Anda di halaman 1dari 26

Definisi Kreativitas

Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah, yang memberikan individu dapat
menciptakan ide-ide asli atau adaptif yang berfungsi secara penuh untuk berkembang. Kreativitas adalah
keterampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat subyek dari perspektif baru, dan membentuk
kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran. Jadi kreativitas
adalah kemampuan untuk menciptakan ide-ide atau membentuk kombinasi-kombinasi baru
berdasarkan apa yang dipikirnya. Kreativitas mengandung unsur- unsur pengetahuan, imajinasi dan
evaluasi.

Konsep Kreativitas Dalam diri individu, terdapat kekuatan yang mampu menggerakkan kemajuan untuk
penulusuran, pengembangan, dan penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekuatan
tersebut dinamakan kreativitas, yaitu kekuatan yang diperlukan individu untuk melakukan
pengembangan diri dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi sebagai usaha mencapai suatu
kemajuan. Kreativitas individu pada umumnya terkait dengan prestasi untuk menciptakan atau
menemukan sesuatu yang baru, dan cara untuk menemukan pemecahan masalah yang tidak dapat
dilakukan oleh banyak orang.

Ciri suatu perilaku yang kreatif adalah adanya suatu hasil yang baru sebagai akibat tingkah laku tersebut.
Kreativitas seseorang berhubungan dengan motivasi dan pengalaman serta di pengaruhi oleh inteligensi,
cara berfikir, ingatan, minat dan emosi, bakat, sikap, persepsi, perasaan, dan 10 kepribadian. Kreativitas
seseorang dapat terjadi karena seseorang mengalami tantangan atau kendala dalam memecahkan suatu
masalah dalam hidupnya.

Definisi Kreativitas Banyak dikemukakan oleh para ahli.

Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah, yang memungkinkan individu
menciptakan ide-ide asla/adaptif fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang ( Widayatun,
1999). Sementara itu, Solso (1991) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah aktivitas kognitif yang
menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi.

Selanjutnya, Kuhn (1970) sebagaimana dikutip oleh Fernald (1989) menyatakan bahwa yang disebut
kreativitas adalah kemampuan untuk menemukan konsep baru, gagasan baru, metode baru, hubungan
baru dan gaya operasi yang baru.
Terakhir, Munandar (1995) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi baru dan asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data atau elemen yang sudah ada
sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat. Dari keempat definisi diatas, penulis
merumuskan kreativitas sebagai kemampuan individu untuk menemukan dan mengembangkan ide dan
karya baru dalam upaya memecahkan masalah yang tidak banyak dilakukan.

Ciri Kreativitas Ciri kreativitas individu dapat ditinjau dari dua aspek , yaitu aspek afektif dan aspek
kognitif. Gufron & Risnawati (2010) merumuskan pendapat Munandar (1995) terkait ciri0ciri afektif dan
kognitif kreativitas, yaitu :

1. Ciri afektif kreativitas

a. Perasaan ingin tahu. Individu yang kreatif selalu merasa masih kurang mengetahui berbagai hal
sehingga terdorong untuk lebih banyak tahu melalui banyak pertanyaan, kepekaan dalam pengamatan,
serta perhatian terhadap objek

b. dan situasi. Bersifat mengkhayalkan. Individu yang kreatif pada umumnya memiliki daya khayal atau
fantasi tinggi terhadap

c. hal-hal yang belum ada. Tantangan kemajemukan. Individu yang kreatif merasa tertantang untuk
menghadapi dan memecahkan masalah dan situasi yang sulit, serta tertantang untuk melakukan hal

d. sulit. Keberanian mengambil resiko. Individu yang kreatif terpanggil

e. untuk berani mengambil resiko untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapi. Bersifat
menghargai. Individu yang kreatif memiliki sikap mental yang dapat menghargai pemberian bimbingan
dan pengarahan untuk pengembangan kemampuan dan bakat yang ada pada dirinya.

Ciri Kognitif Kreativitas


a. Kelancaran berpikir. Individu yang kreatif pada umumnya memiliki banyak gagasan, cara, jawaban,
saran, pertanyaan

b. dan pemecahan dalam menghadapi suatu masalah. Keluwesan berpikir. Individu yang kreatif memiliki
kemampuan luwes untuk memberikan bermacam-macam

c. alternatif guna memecahkan masalah. Keaslian berpikir. Individu yang kreatif memiliki kemampuan
untuk menghasilkan gagasan baru yang belum

d. ada sebelumnya. Elaborasi. Individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan
memperkaya gagasan.

Proses Berpikir Kreatif dan Pribadi Kreatif Wallas & Solso (1998) dalam Gufron & Risnawati (2010)
menyebutkan empat tahap berpikir kreatif, yaitu :

a. Tahap persiapan. Tahap ini merupakan tahap awal untuk mencari dan mengumpulkan informasi yang
diperlukan guna memecahkan suatu masalah.

b. Tahap inkubasi. Merupakan tahap diterimanya proses pemecahan masalah pada alam prasadat.

c. Tahap iluminasi (pencerahan). Tahap timbulnya inspirasi atau gagasan untuk memecahkan suatu
masalah.

d. Tahap verifikasi. Tahap untuk menguji ide atau kreasi dengan suatu kenyataan.

Gufron & Risnawati (2010) merumuskan pendapat McKinon, et al. (1974) tentang ciri-ciri pribadi yang
memiliki kreativitas, yaitu :

a. Cerdas. Individu yang kreatif umumnya memiliki kecerdasan yang tinggi.


b. Mandiri. Yaitu mampu berpikir dan bertindak mandiri.

c. Terbuka. Yaitu terbuka terhadap dunia luar dan mudah menerima masukan baik dari dalam maupun
luar dirinya.

d. Intuitif. Tidak hanya terpaku pada sesuatu yang tampak, tetapi juga selalu berusaha untuk menangkap
isi yang terkandung dan kemungkinan apa yang terjadi.

e. Menjunjung tinggi teori dan estetika. Dengan ingin mengetahui kebenaran dibalik apa yang tampak
serta menjunjung tinggi nilai estetika untuk menyelesaikan masalah sehingga penyelesaiannya menjadi
luwes dan indah.

f. Berani dan teguh hati. Memiliki sikap yang menonjol, yaitu keberanian melawan anggapan umum
dengan mengkhayalkan hal yang mustahil, berani menantang dengan pandangan masyarakat, memiliki
keteguhan hati dalam berprinsip serta berani menjadi dirinya sendiri.

Karakteristik individu kreatif

Untuk dapat memahami karakteristik individu yang kreatif, maka di bawah ini dijelaskan 14 hal yang
mendukung kreativitas, seperti berikut.

a. Kesadaran dan kepekaan (senstivitas) terhadap masalah, individu yang kreatif memiliki kesadaran
tinggi dan kepekaan yang tajam terhadap lingkungan di mana ia berada, dibanding individu yang lain.

b. Ingatan (memory), individu yang kreatif memiliki daya ingat yang menonjol, ingatan jangka panjang
yang baik, menyimpan banyak informasi untuk menghasilkan ide-ide kreatif.
c. Kelancaran, individu yang kreatif mempunyai kemampuan untuk membangkitkan sejumlah ide besar
dengan mudah.

d. Fleksibilitas, individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk membangkitkan banyak ide.

e. Disiplin dan keteguhan diri, individu yang kreatif tidak saja mengembangkan ide-ide baru, tetapi
bekerja keras dan teguh untuk mengembangkannya.

f. Keaslian, individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk menghasilkan ide-ide, cara pemecahan
masalah, dan menggunakan hal-hal atau situasi dengan cara yang luar biasa.

g. Penyesuaian diri (adaptasi), individu yang kreatif terbuka terhadap pengalaman baru.

h. Permainan intelektual, individu yang kreatif memiliki kesukaan menggali ide-ide untuk kepentingan
mereka sendiri.

i. Humor, individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk bereaksi secara spontan terhadap
kejanggalan makna atau pelaksanaan.

j. Nonkonformitas, individu yang kreatif memiliki dorongan yang berbeda, berani mengambil resiko atas
kegagalan.

k. Toleran terhadap ambigius, individu yang kreatif secara aktif mengusahakan ketidakpastian
kompleksitas dan ketidakteraturan dijadikan tantangan untuk menghasilkan kepuasan.

l. Kepercayaan diri, individu yang kreatif memiliki kepercayaan diri dalam dirinya yang berharga
terhadap karyanya dan sebuah pengertian tentang misi atau keharusan.
m. Skeptisisme, individu yang kreatif skeptis terhadap ide-ide yang diterima dan sering memainkan
(pembelaan yang menentang apa yang dianggap baik) serta mempersoalkan fakta-fakta atau dugaan-
dugaan.

n. Intelegensi, individu yang kreatif memiliki IQ di atas rata-rata


Hubungan intelengesia dan kreativitas

Hubungan intelengesia dan kreativitas

Kreativitas berkembang karena dipengaruhi oleh faktor dominan intelegensi. Orang yang kreatif,
umumnya memiliki tingkat intelegensi yang tinggi atau orang yang intelegensinya tinggi, umumnya
memiliki kreativitas yang tinggi pula. Dengan demikian antara intelegensi dan kreativitas memiliki
hubungan yang erat.

