Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tugas elemen mesin merupakan salah satu latihan yang baik bagi mahasiswa
agar dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh ke dalam bentuk suatu analisa
dari suatu peralatan. Selain untuk mendapat wawasan mahasiswa, tugas ini dapat
dapat menjadi tantangan tersendiri bagi manusia dalam menguji pemahaman terkait
materi yang diberikan dalam perkuliahan.
Proses perancangan telah ada sejak manusia diciptakan, proses perancangan
sangat banyak kelompoknya, bisa dikatakan tidak terbatas, sesuai dengan kebutuhan
manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang ada. Tapi untuk merencanakan
sesuatu yang dapat memudahkan untuk memenuhi kebutuhan bukan hal yang mudah,
apalagi dizaman sekarang ini bisa dikatakan segalanya telah ada tetapi manusi tidak
pernah puas dan ingin lebih mudah lagi. Untuk sampai pada hasil perancangan harus
melalui proses yang rumit dan panjang.
Di zaman sekarang ini yang segalanya telah tersedia, proses perancangan dapat
dipermudah. Dengan berbagai organisasi yang mengeluarkan standar-standar tertentu
untuk bermacam-macam elemen mesin, para perancang tidak perlu membuat
keseluruhan elemen mesin yang akan digunakan dalam rancangannya. Tetapi yang
sulit bagi para perancang adalah proses pemilihan elemen mesin yang tepat, yang
dapat memenuhi persyaratan si perancang itu sendiri.
Dalam perancangan mesin kali ini, mencoba mengangkat permasalahan tentang
transmisi (gearbox). Gearbox merupakan salah satu komponen dari suatu mesin yang
berupa rumah untuk roda gigi. Komponen ini harus memiliki konstruksi yang tepat
agar dapat menempatkan poros-poros rida gigi pada sumbuyang benar sehingga roda
gigi dapat berputar dengan baik. Maka dari itu dengan sedikit mungkin gesekan yang
terjadi. Selain harus memiliki konstruksi yang tepat, terdapat beberapa criteria yang
dapat dipenuhi oleh komponen ini yaitu dapat meredam getaran yang timbul akibat
putaran dan gesekan pada roda gigi.
Dari kesulitan konstruksi yang disyaratkan dan pemenuhan criteria yang
dibutuhkan, maka kami bermaksud membuat produk tersebut sebagai objek
perancangan tugas elemen mesin. Pembuatan produk tersebut dengan
memperhatiakan spesifikasi yang diinginkan.

1.2 Batasan Masalah


Penulis akan membatasi pembahasan akan sampai memperhitungkan aspek
mekanika saja dan terbatas kepada komponen-komponen mesin yang telah dipelajari
pada mata kuliah elemen I dan II. Sedangkan aspek-aspek yang lainnya yang akan
dibahas secara sekilas saja. Dalam laporan tugas elemen mesin II ini membatasi
permasalan hanya pada perhitungan beberapa komponen pada roda gigi. Metode
pengukuran yang kami pilih sangat sederhana, dengan menghitung kembali roda gigi
dengan melihat spesifikasi pada kendaraan bermotor.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari mata kuliah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengenal beberapa komponen mesin beserta beban utamanya.
2. Memahami tahap-tahap perancangan roda gigi.
3. Mampu membuat gambar sket dan gambar teknik dari komponen yang
dirancang.
4. Menentukan variable yang akan ditemukan di lapangan.

1.4 Sistematika Penulisan dan Pembahasan


Dalam laporan ini penulis melakukan pembahasan secara sistematis dengan
sistematik sebagai berikut :
Bab I berisi tentang latar belakang desain, batasan masalah beserta tujuan penulis
dalam mengerjakan tugas elemen mesin.
Bab II berisi tentang teori dasar tentang komponen-komponen pada roda gigi.
Bab III berisi perhitungan roda gigi pada kendaraan bermotor sesuai spesifikasi yang
telah di pilih pada tipe kendaraan.
Bab IV berisi tentang kesimpulan hasil perhitungan dan analisa roda gigi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Jika dari dua buah roda berbentuk silinder atau kerucut yang saling
bersinggungan pada kelilingnya salah satu di putar maka yang lain akan ikut berputar
pula. Alat yang menggunakan cara kerja semacam ini untuk mentransmisikan daya
tersebut roda gesek. Cara ini cukup baik untuk menurunkan daya kecil dengan
putaran yang tidak perlu tepat.
Guna mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat tidak dapat dilakuka
dengan roda gesek. Untuk ini, kedua tersebut harus dibuat bergigi dan kelilingnya
sehingga penerusan daya dilakukan oleh roda gigi-gigi kedua roda yang saling terkait.
Roda bergigi semacam ini, yang dapat berbentuk silinder atau kerucut, disebut roda
gigi.
Diluar cara transmisi di atas, ada cara lain pula untuk menenruskan daya, yaitu
dengan sabuk atau rantai. Namun demikian, transmisi mempunyai keunggulan
dibandingka dengan sabuk maupun rantai karena lebih ringkas, putaran lebih tinggi
dan tepat, dan daya lebih besar. Kelebihan ini tidak selalu menyebabkan dipilihnya
roda gigi disamping cara yang lain, karena memerlukan ketelitian yang lebih besar
dalam pembuatan, pemasangan, maupun pemeliharaan. Pemakaian roda gigi sebagai
alat transmisi telah menduduki tempat terpenting disegala bidang selam 200 tahun
terakhir ini. Penggunaan nya dimulai dari alat pengukur yang kecil dan teliti seperti
jam tangan, sampai roda gigi reduksi pada turbun besar yang berdaya puluhan
megawatt.
Dalam bab ini, akan dibahas terlebih dahulu penggolongan roda gigi, dan
kemudian diuraikan nama setiap bagian roda gigi , cara menyatakan ukuran roda gigi,
dan kemudian peristilahan, untuk roda gigi lurus yang merupakan roda gigi palin
dasar yang lain. Dalam hal profil gigi, disini akan hanya dibicarakan profil gigi
involut atau evolven saja, karena profil ini hanya satu-satunya yang dipakai secara
umum. Dalam hal roda gigi dengan perubahan kepala (atau modifikasi kepala) dan
perhitungan kekuatan roda gigi, akan di perkenalkan metode perancanaan terbaru
secar terperinci, dengan bantuan diagram aliran.
Dalam hal roda gigi kerucut , kita akan hanya membatasi pada roda gigi kerucut
lurus dengan gigi tirus Gleason. Sedangkan untuk roda gigi cacing, akan diuraikan
metode perancangan pada roda gigi cacing silinder, yang merupakan bentuk paling
dasar.

2.1 Klasifikasi Rodagigi


Rodagigi diklasifikasikan sebagai berikut :
Menurut letak poros.
Menurut arah putaran.
Menurut bentuk jalur gigi

2.1.1 Menurut Letak Poros


Menurut letak poros maka rodagigi diklasifikasikan seperti tabel berikut :
Letak Poros Roda Gigi Keterangan
Roda gigi dengan poros Roda gigi lurus Klasifikasi atas dasar
sejajar Roda gigi miring bentuk alur gigi
Roda gigi miring ganda
Roda gigi dengan poros Roda gigi kerucut lurus Klasifikasi atas dasar
berpotongan Roda gigi kerucut spiral bentuk jalu gigi
Roda gigi kerucut zerol
Roda gigi kerucut miring
Roda gigi miring ganda
Roda gigi permukaan Roda gigi dengan poros
dengan poros berpotongan berpotongan berbentuk
isitimewa
Roda gigi miring silang Kontak gigi gerak lurus
Batang gigi miring silang dan berputar
Roda gigi dengan poros Roda gigi cacing silindris. Kontak gigi lurus dan
silang Roda gigi cacing selubung berputar.
ganda.
Roda gigi cacing samping.
Roda gigi hyperboloid.
Roda gigi hypoid.
Roda gigi permukaan
silang.
2.1.2 Menurut arah putaran

Menurut arah putarannya, rodagigi dapat dibedakan atas :

Rodagigi luar ; arah putarannya berlawanan.


Rodagigi dalam dan pinion ; arah putarannya sama

2.1.3 Menurut bentuk jalur gigi


Berdasarkan bentuk jalur giginya, rodagigi dapat dibedakan atas :
2.1.3.1 Rodagigi Lurus
Rodagigi lurus digunakan untuk poros yang sejajar atau paralel. Dibandingkan
dengan jenis rodagigi yang lain rodagigi lurus ini paling mudah dalam proses
pengerjaannya (machining) sehingga harganya lebih murah. Rodagigi lurus ini cocok
digunakan pada sistim transmisi yang gaya kelilingnya besar, karena tidak
menimbulkan gaya aksial.

Gambar 2.1 Rodagigi Lurus

Ciri-ciri rodagigi lurus adalah :


1. Daya yang ditransmisikan < 25.000 Hp
2. Putaran yang ditransmisikan < 100.000 rpm
3. Kecepatan keliling < 200 m/s
4. Rasio kecepatan yang digunakan
Untuk 1 tingkat ( i ) < 8
Untuk 2 tingkat ( i ) < 45
Untuk 3 tingkat ( i ) < 200
( i ) = Perbandingan kecepatan antara penggerak dengan
yang digerakkan
5. Efisiensi keseluruhan untuk masing-masing tingkat 96% - 99%
tergantung disain dan ukuran.

Jenis-jenis rodagigi lurus antara lain :

1. Rodagigi lurus (external gearing)


Rodagigi lurus (external gearing) ditunjukkan seperti gambar 2.2. Pasangan
rodagigi lurus ini digunakan untuk menaikkan atau menurunkan putaran dalam
arah yang berlawanan.

Gambar 2.2 Rodagigi Lurus Luar

2. Rodagigi dalam (internal gearing)


Rodagigi dalam dipakai jika diinginkan alat transmisi yang berukuran kecil
dengan perbandingan reduksi besar.

3. Rodagigi Rack dan Pinion


Rodagigi Rack dan Pinion (gambar 2.3) berupa pasangan antara batang gigi dan
pinion rodagigi jenis ini digunakan untuk merubah gerakan putar menjadi lurus
atau sebaliknya.

Gambar 2.3 Rodagigi Rack dan Pinion

4. Rodagigi permukaan
Rodagigi lurus permukaan (gambar 2.4) memiliki dua sumbu saling berpotongan
dengan sudut sebesar 90.

Gambar 2.4 Rodagigi Permukaan

2.1.3.2 Rodagigi Miring

Rodagigi miring (gambar 2.5) kriterianya hampir sama dengan rodagigi lurus, tetapi
dalam pengoperasiannya rodagigi miring lebih lembut dan tingkat kebisingannya
rendah dengan perkontakan antara gigi lebih dari 1.
Gambar 2.5 Rodagigi Miring

Ciri-ciri rodagigi miring adalah :

1. Arah gigi membentuk sudut terhadap sumbu poros.


2. Distribusi beban sepanjang garis kontak tidak uniform.
3. Kemampuan pembebanan lebih besar dari pada rodagigi lurus.
4. Gaya aksial lebih besar sehingga memerlukan bantalan aksial dan
rodagigi yang kokoh.

Jenis-jenis rodagigi miring antara lain :

1. Rodagigi miring biasa

Gambar 2.6 Rodagigi Miring Biasa

2. Rodagigi miring silang

Gambar 2.7 Rodagigi Miring Silang


3. Rodagigi miring ganda

Gambar 2.8 Rodagigi Miring Ganda

4. Rodagigi ganda bersambung

Gambar 2.9 Rodagigi Ganda Bersambung

2.1.3.3 Rodagigi Kerucut


Rodagigi kerucut (gambar 2.10) digunakan untuk mentransmisikan 2 buah poros
yang saling berpotongan.

Gambar 2.10 Rodagigi Kerucut

Jenis-jenis rodagigi kerucut antara lain :

1. Rodagigi kerucut lurus


Gambar 2.11 Rodagigi Kerucut Lurus

2. Rodagigi kerucut miring

Gambar 2.12 Rodagigi Kerucut Miring

3. Rodagigi kerucut spiral

Gambar 2.13 Rodagigi Kerucut Spiral

4. Rodagigi kerucut hypoid

Gambar 2.14 Rodagigi Kerucut Hypoid


2.1.3.4 Rodagigi Cacing
Ciri-ciri rodagigi cacing adalah:
1. Kedua sumbu saling bersilang dengan jarak sebesar a, biasanya sudut
yang dibentuk kedua sumbu sebesar 90.
2. Kerjanya halus dan hampir tanpa bunyi.
3. Umumnya arah transmisi tidak dapat dibalik untuk menaikkan putaran
dari roda cacing ke cacing (mengunci sendiri).
4. Perbandingan reduksi bisa dibuat sampai 1 : 150.
5. Kapasitas beban yang besar dimungkinkan karena kontak beberapa gigi
(biasanya 2 sampai 4).
6. Rodagigi cacing efisiensinya sangat rendah, terutama jika sudut kisarnya
kecil.

Batasan pemakaian rodagigi cacing adalah:

a) Kecepatan rodagigi cacing maksimum 40.000 rpm


b) Kecepatan keliling rodagigi cacing maksimum 69 m/s
c) Torsi rodagigi maksimum 70.000 m kgf
d) Gaya keliling rodagigi maksimum 80.000 kgf
e) Diameter rodagigi maksimum 2 m
f) Daya maksimum1.400 Hp

Peningkatan pemakaian rodagigi cacing seperti gambar 2.15, dibatasi pada nilai i
antara 1 sampai dengan 5, karena dengan ini bisa digunakan untuk mentransmisikan
daya yang besar dengan efisiensi yang tinggi dan selanjutnya hubungan seri dengan
salah satu tingkat rodagigi lurus sebelum atau sesudahnya untuk dapat mendapat
reduksi yang lebih besar dengan efisiensi yang lebih baik.
Gambar 2.15 Rodagigi Cacing

Pemakaian dari rodagigi cacing meliputi: gigi reduksi untuk semua tipe transmisi
sampai daya 1.400 Hp, diantaranya pada lift, motor derek, untuk mesin tekstil,
rangkaian kemudi kapal, mesin bor vertikal, mesin freis dan juga untuk berbagai
sistim kemudi kendaraan.

Adapun bentuk profil dari rodagigi cacing ditunjukkan seperti pada gambar
2.16 :

N-worm E-worm K-worm H-worm

i ii iii iv

Gambar 2.16 Profil Rodagigi Cacing

1. N-worm atau A-worm


Gigi cacing yang punya profil trapozoidal dalam bagian normal dan bagian
aksial, diproduksi dengan menggunakan mesin bubut dengan pahat yang
berbentuk trapesium, serta tanpa proses penggerindaan.

2. E-worm
Gigi cacing yang menunjukkan involut pada gigi miring dengan antara
87sampai dengan 45o .
3. K-worm
Gigi cacing yang dipakai untuk perkakas pahat mempunyai bentuk trapezoidal,
menunjukkan dua kerucut.

4. H-worm
Gigi cacing yang dipakai untuk perkakas pahat yang berbentuk cembung.

Tipe-tipe dari penggerak rodagigi cacing antara lain :

a. Cylindrical worm gear dengan pasangan gigi globoid

Gambar 2.17 Cylindrical Worm Gear Dengan Pasangan Gigi Globoid

b. Globoid worm gear dipasangkan dengan rodagigi lurus

Gambar 2.18 Globoid Worm Gear Dipasangkan Dengan Rodagigi Lurus

c. Globoid worm drive dipasangkan dengan rodagigi globoid

Gambar 2.19 Globoid worm drive dipasangankan dengan rodagigi globoid


d. Rodagigi cacing kerucut dipasangkan dengan rodagigi kerucut globoid yang
dinamai dengan rodagigi spiroid (gambar 2.20)

Gambar 2.20 Rodagigi cacing kerucut dipasangkan dengan rodagigi kerucut


globoid

2.2 Perbandingan Putaran dan Perbandingan Rodagigi

Jika putaran rodagigi yang berpasangan dinyatakan dengan n 1 (rpm) pada poros
penggerak dan n 2 (rpm) pada poros yang digerakkan, diameter lingkaran jarak bagi d

1 (mm) dan d 2 (mm) dan jumlah gigi z 1 dan z 2 , maka perbandingan putaran u

adalah :

n1 d1 m . z1 z1 1
u
n2 d 2 m . z 2 z 2 i

z1
i
z2

Harga i adalah perbandingan antara jumlah gigi pada rodagigi dan pinion, dikenal
juga sebagai perbandingan transmisi atau perbandingan rodagigi. Perbandingan ini
dapat sebesar 4 sampai 5 dalam hal rodagigi lurus standar, dan dapat diperbesar
sampai 7 dengan perubahan kepala. Pada rodagigi miring ganda dapat sampai 10.
Jarak sumbu poros aluminium (mm) dan diameter lingkaran jarak bagi d 1 dan d 2
(mm) dapat dinyatakan sebagai berikut :

(d1 d 2 ) m ( z1 z 2 )
a
2 2

2a
d1
i 1

2 a .i
d2
i 1

2.3 Nama-nama Bagian Rodagigi


Berikut beberapa buah istilah yang perlu diketahui dalam perancangan rodagigi yang
perlu diketahui yaitu :

1. Lingkaran pitch (pitch circle)


Lingkaran khayal yang menggelinding tanpa terjadinya slip. Lingkaran ini
merupakan dasar untuk memberikan ukuran-ukuran gigi seperti tebal gigi, jarak
antara gigi dan lain-lain.

2. Pinion
Rodagigi yang lebih kecil dalam suatu pasangan roda gigi.

3. Diameter lingkaran pitch (pitch circle diameter)


Merupakan diameter dari lingkaran pitch.

4. Diametral Pitch
Jumlah gigi persatuan pitch diameter

5. Jarak bagi lingkar (circular pitch)


Jarak sepanjang lingkaran pitch antara profil dua gigi yang berdekatan atau
keliling lingkaran pitch dibagi dengan jumlah gigi, secara formula dapat ditulis :
d b1
t=
z

6. Modul (module)
perbandingan antara diameter lingkaran pitch dengan jumlah gigi.

d b1
m=
z

7. Adendum (addendum)
Jarak antara lingkaran kepala dengan lingkaran pitch dengan lingkaran pitch
diukur dalam arah radial.

8. Dedendum (dedendum)
Jarak antara lingkaran pitch dengan lingkaran kaki yang diukur dalam arah radial.

9. Working Depth
Jumlah jari-jari lingkaran kepala dari sepasang rodagigi yang berkontak dikurangi
dengan jarak poros.

10. Clearance Circle


Lingkaran yang bersinggungan dengan lingkaran addendum dari gigi yang
berpasangan.

11. Pitch point


Titik singgung dari lingkaran pitch dari sepasang rodagigi yang berkontak yang
juga merupakan titik potong antara garis kerja dan garis pusat.

12. Operating pitch circle


lingkaran-lingkaran singgung dari sepasang rodagigi yang berkontak dan jarak
porosnya menyimpang dari jarak poros yang secara teoritis benar.
13. Addendum circle
Lingkaran kepala gigi yaitu lingkaran yang membatasi gigi.

14. Dedendum circle


Lingkaran kaki gigi yaitu lingkaran yang membatasi kaki gigi.

15. Width of space


Tebal ruang antara rodagigi diukur sepanjang lingkaran pitch.

16. Sudut tekan (pressure angle)


Sudut yang dibentuk dari garis normal dengan kemiringan dari sisi kepala gigi.

17. Kedalaman total (total depth)


Jumlah dari adendum dan dedendum.

18. Tebal gigi (tooth thickness)


Lebar gigi diukur sepanjang lingkaran pitch.

19. Lebar ruang (tooth space)


Ukuran ruang antara dua gigi sepanjang lingkaran pitch

20. Backlash
Selisih antara tebal gigi dengan lebar ruang.

21. Sisi kepala (face of tooth)


Permukaan gigi diatas lingkaran pitch

22. Sisi kaki (flank of tooth)


Permukaan gigi dibawah lingkaran pitch.

23. Puncak kepala (top land)


Permukaan di puncak gigi

24. Lebar gigi (face width)


Kedalaman gigi diukur sejajar sumbunya.
BAB III

PERHITUNGAN RODA GIGI

3.1 Spesifikasi Sepeda Motor Honda Revo 2008

Gambar 23. Sepeda Motor Honda Revo 2008

1. Model Honda Revo 100


2. Tahun 2008
3. Mesin 4-stroke,SOHC
4. Diameter x Langkah 50 x 49.5
5. Kapasitas 97.1cc (100cc)
6. Perbandingan kompresi 9.0 : 1
7. Pengapian AC CDI, magnetto
8. Pendingin Udara
9. Max .Power 7.3 ps @8000 rpm
10. Max .Torsi 0.74 kgf.m @ 6000 rpm
11. Transmisi 4 speed (N-1-2-3-4) rotari
12. Kopling otomastis sentrifugal, tipe
basah dan ganda
13. Starter electric dan kick
14. Busi ND U20FS U22 FS-U,
NGK C6HSA C7HSA
15. Aki/ Baterai MF 12 V, 3.5 Ah
16. Kapasitas Oli mesin 0.7 liter
17. Tangki Bahan Bakar 3.7 liter
18. Dimensi :
Panjang x Lebar x Tinggi 1.922 x 692 x 1.086
Jarak sumbu roda 1.234 mm
Jarak ke tanah 147 mm
19. Berat - 99.88 kg (tipe CW)
- 99.2 kg (tipe
Spoke)

20. Rangka Underbone

21. Suspensi - Depan : teleskopik


- Belakang : swing
arm, double
shockbreaker

22. Ban - Depan : 70/90 17


M/C 38P, Spoke,
CW
- Belakang : 80/90
17 M/C 44P,
Spoke, CW
- RemDepan :
Cakram double
piston

Belakang : tromol
23. Gear Sprocket - Jumlah gigi
sprocket kecil : 14
- Jumlah gigi
sprocket besar : 35

3.2 Perencanaan Transmisi Rantai gigi

Perencanaan Transmisi rantai gigi dengan daya mesin 7,3 (PS) pada 8000 (rpm) di
gear depan (pinion) dan 3200 (rpm) di gear belakang (puley) dengan perbandingan
antara jumlah gigi pinion dan jumlah gigi puley yakni 1:2,5,dengan rantai rol. Jarak
sumbu sprocket 500 (mm), dan panjang seluruh alat reduksi ini (ukuran luar) 1000
(mm). Rencanakan rantai dan sprocket yang cocok.

1) P = 7,3(PS) = 5,37 (kW), n1= 8000 (rpm)


i= n1/n2= 8000/3200 = 2,5 , C 500

2) Fc= 1,4
3) Untuk Daya rencana
Pd= Fcx P = 1,4 x 5,37 = 7,52 (kW)

4) Untuk Torsi di masing-masing sprocket pinion dan puley


Torsi Sprocket depan (pinion)
T1= 9,74 x 105x (Pd/n1) = 9,74 x 105(7,52/8000) = 915,56 (kg.mm)
Torsi Sprocket belakang (puley)
T2= 9,74 x 105x (Pd/n2) = 9,74 x 105(7,52/3200) = 2288,9 (kg.mm)
5) Bahan poros yang dipilih S40C-D, B= 65 (kg/mm2)
Sf1 = 6, Sf2 = 2 (dengan alur pasak), a= B/ (Sf1xSf2)
a= 65 / (6 x 2) = 5,41 (kg/mm2)
Untuk tumbukan Kt = 2, untuk lenturan Cb= 2
6) Untuk diameter poros dari pinion dan puley
Diameter poros sprocket depan (pinion)
Ds1 = {(5,1/a) x 2 x 2 x T1}1/3

Ds1 = {(5,1/5,41) x 2 x 2 x 915,56}1/3 = 15,1 (mm) 15 (mm)

Diameter poros sprocket belakang (puley)


Ds2 = {(5,1/a) x 2 x 2 x T2}1/3

Ds2 = {(5,1/5,41) x 2 x 2 x 2288,9}1/3 = 20,51 (mm) 21 (mm)

7) Dari diagram pemilihan dalam Tebel 4,. untuk sementara diambil nomor
rantai 50 dengan rangkaian tunggal.
p = 15,875 (mm), FB = 3200 (kg), Fu = 520 (kg)
Harga Z1 = 14 diambil dari spesifikasi motor revo 110 cc tahun 2008

8) Untuk menentukan Z2 menggunakan rumus, Z2= Z1 x (n1/n2)


Z2 = 14 x (8000/3200) = 35

Untuk diamater jarak bagi sprocket depan (pinion)


dp = p/sin (1800 / Z1)

dp = 15,875 / sin (1800 / 14) = 71,34 (mm)

Untuk diameter jarak bagi sprocket belakang (puley)


Dp = p/sin (1800 / Z2 )

Dp = 15,875 / sin (1800 / 35) = 177,09 (mm)

Untuk diameter luar sprocket depan (pinion)


dk = {0,6 + cot (1800 / Z1 )}p

dk = {0,6 + cot (1800 / 14)}15,875 = 79,078 (mm)

Untuk diameter luar sprocket belakang (puley)


Dk = {0,6 + cot (1800 / Z2 )}p

Dk = {0,6 + cot (1800 / 35)}15,875 = 185,911 (mm)

Untuk diameter naf maksimum sprocket depan (pinion)


dBmax = p{cot (1800 / Z1 ) 1} 0,76

dBmax = 15,875 {cot (1800 / 14 ) 1} 0,76 = 52,92 (mm)

Untuk diameter naf maksimum sprocket belakang (puley)


DBmax = p{cot (1800 / Z2 ) 1} 0,76

DBmax = 15,875 {cot (1800 / 35 ) 1} 0,76 = 159,75 (mm)

9) Kecepatan rantai menggunakan rumus :


V = Z1 x p x n1/ 60 x 1000

V = 14 x 15,875 x 8000/ 60 x 1000 = 29,6 (m/s)

10) Daerah kecepatan rantai 20-50 (m/s)


11) 29,6 (m/s) < 4-10 (m/s), baik

1000 (79,1 + 185,9)/2 = 867,5 > 500 (mm), baik.


500 (79,1 + 185,9)/2 = 367,5 > 0 , baik.

12) Untuk beban renana transmisi rantai gigi menggunakan rumus :


F = 102 x Pd / v

F = 102 x 7,52 / 29,6 = 26 (kg)

13) Untuk faktor keamanan menggunakan rumus :


Sf = FB / F

Sf = 3200 / 104 = 30,8

14) 6 < 30,8, baik


26 (kg) < 520 (kg), baik

15) Dipilih rantai no. 50, dengan rangkaian tunggal.

16) Untuk mencari panjang rantai (dalam jarak bagi) L, (mata rantai) L dengan
rumus :

z2 z1 2
[
z2 6,28 ]
Lp = z1 + + 2Cp +
2 Cp

35 14 2
35 [ 6,28 ]
Lp = 14 + + 2 x 500/15,875 +
2 500/15,875
Lp = 87,84 88

L = 88, No. 50

17) Untuk mencari jarak sumbu poros dalam jarak bagi (Cp) dan jarak sumbu
poros (C) menggunakan rumus :

2 2 2 2

= 1/4{( 1 + ) + ( 1 + ) (2 1)2 }
2 2 9,86

35 35 2 2

= 1/4{(88 14 + ) + (88 14 + ) (35 14)2 }
2 2 9,86

Cp = 31,57

C = Cp x p = 31,57 x 15,875 = 501,17 (mm)

18) Cara pelumasan tetes


19) Nomor rantai No. 50, rangkaian tunggal, 88 mata rantai.
Jumlah gigi sprocket depan (pinion) = 14
Jumlah gigi sprocket belakang (puley) = 35
Diameter poros sprocket depan (pinion) = 15 (mm)
Diameter poros sprocket belakang (puley) = 21 (mm)
Jarak sumbu poros = 501,22 (mm)
Pelumasan : pelumasan tetes dengan SAE 20 (65 cSt), dengan tambahan
zat penahan tekanan tinggi.

Bahan poros : sprocket depan (pinion) = S40C-D

Sprocket belakang (puley) = S40C-D


BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Penulis menyimpulkan bahwa fungsi roda gigi adalah meneruskan daya dari
putaran mesin ke roda.
2. Pemilihan nomor rantai sprocket yang kita pilih, mempunyai pengaruh yang
besar terhadap ; Diameter jarak bagi kedua sprocket, Diameter luar kedua
sprocket, Diameter naf maksimum kedua sprocket, kecepatan rantai, panjang
rantai (dalam jarak bagi), panjang rantai (dalam mata rantai).
3. Untuk kecepatan rantai di ambil sprocket depan (pinion), karena sprocket
depan (pinion) poros nya terhubung langsung dengan mesin.
4. Untuk merencanakan jumlah gigi sprocket belakang (puley) menggunakan
rumus ; Z2= Z1 x (n1/n2) , dimana Z2= Jumlah gigi sprocket belakang, Z1=
Jumlah gigi sprocket depan, n1= putaran sprocket depan dalam (rpm), n2 =
putaran sprocket belakang dalam (rpm).
DAFTAR PUSTAKA

George H. Martin, Kinematik dan Dinamik Teknik , Edisi II, Erlangga,


Jakarta, 1984
G. Neiman, Elemen Mesin, Erlangga Jakarta, 1986
Sularso.Ir.MSME,Elemen Mesin, PT.Pradya Paramita, Jakarta 1997
http://www.motorganteng.com/2013/12/spesifikasi-honda-revo-100.html
diakses pada tanggal 19 desember 2016.

Anda mungkin juga menyukai