Anda di halaman 1dari 43

BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

BAB V
SAMBUNGAN BAUT DENGAN BEBAN EKSENTRIS
DAN SEJARAH PAKU KELING

5.1 Baut dengan Beban Geser Eksentris


Grup baut yang dibebani eksentris akan menerima geser dan momen
dan kejadian ini banyak terjadi dilapangan. Misalnya, dalam rangka
atap diinginkan pusat gravitasi elemen berada dalam satu garis dengan
pusat gravitasi baut pada ujung batangnya. Hal ini sangat sulit
dilakukan sehingga sambungan akan mendapat momen.
Eksentrisitas sangat jelas dalam Gambar 5.1(a), dimana balok
disambungkan dengan kolom dengan suatu pelat. Dalam Gambar
5.1(b) balok lain disambungkan pada kolom dengan sepasang sikut.
Disini jelas bahwa sambungan harus menahan momen karena pusat
gravitasi dari balok tidak berimpit dengan reaksi dari kolom.

Gambar 5.1 Grup Baut Dibebani Secara Eksentris

Pada umumnya, spesifikasi untuk baut dan las menyebutkan


dengan jelas bahwa pusat gravitasi sambungan harus berimpit dnegan
pusat gravitasi elemen kecuali jika eksentrisitas diperhitungan. Tetapi,
spesifikasi LRFD Section J1.8 memberikan pengecualian akan hal ini.
Disebutkan bahwa peraturan ini tidak berlaku untuk ujung sambungan
dengan siku tunggal, siku ganda, dan elemen serupa dengan beban
statik. Dengan perkataan lain, eksentrisitas antara pusat gravitasi
elemen dan sambungan dapat diabaikan kecuali jika ada beban fatik.
Juga eksentrisitas antara sumbu gravitasi dan garis gage elemen

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 149
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

dengan baut dapat diabaikan untuk elemen yang mendapat beban


statis.
Spesifikasi LRFD memberikan metoda untuk menghitung kuat
rencana baut secara individu, tetapi tidak untuk menghitung gaya pada
baut akibat beban eksentris. Oleh karena itu metoda analisa yang akan
digunakan diserahkan pada perencana.
Ada tiga pendekatan untuk menganalisa sambungan dengan
beban eksentris. Pertama adalah metoda elastis yang sangat
konservatif dimana tahanan gesekan (friction/slip-resistance) antar
bagian yang disambung diabaikan. Asumsi lain adalah bagian yang
disambung dianggap kaku sempurna. Metoda ini telah lama digunakan
sejak 1870.
Uji menunjukkan bahwa metoda elastis biasanya memberikan
hasil yang konservatif. Oleh karena itu diusulkan metoda eksentrisitas
efektif atau reduksi. Analisa yang digunakan sama dengan metoda
elastis kecuali dalam perhitungan digunakan eksentrisitas kecil yang
berarti momen yang kecil.
Ketiga adalah metoda kekuatan batas yang memberikan nilai
realistis dibandingkan dengan hasil uji, tetapi sangat memakan waktu
jika dikerjakan secara manual. Tabel dalam Part 8 Manual LRFD untuk
sambungan yang dibebani eksentris didasarkan pada metoda kekuatan
batas dan dan memungkinkan perencana untuk menyelesaikan
masalah dengan mudah sepanjang pola baut simetris. Paragraf berikut
ini menjelaskan ketiga metoda tersebut.

Analisa Elastis
Untuk membahas analisa elastis, baut dalam Gambar 5.2(a)
diasumsikan mendapat beban P dengan eksentrisitas e dari pusat
gravitasi grup baut. Untuk meninjau kondisi gaya dalam baut,
diasumsikan bekerja gaya P ke atas dan bawah pada pusat gravitasi
grup baut. Kondisi ini diberikan dalam Gambar 5.2(b) dimana gaya total
yang bekerja pada grup baut tidak berubah. Gaya pada setiap baut
sama dengan P dibagi dengan jumlah baut dalam grup seperti
diperlihatkan dalam Gambar 5.2(c), ditambah dengan gaya akibat
momen yang disebabkan kopel dalam Gambar 5.2(d).

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 150
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

P P P
e e

c.g c.g

P
(a)
(b)
P P
e

c.g c.g

(c) P

(d)
Gambar 5.2

Sekarang akan ditinjau besar gaya dalam baut akibat momen


Pe. Jarak setiap baut dari pusat gravitasi (p.g) grup baut dinyatakan
dengan d1, d2, d3, dan d4 dalam Gambar 5.3. Momen yang dihasilkan
oleh kopel diasumsikan menyebabkan pelat berotasi terhadap p.g dari
grup baut dengan besar rotasi atau regangan pada baut tertentu
sebanding dengan jaraknya dari p.g. (Pelat buhul diasumsikan kaku
sempurna dan baut diasumsikan elastis sempurna). Rotasi terbesar
adalah pada baut dengan jarak terjauh dari p.g., demikian juga dengan
tegangannya karena dalam daerah elastis tegangan sebanding dengan
regangan.
e

r1

d1
d1
d4

r4 d2
d3 r2

r3
Gambar 5.3

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 151
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Rotasi ini menghasilkan reaksi r1, r2, r3, dan r4. Momen yang
ditransfer oleh baut harus diimbangi dengan momen tahanan baut
sebagai berikut:

M c. g  Pe  r1d1  r2 d 2  r3d3  r4 d 4 (5.1)

Karena gaya yang muncul pada baut diasumsikan sebanding


dengan jaraknya dari p.g., maka dapat ditulis hubungan berikut:

r1 r r r
 2  3  4 (5.2)
d1 d 2 d 3 d 4

tuliskan setiap nilai r dalam r1 dan d1 maka didapat:

r1d1 r1d 2 r1d 3 r1d 4


r1  r2  r3  r4  (5.3)
d1 d1 d1 d1

Substitusi nilai ini ke dalam Pers. (1) dan sederhanakan,

M 
r1d12 r1d 22 r1d32 r1d 42 r1 2
d1

d1

d1

d1

d1

d1  d 22  d32  d 42  (5.4)

Maka

r1d 2
M  (5.5)
d1

Gaya pad setiap baut dalam ditulis sebagai berikut:

Md1 d Md 2 Md3 Md 4
r1  r2  2 r1  r3  r4  (5.6)
d 2
d1 d 2 d 2
d 2

Setiap nilai r adalah jarak tegak lurus dari p.g. ke baut yang
ditinjau. Umumnya akan lebih mudah dengan membagi dalam
komponen vertikal dan horisontal seperti pada Gambar 5.4.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 152
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

r1 V
d1
h
v
H

d1 v
v

c.g
h

Gambar 5.4

Komponen horisontal dan vertikal dari jarak d1 dinyatakan


masing-masing dengan h dan v, dan komponen gaya horisontal dan
vertikal dinyatakan dengan H dan V seperti dalam gambar. Ratio
berikut ini dapat digunakan untuk mendapatkan H.

r1 H
 (5.7)
d1 v
r1v  Md1  v 
H    (5.8)
d1  d 2  d1 

Maka,
Mv
H (5.9)
d 2

Dengan cara yang sama didapat nilai V


Mh
V  (5.10)
d 2

Contoh 5.1
Tentukan gaya dalam baut yang mendapat tegangan paling besar dari
grup baut dalam Gambar 5.5 dengan menggunakan metoda elastis.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 153
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

