Anda di halaman 1dari 45

5

Umumnya kopling tipe ini dipakai oleh sepeda motor. Sedang tipe kopling

plat kering yaitu tipe kopling yang plat-platnya tak direndam oleh min yak

pelumas.

1. Fungsi Kopling

Berikut ini adalah fungsi dari kopling agar mesin bakar dapat meneruskan

daya ke transmisi yaitu :

a. Untuk memutus dan menghubungkan putaran dari flywheel keporos input

transmisi.

b. Untuk memperlembut perpindahan gigi (N,1,2,3,4,5,R).

c. Untuk memungkinkan kendaraan tidak berjalan pada saat mesin hidup dan

gigi perseneling tidak pada posisi netral .

d. Untuk menghubungkan dua unit poros yang dibuat secara terpisah, seperti

poros motor dengan roda atau poros generator dengan mesin. Kopling mampu

memisahkan dan menyambung dua poros untuk kebutuhan perbaikan dan

penggantian komponen.

e. Untuk mendapatkan fleksibilitas mekanis, terutama pada dua poros yang tidak

berada pada satu aksis.

f. Untuk mengurangi beban kejut ( shock load ) dari satu poros ke poros yang

lain.

g. Untuk menghindari beban kerja berlebih.

h. Untuk mengurangi karakteristik getaran dari dua poros yang berputar.

2. Jenis-Jenis Kopling

Pada umumnya kopling dibedakan menjadi dua macam, yaitu kopling

tetap dan kopling tidak tetap.


6

a. Kopling Tetap

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus

putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

(tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis

lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya. Kopling tetap selalu dalam keadaan

terpasang, untukmemisahkannya harus dilakukan pembongkaran. Kopling tetap

terbagi menjadi empat macam yaitu :

1). Kopling Kaku

Kopling kaku dipergunakan apabila kedua poros dihubungkan dengan

sumbu segaris. Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi umum

dipabrik- pabrik

a). Kopling bus

Kopling bus terdiri atas sebuah selongsong (bus) dan baut-baut yang

dibenamkan. Sering juga dipakai berupa pasak yang dibenamkan pada ujung -

ujung poros.

3d + 3,5 cm
Alat pengaman

Gambar 2.1. Kopling bus


b). Kopling flens kaku

Kopling flens kaku terbuat dari besi cor atau baja cord an dipasang pada

ujung poros dengan diberi pasak serta diikat dengan baut. Kopling ini tidak
7

mengijinkan sedikitpun ketidaklurusan sumbu kedua poros serta tidak dapat

mengurangi tumbukan getaran trasmisi.

Baut pas

Gambar 2.2. Kopling Flens Kaku

c). Kopling flens tempa

Pada kopling flens tempa masing – masing ujung poros terdapat flens yang

dilas an kedua flens diikat dengan baut – baut. Pada kopling ini momen

dipindahkan melalui pergeseran baut atau pergesaran antara kedua flens.

Gambar 2.3. Kopling flens tempa

2). Kopling Luwes

Kopling luwes atau fleksibel ini digunakan apabila kedudukan yang baik
antara kedua ujung poros satu sama lain tidak dapat diharapkan sehingga kedua
ujung poros itu disambungkan sedemikian rupa sehingga dapat bergerak satu sama
lain
8

a). Kopling flens luwes


Kopling flens luwes memiliki bentuk yang hamper sama dengan kopling
flens kaku. Yang membedakan adalah bus karet atau kulit yang terdapat pada
kopling flens luwes sehingga lebih fleksibel.

Gambar 2.4. Kopling flens luwes

b). Kopling karet ban


Pada kopling ini momen dipindahkan lewat sebuah elemen yan berbentuk
iklan dari karet.

Gambar 2.5. Kopling karet ban

c). Kopling karet bintang

Kopling ini terdiri dari dua paruh yang identic dilengkapi dengan pena

penggerak dan lubang dalam jumlah yang sama. Keuntungan kopling ini adalah

aman tembusan aliran.


9

Gambar 2.6. Kopling karet bintang


d). Kopling gigi

Kopling ini terdiri dari sebuah bumbungan yang bagian dalamnya

berbentuk lurus dan tabung yang bagian luarnya juga berbentuk tirus Kopling

Universal

Cincin - O
Silinder luar
Silinder dalam

Tempat memasukkan minyak

Gambar 2.7. Kopling gigi

3). Kopling universal

Kopling universal dipakai untuk menyambung dua poros yang tidak terletak

dalam sebuah garis lurus atau yang garis sumbunya saling memotong (membentuk

sudut).
10

Gambar 2.8. Kopling universal

b. Kopling Tak Tetap

Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros

yang digerakkan dan poros penggerak, dengan putaran sama dalam meneruskan

daya, serta melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik dalam keadaan diam

maupun berputar.

Macam – macam kopling tak tetap :

1). Kopling cakar

Kopling ini meneruskan momen dengan kontak positif (tidak dengan

perantaraan gesekan) hingga tidak dapat slip. Ada dua bentuk kopling cakar, yaitu

kopling cakar persegi dan kopling cakar spiral.

Gambar 2.9. kopling cakar

2). Kopling plat

Kopling plat adalah kopling yang menggunakan satu plat atau lebih yang

dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut

sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya.


11

Gambar 2.10. Kopling plat

3). Kopling kerucut

Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan kontruksi sederhana

dan mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil dapat

memindahkan momen yang besar.

Gambar 2.11. Kopling kerucut

4). Kopling friwil

Kopling ini adalah kopling yang dapat lepas dengan sendirinya, bila poros

penggerak berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan dari poros yang

digerakkan.
12

Arah Gerakan Bebas

Arah Gerakkan Terhubung Pendorong


Pegas
Arah Gerakan Bebas Arah Gerakan Bebas
Rol Silinder
Bagian dalam
Pegas
Cincin Luar
Kam
Cincin dalam
Arah Gerakkan Terhubung Cincin Luar
Arah Gerakkan Terhubung

Gambar 2.12. Kopling friwil

3. Analisis kopling

a. Torsi maksimum

Harga torsi maksimum yang akan digunakan dalam perhitungan

perancangan kopling ini ditentukan berdasarkan dua kriteria yaitu torsi maksimum

dan daya maksimum kendaraan yang terdapat pada data lapangan (brosur).

Kopling pelat gesek bekerja karena adanya gaya gesek dengan permukaan,

sehingga menyebabkan terjadinya momen puntir pada poros yang di gerakkan.

Momen ini bekeeja dalam waktu t R sampai putaran kedua poros sama. Pada

keadaan terhubung tidak terjadi slip dan putaran kedua poros sama dengan putaran

awal poros penggerak, sehingga dapat dibuat persamaan :

M r= M b + M h (Pers. 2.1)

dimana :

M r = Torsi gesek (kgf.cm)

M b = Momen puntir poros transmisi (kgf.cm)


13

M r = Torsi percepatan (kgf.cm)

Nilai M h dapat dihitung dengan persamaan :

N
M h=71620 ...................................................................(Pers. 2.2)
n

dimana :

Mh = Torsi maksimum (kgf.cm)

N = Daya maksimum (HP)

n = Putaran poros (rpm)

71620 = Konstanta korelasi satuan

b. Torsi gesek

M r=C . M h .........................................................................(Pers. 2.3)

dimana :

M r = Torsi gesek (kgf.cm)

C = Konstanta (2,5)

Harga C berkisar antara 2-3 untuk kendaraan jenis mobil. Untuk ini dipilih C =

2.2

c. Kerja gesek dan Daya gesek

Kerja gesek ditentukan dari hubungan antara torsi, putaran dan waktu

terjadinya slip.

Mr . n . t R
Ar = ............................................................(Pers. 2.4)
1910

dimana :

Ar = Kerja gesek (kgf.cm)

Mr = Torsi gesek (kgf.cm)

N = Putaram pada torsi maksimum (rpm)


14

tR = Waktu penyambungan / slip (detik)

1910 = Faktor kolerasi satuan

Daya gesek dapat ditentukan dari hubungan kerja gesek dengan frekusensi

penggunaan kopling , yaitu jumlah penekanan atau pelepasan kopling persatuan

waktu.

Ar . z
Nr= 4 ......................................................................(Pers. 2.5)
27 .10

dimana :

Nr = Daya gesek (HP)

z = Frekuensi penekanan kopling (jam)


4
27 . 10 = Faktor korelasi satuan

d. Diameter rata-rata pelat gesek

Diameter rata-rata pelat gesek ditentukan dengan menggunakan persamaan

untuk diameter rata-rata, yaitu :


0.4
Nr
d=71.5[ ]
b 1/ 2 .....................................................(Pers. 2.6)
Kr . j .n
d

dimana :

d = Diameter rata-rata pelat (cm)

71.5 = Faktor korelasi satuan

b
= Ratio antara lebar pelat terhadap diameter rata-rata
d

n = Putaran (rpm)

KT = Parameter koefisein gesek

j = jumlah pelat gesek


15

e. Pengujian harga K T dan K U

Untuk memeriksa apakah harga K T dan K U masih dalam bata-batas yang

diizinkan maka terlebih dahulu ditentukan kecepatan tangensialnya v :

π . d .n
v= .........................................................................(Pers. 2.7)
60

Maka jika harga K T tidak berbeda jauh dengan pemilihan awal dan harga

K U masih beriksar antara 2-8 maka rancangan ini dapat di lanjutkan.

Menghitung harga K T

N r .1000
KT= 1 /2 .................................................................(Pers. 2.8)
b.d. j.v

Menghitung harga K U

2. M r
K U= ......................................................................(Pers. 2.9)
b . d2 . j

f. Luas bidang tekan

Tekanan permukaan terjadi akibat adanya gaya tekan yang mengenai

satuan luas bidang tekan. Gaya ini dipengaruhi oleh koefisien gesek sebesar 0.3

dan ini adalah koefisien gesek bahan permukaan pelat gesek yang kita pilih. Luas

bidang tekan sama dengan luas permukaan pelat dan diperoleh dari hubungan :

F=π .b . d . j .Y ..............................................................(Pers. 2.10)

dimana :

F = Luas bidang tekan (cm)

Y = Faktor koreksi luas permukaan akibat pengurangan luas alur

g. Tekanan rata-rata permukaan


16

Tekanan rata-rata permukaan dicari dari hubungan torsi maksimum,

diameter rata-rata, koefisien gesekan dan luas bidang tekan.

2. M r
P= .......................................................................(Pers. 2.11)
μ.d. f

dimana :

P = Tekanan permukaan rata-rata (kgf.cm)

μ = Keofisien gesek

f = Luas bidang tekan (cm)

h. Tekanan maksimum permukaan

Tekanan maksimum permukaan digunakan untuk memilih pelat gesek

yang cocok dan aman. Maka tekanan rata-rata dapat dihitung dengan persamaan

berikut:

d
Pmax =P ......................................................................(Pers. 2.12)
d1

i. Umur pelat gesek

Umur pelat gesek ditentukan dari hubungan antara volume keausan

spesifik dan daya gesek, sedangkan untuk mengitung volume keausan digunakan

metode

sebagai berikut :

V v =F . S v . j....................................................................(Pers. 2.13)

dimana :

V v = Volume keausan (cm 3)

F = Luas permukaan bidang tekan (cm 2)

Sv = Tebal lapisan permukaan gesek (cm)

j = Jumlah pelat gesek


17

Dengan didapatkannya hasil volume keausan dengan menggunakan

metode perhitungan seperti diatas maka umur pelat gesek dapat ditentukan dari

persamaan:

Vv
LB = .......................................................................(Pers. 2.14)
Qv Nr

dimana :

LB = Umur pelat gesek (jam)

V V = Volume keausan (cm 3)

QV = Keausan spesifik

j. Temperatur kerja pelat dan kopling

Untuk dapat mengetahui temperatur kerja pelat kopling maka terlebih

dahulu kita harus mengetahui nilai beberapa hal berikut :

Luas permukaan bidang pendingin dapat diketahui dengan rumus

persamaan berikut ini :

π .( d k −d k )
2 1

F k =π . d K . bk + ............................................(Pers. 2.15)
4

dimana :

d K = Diameter terluar atau diameter rumah kopling (cm)

b K = Lebar rumah kopling (cm)

Selanjutnya kita harus mencari nilai kecepatan tangensial dapat diperoleh

dengan rumus persamaan berikut ini :

π . dk . n
Vk= ....................................................................(Pers. 2.16)
60

Selanjutnya kita harus mencari nilai koefisien perpindahan panas, dari

rumah kopling dapat diketahui dengan rumus persamaan berikut ini :


18

3 /4
α k =4.5+6(V k ) ............................................................(Pers. 2.17)

Selanjutnya kita harus mencari nilai dari kenaikan temperatur dapat

diketahui dengan persmaan rumus berikut ini :

632 . N r
∆ t= ...................................................................(Pers. 2.18)
Fk . α k

dimana :

F k = Luas permukaan bidang pendingin (m2)

α k = Koefisien perpindahan panas (kcal/m℃ .jam)

Selanjutnya kita dapat menghitung temperatur kerja kopling dengan

dipengaruhi oleh koefisien perpindahan panas dari rumah kopling, luas

perpindahan panas dan temperatur sekeliling. Temperatur kerja kopling adalah :

t=t L + ∆ t .........................................................................(Pers. 2.19)

dimana :

t = Temperatur kerja kopling

t L = Temperatur lingkungan

∆ t = Kenaikan temperatur

B. Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.

Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama- sama dengan putaran. Peranan

utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros [2]. Poros adalah untuk

mendukung suatu momen putar dan mendapat tegangan punter atau tegangan

tekuk.
19

Menurut arah memanjangnya (longitudinal) maka dibedakan poros yang

bengkok (poros engkol) terhadap poros lurus biasa, sebagai pejal atau poros

berlubang, keseluruhannya rata atau dibuat mengecil. Menurut penampang

melintangnya disebutkan sebagai poros bulat dan poros profil (contohnya dengan

profil alur banyak dan profil K) [3]

Disamping itu dikenal juga poros engsel, poros teleskop, poros lentur dan

lain- lain. Persyaratan khusus terhadap desain dan pembuatan adalah sambungan

dari poros dan naf, dan dari poros dengan poros. Pembuatan poros, sampai

diameter 150 mm adalah dari baja bulat (St 42, St 50, St 70) dan baja campuran)

yang diputar, dikupas atau ditarik dari lebih tebal ditempa menjadi jauh lebih

kecil. Poros beralur diakhiri dengan penggosokan, dalam hal dikehendaki bulatan

yang tepat. Tempat bantan dan peralihan menurut persyaratan diputar halus,

digosok, dipoles, dicetak, dan pada pengaretan tinggi kemudian dikeraskan.

1. Material Poros

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik

dingin dan difinis, baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S- C) yang

dihasilkan dari ingot yang di “kill” (baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilicon

dan dicor, kadar karbon terjamin) (JIS G3123 Tabel 2.1). meskipun demikian,

bahan ini kelurusannya agak kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena

tegangan yang kurang seimbang misalnya bila diberi alur pasak, karena ada

tegangan sisa didalam terasnya.

Tetapi penarikan dingin membuat permukaan poros menjadi keras dan

kekuatannya bertambah besar. Harga- harga yang terdapat didalam table diperoleh

dari batang percobaan dengan diameter 25 mm,harga- harga tersebut akan lebih
20

rendah dari pada yang ada didalam table karena adanya pengaruh masa.

Tabel 2.1 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin
untuk poros.
Kekuatan
Standar dan Perlakuan
Lambang tarik Keterangan
macam panas
(Kg/mm2)
S 30 C Penormalan 48
S 35 C Penormalan 52
Baja karbon
S 40 C Penormalan 55
konstruksi mesin
S 45 C Penormalan 58
(JIS G 4501)
S 50 C Penormalan 62
S 55 C Penormalan 66
ditarik dingin,
digerinda,
S 35C- D - 53
Batang baja yang dibubut, atau
S 45C- D - 60
difinis dingin gabungan
S 55C- D - 72
antara hal-
hal tersebut
Sumber: Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan pemilihan
Elemen Mesin (hal. 3).

Poros- poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban

berat umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat

tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel, baja

khrom nikel molibden, baja khrom, baja khrom molibden, dll. (G4102, G4103,

G4104, G4105 dalam tabel 2.2). Sekalipun demikian pemakaian baja paduan

khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya karena putaran tinggi dan

beban berat.

Dalam hal demikian perlu dipertimbangkan penggunaan baja karbon yang

diberi perlakuan panas secara tepat untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan.

Baja tempa (G3201 ditempa dari ingot yang dikil dan disebut bahan SF, kekuatan
21

dijamin) juga sering dipakai. Poros- poros yang bentuknya sulit seperti poros

engkol, besi cor nodul atau coran lainnya telah banyak dipakai.

Pemilihan bahan poros (Tabel 2.3) selain diarahkan menurut beban yang

dikenakan bentuk yang diperlukan juga menurut beban yang dikenakan dan

kekakuan bentuk yang diperlukan juga menurut kondisi pemasangannya,

contohnya pada poros Rituel yang bahannya dipilih setelah untuk roda giginya.

Pada bantalan luncur maka keasuan dan sifat putaran darurat memegang peranan

penting. Selanjutnya perlu diperhatikan lagi, bahwa dengan makin kerasnya maka

kekuatan Tarik meningkat, tetapi pemuaian dan nilai pukulan takikan menurun

(kepekaan lebih tinggi).

Desain diarahkan menurut bagian tetap yang mana poros atau gandar

dihubungkan (bantalan, sil dan naf dari piringan atau roda yang dipasangkan).

Sebagai gambaran maka tempat sambungan yang dibuat dengan benar, yang

peralihannya dibulatkan dengan baik, yaitu umumnya pada perlemahan dari

berbagai pengaruh takikan. Diameter poros dalam naf diperkuat sekitar 1,15- 1,3

d, kalau diinginkan mengimbangi pengaruh takikan naf (jari- jari pembulatan pada

peralihan 1 ≈ 0,5. Gandar biasa adalah rata menyeluruh tanpa peralihan

(pembuatannya murah pada pengeluaran bahan banyak).

Tabel 2.2 Baja paduan untuk poros.


Standard dan Kekuatan Tarik
Lambang Perlakuan panas
macam (Kg/mm2)
Baja khrom nikel SNC 2 - 85
(JIS G 4102) SNC 3 - 95
22

SNC21 Pengerasan kulit 80


SNC22 Pengerasan kulit 100
SNCM 1 - 85
SNCM 2 - 95
Baja khrom nikel SNCM 7 - 100
molibden(JIS G SNCM 8 - 105
4103) SNCM22 Pengerasan kulit 90
SNCM23 Pengerasan kulit 100
SNCM25 Pengerasan kulit 120
SCr 3 - 90
SCr 4 - 95
Baja khrom (JIS G
SCr22 - 100
4104)
SCr23 Pengerasan kulit 80
SCr25 Pengerasan kulit 85
SCM 2 - 85
SCM 3 - 95
Baja khrom SCM 4 - 100
molibden (JIS G SCM 5 - 105
4105) SCM21 Pengerasan kulit 85
SCM22 Pengerasan kulit 95
SCM23 Pengerasan kulit 100
Sumber : Sularso dan Kiyatkatshu Saga, Dasar-dasar perencanaan dan
pemilihan Elemen Mesin (hal. 3).
23

Tabel 2.3 Bahan poros yang umum digunakan.


Kekuatan
Kekuatan torsi
tekuk
Kekerasan berubah-
Kekuatan berubah-
HV (dapat ubah/
Nama Tarik σ B ubah/
dikeraskan membesar
N/ mm2 membesar
sampai) N/mm2
N/mm 2

σ bW σ bSch τ tW τ tSch
St 42-2 B 420…500 115 (450) 220 360 150 180
St 50-2 B 500…600 135 (530) 260 420 180 210
St 60-2 B 600…720 165 (720) 300 470 210 230
St 70-2 B 700…850 190 340 520 240 260
C 22, Ck
V 500…650 150 280 490 190 250
22
C 35, Ck
V 590…740 140 (530) 330 550 230 300
35
C 45, Ck
V 670…820 170 (720) 370 630 260 340
45
25 CrMo
V 800…950 186 (610) 430 730 300 450
4
34 Cr4 V 900…1100 229 (670) 480 810 330 550
C 15, Ck
E 500…6503 140 (840) 260 420 180 210
15

16MnCr5 E 800…11003 210 (840) 390 670 270 430

Sumber : G. Nieman, Elemen Mesin Jilid 1 (hal. 319).

2. Analisis Kekuatan Poros

Untuk menganalisis sebuah poros, adapun rumus-rumus perhitungannya

ialah sebagai berikut:

a. Daya rencana

Pd = Fc × P....................................................................(pers. 2.20)
24

dimana :

Fc = daya maksimum yang diperlukan (0,8)

P = daya mula-mula

Tabel 2.4. Daya yang ditransmisikan.


Daya yang ditransmisikan Fc

Daya rata-rata yang diperlukan


1,2 - 2,0
Daya maksimum yang diperlukan
0,8 - 1,2
Daya normal
1,0 - 1,5

b. Menghitung momen torsi (T):

T = 9,74 x 10
5 ( Pdn ) .....................................................(pers. 2.21)
dimana :

Pd = daya rencana

n = putaran

c. Tegangan gesek

σb
τ a= ...................................................................(pers. 2.22)
Sf 1 × Sf 2

dimana:

σ b = bahan poros yaitu baja steel (S 45 C) dengan kekuatan tarik σb

= 58 kg/m2

sf 1 = Faktor keamanan kelelahan puntir

= 6,0 diambil

sf 2 = faktor keamanan poros beratur berangkat

= 1,5 diambil
25

d. Mengukur diameter poros penggerak:

[ ]
1
5,1
Ds = × K t × Cb×T 3 ................................................(pers. 2.23)
τa

dimana :

Cb = Faktor beban lentur

= 1,5 diambil

Kt = Momen punter

= 1,3 diambil

T = Momen torsi

e. Menghitung Tegangan geser:

τ =5,1
[ ]
T
Ds
3 ....................................................................(pers. 2.24)

dimana :

T = Momen torsi

D s = Diameter poros

C. Pasak

Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-

bagian mesin seperti roda gigi, sprocket, puli, kopling pada poros. Momen

diteruskan dari poros ke naf atau dari naf ke poros.

Fungsi yang serupa dengan pasak dilakukan pula oleh splain dan gerigi

yang mempunyai gigi luar pada poros dan gigi dalam dengan jumlah gigi yang

sama pada naf dan saling terkait yang satu dengan yang lain. gigi pada splain

adalah besar- besar, sedang pada gerigi adalah kecil- kecil dengan jarak bagi yang
26

kecil pula. Kedua- duanya dapat digeser secara aksial pada waktu meneruskan

daya.

1. Jenis Pasak

Seperti halnya baut dan sekrup, pasak digunakan untuk membuat

sambungan yang dapat dilepaskan. Dari kebanyakan pasak yang dibebani adalah

penampang memanjangnya beban pada penampang melintang tidak banyak

terdapat pasak. Pasak memanjang terutama digunakan untuk menyematkan naf

pada poros. Adapun pasak dapat dibedakan sebagai berikut.

a. Pasak benam rata

Pasak benam rata merupakan pasak memanjang yang paling banyak

deterapkan. Pasak ini diterapkan, baik pada konstruksi dimana roda halus

disambung tak bergerak dengan poros. Nama “pasak” pada pasak rata sebenarnya

tidak benar, sebab pasak ini tidak tirus. Karena itu pasak benam rata harus lebih

banyak dipandang sebagai suatu penahan terhadap memutarnya roda terhadap

poros kalau kurang ada gesekan. Alur pasak dalam naf sejajar dengan poros.

Antara tepi atas pasak dan dasar alur dalam naf terdapat ruang main sebesar 0,2-

0,4 mm.

Gambar 2.13. Pasak Benam

Pasak benam rata hanya mendukung pada tepi sampingnya. Jadi lebar

lebar pasak dan lebar alur harus di suaikan dengan teliti, sebab kalau tidak,
27

terutama pada arah gaya bertukar, terjadi tumbukkan dan pasak terancam menjadi

terlepas. Kalau sebuah naf harus dapat digeser- geserkan, sangatlah perlu untuk

menerapkan suatu ruang main antara pasak, sekalipun ruang main itu sangat kecil.

Karna itu dalam hal serupa itu pasak harus dikencangkan agar pasak tidak dapat

terlepas (lihat Gambar V.02 penampang A-A).

Gambar 2.14. Pasak benam untuk naf yang dapat digeser- geserkan.

b. Pasak belah

Pasak belah, juga dinamakan pasak Woodruff lebih murah di tinjau dari

sudut pembuatannya, tetapi membuat poros jauh lebih lemah. Pasak ini masih

juga dipergunakan untuk momen punter kecil. Momen puntir yang hendak

dipendahkan dapat dihitung lagi seperti yang dikemukakan tadi dengan tekanan

bidang yang sama.

Gambar 2.15. Pasak belah atau pasak woodfruff.

c. Pasak tirus

Karena dilantak maka pasak, naf dan poros dipres satu sama lain, dengan

demikian suatu momen puntir dapat dipindahkan lewat gesekan. Ketika pasak
28

dilantak, ruang bebas antara naf dan poros terdapat pada satu sisi, roda terletak

agak eksentrik dan mungkin miring terhadap poros, hal ini mempunyai pengaruh

tidak baik terhadap kerjsama dengan elemen yang lain. Disamping itu, titik berat

dalam hal itu tidak lagi terletak disumbu poros, sehingga poros muali berayun.

Karena, ini jenis pasak ini tidak cocok untuk pekerjaan teliti, seperti umpamanya

pemindahan dengan roda gigi (gearing).

Gambar 2.16. Penyematan dengan pasak tirus.

d. Pasak tangensial

Pasak ini memberi sambungan mati yang luar biasa, sambungan ini adalah

satu- satunya sambungan sambungan dimana naf dan poros dalam arah keliling

diprategang, sehingga juga momen puntir tumbuk dapat dipindahkan ke kedua

arah dibawah prategang (jadi tanpa ruang bebas). Disini poros dan naf, menurut

perbandingan, dilemahkan oleh alur pasak tidak sebanyak pelemah yang dialami

oleh dudukan pasak, sedang bidang samping pasak bekerja sebagai bidang tekan.

Dalam tiap alur dilantak duah buah pasak, dengan bidang miringnya menempel

satu sama lain, sehingga dalam arah tangensial dikerjakan sutau gaya.
29

Gambar 2.17. Pasak tangensial.

Tepi luar alur satu sama lain membentuk 120° , resultante kedua gaya

tangensial menekan naf dan poros satu sama lain dengan kuat pada sisi yang lain.

Pasak tangensial hampir semata- mata dipergunakan apabila hendak dipindahkan

gaya besar dan kalau dalam hal ini pemindahan terkena tumbukan, atau

seandainya kopel yang hendak dipindahkan dengan berganti- ganti bekerja dalam

arah yang satu dan dalam arah yang lain, umpamanya pada roda daya. Disamping

pasak memanjang masih terdapat pasak melintang yang diterapkan untuk

sambungan sebuah ujung batang pada suatu elemen mesin (antara lain pada

kompresor torak kerja berganda).

Gambar 2.18. Sambungan pasak melintang.

2. Analisis Kekuatan Pasak

Untuk bahan pasak sengaja dipilih bahan yang lemah dari poros dan naf

agar mudah untuk menggantinya.


30

Pasak yang digunakan untuk menetapkan puli adalah pasak benam

berpenampang segi empat. Pasak ini digunakan untuk mentapkan puli pada poros.

Diameter untuk pasak adalah 38 mm

Pasak dengan diamter 38 mm adalah

1. Penampang pasak (b x h) = 10 x 8

2. Kedalaman alur pasak pada poros t 1 = 4,5

3. Kedalaman alur pasak pada naf t 2 =3,5

4. Bahan pasak yang direncanakan adalah S45C yang memiliki tegangan tarik =

70 [kg /mm2] , Sfk 1 = 6,0 , Sfk 2 = 2

a. Gaya tangensial

T
F=
dp ...........................................................................(pers. 2.25)
2

dimana :

T = Momen torsi

dp = Diameter poros

b. Tegangan geser izin pada pasak

σb
τ ka= ...............................................................(pers. 2.26)
sfk 1 × sfk2

dimana :

σb = tegangan tarik

sfk1 = 6.0

sfk2 = 2

c. Dari tegangan geser yang di izinkan panjang pasak yang di peroleh

F
τ ka= .......................................................................(pers. 2.27)
b ×l 1
31

dimana :

b = lebar pasak

l 1= panjang pasak

maka panjang pasak

F
l 1= ......................................................................(pers. 2.28)
b × τ ka

d. Tekanan permukaan izin

F
P a= ......................................................................(pers. 2.29)
t 2 × l1

dimana :

t 2= kedalaman air pasak

D. Sambungan Baut

Baut merupakan bagian dari komponen permesinan dan banyak digunakan

sebagai pengikat atau penyambung antara dua elemen disamping sambungan las,

pateri dan keling. Dalam penggunaannya, sambungan baut banyak dipakai seperti

pada konstruksi jembatan, komponen permesinan, konstruksi bangunan, otomotif,

kendaraan berat, dan sebagainya. Umumnya baut akan mengalami beberapa

bentuk pembebanan yang terjadi, seperti ; beban puntir, beban geser dan beban

tarik, tergantung dari beban yang diterimanya, sehingga baut akan rusak.[4]

Jika beban yang diberikan lebih besar dari kekuatan baut maka sambungan

baut akan mengalami berbagai bentuk kegagalan atau deformasi. Deformasi

tersebut dapat berupaputus karena tarikan, puntiran dan geser.Sehubungan

penjelasan diatas posisi letak baut akan sangat berpengaruh terhadap kualitas
32

sambungan, maka dari itu peneliti mencoba melakukan eksperimen pengujian

terhadap letak atau posisi baut yang akan mengalami kegagalan terlebih dahulu,

yang mana dalam pengujian ini peneliti mengunakan posisi dengan 3 (tiga) buah

baut untuk mendapatkan posisi yang optimal.[4]

Sambungan yang banyak digunakan adalah sambungan baut. Sambungan

ini termasuk dalam sambungan tidak tetap.

Gambar 2.19. Sambungan baut

Baut adalah alat sambung dengan batang bulat dan berulir, salah satu

ujungnya dibentuk kepala baut (umumnya bentuk kepala segi enam) dan ujung

lainnya dipasang mur/pengunci. Dalam pemakaian dilapangan, baut dapat

digunakan untuk membuat konstruksi sambungan tetap, sambungan bergerak,

maupun sambungan sementara yang dapat d bongkar/dilepas kembali.

Sambungan mur baut (Bolt) banyak digunakan pada berbagai komponen

mesin. Sambungan mur baut bukan merupakan sambungan tetap, melainkan dapat

dibongkar pasang dengan mudah

Beberapa keuntungan penggunaan sambungan mur baut :

a. Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menerima beban.

b. Kemudahan dalam pemasangan

c. Dapat digunakan untuk berbagai kondisi operasi

d. Dibuat dalam standarisasi


33

e. Efisiensi tinggi dalam proses manufaktur

Kerugian utama sambungan mur baut adalah mempunyai konsentrasi

tegangan yang tinggi di daerah ulir. Adapun jenis baut dapat dijabarkan sebagai

berikut.

1. Jenis-jenis baut

Baut digunakan secara luas dalam industri kendaraan bermotor. Pada

kendaraan bermotor terdapat banyak sekali komponen yang dibuat secara terpisah,

kemudian disatukan menggunakan baut dan mur agar memudahkan dilakukan

pelepasan kembali saat diperlukan, misalnya untuk melakukan pekerjaan

perbaikan atau penggantian komponen. Baut biasanya digunakan berpasangan

dengan mur. Bagian batang baut yang berulir dimaksudkan untuk menepatkan

dengan celah lubang mur.

Untuk mengurangi efek gesekan antara kepala baut dengan benda kerja

dapat ditambahkan ring/washer di antara kepala baut dan permukaan benda kerja.

Washer berbentuk spiral dapat digunakan pada baut untuk membantu mencegah

kekuatan sambungan berkurang yang disebabkan baut mengendor akibat getaran

[5].

Konstruksi baut terdiri atas batang berbentuk silinder yang memiliki

kepala pada salah satu ujungnya, dan terdapat alur di sepanjang (ataupun hanya di

bagian ujung) batang silinder tersebut. Baut terbuat dari bahan baja lunak, baja

paduan, baja tahan karat ataupun kuningan. Dapat pula baut dibuat dari bahan

logam atau paduan logam lainnya untuk keperluankeperluan khusus.


34

Ada jenis baut yang sering digunakan pada kegiatan konstruksi, otomotif

maupun lainnya sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini adalah jenis-jenis baut

dan mur.

a. Carriage Bolts

Carriage bolts, banyak digunakan pada penyambungan komponen jenis

kayu. Baut ini memiliki kepala berbentuk kubah dan memiliki bentuk empat

persegi pada bagian lehernya. Bentuk persegi pada bagian leher ini berfungsi

untuk mempererat komponen yang disambungkan dengan menekan masuk ke

dalam kayu sehingga menghasilkan ikatan yang kuat.

Gambar 2.20 Carriage Bolts

b. Square Head Bolts

Gambar 2.21 Square Head Bolts


35

Square head bolts menjadi salah satu jenis baut yang menjadi favorit untuk

digunakan. Baut dengan kepala berbentuk segi empat ini  pada umumnya

digunakan untuk pada industri berat dan pekerjaan konstruksi.

c. Flange Bolts

Gambar 2.22. Flange Bolts

Flange bolts adalah jenis baut yang pada bagian bawah kepala bautnya

terdapat bubungan (flens). Flens ini didesain untuk memberikan kekuatan pada

baut seperti menggunakan washer. Material dalam baut ini beragam, mulai dari

besi biasa hingga baja hitam.

d. Hex bolts

Gambar 2.23. Hex bolts

Hex bolts, merupakan baut yang umum digunakan ditemukan pada

pekerjaan konstruksi maupun perbaikan. Baut ini memiliki ciri umum yaitu kepala

yang memiliki bentuk segi enam (hexagonal). Hex bolts memiliki sifat atau bahan

baku tertentu sesuai dengan penerapannya pada sebuah komponen yang akan

dihubungkan. Bahan baku pembuatan baut ini diantaranya adalah ; stainless steel,
36

carbon steel, dan alloy steel yang dilapisi dengan kadium atau seng plating untuk

menghindari terjadinya korosi.

Aplikasi untuk baut yang memiliki bentuk kepala segi enam ini  sangat

bervariasi, mulai dari eksterior, otomotif untuk kelautan; pesisir, dan lingkungan

yang bersuhu tinggi.

Baut mutu normal dipasang kencang tangan. Baut mutu tinggi mula-mula

dipasang kencang rangan,dan kemudian diikuti ½ puraran lagi (turn-ofthe-nut

method).Dalam Tabel 2.5 ditampilkan tipe-tipe baut dengan diameter, proof load

dan kuat tarik minimumnya.

Tabel 2.5. Tipe-tipe baut


Tipe baut Diameter Proof Kuat tarikmin. (Mpa)
stress
A307 6.35-104 - 60
A325 12.7-25.4 585 825
28.6-38.1 510 725
A490 12.7-38.1 825 1035

2. Analisis Baut

Baut didefenisikan sebagai alat pengikat. Baut didalm kopling digunakan

untuk mengikat flywheel terhadap poros penggerak dan pengikat tutup kopling

dengan flywheel, maka akan diperoleh dimensi baut yang dipilih :

Dimensi perancangan :

Bahan baut = S40C dengan σ b = 55 kg/mm2 = 55000000 kg/m2

Sf 1 = 6,0 dan Sf 2 = 1,5

momen puntir, T = 18613,14 kg.mm = 18613140 kg.m

jumlah baut, n = 6 buah


37

radius dari titik pusat poros ke titik pusat baut, R = 150 mm = 0,15 m

a. Tegangan geser yang diizinkan pada baut :

σb
τg = ................................................................(pers.
sf 1−sf 2

2.31)

b. Gaya radial yang terjadi pada setiap baut

T
Fr = ..........................................................................(pers.
R .n

2.32)

Karena pada pemakaian terjadi momen puntir maksimum, untuk

mengantisipasi hal tersebut baut harus mampu menahan kelebihan beban sebesar

50 %.

Fd = 1,50 . Fr...................................................................(pers.

2.33)

c. Diameter baut

d≥
√ 4 . Fd
π . σ g.0,64
..............................................................(pers.

2.34)

d. Tegangan geser yang terjadi pada baut :

4 . fd
τ= ..................................................................(pers.
π (0,8 . d) ²

2.35)

e. Beban tarik aksial pada baut (w)


38

D≥
√ 2w
σa
...........................................................................(pers.

2.36)


w d ² σa .............................................................................(pers.
2

2.37)

Untuk baja liat yang mempunyai kadar karbon (0,2 – 0,3)%, σa = 6

kg/mm² bila difinis tinggi,

d1 ≥
√ 2w
σa
..........................................................................(pers.

2.38)

f. Tegangan geser yang terjadi ¿g)

w
w
σg = = π
a
4 ( )
d 1² ...........................................................(pers.

2.39)

g. Gaya yang terjadi pada setiap paku keeling (F)

T = F . R . n......................................................................(pers.

2.40)

h. Jumlah ulir (z)

w
z≥ .................................................................(pers.
π . d 2 . h . qa

2.41)

Dimana qa adalah tekanan permukaan yang diijinkan, Yang dipilih adalah

2
baja liat dengan qa = 3kg/mm , sehingga :
39

w
z≥ .................................................................(pers.
π . d 2 . h . qa

2.42)

i. Tekanan kontak pada permukaan ulir (q)

w
q= ...................................................................(pers.
π . d 2. h . z

2.43)

E. Bantalan

Tempat sebuah poros ditumpu, dinamkan tap-poros atau leher-poros

(journal), elemen yang menempu dinamakan bantalan. Bantalan ini dapat

dipasang di dalam mesin di mana poros termasuk atau dalam suatu elemen

terpisah yang difondasikan yang dinamakan blok-bantalan, blok atau dengan

aksial bantalan.

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga

putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara galuis, aman, dan

panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta

elemen mesin lainyabekerja dengan baik.

Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh system

akan menurun atau tak dapat bekerja secara semestinya. Jadi, bantalan dalam

permesinan dapat disamakan perannya dengan pomdasi pada gedung [2].

1. Jenis Bantalan

Dalam bantalan pada umumnya bekerja gaya-reaksi. Apabila gaya raksi.

Apabila gaya reaksi ini jauh lebih banyak mengarah tegak lurus pada garis sumbu
40

poros, bantalan dinamakan bantal-an radikal; kalau gaya reaksi itu jauh lebih

banyak mengarah sepanjang garis sumbu, namanya ialah bantalan aksial.

Pada poros vertikal, nama yang diberikan ialah bantal-an-pivot. Untuk

menahan gaya aksial, pada poros dipasang kuping, karena itu namanya block-

kupling. Juga terdapat kombinasi gaya radaial dan gaya aksial [6].

Pada bantalan luncur radial, tap dikelilingi oleh bus yang kebanyakan

dibuat dalam dua bagian supaya dapat mudah dipasang dan dinamakan metal,

batok-bantalan atau bantal. Bus ini dibuat dari bahan atau dilapis dengan bahan

tersebut, yang menghasilkan bidang-jalan yang baik dengan poros, seperti

perunggu, besi-cor istimewa atau metal anti-gesek.

Pada bantalan-luncur terjadi gesekan luncur, pada bantalan-gelinding

gesekan-luncur diganti oleh gesekan gelinding. Elemen yang menggelinding

boleh jadi peluru, benda selindrik atau benda berbentuk kerucut ayau yang

berbentuk tong.

Gesekan memainkan peranan penting pada semua bantalan. Gesekan ini

tidak saja memberi kerugian langsung dalam energy, melainkan kerja-gesekan

inidiubah menjadi kalor yang menyebabkan tempratur bantalan menjadi lebih

tinggi daripada tempratur sekelilingnya.

Hal ini dapat menjadi sebab bantalan berjalan panas, sehingga hancur.

Bantalan dapat diklasifasikan sebagai berikut:

a. Bantalan Luncur
41

Gambar 2.24. Bantalan Luncur

Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena

permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan

pelumas. Bantalan luncur menumpu poros berputaran tinggi dengan beban besar.

Bantalan ini sangat sederhana konstruksinya dan dapat dibuat serta dipasang

dengan mudah.

Karena gesekan yang besar pada waktu mulai jalan, bantalan luncur

memerlukan momen awal yang besar. Pelumasan pada bantalan ini tidak begitu

sederhana.panas yang timbul dari gesekan yang besar, terutama pada bahan besar,

memerlukan pendingin khusus. Sekalipun demikian, karena adanya lapisan

pelumas, bantalan inidapat meredam tumbukan dan getaran sehingga hamper

ridak bersuar. Tingkat ketelitian yang diperlukan tidak setinggi bantalan gelinding

sehingga dapat lebih murah [2].

b. Bantalan Gelinding

Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar

dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol

jarum, dan rol bulat. Bantalan gelinding pada umumnya lebih cocok untuk beban

kecil dari pada bantalan luncur, tergantung pada bentuk elemen gelindingnya.

Putaran pada bantalan ini dibatasi oleh gaya sentrifugal yang timbul pada elemen

gelinding tersebut [2].


42

Bantalan gelinding mempunyai keuntungan dari gesekan gelinding yang

sanagat kecil dibandingkan dengan bantalan luncur. Bantalan gelinding terdiri dari

elemen gelinding seperti bola atau rol, dipasanag antara cincin luar dan cincin

dalam. Dengan memutar salah satu cicin tersebut, bola atau rol akan membuat

gerakan gelinding sehingg gesekan di antaranya akan jauh lebih kecil.

Untuk bola dan ro, ketelitian tinggi dalam bentuk ukuran merupakan

keharusan. Karena luas kontak antara bola dan rol denghan cincinya sangat kecil

maka besarnya beban per satuan luas atau tekanan dan kekerasan yang tinggi [2].

Banyak jenis-jenis dan bentuk pada bantalan pada permesinan, namun

beberapa bantalan yang biasa digunakan pada roda gigi akan di jelaskan berikut:

1). Bantalan gelinding jarum

Bantalan ini biasa di gunakan sebagai bantalan gear transmisi, sebagai

bantalan unruk mengurangi gesekan antara As dan Gear transmisi. Tiap gear yang

tersusun pada transmisi memiliki bantalan ini dengan ukuran masing-masing yang

telah di sesuaikan. Bentuk pada bantalan ini seperti jarum namun tidak memeiliki

keruncingan pada bagian ujung nya, hanya saja lebih kecil dari jenis bantalan

lainya yang biasa menggunakan bola dan rol.

Gambar 2.25. Bantalan Gelinding Jarum.

2). Bantalan gelinding bola


43

Bantalan jenis ini biasa juga di gunakan sebagai dudukan poros utama

pada transmisi, dengan diameter lebih besar dan cincin bagian luar dan dalam

yang sangat tebal. Sehingga bantalan gelinding jenis ini memeiliki kekuatan dan

ketahanan lebih baik dari bantalan gelinding jarum.

Gambar 2.26. Bantalan Gelinding Bola.

3). Bantalan gelinding rol

Gambar 2.27. Bantalan Gelinding Rol.

Bantalan gelinding rol juga sering digunakan pada berbagai bantalan pada

segala jenis gear pada permesinan, atau biasa digunakan pada poros uatama

transmisi, gear bagian depan mesin maupun garden. Memiliki daya tahan yang

cukup tinggi sehingga sangat di andalkan pada bagian mesin yag memeiliki beban

yang cukup tinggi.

2. Konstruksi Bantalan

Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang

peranan cukup penting, karena berfungsi untuk menumpu sebuah poros sehingga
44

poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan dan putaran

gerakan bolak- baliknya dapat berlangsung secara halus dan aman. Bantalan harus

cukup kuat untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja

dengan baik, kontruksi bantalan dapat dibagi sebagai berikut.

a. Bantalan luncur

Bantalan luncur logam memeiliki bentuk konstruksi yang cukup

sederhana, dengan susunan bahan yang saling melapisi material lainya. Pada tiap

lapisan terdiri dari beberapa material yang berbeda. Dengan kontruksinya yang

bulat dan bagian permukan nya yang sangat halus sebagai dudukan poros dan gear

agar terhindar dari gesekan yang berlebih. Berbeda Pada penjelasan bentuk dan

bahan yang digunakan akan di jelaskan pada sub bab selanjutnya.

1). Bentuk bantalan luncur

Bantalan luncur memeliki bentuk yang sederhana dan tiap bangian

memiliki fungsi yang berbeda-beda. Tiap bahan disusun secara berlapis dan di

bentuk menjadi setengah lingkaran yang kemudian di satukan dengan

pasanagnnya sehingga menjadi satu lingkaran penuh. Bentuk ini bertujuan

mengikuti poros gear dan bagian dalam gear.

Kemudian parit di bagian tengah bantalan berfungsi sebagai jalanya

pelumas pada poros dan bantalan untuk mengurangi gesekan yang berlebih.

Kemudian locking lip ( mengunci bibir) ada beberapa bantalan yang memiliki

bagian ini dan yang tidak, bentuk ini memeiliki fungsi sebagai pengunci bantalan

agar tidak bergerak maupun berputar seperti halnya pasak.


