Anda di halaman 1dari 30

TEGANGAN DAN

REGANGAN BAJA
Dr. Eng. EVI NUR CAHYA, ST., MT.
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Metode
No Materi Waktu Tugas
Pembelajaran
1. Pengantar teknologi baja : Kuliah 100
a. Sifat bahan baja menit
b. Standar dan desain kriteria
2. Tegangan dan regangan baja : Kuliah, diskusi 100
a. Stress – strain curve menit
b. Elastisitas (Hukum Hooke)
c. Daktilitas
3 Batang tarik : Kuliah 400 Mandiri
a. Definisi batang tarik menit
b. Kekakuan batang tarik
c. Luas penampang netto
4 Sambungan pada struktur baja : Kuliah 100 mandiri
a. Sambungan kaku, semi kaku, fleksibel menit
b. Sambungan momen
5 Kuiz 1 100
menit
TEGANGAN BAJA

Hubungan Tegangan dan Regangan


• Diagram tegangan-regangan menyajikan informasi
penting pada baja dalam berbagai tegangan.
• Diagram tegangan-regangan diperoleh dari hasil
pengujian tarik.
• Pengujian tarik spesimen baja dilakukan memakai
Universal Testing Machine (UTM).
• Spesimen dengan panjang semula L dan penampang F
ditarik dengan gaya P secara berangsur-angsur dari nol
diperbesar sedikit demi sedikit sampai batang putus.
TEGANGAN BAJA

Hubungan Tegangan dan Regangan


TEGANGAN BAJA

• Pada daerah elastis berlaku hukum Hooke.



• Dalam perancangan secara elastis, tegangan ijin pada baja


dikaitkan dengan tegangan dasar.
TEGANGAN BAJA
• Tegangan dasar diambil sebesar tegangan leleh
dibagi dgn faktor keamanan (1,5 – 3).
• Hal ini diharapkan tegangan yang terjadi pada
struktur tidak akan melampaui tegangan batas
elastis, sehingga batang struktur selalu kembali ke
bentuk semula pada saat tidak ada pembebanan.

• Dari hasil pengujian spesimen, tegangan leleh


dianggap sebagai tegangan yang menimbulkan
regangan tetap sebesar 2%.
Sehingga tegangan leleh ini dapat ditentukan dari
diagram tegangan-regangan.
Besar tegangan leleh dan tegangan dasar
menurut PPBBG
Macam Tegangan Leleh Tegangan Dasar
Baja σ1 σ
Kg
σ /cm2 MPa Kg/cm2 MPa
Bj 33 2000 200 1333 133,3
Bj 34 2100 210 1400 140
Bj 37 2400 240 1600 160
Bj 41 2500 250 1666 166,6
Bj 44 2800 280 1887 188,7
Bj 50 2900 290 1933 193,3
Bj 52 3600 360 2400 240
HUBUNGAN TEGANGAN-REGANGAN BAJA
Tegangan :

• Tegangan dan regangan yang terjadi pada suatu


penampang profil dapat disebabkan oleh beberapa tipe
pembebanan seperti tarik, tekan, lentur, geser maupun torsi

• Pada umumnya satuan yang dipakai untuk mendefinisikan


tegangan yaitu
MegaPascals (MPa)
1 MPa = 1 MN/m2 = 1 N/mm2
HUBUNGAN TEGANGAN-REGANGAN BAJA
Regangan :

• Regangan merupakan rasio dari deformasi/perubahan


bentuk terhadap
ukuran bentuk pada kondisi awalnya
• Regangan tidak mempunyai satuan

Contoh :
Sebuah batang baja dengan panjang mula-mula 100 mm
diberikan pembebanan tarik hingga terjadi penambahan
panjang sebesar 0,15 mm. Berapa nilai regangan yang
dialami batang baja tersebut ?
Solusi :  = 0,15 mm 𝟑

