Anda di halaman 1dari 36

55

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan

belajar.Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan

prestasi adalah: Hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan

sebagainya).1 Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek

tingkah laku.

Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: Belajar ialah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.2 M.

Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengemukakan

bahwa belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan karena

belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis,

seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta:Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke- 2, h. 895.
2
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), Cet. Ke-4, h. 2
55

berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.3 Belajar

adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui tafsirannya tentang

“ belajar”.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas,

maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari

pengalaman atau latihan. Sedangkan pengertian prestasi belajar

sebagaimana yang tercantum dam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan oleh guru.4

Prestasi belajar dapat bersifat tetap dalam serjarah kehidupan

manusia karena sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut

bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat

memberikan kepuasan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang

yang sedang menuntut ilmu di sekolah. Prestasi belajar meliputi segenap

ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses

belajar siswa yang bersangkutan.

Dapat disimpulkan prestasi adalah suatu hasil yang telah didapat

oleh peserta didik dari kegiatan belajar di dalam kelas, baik itu hasil yang

berupa tingkah laku lebih baik, prestasi yang memuaskan dan juga

pengetahuan yang luas.


3
M Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Cet. Ke-19(Bandung: Remaja Rosadakarya,
2003),h. 85
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 895.
55

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa

selama proses belajarnya. Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap siswa,

karena melalui belajar mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang

dihadapinya. Dengan demikian belajar berhubungan dengan perubahan

dalam diri individu sebagai hsil pengalamannya di lingkungan. Secara

global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan

menjadi dua macam yaitu factor internal dan faktor eksternal5:

a. Faktor Internal

Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik, dan ini

pun dapat digolongkan menjadi dua gologan yaitu:

a) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis berarti factor kesehatan. Sehat berarti dalam

keadaan baik. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap

belajarnya.6

b) Faktor Psikologis

Hal-hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai

berikut:

(a) Adanya kebutuhan fisik


(b) Adanya kebutuhan akan rasa aman, bebas darikekhawatiran

5
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.
233
6
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ( Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2003), h. 54
55

(c) Adanya kebutuhan dan kecintaan dan penerimaan dalam


hubungannya dengan orang lain
(d) Adanya kebutuhan untuk mendapatkan kehormatan dari
masyarakat.
(e) Sesuai dengan sifat untuk mengemukakan atau mengetahkan
diri7
b. Faktor eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik. Dan ini masih dapat

digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

1) Faktor-faktor non-sosial

2) Faktor-faktor sosial8

Disamping itu, masih ada lagi faktor lain yang dapat


mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang dapat di
ikhtisarkan sebagai berikut:

Gambar 7 : Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar9

7
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan ……, h. 237
8
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h.
102
9
Ibid, 107
55

Alam
Lingkungan
Sosial
Luar Kurikulum
Guru/ Pengajar
Instrumental Sarana/fasilitas
Faktor Administrasi
Kondisi Fisik
Fisiologi
Kondisi Panca Indra
Dalam Bakat
Minat
Psikologi Kecerdasan
Motivasi
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini

jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah. Guru  seperti  ini  harus  mempunyai  semacam  kualifikasi

formal.  Dalam definisi yang lebih  luas, setiap orang yang

mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.

Guru adalah profesi yang mempersiapkan sumber daya manusia

untuk menyongsong pembangunan bangsa dalam mengisi kemerdekaan.

Guru dengan segala kemampuannya dan daya upayanya mempersiapkan

pembelajaran bagi peserta didiknya. Sehingga tidak salah jika kita

menempatkan guru sebagai salah satu kunci pembangunan bangsa menjadi

bangsa yang maju dimasa yang akan datang. Dapat dibayangkan jika guru

tidak menempatkan fungsi sebagaimana mestinya, bangsa dan negara ini


55

akan tertinggal dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

kian waktu tidak terbendung lagi perkembangannya.

B. Kreativitas Guru

1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas berasal dari kata dasar” kreatif”, yang berarti memiliki daya

cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan, bersifat (mengandung) daya cipta.

Kreativitas adalah setiap pemikiran tentang proses pemecahan suatu masalah

dengan cara yang asli atau yang berguna. Guru adalah tokoh yang bermakna dalam

kehidupan siswanya. Guru tidak hanya sebagai pengajar, melainkan sebagai

pendidik dalam arti yang sebenarnya. Peluang untuk memunculkan siswa yang

kreatif akan lebih besar dari guru yang kreatif pula. Guru yang kreatif mengandung

pengertian ganda, yakni guru yang secara kreatif mempu menggunakan berbagai

pendekatan dalam proses belajar mengajar dan juga guru yang senang melakukan

kegiatan-kegiatan kreatif dalam hidupnya. Guru senantiasa memegang posisi kunci

dalam dalam proses pembelajaran. Sebagai pengajar guru berperan menciptakan

suasana yang kondusif, sehingga mendorong berfungsinya proses mental pra

kesadaran yang merupakan dasar bagi lahirnya kreasi siswanya.10

Dalam kamus besar bahasa indonesia, kreativitas diartikan sebagai

kemampuan untuk mencipta, daya cipta, perihal kreasi, dan kearifan. 11 Kreativitas

adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.

