Anda di halaman 1dari 11

KONSEP BELAJAR

Dosen Pengampu :
Hj.Nurhidayati,SST.MM

Disusun oleh :
Nama : Fransisco Sandia Prastama
NIM : AIR21019
Prodi : D3 Keperawatan
Tanggal Penugasan 23 November 2021

STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG


NOVEMBER 2021/2022
I. Pengertian Belajar

Pengertian Belajar Sebagai landasan penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan
belajar, maka terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi tentang belajar:

Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan, bahwa
“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasarnkecenderungan respon
pembawaan, kemetangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan,
pengaruh obat, dan sebagainya).

Gane, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa:“Belajar


terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu
ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Morgan, dalam buku Introduction to Psychology
(1978) mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasi dari latihan atau pengalaman.

Witherington, dalam buku Educationan Psychology mengemukakan: “Belajar adalah


suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi
yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. KBBI
mendefinisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan
kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses , cara,
perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Dari definisi-definisi yang disebutkan diatas, dapat dikemukakan adanya beberapa


elemen yang penting yang merincikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa: Belajar
merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku,dimana perubahan itu dapat mengarah pada
tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang
lebih buruk. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman,
dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak
dianggap hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan
akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu
berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu berlangsung berhari-hari,
berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Dengan ini kita harus menyampaikan perubahan-
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman
perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara. Tingkah laku
yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut beberapa aspek keperibadian, baik fisik
maupun psikis, seperti:

 perubahan dalam pengertian,


 pemecah suatu masalah/berpikir,
 keterampilan,
 kecakapan,
 kebiasaan,ataupun
 sikap.

II. Proses Belajar

Berikut ini beberapa uraian terkait dengan macam cara penyesuaian diri yang
dilakukan manusia dengan sengaja maupun tidak sengaja, dan hubungannya dengan
proses belajar:

A. Belajar dan Kematangan

Kematangan adalah suatu proses pertumbuhan organ-organ. Suatu organ


dalam diri makhluk hidup dikatakan telah matang, jika ia telah mencapai kesanggupan
untuk menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan itu datang pada waktu
sendirinya. Sedangkan belajar lebih membutuhkan kegiatan yang disadari, suatu
aktivitas, latihan-latihan dan konsentrasi dari orang yang bersangkutan. Proses belajar
terjadi akibat adanya perangsang-perangsang dari luar. Sedangkan proses kematangan
terjadi dari dalam. Akan tetapi meskipun demikian janganlah dilupakan bahwa kedua
proses (belajar dan kematangan) itu dalam perakteknya berhubungan erat satu sama
lain, bahkan keduanya saling melengkapi.

B. Belajar dan Penyesuaian diri

Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang dapat merubah tingkah laku
manusia. Berikut ini bentuk penyesuaian diri yang terbagi menjadi dua macam;

a) Penyesuaian diri autoplastis, yaitu seseorang mengubah dirinya disesuaikan dengan


keadaan lingkungan/dunia luar.
b) Penyesuaian diri alloplastis, yang berarti mengubah lingkungan/dunia luar
disesuaikan dengan kebutuhan dirinya.

Kedua macam penyesuaian diri di atas termasuk ke dalam proes belajar, karena
dengan hal itu terjadi perubahan-perubahan yang kadang-kadang sangat mendalam
dalam kehidupan manusia. Sebab manusia dalam kehidupannya setiap hari selalu
belajar. Akan tetapi tidak semua belajar adalah penyesuaian diri.

C. Belajar dan Pengalaman


Belajar danPengalaman, keduanya merupakan suatu proses belajar yang dapat
merubah sikap, tingkah lku danpengetahuan. Namun, belajar dan memperoleh
pengalaman adalah berbeda. Mengalami sesuatu belum tentu merupakan belajar
dalam arti pedagogis; tetapi sebaliknya tiap-tiap belajar itu mengalami pengalaman.
Contoh pengalaman yang berarti bukan belajar: Karena mengalami sesuatu yang
menyedihkan dapat menimbulkan apatis dan putus asa pada diri seseorang. Contoh
lain: karena bodohnya, pengalaman-pengalamannya tidak digunakan untuk belajar;
tidak digunakan untuk menambah pengalaman yang baru.

D. Belajar dan Bermain


Dalam bermain juga terjadi proses belajar. Persamaannya bahwa dalam belajar
dan bermain terjadi perubahan, yang dapat merubah tingkah laku, sikap dan
pengalaman.