P = 30 k
6 in

3 in

3 in

3 in

3 in

Gambar 5.5

Solusi:
Sketsa setiap baut dan gaya yang bekerja akibat beban langsung dan
momen searah jarum jam diberikan dalam Gambar 5.6. Dari gambar ini
terlihat bahwa baut sebelah kanan atas dan kanan bawah mendapat
tegangan paling besar dan sama besar.

e = 6 + 1,5 = 7,5 in

M = Pe = (30)(7,5) = 225 in-k

d 2  h 2  v 2

d 2  (8)(1,5)2  (4)(1,52  4,52 )  108

Mv (225)(4,5)
H   9,38 k
d 2 108

Mh (225)(1,5)
V    3,13 k
d 2 108

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 154
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

P/8 P/8
H2

V
V

P/8 P/8
H1

V
V
P/8 P/8
H1 H1

V
V
P/8
P/8
H2 H2

Gambar 5.6

P 30
  3,75 k
8 8

Komponen gaya untuk baut di kanan bawah diberikan dalam sketsa


berikut.
3,13 k
R
3,75 k

9,38 k

Resultan gaya yang bekerja pada baut ini adalah

R  (3,13  3,75) 2  (9,38) 2  11,63 k

Jika beban eksentris mempunyai kemiringan maka gaya


tersebut dapat diuraikan dalam komponen vertikal dan horisontal dan

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 155
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

momen pada setiap baut terhadap p.g. grup baut dapat ditentukan.
Beberapa rumus perencanaan dapat dikembangkan sehingga
memudahkan perencana untuk mendesain langsung sambungan
eksentris, tetapi dari semua kemungkinan jumlah dan pola baut,
kontrol tegangan, dan mendesain kembali umumnya akan memenuhi
syarat.
Kurangnya ketelitian dari metoda elastis ini adalah akibat
asumsi hubungan linier antara beban dan deformasi dalam baut, dan
tegangan leleh belum dilampaui pada saat beban batas pada
sambungan tercapai. Berbagai uji telah menunjukkan bahwa asumsi ini
tidak benar.

Metoda Reduksi Eksentrisitas


Metoda analisa elastis yang dijelaskan sebelumnya sangat konservatif
dalam memberikan nilai momen yang bekerja pada sambungan. Oleh
karena itu diusulkan metoda reduksi eksentrisitas yang
memperhitungkan tahanan gesekan pada bidang kontak. Nilai reduksi
eksentrisitas yang biasa digunakan adalah:

1. Dengan satu baris gage baut dan n adalah jumlah baut dalam
satu baris,

1  2n
eefektif  eaktual  (5.11)
4

2. Dengan dua baris gage atau lebih baut simetris dan n adalah
jumlah baut dalam satu baris,

1 n
eefektif  eaktual  (5.12)
2

Nilai reduksi eksentrisitas untuk susunan dua baut diberikan


dalam Gambar 5.7. Untuk menganalisa suatu sambungan dengan
metoda reduksi eksentrisitas, nilai dari eefektif dihitung dengan cara
diatas dan nilai tersebut digunakan untuk menghitung momen
eksentris. Jadi untuk langkah selanjutnya digunakan prosedur yang
sama dengan metoda elastis.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 156
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Pu

eaktual = 5 in
Pu

eaktual = 6 in

1  (2)( 4) 1 3
eefektif  6  eefektif  5 
4 2
 3,75 in.  3,0 in.

Gambar 5.7

Metoda Kekuatan Batas


Metoda elastis dan metoda reduksi eksentrisitas yang digunakan untuk
menganalisa grup baut dengan beban eksentris didasarkan pada
asumsi bahwa perilaku baut elastis. Metoda yang jauh lebih realistis
adalah metoda kekuatan batas yang akan dijelaskan dalam paragraf
berikut ini. Nilai yang diberikan dalam tabel Part 8 Manual LRFD untuk
grup baut yang dibebani secara eksentris didasarkan pada metoda ini.
Jika salah satu baut terjauh dari suatu sambungan beban
eksentris mulai bergeser atau leleh, sambungan tidak akan runtuh.
Bahkan, besar beban eksentris dapat ditingkatkan dan baut sebelah
dalam akan menerima beban lebih tinggi, dan keruntuhan sambungan
tidak akan terjadi sebelum semua baut bergeser atau leleh.
Beban eksentris cenderung menyebabkan rotasi dan translasi
relatif dari material yang disambung. Akibatnya, hal ini sama saja atau
ekivalen dengan rotasi murni sambungan terhadap suatu titik yang
disebut pusat rotasi sesaat – “prs” (instantaneous center of rotation).
Suatu sambungan baut dengan beban eksentris diberikan dalam
Gambar 5.8, dan “prs” dinyatakan oleh titik O yang terletak pada jarak
e’ dari p.g. grup baut.
Deformasi dari seluruh baut diasumsikan bervariasi linier
terhadap jaraknya dari “prs”. Gaya geser ultimate yang dapat ditahan
oleh setiap baut tidak sama dengan gaya geser murni yang dapat
ditahan oleh baut; melainkan tergantung pada hubungan beban-
deformasi dalam baut. Penelitian yang dilakukan oleh Crawford dan

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 157
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Kulak4 menunjukkan bahwa gaya geser ultimate dapat didekati dengan


rumus berikut:

0 , 55
R  Rult (1  e10  ) (5.13)

Dalam rumus ini Rult adalah beban geser ultimate untuk baut
tunggal yaitu sama dengan 74 k untuk baut A325, e adalah nilai dasar
logaritma natural (2,718), dan  adalah deformasi total dari sebuah
baut. Nilai maksimum yang dilakukan secara percobaan adalah 0,34 in.
Nilai  untuk baut lain diasumsikan sebanding dengan R. Koefisien 10,0
dan 0,55 juga didapat secara eksperimental. Gambar 5.9
memperlihatkan hubungan beban-deformasi ini.
Rumus ini dengan jelas memperlihatkan bahwa beban geser
ultimate yang dipikul oleh suatu baut dalam sambungan beban
eksentris dipengaruhi oleh deformasi. Jadi beban yang bekerja pada
suatu baut tergantung pada lokasinya dalam sambungan terhadap
“prs”.
___________
4S. F. Crawford dan G. L. Kulak, “Eccentrically Loaded Bolt

Connections,” Journal of Structural Division, ASCE 97, ST3 (March


1971), pp. 765-783.
Pu

e’ e

1 2

d1
R1 R2
d2
d3 c.g
O 4
3
d6
d5 R3 R4

5 6

R5 R6

Gambar 5.8

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 158
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

80

60

Beban (R),Kips
R = Rult(1-e-m)l
40
m = 10,0
l = 0,55

20

0,10 0,20 0,30 0,10

Deformasi (), in

Gambar 5.9 Hubungan antara Gaya Geser Ultimate R dan deformasi dalam Baut
Tunggal

Gaya tahanan dari baut dalam sambungan Gambar 5.8


dinyatakan dengan R1, R2, R3, dst. Setiap gaya ini diasumsikan bekerja
dalam arah tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan titik O ke
p.g. baut yang ditinjau. Untuk sambungan simetris, “prs” akan terletak
pada garis horisontal yang melalui p.g grup baut. Hal ini terjadi karena
jumlah komponen gaya horisontal dari gaya R harus sama dengan nol
dan juga harus merupakan jumlah dari momen komponen horisontal
terhadap titik O. Posisi titik O pada garis horisontal bisa dicari dengan
coba-coba dan cukup panjang. Prosedur coba-coba tersebut akan
dijelaskan dalam paragraf di bawah ini.
Tinjau Gambar 5.8, momen akibat beban eksentris terhadap titi
O harus sama dengan penjumlahan momen dari gaya tahanan R
terhadap titik yang sama. Jika lokasi dari “prs” telah diketahui maka
nilai R untuk baut dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Crawford-Kulak dan tentukan Pu dari rumus berikut, dimana e dan e’
adalah jarak yang diberikan dalam Gambar 5.8 dan 5.11.

Pu (e'e)  Rd (5.14)

Rd
Pu  (5.15)
e'e

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 159
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Untuk menentukan kuat rencana sambungan semacam ini


menurut Spesifikasi LRFD, kita dapat mengganti Rult dalam rumus
Crawford-Kulak dengan kuat geser rencana satu baut dalam
sambungan dimana beban tidak eksentris. Misalnya jika kita
mempunyai baut A325 7/8 in (ulir tidak termasuk dalam bidang geser)
dengan geser tunggal menumpu pada ketebalan yang cukup sehingga
tumpu tidak menentukan, Rult akan sama dengan (0,75)(0,60)(60) =
27,0 k.
Lokasi dari “prs” tidak diketahui tetapi diperkirakan, nilai R
ditentukan, dan Pu dihitung sebagaimana telah dijelaskan. Perlu diingat
bahwa Pu harus sama dengan penjumlahan komponen vertikal dari
gaya tahanan R ( Rv ). Jika nilai tersebut dihitung dan sama dengan
nilai Pu yang dihitung dengan rumus diatas maka kita mempunyai lokasi
“prs” yang benar. Jika tidak, kita coba lokasi lain, dst.
Dalam Contoh 5.2 diperlihatkan perhitungan coba-coba yang
diperlukan untuk menentukan “prs” untuk sambungan simetris dengan
4 baut. Selanjutya ditentukan Pu dari sambugan.
Untuk menyelesaikan masalah seperti ini akan lebih mudah jika
perhitungan dilakukan dalam tabel seperti yang akan dilakukan dalam
solusi Contoh 5.2. Dalam tabel tersebut, h dan v adalah komponen
jarak horisontal dan vertikal dari d yaitu jarak dari titik O ke p.g. grup
baut. Baut dengan jarak terjauh dari titik O diasumsikan mempunyai
nilai  = 0,34 in. Nilai  untuk baut yang lain diasumsikan sebanding
dengan jaraknya dari titik O. Nilai  yang telah dihitung digunakan
dalam rumus untuk R.
Manual LRFD Part 8 memberikan satu set tabel berjudul
“Coefficient C for Eccentrically Loaded Bolt Groups”. Nilai dalam tabel
ini ditentukan dengan prosedur yang dijelaskan disini. Sejumlah besar
kasus praktis yang akan dijumpai perencana diberikan dalam tabel ini.
Jika situasi yang dihadapi tidak dicakup dalam tabel tersebut,
perencana disarankan untuk menggunakan metoda elastis meskipun
konservatif.

Contoh 5.2
Sambungan baut A325 7/8 in tipe tumpu dalam Gambar 5.10
mempunyai kekuatan geser rencana Ru = (0,75)(0,60)(60) = 27,0 k.
Tentukan lokasi “prs” dari sambungan dengan menggunakan prosedur
coba-coba dan tentukan nilai Pu.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 160
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Pu Pu

5 in e’ = 3 in e = 5 in

1 2

d1 R1 R2 3 in
d2
c.g
6 in O
d3
d4 3 in

4 3

3 in R4 R3
3 in

Gambar 5.10 Gambar 5.11

Solusi:

Dengan menggunakan prosedur coba-coba

Coba nilai e’ = 3 in, dengan merujuk Gambar 5.11. Dalam tabel di


bawah ini  untuk 1 baut sama dengan (3,3541/5,4083)(0,34) = 0,211
in. dan R untuk baut yang sama adalah 74(1  e  (10 )( 0, 211) ) 0,55 .

No. h V d  R Rv Rd
Baut (in.) (in.) (in.) (in.) (kips) (kips) (in.-kips)
1 1,5 3 3,3541 0,211 25,15 11,25 84,36
2 4,5 3 5,4083 0,34 26,50 22,05 143,32
3 1,5 3 3,3541 0,211 25,15 11,25 84,36
4 4,5 3 5,4083 0,34 26,50 22,05 143,32
=66,60 =455,36

Rd 455,36
Pu    56,92 k tidak sama dengan 66,60 k
e'e 35
(tidak memenuhi syarat)

Setelah beberapa kali mencoba: e’ = 2,40 in.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 161
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

No. h V d  R Rv Rd
Baut (in.) (in.) (in.) (in.) (kips) (kips) (in.-kips)
1 0,90 3 3,1321 0,216 25,24 7,23 79,06
2 3,90 3 4,9204 0,34 26,50 21,00 130,39
3 0,90 3 3,1321 0,216 25,24 7,23 79,06
4 3,90 3 4,9204 0,34 26,50 21,00 130,39
=56,46 =418,90

Kemudian
Rd 418,90
Pu    56,61 k hampir sama dengan 56,46 k
e'e 2,4  5
(sudah memenuhi syarat)
Pu = 56,6 k

Meskipun perkembangan metoda ini pada awalnya didasarkan


pada sambungan tipe tumpu yang memungkinkan terjadinya gesekan,
teori dan hasil uji menunjukkan bahwa metoda ini juga dapat
diterapkan pada sambungan gesekan kritis meskipun hasilnya
konservatif5.
Metoda kekuatan batas dapat dikembangkan untuk beban
miring dan pola grup baut yang tidak simetris, tetapi proses coba-coba
akan semakin panjang.
Contoh 5.3 dan 5.4 memberikan ilustrasi penggunaan tabel
kekuatan batas dalam Part 8 Manual LRFD untuk analisa dan desain.

Contoh 5.3
Ulangi Contoh 5.2 dengan menggunakan kekuatan batas Tabel 8-19
Part 8 Manual LRFD. Tabel ini berjudul “Coefficients C for Eccentrically
Loaded Bolt Groups Angle = 0o.”

Solusi:

Pu  C x r
Dari Tabel 8.19 didapat: C = 2,10
Pu = (2,10)(27,0) = 56,7 k (OK)

Contoh 5.4
Tentukan jumlah baut A325 7/8 in dengan ukuran lubang standar yang
diperlukan untuk sambungan dalam Gambar 5.12. Gunakan baja A36
dan asumsikan sambungan tipe tumpu dengan ulir tidak termasuk
Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 162
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

dalam bidang geser. Asumsikan juga bahwa baut menerima geser


tungga dan tumpu pada ½ in. Gunakan metoda analisa kekuatan batas
sebagaimana diberikan dalam Part 8 Manual LRFD.
________
5G. L. Kulak, “Eccentrically Loaded Slip-Resistant Connections,”

Engineering Journal, AISC, 12, No. 2 (second quarter, 1975), pp. 52-55.

ex = e Pu = 100 k

3 in 4 in

3 in

3 in

3 in

Gambar 5.12

Solusi:

Gunakan Tabel 8-19 Part 8 Manual LRFD


ex = e = 5 ½ in.