Kreativitas juga merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi

10
Maimunah, Hasan. Membangun Kreativitas Anak Secara Islami, (Yogyakarta: Bintang
Cemerlang, 2001). h, 200
11
Risye, Amarta. Agar kamu menjadi pribadi kreatif, (Yogyakarta: Sinar Kejora,
2013).h, 10
55

baru yang mempunyai makna social.12 Memperoleh pengetahuan latar belakang

yang terinci tentang subjek tersebut adalah kunci kreativitas-karena, hampir

semua gagasan baru adalah kombinasi ulang ide-ide yang ada. Orang atau guru

yang kreatif selalu lebih banyak mengetahui tentang subjeknya. Kilatan inspirasi

(ilham) muncul dari latar belakang pengetahuan yang ahli. Isaac Newton dalam

bukunya (Collin Rose, cara belajar cepat abad XXI: 276) merupakan salah satu

ilmuwan paling kreatif sepanjang sejarah, menyimpulkan pentingnya pengetahuan

latar belakang yang luas: “ jika saya melihat lebih luas daripada orang lain, itu

karena saya berdiri di pundak para raksasa.”

Kreativitas tidak begitu saja dianugerahkan kepada manusia yang sekadar

mendapatkan fakta, melainkan kepada mereka yang bisa merekayasa dan

memanipulasi fakta lalu mengombinasikannya dengan cara baru. Itu berarti bahwa

kreativitas juga menuntut keberanian.13 Prinsip umum dalam setiap kreativitas

adalah kombinasi atau penggabungan dari unsur-unsur lama dalam cara baru. 14

Orang yang kreatif selalu ingin tahu, suka mencoba, senang bermain, intuitif, dan

mempunyai potensi untuk menjadi orang kreatif. Yang diperlukan dalam berfikir

kreatif adalah yang mempunyai kemampuan untuk menjadi pemikir-pemikir yang

kreatif dan pemecah masalah dan pikiran yang penuh rasa ingin tahu,

kesanggupan untuk mengambil resiko, dan dorongan untuk membuat segalanya

berhasil.15

12
S.C Utami, Munandar. Kreativitas & Keberkatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif
& Bakat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1999). h, 28
13
Rose, Collin. Cara Belajar Cepat Abad XXI, (Bandung: PT Nuansa Cendekia, 2002). h,
275-277
14
Ibid, 279
15
Bobbi DePorter. Quantum Learning: Membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan,
(Bandung: PT Kaifa, 1999). h, 292-293
55

Kreativitas itu muncul dari interaksi yang luar biasa antara kedua otak.

Selain itu kreativitas artinya menemukan hal-hal yang luar biasa di balik hal-hal

yang tampak biasa. Kreativitas merupakan melihat hal-hal yang juga dilihat orang

lain di sekitar kita, tetapi membuat keterkaitan-keterkaitan yang tak terpikir oleh

orang lain. Kreativitas merupakan terjemahan keunikan kita ke dalam tindakan

nyata.16 Peran guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa adalah guru

berperan sebagai fasilitator. Guru harus memahami dan terbuka pada anak. Bakat

anak tidak datang secara simultan atau tiba-tiba, melainkan tumbuh dan

berkembang sesuai dengan hukum alam yang ada, bahwa manusia tumbuh dan

berkembang setahap demi setahap. Anak mempunyai karakteristik yang berbeda-

beda, jika anak memiliki kesulitan-kesulitan dalam kegiatan belajar di sekolah,

guru berusaha mengatasi atau mencari alternatif pemecahannya dengan memilih

atau memberikan kegiatan-kegiatan yang disukai atau diminati anak. 17 Dalam

melakukan kegiatan belajar mengajar, guru tidak mengawasi, tetapi mengarahkan

kepada anak untuk mencapai tujuan, guru harus bisa menciptakan lingkungan di

dalam kelas yang dapat merangsang belajar kreatif anak supaya anak merasa aman

dan kerasan berada di dalam kelas, dengan begitu kreativitas anak dapat

berkembang dengan baik.18

Kegiatan belajar mengajar di sekolah berorientasi pada pencapaian prestasi

belajar akademik yang tinggi oleh semua siswa. Kreativitas siswa apabila

memperoleh peluang untuk berkembang di dalam iklim belajar mengajar yang

16
Joyce wycoff. Menjadi Super Kreatif melalui metode pemetaan-pikiran, (Bandung: PT
Kaifa, 2004), h. 43-45
17
Maimunah, Hasan. Op.Cit. h. 205
18
Sadirman. Op.Cit. h, 120
55

kondusif, maka prestasi belajar yang tinggi dapat dicapai. Karena kreativitas guru

dalam mengajar, dijadikan sebagai asumsi yang dinilai mampu meningkatkan

motivasi belajar siswa.19 Guru yang mempunyai kreativitas yang tinggi akan

mampu memberikan motivasi belajar kepada anak didiknya. Motivasi berfungsi

sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik

dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Intensitas motivasi seorang

siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar, sehingga

prestasi belajar pendidikan agama Islam akan tercapai dengan hasil yang baik.20

2. Kompetensi Profesional Guru


Pada dasarnya terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru

berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar, tugas guru ini sangat berkaitan

dengan kompetensi profesionalnya. Hakikat profesi guru merupakan suatu

profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai

guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan.

Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang

kependidikan.

Ciri   seseorang   yang   memiliki   kompetensi   apabila   dapat melakukan

sesuatu, hal ini sesuai dengan pendapat Munandar bahwa, kompetensi merupakan

daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan  latihan. 

Pendapat  ini,  menginformasikan dua  faktor  yang mempengaruhi terbentuknya

19
S.C Utami, Munandar. Op.Cit. h, 42
20
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 38
55

kompetensi, yakni ; (a) faktor bawaan, seperti bakat, dan (b) faktor latihan,

seperti hasil belajar.

Tuntutan atas berbagai kompetensi ini mendorong guru untuk memperoleh

informasi yang dapat memperkaya kemampuan agar tidak mengalami

ketinggalan   dalam   kompetensi   profesionalnya.   Semua hal   yang disebutkan

diatas merupakan hal yang dapat menunjang terbentuknya kompetensi guru.

Dengan kompetensi profesional tersebut, dapat diduga berpengaruh pada proses

pengelolaan pendidikan sehingga mampu melahirkan keluaran pendidikan yang

bermutu.

Keluaran yang bermutu dapat dilihat pada hasil langsung pendidikan yang

berupa nilai yang dicapai siswa dan dapat juga dilihat dari dampak pengiring,

yakni dimasyarakat. Selain itu, salah satu unsur pembentuk kompetensi

profesional guru adalah tingkat komitmennya terhadap profesi guru dan didukung

oleh tingkat abstraksi atau kemampuan menggunakan nalar. Guru yang rendah

tingkat komitmennya, ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:

a. Perhatian yang disisihkan untuk memerhatikan siswanya hanya sedikit.

b. Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya hanya

sedikit.

c. Perhatian utama guru hanyalah jabatannya.21

Sebaliknya, guru yang mempunyai tingkatan komitmen tinggi, ditandai oleh

ciri-ciri sebagai berikut:

1) Perhatiannya terhadap siswa cukup tinggi.

21
Zainal Aqib, Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional ( Bandung: Yrama
Widya, 2010) h, 14
55

2) Waktu   dan   tenaga   yang   dikeluarkan   untuk   melakanakan   tugas

3) Banyak bekerja untuk kepentingan orang lain.

Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme, yaitu guru yang

profesional adalah  guru yang kompeten (berkemampuan). Karena itu,

kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan

kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan

tinggi. Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam

mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang

pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar.

Pada umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi

profesional akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan” untuk

menggantikan cara mengajar dimana guru hanya berbicara dan peserta didik

hanya mendengarkan.

Dalam suasana seperti itu, peserta didik secara aktif dilibatkan   dalam  

memecahkan   masalah,   mencari   sumber   informas   data evaluasi, serta

menyajikan dan mempertahankan pandangan dan hasil kerja mereka kepada

teman sejawat dan yang lainnya. Sedangkan para guru dapat bekerja secara

intensif dengan guru lainnya dalam merencanakan pembelajaran, baik individual

maupun tim, membuat keputusan tentang desain sekolah, kolaborasi tentang

pengembangan kurikulum, dan partisipasi dalam proses penilaian.

3. Ciri-ciri Kreativitas

Untuk disebut sebagai seorang yang kreatif, maka perlu diketahui tentang ciri-

ciri atau karakteristik orang yang kreatif. Masih banyak lagi peneliti yang telah
55

mempelajari orang-orang kreatif, dengan tujuan mencari persamaannya dan

mencoba mencari hal-hal apa saja yang membentuk kreativitas. Sebagian besar

penelitian menunjukkan empat ciri khas orang kreatif :

Keberanian – orang kreatif berani menghadapi tantangan baru dan bersedia

menghadapi resiko kagagalan.

Ekspresif - orang kreatif tidak takut menyatakan pemikiran dan perasaannya.

Mereka mau menjadi dirinya sendiri.

Humor – humor berkaitan erat dengan kreativitas. Jika menggabungkan hal-hal

sedemikian rupa sehingga menjadi berbeda, tak terduga, dan tidak lazim, berarti

kita bermain-main dengan humor. Menggabungkan berbagai hal dengan cara yang

baru dan bermanfaat akan menghasilkan kreativitas.

Intuisi – orang kreatif menerima intuisi sebagai aspek wajar dalam

kepribadiannya. 22

Berikut ini di kemukakan beberapa pendapat orang ahli tentang ciri-ciri orang

yang kreatif sebagai berikut :

1. Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (Aptitude) yaitu :

a. Keterampilan berpikir lancar, yaitu di antaranya: mencetuskan banyak

gagasan, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberikan banyak cara

atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu

jawaban.

b. Keterampilan berpikir luwes (fleksibel), yaitu diantaranya: menghasilkan

gagasan, jawaban atu pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu

22
Joyce wycoff. Menjadi super Kreatif melalui metode pemetaan-pikiran, op. Cit. h, 52
55

masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mampu mengubah cara

pendekatan atau cara pemikiran.

c. Keterampilan berpikir rasional, yaitu di antaranya: mampu melahirkan

ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk

mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak

lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

d. Keterampilan menilai (mengevaluasi) yaitu di antaranya: menentukan

patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar,

suatu rencana sehat atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil

keputusan terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya mencetuskan gagasan,

tetapi juga melaksanakannya.

2. Ciri –ciri Afektif (Non-Aptitude)

a. Rasa ingin tahu yaitu: selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak,

mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang, objek dan

situasi, peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti.

b. Bersifat imajinatif yaitu, mampu memperagakan atau membayangkan

hal-hal yang belum pernah terjadi, menggunakan khayalan atau

kenyataan.

c. Merasa tertantang oleh kemajuan yaitu : terdorong untuk mengatasi

masalah sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, lebih

tertarik pada tugas-tugas yang sulit.


