Anda di halaman 1dari 37

BAB II

KREATIVITAS DAN JIWA ENTREPRENEUR DALAM MEMBANGUN


KESEJAHTERAAN EKONOMI

A. Kreativitas adalah Kunci Sukses dalam Berwirausaha


1. Pengertian Kreativitas
Ditinjau dari segi etimologi, kreativitas berasal dari bahasa Inggris
“creativity” yang berarti daya cipta. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kreativitas berarti kemampuan untuk mencipta. Sedangkan
secara terminologi, definisi kreativitas sangat banyak dan beraneka
ragam, diantaranya adalah yang mendefinisikan kreativitas dalam empat
definisi yang dikenal sebagai four po‟s of creativity yakni dimensi
person, process, press, dan product. Dari segi pribadi (person) kreativitas
menunjukkan pada potensi daya kreatif yang ada pada setiap orang.
Kreativitas sebagai suatu proses (process) adalah suatu bentuk pemikiran
di mana individu berusaha menemukan hubungan yang baru dalam
menghadapi suatu masalah. Kreativitas sebagai pendorong (press) yang
datang dari dalam diri sendiri (internal) berupa hasrat dan motivasi yang
kuat untuk berkreasi. Sedangkan definisi kreativitas dari segi hasil
(product) adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh seseorang sebagai
hasil dari keunikan pribadinya dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan arti kreatif secara harfiah berarti memiliki daya cipta,
memiliki kemampuan untuk menciptakan, bersifat (mengandung) daya
cipta.1 Kreatif (creative) dalam arti istilah berarti menggunakan hasil
ciptaan / kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya.2
Selaras dengan itu, James R. Evans mengungkapkan bahwa
kreativitas adalah ketrampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat
subyek dari perspektif baru, dan membentuk kombinasi-kombinasi baru
dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran.

1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 760.
2
Muhibbin Syah dan Rahayu Kariadinata, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan (PAKEM), Bahan Pelatihan (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati,
2009), 32.
15
16

Kreativitas merupakan daya menciptakan sesuatu yang menuntut


pemusatan perhatian, kemauan, kerja keras dan ketekunan.3 Menurut
Sulaiman Sahlan dan Maswan, kreativitas adalah ide atau gagasan dan
kemampuan berpikir kreatif.4 Secara umum kreativitas dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara
yang baru dan tidak biasa (unusual) dan menghasilkan penyelesaian yang
unik “terhadap berbagai persoalan”.5
Selain dari apa yang telah disebutkan diatas, maka untuk
memahami pengertian kreativitas, maka Rhodes mengemukakan bahwa
ada beberapa tinjauan yang harus dikaji. Adapun definisi kreativitas itu
dapat dikaji melalui the Four P‟s of Creativity (Person, Product, Process,
and Press).
Kreativitas sebagai pribadi (person), kreativitas itu mencerminkan
keunikan individu dalam pikiran-pikiran dan ungkapan-ungkapan. Halini
dipertegas oleh Paul Swartz (1963) bahwa kreativitas merupakan
ekspresi tertinggi individualitas manusia.
Kreativitas sebagai produk (product), suatu karya dapat dikatakan
kreatif, jika karya itu merupakan suatu ciptaan yang baru atau orisinil dan
bermakna bagi individu dan / atau lingkungan. Lebih jauh diungkapkan
oleh Jhon A. Glover (1980) bahwa ada tempat pemberangkatan yang
terbaik, yaitu kriteria yang dianggap cukup representatif oleh sebagian
besar para ahli psikologi dalam mendefinisikan kreativitas. Kriteria yang
dimaksudkan adalah sipat kebaruan (novelty) dan kegunaan (utility).
Kreativitas sebagai proses (process) yaitu bersibuk diri secara
kreatif yang menunjukan kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas dalam
berfikir. Para ahli yang merumuskan definisi kreativitas berdasarkan
proses, yaitu Spearman (1930) dan Torrance (1974). Spearman
(Munandar, 1977) berpendapat bahwa berfikir kreatif pada dasarnya

3
Shadily,Hassan .Ensiklopedi Indonesia jilid 4, ( Jakarta:Ichtion Van
Hoeve.1987),29.
4
Sahlan Sulaiman dan Misman, Multi Dimensi Berkratifitas
Manusia,(Bandung:Sinar Baru 1988),5.
5
Semiawan, Conny R. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1999),89.
17

merupakan proses melihat atau menciptakan hubungan antara proses


sadar dan dibawah sadar. Sementara E. Paul Torrance
6
mendefinisikannya sebagai berikut :
„Creativity, as a process of becoming sensitive to problems,
deficiencies, gaps in knowladge, nissing elements, disharmonies, and so
on; identifying the dificulty; searching for solutions, making guesses, or
formulating hypothesis about the dificiences; testing and retesting these
hypothesis and posibly modifying and retesting; and finally
communicating the result‟.
Kreativitas sebagai press, menurut bahasa Mac Kinnon
(Roslnaksky, 1970) The creative situation, yaitu kondisi dari dalam atau
luar, lebih konkritnya situasi kehidupan atau lingkungan sosial, kultural,
dan kerja yang memberikan kemudahan dan mendorong penampilan
fikiran dan tindakan kreatif. Akhirnya secara komprehensif kreativitas
dapat diartikan sebagai kemampuan berfikir, bersikap, dan bertindak
tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa (unusual) guna
memecahkan berbagai persoalan, sehingga dapat menghasilkan
penyelesaian yang orisinal dan bermanfaat.
Dalam pendidikan Islam, kreativitas (creativity) merupakan salah
satu sifat Tuhan “al-Khaliq” yang dapat dikembangkan pada diri
manusia, dan menurut filosof Islam kreativitas dianggap sebagai ibadah
dalam pegertian yang luas.7 Karena kreativitas merupakan potensi asal
manusia, maka pengembangannya tergangtung dari manusia itu sendiri.
Untuk mewujudkan keberhasilan dalam pendidikan atau pengajaran,
seorang siswa harus mengembangkan kreativitasnya, yaitu dengan
kesungguhan usaha. Dengan demikian letak kreativitas pada
kesungguhan usaha. Prestasi atau keunggulan bukanlah tujuan, malinkan
sebagai sarana pembuat gembira bagi keuletan dan kesabaran. Kesabaran

6
Semiawan, Conny R. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1999),90.
7
Hasan Langulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan
Pendidikan, (Jakarta: al-Husna Zikra, 1995), 244
18

dan keuletan itulah yang seharusnya ditanamkan dalam diri santri. Hasil
hanyalah efek, terserah pada dzat yang menentukan hasil.

2. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif


Biasanya pribadi yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat
yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan
remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri.
Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari
pada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang
bagi mereka amat berarti, penting dasn disukai , mereka tidak terlalu
menghiraukan kritik atau ejekan dari orang lain. Merekapun tidak takut
untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka
walaupun mungkin tidak disetujui oleh orang lain. Orang yang inovatif
berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang
dari tradisi. Rasa percaya diri,keuletan dan ketekunan membuat mereka
tidakcepat putus asa dalam mencapai tujuan mereka.
Thomas edison mengatakan bahwa „Dalam melakukan percobaan
ia mengalami kegagalan lebih dari 200 kali, sebelum ia berhasil dengan
penemuan bola lampu yang bermakna bagi seluruh umat manusia; ia
mengungkapkan bahwa ”genius is 1% inpiration and 99% perpiration”.8
Treffinger mengatakan bahwa pribadi yang kreatif biasanya lebih
teroganisasi dalam tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinal
mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu, dengan
mempertimbangkan maslah yang mungkin timbul dan implikasinya.
Tingkat energi, spontanitas, dan kepetualangan yang luar sering biasa
sering tampak pada orang kreatif; demikian pula keinginan yang besar
untuk mencoba aktivitas yang baru dan mengasyikan, misalnya untuk
menghipnotis, terjun payung, atau menjajagi kota atau tempat baru.
Ciri kreatif lainnya ialah kecenderungan untuk lebih tertarik pada
hal-hal yang rumit dan misterius. Misalnya kecendrungan untuk percaya

8
Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, ( Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya,2004) ,35.
19

pada paranormal. Mereka lebih sering memiliki pengalaman indra ke


enam atau kejadian mistis. Minat seni dan keindahan juga lebih kuat dari
rata-rata. Walaupun tidak semua orang berbakat kreatif menjadi seniman,
tetapi mereka memiliki minat yang cukup besar terhadap seni, satra,
musik, dan teater.
Sedemikian jauh, tampak seolah pribadi yang kreatif itu ideal.
Namun, ada juga karekteristik dari siswa kreatif yang mandiri, percaya
diri, ingin tahu, penuh semangat, cerdik, tetapi tidak penurut, hal ini
dapat memusingkan kepala guru. Anak kreatif bisa juga bersifat tidak
koperatif, egosentris, terlalu asertif, kurang sopan, acuh tak acuh terhadap
aturan, keras kepala, emosional, menarik diri, dan menolak dominasi atau
otoritas guru. Ciri-ciri tersebut membutuhkan pengertian dan kesadaran,
dalam beberapa kasus membutuhkan koreksi dan pengarahan.
“Penelitian pertama di indonesia tentang ciri-ciri kepribadian yang
kreatif dilakukan pada tahun 1977 dengan membandingkan pendapat tiga
kelompok, yaitu pendapat psikolog, guru, dan orang tua. Alat penelitian
yang digunakan ialah adaptasi dari Torrance, yaitu ideal pupil checklist
yang terdiri atas 60 ciri yang melalui studi empiris. Dari penelitian ini
ditemukan perbedaan kelompok orang yang sangat kreatif dari kelompok
orang yang kurang kreatif.9
Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang
memberikan sumbangan kreatif yang menonjol terhadap masyarakat
digambarkan sebagai berikut: berani dalam pendirian/keyakinan, melit
(ingin tahu), mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan, bersibuk
diri terus menerus dengan kerjanya, intuitif, ulet, tidak bersedia
menerima pendapat dari otoritas begitu saja. Kenyataan menunjukan,
bahwa guru dan orang tua lebih menginginkan perilaku sopan, rajin dan
patuh dari anak, ciri-ciri yang tidak berkaitan dengan kreativitas.

9
Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.( Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya,2004) ,36.
20

Bagaimana pandangan di indonesia tentang ciri-ciri pribadi yang


kreatif dan ciri-ciri yang diinginkan pendidik pada anak? Peringkat dari
10 ciri-ciri pribadi kreatif yang diperoleh dari kelompok pakar psikologi
(30 orang) adalah sebagai berikut:
a. Imajinatif
b. Mempunyai prakarsa
c. Mempunyai minat luas
d. Mandiri dalam berfikir
e. Melit
f. Senang berpetualang
g. Penuh energi
h. Percaya diri
i. Bersedia mengambil risiko
j. Berani dalam pendirian dan keyakinan.

3. Prinsip-Prinsip Berfikir Kreatif


Hendro, dalam bukunya yang berjudul Dasar- dasar
Kewirausahaan menjelaskan bahwa Prinsip-prinsip berfikir kreatif
diantanranya adalah sebagai berikut:10
a. Pola pikir Kreatif diawali dari teori ketidak sempurnaan
Kita telah mengetahui bahwa teori ketidaksempurnakan adalah cikal
bakal teori kreativitas, yaitu The Basic of Creative Thinking. Teori
kreativitas berlandaskan suatu filosofi: "From Nothing to Get or
Create Something". Jadi, dari sesuatuyang tidak ada, kita bisa
menciptakan sesuatu yang bernilai karena kita tahu bahwa hal itu
lebih valuable atau diinginkan oleh pasar saat ini.
b. Bisnis yang 'Isi tetapi kosong' dan yang kosong tetapi berisi
Menurut Hendro, bahwa bisnis itu pada hakikatnya merebut pasar,
baik dalam menciptakan produk, membuat inovasi, meningkatkan
atribut produk, dan lain-lain. Produk tersebut akan menggeser
permintaan seseorang akan prodok tersebut atau sebaliknya, sehingga

10
Hendro, Dasar-dasar Kewirausahaan, (Jakarta: Erlangga,2011),109
21

akan terjadi kesempurnaan atau yang disebut equilibrium position


(balance). Kondisi tersebut pasar telah terisi sempurna. Namun, bagi
sang innovator dan creator, pasar yang berisi (padat) juga bisa dilihat
tidak sempurna.
c. Think Differently with Oppposite Position
Prinsipnya ialah start from different Positition. Seorang kreator ulung
atau penemu-penemu dunia pasti mempunyai pandangan yang
berbeda dibandingkan orang lain. Mereka selalu menempatkan diri
mereka pada posisi yang berbeda dengan banyak orang. Cirri-ciri
orang yang seperti ini ialah tidak puas diri, pantang menyerah, dan
berpikir berlawanan arah atau yang lebih dikenal dengan kata "think
differently".
d. Think More Detail
Untuk memperkuat konsep kreativitas anda, perlu diketahui bahwa"
Innovation Theory" terkadang prinsip think more detail, yaitu sebagai
berikut:
1) Ubahlah pola kebiasaan anda, misalnya jika dalam kehidupan
sehari-hari anda melihat sesuatu itu biasanya begini, maka
ubahlah dengan kebiasaan yang baru.
2) Di dalam melihat, janganlah secara visual, tetapi secara
detailnya.
3) Amatilah film bukan dari tokohnya, melainkan dari pendukung
dan sisi figuranya.
4) Kunjungilah tempat, tokoh, pameran dagang, even atau
eksibisi.
e. Have A Perfect Result
Prinsip ini akan membuat anda lebuh kreatif lagi di dalam
menciptakan peluang. Prinsip ini bisa membuat anda lebih bekerja
dengan giat dan dituntut untuk lebih dari sekedar puas, karena anda
tidak mengenal hasil yang biasa-biasa saja dan tidak cepat puas diri.
Jika anda ingin menerapkan prinsip ini, selalulah berpikir dan
22

berprinsip " pasti ada jalan keluarnya" atau "kesulitan ini bersifat
sementara, hanya saya yang belum tahu saja".
f. There Must Be A Solution
Prinsip ini hampir sama dengan prinsip sebelumnya, hanya berbeda
pada hasil akhirnya. Prinsip ini hanya berpikir untuk mencari
solusinya saja sedangkan yang sebelumnya ialah kesempurnaan dari
hasilnya.
g. Kesulitan dan Inspirasi itu saling Melekat Satu dengan yang lain
Jika disatu sisi itu adalah suatu kesulitan, maka disisi lain hal itu
adalah inspirasi atau peluang, dan anda bisa memenuhinya untuk
mewujudkannya menjadi ide bisnis.
h. Pengetahuan adalah alat, imajinasi adalah cara untuk Menemukan
Inspirasi
Kreativitas itu tidak akan anda dapatkan bila anda tidak berimajinasi.
Imajinasi itu membuat anda berangan-angan dan berfikir detail dan
mencoba mereka-reka untuk mencari solusi dan menemukan ide
pemecahannya.

B. Jiwa Entrepreneur dalam Berwirausaha


1. Pengertian Entrepreneur dan Faktor yang Mempengaruhinya
Menurut Winardi dalam bukunya Entrepreneur dan
Entrepreneurship, Istilah entrepreneur sudah dikenal orang dalam sejarah
ilmu ekonomi sebagai ilmu pengetahuan sejak tahun 1755. Cantillon
menyatakan seorang entrepreneur sebagai orang yang membayar harga
tertentu untuk produk tertentu, untuk kemudian dijualnya dengan harga
yang tidak pasti (an uncertain Price), sambil membuat keputusan-
keputusan tentang upaya mencapai dan memanfaatkan sumber-sumber
daya, dan menerima risiko berusaha ( The Risk of Enterprice ).11
Istilah “entrepreneur” berasal dari perkataan bahasa Perancis dan
secara harfiah berarti perantara ( bahasa Inggris: Between-taker atau go-
between). Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 para

11
J. Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship ( Jakarta: Kencana,2008),1.
23

entrepreneur seringkali tidak dibedakan dengan kelompok manajer dan


kelompok pengusaha terutama dipandang dari sudut perspektif
ekonomi.12
Menurut Sumarsono, dalam bukunya Kontibusi Sikap Mental
Berwiraswasta untuk Berprestasi bahwa Wirausaha atau wiraswasta
adalah diartikan sebagai wira yang artinya pahlawan, berbudi luhu, swa
artinya sendiri sta artinya berdiri. Oleh karena itu, Wiraswasta
disimpulkan sebagai manusia teladan dalam berdiri sendiri ( berdikari).13
Sedangkan menurut Anugrah Pekerti, Dalam buku The Portable MBA In
Entrepreneurship, Kewirausahaan didefinisikan sebagai Entrepreneur is
the person who perceives on opportunity and creates an organization to
persue it.14
Fungsi para Entrepreneur adalah mengubah atau
merevolusionerkan pola produksi dengan jalan memanfaatkan sebuah
penemuan baru (invention) atau secara lebih umum, sebuah kemungkinan
teknologikal untuk memproduksi komoditi baru, atau memproduksi
sebuah komoditi lama dengan cara baru, membuka sebuah sumber suplai
bahan-bahan baru, atau suatu cara penyaluran baru ( ingat saluran
distribusi dalam kegiatan pemasaran), atau mereorganisasi sebuah
industry baru.15
Menurut Adam Smith, bapak ilmu ekonomi,dalam akbarnya yang
berjudul : An Inquiry inti The Nature and The Wealth of Nations,
menggambarkan seorang entrepreneur sebagai seorang individu yang
menciptakan sebuah organisasi untuk tujuan –tujuan komersial. Ia
mengaitkan peranan sang entrepreneur dengan peranan seorang
indusrialis. Tetapi, ia juga memandang seseorang entrepreneur sebagai
seorang yang memiliki pandangan ke depan, hingga ia berkemampuan
untuk mendeteksi permintaan potensial akan barabg dan jasa tertentu.

12
J. Winardi,, Entrepreneur dan Entrepreneurship ( Jakarta: Kencana,2008),,2.
13
Sumarsono, Konstribusi Sikap Mental Berwiraswasta untuk Berprestasi,
(Jakarta: CV. Era Swasta,1984),1
14
Anugrah Pekerti, Falsafah Kewirausahaan ( Mitos,Teori, dan Aksi
Pengembangan Kewirausahaan), ( Jakarta: Depdikbud Dikti, 1998),20
15
J. Winardi,, Entrepreneur dan Entrepreneurship ( Jakarta: Kencana,2008),3.
24

Dalam persepsi Adam Smith, para entrepreunerbereaksi terhadap


perubahan-perubahan ekonomi, hingga mereka menjadi pelaku ekonomi
16
yang mentransformasi permintaan menjadi penawaran. Sedangkan,
menurut Seorang ahli ekonomi Perancis yang bernama Jean Bptiste Say,
pada tahun 1803, menulis sebuah karya yang berjudul Traite D‟economic
Politique (dalam bahasa Inggris: A Treatise on Political Economy) dalam
karya ini melukiskan seorang entrepreneur sebagai seorang yang
memiliki seni serta keterampilan untuk menciptakan perusahaan-
perusahaan baru, dan yang memiliki pemahaman tentang kebutuhan
masyarakat.
Perlu diingatkan bahwa sekalipun para ahli ekonomi dunia Eropa,
mempengaruhi konsep entrepreneurship abad ke-20, kebanyakan di
antara mereka memusatkan perhatian pada model-model ekonomi makro
dan teori-teori mereka dijabarkan menjadi rumus-rumus matematikal
yang eksak. Secara konsekuen sisi manusia yang melekat pada
perusahaan-perusahaan sang petualang atau entrepreneur yang menerima
risiko diabaikan selam beberapa generasi lamanya.
Pada abad ke-19 para entrepreneur meruapkan apa yang dinamakan
“Captains of Industry”, yakni kelompok individu-individu yang
mendambakan kekayaan ( dan yang kadang-kadang mengalami periode
kerugian terus-menurus), dan yang menghimpun serta memanaje(
manage) kukbaru. Pada masa itu konotasi entrepreneur berubah dari “
Captain of Industry” ke “Aktor-aktor penipu ”yang melaksanakan
kegiatan bisnis yang melanggar hukum, dan yang meraih laba besar
denagn mengorbankan pihak lain.17
Para wirausaha merupakan orang yang mempunyai kemampuan
melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan
sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya
dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses.18

16
J. Winardi, …( Jakarta: Kencana,2008),4.
17
J. Winardi, ….( Jakarta: Kencana,2008),6.
18
Yuyus Suryana dan Kartib Bayu , Kewirausahaan ( Bandung:
Kencana,2010),28.
25

Menurut ahli ekonomi Perancis, Jean Baptise yang dikutip oleh


Benedicta Wirausaha adalah orang yang memiliki seni dan ketrampilan
tertentu dalam menciptakan usaha ekonomi yang baru.19Jadi wirausaha
adalah orang yang mampu menciptakan pekerjaan dengan cara
mendirikan atau mengembangkan usahanya sendiri dan bersedia
mengambil resiko dalam menemukan peluang berusaha dan secara
reaktif menggunakan potensi dirinya untuk mengenali produk, mengelola
dan menentukan cara produksi, memasarkan serta mengatur permodalan
operasinya.20
Berdasarkan bidang ilmu, bagi ekonomi seorang entrepreneur ialah
orang yang mengombinasikan resources , tenaga kerja, material dan
peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari
sebelumnya dan juga orang yang memperkenalkan perubahan inovasi,
dan perbaikan produksi lainnya.21
Dalam lampiran keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan
Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan bahwa:
a. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku
dan kemampuan kewirausahaan.
b. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan
seseorang dalam menangani usahaatau kegiatan yang mengarah pada
upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi
dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka
memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh
keuntungan yang lebih besar‟.
John J. Kao mendefinisikan berkewirausahaan adalah usaha untuk
menciptakan nilai melalui pengenalan kesempatan bisnis, manajemen
pengambilan risiko yang tepat, dan melalui ketrampilan komunikasi dan
manajemen untuk memobilisasi manusia, uang, dan bahan-bahan baku

19
Benedicta Prihatin Dwi Riyanti, Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi
Kepribadian, (Jakarta:Grasindo, 2003), 23
20
Buchori Alma, Kewirausahaan, (Bandung:Alfabeta, 2006), 6
21
Buchori Alma, Kewirausahaan, (Bandung:Alfabeta, 2006), 31
26

atau sumber daya lain yang diperlukan untukmenghasilkan proyek


supaya terlaksana dengan baik.22
Menurut Robert D. Hisrich, berkewirausahaan adalah proses
dinamis atas penciptaan tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh
individu yang berani mengambil risiko utama dengan syarat-syarat
kewajaran, waktu dan atau komitmen karier atau penyediaan nilai untuk
berbagai barang dan jasa. Produk dan jasa tersebut tidak atau mungkin
baru atau unik, tetapi nilai tersebut bagaimanapun juga harus dipompa
oleh usahawan dengan penerimaan dan penempatan kebutuhan
keterampilan dan sumber-sumber daya.23
Menurut Basrowi dalam bukunya Kewirausahaan untuk Perguruan
Tinggi mengenai pendapat Robert D. Hisrich lebih lengkap dengan
didefinisikan berdasarkan tiga pendekatan dari ekonom, psikolog, dan
pebisnis, di antaranya:24
a. Pendekatan ekonom
Entrepreneur adalah orang yang membawa sumber-sumber
daya, tenaga, material, dan asset-aset lain ke dalam kombinasi yang
membuat nilainya lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, dan juga
seseorang yang memperkenalkan perubahan, inovasi/pembaharuan,
dan suatu order/tatanan atau tata dunia baru.
b. Pendekatan psikolog,
Entrepreneur adalah betul-betul seorang yang digerakan
secara khas oleh kekuatan tertentu kegiatan untuk menghasilkan atau
mencapai sesuatu, pada percobaan, padapenyempurnaan, atau
mungkin pada wewenang mencari jalan keluar yang lain.
c. Pendekatan seorang pebisnis
Entrepreneur adalah seorang pebisnis yang muncul sebagai
ancaman, pesaing yang agresif, sebaliknya pada pebisnis lain sesama

22
Basrowi, Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi ( Bogor: Ghalia
Indonesia,2011),1
23
Basrowi, … ( Bogor: Ghalia Indonesia,2011),1-2.
24
Basrowi, …. ( Bogor: Ghalia Indonesia,2011),2
27

entrepreneur mungkin sebagai sekutu/mitra, sebuah sumber


penawaran, seorang pelanggan, atau seorang yang menciptakan
kekayaan sumber-sumber daya, mengurangi pemborosan, dan
menghasilkan lapangan pekerjaan baru bagi orang lain yang dengan
senang hati untuk menjalankannya.
Cantillon adalah orang yang pertama kali memperkenalkan
istilah entrepreneur, kemudian dilanjutkan oleh seorang pakar
ekonomi berkebangsaan Perancis (J.B. Say tahun 1800), ia
mengumpamakan entrepreneur adalah seorang pengusaha yang dapat
mengolah/mengubah faktor produksi dari kurang bermanfaat
menjadi barang-barang yang lebih bermanfaat.
Pengertian kewirausahaan menurut Instruksi Presiden RI No. 4
Tahun 1995 : Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan
kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan
yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara
kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi
dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar.25
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah
orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha
dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko
artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi
rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Kegiatan
wirausaha dapat dilakukan seorang diri atau berkelompok. Seorang
wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari,
memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang dapat
memberikan keuntungan. Risiko kerugian merupakan hal biasa
karena memegang prinsip bahwa faktor kerugian pasti ada. Bahkan,
semakin besar risiko kerugian yang bakal dihadapi, semakin besar
pula peluang keuntungan yang dapat diraih. Tidak ada istilah rugi

25
Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1995 Tentang Kewirausahaan.
28

selama seseorangmelakukan usaha dengan penuh keberanian dan


penuh perhitungan. Inilah yang disebut dengan jiwa wirausaha.
Jiwa kewirausahaan mendorong minat seseorang untuk
mendirikan dan mengelola usaha secara profesional. Hendaknya
minat tersebut diikuti dengan perencanaan dan perhitungan yang
matang. Misalnya, dalam hal memilih atau menyeleksi bidang usaha
yang akan dijalankan sesuai dengan prospek dan kemampuan
pengusaha. Pemilihan bidang usaha seharusnya disertai dengan
berbagai pertimbangan, seperti minat, modal, kemampuan, dan
pengalaman sebelumnya. Jika belum memiliki pengalaman
sebelumnya, seseorang dapat menimba pengalaman dari orang lain.
Pertimbangan lainnya adalah seberapa lama jangka waktu perolehan
keuntungan yang diharapkan.
Peter F. Drucker mengatakan bahwa kewirausahaan
merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang
wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain. Atau mampu
menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada
sebelumnya.Sementara itu, zimmerer mengartikan kewirausahaan
sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan (usaha).Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan pendapat
di atas. Artinya, untuk menciptakan sesuatu diperlukan suatu
kreativitas dan jiwa inovator yang tinggi.
Seseorang yang memiliki kreatifitas dan jiwa inovator tentu
berfikir untuk mencari atau menciptakan peluang yang baru agar
lebih baik dari sebelumnya.Dari kedua pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan
dalam hal menciptakan kegiatan usaha. Kemampuan menciptakan
memerlukan adanya kreativitas dan inovasi yang terus-menerus
untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada
29

sebelumnya. Kreativitas dan inovasi tersebut pada akhirnya mampu


memberikan kontribusi bagi masyarakat banyak.26
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pikir seseorang untuk
memulai suatu usaha, diantaranya:
1. Faktor pendorong utama
Keluarga dapat merangsang para mahasiswa dengan
memberikan gambaran nyata betapa nikmatnya memiliki usaha
sendiri (pengusaha). Yakinkan enaknya memiliki pegawai atau
menjadi bos, memiliki kebebasan memberi perintah bukan
diperintah, meraih keuntungaan yang tak terbatas, dan segudang
daya rangsang lainnya yang dapat menggugah jiwa para
mahasiswa untuk berwirausaha.27
Memang mengubah pola pikir seseorang untuk memulai
suatu usaha bukan pekerjaan mudah. Banyak kendala yang
menghadang, mulai dari mental takut rugi, motivasi, bakat, soal
keluarga, dana, pengalaman sebelumnya, sampai kemampuan
mengelola. Namun, paling tidak mental yang dimiliki
merupakan modal yang sangat besar untuk memulai suatu usaha.
2. Faktor Pendukung
Di negara atau perekonomian-perekonomian tertentu,
misalnya Amerika Serikat, Korea Selatan, dan banyak negara-
negara di Asia, seperti misalnya di Negara Muangthai,
Indonesia, Malaysia, dan Singapura banyak terdapat
entrepreneur. Dahulu, pada waktu rezimsosialisamat berkuasa di
Soviet Rusia, dan di RRC, jumlah entrepreneursangat terbatas,
tetapi setelah berlangsungnya proses reformasi ekonomi di sana
dan setelah Gorachovdi Russia mencanangkan konsep
Perestroika (restrukturisasi) dan Glasnost (Pembaharuan), iklim
berusaha berubah.
Entrepreneur dan entrepreneurship mulai berkembang
dengan cepat di sana. Di Inggris, di mana banyak perusahaan
26
Kasmir, Kewirausahaan ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,2010),16
27
Kasmir, Kewirausahaan ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,2010),4-5
30

penerbangan dan perusahaan-perusahaan mobil dioperasi oleh


pemerintah, pada tahun-tahun belakangan ini, perusahaan-
perusahaan tersebut sudah mulai dialihkan pada industri swasta.
Negara-negara lain seperti misalnya, Jepang, yang sangat terikat
oleh tradisi kuat, kerja sama dunia bisnis dengan pihak pemerintah,
dewasa ini makin menunjukan keberpihakan pemerintah kepada
entrepreneur.
Kondisi-kondisi ekonomi, maupun kondisi-kondisi non-
ekonomi dapat mempengaruhi tingkat entrepreneurship di dalam
suatu perekonomian:
1. Faktor-faktor ekonomi
Mengingat bahwa entrepreneurship pada intinya berarti
didorongnya perubahan ekonomi, maka faktor yang sama yang
memajukan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, maka
faktor-faktor yang sama yang memajukan pertumbuhan dan
pengembangan ekonomi, mempengaruhi pula munculnya
entrepreneurship. Ada dua macam jenis faktor ekonomi
berupa:
a. Adanya perangsang (insentif-insentif) pasar: kebutuhan
sosial baru dapat diupayakan untuk dipenuhi oleh sang
entrepreneur dengan cara-cara baru.
b. Adanya cukup persediaan modal, guna mendanai
perusahaan-perusahaan, dan institusi-institusi (seperti
misalnya Bank-bank), yang mengarahkan modal ke orang-
orang yang ingin memanfaatkannya untuk proyek-proyek
entrepreneurial. Hingga tingkat tertentu, kekayaan lama,
merupakan sebuah prakondisi bagi kekayaan baru, pada
negara-negara yang mengalami kekurangan
vitalitasekonomi, atau tidak memiliki peluang-peluang
pasar, maupun modal yang diperlukan untuk mendanai
kegiatan para entrepreneur mereka.
31

Banyak negara dewasa ini (inklusifnegara kita) yang


mengalami kekurangan modal sendiri mengundang para
calon investor, gunamemperbesar arus masuknya modal
ke dalam perekonomian mereka.

2. Faktor-faktor non ekonomi


Soviet Rusia merupakan sebuah negara yang lebih
miskin, dibandingkan dengan Amerika Serikat ini, tetapi ia lebih
kaya dibandingkan dengan Amerika Serikat pada abad ke-19.
Soviet Rusia hanya memiliki beberapa entrepreneur, sedangkan
Amerika Serikat baik pada masa lampau maupun pada masa kini
memiliki cukup banyak kelompok entrepreneur. Adapun
penyebabnya terletak pada perbedaan-perbedaan kultural serta
sosial antara kedua negara tersebut. Di Amerika Serikat, para
entrepreneurdan para entrepreneurship memiliki suatu kondisi
legitimasi, yang tidak terdapat di Soviet Rusia (masa lampau).
Pada pertengahan tahun 1980, Michael Gorbachov,
berupaya untuk mengubah hukum Russia, guna melegalisasi dan
bahkan merangsang entrepreneurship, terutama melalui
koperasi-koperasi yang dimiliki oleh para pekerja, tetapi pada
tahun 1988, Gorbachov sendiri menyerang koperasi-koperasi
yang “memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan", karena
adanya kelangkaan berbagai macam barang untuk menaikan
harga barang-barang tersebut tetapi kelangkaan merupakan salah
satu di antara hal yang oleh para entrepreneur yang sarat dengan
nilai-nilai masyarakat kapitalis, dianggap sebagi peluang besar.
Adalah lebih mudah mengubah hukum dibandingkan dengan
upaya mengubah norma norma-norma serta nilai-nilai. Di
Amerika Serikat, telah dikembangkan aneka macam ideologi-
ideologi ekonomi dan politik sekitar nilai-nilai yang bersifat
sentral bagi entrepreneurship.
32

Di samping itu struktur hukum di sana yang


berlandaskan nilai-nilai usaha bebas ( free enterprise ) sangat
melindungi hak-hak individu, dibandingkan dengan situasi di
Soviet Russia, yang berlandaskan suatu struktur legal, ekonomi
sosialis.Faktor lain yang mempengaruhi entrepreneurshipadalah
mobilitas sosial. Di India misalnya, kebanyakan orang tergolong
kepada kasta-kasta, yang merupakan pembagian-pembagian
sosial yang melaksanakan fungsi-fungsi ekonomi khusus, seperti
misalnya dalam bidang perikanan atau dalam bidang pertanian.
Sekalipun struktur sosial sudah mulai memudar, di sana, ia
masih berlaku tetap pada daerah-daerah pertanian.
Akibatnya, adalah bahwa lebih sulit bagi anak seorang
tukang kayu di sana untuk menjadi seorang entrepreneurdalam
bidang lain. Hal tersebut berbeda sekali dengan anak seorang
tukang kayu di Amerika Serikat yang dapat mengembangkan
dirinya di berbagai bidang usaha.Justru orang-orang India yang
ada di Amerika Serikat, lebih cenderung terlibat dalam kegiatan
entrepreneurial, dibandingkandengan sejumlah orang-orang
Amerika lainnya. Adapun alasannya adalah karena batas-batas
kasta di India lebih lemah bagi orang-orang India yang hidup di
India. Di sana para entrepreneurship menghadapi kendala-
kendala berupa pajak perusahaan dan pajak penghasilan
perorangan yang berat, di samping pajak kekayaan dan pajak
terhadap barang mewah. Dewasa ini pemerintah India
menciptakan aneka macam tindakan reformasi, yang
memungkinkan lebih banyak fleksibilitasekonomi, yang bukan
saja dapat merangsang usaha-usaha entrepreneurial, tetapi juga
meningkatkan investasi domestik, dan investasi asing.28
Faktor pemicu semangat wirausaha yaitu; keinginan
meniru figur yang sukses, rasa sukatantangan, keinginan

28
J. Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship, ( Jakarta:
Kencana,2008),76-79.
33

bertahan hidup, memperbaiki taraf hidup, kegagalan dalam


meniti karir, dan cita-cita menjadi pengusaha.29
Sementara itu, syarat untuk menjadi wirausaha relatif
lebih mudah. Hal utama yang harus dimiliki adalah kemauan,
kemudian barulah kemampuan. Paling tidak, ada empat
keuntungan yang akan diperoleh dari wirausaha30, yaitu:
1. Harga diri
Dengan membuka usaha atau berwirausaha, harga
diri seseorang tidak turun, tetapi sebaliknya meningkat. Si
pengusaha menjadi kelas tersendiri di masyarakat dan
dianggap memiliki wibawa tertentu, seperti disegani dan
dihormati. Jika dulunya masyarakat malu jika tidak menjadi
karyawan, fenomena ini sekarang mulai berbalik. Banyak
pengusaha yang sukses dalam menjalankan usahanya
menjadi contoh bagi masyarakat, apalagi mampu
memberikan peluang kerja yang sangat dibutuhkan.
Penyelamat bagi mereka yang membutuhkanlapangan
kerja. Dan perlu diingat bahwa menjadi pemiliki usaha
dengan mempekerjakan orang lain merupakan hal yang
sangat mulia.
2. Penghasilan
Dari sisi penghasilan, memiliki usaha sendiri jelas
dapat memberikan penghasilan yang jauh lebih baik jika
dibandingkan dengan menjadi pegawai. Penghasilan
seorang pegawai dapat dikalkulasikan untuk suatu periode.
Tentu saja besarnya tidak jauh berbeda setiap bulan.
Sementara itu, besar kecil penghasilan seorang pengusaha
tergantung dari usahanya. Besar kecilnya penghasilan
karyawan lebih banyak ditentukan oleh si pengusaha.

29
Hendro, Kewirausahaan untuk SMK dan MAK Kelas X ( Jakarta:
Erlangga,2010),80
30
Kasmir, Kewirausahaan.( Jakarta: Raja Grafindo Persada,2010),6-8.
34

Sementara itu, meningkatnya penghasilan pengusaha tidak


mengenal batas waktu, terkadang ada istilah kalau lagi
booming, maka keuntungan akan mengalir seperti air yang
tak putus-putusnya, apa saja yang dilakukan selalu
memperoleh keuntungan.
3. Ide dan motivasi
Biasanya para wirausaha selalu memiliki ide yang
begitu banyak untuk menjalankan kegiatan usahanya.
Telinga, mulut, dan mata selalu memberikan inspirasi untuk
menangkap setiap peluang yang ada. Bahkan ada guyonan
yang agak ekstrem yang mengatakan bahwa hidung
pengusaha dapat mencium di mana ada peluang untuk
memperoleh keuntungan. Seorang pengusaha juga memiliki
indra keenam yang mampu membaca sesuatu yang tidak
dapat dibaca orang lain. Pengusaha juga memiliki motivasi
yang tinggi untuk maju dibandingkan dengan pegawai.
Terpikir, melihat, atau mendengar sesuatu selalu menjadi
ide untuk dijual. Motivasi untuk maju dan semakin besar
akan selalu timbul ide untuk menjadikan sesuatu menjadi
uang. Sebagai contoh, seorang yang memiliki jiwa
pengusaha melihat sampah saja sudah berfikir
menjadikannya uang. Melihat lokasi yang strategis sudah
merupakan uang.
4. Masa depan
Masa depan pengusaha yang sukses relatif jauh
lebih baik dibanding pegawai. Seorang wirausaha tidak
pernah pensiun dan usaha yang dijalankan dapat diteruskan
generasi selanjutnya. Oleh karena itu, kita sering
mendengar suatu usaha yang bisa dikelola sampai tujuh
turunan. Estafet kepemimpinan dalam keluarga yang silih
berganti menunjukan bahwa keberhasilan masa depan
wirausaha seperti tak pernah putus. Bung Karno pernah
35

mengajarkan, “for a fighting nation, there is no journey‟s


end.” Bagi bangsa pejuang tidak ada station akhir.31

2. Jiwa dan Perilaku atau Karakter Entrepreneur (wirausaha)


Secara sederhana, arti wirausaha ( entrepreneur ) adalah orang
yang bejiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam
berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka
usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko
artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha tanpa takut dan rasa
cemas, sekalipun dalam kondisi tidak pasti.32
Jiwa kewirausahaan juga berarti merupakan kemampuan dalam
menciptakan suatu baru dan berbeda.33 Seorang wirausaha dalam
pikirannya selaluberusaha mencari, memanfaatkan serta menciptakan
peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. Risiko kerugian
merupakan hal yang biasa karena mereka memegang prinsip bahwa
factor kerugian pasti ada. Tidak ada istilah rugi selama seseorang
melakukan usaha dengan penuh keberanian dan penuh perhitungan.
Inilah yang disebut dengan jiwa kewirausahaan.
Berkaitan dengan perilaku kewirausahaan (entrepreneur behavior),
Nanat Fatah Natsir mendefinisikannya sebagai kegiatan-kegiatan yang
polanya dicirikan oleh unsur-unsur kewirausahaan.34 Menurut Mc
Clelland sebagaimana dikutip Dra. Nanih Machendrawati dan Agus
Ahamad Syafei, perilaku atau karakteristik seorang wirausahawan adalah
sebagai berikut:
Pertama, keinginan untuk berprestasi. Yang dimaksud dengan
keinginan berprestasi adalah suatu keinginan atau dorongan dalam diri
orang yang memotivasi perilaku kearah pencapaian tujuan.

31
Muhammad Amien Rais, Agenda-Mendasak Bangsa, Selamatkan
Indonesia! (Yogyakarta: PPSK Press,2008),246
32
Kasmir, Kewirausahaan ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,2010),17
33
Peter F. Ducker, Inovasi dan Kewiraswastaan: Praktek dan dasar-dasar
(Jakarta: Erlangga,1985),33
34
Nanat Fatah Natsir, Etos Kerja Wirausaha Muslim, ( Bandung: Sunan
Gunung Djati Press,1999),34
36

Kedua, keinginan untuk bertanggungjawab. Seorang wirausahawan


menginginkan tanggung jawab pribadi bagi pencapaian tujuan. Mereka
memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri.
Untuk mencapai tujuan dan bertanggungjawab sendiri terhadap hasil
yang dicapai.
Ketiga, Prefensi kepada risiko-risiko menengah. Seorang
wirausahawan bukanlah penjudi (gambler). Mereka menetapkan tujuan-
tujuan yang membutuhkan tingkat kinerja tinggi, suatu tingkatan yang
menuntut usaha keras, tapi bisa dipercaya mereka bisa penuhi.
Keempat, persepsi pada kemungkinan berhasil. Keyakinan pada
kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kualitas kepribadian
seorang wirausahawan. Seorang wirausahawan akan mempelajari fakta-
fakta yang dikumpulkan dan menilainya. Ketika fakta tidak tidak
sepenuhnya tersedia , mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka
yang tinggi dan melanjutkan tugas tersebut.
Kelima, rangsangan oleh umpan balik, seorang wirausahawan
dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan
mempelajari seberapa efektif usaha mereka.
Keenam, aktifitas enerjik. Seorang wirausahawan akan
menunjukkan energy yang jauh lebih tinggi dari rata-rata orang.
Kesadaran ini akan melahirkan sikap untuk terlibat secara mendalam
dalam pekerjaan yang mereka lakukan.
Ketujuh, Orientasi masa depan. Seorang wirausahawan akan
melakuakan perencanaan dan berfikir kedepan. Mereka mencari dan
mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi jauh dimasa depan.
Kedelapan, keterampilan dalam berorganisasi. Seorang
wirausahawan menunjukkan keterampilan (skill) dalam mengorganisasi
kerja orang-orang dalam mencapai tujuan.
Kesembilan,sikap terhadap uang. Keuntungan fianansial adalah
nomor dua dibanding prestasi kerja mereka. Seorang wirausahaan
37

memandang uang sebagai lambing konkret dari tercapainya tujuan dan


sebagai pembuktian dari kompetensi mereka.35
Totok S. Wiryasaputra menyatakan bahwa ada sepuluh sikap dasar
(karakter) wirausaha yaitu:36
1) Visionary (visioner) yaitu mampu melihat jauh ke depan, selalu
melakukan yang terbaik pada masa kini, sambil membayangkan
masa depan yang lebih baik.
2) Positive (bersikap positif), yaitu membantu seorang wirausaha selalu
berfikir yang baik, tidak tergoda untuk memikirkan hal-hal yang
negatif, sehingga dia mampu mengubah tantangan menjadi peluang
dan selalu berfikir akan sesuatu yang lebih besar.
3) Confident (Percaya diri), sikap ini akan memandu seseorang dalam
setiap mengambil keputusan dan langkahnya.
4) Genuine (asli). Seorang wirausaha harus mempunyai ide, pendapat
dan mungkin model sendiri.
5) Goal Oriented (berpusat pada tujuan), selalu berorientasi pada tugas
dan hasil.
6) Persistent (tahan uji), harus maju terus, mempunyai tenaga dan
semangat yang tinggi, pantang menyerah, tidak putus asa, dan kalau
jatuh segera bangun kembali.
7) Ready to face a risk ( siap mengdapi risiko), risiko yang paling berat
adalah bisnis gagal dan uang habis.
8) Creative (Kreatif menangkap peluang), peluang selalu adan dan
lewat di depan kita. Sikap yang tajam tidak hamya mampu melihat
peluan, tetapi juga mampu menciptakan peluang.
9) Healthy Competitor (menjadi pesaing yang baik). Kalau berani
memasuki dunia usaha harus berani memasuki dunia persaingan.

35
Nanih Mahendrawati, Agus Ahmad Syafei, Pengembangan Masyarakat Islam:
dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi,47
36
Yuyus Suryana dan Kartib Bayu , Kewirausahaan ( Bandung:
Kencana,2010),58.
38

10) Democratic Leader ( Pemimpin yang demokratis), memiliki


kepemimpinan yang demokratis, mampu menjadi teladan dan
inspirator bagi yang lain.

Beberapa Strategi Kewirausahaan,diantaranya:

a. Akuisi hak istimewa secara hukum. Pemilikan hak ini merupakan


cara langsung untuk memperoleh posisi monopoli. Keistimewaan ini
dapat berupa ketentuan Negara, lisensi atau waralaba, sebuah paten
terkaitdengan teknologi yang digunakan.
b. Spekulasi dan arbitrasi. Dalam praktik, banyak paten dan lisensi sulit
untuk diterapkan. Ditempat yang ada penerapan hukum yang efektif,
alternative terbaik adalah spekulasi yang berkaitan dengan sumber
daya tertentu. Tindakan ini menberikan dasar untuk mendapatkan
keuntungan modal.37
c. Loyalitas. Sejauh hal yang berkaitan dengan perdagangan dan
industry, keuntungan yang sepadan biasanya tidaklah di dapat dalam
sekali transaksi. Kesempatan keterlibatan dlam menciptakan pasar
yang baru untuk suatu jenis produk yang sebelumnya tidak ada, atau
mengubah produk yang sudah ada dalam pola yang berbeda.38

3. Islam dan Kewirausahaan


Salah satu upaya untuk memberdyakan potensi umat serta
membangun sebuah masyarakatyang mandiri adalah melahirkan
sebanyak-banyaknya wirausahawan yang baru. Asumsinya sederhana,
kewirausahaan pada dasarnya adalah kemandirian, terutama kemandirian
ekonomis dan kemandirian keberdayaan.39
Semangat Islam akan kemandirian banyak dijumpai dalam ayat al-
Qur'an maupun Hadits Nabi. Salah satunya dapat dijumpai dalam ayat:

37
Mark Casson, Entrepreneurship:Teori,Jejaring,Sejarah ( Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada,2012), 15.
38
Mark Casson, …( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2012),16
39
Nanih Mahendrawati, Agus Ahmad Syafei, Pengembangan Masyarakat Islam:
dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi,47
39

         

     

Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah


orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi
Makan orang miskin. (QS. Al-Ma'un 1-3) 40
Mafhum mukallaf dari ayat diatas adalah "orang kaya yang
tidak menyantuni yatim dan fakir miskin ekuivalen dengan orang
miskin yang tidak berjuang terus menerus untuk meraih kemandirian
ekonomis". Kewajiban kaum berpunya untuk membayar zakat,anjuran
untuk bersedekah, wakaf dan kewajiban untuk memberdayakan orang-
orang yang tidak berdaya secara ekonomis merupakan petunjuk Islam
paling jelas terhadap etos kewirausahaan (Entreprenership).41
Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling
mulia, paling sempurna dank arena itulah manusia diberi tugas sebagai
khalifah dimuka bumi ini. Selain itu dalam al-Qur'an dinyatakan
bahwa umat Islam adalah "Khaira Ummah" atau sebaik-baiknya umat
diantara manusia. Khaira Ummah dapat terwujud jika umat Islam
berilmu, berharta, dan sehat jasmani rohani, sehingga dapat brguna
dan memberi manfaat bagi orang lain yang masih dalam kemiskinan,
kebodohan dan keterbelakangan. Dengan berwirausaha maka semakin
banyak kekayaannya, makin banyak pekerjaannya, berarti semakin
banyak pula anggota keluarga yang ditolongnya. Hidupnya menjadi
manfaat bagi orang lain.42

40
Kementrian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya ( Jakarta: Lentera
Jaya Abadi,2011), 603
41
Nanih Mahendrawati, Agus Ahmad Syafei, Pengembangan Masyarakat
Islam: dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi,47
42
Sudrajat Rasyid, Kewirausahaan Santri: Bimbingan Santri Mandiri,
(Jakarta: PT. Citrayudha,2006),32
40

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

ِ ‫َّاس أَنْ َفعُ ُه ْم لِلن‬


‫َّاس‬ ِ ‫َخ ْي ُر الن‬
"Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang lebih banyak
memberikan manfaat bagi manusia lainnya".43
Nabi Muhammad Saw ketika mudanya juaga seorang pedagang,
bahkan terkenal sebagai pedagnag yang jujur dan amanah. Nabi
Muhammad juga menganjurkan umatnya agar menjadi pengusaha atau
pedagang, bukan menjadi pekerja.
Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda:

ِ ‫الت‬: « ‫ قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم‬:‫عن عبد اهلل بن عمر رضي اهلل عنو قال‬
‫َّاج ُر‬

– ‫ مع النبيين و الصديقين و الشهداء‬:‫الش َه َد ِاء – وفي رواية‬


ُّ ‫الص ُدو ُق ال ُْم ْسلِ ُم َم َع‬
َّ ‫ين‬ ِ
ُ ‫األَم‬
‫يَ ْو َم ال ِْقيَ َام ِة » رواه ابن ماجو والحاكم والدارقطني وغيرىم‬

Artinya: Dari „Abdullah bin „Umar radhiallahu „anhu bahwa


Rasuluillah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Seorang
pedagang muslim yang jujur dan amanah (terpercaya) akan
(dikumpulkan) bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan orang-
orang yang mati syahid pada hari kiamat (nanti).” (HR. Ibnu Majah dan
Hakim dan Daraqathni dan yang lain).44

Reputasi Nabi dalam bisnis dikenal sebagai orang yang sukses.


Rahasia keberhasilan Rasul adalah jujur dan adil dalam mengadakan
hubungan dagang dengan para pelanggan.45 Nabi Muhammad percaya
kalau ia setia jujur dan professional, maka orang akan

43
Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuti, Jami' Al-Hadits: Al Jaami' As-
Shaghir wal Jawahid wa Al-Jaawi' Al-Kabir, (Beirut: Daar al Fikri,1994), Juz
IV,303
44
Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuti, Jami' Al-Hadits: Al Jaami' As-
Shaghir wal Jawahid wa Al-Jaawi' Al-Kabir, (Beirut: Daar al Fikri,1994), Juz
IV,155
45
Afzalurrahman, Muhammad sebagai Pedagang, (Jakarta: Yayasan Swarna
Bhumy,1997),26
41

mempercayainya. Inilah dasar dan etika wirausaha yang diletakan oleh


Rasulullah kepada umatnya dan umat manusia seantero jagat.
Dasar-dasar kewirausahaan yang demikian itulah yang yang
menyebabkan pengaruh Islam berkembang pesat sampai kepelosok
dunia. Maka, jika kaum muslimin Indonesia ingin melakukan bisnis
yang maju, maka etika,moral, dan jiwa kewirausahaan yang
dicontohkan oleh Rasul tersebut dan dipegang dan sungguh tepat
untuk menjawab berbagai persoalan dan tantangan hidup di dunia
ini.46
Kemandirian dan kecukupan dalam bidang ekonomi memiliki
makna yang penting bagi setiap muslim47 karena:
a. Dengan kekuatan ekonomi baik seorang muslim akan dapat
memelihara imannya sendiri dan keluarga dengan lebih baik.
b. Dengan kekuatan ekonomi yang baik seorang muslim akan lebih
dapat menjalankan aktifitas ibadah dan menjalankan syariat
dengan tenang , khusyu dan merasa memiliki harga diri di dalam
komunitasnya.
c. Kekuatan ekonomi sangat diperlukan untuk menunjang
pelaksanaan berbagai ibadah dan kiprah di jalan Allah.
d. Kemampuan ekonomi diperlukan untuk pengembangan
peradaban secara keseluruhan, seperti pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kebudayaan dan kesenian serta
memajukan masyarakat secara keseluruhan.
e. Kemampuan ekonomi sangat diperlukan untuk regenerasi umat
agar umat ini tumbuh lebih tangguh di masa depan.
f. Pada level organisasi kemasyarakatan yang lebih besar,
misalnya sebuah Negara, kekuatan dan kemandirian dalam
bidang ekonomi menjadi syarat mutlak agar warga atau bangsa
yang menghuni Negara itu dapat menikmati kesejahteraan

46
Lili Badri, Muhammad Zen, M.Hudri, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CV.
Pustaka Amri, 2005),43
47
Miftahul Huda, Aspek Ekonomi dalam Syariat Islam, (Mataram:
LKBH,2007),14
42

hidup, menjadi terhormat di hadapan bangsa lain. Jadi, berusaha


dilapangan perekonomian untuk kesejahteraan hidup, mencari
bekal dalam ibadah dan membantu kegiatan pembangunan umat
adalah bagian yang tak terpisahkan dalam jalan hidup sebagai
muslim.

C. Konsep Kesejahteraan Ekonomi menurut Islam


1. Pengertian Kesejahteraan

Kesejahteraan berasal dari kata dasar sejahtera: aman sentosa


dan makmurk selamat (terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran,
dan sebagainya). Kesejahteraan: hal atau keadaan sejahtera; keamanan,
keselamatan, kketenteraman, kesenangan hidup, dan sebagainya
kemakmuran.48
Dalam definisi lain dijelaskan: ''Kesejahteraan (welfare) adalah
kondisi yang menghendaki terpenuhimya kebutuhan dasar bagi individu
atau kelompok baik berupa kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan,
sedangkan lawan dari kesejahteraan adalah kesedihan (bencana)
kehidupan''. 49

Kesejahteraan Sosial atau social welfare adalah keadaan sejahtera


masyarakat. Dalam Mu‟jam Musthalahâtu al-„Ulûm al-Ijtimâ‟iyyah
dijelaskan: “Kesejahteraan sosial: sistem yang mengatur pelayanan sosial
dan -individu dan kelompok-lembaga untuk membantu individu-lembaga
kelompok untukmencapai tingkat kehidupan, kesehatan yang layak
dengan tujuan menegakkan hubungan kemasyarakatan yang setara
antar individu sesuai dengan kemampuan pertumbuhan mereka,

48
Depdiknas, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1284
49
Dr. Ahmad Zaki Badawi, Mu‟jam Mushthalahâtu al-„Ulûm al-Ijtimâ‟iyyah
(Beirut: Maktabah Lubnan, New Impression 1982), 445
49
Dr. Ahmad Zaki Badawi, Mu‟jam Mushthalahâtu al-„Ulûm al-Ijtimâ‟iyyah,
(Beirut: Maktabah Lubnan, New Impression 1982), 399
43

memperbaiki kehidupan manusia sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan


masyarakat”. 50

Pemerintah Republik Indonesia mendefinisikan Kesejahteraan


Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan
sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan
diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.51

Kesejahteraan sosial yang didambakan al-Quran menurut Qurasih


Shihab tercermin di Surga yang dihuni oleh Adam dan isterinya sesaat
sebelum mereka turun melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi. Seperti
diketahui, sebelum Adam dan isterinya diperintahkan turun ke bumi,
mereka terlebih dahulu ditempatkan di Surga. Surga diharapkan menjadi
arah pengabdian Adam dan Hawa, sehingga bayang-bayang surga itu bisa
diwujudkan di bumi dan kelak dihuni secara hakiki di akhirat. Masyarakat
yang mewujudkan bayang-bayang surga itu adalah masyarakat yang
berkesejahteraan.52

Kesejahteraan surgawi ini dilukiskan antara lain dalam QS.


Thâhâ/20:117-119,

          

             

  

"Hai adam, sesungguhnya ini (Iblis ) adalah musuh bagimu dan bagi
isterimu, maka sekali-kali jangan sampai ia mengeluarkan kamu berdua
dari Surga, yang akibatnya engkau akan bersusah payah. Sesungguhnya

50
Dr. Ahmad Zaki Badawi, Mu‟jam Mushthalahâtu al-„Ulûm al-Ijtimâ‟iyyah,
(Beirut: Maktabah Lubnan, New Impression 1982), 399
51
Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2011 Tentang
Kesejahteraan Sosial
52
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran; Tafsir Maudhlui Atas Berbagai
Persoalan Umat (Bandung: PT Mizan Pustaka , 2007), 126-127
44

engkau tidak akan kelaparan di sini (surga), tidak pula akan telanjang,
dan sesungguhnya engkau tidak akan merasakan dahaga maupun
kepanasan”.53

Dari ayat ini jelas bahwa pangan, sandang, dan papan yang
diistilahkan dengan tidak lapar, dahaga, telanjang, dan kepanasan
semuanya telah terpenuhi di sana. Terpenuhinya kebutuhan ini merupakan
unsur pertama dan utama kesejahteraan sosial.54

Indikator sejahtera menurut Islam merujuk kepada Al Qur‟an surat


Al Quraisy (106):3 – 4 yang berbunyi:

          

 

“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini


(Ka‟bah) (106:3)” Yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut (106:4)”.55
Menurut Quraish Shihab dalam tafsir al Misbah bahwa dua hal
yang disebut oleh ayat terakhir surah al Quraisy yaitu kesejahteraan yang
dicapai dengan tersedianya pangan ( Pertumbuhan Ekonomi ) serta
jaminan ( stabilitas ) keamanan merupakan dua hal penting bagi
kebahagiaan masyarakat. Keduanya saling berkaitan. Pertumbuahan
Ekonomi melahirkan stabilitas keamanan, dan stabilitas keamanan memicu
pertumbuhan ekonomi. Demikian juga sebaliknya krisis pangan
menimbulkan kerawanan pangan, dan kerawanan pangan menimbulakan
gangguan keamanan. Dua hal yang menjadi sangat wajar dimohon dan

53
Kementrian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya ( Jakarta: Lentera Jaya
Abadi,2011), 321
54
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran; Tafsir Maudhlui Atas Berbagai
Persoalan Umat (Bandung: PT Mizan Pustaka , 2007), 128
55
Kementrian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya ( Jakarta: Lentera Jaya
Abadi,2011), 603
45

disyukuri dengan beribadah kepada Allah pemberi rasa aman serta


pencurah aneka rezeki.56

Dari ayat di atas juga dapat dilihat bahwa indikator kesejahteraan


dalam Al qur‟an ada tiga, yaitu :

1. Menyembah Tuhan (Pemilik) Ka‟bah


Indikator sejahtera yang pertama dan paling utama di dalam Al-
Qur‟an adalah “menyembah tuhan (pemilik) rumah (Ka‟bah)”,
mengandung makna bahwa proses mensejahterakan masyarakat tersebut
didahului dengan pembangunan Tauhid, sehingga sebelum masyarakat
sejahtera secara fisik, maka terlebih dahulu dan yang paling utama
adalah masyarakat benar-benar menjadikan Allah sebagai pelindung,
pengayom dan menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada sang khalik.
Semua aktivitas kehidupan masyarakat terbingkai dalam aktivitas
ibadah.

2. Menghilangkan lapar
Mengandung makna bahwa , QS Al-Quraisy (106):4, diawali
dengan penegasan kembali tentang Tauhid bahwa yang memberi makan
kepada orang yang lapar tersebut adalah Allah, jadi ditegaskan bahwa
rizki berasal dari Allah bekerja merupakan sarana untuk mendapatkan
rizki dari Allah. Kemudian diayat ini juga disebutkan bahwa rizki yang
bersumber dari Allah tersebut untuk menghilangkan lapar. Perlu digaris
bawahi bahwa rizki tersebut adalah untuk menghilangkan lapar.
Mempunyai makna bahwa rizki yang diberikan Allah kepada setiap
ummatnya bukan untuk ditumpuk-tumpuk, ditimbun, apalagi dikuasai
oleh individu, kelompok atau orang-orang tertentu saja. Ini juga
bermakna secukupnya saja sesuai dengan kebutuhan menghilangkan
lapar bukan kekenyangan, apalagi berlebih-lebihan.
3. Menghilangkan rasa takut
Membuat suasana menjadi aman, nyaman dan tentram bagian dari
indikator sejahtera atau tidaknya suatu masyarakat. Jika perampokan,

56
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan,Kesan,Keserasian Al-Qur'an (
Jakarta: Lentera Hati,2002),539
46

perkosaan, bunuh diri, dan kasus kriminalitas tinggi, maka


mengindikasikan bahwa masyarakat tersebut belum sejahtera. Dengan
demikian pembentukan pribadi-pribadi yang sholeh dan membuat
sistim yang menjaga kesholehan setiap orang bisa terjaga merupakan
bagian integral dari proses mensejahterakan masyarakat. Indah sekali
Al-Qur‟an mendefinisikan tentang kesejahteraan, kesejahteraaan
dimulai dari kesejahteraan individu-individu yang mempunyai tauhid
yang kuat, kemudian tercukupi kebutuhan dasarnya dan tidak berlebih-
lebihan, sehingga suasana menjadi aman , nyaman dan tentram.
Definisi Kesejahteraan dalam konsep dunia modern adalah sebuah
kondisi dimana seorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu
kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang
bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki
pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya
sehingga memiliki status sosial yang mengantarkan pada status sosial
yang sama terhadap sesama warga lainnya . Kalau menurut HAM, maka
definisi kesejahteraan kurang lebih berbunyi bahwa setiap laki laki
ataupun perempuan, pemuda dan anak kecil memiliki hak untuk hidup
layak baik dari segi kesehatan, makanan, minuman, perumahan, dan
jasa sosial, jika tidak maka hal tersebut telah melanggar HAM.57
Sejahtera sebagaimana dikemukakan dalam Kamus Besar
Indonesia adalah aman, sentosa, damai, makmur, dan selamat (terlepas)
dari segala macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya. Pengertian ini
sejalan dengan pengertian “Islam” yang berarti selamat, sentosa, aman,
dan damai. Dari pengertiannya ini dapat dipahami bahwa masalah
kesejahteraan sosial sejalan dengan misi Islam itu sendiri. Misi inilah
yang sekaligus menjadi misi kerasulan Nabi Muhammad Saw,
sebagaimana dinyatakan dalam ayat yang berbunyi :

57
Ikhwan Abidin Basri, Islam dan Pembngunan Ekonomi,(Jakarta: Gema Insani
Press 2005),.24
47

     

“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat".

Menurut Quraish Shihab dalm tafsir Al-Misbah bahwa redaksi ayat


diatas sangat singkat, tetapi ia memgandung makna yang sangat luas.
Hanya dengan lima kata yang terdiri dari dua puluh lima huruf termasuk
huruf penghubung yang terletak pada awalnya. Ayat ini menyebut 4 hal
pokok,yaitu:58
1. Rasul/utusan Allah dalam hal ini Nabi Muhammad
2. Yang mengutus beliau dalam hal ini Allah
3. Yang diutus kepada mereka ( al-'alamin)
4. Risalah, yang kesemuanya mengisyaratkan sifat-sifatnya, yakni rahmat
yang sifatnya sangat besar sebagaimana dipahami dari bentuk
nakirah/indifnitif dari kata tersebut.
Jika dilihat dari segi kandungannya, terlihat bahwa seluruh aspek
ajaran Islam ternyata selalu terkait dengan masalah kesejahteraan sosial.
Hubungan dengan Allah misalnya, harus dibarengi dengan hubungan
dengan sesama manusia (habl min Allâh wa habl min an-nâs). Demikian
pula anjuran beriman selalu diiringi dengan anjuran melakukan amal saleh,
yang di dalamnya termasuk mewujudkan kesejahteraan sosial.
Selanjutnya, ajaran Islam yang pokok (Rukun Islam), seperti mengucapkan
dua kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji, sangat berkaitan
dengan kesejahteraan sosial.
Upaya mewujudkan kesejahteraan sosial merupakan misi
kekhalifahan yang dilakukan sejak Nabi Adam As. Sebagian pakar,
sebegaimana dikemukakan H.M. Quraish Shihab dalam bukunya
Wawasan Al-Quran, menyatakan bahwa kesejahteraan sosial yang
didambakan al-Quran tercermin di Surga yang dihuni oleh Adam dan

58
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan,Kesan,Keserasian Al-Qur'an (
Jakarta: Lentera Hati,2002), 519
48

isterinya sesaat sebelum mereka turun melaksanakan tugas kekhalifahan di


bumi.59
Kesejahateraan sosial dalam islam adalah pilar terpenting dalam
keyakinan seorang muslim adalah kepercayaan bahwa manusia diciptakan
oleh Allah SWT. Ia tidak tunduk kepada siapapun kecuali kepada Allah
SWT. Menyangkut hal ini, Al-Qur‟an dengan tegas menyatakan bahwa
tujuan utama dari misi kenabian Muhammad SAW. adalah melepaskan
manusia dari beban dan rantai yang membelenggunnya.60
Islam mengakui pandangan universal bahwa kebebasan indiviu
merupakan bagian dari kesejahteraan yang sangat tinggi. Menyangkut
masalah kesejahteraan individu dalam kaitannya dengan masyarakat.

2. Prinsip dan faktor Kesejahteraan


Maka dapat diambil sebuah kesimpulan dari penjelasan diatas
bahwa prinsip-prinsip kesejahteraan adalah:
a. Kepentingan masyarakat yang lebih luas harus didahulukan dari
kepentingan individu.
b. Melepas kesulitan harus diprioritaskan dibanding memberi manfaat.
c. Kerugian yang besar tidak dapat diterima untuk menghilangkan yang
lebih kecil. Manfaat yang lebih besar tidak dapat dikorbankan untuk
manfaat yang lebih kecil. Sebaliknya, hanya yang lebih kecil harus
dapat diterima atau diambil untuk menghindarkan bahaya yang lebih
besar, sedangkan manfaat yang lebih kecil dapat dikorbankan untuk
mandapatkan manfaat yang lebih besar.
Kesejahteraan individu dalam kerangka etika Islam diakui selama
tidak bertentangan dengan kepentingan sosial yang lebih besar atau
sepanjang individu itu tidak melangkahi hak-hak orang lain. Jadi menurut
Al-Qur‟an kesejahteraan meliputi faktor:

59
Ikhwan Abidin Basri, Islam dan Pembngunan Ekonomi,(Jakarta: Gema Insani
Press, 2005), 85-87
60
Ikhwan Abidin Basri, Islam dan Pembngunan Ekonomi,(Jakarta: Gema Insani
Press 2005), 89
49

a. Keadilan dan Persaudaraan Menyeluruh.


b. Nilai-Nilai Sistem Perekonomian.
c. Keadilan Distribusi Pendapatan.

3. Konsep Kesejahteraan Ekonomi Menurut Islam


Umer Chapra menggambarkan secara jelas bagaimana eratnya
hubungan antara Syariat Islam dengan kemaslahatan. Ekonomi Islam yang
merupakan salah satu bagian dari Syariat Islam, tujuannya tentu tidak
lepas dari tujuan utama Syariat Islam. Tujuan utama ekonomi Islam adalah
merealisasikan tujuan manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat (falah), serta kehidupan yang baik dan terhormat (al-hayah al-
tayyibah).61 Ini merupakan definisi kesejahteraan dalam pandangan Islam,
yang tentu saja berbeda secara mendasar dengan pengertian kesejahteraan
dalam ekonomi konvensional yang sekuler dan materialistik.
Secara terperinci, tujuan ekonomi Islam dapat dijelaskan sebagai
berikut:

1. Kesejahteraan ekonomi adalah tujuan ekonomi yang terpenting.


Kesejahteraan ini mencakup kesejahteraan individu, masyarakat dan
negara.
2. Tercukupinya kebutuhan dasar manusia, meliputi makan, minum,
pakaian, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, keamanan serta
system negara yang menjamin terlaksananya kecukupan kebutuhan
dasar secara adil dibidang ekonomi.62
3. Penggunaansum berdaya secara optimal, efisien, efektif, hemat dan
tidak mubazir.
4. Distribusi harta, kekayaan, pendapatan dan hasil pembangunan secara
adil dan merata.
5. Menjamin kebebasan individu.

61
M. B. Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, (Yogyakarta:
Ekonisia 2003), 7
62
Warkum Sumito. Asas-asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga Terkait,
(Jakarta: Raja grafindo Persada), 17.
50

6. Kesamaanhak dan peluang.


7. Kerjasama dan keadilan.
Chapra ingin menegaskan (dengan membuat pemaparan cukup
komprehensif terutama atas dasar dan dengan landasan filosofis dan
teoritis), bahwa umat Islam tidak usah berpaling ke Timur atau ke Barat
dalam mewujudkan kesejahteraan, khususnya dalam bidang ekonomi
tetapi berpaling pada Islam. Dia mengamati bahwa banyak negara-negara
Islam atau yang berpenduduk mayoritas Islam telah mengambil
pendekatan pembangunan ekonomi dari Barat dan Timur, dengan
menerapkan system kapitalis, sosialis atau Negara kesejahteraan.
Chapra menekankan bahwa selama negara-negara Muslim terus
menggunakan strategi kapitalis dan sosialis, mereka tidak akan mampu,
berbuat melebihi negara-negara kapitalis dan sosialis, mencegah
penggunaan sumber-sumber daya yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan dengan demikian akan ditekan secara otomatis, menjadikannya
sulit untuk merealisasikan maqashid meskipun terjadi pertumbuhan
kekayaan.63
Sementara itu konsep Negara Sejahtera, yang mencoba
menggabungkan mekanisme harga dengan sejumlah perangkat lainnya.
Terutama pembiayaan kesejahteraan oleh negara untuk menjamin
keadilan, pada mulanya menimbulkan sebuah euphoria (sebuah rasa bahwa
masalah alokasi dan distribusi telah diatasi secara ideal), tetapi yang ternyata
tidak. Penambahan pengeluaran untuk sektor publik tidak dibarengi
dengan suatu pengurangan ganti rugi dalam klaim-klaim lain atas sumber-
sumber, dengan defisit anggaran yang membengkak meskipun telah
ditetapkan beban pajak yang berat. Keadaan itu menimbulkan pemakaian
sumber-sumber daya semakin memburuk, meningkatkan ketidakseim-
bangan internal dan eksternal. Masalah kemiskinan dan ketercabutan tetap
ber-lanjut dan bahkan semakin dalam. Kebutuhan-kebutuhan tetap tak
terpenuhi. Ketidak adilan justru semakin bertambah. Problem yang
dihadapi Negara Sejahtera adalah bagaimana menghapuskan
63
Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 304.
51

ketidakseimbangan yang diciptakannya. Sistem ini tidak memiliki


mekanisme filter yang disepakati selain harga untuk mengatur permintaan
secara agregat, dunia hanya bersandar sepenuhnya kepada mekanisme
pasar untuk menghapuskan ketidakseimbangan yang ada.64

64
Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000),
373-374.

Anda mungkin juga menyukai