Baut menerima geser tunggal dan tumpu pada ½ in.

rv  kuat geser rencana setiap baut


= (0,75)(0,6)(60) = 27,0 k 

rv  kuat tumpu rencana setiap baut


= (0,75)(2,4)(7/8)(½)(58) = 45,7 k

Dari Tabel 8-19 Part 8 Manual LRFD, nilai C yang diperlukan


untuk menentukan jumlah baut yang cukup dapat dilakukan langkah
berikut.
P 100
C perlu  u   3,70
rn 27,0

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 163
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Dengan ex = 5½ in dan jarak vertikal s = 3 in, telusuri tabel ke


arah horisontal hingga menemukan jumlah baut dalam setiap baris
sehingga didapat nilai C = 3,70 atau lebih. Dan didapat nilai 4.

Jadi digunakan 4 baut dalam setiap baris vertikal.

Catatan: Jika situasi yang dihadapi perencana tidak tersedia dalam


tabel kekuatan batas Part 8 Manual LRFD, disarankan untuk
menggunakan analisa elastis baik untuk analisa maupun desain.

5.2 Baut dengan Beban Geser dan Tarik


Baut yang digunakan dalam sambungan baja struktur menerima
kombinasi geser dan tarik. Salah satu contoh kasus diberikan dalam
Gambar 5.13 dimana pengaku diagonal disambungkan pada kolom.
Komponen gaya sebesar 111,8 k dalam gambar tersebut akan
menggeser baut pada permukaan kolom sedangkan komponen gaya
223,6 k akan menarik baut hingga terpisah dari kepala bautnya.
Uji pada baut tipe tumpu yang menerima geser dan tarik
memperlihatkan bahwa kekuatan batasnya dapat dinyatakan dengan
kurva interaksi berbentuk elips seperti pada Gambar 5.14, dimana Ft
adalah batas tegangan tarik jika tidak ada geser, dan Fv adalah batas
tegangan geser jika tidak ada gaya tarik.
Ketiga garis putus dalam Gambar 5.14 merupakan hasil uji yang
ternyata memberikan hasil yang sangat dekat dengan kurva interaksi.
Persamaan dari ketiga garis ini diberikan dalam Tabel 5.1 (dari Tabel
J3.5 Spesifikasi LRFD). Dalam rumus ini, ft dan fv menyatakan tegangan
geser dan tarik dalam baut akibat beban terfaktor.
111,8 k

Pu = 250 k
2
1
223,6 k

2L6 x 3½ x ½

Profil T

8 baut 7/8 in.

Gambar 5.13 Kombinasi Geser dan Tarik pada Sambungan

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 164
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Ft

Ft

Fv fv

Gambar 5.14 Baut dalam Sambungan Tipe Tumpu Menerima Kombinasi Geser dan
Tarik

Tegangan tarik rencana dari sebuah baut yang menerima


kombinasi geser dan tarik sama dengan Ft , sedangkan kuat rencana
total adalah Ft Ab dengan  = 0,75. Tegangan tarik nominal Ft dihitung
dengan persamaan yang sesuai dalam Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Batas Tegangan Tarik (Ft), ksi, untuk Baut dalam Sambungan Tipe
Tumpu

Jenis Baut Ulir termasuk dalam Ulir tidak termasuk dalam


bidang geser bidang geser
Baut A307 59 – 1,9 fc  45
Baut A325 117 – 1,9 fc  90 117 – 1,5 fv  90
Baut 490 147 – 1,9 fv  113 147 – 1,5 fv  113
Diameter ulir baut 0,98Fu – 1,9 fv  0,75Fu 0,98Fu – 1,5 fv  0,75 Fu
A449
lebih dari 1 ½ in
Rivet A502 mutu 1 59 – 1,8 fv  45
Rivet A502 mutu 2 78 – 1,8 fv  60

Contoh 5.5 memberikan ilustrasi perhitungan pemeriksaan dari


sambungan dengan baut mutu tinggi tipe tumpu yang mendapat gaya
geser dan tarik. (Ada kondisi tegangan lain yang akan mempengaruhi

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 165
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

sambungan ini yaitu aksi prying yang akan dijelaskan dalam bagian
lain).

Contoh 5.5
Elemen tarik dalam Gambar 5.13 disambungkan ke kolom dengan baut
mutu tinggi A325 7/8 in dalam sambungan tipe tumpu dengan ulir tidak
termasuk dalam bidang geser dan digunakan dimensi lubang standar.
Apakah jumlah baut cukup untuk memikul beban kerja sesuai dengan
Spesifikasi LRFD?

Solusi:

111,8
Tegangan geser: f v   23,29 ksi
(8)(0,6)

223,6
Tegangan tarik: f t   46,58 ksi
(8)(0,6)

Batas tegangan tarik:

Ft  0,75[117  (1,5)(23,29)]  61,54 ksi  46,58 ksi OK!

Jadi sambungan memenuhi syarat.

Jika gaya tarik diberikan pada sambugan gesekan-kritis, gaya


cengkeran (clamping force) akan berkurang dan kuat geser rencana
harus dikurangi akibat hilangnya gaya cengkeram atau prategang. Hal
ini dicakup dalam Spesifikasi LFRD Section J3.9 dengan mensyaratkan
bahwa kuat nominal gesekan-kritis yang diberikan dalam Tabel 12.7
(dari Tabel J3.6 LRFD) dikalikan dengan faktor reduksi (1-T/Tb). T adalah
gaya tarik layan yang bekerja pada satu baut dan Tb adalah beban
pratarik minimum untuk satu baut dalam sambungan gesekan-kritis
seperti yang diberikan dalam Tabel 12.1 (dari Tabel J3.1 LRFD). Untuk
kondisi seperti ini  sama dengan 1,0 kecuali untuk lubang slot panjang
dengan beban bekerja searah dengan slot. Pada kasus yang terakhir,
LRFD mensyaratkan untuk menggunakan nilai  = 0,85.
Untuk baut dalam sambungan gesekan-kritis dengan ukuran
lubang standar, kuat geser nominal pada kondisi beban layan

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 166
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

ditentukan dengan cara berikut dimana T adalah gaya tarik per baut
akibat beban layan.

 T
Untuk baut A325  1  (17) (5.16)
 Tb 

 T
Untuk baut A490  1  (21) (5.17)
 Tb 

Contoh 5.6
Kerjakan kembali Contoh 5.5 jika digunakan sambungan gesekan-kritis.
Beban layan adalah: PD = 75 k dan PL = 90 k.

Solusi:

Beban layan P = 75 + 90 = 165 k

Komponen dari P

 1 
Pv   (165)  73,8 k
 5

 2 
Ph   (165)  147,6 k
 5

Kemudian, hitung tegangan geser dan tarik

73,8
fv   15,38 ksi
(8)(0,6)

147,6
ft   30,75 ksi
(8)(0,6)

 T
Batas kuat geser = 1  (17)
 Tb 

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 167
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

 147,6 / 8 
 1  (17)  8,95 ksi  15,38 ksi
 39 
(tidak memenuhi)

Jadi sambungan tipe gesekan-kritis tidak kuat.