55

d. Sifat menghargai yaitu : dapat menghargai bimbingan dan pengarahan

hidup, menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang

berkembang.23

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa kreativitas dapat

ditumbuhkembangkan melalui proses yang terdiri dari beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi. Kreativitas secara umum dipengaruhi oleh adanya

berbagai kemampuan yang dimiliki, serta kecakapan melaksanakan tugas-

tugas. Tentunya kreativitas dikalangan guru dipengaruhi oleh beberapa hal,

diantaranya:

a. Iklim kerja yang memungkinkan para guru meningkatkan pengetahuan

dan kecakapan dalam melaksanakan tugas.

b. Kerja sama yang cukup baik antara berbagai personil pendidikan dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi.

c. Pemberian penghargaan dan dorongan semangat terhadap setiap upaya

yang bersifat positif bagi guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Perbedaan status yang tidak terlalu tajam diantara personil sekolah

sehingga memungkinkan terjalinnya hubungan manusiawi yang lebih

harmonis.

e. Pemberian kepercayaan kepada guru untuk meningkatkan diri dan

mempertunjukkan karya dan gagasan kreatifnya.

23
A.M.Heru Basuki, dalam Utami Munandar, Perkembangan Kreativitas,
(Online),http://www.Pib Jabar. Com/old/?inc=artikel id=56, di akses 8 April 2014.
55

f. Menimpakan kewenangan yang cukup besar kepada guru dalam

melaksanakan tugas dan memecahkan permasalahan yang dihadapi

dalam pelaksanaan tugas.

g. Pemberian kesempatan kepada para guru untuk ambil bagian dalam

merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang merupakan bagian

dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan

peningkatan hasil belajar.

5. Komponen Kreativitas

Kreativitas terdiri dari tiga komponen. Pertama, keahlian (expertise),

yang terdiri atas pengetahuan teknikal, prosedural, dan kapasitas inteligensi

seseorang. Kedua, keterampilan berpikir kreatif (creative thinking skill), yang

memuat seberapa lentur dan imaginatif seseorang dalam memandang suatu

masalah. Ketiga, motivasi, yaitu motivasi intrinsik yang muncul dari dalam diri

seseorang dalam bentuk minat dan hasyrat pribadi. Motivasi intrinsik lebih

efektif dibandingkan motivasi ekstrinsik. Ketiga komponen dalam membentuk

kreativitas tersebut dapat digambarkan seperti berikut:

Three Components of Creativity24

Creative
Technical, Procedural, Thinking Skill
Expertise
24
Risye, Amarta. Agar kamu menjadi pribadi kreatif, (Yogyakarta: Sinar Kejora,
2013).h, 19
55

and Intellectual How flexibly


Knowledge
And imaginat
gd ively people
approach
problems

Motivations

intrinsic is more effe


ctive than more
extrinsic

Keahlian adalah kapasitas intelektual seseorang untuk berpikir luas,

bereksplorasi, dan memecahkan masalah. Berpikir kreatif adalah cara orang

menangani masalah, mencari solusi, serta memanfaatkan ide-ide yang ada

dengan kombinasi yang baru, agar dihasilkan cara baru memecahkan masalah

dan solusi optimal. Dengan kata lain berfikir kreatif adalah kemampuan

memecahkan masalah dengan cara segar dan penuh ketekunan. Sedangkan

yang dimaksud dengan berfikir imajinatif adalah suatu proses pengembangan

ide yang tidak atau belum dibatasi oleh nilai-nilai yang sudah ada.

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kreativitas mengajar

adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai

kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan

dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan melihat hubungan-

hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Begitu juga

dengan pendapat lain tentang kreativitas adalah sebagai modifikasi sesuatu

yang sudah ada menjadi konsep baru. Jadi kreativitas itu adalah suatu hal baru
55

dan unik yang bisa di terapkan di dalam pembelajaran untuk bisa

meningkatkan prestasi belajar dan bisa membuang rasa bosan dalam kegiatan

KBM.

Tabel 2.1

Kisi-kisi Instrumen Kreativitas Mengajar Guru

Variabel (Xl) : Kreativitas Guru PAI


N No Butir Jumlah
Dimensi
O Indikator Soal Item Soal
Guru mampu 1, 2, 3, 5,
Ketrampilan mengajar mengubah cara 10, 11,
1
pendekatan 12, 16,
terhadap siswa 17, 19
Guru tidak
mudah lelah
dalam
Motivasi tinggi menyampaikan 6, 15, 26,
2
materi, 31, 32, 35
semangat dalam
menyampaikan
materi 20
Guru tidak
merasa ragu
7, 13, 14,
3 Percaya diri dalam
18
menyampaikan
materi
JUMLAH : 20

C. Pengelolaan Kelas

1. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila


55

terjadi ganguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain, ialah

kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang

optimal bagi terjadi proses belajar mengajar. 25 Yang termasuk ke dalam hal

ini adalah penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan

perhatian kelas, pemberian hadiah bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas

oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.

Jadi Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak

pernah di tinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia

melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk

menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga

tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien. Ketika kelas

terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi

penghalang bagi proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas terdiri dari

dua kata yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya

adalah “kelola” ditambah awal “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata

pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya

dari bahasa inggris, yaitu management, yang berarti ketatalaksanaan, tata

pimpinan, pengelolaan.