Faktor yang memengaruhi intelegensi dan kreativitas

a. Faktor intrinsik, seperti intelegensi, bakat, minat, kepribadian, dan perasaan.

b. Faktor ekstrinsik, seperti adat istiadat, sosial-budaya, pendidikan, dan lingkungan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Ambalie (1983) sebagaimana dikutip oleh Gufron &
Risnawati (2010) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah :

a. Kemampuan kognitif. Adalah kemampuan yang terkait dengan pendidikan formal dan informal
individu, yang mempengaruhi

b. keterampilan sesuai dengan masalah dan bidang yang dihadapi. Disiplin. Individu yang disiplin mampu
mandiri dan memecahkan masalah melalui ide – ide yang kreatif sehingga tidak mudah

c. frustasi. Motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik berasal dari dalam diri individu yang memengaruhi
kreativitas dengan cara membangkitkan semangat untuk belajar sebanyak – banyaknya serta menambah
pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan

d. permasalahan yang dihadapi.


Halangan untuk kreativitas

Belahan otak manusia mempunyai fungsi berbeda. Belahan otak kanan berfungsi untuk tingkah laku
kreatif, yaitu kemampuan mengembangkan ide-ide dan memvisualisasikan, sedangkan belahan otak kiri
untuk pemikiran yudisial, menganalisa, membandingkan, dan memilih. Hambatan untuk
mengembangkan kreativitas umumnya karena faktor kebiasaan.

Menurut James L. Adam yang dikutip James R. Evans, menyebutkan empat faktor yang menjadi
halangan terhadap kreativitas, yaitu sebagai berikut.

a. Halangan perceptual, yaitu halangan yang mencegah individu menerima dengan jelas suatu masalah
atau informasi, sehingga kemampuan memecahkan masalah terganggu.

b. Halangan emosional, yaitu halangan karena:

1) takut membuat kesalahan atau mengambil resiko;

2) ketidakmampuan mentoleransi ambiugitas, kebutuhan akan keamanan, dan keteraturan;

3) acuan menilai ide-ide daripada membangkitkan dan mengembangkannya;

4) ketidakmampuan bersikap santai dan melupakan masalah untuk sementara waktu;

5) terlalu bermotivasi untuk berhasil dengan cepat;

6) kurang kontrol imajinatif;


7) ketidakmampuan membedakan realitas dan fantasi.

c. Halangan budaya dan lingkungan, yaitu halangan yang diperoleh dari unsur-unsur dan pola-pola
budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat, dalam bentuk larangan atau tabu.

d. Halangan intelektual dan ekspresi, yaitu halangan yang berkaitan dengan taktik mental yang tidak
efisien atau kurangnya bahan intelektual.

Faktor yang menentukan kreativitas

a. Pengetahuan

b. Imajinasi dan

c. Evaluasi1).

Penerapan kreativitas dalam Keperawatan

Dengan memahami teori kretivitas dan integelensi, seorang perawat dapat introfeksi diri, sejauh
mana kreativitas dan intelegensi kreatifitas yang dimiliki dirinya. Dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien yang memiliki keunikan, intelegensi dan kreativitas yang berbeda-beda,
hendaknya masalah intelegensi dan kreativitas pasien perlu dipahami agar asuhan keperawatan yang
diberikan betul-betul dapat memuaskan pasien.

Cara memotivasi kreativitas

a. Menguasai teori Problem Solving

b. Memancing agar seseorang menjadi ingin tahu.

c. Introspeksi diri

d. Tanggung jawab.1)
Peran Psikologi Dalam Keperawatan

Kenapa dalam ilmu keperawatan membutuhkan peranan psikologi? Jelaskan dan berikan contoh kasus.

Jawab: Karena psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan manusia dan profesi
keperawatan juga berhubungan erat dengan manusia yang kondisi fisiknya sakit dan otomatis secara
psikis juga sakit.

Berikut peranan psikologi dalam keperawatan:

1. Terjalinnya hubungan interpersonal.

Hubungan interpersonal didukung oleh keterbukaan perawat. Perawat membuka diri tentang
pengalaman yang berguna untuk terapi klien. Tukar menukar pengalaman ini memberikan keuntungan
pada klien untuk mendukung kerjasama dan member dukungan. Melalui penelitiaan ditemukan bahwa
peningkatan keterbukaan antara perawat dan klien menurunkan tingkat kecemasan perawat dan klien.
(Johnson,dikutip oleh Stuart dan Sundeen,1987,hl.134).

Tujuan terjalinnya hubungan interpersonal antara lain:

a. Menyenangkan hati klien.

b. Mengetahui dan mengerti pembicaraan.

c. Memberikan rasa puas pada klien.

d. Memberikan rasa aman pada pembicara.

e. Menunjukkan rasa saling percaya.

f. Menghargai pembicaraan.

2. Komunikasi yang baik antara perawat dengan klien (empathy).

Rasakan apa yang dirasakan klien. Perawat yang merasakan apa yang dirasakan klien akan mampu
mengkomunikasikan dengan seluruh sikap tubuhnya kepada klien. Perawat menyampaikan bahwa ia
sungguh mengerti perasaan,tingkah dan pengalaman klien,dan mengkomunikasikan pengertian itu
kepada klien. Sehingga klien merasa bahwa ia dimengerti.

Melalui penelitian,Mansfield (dikutip oleh Stuart dan Sundeen 1987,hl.129) mengidentifikasi perilaku
verbal dan non verbal yang menunjukkan tingkat empati yang tinggi sebagai berikut:

a. Memperkenalkan diri dengan klien.

b. Kepala dan badan membungkuk kearah klien.

c. Respon verbal terhadap pendapat klien,khususnya pada kekuatan dan sumber daya klien.

d. Kontak mata dan respon pada tanda non verbal klien,misalnya nada suara,gelisah,ekspresi wajah.

e. Tunjukkan perhatian,minat,kehangatan melalui ekspresi wajah.

f. Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal.

3. Adanya rasa saling percaya antara perawat dan klien.

Rasa saling percaya sangat dibutuhkan guna tercipta rasa percaya bahwa segala yang dilakukan perawat
adalah untuk kesembuhan,kenyamanan dan keamanan klien sehingga tidak terjadi salah paham antara
tugas-tugas perawat pada klien. Selain itu antara perawat dank lien dapat tercipta kedekatan layaknya
keluarga sendiri. Hal ini berguna agar tercipta rasa nyaman dan aman pada klien.

4. Adanya motivasi yang muncul dari perawat untuk mempercepat kesembuhan klien.

Motivasi yang datang dari perawat untuk klien antara lain:

a. Menghindari sikap negatif.

Contoh : – Menyatakan hal-hal yang dapat menimbulkan kekhawatiran dan keputusasaan.

– Menyinggung pasien.

– Berkata kasar.

– Merasa jijik atau aneh.

b. Menghibur klien.
Contoh : – Menjaga selera humor.

– Mengajak klien untuk bersenda gurau.

c. Meyakinkan kesembuhan klien.

Contoh :- Berdo’a untuk kesembuhan klien.

– Menyapa dengan senyuman.

Contoh kasus: Apabila kita akan melakukan tugas kita sebagai perawat pada klien yang belum kita
kenal,tentunya kita harus memperkenalkan diri kita terlebih dahulu. Apabila nama telah tercantum pada
biodata klien maka lebih baiknya kita menyapa dengan memakai nama klien,hal ini bisa membuat klien
merasa dikenal secara pribadi.

Contoh : – “ya Ruslan”.

– “selamat pagi bapak Rudi”.

Dilanjutkan dengan menawarkan diri.

Contoh : – “apakah ada yang bisa saya bantu?”

– “saya bisa menemani mu sampai anakmu datang”.

– “kita bisa duduk disini,Anda tidak perlu bicara kecuali anda mau”.

– “saya akan mendo’akan anda”.

Menanggapi keluhan klien.

Contoh : klien : Saya muntah tadi pagi.

Perawat : Apakah itu setelah sarapan pagi? atau

Kapan hal ini terjadi?

Menghibur klien.

Contoh : – “anda kelihatan segar hari ini”.

– “nampaknya keadaan anda rileks”.


– “segar sekali anda saat ini”.

Memberi perhatian.

Contoh : – “ada apa?”

– “apa yang terjadi?”

– “bagaimana perasaanmu tentang hal ini?”

Menanggapi keluhan.

Contoh : klien : Saya tidak bisa tidur.

Perawat : Kau kesulitan untuk tidur? Atau

Ada apa sehingga kau tidak bisa tidur?

Pada dasarnya, psikologi merupakan ilmu yang luas dan dapat digunakan dalam berbagai profesi, salah
satunya keperawatan. Tak banyak orang tahu bahwa sikap “caring” yang seharusnya ditunjukkan
perawat pada pasien merupakan salah satu hal terpenting, sebab selain pasien merasa nyaman, juga
membantu memberikan social support pada pasien. Mengingat pentingnya hal tersebut, Magister
Psikologi Sains Universitas Surabaya (Ubaya) mengadakan seminar bertajuk “Peran Caring dalam
Psikologi Keperawatan” dengan menghadirkan Dekan Fakultas Psikolgi Ubaya, Prof. Dr. Yusti Probowati
Rahayu, Psikolog, sebagai pembicara.

“Perawat memberi peran yang sangat penting bagi pasien. Betapa pentingnya peran perawat, karena
mereka yang secara intens bertemu dengan pasien, dari pagi hingga malam hari. Lain halnya dengan
dokter yang hanya sebentar bertemu pasien pada jadwal jaganya,” ujar Yusti.

Tugas dari perawat sendiri ada dua macam, yaitu curing (memberikan pengobatan yang sifatnya medis)
dan caring(memberikan pendampingan). Menurut ibu dua anak ini, seseorang yang mengalami sakit
fisik, secara otomatis orang tersebut juga bermasalah dengan psikisnya. Pada dasarnya, kedua hal itu
tidak dapat dipisahkan dari seorang pasien. Lalu yang tak kalah penting, pada akhir sesi satu, ditekankan
bahwa seseorang yang berprofesi melayani masyarakat seperti perawat, harus memiliki kecerdasan
emosi.
Aspek-aspek kecerdasan emosi ada lima, yakni:

1) mengenali emosi diri,

2) mengelola emosi,

3) mengenali emosi orang lain,

4) memotivasi diri sendiri, dan

5) menjalin relasi dengan orang lain.

Sebagai contoh, ketika seorang perawat memiliki kecerdasan emosi yang baik, ia mampu mengenali
perasaan pasien, seperti mengapa pasien murung dan bagaimana cara menghadapinya. Selain itu,
diperlukan pula kecerdasan spiritual agar seseorang mampu memaknai profesinya secara positif,
sehingga senantiasa ikhlas menjalani profesinya.

Sebagai seorang perawat, hendaknya kita senantiasa mendengarkan keluhan-keluhan atau perkataan
pasien, menunjukkan penerimaan (accepting), memberi informasi, dan memberi reward seperti pujian,
jika pasien mampu melakukan sesuatu yang kita inginkan, misalkan saja pasien mau meminum obatnya.
Setelah kita mampu melakukan hal tersebut, alangkah lebih baik jika mampu menguasai teknik
berkomunikasi verbal berupa perkataan, dan non verbal berupa kontak fisik (jabat tangan, memegang
pundak) serta ekspresi wajah.
(Saambungan dari ) "Intelegensi"

Penerapan Intelegensi dalam Keperawatan

Dengan memahami teori integelensi, seorang perawat dapat introfeksi diri, sejauh mana
intelegensi kreatifitas yang dimiliki dirinya. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang
memiliki keunikan, intelegensi dan kreativitas yang berbeda-beda, hendaknya masalah intelegensi dan
kreativitas pasien perlu dipahami agar asuhan keperawatan yang diberikan betul-betul dapat
memuaskan pasien.1).P.191 Seperti :

1.Terjalin hubungan interpersonal,

Hubungan interpersonal didukung oleh keterbukaan perawat. Perawat membuka diri tentang
pengalaman yang berguna untuk terapi klien. Tukar menukar pengalaman ini memberikan keuntungan
pada klien untuk mendukung kerjasama dan member dukungan. Melalui penelitiaan ditemukan bahwa
peningkatan keterbukaan antara perawat dan klien menurunkan tingkat kecemasan perawat dan klien.
(Johnson, dikutip oleh Stuart dan Sundeen,1987,hal134).

Tujuan terjalinnya hubungan interpersonal antara lain :

a. Menyenangkan hati klien.

b. Mengetahui dan mengerti pembicaraan klien.

c. Memberikan rasa puas kepada klien.

d. Memberikan rasa aman pada pembicara.

e. Menunjukkan rasa saling percaya.

f. Menghargai pembicaraan.

2. Komunikasi yang baik antara perawat dengan klien(empathy).

Rasakan apa yang dirasakan klien. Perawat yang merasakan apa yang dirasakan klien akan mampu
mengkomunikasikan dengan seluruh sikap tubuhnya kepada klien. Perawat menyampaikan bahwa ia
sungguh mengerti perasaan,tingkah dan pengalaman klien,dan mengkomunikasikan pengertian itu
kepada klien. Sehingga klien merasa bahwa ia dimengerti. Melalui penelitian,Mansfield (dikutip oleh
Stuart dan Sundeen 1987,hl.129) mengidentifikasi perilaku verbal dan non verbal yang menunjukkan
tingkat empati yang tinggi sebagai berikut :

a. Memperkenalkan diri dengan klien.

b. Kepala dan badan membungkuk kearah klien.

c. Respon verbal terhadap pendapat klien,khususnya pada kekuatan dan sumber daya klien.
d.Kontak mata dan respon pada tanda non verbal klien,misalnya nada suara,gelisah,ekspresi wajah.

e. Tunjukkan perhatian, minat, kehangatan melalui ekspresi wajah.

f.Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal.

3. Adanya rasa saling percaya antara perawat dan klien.

Rasa saling percaya sangat dibutuhkan guna tercipta rasa percaya bahwa segala yang dilakukan
perawat adalah untuk kesembuhan,kenyamanan dan keamanan klien sehingga tidak terjadi salah paham
antara tugas-tugas perawat pada klien. Selain itu antara perawat dank lien dapat tercipta kedekatan
layaknya keluarga sendiri. Hal ini berguna agar tercipta rasa nyaman dan aman pada klien.

4. Adanya motivasi yang muncul dari perawat untuk mempercepat kesembuhan klien.

Motivasi yang datang dari perawat untuk klien antara lain :

a. Menghindari sikap yang negatif

b. Menghibur klien

c. Meyakinkan kesembuhan klien

Konsep dan Teori Bakat

Menurut William B. Micheel(1960), “ Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu
yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal tersebut ” (Notoadmodjo,1997). Guilford
(1959) menyatakan bahwa “ Bakat bertalian dengan kecakapan untuk melakukan
sesuatu”(Notoadmodjo,1997). Bkat merupakan suatu kondisi atau suatu kualitas yang dimiliki individu,
yang memungkinkan individu itu untuk berkembang pada masa mendatang(Sukardi,1997). Menurut
Woordworth dan Marquis (1957),” Bakat adalah salah satu kemampuan manusia (achievement,capacity,
dan aptitude)’’ (Notoadmodjo,1997).

Bakat adalah taraf kecerdasan individu yang bersifat khusus dalam bidang atau pekerjaan tertentu.

a. Achievement = actual ability, dapat di ukur menggunakan tes tertentu.

b. Capacity = ability, tidak dapat di ukur secara langsung.

c. Aptitude, kualitas psikis yang hanya dapat diungkapkan dengan tes.1).P.186-187

Faktor yang Mempengaruhi dan Menentukan Bakat


Faktor yang mempengaruhi bakat :

1. Genetik

2. Latihan

3. Struktur tubuh

Faktor yang menentukan bakat

Menurut Guilford (1959) yang kemudian dikutip oleh Notoatmodjo (2003), bakat berhubungan dengan
kecakapan tertentu untuk melakukan sesuatu.

Bakat mencakup dimensi perseptual,psikomotor, dan intelegensi.

a. Dimensi perseptual, merupakan kemampuan melakukan persepsi yang mencakup faktor kepekaan
indra, perhatian, orientasi ruang dan waktu, dan kecepatan persepsi.

b. Dimensi psikomotor, mencakup faktor kekuatan, impuls, kecepatan gerak, kecermatan, dan
koordinasi.

c. Dimensi intelektual, mencakup faktor ingatan, pengenalan, berpikir, dan evaluatif.1).P.187

Jenis Tes dan Pengukuran Bakat

Jenis tes bakat yang dapat digunakan adalah SAT (Scholastic Aptitude Examination) dan (Graduate
Record Examination)yaitu, tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang
tertentu.contohnya TPA(Tes Potonsi Akademi). Hasil kedua jenis tes ini adalah memperkirakan
keberhasilan studi di perguruan tinggi. Selain itu, terdapat jenis tes lain di antaranya DAT (Differential
Aptitude Test), FACT (Flanogol Aptitude Classification), dan GATB (General Aptitude Test
Battery).1).P.187

Penerapan Bakat dalam Keperawatan

Dengan memahami teori bakat, seorang perawat dapat introfeksi diri, sejauh mana bakat yang dimiliki
dirinya. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang memiliki bakat, keunikan,
intelegensi dan kreativitas yang berbeda-beda, hendaknya masalah intelegensi dan kreativitas pasien
perlu dipahami agar asuhan keperawatan yang diberikan betul-betul dapat memuaskan pasien
Unsur, Cara Memotivasi dan Karakter Individu yang Mendukung Kreativitas Individu yang kreatif
memiliki kreativitas dalam dirinya.

Lingkungan sosial.

Lingkungan sosial yang dimaksud adalah lingkungan yang tidak menimbulkan tekanan pada individu,
mis., pengawasan yang ketat, pembatasan, dan penilaian, dapat menghasilkan ide – ide kreativitas
dalam memecahkan suatu masalah.

Selanjutnya, Kuwato (1993) sebagaimana dikutip oleh Gufron & Risnawati (2010) menyebutkan bahwa
terdapat tiga faktor yang memengaruhi kreativitas, yaitu:

a. Inteligensi. Inteligensi adalah indikator kualitas berpikir individu yang diperlukan agar mampu
memecahkan masalah secara rasional. Misalnya, individu yang memiliki IQ di atas rata – rata akan lebih
berpikir kreatif dalam memecahkan masalah dibandingkan individu

b. yang memiliki IQ di bawah rata – rata. Kepribadian. kepribadian individu yang memiliki imajinasi,
banyak insiatif, minat yang luas, kebebasan berpikir, keingintahuan yang tinggi, keinginan memiliki
banyak pengalaman, semangat, percaya diri, energik, dan berani mengambil risiko berpengaruh besar

c. terhadap tumbuhnya kreativitas. Lingkungan. Lingkungan yang dapat mendukung dan memberikan
rasa aman, berupa lingkungan yang memberikan kebebasan sesuai norma dan etika yang berlaku di
masyarakat, saling menghargai satu dengan yang lain, dapat memberikan rangsangan tumbuhnya
kreativitas.

Unsur, Cara Memotivasi dan Karakter Individu yang Mendukung Kreativitas Individu yang kreatif
memiliki kreativitas dalam dirinya.

Unsur yang terkandung dalam kreativitas adalah pengetahuan, imajinasi dan evaluasi. Ada beberapa
cara individu untuk memotivasi kreativitas, yaitu dengan menguasai teori problem solving (pemecahan
masalah), memancing agar seseorang menjadi ingin tahu, melakukan instropeksi diri dan bertanggung
jawab.
Selanjutnya, Evans (1994) mengungkapkan bahwa terdapat empat belas kharakteristik individu yang
mendukung kreativitas, yaitu :

a. Kesadaran dan kepekaan terhadap masalah. Individu yang kreatif memiliki kesadaran tinggi dan
kepekaan yang tajam terhadap lingkungan tempat dia berada dibandingkan individu lain. Ingatan
(memori).

b. Memiliki daya ingat yang menonjol dan ingatan jangka panjang yang baik serta dapat menyimpan
banyak informasi untuk menghasilkan ide-ide kreatif

c. . Kelancaran. Individu yang kreatif memiliki memiliki kemampuan untuk membangkitkan sejumlah ide
besar dengan mudah

d. Fleksibilitas. Memiliki kemampuan untuk membangkitkan banyakide

e. Disiplin dan keteguhan diri. Individu yang kreatif tidak hanya dapat mengembangkan ide-ide baru,
tetapi juga dapat bekerja keras dan berteguh hati untuk mengembangkannya.

f. Keaslian. Individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk menghasilkan ide-ide luar biasa,
memecahkan masalah dengan cara luar biasa dan menggunakan hal-hal atau situasi dengan cara yang
luar biasa.

g. Kemampuan menyesuaikan diri. Individu yang kreatif terbuka untuk pengalaman baru.

h. Permainan intelektual. Individu yang kreatif memiliki kesukaan menggali ide untuk kepentingan
mereka sendiri Humor.
i. Memiliki kemampuan untuk bereaksi secara spontan terhadap kejanggalan makna dan
pelaksanaannya Nonkorfamitas.

j. Individu yang kreatif memiliki dorongan yang berbeda dan berani mengambil dibandingkan individu
konformitas. resiko atas kejanggalan Toleran terhadap ambiguitas.

k. Individu yang kreatif secara aktif mengusahakn ketidakpastian, kompleksitas, ketidakteraturan, baik
untuk tantangan yang hadir maupun demi kepuasan yang akan dihasilkan apabila situasi dapat
dipecahkan.

Kepercayaan diri. Memiliki kepercayaan diri yang berasal dari dalam dirinya yang berharga terhadap
karya mereka. Skeptisme. Memiliki skeptis terhadap ide-ide yang diterima dan sering memainkan devil
advocant ( pembelaan yang menentang apa yang dianggap baik) serta mempersoalkan fakta-fakta dan
dugaan. Intelegensi. Individu yang kreatif memiliki IQ diatas rata-rata.

Halangan Kreativitas Adam (1983) yang dikutip oleh Evans (1994) menyebutkan bahwa terdapat empat
macam halangan terhadap kreativitas, yaitu :

1. Halangan persepsual, yaitu halangan yang mencegah individu pemecah masalah untuk menerima
secara jelas masalah itu sendiri atau informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah

2. tersebut. Halangan emosional, yaitu halangan karena takut membuat kesalahan atau mengambil
resiko, tidak mampu menoleransi

3. ambiguitas dan kebutuhan akan keamanan dan keteraturan. Halangan budaya dan lingkungan, yaitu
halangan yang diperoleh dari unsur dan pola-pola budaya yang hidup ditengah-tengah

4. masyarakat. Halangan intelektual dan ekspresi, yaitu halangan yang berkaitan dengan pilihan taktik
mentalyang tidak efisien atau kurangnya bahan intelektual.
Aspek Kreativitas Kreativitas dalam penerapannya memiliki beberapa aspek tertentu, Suharman (1998)
mengungkapkan bahwa aspek kreativitas menyangkut empat hal, yaitu:

a. Aktivitas berpikir, individu yang kreatif salah satunya ditentukan oleh aktivitas berpikir yang bersifat
kompleks karena berhubungan dengan perhatian, persepsi, ingatan, penalaran, pengambilan keputusan,
dan pemecahan masalah. imajiner, Menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru.

b. Individu yang kreatif yang selalu mampu menghubungkan dua atau lebih gagasan, menciptakan suatu
kombinasi dengan konsep yang ada dalam pikiran, atau mengubah cara pandang yang ada dengan cara
pandang baru.

c. Sifat baru atau orisinal. Individu yang kreatif mampu menciptakan produk baru yang belum pernah
diciptakan sebelumnya dan dapat dinikmati orang banyak.

d. Produk yang berguna atau bernilai. Individu yang kreatif dapat menciptakan karya baru yang
bermanfaat dan bernilai. Misalnya, karya baru digunakan lebih enak, mudah dipakai, memperlancar dan
mempercepat produktivitas kerja, pekerjaan, mendorong meminimalkan hambatan, menghasilkan
sesuatu lebih banyak dan lebih baik meningkatkan serta dapat

Hubungan Intelegensi dan Kreativitas

Kreativitas berkembang karena di pengaruhi faktor dominan inteligensi. Orang yang kreatif (absen b),
umumnya memiliki inteligensi tinggi, atau orang yang memiliki inteligensi tinggi umumnya memiliki
kreativitas tinggi pula. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa antara kreativitas dan inteligensi
memiliki hubungan yang sangat erat dan sangat berkaitan. Sehubungan dengan hal itu, ada dua faktor
yang memengaruhi inteligensi dan kreativitas, yaitu faktor yang datang dari dalam diri individu (faktor
intrinsik) dan faktor yang datang dari luar individu (faktor ekstrinsik). Faktor intrinsik meliputi inteligensi,
bakat, minat, kepribadian, dan perasaan. Sementara itu, faktor ekstrinsik meliputi adat – istiadat, sosial
– budaya, pendidikan, dan lingkungan.

Intelegensi dan Kreativitas dalam Keperawatan Saat ini, perkembangan ilmu teknologi dan informasi
terlihat begitu pesat sehingga memiliki implikasi yang sangat besar terhadap kehidupan individu.
Masalah yang dihadapi individu semakin kompleks dan menuntut pemecahan masalah serta
pengambilan keputusan yang tepat. Demikian pula, perkembangan ilmu dan teknologi di bidang
kesehatan pada umumnya dan keperawatan pada khusunya, juga sangat berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan kesehatan dan keperawatan.

Disamping itu, hubungan perawat dengan pasien, keluarga dan masyarakat; perawat dengan dokter,
perawat dengan tenaga kesehatan lainnya tidak jarang menimbulkan permasalahan bagi seorang
perawat. Sehubungan dengan itu, seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan sering
berhadapan dengan berbagai masalah yang harus dipecahkan sehingga diperlukan pengambilan
keputusan yang tepat guna memberikan pelayanan yang memberi kepuasan kepada pasien, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.

Oleh sebab itu, dengan memahami teori inteligensi dan kreativitas, seorang perawat dapat melakukan
introspeksi diri mengenai tingkat inteligensi dan kreativitas yang dimiliki dirinya. Perawat yang tingkat
inteligensi dan kreativitasnya tinggi (absen a), akan dengan mudah memecahkan masalah dan
mengambil keputusan yang tepat.

Sebaliknya, perawat yang taraf inteligensi dan kreativitasnya dibawah rata – rata, akan mengalami
hambatan dalam menghadapi masalah. Atas dasar itu, kerja sama tim dan sikap bahu – membahu
sangat diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien karena dapat saling menutup
kekurangan dan kelebihan masing – masing sehingga pada akhirnya akan memberikan kepuasan kepada
pasien, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Selain itu, perawat sering menghadapi hambatan dalam
berkomunikasi, memberi nasehat, memberikan pendidikan kesehatan, dan memberikan perintah pada
pasien.

Pasien adalah manusia yang memiliki keunikan sehingga inteligensi dan kreativitas yang dimilikinya juga
berbeda – beda. Karena itu, hendaknya perawat memahami tingkat intelegensi dan kreativitas pasien
yang di rawatnya agar asuhan keperawatan yang mereka berikan tepat sasaran, dan akhirnya dapat
memberikan kepuasan pada pasien

Anda mungkin juga menyukai