Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
1. Teori Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan


menciptakan suatu hal baru,cara-cara baru, model baru, yang berguna bagi dirinya dan
masyarakat. Hal-hal baru itu tidak selalu sesuatu yang sama sekali tidak pernah ada sebelumnya,
unsur-unsurnya bisa saja telah ada sebelumnya, tetapi individu menemukan kombinasi baru,
konstruk baru yang memiliki kualitas yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Jadi, hal baru
itu adalah sesuatu yang bersifat inovatif. Kreativitas memegang peranan penting dalam
kehidupan dan perkembangan manusia. Kreativitas banyak dilandasi oleh kemampuan
intelektual, seperti intelegensi bakat dan kecakapan hasil belajar, tetapi juga didukung oleh
faktor-faktor afektif dan psikomotor.
Menurut David Campbell, Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menciptakan
hasil yang sifatnya baru, inovatif, belum ada sebelumnya, menarik, aneh dan berguna bagi
masyarakat.
Pengertian Kreativitas menurut para ahli lainnya :
1. Barron (1982 : 253)
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru
disini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-
unsur yang telah ada sebelumnya.
2. Guilford (1970 : 236)
Kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai cirri-ciri seorang kreatif.
3. Utami Munandar (1992 : 41)
Kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas
dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.
4. Rogers (1992 : 48)
Kreativitas adalah proses munculnya hasil-hasil baru dalam suatu tindakan.
5. Drevdahl (Hurlock; 1978 : 3)
Kreativitas adalah kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru
yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sentesis yang mungkin melibatkan
pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan
dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.
6. Torannce
Kreativitas adalah proses kemampuan individu untuk memahami kesenjangan-kesenjangan
atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru dan
mengkomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji
hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan.
Selain itu, pengertian kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru,
berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas (berpikir kreatif atau
berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia
menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya
adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Jadi,
secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai “kemampuan yang mencerminkan
kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinilitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.”
2. Teori Bakat

Renzulli (Munandar, 1999) mengungkapkan bahwa yang menentukan keberbakatan


seorang individu tidak hanya karena kemampuan umumnya berada di atas rata-rata, melainkan
juga kreativitas dan peningkatan diri terhadap tugas (task commitment). Munandar (Ali dan
Asrori, 2005) menegaskan bahwa bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan
yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan dan dilatih lebih
lanjut. Karena sifatnya yang masih potensial atau laten, bakat merupakan potensial yang masih
memerlukan pengembangan dan latihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud.
Semiawan (Ali dan Asrori, 2005) menyimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan
alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun
yang bersifat khusus. Bakat umum apabila kemampuan yang berupa potensi itu bersifat umum,
misalnya bakat intelektual umum, sedangkan bakat khusus apabila kemampuan yang berupa
potensi itu bersifat khusus, misalnya bakat akademik, bakat kinestetik, bakat seni, atau bakat
sosial.
Dengan bakat, memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang
tertentu. Tetapi, untuk mewujudkan bakat kedalam suatu prestasi diperlukan latihan,
pengetahuan, pengalaman, dan motivasi, Jika seseorang yang memiliki potensi bakat musik
tetapi tidak memperoleh kesempatan mengembangkannya, maka bakat tersebut tidak akan
berkembang dan terwujud dengan baik (menghasilkan prestasi). Sebaiknya anak yang pada
dasarnya memiliki bakat musik dan orang tuannya mendukung, ia akan mengusahakan agar
anaknya memperoleh pengalamn untuk mengembangkan bakatnya dan dengan motivasi yang
tinggi dapat berlatih sehingga bakatnya berkembang maksimal dan memperoleh prestasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, U.S Office of education menekankan bahwa anak
berbakat memerlukan pelayanan dan program pendidikan khususnya sesuai dengan potensi,
minat, dan kemampuan agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat dan
unruk pengembangan diri sendiri. Jadi, bakat adalah seberapa baik seseorang memiliki
kemampuan pada bidang pengetahuan atau keterampilan khusus dengan berlatih.Bakat dapat
dikembangkan secara maksimal melalui atihan dengan motivasi yang tinggi.selain itu,bakat di
tentukan oleh seberapa baik kemampuan umum,kreativitas,dan komitmensiswa dalam
menyelesaikan tugas. Bakat yang berkembang secara maksimal akan memberikan sumbangan
yang berati, baik untuk masyarakat maupun untuk pengembangan diri siswa yang bersangkutan.
B. Perkembangan
1. Perkembangan Kreativitas
a. Tahap sensorik – motorik ( 0 – 2 tahun)
Pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan
kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan-tindakan anak masih berupa tindakan-
tindakan fisik yang bersifat refleksif, pandangannya terhadap objek masih belum
permanen, belum memiliki konsep tentang ruang dan waktu, belum memiliki konsep
tentang sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan pengulangan reflek-
reflek, belum memiliki konsep tentang diri, ruang dan belum memiliki kemampuan
berbahasa.
b. Tahap Praoperasional ( 2 – 7 tahun)
Pada tahap ini kemampuan mengembangkan kreativitas sudah mulai tumbuh
karena anak sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memori
dan telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa lalu dan masa yang akan
datang, meskipun dalam jangka waktu yang pendek.