Sedangkan kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan

kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru. Sedangkan

kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan

bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi

25
Syaiful Bahri Djamarah Dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), h. 173
55

menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-

kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.

Pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.

2. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas

Masalah pengelolaan kelas bukanlah tugas yang ringan. Berbagai

faktorlah yang menyebabkan kerumitan itu. Secara umum faktor-faktor

yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu,

factor intern siswa dan factor ekstern siswa. Faktor interns siswa

berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian

siswa dengan ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa

berbeda dari siswa lainnya secara individual. Mustahil kekacauan di kelas

tidak dapat dibatasi. Selama ada usaha dari guru, kekacauan kelas pasti

dapat dipecahkan.

Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan

kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka adalah

penting bagi guru untuk mnegetahui dan menguasai prinsip-prinsip

pengelolaan kelas yang akan di rincikan sebagai berikut:

a) Hangat dan antusias

Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.

Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan
55

antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam

mengimplementasikan pengelolaan kelas.

b) Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang

menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga

mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

c) Bervariasi

Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru,

pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya

gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila

penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan sesaat. Kevariasian

dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk

tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.

d) Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi

mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak

didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan

pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak

didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas, dan sebagainnya.

e) Penekanan pada hal-hal yang positif

Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus

menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan


55

perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal yang

positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak

didik yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif.

f) Penanaman disiplin diri

Tujuan akhir dari penggelolaan kelas adalah anak didik dapat

mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guur sebaiknya selalu

mendorong anak didik untk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru

sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan

pelaksanaan tanggung jawab.26

3. Tujuan Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan. Karen

ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang

kelelahan fisik maupun pikiran dirasakan. Guru sadar tanpa mengelola kelas

dengan baik, maka akan menghambat kegiatan belajar mengajarnya. Tujuan

pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan

pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan

fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan

social, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu

memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana social yang

memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual,

emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa.27 Indikator dari sebuah

kelas yang tertib adalah apabila :


26
Syaiful Bahri Djamarah. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2010).
h, 185-187
27
Ibid, h. 178
55

1. Setiap anak bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti

karena tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat

melakukan tugas yang diberikan kepadanya.

2. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya

setiap anak akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas

yang diberikan kepadanya.

4. Pendekatan Dalam pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait

dengan berbagai factor. Permasalahan anak didik adalah factor utama yang

terkait langsung dalam hal ini. Karena pengelolaan kelas yang dilakukan oleh

guru tidak lain hanya untuk meningkatkan kegairahan belajar anak didik baik

secara berkelompok maupun secara individu. Lahirnya interaksi yang optimal

tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka

pengelolaan kelas. Salah satunya adalah penguasaan kelas pengelolaan kelas

diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.

Peranan guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin

dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik

untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat

untuk ditaati anggota kelas.

5. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas

Komponen-komponen yang berhubungan dengan keterampilan pengelolaan

kelas ini pada umumnya terbagi menjadi 2 bagian yaitu keterampilan yang

berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang


55

optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan dengan

pengembangan kondisi belajar yang optimal.28 Kondisi belajar yang optimal

terdiri dari :

a) Sikap tanggap

b) Membagi perhatian

c) Pemusatan perhatian kelompok

Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar

yang optimal yaitu :

a) Modifikasi tingkah laku

b) Pendekatan pemecahan masalah kelompok.29

Sedangkan kemampuan guru dalam mengelola kelas dapat disimpulkan

sebagai berikut pengelolaan kelas merupakan suatu proses seleksi tindakan

yang dilakukan guru dalam fungsinya sebagai penanggung jawab kelas dan

seleksi penggunaan alat-alat belajar yang tepat sesuai masalah yang ada dan

karakteristik kelas yang dihadapi. Jadi, pengelolaan kelas sebenarnya

merupakan upaya mendayagunakan seluruh potensi kelas, baik sebagai

komponen utama pembelajaran maupun komponen pendukungnya. Jadi

kemampuan mengelola kelas adalah suatu usaha guru untuk mentertibkan

suasana kelas dan menkondisikan keadaan siswa untuk lebih rapi dan tertib

dalam mengikuti pelajaran berlangsung.

Tabel 2.2
Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Mengelola Kelas

28
Ibid, h. 187
29
Ibid, h. 194
55

Variabel (X2) : Kemampuan Mengelola Kelas


JUMLAH
No Butir
NO Dimensi Indikator ITEM
Soal
SOAL
Sikap tanggap Memandang
secara
saksama, gerak
9, 24, 27,
mendekati,
1 30, 36, 37,
memberi reaksi
39, 40
terhadap
ganguan dan
ketakacuhan
Pengaturan Tempat
tempat duduk duduknya
sesuai dengan
badan siswa, 21, 22, 23,
2 20
tidak terlalu 25
rendah dan
juga tidak
terlalu besar
Perhatian guru Guru dapat
kepada siswa mengubah
pandangannya
4, 8, 20,
dalam
3 28, 29, 33,
memperhatikan
34, 38
kegiatan dalam
proses belajar
mengajar
JUMLAH : 20

D. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan susunan katanya, pendidikan agama terdiri dari yaitu

pendidikan dan agama. Kedua kata ini akan dijelaskan masing-masing, baik
55

secara etimologi (lughawy) maupun terminologi (istilah), kata pendidikan

berasal dari kata kerja dasar didik yang berarti pelihara dan latih, yang

kemudian mendapat awalan pe dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja

pendidikan, yang berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.30 Kata yang

berkaitan dari bahasa asing yang berkaitan dengan kata pendidikan ini cukup

banyak, diantaranya kata dari bahasa inggris: education, instruction, training,

dan lain-lain. Demikian pula yang berasal dari bahasa arab: tarbiyah. Ta’lim,

ta’dib, tabyin dan tadris.31

Sedangkan pengertian agama adalah secara etimologi perkataan agama

berasal dari bahasa sanskerta yang erat hubungannya dengan agama hindu dan

buddha. Pendapat ahli diantaranya ada yang mengatakan bahwa kata agama

berasal dari akar kata gam, yang mendapat awalan a dan akhiran a(a-gam-a)

yang menjadi agama atau mendapat awalan I dan akhiran a(i-gam-a) yang

menjadi igama, atau juga mendapat awalan u dan akhiran a (u-gam-a) yang

menjadi ugama. Jadi pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan

terencana dalam meyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran

agama islam dalam sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadis, melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.32

30
Moh. Haitami Salim. Pendidikan agama dalam Keluarga: Revitalisasi peran keluarga
dalam membangun generasi yang berkarakter, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2013),h. 25
31
Ibid, h. 25
32
Ibid, h. 26
55

2. Landasan Pendidikan Agama Islam

Landasan yaitu landasan atau fondamen tempat berpijak atau tegaknya

sesuatu agar sesuatu tersebut tegak kukuh berdiri. Dasar suatu bangunan yaitu

fondamen yang menjadi landasan bangunan tersebut agar bangunan itu tegak

dan kukuh berdiri. Demikian pula dasar pendidikan islam yaitu fondamen yang

menjadi landasan atau karena tiupan angin kencang berupa ideologi yang

muncul baik sekarang maupun yang akan datang. Dengan adanya dasar ini,

maka pendidikan islam akan tegak berdiri dan tidak mudah diombang-

ambingkan oleh pengaruh luar yang mau merobohkan ataupun

mempengaruhinya.33

Landasan pendidikan islam secara garis besar ada 3 yaitu: Al-Quran, As-

Sunnah, dan perundang-undangan yang berlaku di negara kita.

a. Al-Quran

Al-Quran merupakan pedoman normatif dalam pelaksanaan

pendidikan islam. Kalam yang tertuang dalam Al-Quran merupakan das

sollen yang harus diterjemahkan menjadi desain oleh ahli pendidikan

menjadi suatu rumusan pendidikan islamyang dapat menghantarkan pada

tujuan pendidikan hakiki.34 Sebagai wahyu, Al-Quran mendorong manusia

agar menggunakan akalnya untuk mencari kebenaran. Dengan akalnya,

manusia dapat menempuh berbagai cara dalam memahami kebenaran

dengan menggunakan ayat-ayat Tuhan sebagai premis.

33
Sudiyono. Ilmu Pendidikan Islam, Jilid 1(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009). h, 23
34
Zubaedi. Isu-isu baru dalam dikursus Filsafat Pendidikan Islam dan Kapita selekta
pendidikan islam ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 17
55

Islam adalah agama yang membawa misi agar umatnya

menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Ayat al-quran yang

pertama kali turun ialah yang berkenaan (disamping masalah)keimanan

dan juga pendidikan. Allah berfirman dalam surat Al-Alaq 1-5

          
        
    
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa (seolah-olah) Allah berkata,

hendaklah manusia menyakini akan adanya Tuhan pencipta manusia (dari

segumpal darah). Selanjutnya, untuk memperkukuh keyakinannya dan

memeliharanya agar tidak luntur, hendaklah melaksanakan pendidikan dan

pengajaran.35 Bahkan tidak hanya itu, Tuhan juga memberikan bahan

(materi/pendidikan) agar manusia hidup sempurna di dunia dan selamat hingga

di akhirat.

b. As-Sunah

Sunnah adalah segala yang dinukilkan dan Nabi saw, baik berupa

perkataan, perbuatan, dan penetapan dan selain itu. Di antaranya banyak yang

35
Ibid, h. 24
55

berkaitan dengan pendidikan.36 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

menyatakan bahwa beliau adalah juru didik. Pada suatu hari Rasulullah keluar

dari rumahnya dan beliau menyaksikan adanya dua pertemuan (kelompok).

Dalam pertemuan Pertama, orang-orang sedang berdoa kepada Allah Azza

Wajalla, mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam pertemuan Kedua, orang

sedang memberikan pelajaran. Rasulullah menjunjung tinggi pada pendidikan

dan memotivasi agar berkiprah pada pendidikan dan pengajaran. Sikap

Rasulullah tersebut merupakan fakta bahwa islam sangat mementingkan

adanya pendidikan dan pengajaran.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

)‫َم ْن َكتَ َم ِع ْل ًما اَجْلَ َم َعهُ اهللُ بِلِ َج ٍام ِم َن النَّا ِر (رواه ابن ماجه‬

Siapa orang yang menyembunyikan ilmunnya maka Tuhan akan


mengekanngya dengan kekang berapi (HR. Ibnu Majah)37

c. Perundang-undangan yang Berlaku di Indonesia


1) UUD 1945, Pasal/29

Ayat 1 berbunyi:” Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha

Esa.”Ayat 2 berbunti:” Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah

menurut agamanya dan kepercayaanya itu.”

Pasal 29 UUD 1945 ini memberikan jaminan kepada warga Negara

Republik Indonesia untuk memeluk agama dan beribadah sesuai

36
Zubaedi. Isu-isu baru dalam dikursus Filsafat Pendidikan Islam dan Kapita selekta
pendidikan islam . Op. Cit. h. 18
37
Ibid, h. 26
55

dengan agama yang dipeluknya bahkan mengadakan kegiatan yang

dapat menunjang bagi pelaksanaan ibadah. Dengan demikian

pendidikan islam yang searah dengan bentuk ibadah yang diyakininya

diizinkan dan dijamin oleh Negara.

2) GBHN

Dalam GBHN Tahun 1988 Bidang Agama dan Kepercayaan terhadap

Tuhan yang Mahaesa No 1.b disebutkan:

“Kehidupan keagamaan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa makin dikembangkan.38

3. Tujuan Pendidiakan Agama Islam

Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting, karena

merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Demikian pula

halnya dengan Pendidikan Agama Islam, yang tercakup mata pelajaran

akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral

sebagai perwujudan dari pendidikan agama.

Tujuan pendidikan secara formal diartikan sebagai rumusan

kualifikasi, pengetahuan, kemampuan dan sikap yang harus dimiliki oleh

anak didik setelah selesai suatu pelajaran di sekolah, karena tujuan

berfungsi mengarahkan, mengontrol dan memudahkan evaluasi suatu

aktivitas sebab tujuan pendidikan itu adalah identik dengan tujuan hidup

manusia. Dari uraian di atas tujuan Pendidikan Agama peneliti sesuaikan


38
Ibid, h. 27
55

dengan tujuan Pendidikan Agama di lembaga-lembaga pendidikan formal

dan peneliti membagi tujuan Pendidikan Agama itu menjadi dua bagian

dengan uraian sebagai berikut :

1.Tujuan Umum

Tujuan umum Pendidikan Agama Islam adalah untuk mencapai

kwalitas yang disebutkan oleh al-Qur'an dan hadits sedangkan fungsi

pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah

menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang tercantum

dalam Undang-Undang dasar No. 20 Tahun 2003

Dari tujuan umum pendidikan di atas berarti Pendidikan Agama

bertugas untuk membimbing dan mengarahkan anak didik supaya menjadi

muslim yang beriman teguh sebagai refleksi dari keimanan yang telah

dibina oleh penanaman pengetahuan agama yang harus dicerminkan

dengan akhlak yang mulia sebagai sasaran akhir dari Pendidikan Agama

itu. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu

merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh


55

Allah. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah adalah beribadah kepada

Allah, ini diketahui dari surat al-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi :

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali


supaya mereka beribadah kepada-Ku” (Q.S al-Dzariyat, 56)

Tujuan khusus Pendidikan Agama adalah tujuan yang disesuaikan

dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan jenjang

pendidikan yang dilaluinya, sehingga setiap tujuan Pendidikan Agama

pada setiap jenjang sekolah mempunyai tujuan yang berbeda-beda, seperti

tujuan Pendidikan Agama di sekolah dasar berbeda dengan tujuan

Pendidikan Agama di SMP, SMA dan berbeda pula dengan tujuan

Pendidikan Agama di perguruan tinggi.

2. Tujuan Khusus
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tujuan Pendidikan

Agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran

Islam, keterampilan mempraktekkannya, dan meningkatkan pengamalan

ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi secara ringkas dapat

dikatakan bahwa tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah

keberagamaan, yaitu menjadi seorang Muslim dengan intensitas

keberagamaan yang penuh kesungguhan dan didasari oleh keimanan yang

kuat.

Upaya untuk mewujudkan sosok manusia seperti yang tertuang dalam

definisi pendidikan di atas tidaklah terwujud secara tiba-tiba. Upaya itu

harus melalui proses pendidikan dan kehidupan, khususnya pendidikan


55

agama dan kehidupan beragama. Proses itu berlangsung seumur hidup, di

lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.

Salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan agama Islam saat

ini, adalah bagaimana cara penyampaian materi pelajaran agama tersebut

kepada peserta didik sehingga memperoleh hasil semaksimal mungkin.

Setiap guru Pendidikan Agama Islam harus memiliki pengetahuan yang

cukup mengenai berbagai metode yang dapat digunakan dalam situasi

tertentu secara tepat. Guru harus mampu menciptakan suatu situasi yang

dapat memudahkan tercapainya tujuan pendidikan. Menciptakan situasi

berarti memberikan motivasi agar dapat menarik minat siswa terhadap

pendidikan agama yang disampaikan oleh guru.

4. Pendekatan Pembelajaran Agama Islam

Pendekatan Pendidikan Agama Islam adalah serangkaian asumsi mengenai

hakikat pendidikan Islam dan pengajaran agama Islam serta belajar agama

Islam. Macam-macam Pendekatan  Pengajaran  PAI, dalam pengajaran

Pendidikan Agama Islam juga membutuhkan pendekatan dalam belajar

mengajar, pendekatan ini merupakan system dalam suatu kesatuan dalam

unsur-unsurnya meliputi : tujuan, materi, alat/sumber belajar dan penilaiannya

yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Macam - macam Pendekatan

Pembelajaran PAI Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dipakai

beberapa pendekatan, yaitu :

a. Pendekatan Pengalaman
55

Pendekatan ini merupakan pemberian pengalaman keagamaan kepada

peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan

pendekatan ini peserta didik diberi kesempatan untuk mendapatkan

pengalaman keagamaan baik secara individual maupun kelompok. Dalam

pembelajaran ibadah misalnya, guru atau pendidik akan menemui kesulitan

yang besar apabila mengabaikan pendekatan ini. Peserta didik harus

mengalami sendiri ibadah itu dengan bimbingan gurunya. Belajar dari

pengalaman jauh lebih baik dari pada hanya sekedar bicara, tidak pernah

berbuat sama sekali. Pengalaman yang dimaksud disini tentunya pengalaman

yang bersifat mendidik. Memberikan pengalaman yang edukatif kepada peserta

didik diarahkan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

b. Pendekatan Pembiasaan

Pendekatan ini dimaksudkan agar seseorang memiliki kebiasaan berbuat

hal-hal yang baik sesuai dengan ajaran agama Islam. Edi Suardi dalam

bukunya, Pedagogik 2, menjelaskan bahwa ”kebiasaan itu adalah suatu tingkah

laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan dulu, serta berlaku

begitu saja tanpa dipikir lagi. Pembiasaan memberikan kesempatan kepada

peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-

hari

c. Pendekatan Emosional

Emosi merupakan gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang.

Emosi tersebut berhubungan dengan masalah perasaan. Karena itu pendekatan

emosional merupakan ”usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta


55

didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan

mana yang buruk ”   (Ramayulis, 2005 : 129).

Emosi berperan dalam pembentukan kepribadian seseorang, oleh karena

itu pendekatan emosional merupakan salah satu pendekatan dalam Pendidikan

Agama Islam. Metode pembelajaran dalam pendekatan emosional ini yang

digunakan adalah metode ceramah, sosio drama atau bercerita.

d. Pendekatan Rasional

Pendekatan rasional merupakan sutu pendekatan yang mempergunakan

rasio (akal) dalam memahami dan menerima suatu ajaran agama. Dengan

mempergunakan akalnya seseorang bisa membedakan mana yang baik, mana

yang lebih baik, atau mana yang tidak baik. Pembelajaran dengan melalui

metode tanya jawab atau kerja kelompok, misalnya seorang guru bisa

melakukan pendekatan rasional dengan memberikan peran akal dalam

memahami dan menerima kebenaran ajaran atau tuntunan agama.

e. Pendekatan Fungsional

Pendekatan ini merupakan upaya memberikan materi pembelajaran

dengan menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam

kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dan bimbingan untuk melakukan shalat

misalnya, diharapkan berguna bagi kehidupan seseorang, baik dalam

kehidupan individu maupun dalam kehidupan sosial. Melalui pendekatan

fungsional ini berarti peserta didik dapat memanfaatkan ilmu dalam kehidupan

sehari-hari. Metode yang dapat digunakan dalam pendekatan ini antara lain

metode latihan, demonstrasi, dan pemberian tugas.


55

f.  Pendekatan Keteladanan

Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan atau

memberikan contoh yang baik. Guru yang senantiasa bersikap baik kepada

setiap orang misalnya, secara langsung memberikan keteladanan bagi anak

didiknya. Keteladanan pendidik terhadap anak didiknya merupakan faktor yang

sangat penting dan menentukan keberhasilan pembelajaran. Hal ini disebabkan

karena guru akan menjadi tokoh identifikasi dalam pandangan anak yang akan

dijadikannya sebagai teladan dalam mengidentifikasikan diri dalam

kehidupannya.

Kecenderungan anak untuk belajar melalui peniruan menyebabkan

pendekatan keteladanan menjadi sangat penting artinya dalam proses

pembelajaran. Bahkan manusia pada umumnya senantiasa cenderung meniru

yang lainnya. Rasulullah SAW merupakan teladan yang baik bagi umat Islam,

sebagaimana yang dinyatakan Allah SWT dalam Al Quran surah Al Ahzab

ayat 21[7] :

         
       

5. Materi Pendidikan Agama Islam Di SMA N 3 Bengkulu

Materi yang di ajarkan di SMA N 3 Bengkulu pada semester genap adalah

materi berupa bencana alam, ayat-ayat al-quran yang berkenaan dengan

bencana alam, qodho dan qodhar, etika dan mu’amalah sesama manusia,

silaturahim, yang semuanya itu telah di sampaikan semua dengan guru PAI

yang semuanya itu bisa menunjang prestasi belajar siswa dalam belajar.

E. Hipotesis Penelitian
55

Berdasarkan kerangka konsep diatas , maka dapat diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

1. Ho : Tidak terdapat korelasi antara kreativitas mengajar

guru terhadap prestasi belajar siswa

Ha : Terdapat Korelasi antara kreativitas mengajar Guru

terhadap prestasii belajar siswa

Tidak terdapat korelasi antara kemampuan mengelola


2. Ho :
kelas terhadap prestasi belajar siswa

Ha : Terdapat Korelasi antara kemampuan mengelola

3. kelas terhadap prestasi belajar siswa


Ho :

Tidak terdapat korelasi antara kreativitas mengajar

guru dan kemampuan mengelola kelas terhadap

prestasi belajar siswa

Ha :
Terdapat Korelasi antara kreativitas mengajar dan
kemampuan mengelola kelas secara bersama-sama
terhadap prestasi belajar siswa

Anda mungkin juga menyukai