5.3 Gaya Tarik pada Sambungan Baut


Pada masa lalu sambungan dengan baut dan rivet yang mendapat gaya
tarik murni sedapat mungkin akan dihindari. Penggunaan sambungan
tarik hanya akan digunakan pada sistem pengaku angin dalam
bangunan tingkat tinggi dan tidak pada situasi lain. Ada beberapa lokasi
lain dimana sambungan tarik masih digunakan, misalnya sambungan
penggantung pada jembatan, sambungan pada flens untuk sistem
perpipaan, dll. Gambar 5.15 memperlihatkan sambungan tipe
penggantung dengan beban tarik.

Gambar 5.15 Sambungan Penggantung

Rivet yang dipasang pada kondisi panas dan baut mutu tinggi
yang dikencangkan penuh tidak bebas untuk memendek, dan akibatnya
akan dihasilkan gaya tarik yang besar pada rivet dan baut tersebut
pada saat pemasangan. Tarikan awal ini sangat dekat dengan titik
lelehnya. Diantara para perencana ada keraguan untuk memberikan
beban tarik pada sambungan jenis ini karena kuatir beban luar akan

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 168
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

mudah bertambah dan menyebabkan sambungan ini runtuh.


Sesungguhnya, jika pada sambungan ini bekerja beban tarik, rivet dan
baut hanya akan mengalami sedikit gaya jika terjadi perubahan
tegangan.
Rivet panas yang telah mendingin dan menyusut atau baut
mutu tinggi yang dikencangkan penuh akan memberikan prategang
pada sambungan untuk digunakan melawan gaya tarik. (pikirkan
sebuah balok beton prategang dengan beban tekan pada kedua
ujungnya). Gaya tarik dalam rivet atau baut akan menekan semua
elemen yang disambung. Jika beban tarik bekerja pada sambungan ini
pada bidang kontak, maka rivet dan baut tidak dapat lagi menerima
tambahan beban sampai elemen saling tertarik dan terjadi tambahan
regangan pada baut dan rivet. Elemen tidak dapat ditarik jika beban
yang bekerja masih lebih kecil dari gaya tarik dalam rivet atau baut. Ini
berarti bahwa sambungan diberikan prategang melawan gaya tarik
dengan besar tegangan yang pada awalnya diberikan pada ‘shank’ dari
rivet atau baut tersebut.
Dengan kata lain, jika sebuah gaya tarik P bekerja pada bidang
kontak, maka tebal pelat akan berkurang dan pada saat yang sama
tekanan kontak antar pelat akan berkurang juga dan pelat akan
mengembang dengan besar yang sama. Secara teoritis hasilnya adalah
tidak terjadi perubahan pada tebal pelat dan gaya tarik pada baut atau
rivet. Situasi ini terus berlanjut sampai P sama dengan gaya tarik pada
baut atau rivet. Pada saat tersebut kenaikan nilai P akan
mengakibatkan terpisahnya pelat dan setelah itu gaya tarik pada
rivet/baut akan sama dengan P.
Jika beban bekerja pada permukaan luar maka akan terjadi
peningkatan regangan mendadak dalam rivet/baut. Peningkatan ini
akan diikuti dengan pemuaian pelat meskipun beban yang bekerja
tidak melebihi prategang, tetapi peningkatan yang terjadi sangat kecil
karena beban akan bekerja pada pelat dan baut/rivet yang sebanding
dengan kekakuannya. Jika pelat lebih kaku maka pelat akan menerima
beban lebih besar. Suatu rumus dapat dikembangkan untuk
perpanjangan dari baut berdasarkan luas baut dan asumsi bidang
kontak antar pelat. Berdasarkan asumsi bidang kontak antar pelat,
kecuali jika P lebih besar dari gaya tarik baut, pertambahan
tegangannya akan berkisar sekitar 10%. Jika beban melampaui
prategang, tegangan baut akan naik cukup besar.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 169
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Meskipun pembahasan diatas hanyalah pendekatan, tetapi


dapat menjelaskan mengapa beban tarik pada sambugan dengan
rivet/baut tidak akan mengubah tegangan terlampau besar.
Kuat rencana tarik baut, rivet, bagian ulir tidak tergantung pada
gaya pengencangan awal, dan menurut LRFD besarnya adalah:

Pu   0,75 Ab Fu (5.18)

Jika alat penyambung (rivet, baut) menerima beban tarik,


biasanya akan terjadi lentur akibat deformasi bagian yang disambung.
Akibatnya nilai  dalam rumus diatas akan sedikit lebihk kecil yaitu
0,75. Tabel 12.6 (dari Tabel J3.2 Manual LRFD) memberikan nilai kuat
tarik nominal Ft (ksi) untuk berbagai jenis alat penyambung dengan
nilai konservatif untuk rivet dan bagian ulir.
Dalam rumus di atas Ab adalah luas rivet nominal, atau bagian
yang tidak berulir dari baut, atau bagian berulir yang tidak termasuk
‘upset rod’. ‘Upset rod’ mempunyai bagian ujung yang lebih besar
sehingga luas pada bagian ujung akan lebih besar dari pada batang
biasa seperti dapat dilihat dalam Gambar 4.3. Penggunaan ‘upset rod’
biasanya tidak ekonomis dan harus dihindari kecuali jika ada
permintaan yang banyak.
Jika digunakan suatu ‘upset rod’, kuat tarik nominal dari bagian
ulir sama dengan 0,75Fu dikalikan dengan luas penampang pada
diameter ulir terbesar. Nilai ini harus lebih besar dari Fy dikalikan
dengan luas nominal batang sebelum dibuat menjadi ‘upset rod’.
Contoh 5.7 memberikan ilustrasi penentuan kekuatan dari
sebuah sambungan tarik.

Contoh 5.7
Tentukan kuat tarik rencana dari baut untuk sambungan penggantung
dalam Gambar 5.15 jika baut yang digunakan adalah 8 buah baut mutu
tinggi A490 7/8 in.

Solusi:

Pu = (0,75)(8)(0,6)(113) = 406,8 k

Beban yang bekerja pada sambungan tarik harus merupakan


penjumlahan dari beban luar terfaktor ditambah dengan semua gaya

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 170
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

tarik yang dihasilkan dari aksi prying sebagaimana akan dijelaskan pada
sub bab berikut.

5.4 Aksi Prying


Dalam sambungan tarik harus memberikan perhatian akan
kemungkinan adanya aksi prying. Suatu sambungan tarik diberikan
dalam Gambar 5.16(a) yang menerima aksi prying seperti pada Gambar
5.16(b). Jika flens dari sambungan sangat tebal dan kaku atau
mempuyai pelat pengaku seperti pada Gambar 5.16(c), aksi prying
dapat diabaikan, tetapi jika flens tipis, fleksibel dan tanpa pengaku
maka aksi prying harus diperhitungkan.
Biasanya dalam sambungan tarik jumlah baris baut dibatasi
karena sebagian besar beban dipikul oleh baris baut dalam meskipun
pada kondisi beban batas. Sambungan tarik dalam Gambar 5.17
memberikan ilustrasi bahwa aksi prying akan memindahkan sebagian
besar beban ke bagian dalam baut, khususnya jika pelat tipis dan
fleksibel. Untuk sambungan yang mendapat beban tarik murni maka
harus diperhitungkan kemungkinan aksi prying dan besarnya.

P P P

Pelat
pengaku

P P P

Gambar 5.16

Gaya tambahan dalam baut yang dihasilkan dari aksi prying


harus dijumlahkan pada gaya tarik yang dihasilkan dari gaya yang

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 171
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

bekerja. Perhitungan aksi prying sangat rumit, dan penelitian pada


masalah ini masih terus dilakukan. Beberapa rumus empiris telah
dikembangkan untuk mendekati hasil uji. Dalam bab ini diberikan
rumus LRFD yang masih memungkinkan perubahan rumusnya karena
masih terus dalam penelitian.

P
Sebagian besar
beban dipikul oleh
baris baut dalam jika
flens fleksibel

Gambar 5.17

Pada sambungan tarik hanya boleh dibuat dengan baut


pengencangan penuh. Hal ini harus dilakukan baik untuk jenis
sambungan gesekan-kritis, sambungan yang menerima beban fatik,
atau sambungan yang menerima aksi prying. Jika pada kondisi tersebut
digunakan baut snug-tight, beban tarik akan menambah gaya tarik baut
secara mendadak.
Penggantung dan sambungan tarik lainnya harus direncanakan
supaya deformasi yang besar dapat dicegah. Satu hal yang paling
penting adalah menggunakan flens yang kaku. Dalam hal ini kekakuan
lebih penting dibandingkan dengan tahanan lentur. Untuk mencapai
hal ini jarak b dalam Gambar 5.18 harus dibuat sekecil mungkin dengan
nilai minimum sama dengan jarak yang diperlukan oleh alat pengunci
diberikan dalam Tabel 8-4 Part 8 Manual LRFD dengan judul “Entering
and Tightening Clearances”.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 172
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

g = gage

b’ a’

b a

Gambar 5.18

Dalam Part 11 dari Manual LRFD diberikan prosedur rinci untuk


merencanakan sambungan penggantung dan menghitung gaya prying.
Metoda empiris ini hanya untuk gaya terfaktor saja. Jika diinginkan
meninjau beban layan untuk pemeriksaan fatik, defleksi, atau batasan
goyangan, disarankan untuk merujuk pada rumus beban layan untuk
prying yang diberikan dalam “AICS Manual of Steel Construction
Allowable Stress Design” edisi 9.
Untuk tujuan ringkasnya pembahasan hanya akan diberikan
satu contoh perhitungan aksi prying. Dalam contoh ini akan diperiksa
kecukupan dari tebal flens dari sambungan penggantung WT sesuai
prosedur AISC. Untuk contoh yang lebih detail dapat merujuk pada
Section 11 dari Manual tersebut.
Dalam prosedur analisa prying LRFD banyak digunakan
singkatan dan persamaan yang diberikan dibawah ini dengan merujuk
pada Gambar 5.18.

rn = kuat tarik rencana dari setiap baut = Ft Ab

g  tw
b dimana g adalah ‘gage’. Nilai ini harus cukup untuk
2
alat pengunci sebagaimana diberikan dalam Tabel 8-4 dalam Part 8
Manual.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 173
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

a = jarak dari pusat baris baut ke sisi dari flens T atau kaki siku
b g
tetapi tidak boleh kurang dari 1,25b  f
2

d
b'  b  dengan d = diameter baut
2

d
a'  a 
2

b'
p
a'

Pu
rut 
jumlah baut

1  rn 
   1
p  rut 

1  
Jika  < 1, buat ’ = nilai terkecil dari 1,0 atau  
  1   
dengan  adalah rasio antara luas netto pada baris baut dengan luas
bruto pada sisi muka dari kaki siku dan d’ = lebar lubang baut sejajar
kaki siku.

d'
  1 dengan p adalah panjang lingkup sambungan
p
setiap baut.

1  
'   1,0 
 1  

4,44rut b'
Jadi, tebal flens yang diperlukan t adalah: t perlu 
pFy (1   ' )

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 174
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Jika tebal flens  tperlu, gaya tarik baut akan  rn dan
perhitungan tidak perlu dilanjutkan. Dalam Part 11 Manual LRFD
beberapa rumus diberikan untuk menghitung gaya tarik toal baut.

Contoh 5.8
Profil WT8 x 22,5 panjang 10 in (tf = 0,565 in., tw = 0,345 in., dan bf =
7,035 in ) disambungkan dengan W36 x 150 seperti pada Gambar 5.19
dengan menggunakan 4 buah baut mutu tinggi A325 7/8 in. Jika
digunakan baja A36, apakah flens mempunyai tebal cukup kuat jika
ditinjau aksi prying?

bf = 7,035 in

W36 x 150
g = gage = 4 in

b’ a’ t = 0,565 in

b a

2 in

Pu = 100 k

Gambar 5.19

Solusi:

rn = Ft Ab = (0,75)(90)(0,6) = 40,5 k

g  tw 4  0,345
b   1,827 in  1 83 in  diperlukan ruang
2 2
untuk alat pengencang baut

bf  g 7,035  4
a   1,518 in
2 2

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 175
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

d 0,875
b'  b   1,827   1,389 in
2 2

d 0,875
a'  a   1,518   1,955 in
2 2

b' 1,389
p   0,915
a' 1,518

Pu 100
rut    25 k
jumlah baut 4

1  rn  1  40,5 
   1    1  0,678
p  rut  0,915  25 
Karena  < 1,

d'
  1 dan dengan 4 baut, panjang efektif maksimum
p
adalah 2g = (2)(4) = 8 in. Jadi ada 4 in panjang lingkup profil T untuk
setiap baut dan p = 4 in.

15 / 16
  1  0,766
4

1   1  0,678 
'       2,75 gunakan 1,0
  1    0,766  1  0,678 
Tebal flens yang diperlukan adalah:

4,44rut b' (4,44)(25)(1,389)


t perlu    0,779 in  0,565 in
pFy (1   ' ) (4)(36)(1  0,766 x 1,0
(tidak memenuhi)

5.5 Sejarah Rivet


Pada masa lalu rivet diterima sebagai alat penyambung elemen dari
struktur baja. Sekarang, rivet tidak lagi memberikan sambungan yang
ekonomis. Untuk kondisi sekarang akan sulit mencari kontraktor yang

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 176
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

dapat melaksanakan struktur baja dengan sambungan rivet. Tetapi hal


ini tetap perlu dipelajari karena ada kemungkinan kita harus
menganalisa struktur yang ada dengan sambungan rivet baik karena
kondisi pembebanan baru atau karena pengembangan struktur.
Pada masa lalu rivet yang digunakan biasanya terbuat dari baja
mutu rendah supaya tidak getas pada saat dipanaskan dan ditempa
dengan pistol rivet untuk membentuk kepala rivet. Biasanya rivet
terdiri dari shank silinder dengan kepala dibuat bulat. Kemudian
dipanaskan (sekitar 1800oF) dilapangan hingga berwarna merah,
dimasukkan kedalam lubang, dan kepala dibentuk pada ujung lainnya
dengan menggunakan pistol river portabel yang dioperasikan dengan
kompresor udara. Bagian kepala dari pistol rivet dapat memberikan
bentuk kepala rivet yang diinginkan.
Jika pemasangan rivet dilakukan di bengkel, rivet dipanaskan
hingga berwarna merah muda dan dimasukkan ke dalam lubang
dengan suatu alat pemasang rivet (riverter) tipe tekanan yang disebut
juga alat pemasang rivet ‘bull’. Pada tipe ini rivet akan ditekan dengan
tekanan sebesar 50 s.d. 80 ton (445 s.d. 712 kN) dan memasukkan rivet
ke dalam lubang. Karena tekanan yang besar tersebut rivet dalam
kondisi lunak akan dipaksa untuk memenuhi lubang dengan baik. Tipe
pemasang ini lebih disukai dibandingkan dengan pemukul kekuatan
angin, tetapi peraturan tidak mengijinkan penggunaan kekuatan
nominal yang lebih besar. Pemasangan dengan riveter tipe bull akan
lebih cepat dibandingkan dengan riverter portabel, tetapi riverter
portabel tetap dibutuhkan untuk mencapai lokasi yang sulit dijangkau
(yaitu pada saat pemasangan di lapangan).
Pada saat rivet mendingin maka akan mengkerut dan mengunci
bagian yang disambung. Pengaruh dari kuncian tersebut menyebabkan
transfer tegangan diantara bagian yang disambung melalui gesekan.
Tetapi gesekan ini tidak boleh diandalkan dan spesifikasi tidak
mengijinkan memasukkan kekuatan gesekan dalam kekuatan
sambugan. Rivet menyusut dalam arah radial dan dan juga dalam arah
memanjang dan sebenarnya menjadi lebih kecil dari asumsi lubang
baut yang akan diisi. (Tegangan ijin untuk rivet diberikan dalam bentuk
luas penampang nominal rivet sebelum dimasukkan ke dalam lubang).
Bebarapa pelaksana memasang rivet tidak dalam kondisi panas
dengan tekanan yang sangat besar. Tentu saja proses pemasangan
dingin akan baik dilakukan untuk ukuran rivet kecil (diameter sekitar ¾
in. atau lebih kecil) meskipun dengan diameter yang lebih besar telah
berhasil dilakukan. Rivet yang dipasang secara dingin akan mengisi

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 177
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

lubang lebih baik, menghilangkan biaya pemanasan, mereduksi gaya


cengkeram karena rivet tidak menyusut setelah pemasangan.

5.6 Jenis Rivet


Ukuran diameter rivet yang digunakan dalam konstruksi baja biasa
adalah sekitar ¾ in dan 7/8 in., tetapi dapat juga dengan ukuran
standar ½ in. s.d. 1½ in dengan pertambahan 1/8 in. (Diameter yang
lebih kecil digunakan dalam rangka atap kecil, billboard, menara kecil,
dll., sedangkan ukuran yang besar digunakan pada jembatan besar atau
menara dan bangunan tinggi.) Penggunaan lebih dari satu ukuran baut
atau rivet pada satu pekerjaan biasanya harus dihindari karena akan
mahal dan tidak praktis membuat lubang dengan ukuran yang
berlainan pada suatu elemen di bengkel, dan pemasangan ukuran baut
atau rivet yang berbeda dilapangan akan membingungkan. Tetapi pada
beberapa kasus tetap harus digunakan ukuran yang berlainan, dimana
rivet atau baut kecil diperlukan untuk membuat jarak sisi secara tepat
pada penampang tertentu, tetapi situasi seperti ini harus dihindari.
Kepala rivet biasanya berbentuk bulat dan disebut ‘button
head’; tetapi jika diperlukan ruang yang lebih, kepala rivet dapat dibuat
datar atau bahkan masuk dan diratakan. Situasi ini diperlihatkan dalam
Gambar 5.20.

Kepala Kepala Kepala


diratakan diratakan
dan masuk
dalam grip
Shank
Grip Grip

Gambar 5.20 Jenis Rivet

Rivet yang dibuat masuk dan diratakan tidak mempunyai luas tumpu
yang cukup untuk dapat memberikan kekuatan penuh dan perencana
mereduksi kekuatan yang dihitung sebesar 50%. Pada masa lampau
rivet datar lebih disukai dibandingkan rivet yang dibuat masuk ke
dalam dan diratakan, tetapi jika diperlukan permukaan yang rata maka
rivet yang dibuat masuk dan diratakan tetap dilakukan. Rivet jenis ini
jauh lebih mahal dan juga lebih lemah dibandingkan jenis ‘botton
head’, dan sebaiknya tidak digunakan kecuali jika sangat diperlukan.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 178
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Menurut ASTM ada 3 klas rivet dalam praktek baja struktur


seperti yang dijelaskan dibawah ini.

Spesifikasi ASTM A502 Grade 1


Rivet ini banyak digunakan dalam pekerjaan struktur. Rivet ini
mempunyai kadar karbon rendah sekitar 0,8%, lebih lemah dari baja
karbon struktur biasa, dan mempunyai daktilitas tinggi. Kenyataannya,
rivet ini lebih mudah dipasang dibandingkan rivet mutu tinggi, sehingga
jika harus digunakan baut maka kemungkinan digunakan A502 grade 1,
terlepas dari kekuatan baja dari elemen struktur.

Spesifikasi ASTM A502 Grade 2


Rivet campuran karbon-mangan mempunyai kekuatan yang lebih tinggi
dibandingkan rivet grade 1 dan dibuat untuk baja mutu tinggi.
Kekuatannya yang tinggi memberikan keleluasan bagi perencana untuk
menggunakan rivet yang lebih sedikit dalam suatu sambungan dan
menghasilkan pelat buhul yang lebih kecil.

Spesifikasi ASTM A502 Grade 3


Rivet ini mempunyai kekuatan nominal yang sama dengan rivet grade
2, tetapi rivet grade 3 ini mempunyai tahanan yang lebih tinggi
terhadap korosi atmosfir yaitu empa kali dari baja karbon tanpa
tembaga.

5.7 Kekuatan Sambungan Rivet – Rivet dengan Beban Geser


Faktor yang menentukan kekuatan rivet adalah mutunya, diameternya,
tebal dan susunan dari elemen yang disambungnya. Distribusi
tegangan disekitar lubang rivet sangat sulit untuk ditentukan, dan
kalaupu dapat ditentukan; dan untuk menyederhanakan perhitungan
diasumsikan bahwa tegangan bervariasi merata pada bidang persegi
panjang dan besarnya sama dengan diameter rivet dikalikan dengan
tebal pelat.
Kekuatan rivet akibat tumpu sama dengan tegangan satuan
tumpu rencana dari rivet dikalikan dengan diameter ‘shank rivet dan
dikalikan dengan tebal elemen yang menumpu pada rivet. Kekuatan
rivet dalam geser tunggal adalah kekuatan geser nominal dikalikan
dengan luas penampang ‘shank’ dari rivet. Jika rivet mendapat geser
ganda, kekuatan gesernya dianggap sama dengan dua kali nilai geser
tunggalnya.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 179
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Kekuatan geser dan tarik nominal dari rivet dan baut A307
diberikan dalam Tabel 12.6 (dari Tabel J3.2 Manual LRFD). Nilai ini
hanya untuk beban statik saja dan diberikan dalam Tabel 5.2. Perlu
diketahui bahwa kekuatan geser nominal dari baut A307 tidak
dipengaruhi oleh ulir dalam bidang geser.