c. Tahap Operasional Konkrit ( 7 – 11 tahun)


Faktor-faktor yang memungkinkan semakin berkembangnya kreativitas itu
adalah:
1) Anak sudah mulai mampu untuk menampilkan operasi-operasi mental
2) Mulai mampu berpikir logis dalam bentuk yang sederhana
3) Mulai berkembang kemampuan untuk memelihara identitas-identitas diri
4) Konsep tentang ruang sudah semakin meluas
5) Sudah amat menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan masa yang akan
datang
6) Sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan
bantuan objek-objek konkrit.
d. Tahap Operasional Formal ( 11 tahun ke atas)
Ada beberapa faktor yang mendukung berkembangnya potensi kreativitas ini,
yakni :
1) Remaja sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara proposional
berdasarkan pemikiran logis
2) Remaja sudah mampu melakukan kombinasi objek-objek secara proporsional
berdasarkan pemikiran logis
3) Remaja sudah memiliki pemahaman tentang ruang relative
4) Remaja sudah memiliki pemahaman tentang waktu relative
5) Remaja sudah mampu melakukan pemisahan dan pengendalian variabel-variabel
dalam menghadapi masalah yang kompleks
6) Remaja sudah mampu melakukan abstraksi relative dan berpikir hipotesis
7) Remaja sudah memiliki diri ideal
8) Remaja sudah menguasai bahasa abstrak
2. Perkembangan Bakat
Bakat berkembang sebagai hasil interkasi dari faktor yang bersumber dari dalam diri
individu dan dari lingkungannya. Perkembangan bakat pada anak dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya :
a) anak itu sendiri. Misalnya anak tersebut tidak atau kurang berminat untuk
mengembangakn bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang termotivasi untuk mencapai
prestasi yang tinggi, atau mungkin pula mempunyai kesulitan atau masalah pribadi
sehingga ia mengalami hambatan dalam pengembangan diri dan berprestasi sesuai
dengan bakatnya.
b) Lingkungana anak. Misalnya orang tua si anak kurang mampu untuk menyediakan
kesempatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan, atau ekonominya cukup tinggi
tetapi kurang memberi perhatian terhadap pendidikan anak.
Pada dasarnya setiap orang memiliki bakat-bakat tertentu. Dua anak bisa sama-sama
mempunyai bakat melukis, tetapi yang satu lebih menonjol daripada yang lain bahkan
saudara sekandung dalam satu keluarga bisa memiliki bakat yang berbeda-beda. Anak yang
satu berbakat untuk bekerja dengan angka-angka, anak yang lain dalam bidang olah raga,
serta yang lainnya lagi berbakat menulis (mengarang).
C. Pengembangan
1. Pengembangan Kreativitas
Hayes (1978) menyatakan bahwa kreativitas dapat ditingkatkan dengan beberapa
cara :
a. Mengembangkan Pengetahuan Dasar
Semakin kaya latar belakang dalam bidang ilmu pengetahuan, literatur, seni, dan
matematika dapat memberikan informasi yang lebih banyak bagi orang kreatif untuk
memunculkan bakat-bakat kreatifnya. Sebelumnya telah disebutkan bahwa orang-orang
yang kreatif akan selalu mengumpulkan informasi dan menyempurnakan kemampuan
dasar mereka. Hasil penelitian tentang kreativitas pada seniman dan ilmuwan yang
dilakukan oleh Anna Roe (1946, 1953) menunjukkan bahwa sifat utama dari kedua
kelompok subjek tersebut adalah “bekerja keras”.
Apel jatuh mengenai kepala Newton menjadi inspirasi bagi Newton untuk
mengembangkan teori gravitasi. Dalam mengembangkan teorinya, Newton telah
mengumpulkan banyak informasi yang dapat digunakan sebagai pendukung teorinya.
b. Menciptakan Atmosfer yang Tepat untuk Kreativitas
Seperti contoh untuk beberapa tahun yang lalu teknik ‘brainstorming’ sedang
menjadi tren. Inti dari brainstorming adalah sekelompok orang dalam suatu kelompok
membuat ide sebanyak mungkin tanpa memberikan kritik pada anggota kelompok lainnya.
Cara ini dapat memunculkan banyak ide atau solusi, serta dapat digunakan untuk
memfasilitasi peningkatan kreativitas dan ide individu. Karena seringkali kita terhambat
oleh orang lain atau oleh ketidakleluasaan kita dalam memunculkan solusi yang tidak biasa.
c. Mencari Analogi
Beberapa studi menunjukkan bahwa orang sering tidak mengenali suatu
permasalahan baru yang sebenarnyahampir sama dengan permasalahan yang sudah mereka
ketahui bagaimana cara menyelesaikannya. Dalam memformulasikan suatu solusi yang
kreatif dalam suatu permasalahan, sangat penting untuk mengingat dan meninjau kembali
masalah yang hampir sama yang mungkin pernah ditemui.
Dalam konteks relasi dengan anak-anak kreatif Torrance (1977) menamakan relasi
bantuan dengan istilah “Creative relationship” yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Pembimbing berusaha memahami pikiran dan perasaan anak
b. Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya tanpa
mengalami hambatan
c. Pembimbing lebih menekan pada proses daripada hasil sehingga pembimbing dituntut
mampu memandang permasalahan anak sebagai bagian dari keseluruhan dinamika
perkembangan dirinya.
d. Pembimbing tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai tertentu kepada
anak.
e. Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak dan bukan
sebaliknya mencari-cari kelemahan anak.
2. Pengembangan Bakat

Ahli psikologi Abraham Maslow menemukan bahwa bakat yang terlahir dalam diri
seseorang pada suatu saat akan timbul sebagai suatu kebutuhan, dan perlu mendapatkan
perhatian serius. Karena itulah, bakat perlu perhatian serius dan jangan dianggap remeh. Bila
bakat seorang anak diperhatikan dengan serius, akan sangat baik demi kemajuan masa
depannya. Apalagi bila si anak anak sudah dibimbing pengembangan bakatnya sejak kecil.
Sebagai guru yang bertanggung jawab untuk perkembangan bakat sang anak. Harus
mengetahui hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk pengembangan bakat anak. Berikut
ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan bakat sang anak :
a) Perhatian
Setiap individu adalah unik karena itu setiap bakat perlu memperoleh perhatian khusus.
Sistem pendidikan yang menggunakan pola penyeragaman kurang baik untuk
digunakan. Cernatilah berbagai kelebihan, ketrampilan dan kemampuan yang tampak
menonjol pada anak.
b) Motivasi
Bantu anak dalam meyakini dan fokus pada kelebihan dirinya agar anak lebih percaya
diri. Dan tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa mereka bisa mencapainya.
c) Dukungan
Dukungan sangat penting bagi anak, selalu beri dukungan terhadap mereka dan
yakinkan mereka untuk tekun, ulet dan latihan terus menerus. Selain itu dukunglah
anak untuk mengatasi berbagai kesulitan dan hambatan dalam mengembangkan
bakatnya.
d) Pengetahuan
Perkaya anak dengan berbagai wawasan, pengetahuan, serta pengalaman di bidang
tersebut.
e) Latihan
Latihan terus menerus sangat baik untung perkembangan bakat anak agar bakat yang
dipunya oleh anak lebih matang. Alangkah baiknya bila anak diikutsertakan dengan
ekstra kurikuler atau beri kegiatan yang lebih agar anak bisa terus latihan dengan
bakatnya tersebut.
f) Penghargaan
Berikan penghargaan dan pujian untuk setiap usaha yang dilakukan anak.
g) Sarana
Sediakan fasilitas atau sarana yang menunjang dengan bakat anak.
h) Lingkungan
Lingkungan juga ikut mempengaruhi perkembangan bakat anak. Karena itu usahakan
anak selalu dekat dengan lingkungan yang mendukung bakat anak.
i) Kerjasama
Kerja sama antara orang tua, guru maupun anak sangat diperlukan mengingat waktu
anak di sekolah hanya sedikit dan waktu yang anak luangkan di rumah lebih banyak.
j) Teladan yang baik
Mengingat sikap anak yang selalu meniru, maka teladan yang baik sangat diperlukan.
Misalnya kenalkan anak pada sosok Taufik Hidayat bila anak berbakat dalam bidang
bulu tangkis, Utut Adianto bila anak berbakat dalam bidang catur dsb.