L = 100 mm
KURVA TEGANGAN-REGANGAN BAJA
KURVA TEGANGAN-REGANGAN BAJA pada
daerah lebih rinci
IDEALISASI
KURVA TEGANGAN-REGANGAN BAJA
IDEALISASI
KURVA TEGANGAN-REGANGAN BAJA
• Pada umumnya kurva tegangan-regangan untuk baja
berdasarkan pembebanan tarik (gbr diatas)
• Sumbu vertikal merupakan nilai tegangan dan sumbu
horisontal merupakan nilai regangan
• Pada pembebanan awal, kurva berbentuk garis lurus OA.
Terdapat hubungan linier antara tegangan dan regangan
• Slope dari garis lurus OA tersebut dikenal dengan Modulus
Young
• Pada baja nilai Modulus Young (E) berkisar 200.000 MPa
IDEALISASI
KURVA TEGANGAN-REGANGAN BAJA
• Pada bentang garis OA, struktur baja akan berperilaku
sebagai material elastis, dimana deformasi yang terjadi
akan berbanding lurus dengan penambahan beban yang
bekerja. Juga, ketika beban tersebut dihilangkan maka
elemen akan kembali ke keadaan seperti semula tanpa
mengalami perubahan bentuk / deformasi

• Ketika tegangan yang terjadi mencapai titik A (tegangan


leleh), maka deformasi yang besar akan terjadi walaupun
hanya bekerja penambahan beban yang relatif kecil. Zona
dimana kurva tegangan-regangan adalah datar (AB)
dikenal dengan zona plastis dimana struktur akan
berperilaku sebagai material plastis
IDEALISASI
KURVA TEGANGAN-REGANGAN BAJA
TEGANGAN-REGANGAN AKIBAT LENTUR
PADA PENAMPANG BAJA
Diagram tegangan-regangan untuk
baja lunak
Proportional Limit
Titik O hingga A dinamakan
daerah proporsional limit.
Pada area ini regangan yang
terbentuk proporsional
dengan tegangan yang
bekerja.

Definisi: tegangan yang


membentuk kurva tegangan
regangan mulai terdeviasi
dari garis lurus.
Elastic Limit

Titik A hingga B dinamakan


daerah elastic limit. Pada
area ini material akan
kembali kebentuk semula
ketika tegangan dihilangkan.

Definisi: tegangan yang


bekerja pada material tanpa
menyebabkan deformasi
permanen.
Jika material terus diberikan Yield Point
tegangan hingga di atas titik B,
keadaan plastis akan tercapai, dan
pada titik ini ketika beban
dihilangkan material tidak akan bisa
kembali ke bentuk semula. Diatas
titik B, regangan yang terjadi akan
bertambah dengan cepat,
sedangkan pertambahan
tegangannya kecil hingga tercapai
titik C, dan terjadi penurunan kecil
tegangan pada titik D, segera
setelah proses peluluhan berhenti.
Sehingga ada dua titik luluh, yaitu
titik C (titik luluh atas) dan titik D
(titik luluh bawah). Tegangan yang
bekerja pada titik luluh ini
dinamakan tegangan luluh (yield
stress)
Ultimate stress

Titik E dinamakan titik


Ultimate stress, yaitu titik
dimana tegangan
maksimum terjadi, yang
didefinisikan sebagai
beban terbesar dibagi
dengan luas area mula-
mula (origin) dari bahan.
Breaking stress

Setelah spesimen
mencapai titik ultimate,
akan terjadi proses
necking, yaitu
pengecilan luas
penampang area.
Tegangan kemudian
terus berkurang hingga
spesimen patah pada
titik F.
Stress condition
Stress condition
DAKTILITAS BAJA
In materials science, ductility is a solid material's ability to
deform under tensile stress; this is often characterized by the
material's ability to be stretched into a wire. Malleability, a
similar property, is a material's ability to deform
under compressivestress; this is often characterized by the
material's ability to form a thin sheet by hammering or rolling.
Both of these mechanical properties are aspects of plasticity,
the extent to which a solid material can be plastically
deformed without fracture. Also, these material properties are
dependent on temperature and pressure
DAKTILITAS BAJA
Ductility is a measure of the degree to which a material can
strain or elongate between the onset of yield and eventual
fracture under tensile loading as demonstrated in the figure
below. The designer relies on ductility for a number of aspects
of design, including redistribution of stress at the ultimate limit
state, bolt group design, reduced risk of fatigue crack
propagation and in the fabrication processes of welding,
bending and straightening. The various standards for the
grades of steel in the above table insist on a minimum value
for ductility so the design assumptions are valid and if these
are specified correctly the designer can be assured of their
adequate performance.
DAKTILITAS BAJA
BRITTLE VS. DUCTILE
Sekian dan
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai