Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I
DASAR – DASAR UMUM

Di dunia kesehatan obat salah satu kebutuhan klien untuk membantu


penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Obat adalah sebuah substansi yang berasal
daritumbuhan, hewan, mineral maupun zat kimia tertentu yang diberikan kepada
manusia sebagai pengobatan ataupun pencegahan terhadap berbagai gangguan yang
terjadi di dalam tubuh. Tidak ada obat yang aman seratus persen tanpa potensi racun
di dalam nya dan tidak ada obat yang tanpa efek samping. Meskipun demikian
keuntungan obat – obatan jauh lebih banyak daripada kerugian yang di timbulkannya.

I. Definisi Obat
Obat merupakan panduan bahan – bahan yang dipakai untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi untuk penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
(Kebijakan Obat Nasional, Depkes RI, 2005).
Obat merupakan zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit
serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia dan hewan (Ansel, 1985).

II. Pembagian Obat


1. Menurut Kegunaan Obat
Obat digunakan untuk menyembuhkan (teraupetik), mencegah (profilatik) dan
mendiagnosis ( diagnostic).
2. Menurut Cara Penggunaan
Dibagi menjadi dua yaitu medicamentum ad usum internum (untuk pemakaian
dalam) yaitu melalui oral yang diberi etiket putih dan medicamentum ad usum
ekseternum (untuk pemakaian luar) yang selain melalui saluran pencernaan yang
diberi etiket putih.
3. Menurut Cara Kerja
Cara kerja lokal yaitu bekerja pada jaringan setempat contohnya pemakaian obat
topikal dan sistemik yaitu obat yang didistribusikan ke seluruh tubuh contohnya
pemakaian obat oral.

1
2

4. Menurut Proses Fisiologi dan Biokimia Tubuh


a. Obat Farmakodinamis adalah obat yang bekerja dengan mempercepat atau
memperlambat proses fisiologis atau fungsi biokimia tubuh, contohnya
hormon, diuretik, hipnotik dan obat otonom.
b. Obat keoteraupetik adalah obat yang dapat membunuh parasit dan kuman di
dalam tubuh, contohnya obat antibiotik, antikanker dan antiparasit.
c. Obat diagnostikadalah obat yang membantu melakukan diagnosis atau
pengenalan penyakit, contohnya barium sulfat untuk mendiagnosis penyakit
saluran lambung – usus.

5. Menurut Undang – Undang


Terbagi menjadi :
a. Narkotika ( obat bius atau daftar O = Opium) yang dapat menimbulkan efek
ketagihan sehingga harus dalam pengawasan dokter dan hanya dapat diperloeh
dengan resep dokter asli, contohnya opium, morfin, heroin, ganja yang
biasanya digunakan sebagai anastesi dan analgetiks.
b. Obat Keras ( daftar G = Geverlijik = berbahaya) yaitu obat yang memiliki
dosis maksimum yang diberi lingkaran merah dengan huruf K dengan tepi
lingkaran yang berwarna hitam yang hanya bisa didapatkan dengan resep
dokter, antara lain obat jantung, hipertensi, hipotensi, diabetes, hormon,
antibiotik dan beberapa obat ulkus lambung.
c. Obat bebas terbatas ( daftar W = Waarschuwing = Peringatan ) dengan
lingkaran berwarna biru dengan tepi lingkaran berwarnahitam merupakan
golongan obat yang dalam jumlah tertentu penggunaannya aman tetapi bila
terlalu lama menimbulkan efek yang kurang enak, misalnya obat batuk,
influenza, penghilang rasa sakit, penurun panas, suplemen vitamin dan
mineral, antiseptik, dan obat tetes mata untuk iritasi ringan.
d. Obat bebas yaitu obat yang dapat dibeli secara bebas dan tidak membahayakan
masyarakat yang dapat digunakan sendiri atau tanpa pengawasan dokter
dengan tanda lingkaran hijau, berupa suplemen vitamin dan mineral, obat
gosok, beberapa analgetik – antipiretik dan antasida.

2
3

III. Bentuk Obat


Obat mempunyai berbagai macam bentuk yang mempunyai karateristik dan tujuan
tersendiri, yang terdiri dari :
a. Tablet
Merupakan sediaan padat kompak berbentuk tabung pipih atau sirkuler kedua
permukaan atau cembung yang mengandung satu atau lebih jenis obat, dengan
atau tanpa bahan tambahan, yang terdiri dari :
1. Tablet Kempa merupakan tablet yang paling banyak di gunakan dengan
ukuran yang bervariasi, bentuk dan penandaannya tergantung design cetakan.
2. Tablet Cetak dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada masa lembab
dengan lubang cetakan.
3. Tablet Trikurat merupakan tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya
silindris.
4. Tablet Hipodermik yang dibuat dengan bahan yang mudah larut atau melarut
sempurna dalam air.
5. Tablet Sublingual yaitu tablet yang dikehendaki efek cepat tanpa melewati hati
yang digunakan dengan meletakkan obat di bawah lidah.
6. Tablet Bukal digunakan dengan meletakkan obat antara pipi dangusi.
7. Tablet Evervescen merupakan tablet yang larut dalam air dimana harus
dikemas dalam wadah yang tertutup rapat.
8. Tablet Kunyah merupakan tablet yang cara penggunaannya dengan dikunyah.
b. Pulvus
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
digunakan untuk pemakaian obat oral.
c. Pilulae (Pil)
Merupakan bentuk sediaaan padat bundar dan kecil yang mengandung bahan obat,
untuk pemakaian obat oral.
d. Kapsul
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang atau lunak yang
dapat larut, dimana keuntungannya yaitu menutupi bau dan rasa tidak enak,
menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari, lebih enak di
pandang, dan mudah di telan.

3
4

e. Solutines ( Larutan)
Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat
larut meengandung satu atau lebih zat kimia.
f. Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi
dalam fase cair, antara lain suspense oral ( termasuk susu), suspense topical
( penggunaan pada kulit), suspense tetes telinga ( telinga bagian luar), suspense
optalmik, suspense sirup kering.
g. Emulsi
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dari sistem disperse,
fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan
lainnya, umumnya distabilkan oleh zal pengemulsi.
h. Galenik
Merupakan sediaanyang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau
tumbuhan yang disaring.
i. Extracum
Merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstaksi zat dari simplisa
nabati atau hewani, menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.
j. Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 90 derajad celcius selama 15 menit.
k. Immoresa
Merupakan sediaan yang mengandung immunoglobulin khas yang diperoleh dari
serum hewan dengan pemurnian, berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular)
dan mengikat kuman atau virus atau antigen.
l. Salep
Merupakan sediaan setegah padat untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput
lender yang mudah di oleskan dan digunakan sebagai obat luar.
m. Suppositoria
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan
melalui rectal, vagina atau uretra yang umumnya meleleh, melunak atau melarut
dalam suhu tubuh.

4
5

n. Guttae
Merupakan sediaan cairan yang berupa larutan, emulsi atau suspensi,
dimaksudkan untuk obat luar atau dalam dengan cara meneteskan menggunakan
penetes beku, berupa guttae (obat dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae
auriculares (tetes telinga, gutaae nasals (tetes hidung) dan guttae ophalmicae (tetes
mata).
o. Injeksi
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspansi atau serbuk yang
harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum di suntikkan dengan cara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir, dimana obat bekerja
lebih cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima
pengobatan melalui mulut.
p. Inhalasi
Merupakan sediaan berupa cairan atau serbuk yang kemudian diubah ke dalam
bentuk gas dengan cara pemberian obat yang dimasukkan ke dalam saluran nafas
dengan cara inhalasi baik melalui hidung ataupun mulut.

IV. Farmakokinetika
Merupakan aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu :
a. Absobrsi dan Bioavalabilitas
Absorbsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian yang
menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses tersebut sedangkan
bioavailabilitas adalah jumlah obat dalam persen terhadap dosis yang mencapai
sirkulasi sistemik.
b. Distribusi
Setelah di absorbsi kelesuruh tubuh melalui sirkulasi darah, distribusi obat juga
ditentukan oleh sifat fisikokimianya. Distribusi fase pertama terjadi setelah
penyerapan yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik misalnya jantung, hati,
ginjal dan otak sedangkan distribusi fase kedua jauh lebih luas mencakup otot,
visera, kulit dan jaringan lemak.
c. Metabolisme
Merupakan proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan
dikatalis oleh enzim dimana molekul obat diubah menjadi polar yaitu lebih

5
6

mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah di
ekskresi melalui ginjal.
d. Eksresi
Obat dikeluarkan tubuh melalui berbagai macam organ eksresi dalam bentuk
metabolit hasil metabolisme atau dalam bentuk asalnya. Ginjal merupakan organ
ekskresi yang terpenting

6
7

BAB II

PRINSIP DAN TEKNIK PEMBERIAN OBAT

I. Prinsip Pemberian Obat


Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan
pemberian obat. Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat. Pengetahuan
tentang manfaat, indikasi, dosis cara pemberian dan efek samping obat sangat penting
dimiliki oleh perawat.
Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang
diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yahg diberikan sesuai resep dan
selalu menggunakan prinsip 12 benar, yaitu :
1. Benar Pasien
Haruslah dapat dipastikan bahwa pasien yang dimaksudkan adalah pasien yang
benar. Dengan cara menanyakan nama atau melalui gelang yang dipakai pada
setiap pasien yang diopname.
2. Benar Obat
Cek nama obat dengan teliti, pasien menerima obat yang sesuai dengan order
dokter, untuk menghindari kesalahan, maka etiket (label) obat harus dibaca tiga
kali, yaitu saat mengambil obat dari lemari/rak, saat membuka obat dan saat
mengembalikan obat ke lemari/rak.
3. Benar Dosis
Dosis yang diorder perlu diperhatikan pada setiap pemberian obat pada pasien.
4. Benat Cara Pemberian atau Rute
Rute sangat terkait dengan absorpsi, obat dpat diberikan peroral, parental, topical,
rectal atau melalui inhalasi. Pemberian obat yang terbaik ditentukan oleh keadaan
umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat dan
tempat kerja yang diinginkan.
5. Benar Waktu
Obat yang diresepkan harus diberikan tepat pada waktunya, beberapa obat
diberikan sebelum, sesudah dan saat makan.

7
8

6. Benar Dokumentasi
Setelah obat diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa
obat itu diberikan. Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku
di rumah sakit.
7. Benar Evaluasi
Perawat melihat dan memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya yaitu
respon pasien terhadap pengobatan perlu dicatat seperti timbulnya alergi.
8. Benar Reaksi dengan Obat Lain
Pada penyakit kritis, penggunaan obat tertentu misalnya omeperazol diberikan
dengan chloramphenicol.
9. Benar Reaksi Terhadap Makanan
Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat, jika obat harus
diberikan sebelum atau sesudah makan untuk memperoleh manfaat yang
maksimal.
10. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien
Perawat memberikan pendidikan kesehatan khususnya yang berkaitan dengan
obat kepada pasien dan keluarga, misalnya mengenai alasan terapi obat diberikan
kepada pasien, reaksi obat dan hasil yang diharapkan setelah pemberian dan
penggunaan obat.
11. Benar Pengkajian
Sebelum memberikan obat, perawat harus memeriksa tanda – tanda vital pasien,
misalnya suhu dan tekanan darah.
12. Hak Klien Untuk Menolak
Klien berhak menolak dalam pemberian obat, sehingga perawat harus
memberikan inform consent kepada pasien.

8
9

II. Teknik Pemberian Obat


a. Pemberian Obat Peroral
Obat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut, dengan tujuan menegah,
mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Pemberian obat peroral relatif aman, praktis, ekonomis, dan mudah. Kelemahan
dari pemberian obat peroral adalah timbul efek lambat, tidak bermanfaat bagi
pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif.

b. Sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh dibawah lidah. Tujuannya adalah
agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah dibawah lidah
merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual
adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna
dan metabolisme di dindingusus dan hati dapat dihindari.

c. Inhalasi
Adalah cara pemberian obat dengan cara disemprotkan kedalam mulut atau
dihirup melalui hidung (misalnya obat asma dan nebulizer). Kelebihan dari
pemberian obat ini adalah absorsi terjadi cepat dan homogeny, kadar obat dapat
dikontrol, terhidar daru efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung pada
bronkus. Dalam inhalasi,obat dalam keadaan gas atau uap yang akan diabsorsi
sangat cepat melalui alveoli paru-paru dan membrane mukosa pada saluran
pernafasan.

d. Rectal
Adalah cara pemberian obat melalui dubur atau anus, dengan tujuan memberikan
efek local dan sistemik. Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti
obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara local untuk meningkatkan
defekasi. Dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin supositoria berfungsi
mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding
rectal yang melewati sfingter ani interna. Kontraindikasi pada pasien yang
mengalami pembedahan rectal.

9
10

e. Pervagina
Adalah pemberian obat melalui vagina, dimasukkan ke vagina. Bertujuan
mendapatakan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat
ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan intuk mengobati
infeksi lokal seperti keputihan atau jamur.

f. Topical atau local


Adalah pemberian obat yang bersifat lokal, seperti salep, tetes mata, tetes telinga,
dan tetes hidung.
1. Pemberian obat Salep
Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan. Bertujuan
mempertahankan hidrasi, melindungi permukaaan kulit, mengurangi iritasi
kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit ini bermacam-macam
seperti krim, losion, aerosol, dan sprei.
2. Pemberian obat pada tetes mata
Merupakan cara pemberian obat pada mata dengan diteteskan. Digunakan
untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi
pupil, ujntuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa,
dan dapat digunakan menghilangkan iritasi pada mata.
3. Pemberian obat tetes telinga
Merupakan cara pemberian obat pada telinga dengan tetes telinga. Umumnya
diberikan pada gangguan infeksi telinga, khusunya pada telinga tengah (otitis
media) dan dapat berupa sebagai antibiotik.
4. Pemberian obat tetes hidung
Merupakan cara pemberian obat pada hidung dengan tetes hidung. Dan dapat
dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau
nasofaring.

g. Parenteral
Adalah cara pemberian obat langsung ke pembuluh darah , tanpa melalui
mulut ataupun saluran cerna. Tujuannya adalah efek timbul lebih cepat dan teratur
misalnya suntikan atau insulin. Dapat diberikan kepada penderita yang tidak
kooperatif, tidak sadar, atau muntah-muntah dan sangat berguna dalam keadaan

10
11

darurat. Kerugiannya adalah dibutuhkan kondisi asepsis, menimbulkan rasa


nyeri,tidak ekonomis, membutuhan tenaga medis.
Istilah injeksi termasuk semua bentuk obat yang digunakan secara parental
termasuk infuse. Pemberian obat parenteral dibagi menjadi :
1. Intravena
Yaitu memasukkan obat langsung ke pembuluh darah vena, waktu cepat
sehingga obat langsung masuk dalam sirkulasi darah. Pemberian obat
intarvena melalui selang infuse yang sudah terpasang disuntikkan pada
karetnya. Lokasi yang digunakan untuk penyuntikan adalah pada lengan (vena
mediana/vena chepalica), pada tungkai (vena saphenosus), pada leher (vena
jugularis) khusus pada anak, pada kepala (vena frontalis, vena temporalis)
khusus pada anak.

2. Subcutan atau hypodermic


Yaitu pemberian obat melalui suntikan ke area bawah kulit yaitu jaringan
konektif atau lemak dibawah dermis. Penyuntikan dilakukan dengan jarum
panjang dengan sudut 450 pada daerah ventrogluteal (paha depan), pada perut
atau lemak dibawah dermis. Umumnya obat melalui subcutan ini dilakukan
untuk pemberian insulin. Pada pemakaian injeksi subcutan untuk jangka waktu
yang lama, maka injeksi perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada
area yang berbeda. Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif
terhadap jaringan. Absorsi biasanya berjlan lambat dan konstan sehingga
efeknya bertahan lama. Absorsi menjadi lambat jika diberikan dalam bentuk
padat yang ditanamkan dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi.

3. Intracutan
Yaitu pemberian obat memasukkan obat kedalam jaringan kulit. Pemberian
obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan dibawah dermis atau epidermis,
secara umum dilakukan pada daerah lengan bagian dalam dan bagian atas dan
punggung area scapula yang disuntikkan dengan sudut 10-15o,\. Intracutan
biasa digunakan untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap obat yang akan
disuntikkan agar menghindarkan pasien dari efek alergi (dengan skin test),
menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin test).

11
12

4. Intramuscular.
Yaitu pemberian obat dengan cara memasukkan kedalam jaringan otot. Lokasi
penyuntikan dapat pada daerah paha (vastus lateralis), dengan posisi berbaring
(ventrogluteal), posisi tengkurap (dorsogluteal), atau lengan atas (deltoid)
dengan sudut 90o. Daerah penyuntikan ini digunakan karena masa otot yang
besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari saraf.

5. Intrathorakal
Yaitu suntikan langsung kedalam ruang subaraknoid spinal, dilakukan bila
diinginkan efek obat yang cepat dan setempat pada selaput otot. Contohnya :
spinal anasthesi.

6. Epidural injeksi
Yaitu injeksi dalam ruang spinal (rongga tulang belakang) maupun epidural,
bersifat local. Menghasilkan efek mati rasa pada paruh tubuh tertentu misalnya
dari atas kebawah. Seperti bupivacaine (marcai).

III. Aturan Jam Pemberian Obat di RS Advent


a. Obat Oral
Daily :8
B . I. D : 8 – 20
T.I.D : 8 - 13 – 20
Q.I.D : 8 – 12 – 16 – 20

b. Obat Injeksi Antibiotika


Daily : 10
B.I.D : 10 – 22 / 6 – 18
T. I . D : 6 – 14 – 22
Q.I.D : 6 – 12 -18 -24

c. Obat Antibiotic (Oral Med)


T.I.D : 6 – 14 – 22
Q.I.D : 6 – 12 – 18 – 24

12
13

d. Antasida ( Obat Ac )
B.I.D : 6 – 16
T.I.D : 6 – 11 – 16
Q.I.D : 6 – 11 -16 – 21

IV. Cara Mencegah Kesalahan Obat


Potter and Perry (2005, hal 1021 ) mengatakan hal yang perlu diperhatikan oleh
seorang perawat pada saat memberikan obat untuk mencegah terjadinya kesalahan
adalah :
a. Membaca lebel obat dengan teliti dengan sekurang-kurangnya tiga kali.
b. Waspadai obat – obat yang bernama sama / Lasa (look like sound like)
c. Pertanyaan pemberian banyak tablet atau vial obat dosis tunggal
d. Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba – tiba dan berlebihan
e. Cermati angka dibelakang koma
f. Bila obat baru yang tidak lazim diprogramkan, konsultasikan pada sumbernya.
g. Jangan memberi obat yang diprogramkan dengan nama pendek atau singkatan
tidak resmi
h. Jangan berupaya menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat dibaca.
i. Kenali pasien yang memiliki nama akhir sama. Minta pasien menyebutkan
nama lengkapnya.

V. Terapi Obat Pada Pasien-Pasien Khusus


Farmakoterapi merupakan cabang ilmu farmakologi yang mempelajari obat untuk
mencegah, menegakkan diagnostik, menyembuhkan penyakit, memulihkan atau
rehabilitasi kesehatan dan untuk mencegah fungsi normal tubuh untuk tujuan
tertentu misalnya penggunaan obat – obat KB, anastetika umum ( hilangnya
kesadaran dan respon aktif atau nyeri, fisiologi berubah sehingga ketika dioperasi
tidak sakit). Terapi ini bertujuan untuk :
a. Terapi atau Penggunaan Obat Pada Pasien Hamil
Penggunaan obat dapat mengakibatkan kecacatan pada bayi atau
mempengaruhi janin apabila obat yang dikonsumsi oleh ibu hamil tembus ke
plasenta. Obat hanya diresepkan pada wanita hamil bila manfaat yang diperoleh
ibu diharapkan lebih besar dibandingkan resiko pada janin. Sedapat mungkin
dihindari penggunaan segala jenis obat pada trimester pertama kehamilan.

13
14

Bila menggunakan obat saat hamil, maka harus dipilih obat yang paling
aman dan diresepkan oleh dokter pada dosis yang terendah dan untuk jangka
waktu pemakaian yang sesingkat mungkin.

b. Terapi atau Penggunan Obat Pada Pasien Menyusui


Obat yang diminum oleh ibu menyusui dapat menembusair susu sehingga
dapat diminum atau terminum oleh bayi, misalnya wanita gondok minum obat
tetapi menyusui tidak dapat dihentikan sehingga dapat menyebabkan anak
menjadi kerdil. Sedapat mungkin dihindari penggunaan obat pada wanita yang
menyusui atau menghentikan pemberian air susu ibu (ASI) jika pemakaian harus
tetap dilanjutkan.
Jika penggunaan obat diperlukan maka pakailah obat dengan efek samping
teraman, terutama obat – obatan yang memiliki izin untuk digunakan pada bayi.
Apabila menggunkan obat selama menyusui maka bayi harus dipantau secara
cermat terhadap efek samping yang mungkin terjadi.

c. Terapi atau Penggunaan Obat Pada Pasien Anak


Obat pada anak dapat berpengaruh karena organ – organ pada anak belum
sempurna pertumbuhannya sehingga obat dapat menjadi racun dalam darah yang
mempengaruhi organ hati dan ginjal. Pada hati organ – organ belum terbentuk
sempurna, sehingga obat tidak termetabolisme dengan baik yang dapat
mengakibatkan konsentrasi obat yang tinggi di dalam tubuh anak. Pada bayi
berumur 6 bulan, ginjal belum bekerja secara efisien mensekresikan obat
sehingga mengakibatkan konsentrasi yang tinggi didalam darah anak.
Penggunaan obat pada anak merupakan hal yang bersifat khusus yang
berkaitan dengan perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh
maupun enzim yang bertanggung jawab terhadap metabolisme dan eksresi obat.
Farmakokinetika pada anak – anak berbeda dengan orang dewasa, dengan
memahami perbedaan tersebut akan membantu perawat medicine dalam
membuat keputusan yang berkaitan dengan dosis, misalnya dalam pengusulan
dosis (mg/kg) maupun frekuensi pemberianobat yang berbeda antara anak – anak
dan orang dewasa. Dosis bagi anak – anak akan sulit untuk ditentukan.
Pemanfaatan penglaman klinis merupakan acuan terbaik dalam menetukan dosis
yang paling sesuai untuk bayi dan anak – anak.

14
15

d. Terapi atau Penggunaan Obat Pada Pasien Lansia


Proses penuaan akan mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan
fisiologi, anatomi, psikologi dan sosiologi. Terdapat perubahan – perubahan
fungsi, kemampuan organ menurun, dosis dalam darah meningkat sehingga akan
menjadi racun serta laju darah dalam ginjal menurun. Perubahan – perubahan
yang terkait usia dapat menyebabkan perubahan yang bermakna dalam
penatalaksanaan obat. Perawat medicine sebaiknya perlu memiliki pengetahuan
menyeluruh tentang perubahan – perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik
yang muncul.
Efek samping obat lebih sering terjadi pada populasi lanjut usia. Pasien
lanjut usia tiga kali lebih beresiko masuk rumah sakit akibat efek samping obat.
Hal ini berpengaruh secara bermakna terhadap segi finansial seperti halnya
implikasi teraupetik. Kepatuhan penggunaan obat sering kali mengalami
penurunan karena beberapa gangguan pada lanjut usia misalnya kesulitan dalam
hal membaca, bahas, mendengar dan ketangkasan, semuanya dapat berperan
dalam masalah ini.

15
16

BAB III

KLASIFIKASI OBAT

A. SISTEM SALURAN NAFAS


1. Salbutamol
Nama Dagang : Salbutamol, Ventolin, Combivent
Indikasi : Bronkospasme yang berhubungan dengan penyakit obstruksi
paru kronis, ringan sampe berat yang memerlukan kurang
lebih satu bronkodilator.
Efek Samping : Tremor ringan pada otot rangka,palpitasi, sakit kepala, mulut
kering, iritasi tenggorokan, retensi urine.
Kontraindikasi : Hipertensi
Rute : Oral, IV, IM, Inhalasi.

2. Aminophilin
Nama Dagang : Bronsolvan, Euphyllin, Quibron
Indikasi : Melebarkan broncus dan pembuluh nadi, bekerja sebagai
stimulan otot jantung asma bronchial, kelemahan otot jantung,
spasme koroner, depresi pernafasan.
Efek Samping : Irigasi gastrointestinal, stimulasi Sistem Saraf Pusat,
hipertermi.
Kontraindikasi : Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 12 tahun.
Rute : Oral

3. Trimetaqvinol Hidrokrlorida
Nama Dagang : Inolin
Indikasi : Mengatasi bronkokonstriksi yang berhubungan dengan asma
bronchial.
Efek Samping : Gangguan sistemkardiovaskular, tremor, palpitasi,sakit
kepala.
Kontraindikasi : Menyebabkan aritmia
Rute : Oral, IV

4. Codein
Nama Dagang : Codipront, Coditam
Indikasi : Antitusif, analgetik, narkotika
Efek Samping : Mual, muntah, konstipasi, somnolen
Kontraindikasi : Asma bronchial, emfisema paru, trauma kepala, tekanan
intrakranial yang meninggi, alkoholisme akut.
Rute : Oral

16
17

5. Ambroxol
Nama Dagang : Mucopect, Transbronco, Mucoslovan, Bisolvon, Epexol,
Mucus.
Indikasi : Penyakit saluran pernafasan akut dan kronis yang disertai
sekresi broncial abnormal, khususnya pada bronchitis kronis,
asma bronchial.
Efek Samping : Gangguan gastrointestinal ringan dan reaksi alergi
Kontraindikasi : Hipersensitivitas
Rute : Oral

B. ANTIBIOTIK
Merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroba,terutama fungi yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antimikroba adalah obat yang
membasmi mikroba khususnya mikroba yang merugikan manusia.
a. Golongan Aminoglikosida
1. Amikasin Sulfate
Nama Dagang : Alostil, Amikin, Amikasin, Glybotik
Indikasi : Septikemia, bactrimia, injeksi kulit, jaringan lunak,
infeksi intra abdominal, luka bakar, infeksi saluran na.
Efek Samping : Ototoksik, nefrotoksik
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap aminoglikosida
Rute : IV

2. Gentamicin Sulfate
Nama Dagang : Ethigent, Garamycin, Gentamerck, Gentamycin,
Sagestam, Timact.
Indikasi : Septikemia, ISK, saluran nafas, meningitis, infeksi
kulit, jaringan lunak disebabkan bakteri.
Efek Samping : Ototoksitas, nefrotoksitas, biocade neuromuscular
Rute : IV, IM

3. Kanamycin Monosulfate
Nama Dagang : Kanabiotik, Kanamycin, Cap, Xanoxin, Kanamycin
Sirup
Indikasi : Infeksi saluran nafas, ISK, diare akut
Efek Samping : Hipersensitivitas terhadap aminoglikorid.
Rute : Oral

4. Netilmycin Sulfate
Nama Dagang : Netromycin
Indikasi : Infeksi bakteri serius karena strain yang resisten.
Efek Samping : Nefrotoksik, gastrointestinal, demam.
Kontraindikasi : Hipersensitif atau reaksi toksik terhadap netilmycin.
Rute : IV

17
18

5. Dibekacin Sulfate
Nama Dagang : Dibekacin Meiji
Indikasi : Infeksi kulit, jaringan lunak, saluran pernafasan,
saluran kemih dan kelamin, infeksi setelah operasi,
otitis media ( radang rongga gendang telinga),
septikemia ( keracunan darah oleh bakteri patogenik).
Efek Samping : Hentikan pemakaian jika terjadi iritasi.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap aminoglikosida lain.
Rute : Tetes mata

b. Golongan Chepalosporin
1. Cefotaxime
Nama Dagang : Cefotaxime, Kalfoxime, Taxegram, Lancef, Claforan,
Ricef.
Indikasi : Infeksi saluran nafas bawah, kulit, tulang dan sendi,
saluran kemih, meningitis, septicemia,bacterimia.
Efek Samping : Peradangan ruam, mual, muntah, pruritus, peradangan
tempat suntikan, radang usus besar, diare, demam.
Kontraindikasi : Hipersensitive terhadap chepalosporin.
Rute : IV, IM

2. Ceftiaxone Na
Nama Dagang : Broadced, Starxon, Terfacef, Tyason, Brospec.
Indikasi : Infeksi saluran nafas, THT, saluran kemih, sepsis,
meningitis, gangguan mekanisme pertahanan tubuh,
profilaksipra operasi.
Efek Samping : Gangguan gastrointestinal, reaksi kulit, hematologi,
sakit kepala.
Kontraindikasi : Hipersensitive terhadap ceftriaxone.
Rute : IV, IM

3. Cefrozil
Nama Dagang : Cefzil
Indikasi : Sinusitis,infeksi saluran nafas bawah dan atas,
faringitis, otitis, tonsilitis.
Efek Samping : Gangguan gastrointestinal, ruam, urtikaria, pusing,
sakit kepala.
Kontraindikasi : Sakit kepala, syok, nyeri dada, ikterik.
Rute : Suppositoria, oral.

18
19

4. Cefotiam
Nama Dagang : Aspil, Ceradolan
Indikasi : Infeksi serius terhadap bakteri, septicemia, luka pasca
bedah, infeksi lukabakar, bronchitis.
Efek Samping : Sakit kepala, syok, nyeri dada, ikterik.
Kontraindikasi : Hipersensitive terhadap sefalosphorin.
Rute : IV, oral

5. Cefuroxime Na
Nama Dagang : Anbacim, Cefurox, Kalcef, Zinazef.
Indikasi : Infeksi saluran kemih, infeksi kulit, jaringan lunak,
septicemia, meningitis.
Efek Samping : Reaksi hipersensitive, gangguan GI.
Kontraindikasi : Hipersensitive terhadap cephalosphorin.
Rute : IM, IV.

6. Ceftizoxime
Nama Dagang : Cefizox
Indikasi : Meningitis, sepichemia, pengobatan infeksi saluran
nafas bagian bawah, ISK, infeksi intra abdominal,
infeksi kulit, jaringan kulit, tulang dan sendi.
Efek Samping : Diare yang parah atau berdarah, iritasi kulit, ruam
pada kulit, memar, demam, kejang.
Kontraindikasi : Hipersensitive terhadap cephalgporin.
Rute : IV

7. Cefazolin Na
Nama Dagang : Biozolin, Cefamezin, Cefazol
Indikasi : Infeksi salurab nafas, saluran kemih, kulit, jaringan
lunak, saluran empedu, tulang dan sendi.
Efek Samping : Reaksi alergi, demam, ruam, edema, pruritus, diare,
mual.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap sefalosporin, kejang
disebabkan oleh obat.
Rute : IV

19
20

c. Golongan Kuinolon
1. Cifrofloxacin
Nama Dagang : Baquinor, Berneflox, Bidifrox, Cetaflox, Interflox,
Isotic.
Indikasi : Infeksisaluran nafas bawah, kulit dan jaringan lunak,
tulang dan sendi, saluran kemih dan saluran cerna.
Efek Samping : Gangguan GI, Sistem Saraf Pusat, kulit
Kontraindikasi : Hipersensitive terhadap cifrofloxacin dan golongan
kuinolon lain, ibu hamil dan menyusui, remaja dan
masa pertumbuhan.
Rute : IV

2. Levofloxacin
Nama Dagang : Cravit, Tavanic, Prolevox, Nislev
Indikasi : Sinusitis, bronchitis kronik, pneumonia, ISK, infeksi
saluran nafas, infeksi prostat, infeksi kulit.
Efek Samping : Mual, muntah, diare, tremor,gelisah, sakit kepala,
halusinasi.
Kontraindikasi : Epilepsi, kejang, hipersensitivitas terhadap golongan
kuinolon.
Rute : Oral, IV

3. Ofofloxacin
Nama Dagang : Benaflox, Floxan
Indikasi : ISK, infeksi saluran nafas bagian bawah, infeksi kulit
dan jaringan parut lunak, ginekologi.
Efek Samping : Gejala GI, reaksi dermatologi.
Kontraindikasi : Ibu hamil dan menyusui.
Rute : Oral, IV

4. Pefloxacin
Nama Dagang : Dexaflox, Peflacin
Indikasi : Infeksi yang disebabkan oleh kuman dan
Stapiloccocus, infeksi saluran nafas bagian bawah,
ISK dan ginjal.
Efek Samping : Gangguan GI, SSP, trombositopenia.
Kontraindikasi : Hipersensitive terhadap kuinolon.
Rute : Oral

20
21

d. Golongan Penicilin
1. Amoxilin
Nama Dagang : Abdimox, Bellamox, Claneksi, Clavamox, Teramox,
Dexymox.
Indikasi : Infeksi saluran nafas, saluran cerna,, saluran kemih,
kulit dan jaringan lunak yang disebabkan oleh bakteri.
Efek Samping : mual, muntah, diare, urtikaria, nyeri sendi.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap penicilin
Rute : Oral, IV

2. Amphicillin Trihydrate
Nama Dagang : Ampicilin, Biopensyn, Primacilin, Ultrafen
Indikasi : Infeksi paru dan saluran pernafasan, ISK, penyakit
saluran cerna, kandung empedu, meningitis, sepsis.
Efek Samping : Reaksi alergi, diare, mual, muntah, nyeri abdomen
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap penicillin.
Rute : IM, IV, Oral

3. Sultamicin
Nama Dagang : Bactesyn, Unasyn, Hartocyn, Sultamicillin
Indikasi : Infeksi saluran nafas bawah, ISK, infeksi kulit,
jaringan lunak.
Efek Samping : Gangguan GI, ruam pada kulit, gatal, mengantuk,tidak
enak badan, sakit kepala.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap penicillin
Rute : Oral, IV

4. Sulbenicilin Disodium
Nama Dagang : Kedacilin
Indikasi : ISK, Infeksi kandung empedu, infeksi saluran nafas,
ginekologi, infeksi THT.
Efek Samping : Ruam, demam, urtikaria, pruritis, anasilaktik,
gangguan GI, stomatitis, perdarahan.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap penicillin.
Rute : IV

e. Golongan Chlorompenicol
1. Chlorampenicol
Nama Dagang : Chloramex, Colme, Kemicefin, Combicefin.
Indikasi : Demam typoid dan paratypoid, infeksi berat
disebabkan oleh salmonella, meningitis.
Efek Samping : Depresi sumsum tulang, anemia aplastik, ruam pada
kulit, urtikaria.
Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati dan ginjal berat

21
22

Rute : IV, Oral

2. Thiamphenicol
Nama Dagang : Biothicol, Canicol, Conucol, Fusicol, Fusaltrax,
Lacophen, Promixin, Rindofen, Sendicol, Solathim.
Indikasi : Infeksi saluran cerna, thypoid dan paratypoid, uretritis,
infeksi saluran empedu, saluran urogenital, meningitis.
Efek Samping : Depresi, sumsum tulang, anemia aplastik, syndroma
grain dan gangguan GI.
Kontraindikasi : Hipersensitif dan gangguan hati berat.
Rute : Oral

f. Golongan Clindamycin
1. Clindamycin HCL
Nama dagang : Dalacin C, Clinium (Interbat), Cleocin HCL, Cleocin
Pediatric, Cleocin Phosphate, Cleocin Phosphate
ADD-Vantage
Indikasi : Infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak
Efek samping : Gangguan GI, ruam kulit.
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap golongan clindamycin dan
lincomycin.
Rute : Oral, IV, IM

g. Golongan Mikrolida
1. Roksitromicin
Nama dagang : Biostatik, Anbiolid, Ixor, Rolexit, Rulid, Simacron,
Sitro, Uplores, Xorin
Indikasi : Infeksi THT, bronkopulmonal, genital dan kulit yang
disebabkan oleh organisme yang sensitif terhadap
roksitromisin.
Efek samping : Mual, muntah, nyeri epigastrik (dispepsia), diare
(terkadang berdarah)
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas, terapi kombinasi dengan ergomin
dan preparat sejenis lainnya
Rute : Oral

2. Claritromicin
Nama dagang : Biaxin, Biaxin XL, Biaxin XL-Pak, Abbotic, Abbotic
XL, Bicrolid, Hecobac
Indikasi : Infeksi saluran nafas atas dan bawah, infeksi kulit dan
otitis media.
Efek samping : Diare, mual, nyeri, rasa tidak enak pada perut,
gangguan pada pengecapan
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap obat ini dan antibitik

22
23

makrolidum lainnya.
Rute : Oral

3. Spiramicin
Nama Dagang : Spiranter, Kalbiotic, Rovadin, Spiramycin, Varoc,
Provamed, Spiradan, Rofacin, Osmycin, Medirov,
Ismacrol, Inamycin
Indikasi : Tonsilitis, Faringitis, Otitis media, Bronchitis,
Pnemonia
Efek Samping : Gangguan Gi, reaksi pada kulit, mual, muntah
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap spiramicin dan golongan
makrolida
Rute : Oral

4. Azitromicin
Nama Dagang : Azomax, Azitrin/ Azitrin DS, Mezatrin 250, Zarom,
Zifin, Zithrax, Zithromax, Zitrolir, Zycin
Indikasi : Infeksi saluran nafas bawa, faringitis, tonsilitis,
uretritis
Efek Samping : Diare, mual, muntah, kembung, nyerilambung,
dyspepsia
Kontra indikasi : Hipersensitivitas terhadap azitromisin, eritromisin atau
obat golongan makrolida.
Rute : Oral, IV

5. Eritromicin
Nama Dagang : Erytromycin, Erysanbe, Zapphire, Tromilin,
Throcidan, Tamaret, Rythron, Medoxin, Konithrocin,
Ilosone
Indikasi : Faringitis, bronkitis akut, pnemonia, otitis media,
infeksi kulit dan jaringan lunak
Efek Samping : Mual, muntah, diare, urtikaria dan ruam pada kulit.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap eritromicin, gangguan fungsi
hati.
Rute : Oral, IV, Salep

h. Golongan Sulfanamida
1. Cotrimazol
Nama Dagang : Bactrim, Sanprima, Trimoxol, Fungiderm Cream,
Lotrimin Cream
Efek Samping : Ruam kulit, trombositopenia, anemia, Syndrom Steven
Jhonson
Indikasi : Infeksi jamur pada kulit, telinga, vagina
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap cotrimazol

23
24

Rute : Oral, Salep, IV

C. SISTEM KARDIOVASKULAR
a. Penguat otot jantung
1. Digoxin
Nama Dagang : Digoxin, Fargoxin, Lanoxin
Indikasi : Payah jantung akut dan kronik, payah jantung pada
usia lanjut dan anak-anak.
Efek Samping : Anoreksia, mual, muntah, konvulsi, disorientasi,
urtikaria, ruam kulit.
Kontraindikasi : Blok jantung komplit yang intermiten, blok AV derajat
II, aritmia supraventrikular karena sindrom Wolf-
Parkinson-White, takikardi atau fibrilasi ventrikular,
kardiomiopati obstruktif hipertrofik.
Rute : Oral, IV

2. Dobutamin HCL
Nama Dagang : Dobutrex, Dobutamine, Inotrop
Indikasi : Terapi penunjang untuk meningkatakan kontraksi jantung
Efek Samping : Hipotensi, mual, pusing, demm, tremor, hipertensi, aritmia,
angina, takikardia
Kontraindikasi : Riwayat hipersensitif terhadap Dobutamin HCL.
Rute : IV

b. Angina
1. Isosorbide Dinitrate
Nama Dagang : Cedocard, Farsorbid, Gasorbid, Isoket Retard, Isorbid,
Isosorbide Dinitrate
Indikasi : Penyakit jantung koroner, angina pectoris, serangan
angina
Efek Samping : Pusing, Mual, Ruam pada kulit, Berdebar-debar, sesak
napas, syok kardiogenik
Kontraindikasi :Hipersensitivitas terhadap isosorbid dinitrate, golongan
nitrat, yang mengalami hipotensi berat, anemia,
hipovolemia, gagaljantung akibat obstruksi, yang
mengalami peningkatan TIK akibat trauma kepala atau
perdarahan otak.
Rute : Oral

24
25

c. Aritmia
1. Praponolol HCL
Nama dagang : Propranolol, Farmadral, Liblok, Inderal, Propadex
Indikasi : Angina pectoris, Aritmia, Hipertensi, Pencegahan
Migrain.
Efek samping : Mual, muntah, konstipasi, diare, kram perut, insomnia,
impotensi, bradikardi, kadar gula darah rendah, detak
jantung melambat atau tidak beraturan.
Kontraindikasi : Asma bronkial, serangan jantung, hipersensitivitas,
sinus bradikardia
Rute : Oral

d. Hipertensi
1. Captopril
Nama Dagang : Tensicap, Captensin, Farmoten, Metopril, Tenofax,
Scantensin, Capoten, Acendril, Acepress, Capozide,
Captopril, Casipril, Dexacap, Forten, Inapril, Otoryl,
Tensobon, Vapril.
Indikasi : Hipertensi, gagal jantung, mencegah komplikasi
setelah serangan jantung, mencegah penyakit ginjal
akibat diabetes tipe 1.
Efek Samping : Proteinuria, sakit kepala, hipotensi
Kontraindikasi : Wanita hamil, penderita stenosis arteri renalis
bilateral, hipersensitif terhadap captopril, termasuk
ACE inhibitor.
Rute : Oral

e. Diuretika
1. Furosemid
Nama dagang : Lasix, Diaqua-2, Lo-Aqua, Afrosic, Diurefo,
Farsiretic, Farsix, Furosemide, Furosix, Gralixa,
Husamid, Impugan, Laveric, Mediresix, Uresix,
Yekasix.
Indikasi : Edema (retensi cairan), tekanan darah tinggigagal
jantung kronik dan berat, sindroma nefrotik.
Efek samping : Pusing, vertigo, mual, muntah, penglihatan kabur,
diare, konstipasi
Kontraindikasi : Hipersensitifterhadap furosemid
Rute : Oral, IV

25
26

2. Manitol
Nama dagang : Monitol Otsuka
Indikasi : Edema serebral,
Efek samping : Menggigil, demam, rasa haus, gangguan pencernaan,
sakit kepala, hipotensi, nyeri dada
Kontraindikasi : Kongesti atau edema paru, perdarahan intrakranial,
kecuali selama prosedur kraniaotomi, gagal jantung
kongestif, edema metabolik, gagal ginjal
Rute : IV

f. Vasodilator
1. Flunarizine
Nama dagang : Sibelium, Frego
Indikasi : Mencegah migran. Pusing, vertigo, gangguan memori.
Kontraindikasi : Riwayat penyakit depresi, parkinson
Efek samping : Mengantuk, lesu yang bersifat sementara, penambahan
berat badan, peningkatan nafsu makan, tremor
terutama usia lanjut, insomnia, ansietas, mulut kering,
nyeri otot.
Rute : Oral

g. Hemostatik
1. Traxenomid Acid
Nama dagang : Kalnex, Ditranex, Tranexid
Indikasi : Fibrinolisis local seperti epistaksis, prostalektori,
edema perdarahan setelah cabut gigi.
Kontraindikasi : Jangan diberikan dalam darah sewaaktu tranfusi atau
injeksi yang mengandung penicilin.
Efek samping : Gangguan GI, pusing, mual, muntah, anoreksia,
hipotensi pada pemberian cepat.
Rute : Intravena, oral

D. SISTEM SALURAN CERNA


1. Antacid
Nama dagang : Acitral, Mylanta, Plantacyd, Polycrol, Sanmag
Indikasi : Terapu simptomatik, tukak lambung, reksus esophagus.
Kontraindikasi : Penyakit ginjal
Efek samping : Diare, konstipasi
Rute : Oral

26
27

2. Antagonis Reseptor H2
a. Ranitidine HCL
Nama dagang : Gastridin, Rantin, Zantax, Acran
Indikasi : Ulkus duodenum, ulkus jinak, refluks esophagus,
kondisi lain yang mengurangi sekresi gaster dan
pengeluaran asam lambung.
Kontraindikasi : Hipersensitive terhadap ranitidine
Efek samping : Sakit kepala, gangguan pengelihatan, depresi, diare,
mual, muntah.
Rute : IV, IM, oral

b. Omeperazole
Nama dagang : Pantozol, OMZ, Pumpitor
Indikasi : Ulkus peptik dan duodenal, refluks esophagus,
sindrom Zollinger Ellison.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap omeperazole
Efek samping : Gangguan GI, sakit kepala, ruam pada kulit.
Rute : Oral, IV

c. Cimetidine
Nama dagang : Benomet 300, Cimetidine Prafa, Corsamet, Ulsikur
Indikasi : Gastritis, ulkus pepticum, Sindrom Zollinger Elison,
refluks esophagus.
Kontraindikasi : Kelainan ginjal
Efek samping : Diare, konstipasi, ginokomastia, impotensi.
Rute : Oral, IV, IM

d. Laperamide HCL
Nama dagang : Amerol, Antidia, Diadium, Imodium, Imosa, Lodia,
Oramide, Primodium, Zerotom.
Indikasi : Diare akut dan kronik
Kontraindikasi : Intubasi peristaltik
Efek samping : Mual, muntah, mulut kering, nyeri abdomen,
konstipasi.
Rute : Oral

e. Nifuroxaside
Nama dagang : Nifural
Indikasi : Diare akut, kolopati spesifik dan nonspesifik, diare
karena E. Coli pada anak dan dewasa.
Kontraindikasi : Kerusakan ginjal dan hati, hipertiroid.
Efek samping : Neurotoksitas berat, nyeri abdomen, pigmentasi warna
hijau pada lidah, urin dan feses, kerusakan serebral
Rute : Oral

27
28

f. Kaolin, Pectin
Nama dagang : Andikap, Diagit, Emtrogard, Kaolimec, Neodiaform,
Neoentrostop, Kaopectate
Indikasi : Pengobatan simptomatik pada diare non spesifik
Kontraindikasi : Hipersensitivitas, obstruksi usus
Efek samping : Konstipasi, kembung, penurunan nafsu makan
Rute : Oral

E. SISTEM SARAF DAN OTOT


1. Analgetik Antipiretika
a. Paracetamol
Nama Dagang : Biogesic, Bodrex, Decolgen, Mixagrip, Pamol,
Progesic, Sanmol, Saridon, Sumagesic, Tuzaloz,
Termorex, Sistenol, Procold, Poldan, Panadol.
Indikasi : Sakit kepala, nyeri dan pegal linu
Kontraindikasi : Penderita penyakit hati dan ginjal
Efek samping : Hematologi, reaksi kulit, reaksi alergi lain.
Rute : Oral, IV

b. Antalgin
Nama Dagang : Antrain, Novalgin
Indikasi : Analgetik, nyeri akut dan kronik
Kontraindikasi : Alergi terhadap derivat pirazolon, hipersensitivitas
terhadap obat golongan NSAID seperti aspirin dan
paracetamol, bayi dibawah 4 bulan, ibu hamil.
Efek samping : Agranulositosis (berkurangnya jumlah garnulosit),
gatal, bengkak pada kulit dan lidah, muntah, konstipsi,
nyeri perut, nyeri dada.
Rute : Oral

c. Asam Mefenamat
Nama Dagang : Mefinal, Mefinter
Indikasi : Rematik, nyeri otot, trauma, sakit kepala dan gigi,
demam, nyeri haid.
Kontraindikasi : Ulkus peptic atau intestinal, kerusakan ginjal
Efek samping : Gangguan GI, pandangan kabur, diare
Rute : Oral

2. Penenang
a. Diazepam
Nama Dagang : Cetalgin, Danalgin, Stesolid, Valisanmbe, Valium
Indikasi : Tekanan mental, neurasthenia, disforia, neurosis,
depresi disertai agistas, fobia, psikomatis,sindrom
manopouse, tetanus, epilepsi, kejang demam,

28
29

eklamsia, abortus.
Kontraindikasi : Ketergantungan alkohol, hiperkapnia kronik berat.
Efek samping : Gangguan pengelihatan, retensi urine, reaksi
paradoksial.
Rute : Oral, IV, IM

3. Vertigo, Mual, Muntah


a. Dimenhidrant
Nama Dagang : Antimo, Dramamine
Indikasi : Mencegah dan meredakan mabuk perjalanan dan
mengobati vertigo
Kontraindikasi : Asma acut, bayi prematur
Efek samping : Gangguan penglihatan, mengantuk, mulut kering,
pusing, lemas
Rute : IV, Oral

4. Pirai (Gout)
a. Alopurinol
Nama Dagang : Isoric, Zyloric
Indikasi : Atritis gout, tofl kulit, pembesaran ginjal akibat
penumpukan kristal.
Kontraindikasi : Serangan gout akut, riwayat reaksi berat karena
penggunaan allopurinol, hamil dan menyusui.
Efek samping : Reaksi kulit pada penggunaan yang terputus – putus,
ikterik, gangguan GI.
Rute : Oral

5. Anti Inflamasi Non Steroid


a. Prioxicam
Nama Dagang : Feldene, Benoxicam, Indene, Pirofel, Rosic, Rexidene,
Solden, Rexil.
Indikasi : Gout akut, gangguan otot akut.
Kontraindikasi : Sensitivitas terhadap aspirin, riwayat perdarahan
Efek samping : Gangguan dan perdarahan pada GI, ulkuspepticum,
sakit kepala, pengelihatan, ruam pada kulit, edema.
Rute : Oral

29
30

6. Anti Kejang
a. Phenytoin
Nama Dagang : Dilantin, Ikhapen, Kutoin
Indikasi : Epilepsi, eklampsia, epielepsi akibat tumor aritmia
jantung.
Kontraindikasi : Disfungsi hati atau ginjal berat,pofisia intermitan akut
Efek samping : hipersensitivitas,ruam pada kulit, hepatitis, SLE,
anemia, megaloblastik.
Rute : Oral, IV

F. SISTEM METABOLISME
1. Obat Anti Diabetika
a. Glibenklamid
Nama Dagang : Daonil,Glidanil, Glinel, Periabet, Tiabet, Renabetik
Indikasi : NIOOM
Kontraindikasi : Metabolic, decompensasi, asidosis, neuroparti,
hipersensitivitas.
Efek samping : Gangguan GI, reaksi alergi kulit, hipoglikemik,
keringat berlebihan, kulit lembab, takikardi, ansietas,
palpitasi, agina pectoris, aritmia jantung.
Rute : Oral

b. Chlorpropamid
Nama Dagang : Diabinise
Indikasi : Hiperglikemia
Kontraindikasi : Ketoasidosis diabetika, hipersensitif
Efek samping : Hipoglikemia
Rute : Oral

c. Insulin
1. Human Insulin
Nama Dagang : Humalin
Indikasi : IDDM
Kontraindikasi : Hipoglikemia
Efek samping : Resisten terhadap insulin, reaksi insulin
Rute : SC

G. SISTEM IMUNOLOGI
1. Kortikosteroid
a. Dexamethason
Nama Dagang : Cortidex, Danasone, Etason, Fexadron, Oradeon,
Kalmetason, Medrol, Intidrol
Indikasi : Alergi, peradangan, penyakit lain yang membutuhkan
terapi glukokortoid.

30
31

Kontraindikasi : Herpes simpleks okuler


Efek samping : Pemberian berjangka, osteoporosis,tukak lambung,
lemah otot, sakit kepala, haid tidak teratur,
menghambat pertumbuhan luka.
Rute : Oral, IV, IM

b. Hidrokortison
Nama Dagang : Amboid, Anosol, Brentan, Dermacort, Enpycortyn,
Locoid
Indikasi : Dermatitis atopi, alergi, neurodermatitis, inflamasi
Kontraindikasi : Acne, dermatitis peroral, masalaktase,hipersensitifitas.
Efek samping : Rasa terbakar, gatal, iritasi, kulit kering, atrofi kulit
Rute : Oral, IV, IM

H. Obat Anti Tuberkolosis


1. Ethambutol Hidroklorida
Nama Dagang : Santibi
Indikasi : TB Paru dan TB Ginjal
Kontraindikasi : Optic neuritis
Efek samping : Penurunan ketajaman visual, kehilangan kemampuan
membedakan warna, anorexia, nyeri abdomen, nyeri sendi
dermatitis, pusing, gelisah.
Rute : Oral

2. INH
Nama Dagang : Pyravit, Inoxin, Isovit, INH Sono
Indikasi : Semua penyakit TBC diluar maupun didalam paru yang
disababkan oleh strain basil, basil TBC.
Kontraindikasi : Gangguan fungsi ginjal, epilepsy, gangguan psikis
Efek samping : Tanda hipersensitifitas jarang ditemukan, sakit kepala dan
mulut kering
Rute : Oral

3. Rifampicin
Nama Dagang : Rifamtibi, Rimcure, Rimstar
Indikasi : TBC dan lepra
Kontraindikasi : Hipersensitivitas dan ikterik
Efek samping : Gangguan GI, fungsi hati abnormal,ikterik, reaksi demam
dengan gejala flu perubahan fungsi ginjal dan gangguan pada
ginjal
Rute : Oral

31
32

4. Pirazinamida
Nama Dagang : Sanazet, Pulmodex, Siramid
Indikasi : TB Aktif
Kontraindikasi : Kerusakan hati berat atau penyakit hati akut, hiperuremia,
tanpa arthritis, gout, hamil dan menyusui
Efek samping : Gangguan hati, atrofi hati, mual, muntah, anorexia, diare.
Rute : Oral

I. Obat Anti Jamur


1. Ketoconazole
Nama Dagang : Formico, Intersol,Flucoral, Mycoral
Indikasi : Pengobatan infeksi jamur sistemik, histoplamosis pada paru,
tulang, sendi, kulit, dan jaringan lunak
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap ketoconazole, penyakit hati
Efek samping : Mual, muntah, nyeri abdomen, sakit kepala, mengantuk,
demam, kostipasi.
Rute : Oral

2. Nistatin
Nama Dagang : Kondistatin, mycostatin, fungatin
Indikasi : Infeksi jamur kecuali candidis
Efek samping : Diare dan gangguan GI
Rute : Oral

3. Fluconazole
Nama Dagang : Diflucan, cofazol, zemyl
Indikasi : Kandidis esophagus dan orofaring, infeksi kandida sistemik,
saluran kemih, peritonitis, pneumonia.
Kontraindikasi : Memperpanjang waktu proton dengan walfarm,
memperpanjang efek peritonitis.
Efek samping : Mual, nyeri abdomen, kembung, diare, ruam pada kulit
Rute : Oral

J. Obat Anti Amuba


1. Metronidazole
Nama Dagang : Trichadozole, flagyl, fladex, nidazole.
Indikasi : Trikominosis, amubiasis, infeksi anaerob
Kontraindikasi : Diskaria darah, penyakit suspek aktif
Efek samping : Gangguan GI, anoreksia, lidah berselapud, mulut kering, rasa
tidak enak, sakit kepala, pruritis, ruam pada kulit.
Rute : Oral, Infuse, Supp

32
33

K. Obat Anti Malaria


1. Primetamin Sulfadoxin
Nama Dagang : Fansidar, suldox, sulfamixime pyrimethamin
Indikasi : Malaria didaerah dimana malaria falaparum telah resisten
terhadap klorokuin
Kontraindikasi : Hamil, bayi baru lahir, premature
Efek samping : Lelah, gangguan GI, rerutis, reaksi pada kulit, anemia aplastik
hepatitis, nekrosis papilar ginjal
Rute : Oral

2. Klorokuin
Nama Dagang : Malarex
Indikasi : Malaria amubasiasis hati
Efek samping : Sakit kepala, gangguan GI, erupsi pada kulit, ginjal
Rute : Oral

L. Obat Anti Virus


1. Acyclovir
Nama Dagang : Azovir, clanovir, zumalia, zoter
Indikasi : Herpes simpleks pada kulit dan selaput lendir termasuk herpes
genitalis.
Efek samping : Gangguan GI, ruam pada kulit
Rute : Oral, Cream

M. Vitamin
1. Vitamin A (Retinol)
Nama dagang : Hemaviton brai, nutriet, provital plus.
Indikasi : Anoreksia, anemia, mempertahankan daya tahan tubuh
Rute : Oral

2. Vitamin B1 (Tiamin)
Nama dagang : Curcuma Plus, Curvit, Dialac, Fatigon, Hemaviton, Lesifit,
Vitacur.
Indikasi : Meningkatkan nafsu makan, metabolisme
Rute : IV, Oral

3. Vitamin B6 (Piradoxin)
Nama dagang : Cerebrovit, Curcuma Plus, Fatigon
Indikasi : Agranulositosis, mual dan muntah selama kehamilan,
dermatitis.
Rute : Oral

33
34

4. Vitamin B12
Nama dagang : Vitamin B12 kimia farma dan soho
Indikasi : Anemia
Rute : Oral

5. Vitamin C
Nama dagang : Extrace, Vice 500, Vitacimin
Indikasi : Pengobatan defisiensi vitamin C bila pemberian secara oral
Efek samping : Kemerahan pada muka, sakit kepala, insomnia, mual, muntah
Rute : Oral, IV

N. Antihistin
1. Loratodine
Nama dagang : Alamitis, Imunex, Lolergi
Indikasi : Gejala alergi, Rhinitis, bersin, pilek, gatal, alergi kulit
Efek samping : Gangguan GI, lemah, mulut kering, mengantuk, sakit kepala
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap loratidin
Rute : Oral

2. Diphenhydramin HCL
Nama dagang : Beradyl, Ikadryl, Paradryl, Benacol, Triadex
Indikasi : Batuk serta alergi, termasuk alergi lain seperti sakit
tenggorokan, hidung berair, bersin, dan gatal pada kulit.
Efek samping : Mengantuk, pusing, mulut kering, epilepsy
Kontraindikasi : Bayi baru lahir premature, laktasi
Rute : Oral

3. Ceftirizine HCL
Nama dagang : Betarhine, Incidal OD, Ryzer, Ryzo, Falergi, Ozen, Riztec,
Zentric
Indikasi : Rhinitis
Efek samping : Hipersensitifitas
Kontraindikasi : Hipertiroid, hipertensi, penyakit koroner,nepropathy
Rute : Oral

O. OBAT RESUSITASI
1. Ace Inhibitor
a. Enalopril
Nama Dagang : Melpril, Renacordon, Renazide
Indikasi : Hipertensi sesensial, penyakit jantung kongestif
Efek Samping : Sakit kepala, pusing, hipertensi, mual, muntah, lelah,
diare, batuk.
Kontraindikasi : Riwayat angioderma berhubungan dengan therapy
sebelumnya ACE inhibitor.

34
35

Rute : Oral

b. Amiodaron
Nama Dagang : Cendaron, Cordarone, Tryaryt
Indikasi : Fibrilasi ventrikel, takikardi ventrikel tidak stabil.
Efek Samping : Gangguan GI, sakit kepala, lesu, ataksia, gagal jantung
kongestif, inflamasi paru.
Kontraindikasi : Sinus bradikardi, SA dan AV blok, ibu hamil, ibu
menyusui, hipotensi, kolaps, intoleransiterhadap
yodium, insufisiensi jantung akut.
Rute : IV, IM

c. Atropine Sulfate
Nama Dagang : Atropine, Osotic Cycloma, Ximex Optiprop.
Indikasi : Parkinson, ulkus peptikum, spasme pylorus
Efek Samping : Rasa kering pada mulut, dilatasi pupil, ruam pada
kulit.
Kontraindikasi : Glaukoma
Rute : IV, IM, oral

d. Lidocain
Nama Dagang : Amibub, Lidones, Liposon, Orofar, Xylocain,
Pehacain.
Indikasi : Anastesi lokal
Efek Samping : Cemas, pusing, pengelihatan kabur.
Kontraindikasi : Septicemia, tirotoksikosis
Rute : IV, IM

e. Magnesium Sulfat
Nama Dagang : Magnesium Sulfat
Indikasi : Mencegah kejang, konstipasi, bisul
Efek Samping : Hipermagnesemia, mual, muntah, haus, hipotensi,
mengantuk.
Kontraindikasi : Kerusakan ginjal
Rute : Oral, IV

f. Vasopressin
Nama Dagang : Vasopresin
Indikasi : Perdarahan varises, diabetes insupidus
Efek Samping : Pucat, mual, cekukan, kejang perut, alergi, serangan
angina.
Kontraindikasi : Penyakit vaskuler, gagal jantung, asma, ibu hamil,
migrain.

35
36

g. Verapamil
Nama Dagang : Cardiovar, Corpamil, Isoptin SR
Indikasi : Angina pectoris
Efek Samping : Hipotensi, pusing, sakit kepala, kemerahan pada muka.
Kontraindikasi : Hipotensi karena syok kardiogenik, bradikardi, gagal
jantung tanpa kompresi.
Rute : Oral

36
37

BAB IV

ANAFILATIK SYOK

A. Pengertian
Anaphylaxis (Yunani, Ana = jauh dari dan phylaxis = perlindungan). Anafilaksis
berarti menghilangkan perlindungan. Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan
efek pada beberapa sistem organ terutama kardiovaskuler, respirasi, kutan dan gastro
intestinal yang merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya
alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi. Syok anafilaktik adalah reaksi anafilaksis
yang disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran.

B. Penyebab
Syok anafilaktik merupakan suatu reaksi alergi yang cukup serius. Penyebabnya
bisa bermacam – macam mulai dari makanan, obat-obatan, bahan-bahan kimia dan
gigitan serangga. Disebut serius karena kondisiini dapat menyebabkan kematian dan
memerlukan tindakan medis segera.

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari syok anafilatik adalah :
1. Bercak kemerahan pada kulit yang disertai dengan rasa gatal.
2. Bengkak pada tenggorokan dan atau organ tubuh yang lain.
3. Sesak atau kesulitan untuk bernafas.
4. Rasa tidak nyaman pada dada (seperti diikat dengan kencang).
5. Suara serak
6. Kehilangan kesadaran.
7. Kesulitan menelan.
8. Diare, sakit perut dan muntah – muntah.
9. Kulit menjadi merah dan pucat

37
38

D. Pencegahan Syok Anafilaktik


Pencegahan syok anafilaktik merupakan langkah terpenting dalam setiap pemberian
obat, tetapi ternyata tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Ada beberapa hal yang dapat
kita lakukan, antara lain :
1. Pemberian obat harus benar – benar atas indikasi yang kuat dan tepat.
2. Individu yang mempunyai riwayat penyakut asma dan orang yang mempunyai
riwayat alergi terhadap banyak obat, mempunyai resiko lebih tinggi terhadap
kemungkinan terjadinya syok anafilaktik.
3. Penting menyadari bahwab tes kulit negatif, pada umumnya penderita dapat
mentoleransi pemberian obat-obat tersebut, tetapi tidak berarti pasti penderita tidak
akan mengalami reaksi anafilaktik. Orang dengan tes kulit negatif dan mempunyai
riwayat alergi positif mempunyai kemngkinan reaksi sebesar 1-3% dibandingkan
dengan kemungkinan terjadinya reaksi 60%, bila tes kulit positif.
4. Yang penting utama adalah harus selalu tersedia obat penawar untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya reaksi anafilaktik atau anafilaktoid serta adanya alat-alat
bantu resusitasi kegawatan.

E. Penatalaksanan
Penatalaksanaan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat sebab penderita
berada pada keadaan gawat. Sebenarnya, pengobatan syok anafilaktik tindakan sulit,
asal tersedia obat-obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan
secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat
agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap. Kalau terjadi komplikasi
syok anafilaktik setelah pemberian obat atau zat kimia, baik peroral maupun parenteral,
maka tindakan yang perlu dilakukan adalah :
1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari
kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha memperbaiki
curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
2. Penilaian C, A, B dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu :
a. C (Circulation support), yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.karotis,
atau a. Femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.
b. A (Airway) yaitu membuka jalan napas, jalan napas harus dijaga tetap bebas,
tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi
kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas,

38
39

yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka
mulut.
c. B (Breathing support) , segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak ada
tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Pada
syok anafilaktik yang disertai odem laring, dapat mengakibatkan terjadinya
obstruksi jalan napas total atau parsial. Penderita yang mengalami sumbatan
jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan
bantuan napas dan oksigen. Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus
segera ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi,
atau trakeotomi.
Penilaian C, A, B ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan kebutuhan bantuan
hidup dasar yang penalaksanaannya sesuai dengan protokol resusitasi jantung paru.
a. Segera berikan adrenalin 0.3-0.5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita dewasa atau
0.01 mg/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular. Pemberian ini dapat diulang
tiap 15 menit sampai keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan pemberian
infus kontinyu adrenalin 2-4 mg/menit.
b. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberi
respons, dapat ditambahkan aminofilin 5-6 mg/kgBB intravena dosis awal yang
diteruskan 0.4-0.9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.
c. Dapat diberikan kortikosteroi, misalnya hidrokortison 100 mg atau deksametason 5-
10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi efek lanjut dari syok
anafilaktik atau syok yang membandel.
d. Bila tekanan darah tetap rendeh, diperlukan pemasangan jalur intavena untuk
koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai
tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan
meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat.
Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan
perdebatan didasarkan atas keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya
peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila membetikan
larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3 – 4 kali dari perkiraan kekurangan
volume plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat diperkirakan terdapat
kehilangan cairan 20 - 40% dari volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan
koloid, dapat diberikan dengan jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan

39
40

volume plasma. Tetapi, perlu dipikirkan juga bahwa larutan kloid plasma protein
atau dextran juga bisa melepaskan histamin.

40
41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

I. Kesimpulan
Pengetahuan obat – obatan terutama bagaimana cara pemberian obat yang
benar, dosis obat, kontraindikasi dan efek samping dari obat sangat penting bagi kita
para perawat untuk mengetahui dan memahaminya agar pada saat kita memberikan
obat bagi pasien. Kita sebagai tenaga kesehatan, benar – benar harus mengerti
sepenuhnya kegunaan dan manfaat obat bagi pasien dan untuk menghindari
kemungkinan adanya kesalahan dalam menyampaikan dan membagikan obat tersebut.

II. Saran
Pada saat ini, banyak macam – macam obat yang beredar sehingga penting
bagi perawat untuk selalu mencari tahu perkembangan farmakologi dan meningkatkan
pengetahuan tentang pemberian obat yang benar dan tepat. Selain ituperawat
diharapkan mampu melindungi klien dari pengobatan yang tidak efektif dan efisien.

41

Anda mungkin juga menyukai