D. Pengukuran
1. Pengukuran Kreativitas
Penilaian kreativitas sangatlah subjektif. Terkadang standar kreativitas ditentukan oleh
orang-orang yang mempunyai kekuasaan. Para psikolog berpendapat bahwa ada kemungkinan
untuk menentukan/meneliti bakat kreatif dengan cara mengukur seberapa bagus seseorang
melihat hubungan antara beberapa kata yang tampak tidak saling berhubungan. Tes ini disebut
Remote Associations Test (RAT) yang ditemukan oleh Mednick (1967). Cara mengujinya
adalah dengan meminta subjek untuk menghasilkan satu kata baru yang diperoleh dari asosiasi
logis dari 3 kata. Sebagai contoh adalah 3 rangkaian kata berikut: BATA, SEMEN, PASIR dan
TERANG, BULAT, LISTRIK. Jika anda mengatakan ”TEMBOK” untuk rangkaian kata
pertama berarti anda tepat.
Pengukuran RAT setidaknya dapat mengukur satu komponen kreativitas, tetapi tidak
tertutup kemungkinan dapat mengukur komponen yang lain. Beberapa orang yang kreatif dapat
mengelesaikan tes ini dengan baik, yang dapat menggambarkan tingginya kreativitas yang di
milikinya. Ide pengasosiasian kemudian dikembangkan oleh Bowers dan rekan(1990) dengan
nama “dyads of triads”. Salah satu bagiannya seperti pada RAT dimana sebuah kata merupakan
bagian dari 3 serangkai kata yang koheren, seperti TERANG, BULAT, LISTRIK, dimana
ketiga kata tersebut koheren dengan kata LAMPU. Ada juga rangkaian koheren seperti
BURUNG, PIPA, JALAN, dan dari rangkain kata tersebut tidak ada elemen pokok yang tampak
jelas.
Dalam penelitian ini subjek diberi satu set kelompok kata yang koheren maupun yang
tidak koheren kemudian subjek diminta untuk menilai rangkain kata yang mana saja
koheren. Hasil dari penelitian menunjukkan subjek mampu mengidentifikasi rangkaian kata
yang koheren, meskipun mereka tidak memberikan sebuah solusi/alasan. Hal tersebut berarti
bahwa subjek mengetahui elemennya, tetapi tidak tau memberi nama. Ada kemungkinan bahwa
subjek sebenarnya mempunyai solusi terhadap asosiasi tersebut, dan hal ini bisa menjadi salah
satu fase dalam membuat solusi kreatif dari suatu tugas.
Konsep ide mempunyai hubungan dengan konsep intuisi (pemahaman secara segera
terhadap suatu objek tanpa ada intervensi dari proses penalaran). Intuisis manusia merupakan
bagian yang sangat penting dari proses menemukan tindakan kreatif.
J.P. Guilford (1967, 1985) juga membedakan tipe berpikir menjadi dua macam, yaitu:
a. Berpikir konvergen/terpusat (convergent thinking)
Cara berpikir konvergen mengarah pada satu kesimpulan khusus. Pada umumnya bidang
pendidikan lebih menekankan pada berpikir konvergen.
b. Berpikir devergen/menyebar (divergent thinking)
Cara berpikir devergen lebih menekankan pada variasi jawaban yang berbeda terhadap
suatu pertanyaan, sehingga kebenaran dari jawaban tersebut bersifat subjektif.
Menurut teori struktur intelek yang diajukan Guilford (1967) diantara jenis berpikir
yang erat hubungannya dengan kreativitas adalah berpikir divergen (divergent thinking). Disini
yang perlu dipahami adalah bahwa kreativitas tidak sama dengan berpikir divergensebagaimana
yang diyakini oleh kebanyakan orang selama ini. Berpikir divergen merupakan jenis
