Anda di halaman 1dari 16

Definisi Problem Solving

Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan
teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001)
"konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi
sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain.”

Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan
memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang
tepat dan cermat. Proses problem solving memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam
mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori,
atau kesimpulan. Dengan kata lain, problem solving menuntut kemampuan memproses informasi untuk
membuat keputusan tertentu (Hidayati, 2006).

Problem solving bukan perbuatan yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks daripada yang diduga.
Problem solving memerlukan keterampilan berpikir yang banyak ragamnya termasuk mengamati,
melaporkan, mendeskripsi, menganalisis, mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik, meramalkan,
menarik kesimpulan, dan membuat generalisasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan diolah.
Untuk memecahkan masalah kita harus melokasi informasi, menampilkannya dari ingatan lalu
memprosesnya dengan maksud untuk mencari hubungan, pola, atau pilihan baru.

Problem solving atau pemecahan masalah oleh Evans (1991) didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang
berhubungan dengan pemilihan jalan keluar atau cara yang cocok bagi tindakan dan pengubahan kondisi
sekarang (present state) menuju kepada situasi yang diharapkan (future state atau desire goal).
Sedangkan menurut Hunsaker, problem solving atau pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu
proses penghilangan perbedaan atau ketidak-sesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil
yang diinginkan (Hunsaker, 2005).

Problem solving atau pemecahan masalah melibatkan membandingkan hal-hal, tetapi selalu ditujukan
untuk datang ke semacam solusi. Satu hal yang kita tahu tentang pemecahan masalah adalah bahwa hal
itu biasanya jauh lebih sulit bagi orang untuk melakukan ketika masih dalam bentuk abstrak.
Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making),
yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan
keputusan yang tidak tepat, akan mempengaruhi kualitas hasil dari pemecahan masalah. Secara umum
dikemukakan bahwa problem timbul apabila ada perbedaan atau konflik antara keadaan satu dengan
lain dalam rangka untuk mencapai tujuan, atau juga sering dikemukakan apabila ada kesenjangan antara
das Sein dan das Soilen. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam problem solving adalah
directed, yang mencari pemecahan dan dipacu untuk mencapai pemecahan masalah tersebuti
Faktor yang mempengaruhi kemampuan Pemecahan Masalah dan Teknik Pemecahan Masalah yang
Cepat-Tepat-Efektif-Efisien

Faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah Menurut Ormrod (2003), kemampuan
seseorang dalam menyelesaikan masalah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:

1. Kemampuan memori. Mengingat dalam memecahkan masalah diperlukan kemampuan untuk


mengaitkan berbagai informasi, maka memori memegang peranan yang penting.

2. Pemberian makna pada masalah. Masalah akan lebih mudah dipahami jika direpresentasikan secara
bermakna. Dengan pemahaman akan masalah yang lebih baik, akan mempengaruhi keberhasilan
pemecahan masalah.

3. Pemahaman individu akan informasi yang relevan dengan masalah. Semakin baik pemahaman
seseorang akan berbagai informasi yang terkait dengan masalah, maka akan semakin memungkinkan
bagi individu tersebut untuk mencari berbagai alternatif penyelesaian masalah.

4. Kemampuan memanggil kembali informasi dari memori jangka panjang. Hal ini akan terkait dengan
pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang. Jika seorang individu mampu memanggil kembali
informasi dari memori jangka panjang, maka tentunya akan membantu individu tersebut
mengelaborasikan informasi itu untuk digunakan dalam upaya pemecahan masalah.

5. Proses metakognitif, yaitu pemahaman akan kemampuan kognitif dan upayanya dalam
mengoptimalkan kemampuan tersebut. Individu yang memahami bagaimana kemampuan kognitif yang
dimiliki dan bagaimana mengoptimalkannya cenderung memiliki kemampuan menyelesaikan masalah
yang lebih memadai.

Teknik Pemecahan Masalah yang Cepat-Tepat-Efektif-Efisien

Pemecahan masalah intinya adalah menetapkan keputusan atau decision making (DM) yang merupakan
salah satu fungsi berpikir atau hasil berpikir. Pemecahan masalah adalah hasil usaha intelektual,
keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif dan keputusan selalu melibatkan tindakan
nyata sekalipun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.

Decision making biasanya dibarengi dengan prasyarat yaitu, cepat, tepat, efektif, efisien, dan tidak
menimbulkan konflik supaya pengambilan keputusan dapat efektif. Hal-hal yang menunjang decision
making, antara lain sebagai berikut.

a. Mengerti akan konsep perkembangan bicara yaitu bicara otomatis, berbahasa karena berbicara, atau
menggunakan bahasa sebagai alat. Adapun tugas pokok perkembangan bicara di antaranya mengerti
pembicaraan, menambah perbendaharaan kata, menyusun kata-kata, dan pengucapan yang benar.
Mengerti akan konsep bahasa, yaitu bahasa dalam hubungannya dengan perkembangan berbicara yang
berfungsi sebagai instrumen, regulasi, interpersonal, personal, heuristik (absen b), imaginatif, dan
informatif. Berbicara dan atau berbahasa dapat dilakukan secara lisan, tulisan atau isyarat. Manusia
mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara tertentu dan setiap cara berbicara memberikan
maksud tersendiri atau pesan paralinguistik.

b. Pengertian bahasa atau definisi fungsional bahasa adalah alat yang dimiliki bersama untuk
mengucapkan gagasan. Definisi formal, bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan yang dapat
dibuat menurut peraturan tata bahasa. Perkembangan bahasa merupakan proses yang majemuk, yaitu
membantu mengorganisasi persepsi, mengarahkan berpikir, mengontrol tindakan, membantu memori,
dan mengubah emosional.

c. Dapat mengerti hubungan antara berpikir, berbahasa, dan berbicara. Di sini terjadi proses kerja otak
dalam bentuk pikiran yang diproses ke dalam bahasa dan direalisasikan dalam berbicara.

Secara alur keterkaitan, hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Rangsangan stimuli → Diterima reseptor panca indra → Pusat Otak (SSP) → Pemecahan
masalah dan pengambilan
keputusan


Berkomunikasi interaktif, berealisasi dan bersosialisasi ← Berbicara dengan bahasa

Gambar 3. Proses belajar, berpikir dan pemecahan masalah secara kreatif


Metode Pemecahan Masalah

Pada dasarnya tata cara, prosedur atau strategi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah ada
dua macam:

1. Algoritma

Suatu perangkat aturan atau tata cara yang apabila aturan ini diikuti dengan benar makan akan ada
jaminan adanya pemecahan terhadap masalah. Strategi ini dijalankan tanpa pengetahuan khusus yang
dapat membimbing seseorang ke arah pemecahan masalah. Cara ini boleh dikatakan trial and error
secara buta. Dalam hal ini terdapat dua macam bentuk, yaitu:

a. Penemuan acak tidak sistematis (unsystematic random search)

Cara ini ditempuh dengan mencoba semua jalan, sehingga dapat terjadi pencarian dua kali atau lebih
pda jalan atau cara yang sama.

a. Penemuan acak sistematis (systematic random search)

Setiap jalan atau cara yang pernah ditempuh dicatat, sehingga tidak akan terjadi pengulangan pada cara
yang sama yang dianggap tidak berhasil.

Metode penemuan secara acak hanya efisien pada ruang masalah yang sempit, sementara ruang
permasalahan yang luas dan barangkali lebih tepat jika digunakan pendekatan heuristik.

2. Heuristik

Pendekatan heuristik dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan pengetahuan seseorang untuk
mengeidentifikasi sejumlah jalan atau cara yang akan ditempuh dan dianggap menjanjikan bagi
penemuan pemecahan suatu masalah. Ada beberapa metode dalam pendeaetan heuristik yaitu:

a. Proximity Methods

Seseorang menempuh jalan atau cara yang dipersepsi lebih mendekati tujuan yang diinginkan.

b. Analogi

Analogi dapat dilakukan dengan cara membandingkan pola masalah yang tengah dihadapi dengan pola
masalah serupa yang pernah dialami baik oleh orang yang bersangkutan atau orang lain.

c. Maching

Cara ini hampir sama dengan metode kedekatan. Seseorang memahami situasi yang tengah dihadapi
dengan tujuan yang diinginkan. Lalu ia membandingkan dengan pengetahuan yang ada di ingatannya.

d. Generate-Test Method
Problem solving atau pemecahan masalah membutuhkan dua tahapan proses. Pertama, satu cara atau
strategi pemecahan yang paling memungkinkan dicari atau dihasilkan. Kedua, gagasan pemecahan yang
dihasilkan di uji apakah dapat berjalan dengan baik atau efektif. Jika belum berhasil, akan dicari cara
pemecahan lain yang paling memungkinkan kemudian diuji atau dipraktikkan. Demikian seterusnya
sampai diketemukan jalan pemecahan atas masalah itu.

e. Means-Ends Analysis

Orang yang menghadapi masalah mencoba membagi permasalahan menjadi bagian-bagian tertentu dari
permasalahan tersebut.

f. Backward Search

Strategi ini dilakukan dengan berjalan mundur. Dengan maksud meminta orang memulai pda tujuan
yang diinginkan (goal state) dan bergerak mundur ke belakang menuju pada keadaan yang dihadapi
semula (original state).

g. Forward Search

Strategi berjalan ke depan, sebagai kebalikan dari strategi berjalan mundur. Seseorang memulai dari
kenyataan yang dihadapi, kemudian secara bertahap bergerak menuju pada tujuan akhir yang
diinginkan.

Strategi Pemecahan masalah

Strategi untuk memecahkan masalah biasanya dikategorikan menjadi dua strategi, yaitu heuristik dan
algoritma (Best, 1999). Algoritma adalah prosedur yang memberikan jaminan adanya jawaban yang
benar dari sebuah masalah.

Algoritma ini mungkin tidak selalu efisien, namun biasanya selalu berhasil dalam menyelesaikan
masalah. Contoh dari algoritma ini adalah sistem prosedur, rumus dan sebagainya. Meskipun
merupakan jawaban pasti dari sebuah masalah, namun algoritma ini tidak selalu dapat digunakan,
terutama untuk masalah yang bersifat ill defined.

Hal ini mengingat pada masalah yang bersifat ill defined, ada berbagai macam alternatif pemecahan
masalah sehingga tentunya tidak memungkinkan ada suatu prosedur khusus yang menjamin
penyelesaian masalah. Dengan kondisi seperti ini, diperlukan suatu strategi yang disebut heuristik, yaitu
strategi yang terbentuk berdasarkan pengalaman dalam menyelesaikan masalah.
Strategi yang bersifat heuristik ini, biasanya bukan merupakan prosedur atau rumus yang baku, namun
lebih merupakan hasil kreativitas berdasarkan pengalaman. Strategi ini tidak menjamin tercapainya
penyelesaian masalah, namun seringkali membuat penyelesaian masalah menjadi lebih mudah dan lebih
cepat.

Bransford dan Stein (dalam Eggen & Kauchak, 1997) menjelaskan bahwa strategi umum dalam
memecahkan masalah terdiri dari 5 langkah, yaitu:

1. Identifikasi masalah. Langkah pertama dalam upaya memecahkan masalah ini kelihatannya adalah hal
yang sederhana, namun pada kenyataannya, memahami sebuah masalah adalah hal yang cukup
menantang mengingat untuk dapat memahami masalah diperlukan suatu daya kreativitas, ketahanan
dan kemauan untuk tidak terburu-buru dalam menyelesaikan masalah. Banyaknya aspek yang terkait
dengan masalah yang dihadapi terkadang ikut menyulitkan seorang individu dalam memahami suatu
masalah.

Ada beberapa kondisi yang membuat seorang individu mengalami kesulitan dalam identifikasi masalah,
diantaranya:

a. Kurangnya pengalaman dalam mengidentifikasi masalah. Seperti telah dijelaskan di awal, kemampuan
menyelesaikan masalah tampaknya baru sebatas pada masalah yang bersifat well defined, karena
masalah jenis inilah yang banyak dihadapi dan diajarkan cara penyelesaiannya di bangku sekolah.
Sementara untuk masalah yang bersifat ill defined, tampaknya masih cukup banyak yang kesulitan
dalam menyelesaikannya. Hal ini membuat pelajar atau mahasiswa akan merasa kesulitan
mengidentifikasi masalah yang serba tidak pasti ketika mereka menghadapi situasi nyata dalam
kehidupan.

b. Kurangnya pengetahuan yang terkait dengan masalah, sehingga menyulitkan individu dalam
memahami masalah dan melihat alternatif solusi yang tepat untuk mengatasi masalah

c. Kecenderungan ingin cepat menemukan solusi, sehingga terkadang individu tidak sabar dan tidak mau
membuang waktu untuk memahami masalah dengan lebih komprehensif.
d. Kecenderungan berfikir konvergen, sehingga individu tidak dapat melihat berbagai kemungkinan
untuk memecahkan masalah. Cara berfikir konvergen ini dipengaruhi oleh kecenderungan individu
untuk melihat sebuah obyek hanya memiliki satu fungsi saja, sehingga tidak melihat adanya
kemungkinan fungsi yang lain.

2. Representasi masalah atau penggambaran masalah Representasi atau penggambaran masalah dapat
berupa secara sederhana membayangkan masalah yang ada, maupun menggunakan alat bantu seperti
grafik, gambar, daftar dan lain sebagainya. Representasi masalah ini akan membantu individu untuk
memberikan makna pada masalah tersebut, yang pada akhirnya akan membantu individu untuk
memahami masalah dengan benar.

3. Pemilihan strategi pemecahan masalah Untuk pemecahan masalah yang bersifat well defined, strategi
algoritma dapat dijadikan pilihan karena memberikan jaminan tercapainya penyelesaian masalah.
Namun untuk masalah yang bersifat ill defined, strategi heuristik akan lebih memberi kemungkinan
keberhasilan dalam menyelesaikan masalah. Beberapa strategi yang bersifat heuristik diantaranya
adalah:

a. Trial and error, yaitu dengan mencoba dan melihat hasilnya. Upaya ini tidak berdasarkan pada
prosedur atau aturan tertentu, namun lebih pada melihat dan mengevaluasi hasil dari apa yang telah
dilakukan.

b. Membagi masalah ke dalam sub tujuan dan memecahkannya satu demi satu. Dengan membagi
masalah ke dalam sub yang lebih kecil, akan lebih memungkinkan untuk mencapai pemecahan masalah
karena permasalahan yang harus diselesaikan menjadi lebih kecil lingkupnya dan menjadi lebih
sederhana.

c. Menggunakan analogi, yaitu upaya untuk memecahkan masalah yang kurang dipahami dengan
membandingkannya dengan masalah yang serupa yang pernah dipecahkan.

4. Implementasi strategi pemecahan masalah. Kunci keberhasilan dari implementasi strategi adalah
pemahaman yang benar tentang masalah. Jika dalam implementasi ini ada kesulitan, maka perlu dilihat
kembali apakah masalah yang dihadapi sudah dipahami dengan benar. Jika ada kesalahan, maka individu
tersebut perlu mulai lagi dari awal untuk mengidentifikasi dan memahami masalah dengan benar,
kemudian mencoba lagi strategi pemecahan masalah yang sesuai.
5. Evaluasi hasil Evaluasi hasil berarti evaluasi realitas, apakah strategi pemecahan masalah yang
diterapkan benar-benar sudah mengatasi masalah yang dihadapi.

Pada proses pemecahan masalah sangat ditentukan oleh kemampuan berpikir terarah, di sisi lain untuk
dapat memecahkan masalah diperlukan penyusunan strategi. Strategi umum dalam memecahkan
masalah atau persoalan adalah sebagai berikut.

a. Strategi menyeluruh, persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dicoba dipecahkan dalam
rangka keseluruhan. Cara ini lebih efektif, lebih cepat dan berguna apabila waktunya terbatas, karena
hal-hal yang sama pada beberapa bagian dapat diatasi sekaligus.

b. Strategi detailistis. Persoalan dibagi-bagi dalam bagian-bagian dan dicoba dipecahkan bagian demi
bagian.

Pada proses pemecahan masalah kadang ditemukan kesulitan. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh
berbagai hal sebagai berikut.

a. Cara pemecahan masalah yang berhasil cenderung dipertahankan pada persoalan berikutnya. Padahal
belum tentu persoalan tersebut dapat dipecahkan dengan cara yang sama.

b. Sempitnya pandangan, dalam memecahkan masalah seseorang yang hanya melihat ke satu jalan ke
luar. Akibatnya, akan mengalami kegagalan karena ia tidak dapat melihat adanya beberapa
kemungkinan jalan ke luar.

Selain hal tersebut, proses pemecahan masalah dipengaruhi oleh faktor- faktor seperti, motivasi,
kepercayaan dan sikap, serta kebiasaan dan emosi.
Problem Solving (Pemecahan Masalah) dalam Psikologi Kognitif

Dalam perkembangannya, istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu wilayah psikologi manusia
atau satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental
yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan menyangka,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan,
membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan termasuk kejiwaan yang berpusat di otak juga
berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.

Menurut penelitian bahwa tahap-tahap perkembangan individu atau pribadi serta perubahan umur
sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu. Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif
sebagai skemata (Schemas) yaitu kumpulan dari skema-skema. Skema berkembang secara kronologis
sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Dengan demikian seorang individu lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap
dibandingkan ketika ia masih kecil.

Pemantauan kognitif (cognitive monitoring) adalah proses pencatatan hal-hal yang sedang dikerjakan,
apa yang akan dikerjakan kemudian, dan seberapa efektif kegiatan mental tersebut berkembang.
Pemantauan kognisi selain untuk memahami dan memecahkan masalah sosial, juga penting dalam
memecahkan masalah yang berkaitan dengan aspek non sosial dari inteligensi.

Orang tua, guru, dan teman sebaya dapat menjadi sumber yang efektif untuk meningkatkan
pemantauan kognitif remaja. Pengajaran timbal balik adalah strategi pengajaran yang semakin banyak
dipakai. Sedangkan Pemrosesan informasi sosial memusatkan perhatian pada cara seseorang
menggunakan proses kognitifnya, seperti perhatian, persepsi, ingatan, pemikiran, penalaran, harapan
dan seterusnya untuk memahami dunia sosial mereka.

Berkaitan erat dengan keterampilan pengambilan keputusan yang tepat adalah berpikir kritis. Berpikir
kritis meliputi kemampuan seseorang untuk memahami makna yang mendalam dari suatu masalah,
keterbukaan pikiran terhadap berbagai pendekatan atau pandangan yang berbeda, dan menentukan
sendiri hal yang diyakininya. Agar pemikiran kritis dapat berkembang secara efektif, dibutuhkan dasar
yang kuat dalam hal keterampilan dan pengetahuan dasar di masa kanak-kanak.

Menurut Piaget, intelegensi terditri dari tiga aspek, yaitu:


1. Struktur (Scheme)

2. Isi (Content): pola tingkah laku spesifik ketika individu menghadapi masalah.

3. Fungsi (Fungtion). Dua macam fungsi invariant:

a. Organisasi: kecapkapan seseorang dalam menyusun proses-proses fisik dan psikis dalam bentuk
system-sistem yang saling berhubungan.

b. Adaptasi: penyesuaian diri indivdu terhadap lingkungannya. Proses terjadi adaptasi Dari skemata
telah terbentuk dengan stimulus baru yang dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Asimilasi: proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru ke dalam skemata yang telah
terbentuk/proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk mengatasi masalah dalam
lingkungannya.

2. Akomodasi: proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara
tidak langsung/proses perubahan respons individu terhadap stimuli lingkungan.

Dalam struktur kognitif setiap individu pasti ada keseimbangan antara asimilasi dengan akomodasi.
Keseimbangan ini agar dapat mendeteksi persamaan dan perbedaan yang terdapat pada stimulus-
stimulus yang dihadapi. Pada dasarnya pekembangan kognitif adalah perubahan dari keseimbangan
yang dimiliki keseimbangan baru yang diperolehnya.

Piaget mengindentifikasi empat factor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan anak, yaitu:

1. Kematangan

2. Pengalaman fisik/lingkungan

3. Transmisi social

4. Equilibrium : Mekanisme yang diajukan piaget untuk menjelaskan cara anak berpindah dari satu
tahap berpikir ke tahap berikutnya. Perpindahan terjadi ketika anak mengalami konflik kognitif atau
ketidakseimbangan. Akhirnya, anak menyelesaikan konflik dan mencapai keseimbangan atau
equilibrium pikiran.

Tahap-tahap Problem Solving

Pemecahan masalah sebagai teknik pengambilan keputusan, memiliki tahapan sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi dan mendefinisikan hakekat masalah, sehingga dapat menyajikan masalah dalam
bentuk yang lebih jelas, dalam bentuk yang operasional.

b. Melakukan pengumpulan dan pengolahan data atau informasi, agar masalah yang ditetapkan benar
adanya.

c. Mencari dan menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah, supaya memiliki banyak alternatif
guna menyelesaikan masalah tersebut.

d. Mengkaji berbagai alternatif pemecahan masalah. Hal ini penting dilakukan supaya dapat
menentukan alternatif mana yang paling baik untuk dilakukan.

e. Menentukan pilihan atas alternatif yang terbaik, berdasarkan hasil kajian.

f. Melaksanakan keputusan, yaitu melaksanakan alternatif pemecahan masalah yang sudah diputuskan,
dipilih untuk dilakukan.

g. Menilai, artinya memeriksa kembali, apakah hasil yang diperoleh itu benar, atau mungkin memilih
pemecahan masalah yang lebih baik lagi

Anda mungkin juga menyukai