45

Gambar 2.28. Bentuk Bantalan Luncur.

2). Bahan bantalan luncur

Untuk permukaaan kuncur, yang bergerak relatif terhadap beban, adalah

sangat sesuai suatu permukaan licin dank eras – contohnya dari baja dokeraskan

atau dari besi tuang kelabu diberi grafit; di sini baja asutenit tidak

menguntungkan. Untuk permukaan luncur lawanya, yabg relatif lunak, mampu

membantali. Kekerasan Brinell juga jauh lebih rendah. Sebaliknya pada bebabn

yang besar dan tersentak-sentak tidak boleh ada perubahan bentuk plastis atau

pematahan terjadi [6].

Maka pasangan luncur berbeban besar terdiri dari bahan yang keras

(contohnya baja dikeraskan/perunggu timah hitam); sedangkan kesukaran pada

putaran awalnya mendapat perhatian dan diatasi melalui pengerjaan yang teliti.

Maka pada bahan yang digunakan pada bantalan luncur yaitu;

a). Perunggu timah

Perunggu timah sangat cocok untuk bantalan gear dengan HB ≈ 70 sesuai

untuk beban yang lebih tinggi lagi dan tersentak-sentak pada suhu tinggi. Lebih

tahan aus daripada logam putih dan meghasilkan gesekan putaran yang lebih

rendah. Khususnya digunakan untuk motor torak dan gear transmisi.


46

Dikenal bantalan gabungan dengan mangkok St dan perunggu timah hitam

(ketebalan 0,25… 3 mm). Dengan memeperhatikan terhadap kekerasaan yang

tinggi dan kemampuan putaran awal yang rendah dari perunggu timah putih maka

paling dimungkinkan untuk memakai tap yang dikeraskan dengan permukaan lici.

Kelonggaran bantalan 1 . d/1000 sampai 1.5 .d/1000 dan tekanan

pemasukan oli pelumas sekitar 3…6 bar. Beban yang diizinkan pada pelumasan

sirkulasi (cincin atau pompa) : p diizinkan ≈ 3000 N/cm2 untuk u = 0,5 m/det. Hal

yang baru juga penggunaan dari bus-perunggu timah putih yang dieratkan pada

bantalan besar. [6].

b. Bantalan gelinding

Bantalan gelinding memeliki ketelitian yang sangat tinggi, penyusunan

pada tiap bagian-bagian yang memiliki peran penting dan ketelitian yang sangat

tinggi sehingga minimnya gesekan dengan pelumasan yang sederhana.

1). Bentuk Bantalan Gelinding

Bantalan gelinding memepunyai keuntungan dari gesekan gelinding yang

sangat kecil dibandingkan dengan bantalan luncur. lemen gelinding seperti bola

atau rol, dipasanag di antara cincin luar dan cincin dalam. Dengan memutar salah

satu cincin tersbut, bola atau rol akan membuat gerakan gelinding sehingg

gesekan di antaranya akan jauh lebih kecil.

Untuk bola dan rol, ketelitian tinggi dalam bentuk ukuran merupakan

keharusan. Karena luas kontak antara bola dan rol denghan cincinya sangat kecil

maka besarnya beban per satuan luas atau tekanan dan kekerasan yang tinggi [2].
47

Gambar 2.29. Bagian- bagian bantalan gelinding.

3. Penomoran Bantalan

Setiap bantalan gelinding memiliki penomoran yang menunjukan jenis

bantalan, dimensi, jenis, kelonggaran, dan penunjukan lainnya yang penting.

Bantalan dengan standarisasi penomoran yang sama dapat saling ditukarkan.

Hanya pada bantalan yang dapat saling ditukarkan tidak diijinkan apabila buatan

pabrik berbeda. Penomoran bantalan distandardisasikan menurut DIN 623 atau

ISO 15-1981 (E).

Penomoran dasar bantalan terdiri dari nomor seri dan nomor refrensi

lubang bantalan. Awalan pada penomoran umumnya menunjukan

bagian-bagian/komponen bantalan, dan akhiran pada penomoran menunjukan

rancangan khusus arau ciri lain dari bantalan.

a. Nomor seri bantalan gelinding

Nomor seri bantalan ditandai oleh angka, huruf, atau sejumlah angka dan

sejumlah huruf. Nomor seri tersbut menunjukan jenis bantalan, diameter seri,

lebar seri, dan dimensi seri. Beberpa tabel dimensi dibuat agar ukuran diameter

luar dan lebar dapat ditentukan untuk setiap bantalan. Dimensi seri meliputi lebar

seri dan diameter seri.


48

b. Nomor refrensi lubang bantalan gelinding

1). Ø d dari 0,6 + 9 mm, diameter lubang diberikan dalam satuan mm

Contoh : 625, d = 5 mm

2). Ø d dari 10 + 17 mm :

Nomor refrensi lubang :

a). 00 = Ø d 10 mm

b). 01 = Ø d 12 mm

c). 02 = Ø d 15 mm

d). 03 = Ø d 17 mm

3). Ø d dari 20 = 380 mm :

Nomor refrensi lubang nilainya 1/5 dari diameter lubang

contoh: 6205, d = 25 mm

4). Ø d dari 500 mm :

Diameter lubang diberikan dalam satuan mm

Contoh : 230/60, d= 600 mm

c. Awalan dan akhiran pada penomoran bantalan gelinding

Awalan yang ditempatkan sebelum penomoran bantalan menunjukan

bagian-bagian atau kompnen dari bantalan. Akhiran yang ditempatkan stelah

penomoran bantalan menunjukan karakteristik bantalan yang berhubungan denagn

bentuk, penyekat, sangkar pemisah, dimensi, toleransi bentuk dan pengoprasian,

kelonggaran, perlakuan panas dan lain-lain.

a). Kode pertama “6” Jenis bantalan: “Deep Groove Ball Bearing Single Row”

b). Kode kedua “0” Seri bantalan: “Extra light”

c). Kode ketiga dan keempat “08” Diameter dalam bearing: 40mm
49

d). Kode kelima “ZR” Jenis bahan penutup: Berating ditutupi plat seng ganda

e). Kode keenam “C3” Clearance internal: Bantalan mempunyai ruang untuk

ekspansi pergerakan

a). Kode pertama “2” Jenis bantalan: “Spherical roller bearing”

b). Kode kedua “1” Seri bantalan: “Light”

c). Kode ketiga dan keempat “31” Diameter dalam bearing: 155mm

d). Kode kelima "1” Jumlah penutup bantalan: “Hanya satu sisi”

e). Kode keenam “K” Jenis bahan penutup: “Rubber thin”

f). Diameter lubang: 11 x 5 = 55 mm

Anda mungkin juga menyukai