Disisi lain antara belajar dan bermain memiliki perbedaan. Menurut arti
katanya, bermain merupakan kegiatan yang cenderung khusus dilakukan oleh anak-
anak meskipun hal ini sering kali dilakukan oleh orang dewasa. Sedangkan belajar
merupkan kegiatan yang umum, yaitu kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh setiap
manusi baik ketika semenjak lahir hingga tumbuh dewa terlebih sampai makhir
hayatnya.

Menurut sifatnya, perbedaan belajar dengan bermain ialah kegiatan belajar


mempunyai tujuan yang terletak pada masa depan, atau masa kemudian. Sedangkan
kegiatan bermainhanya ditunjukan pada situasi dan waktu itu saja. Adapun tujuan
bemain adalah untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan yang sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dialaminya pada waktu itu.
E. Belajar dan Pengertian
Belajar memiliki pengertian yang lebih luas daripada hanya mencapai
pengertian. Ada pula proses belajar yang berlangsung dengan otomati tanpa
pengertian. Seperti proses belajar yang terjadi pada hewan, umpamanya seekor kucing
berlatih menangkap sesuatu dengan menggunaka bela. Latihan cara menangkap itu
dilakukannya tanpa pengertian, tanpa menyadari apa maksud dan tujuan dari latihan
tersebut. Sebaliknya ada pula pengertian yang tidak menimbulkan proses belajar,
karena belum tentu orang yang mendapatkan pengertian perilakunya dapat berubah
dan orang yang mengerti tentang sesuatu berarti ia dapat merealisasikannya sesuia
dengan pengertian apa yang ia ketahui.
F. Belajar dan Mengingat
Menghafal/mengingat tidak sama dengan belajar. Hafal atau ingat akan
sesuatu belum menjamin bahwa dengan demikianorang suda belajar dalam arti yang
sebenarnya. Sebab untuk mengetahui sesuatu tidak cukup dengan hanya menghafal
saja, tetapi harus dengan pengertian dan pemahaman.
Maksud belajar adalh menyediakan pengalaman-pengalaman untuk
menghadapi soal-soal dimasa depan. Jika pengalaman - pengalaman itu hanya
merupakan sesuatu yang statis, yang tidak bergunauntuk adanya perubahan dalam
tingkah laku, sikap atau pengetahuan, maka yang demikian itu tidak terjadi peroses
belajar. g.Belajar dan Latihan Persamaannya bahwa belajar dan latihan keduanya
dapat menyebabkan perubahan/proses tingkah laku, sikap dan pengetahuan. Akan
tetapi dalam keduanya terdapat perbedaan. Di dalam praktek terdapat pula proses
belajar yang terjadi tanpa latihan.
G. Belajar dan Latihan
Persamaannya bahwa belajar dan latihan keduanya dapat menyebabkan
perubahan/proses tingkah laku, sikap dan pengetahuan. Akan tetapi dalam keduanya
terdapat perbedaan. Di dalam praktek terdapat pula proses belajar yang terjadi tanpa
latihan.

III. Teori – Teori Dalam Belajar


Berikut ini adalah beberapa contoh teori belajar yang telah diselidiki oleh para ahli
psikologi sesuai dengan aliran psikologinya masing-masing. Teori belajar yang
terkenal dalam psikologi antara lain adalah sebagai berikut:
A. Teori Conditioning
Dapat dikatakan bahwa pelopor dari teori ini adalah Pavlov, seorang ahli
psikologi-refleksologi dari Russia. Dia melakukan percobaan-percobaan dengan
anjing. Secara ringkas percobaan-percobaan Pavlov dapat kita uraikan sebagai
berikut:
Seekor anjing yang telah dibedah sedemikian rupa,sehingga kelenjar ludahnya
berada diluar pipinya, dimasukan ke dalam ruangan yang gelap. Di kamar itu hanya
ada sebuah lubang yang berada tepat didepan moncongnya, tempat menyodorkan
makanan dan tempat untuk menyorotkan cahaya pada waktu dilakukan percobaan-
percobaan. Pada moncongnya yang telah dibedah itu dipasang sebuah pipa yang
dihubungkan dengan sebuah tabung diluar kamar. Dengan demikian dapat diketahui
keluar tidaknya air liur dari moncong anjing itu pada waktu diadakan percobaan.
Dengan demikian, maka belajar menurut teori ini bukan hanya
meerupakan proses asosiasi antara stimulus-respon yang makin lama makin kuat
karena adanya latihan-latihan dan pengulangan akan tetapi belajar akan terjadi
apabila adanya insight (pengertian). Insight ini akan muncul apabila seseorang
setelah beberapa saat mencoba memahami suatu masalah tiba-tiba muncul adanya
kejelasan, terlihat olehnya hubungan antara satu unsur dengan unsur-unsur lainnya,
kemudian dipahami sangkut-pautnya dan dimengerti maknanya.
Belajar adalah suatu proses rentetan penemuan dengan bantuan pengalaman-
pengalaman yang sudah ada. Manusia belajar memahami dunia sekitarnya dengan
jalan mengatur menyusun kembali pengalaman-pengalamannya yang banyak
berserakan menjadi suatu struktur dan kebudayaan yang berarti dan dipahami
olehnya. Sebagai pendidik, baiknya kita mengambil manfaat dari berbagai teori itu
dan mempraktekannya sesuai situasi dan materi yang dipelajari dan yang akan
diajarkan. Dan baiknya kita berlaku adil pada masing-masing teori tersebut, yakni
tidak membenarkan satu teori lantas membuang teori lainnya mentah-mentah,
karena pendekatan teori masing-masing itupun melalui objek yang berbeda-beda.