kemampuan berpikir yang berpotensi untuk digunakan ketika seseorang melakukan aktivitas
atau memecahkan masalah secara kreatif. Namun, hal ini belum merupakan jaminan bahwa
seseorang akan menjadi lebih kreatif secara aktual atau kreatif produktif. Sebab, untuk menjadi
orang kreatif-produktif masih diperlukan potensi yang bersumber dari karakteristik kepribadian
dan lingkungan yang kondusif.
Berpikir divergen dianggap sangat dekat dengan kreativitas karena untuk menghasilkan
gagasan-gagasan kreatif (baru dan berguna) akan melibatkan empat kemampuan, yaitu: (a)
kelancaran berpikir/fluency (kemampuan seseorang menghasilkan gagasan yang banyak), (b)
keluwesan berpikir/flexibility (kemampuan seseorang untuk menghasilkan gagasan-gagasan
yang terdiri dari kategori-kategori yang berbeda-beda, atau kemampuan memandang sesuatu
seperti objek, situasi, atau masalah dari berbagai sudut pandang). (c) originalitas/unusual
thinking (bentuk keaslian berpikir mengenai sesuatu yang belum dipikirkan orang lain atau
tidak sama dengan pemikiran orang-orang pada umumnya), (d) elaborasi (kemampuan
memerinci suatu gagasan pokok kedalam gagasan-gagasan yang lebih kecil.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian, terdapat korelasi antara inteligensi dengan kreativitas
yaitu cenderung bergerak dari tingkat rendah sampai sedang. Dengan kata lain, memang orang
yang memiliki inteligensi tinggi cenderung atau berpotensi menjadi orang kreatif (Kuncel,
Hezlett, dan Ones, 2004). Tetapi, untuk menjadi orang kreatif mereka tidak cukup dengan hanya
berbekal intelegensi tinggi, karena masih diperlukan peran-peran tertentu dari variabel-variabel
penting yang lain, misalnya pengetahun, imajinasi, motivasi, karakteristik kepribadian tertentu,
dan lingkungan (Sternberg dan Lubart, 1995; Suharnan, 1998, 2000).
Hayes (1978) telah merangkum sejumlah penelitian mengenai keterkaitan intelegensi
dengan kreativitas, kemudian ia menyimpulkan bahwa kreativitas memerlukan intelegensi pada
taraf tertentu. Artinya, untuk menjadi kreatif paling sedikit seseorang harus memiliki
intelegensi minimal diatas rata-rata (IQ sekitar 120). Memang, tanpa intelegensi yang memadai
boleh jadi seseorang akan mengalami kesulitan mengerjakan tugas-tugas yang menuntut
pencarian gagasan-gagasab baru yang berguna dan bermutu (Sternberg, 1995).
Jika produktivitas digunakan sebagai alat untuk mengukur kreativitas, maka penilaian
kuantitatif terhadap sifat-sifat tersebut dapat diperoleh dengan menjumlahkan banyaknya
respons terhadap suatu pertanyaan. Intinya, pengevaluasian secara subjektif tetap perlu
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., Asrori, M. 2005. Psikologi Remaja, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Momon Sudarma, Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif, Jakarta: RAJAWALI PERS,


2013. Baihaqi Mif, Pengantar Psikologi Kognitif.

Munandar, Utami. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya.

Munandar, Utami. 1992. Mengambangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.

Semiawan, Conny R. (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai