ketahui.
Mereka memiliki minat yang luas dan cita-cita yang banyak, walaupun
mereka belum menyadari bahwa untuk mengembangkan minat dan mencapai
cita-cita mereka memerlukan pengorbanan dan kerja keras.
Mereka juga belum menyadari perlunya memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta kepribadian yang sesuai dengan tuntutan keinginan
mereka. Anak-anak sangat menyenangi belajar, seperti yang kita ketahui
bahwa sebenarnya anak-anak dapat dan ingin belajar, dan lebih dari itu,
mereka ingin belajar sebanyak-banyaknya dan sesegera mungkin. Oleh
karena itu, guru-guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada
anak-anak untuk belajar kreatif sebanyak dan selekas mungkin. Caranya
adalah dengan membuat situasi belajar yang menarik dan sekreatif mungkin
sehingga anak-anak dapat memiliki keinginan untuk kreatif seperti yang
dilakukan oleh gurunya.
Kreativitas dan bakat pada diri anak perlu dipupuk dan dikembangkan.
Karena dengan kreativitas dan bakat yang dimilikinya itu mereka dapat
menjadi pribadi-pribadi yang kreatif. Sebagai pribadi yang kreatif, kelak
mereka bukan saja dapat meningkatkan kualitas pribadinya, tetapi juga dapat
meningkatkan kualitas kehidupan bangsa dan negara. Sistem pendidikan

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Page 1


perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan disegala bidang, yang
memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta dapat meningkatkan
kreativitas, produktivitas, mutu, dan efisiensi kerja.
Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran kreatif. Karena itu sistem
pendidikan hendaknya dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku
kreatif-produktif, di samping pemikiran logis dan penalaran. Namun dalam
kenyataannya masih sedikit sekolah yang menyelenggarakan upaya
pengembangan kreativitas dan bakat anak. Hal ini disebabkan antara lain oleh
masih sangat langkanya literatur yang membahas secara menyeluruh dan
terinci mengenai kreativitas, bakat, dan upaya-upaya pengembangannya
khususnya di sekolah dasar.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penyusun dapat memberikan rumusan
masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Antara lain :
1. Pengertian kreativitas
2. Ciri-ciri kreativitas anak usia dini
3. Faktor pendukung dan penghambat kreativitas anak usia dini
4. Strategi pengembangan kreativitas anak usia dini di Sekolah

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, dapat menyimpulkan
tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1. Pertama-tama tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi
tugas mata kuliah perkembangan peserta didik
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian kreativitas
3. Mahasiswa mampu mengklasifikasikan ciri-ciri kreativitas
4. Mahasiswa mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung dan
menghambat kreativitas anak usia dini
5. Mahasiswa mengetahui strategi dalam mengembangkan kreativitas
anak usia dini di sekolah

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Page 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kreativitas
Secara alamiah perkembangan anak berbeda-beda, baik dalam bakat,
minat, jasmani, kematangan emosi, kepribadian, keadaan jasmani, dan
sosialnya. Selain itu, setiap anak memiliki kemampuan tak terbatas dalam
belajar, untuk dapat berfikir kereatif dan produktif. (Ahmad Susanto, 2011 :
111) Kreativitas menurut kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
dasar kreatif, yaitu memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu. (Trisno
Yuwono, 2003 : 330) Menurut Munandar yang dikutip oleh Syafaruddin dan
Herdianto, kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru
berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas juga
diartikan dengan kemampuan yang berdasarkan data atau informasi yang
menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana
pendekatannya adalah pada kuantitas dan keragaman jawaban.
Menurut Harris seperti dikutip oleh Hamdani mengemukakan bahwa
kreativitas dapat ditinjau dari (3) hal, yaitu :
1. Krativitas adalah suatu kemampuan, yaitu kemampuan untuk
membayangkan atau menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan
untuk membangun ide-ide baru dengan mengombinasikan, mengubah,
menerapkan ulang ide-ide yang sudah ada.
2. Kreativitas adalah suatu sikap, yaitu kemauan untuk menerima
perubahan dan pembaharuan, bermain dengan ide dan memiliki
fleksibilitas dalam pandangan.
3. Krativitas adalah suatu proses, yaitu proses bekerja keras dan terus
menerus sedikit demi sedikit untuk membuat perubahan dan perbaikan
terhadap pekerjaan yang dilakukan. (Hamdani, 2002 : 2)
Dari beberapa defenisi oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa kreativitas
adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang berbeda
dari sebelumnya, baik berupa gagasan atau karya nyata dengan menggabung-

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Page 3


gabungkan unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Hal baru disini adalah
sesuatu yang belum diketahui olehnya, meskipun hal itu merupakan hal yang
tidak asing lagi bagi orang lain, dan bukan hanya dari yang tidak menjadi
ada, tetapi juga kombinasi baru dari sesuatu yang sudah ada.
Pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam beberapa istilah, yaitu :
1. Pribadi (person), yaitu kreativitas mengacu kepada kemampuan yang
merupakan ciri/karakteristik dari orang-orang kreatif. Maksudnya,
kreativitas merupakan ungkapan unik dari seluruh pribadi sebagai hasil
interaksi individu, perasaan, sikap, dan perilakunya;
2. Proses (process), yaitu kreativitas merupakan proses yang
mencerminkan kelancaran dalam berfikir;
3. Pendorong (press), yaitu inisiatif seseorang yang tercermin melalui
kemampuannya untuk melepaskan diri dari urutan pikiran yang biasa;
4. Produk, (product), yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang
baru. (Ahmad Susanto, 2011 : 112-113)

B. Ciri-ciri Kreativitas
Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas,
dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif
biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani
mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak pada
umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti,
penting dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan
dari orang lain. Merekapun tidak takut untuk membuat kesalahan dan
mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui oleh
orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat
kejutan, atau menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri, keuletan dan
ketekunan membuat mereka tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuan
mereka.
Thomas Edison seperti yang dikutip oleh Utami Munandar mengatakan
bahwa dalam melakukan percobaan ia mengalami kegagalan lebih dari 200

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Page 4


kali, sebelum ia berhasil dengan penemuan bola lampu yang bermakna bagi
seluruh umat manusia. Pribadi yang kreatif biasanya lebih teroganisasi dalam
tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinal mereka telah dipikirkan
dengan matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan maslah yang
mungkin timbul dan implikasinya. (Utami Munandar, 2004: 35) Adapun ciri-
ciri kreativitas ada (3) macam yaitu :
1. Kefasihan, yaitu kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
terbuka (open ended) dengan beberapa alternatif jawaban yang benar
2. Fleksibilitas, yaitu kemampuan siswa menyelesaikan masalah terbuka
(open ended) dengan beberapa cara
3. Kebaruan, yaitu kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
terbuka (open ended) dengan beberapa jawaban yang berbeda tetapi
bernilai benar dan satu jawaban yang tidak biasa dilakukan siswa pada
tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya. (Hamdani,
2002 : 4)

Menurut Guilford dikutip oleh Ahmad Susanto bahwa ada lima sifat yang
menjadi ciri-ciri berfikir kreatif, yakni :
1. Kelancaran, ialah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan
2. Keluwesan, ialah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-
macam pemecahan masalah
3. Keaslian, ialah kemampuan untuk memecahkan dengan cara yang asli;
4. Penguraian, ialah kemampuan untuk menguraikan sesuatu dengan
diperinci, secara jelas, dan panjang lebar
5. Perumusan kembali, ialah kemampuanuntuk meninjau sesuatu
persoalan berdasarkan persfektif yang berbeda dengan apa yang telah
diketahui oleh banyak orang. (Ahmad Susanto, 2011 hal : 117-118)

Menurut Williams yang dikutip oleh Utami Munandar (Utami Munandar,


1999 : 88) ada dua ciri-ciri kreativitas, yaitu :

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Page 5


1. Kognitif, yaitu kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan
berpikir kreatif. Ada beberapa ciri-ciri kreativitas ditinjau dari kognitif,
yaitu :
a. Kemampuan berpikir secara lancar (fluency)
b. Kemampuan berpikir luwes (flexibelity)
c. Kemampuaan berfikir orisinilitas
d. Kemampuan menilai
e. Kemampuan memperinci/mendalam (elaboration).
2. Afektif, yaitu ciri-ciri afektif dari kreativitas merupakan ciri-ciri yang
berhubungan dengan sikap mental atau perasaan individu. Ciri-ciri
afektif ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi dengan ciri-
ciri kognitif. Ada beberapa ciri-ciri afektif, yaitu:
a. Rasa ingin tahu;
b. bersifat imajinatif;
c. Merasa tertantang oleh kemajemukan;
d. Sifat berani mengambil resiko (tidak takut membuat kesalahan)
e. Sifat menghargai.

Ahmad Susanto mengemukakan beberapa bentuk kretivitas pada anak usia


dini, yaitu :
1. Gagasan/berpikir kreatif, yang meliputi :
a. Berfikir luwes;
b. Berfikir orisinal;
c. Berpikir terperinci;
d. Berpikir menghubungkan.
2. Aspek sikap, yang meliputi :
a. Rasa ingin tahu;
b. Ketersediaan untuk menjawab;
c. Keterbukaan;
d. Percaya diri;
e. Berani mengambil resiko.

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Page 6


3. Aspek karya, yang meliputi :
a. Permainan;
b. Karangan. (Ahmad Susanto, 2011 : 121-122)
Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas,
dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja
kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih
berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak
pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat
berarti, penting dasn disukai , mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau
ejekan dari orang lain. Merekapun tidak takut untuk membuat kesalahan dan
mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui oleh
orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat
kejutan, atau menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri, keuletan dan
ketekunan membuat mereka tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuan
mereka.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas Anak


Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat
dikembangkan. Dalam mengembangkan kreativitas ini terdapat faktor-faktor
yang mendudukung dalam menumbuhkan kembangkan kreativitas juga ada
faktor-faktor yang menghambat kreativitas seorang anak.
1. Faktor Pendukung Kreativitas Anak
Pada mulanya kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang
hanya dimiliki individu tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya,
dikemukakan bahwa kreativitas tidak dapat berkembang secara
otomatis tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungan.
a. Menurut Hurlock dikutip oleh Ahmad Susanto mengemukakan
beberapa faktor yang dapat mendorong dan meningkatkan
kretivitas. Antara lain :

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Page 7


1) Waktu, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian
rupa, sehingga hanya sedikit waktu yang bisa mereka
gunakan untuk membuat suatu gagasan atau konsep
2) Kesempatan menyendiri, hanya apabila tidak mendapat
tekanan dari kelompok sosial, anak dapat menjadi kreatif
3) Dorongan terlepas dari seberapa jauh prestasi anak,
maksudnya untuk menjadi anak yang kreatif mereka harus
bebas dari ejekan dan kritikan yang sering kali dilontarkan
pada anak yang tidak kreatif
4) Sarana, sarana bermain atau sarana lainnya harus
disediakan untuk merangsang dorongan eksperimentasi dan
eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua
kreativitas
5) Lingkungan yang merangsang, lingkungan rumah dan
sekolah harus merangsang kreativitas anak
6) Hubungan anak dan orang tua yang tidak posesif, artinya
orang tua yang tidak terlalu posesif akan mendorong
kemandirian anak
7) Cara mendidik anak, mendidik anak secara demokratis baik
dirumah dan disekolah akan meningkatkan kreativitas anak
8) Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, kreativitas
tidak muncul dalam kehampaan. Makin banyak
pengetahuan yang dikuasai, maka semakin baik kreativitas
anak. (Ahmad Susanto, 2012 : 124)

b. Utami Munanadar mengemukakan bahwa faktor-faktor yang


mendukung kreativitas adalah :
1) Usia;
2) Tingkat pendidikan orang tua;
3) Tersedianya fasilitas;
4) Penggunaan waktu luang

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Page 8


c. Selain itu faktor yang mendukung kreativitas menurut Seto,
seorang ahli pendidikan anak mengatakan bahwa upaya
mengembangkan kreativitas anak dapat dilakukan dengan
menggunakan strategi 4P, yakni dengan melihat kreativitas sebagai
produk, pribadi, proses, dan pendorong.(Utami Munandar, 1999 :
19) ada (4) faktor pendukung pengembangan kreativitas anak, yaitu
:
1) Rangsangan mental, dengan memberikan motivasi,
penguatan, dan menerima kekurangan dan kelebihan anak,
anak merasa percaya diri untuk mencoba, berinisiatif dan
berbuat sesuatu secara spontan;
2) Iklim dan kondisi lingkungan, lingkungan yang kondusif
akan mengembangkan kreatifitas anak, seperti pencahayaan
yang cukup, warna-warna yang cerah, terdapat hiasan-
hiasan dinding, musik, aroma;
3) Peran guru, guru menjadi orang tua kedua bagi anak, sudah
selayaknya guru memberikan yang terbaik pada anak.
Seperti guru melakukan inovasi-inovasi untuk
mengembangkan kreativitas anak;
4) Peran orang tua, orang tua memiliki peranan yang penting
terhadap pengembangan kreativitas anak. Dengan
menghargai setiap hasil karya anak, anak menjadi berani
dan percaya diri untuk belajar terhadap lingkungannya.
(Pristina Kusuma, 12-11-2012)

2. Faktor Penghambat Kreativitas Anak


a. Menurut Renzulli dalam Ahmad Susanto mengemukakan tiga ciri
pokok yang saling terkait serta merupakan kriteria atau persyaratan
anak yang berbakat. Yaitu, kemampuan umum, kreativita, dan
pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi instrinsik. (Ahmad
Susanto, 2011 : 125) Dalam mengembangkan kreativitas, seorang

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Page 9


dapat mengalami berbagai hambatan, kendala atau rintangan yang
dapat merusak dan bahkan dapat mematikan kreativitasnya.
Masalahnya ialah bahwa dalam upaya membantu anak
merealisasikan potensinya, sering kita menggunakan cara paksaan
agar mereka belajar. Penggunaan paksaan atau kekerasan tidak saja
berarti bahwa kita mengancam dengan hukuman atau memaksakan
aturan-aturan, tetapi juga bila kita memberikan hadiah atau pujian
secara berlebih. Ada empat hal yang mematikan kreativitas, yaitu:
1) Evaluasi
Rogers dikutip oleh Utami Munandar menekankan salah
satu syarat untuk memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa
pendidik tidak memberikan evaluasi, atau paling tidak
menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik
berkreasi. Bahkan menduga akan dievaluasi pun dapat
mengurangi kreativitas anak.(Utami Munandar, 2004 : 223)
Selain itu kritik atau penilaian sepositif apapun meskipun
berupa pujian dapat membuat anak kurang kreatif, jika pujian
itu memusatkan perhatian pada harapan akan dinilai.
2) Hadiah
Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan
memperbaiki atau meningkatkan perilaku tersebut. Ternyata
tidak demikian. Pemberian hadiah dapat merusak motivasi
intrinsik dan mematikan kreativitas.
3) Persaingan (Kompetisi)
Kompetisi lebih kompleks daripada pemberian evaluasi
atau hadiah secara tersendiri, karena kompetisi meliputi
keduanya. Biasanya persaingan terjadi apabila siswa merasa
bahwa pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa lain
da bahwa yang terbaik akan menerima hadiah. Hal ini terjadi
dalam kehidupan sehari-hari dan sayangnya dapat mematikan
kreativitas.

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Page 10


4) Lingkungan yang Membatasi
Belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan
paksaan. Sebagai anak ia mempunyai pengalaman mengikuti
sekolah yang sangat menekankan pada disiplin dan hafalan
semata-mata. Ia selalu diberitahu apa yang harus dipelajari,
bagaimana mempelajarinya, dan pada ujian harus dapat
mengulanginya dengan tepat, pengalaman yang baginya amat
menyakitkan dan menghilangkan minatnya terhadap ilmu,
meskipun hanya utnuk sementara. Padahal, sewaktu baru
berumur lima tahun ia amat tertarik untuk belajar ketika
ayahnya menunjukkan kompas kepadanya. Contoh ini
menunjukkan bahwa jika berpikir dan belajar dipaksakan dalam
lingkungan yang amat membatasi, minat dan motivasi intrinsik
dapat dirusak. (Utami Munandar, 2004 : 223-224)

b. Cropley dalam Ahmad Susanto mnegemukakan beberapa


krakteristik guru yang cenderung menghambat keterampilan
berpikir kreatif anak, anatara lain :
1) Penekanan bahwa guru selalu benar;
2) Penekanan berlebihan pada hafalan;
3) Penekanan pada belajar secara mekanis;
4) Penekanan pada evaluasi eksternal; ppenekanan secara ketat
untuk menyelesaikan pekerjaan. (Ahmad Susanto, 2011 : 126)
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita dapati perlakuan dan tindakan
anak dengan berbagai polah dan tingkah laku. Sehingga ekspresi kreativitas
anak kerap menimbulkan efek kurang berkenan bagi orang tua. Misalnya
orang tua melarang anak merobek-robek kertas karena takut rumah jadi
kotor, atau berteriak saat anak main pasir karena takut anak terkena kuman.
Padahal tiap anak memiliki ekspresi kreativitas yang berbeda, ada yang
terlihat suka mencoret-coret, beraktivitas gerak, berceloteh, melakukan
eksperimen, dan sebagainya. Penyikapan orang tua seperti itu berarti

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Page 11


merupakan salah satu contoh dari sekian banyak faktor yang menghambat
kreativitas seorang anak. (Hudiani Jannah, 12,11,2012)

D. Strategi Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Di Sekolah


Pada dasarnya setiap anak memiliki kecenderungan berbakat dalam
kreativitas dan memiliki kemampuan mengungkapkan dirinya secara kreatif,
meskipun masing-masing anak dalam bidang dan kadar potensi yang
dimilikinya. Seperti yang diungkapkan oleh Treffinger dalam Ahmad Suanto
bahwa tidak ada anak yang sama sekali tidak memiliki kreativitas. (Ahmad
Susanto, 2011 : 128)
Selama di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap penyesuaian
emosional dan sosial anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya.
Sehubungan dengan perkembangan intelektual, pada semua jenjang
pendidikan guru merupakan kunci kegiatan belajar siswa yang berhasil guna
(efektif), terutama pada tingkat sekolah dasar. Hal ini mudah dipahami karena
di sekolah dasar umumnya seluruh pelajaran dipegang oleh guru kelas,
kecuali mingkin untuk pelajaran seperti Agama, Olahraga, dan Kesenian yang
menuntut keterampilan khusus dari guru.
Masalah khusus yang berhubungan dengan pengajaran anak berbakat pada
dasarnya merupakan masalah bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan
anak. Perbedaan dalam peran guru berdasarkan ciri-ciri khas anak berbakat,
yang terampil dalam situasi belajar dan cara guru menangani ciri-ciri tersebut.
Karena falsafah pendidikan mengakui adanya perbedaan individual dan
bertujuan mengembangkan bakat dan kemampuan setiap anak didik secara
optimal, maka dengan sendirinya kualifikasi guru harus berbeda sesuai
dengan sifat-sifat dan kemampuan anak didik.
Menurut barbed and Renzulli dikutip oleh Utami Munandar, ada beberapa
peran guru dalam mengembangkan kreativitas anak. (Utami Munandar, 1999:
62) Diantaranya sebagai berikut :
1. guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak
hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tapi juga bagaimana

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Page 12


guru melakukannya. Mustahil mengharapkan seseorang dapat
memahami kebutuhan, perasaan, dan perilaku orang lain, jika ia tidak
mengenal diri sendiri.
2. Di samping memahami diri sendiri, guru perlu memiliki pengertian
tentang keberbakatan. Oleh karena itu, guru yang akan membina anak
berbakat perlu memperoleh informasi dan pengalaman mengenai
keberbakatan, tentang apa yang diartikan tentang keberbakatan,
bagaimana cirri-ciri anak berbakat, dan dengan cara-cara apa saja
kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat terpenuhi. Dengan
mengetahui kebutuhan-kebutuhan pendidikan anak berbakat, guru akan
menyadari bahwa anak-anak ini memerlukan pelayanan pendidikan
khusus yang terletak di luar jangkauan kurikulum biasa.
3. Setelah anak berbakat diidentifikasi, guru hendaknya mengusahakan
suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul
dari kemampuan-kemampuan anak. Sehubungan dengan ini guru
hendaknya lebih berfungsi sebagai fasilitator belajar daripada sebagai
instructor (pengajar) yang menentukan semuanya.

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Page 13


BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Seperti yang kita ketahui, anak-anak yang kreatif biasanya selalu ingin
tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang
kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa
percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan
perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya. Siswa berbakat kreatif
biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi, dapat melihat masalah dari
berbagai sudut tinjau, dan memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide,
konsep, atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.
Layanan pendidikan kepada anak-anak usia dini merupakan dasar yang
sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya hingga dewasa.
Tahun-tahun awal kehidupan anak merupakan dasar yang cenderung bertahan
dan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya. Kreativitas
merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan
sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif dan ditinjau dari segi
pendidikan, bakat kreatif dapat dikembangkan dan karena itu perlu dipupuk
sejak dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak
akan berkembang, bahkan menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat
diwujudkan.

B. Kritik dan Saran


Berdasarkan kenyataan dilapangan, kita dapat menemukan beberapa
pengajar yang masih kurang memperhatikan pengembangan kreativitas anak
didiknya, maka dari itu kita sebagai calon-calon pendidik masa depan harus
mempersiapkan sejak dini rencana-rencana pengajaran yang merujuk pada
pengembangan kreativitas anak-anak didik dengan berbagai teori dan peran-

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Page 14


perannya yang telah penulis ungkapkan pada makalah ini demi kemajuan
kreativitas anak-anak bangsa dimasa yang akan datang.
Dari hasil makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi kita semua umumnya kami pribadi. Dan segala yang baik
datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari diri saya. Penyusun
sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak
kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harapkan saran dan kritik nya yang
bersifat membangun, untuk perbaikan karya ilmiah selanjutnya.

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Page 15


DAFTAR PUSTAKA

Susanto, Ahmad, Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta : Kencana, 2011.


Syafaruddin & Herdianto, Pendidikan Pra Skolah, Medan : Perdana Publishing,
2011.
Munandar, Utami, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah , Jakarta
: Gramedia Pustaka, 1999.
Semiawan, Conny R, Perkembangan dan Belajar Peserta Didik, Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999.
Munandar, Utami, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat,Jakarta : Asdi
Mahasatya, 2004
Yuwono, Trisno, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Arkola, 2003
Hamdani, Asep Saepul, Pengembangan Kreativitas, Jakarta : Pustaka As-Syifa,
2002.
Lia Hudiani Jannah, Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas anak, dikutip
dari http://pkaud.blogspot.com/ di akses pada tanggal 02-11-2021
Yeyen Pristina Kusuma Perdana, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini,
dikuti dari http://yeyenpristina.blogspot.com/2012/04/pengembangan-kreativitas-
anak-usia-dini.html Pada tanggal 02,11,2021

Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Page 16

Anda mungkin juga menyukai