IV. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Belajar


Faktor individual seperti, faktor kematangan/pertumbuhan,kecerdasan, latihan,
motivasi, dan faktor pribadi. Faktor eksternal (sosial) seperti, keluarga/ keadaan
rumah, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam KBM, lingungan
dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. Marilah kita uraikan dan pahami
faktor-faktor tersebut secara singkat:
A. Kematangan/ pertumbuhan Kita tidak dapat melatih anak yang baru berumur 6
bulan untuk belajar berjalan. Andaipun kita paksa, tetap anak itu tidak akan dapat/
sanggup berjalan karena untuk dapat melakukan itu anak memerlukan kematangan
potensi jasmaniah maupun rohaniah. Anak umur 6 bulan otot-otot dan tulang-
tulangnya masih lemah, berat badan dan kekuatan tenaganya masih belum ada
keseimbangan yang harmonis dan keberanian untuk mencoba pun belum ada.
B. Kecerdasan/ Intelijensi Bukan hanya kematangan saja yang dapat membuat
seseorang berhasil dalam belajarnya tetapi juga kecerdasan/ intelijensi pu
berpengaruh. Kitatidak dapat membantahnya, kenyataan telah menunjukan pada
kita, meskipun anak yang berumur 14 tahun ke atas pada umumnya telah matang
untuk belajar ilmu pasti, tapi tidak semua anak-anak tersebut pandai dalam ilmu
pasti.
C. Latihan dan Ulangan Karena terlatih dan seringkali mengulang sesuatu maka
pengetahuan dan kecakapan yang dimilikinya dapat menjadi semakin dikuasai dan
mendalam. Sebaliknya jika tanpa latihan pengalaman dan pengetahuan yang
dimilikinya akan berkurang bahkan hilang. Dan dengan sering latihan akan timbul
minat dan semakin besar minat akan timbul perhatiannya sehingga besar pula hasrat
untuk mempelajarinya.
D. Motivasi Motif merupakan pendorong bagi organisme untuk melakukan sesuatu.
Sebagai contoh Motif lapar pada kucing percobaan Thorndike mendorong kucing
itu berkali-kali sehingga akhirnya dapat “membuka” pintu tanpa melakukan
perbuatan-perbuatan yang membabi buta lagi. Motif intrinsik dapat mendorong
seseorang sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam ilmu pengetahuan
tertentu,. Tak mungkin seseorang mau berusaha mempeelajari sesuatu dengan
sebaik-baikny, tanpa ia mengetahui manfaat maupun faedah yang akan dicapai dari
belajarnya itu bagi dirinya.
E. Sifat-sifat Pribadi Seseorang Di samping faktor-faktor tadi faktor pribadi seseorang
turut memegang peranan penting dalam berhasilnya belajar seeorang. Karena tiap
orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda maka berbeda pula tingkat
keberhasilan tiap orang. Dan termasuk dalam kepribadian seseorang adalah faktor
fisik, kesehatan dan kondisi badan.
Selain faktor pribadi yang bersifat individual keberhasilan seseorang dalm belajar
juga dipengaruhi oleh faktor sosial eksternal.
A. Keadaan keluarga Tidak dapat dipungkiri keadaan keluarga yang beraneka
ragam seperti miskin, kaya, tentram dan damai dan sebagainya turut berperan
dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Dan realita pun telah
menunjukannya. Termasuk dalam keadaan kelurga juga adalah ada tidaknya
fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting dalam
keberhasilan belajar.
B. Guru dan Cara Mengajar Hal yang penting dalam pembelajaran terutama di
sekolah adalah faktor guru dan bagaimana cara mengajarnya merupakan faktor
yang terpenting. Bagimana sikap guru, kepribadian guru, tinggi rendahnya
pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara yang digunakan untuk
mengajarkan pengetahuannya pada anak didiknya, dapat menentukan
bagaimana hasil belajar yang dapat di capai.
C. Alat-alat pelajaran Faktor guru dan cara mengajarnya tidak dapat kita
mutlakkan salah besar jika anak didiknya gagal dalam proses pembelajaran, tapi
faktor itu tidak lepas dari ada tidaknya dan cukup tidaknya alat-alat pelajaran
yag tersedia di sekolah. Sekolah yang memiliki alat-alat dan perlengkapan yang
diperlukan untuk belajar apalagi ditambah dengan cara mengajar yang baik dari
gurunya, kecakapan gurunya dalam menggunakan alat tersebut akan
mempermudah dan mempercepat belajar anak didik.
D. Motivasi sosial Karena belajar merupakan suatu proses dalammaka motivasi
memiliki peran penting. Bukan hanya motivasi yang timbul dari dalam diri
sendiri tetapi juga motivasi yang diberikan dari orang-orang yang ada sekitar
anak didik, seperti guru ketika disekolah dapat memotivasi anak didiknya untuk
rajin belajar agar mendapatkan nilai yang bagus ketika ulangan, begitupun
orang tua ketika di rumah dan lingkungan masyarakat pada umummnya dapat
memberikan motivasi pada anak didik agar sukses dalam belajarnya.
E. Lingkungan dan Kesempatan Seorang anak dari keluarga yang baik, memiliki
intelijensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya
dan alat-alatnya baik, belum tentu dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor
yang terbilang paling berpengaruh pada hasil belajar.
Contohnya karena jarak antara rumah dan sekolah yang terlalu jauh,
memerlukan kendaraan yang ukup lama sehingga melelahkan. Banyak pula
anak-anak yang tidak dapat belajar dengan hasil baik dan tidak dapat
mempertinggi belajarnya, akibat tidak adanya kesempatan yang disebabkan
oleh sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan
negatif serta faktor-faktor lain yang terjadi di luar kemampuannya. Faktor
lingkungan dan kesempatan ini lebih berpengaruh lagi bagi cara belajar pada
orang-orang dewasa.

V. Fase-fase dalam Belajar Menurut Ahli Psikologi (Gagne)


Gagne mengklasifikasikan fase-fase belajar kedalam empat bagian, yakni
sebagai berikut:
1) Fase pengenalan (apprehending phase)
Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap
artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri
dengan berbagai cara. ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang unik
pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggung jawab
terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar.
2) Fase perolehan (acqusition phase)
Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan
informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya. Dengan kata lain
pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan
informasi lama.
3) Fase penyimpanan (storage phase)
Fase storage atau retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi
yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui
pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke
memori jangka panjang.
4) Fase pemanggilan (retrieval phase)
Fase retrieval atau recall adalah fase mengingat kembali atau memanggil
kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja
informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori
jangka panjang.Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan
yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas
pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih
mudah dipanggil
KESIMPULAN
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku,dimana perubahan itu
dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga
kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk. Berikut ini
beberapa uraian terkait dengan macam cara penyesuaian diri yang dilakukan
manusia dengan sengaja maupun tidak sengaja, dan hubungannya dengan
proses belajar:
Belajar dan Kematangan
Belajar dan Penyesuaian diri
Belajar dan Pengalaman
Belajar dan Bermain
Belajar dan Pengertian
Belajar dan Mengingat
Belajar dan Latihan
Teori-teoridalam belajarsangat banyak,namunpada makalahini penulis hanya
mencantumkantigateori belajar yangpalingmasyhurdikalanganparaahli, yakni;
Teori Conditioning, Teori Connectionism, dan teori insight full learning.
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, M Ngalim, Drs., Psikologi Pendidikan, Cetakan Ke-26, Rosda,


Bandung, 2013. Farkhana, Nada, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Siswa, -, Semarang, 2010 Thobroni,Muhammad dan Arif
Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, Arruz Media, Jogjakarta, 2011

Anda mungkin juga menyukai