Tabel 5.2 Kekuatan Tarik dan Geser Nominal LRFD untuk Rivet dan Baut
A307
Kekuatan geser
dalam
Jenis alat penyambung Kekuatan Tarik
sambungan tipe
tumpu
Rivet A502 pemasangan panas, mutu 1 45,0;  = 0,75 25,0;  = 0,75
Rivet A502 pemasangan panas, mutu 1 60,0;  = 0,75 33,0;  = 0,75
Baut A307 45,0;  = 0,75 24,0;  = 0,75

Contoh 5.9 dan 5.10 memberikan ilustrasi penentuan kekuatan


rencana dari sambungan atau untuk merencanakan sambungan
dengan rivet. Dalam bab ini hanya dibahas sedikit tentang baut A307.
Hal ini disebabkan semua perhitungan dengan jenis baut ini dibuat
sama persis dengan sambungan rivet, kecuali kekuatan geser yang
diberikan dalam Spesifikasi LRFD berbeda. Disini hanya diberikan satu
contoh dari baut ini, yaitu Contoh 5.11.

Contoh 5.9
Tentukan kuat rencana Pu sambungan tipe tumpu dalam Gambar 5.21.
Digunakan baja A36 dan A502, rivet grade 1, lubang ukuran standar,
dan jarak sisi > 3d, dan jarak pusat-ke-pusat > 1½ d.

½ in Rivet ¾ in (A = 0,44 in2)


Pu ½ in
Pu

Pu Pu
10 in

Gambar 5.21

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 180
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Solusi:

Perencanaan gaya tarik pada pelat

Ag = (½)(10) = 5,00 in2

An   12 (10)  (2)78  12   4,125 in 2  Ae

Pu  t Fy Ag  (0,90)(36)(5,00)  162 k

Pu  t Fy Ae  (0,75)(58)(4,125)  179,4 k

Rivet menerima geser tunggal dan tumpu pada ½ in.

Kuat geser rencana dari rivet = (0,75)(0,44)(25)(4) = 33,0 k 

Kuat tumpu rencana dari rivet = (0,75)(2,4)(¾)(½)(58)(4) = 156,4 k

Pu = 33,0 k

Contoh 5.10
Berapa rivet 7/8 in A502 grade 1 yang diperlukan untuk sambungan
dalam Gambar 5.22 jika pelat adalah A36, jika digunakan ukuran lubang
standar, jarak sisi > 1½ in., jarak pusat-ke-pusat = 3d?

PL ¼ in
Pu/2 = 85 k PL ½ in
Pu = 170 k
Pu/2 = 85 k
PL ¼ in

Gambar 5.22

Solusi:

Baut menerima geser ganda dan tumpu pada ½ in.:

Kuat geser rencana 1 rivet = (0,75)(2 x 0,6)(25) = 22,5 k 

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 181
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Kuat tumpu rencana 1 rivet = (0,75)(2,4)(7/8)(½)(58) = 45,7 k

Jumlah rivet yang diperlukan = 170/22,5 = 7,56

Gunakan 8 rivet 7/8 in.

Contoh 5.11
Ulangi Contoh 5.10 dengan menggunakan baut A307 7/8 in.

Solusi:
Baut menerima geser ganda dan tumpu pada ½ in.:

Kuat geser rencana dari 1 baut = (0,75)(2 x 0,6)(24) = 21,6 k 

Kuat tumpu rencana dari 1 baut = (0,75)(2,4)(7/8)(½)(58) = 45,7 k

Jumlah baut yang diperlukan = 170/21,6 = 7,87

Gunakan 8 baut A307 7/8 in.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 182
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Kumpulan Soal
Untuk setiap soal yang diberikan digunakan hal berikut kecuali
disebutkan lain: (a) baja A36; (b) ukuran lubang standar; (c) jarak sisi
dan jarak pusat-ke-pusat baut  1½d dan 3d; (d) ulir baut tidak
termasuk dalam bidang geser.

5.1 s.d. 5.7 Tentukan beban resultan pada baut yang mendapat
tegangan terbesar dari sambungan beban eksentris
dalam gambar dengan menggunakan metoda elastis.

Pu = 40 k Pu = 75 k

2 in

6 in

5 in

6 in

3 in 4 in 5½ in

Soal 5.1 (Jawab: 19,17 k) Soal 5.2

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 183
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Pu = 40 k Pu = 120 k

12 in 1
1
3 in

6 in
3 in

3 in
6 in

3 in

3 in 6 in
Pelat ½ in

3 in 5½ in
Pelat ¾ in

Soal 5.3 (Jawab: 32,98 k) Soal 5.4

Pu = 100 k
Pu = 60 k
10 in
4

4 in
4 in

4 in
4 in
4 in

4 in 4 in

3 in 3 in 3 in

Soal 5.5 (Jawab: 18,22 k) Soal 5.6

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 184
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Pu = 60 k
5 in 5 in 5 in

5 in

5 in

Soal 5.7 (Jawab: 40,51 k)

5.8 Ulangi Soal 5.2 dengan menggunakan metoda reduksi


eksentrisitas.

5.9 Dengan menggunakan metoda elastis tentukan kuat rencana Pu


dari sambungan tipe tumpu dalam gambar. Baut A325 7/8 in dan
mendapat geser tunggal dan tumpu pada ½ in. (Jawab: 78,7 k)

Pu
5½ in 10 in

6 in

6 in

6 in

5.10 Dengan menggunakan metoda elastis tentukan kuat rencana Pu


dari sambungan tipe gesekan-kritis dalam gambar. Baut A325 ¾
in dan mendapat geser ganda.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 185
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Pu
4 in 1
1

4 in

3 in 3 in 3 in 3 in

5.11 Ulangi Soal 5.9 dengan menggunakan tabel kekuatan batas


berjudul Coefficients C for Eccentrically Loaded Bolt Groups”
dalam Part 8 Manual LRFD (Jawab: 99,1 k).

5.12 Ulangi Soal 5.10 dengan menggunakan tabel kekuatan batas


berjudul “Coefficients C for Eccentrically Loaded Bolt Groups”
dalam Part 8 Manual LRFD.

5.13 Apakah sambungan tipe tumpu dalam gambar mampu memikul


beban 180 k yang melalui p.g grup baut? (Jawab: Ft = 53,37 ksi >
40,74 ksi. Jadi sambungan cukup kuat).

Pu = 180 k
3
4

Profil T

8 baut A325 ¾ in.

5.14 Ulangi Soal 5.13 jika digunakan baut dengan pengencangan


penuh dan jika PD = 60 k dan PD = 50 k.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 186
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

5.15 Jika beban dalam gambar melalui p.g grup baut dengan
sambungan tipe tumpu, berapa besar beban yang dapat dipikul?
(Jawab: 473,6 k)

Pu
1
2

Profil T

10 baut A490 7/8 in.

5.16 Ulangi Soal 5.15 jika baut A325.

5.17 Tentukan jumlah baut A325 ¾ in yang diperlukan dalam siku


ganda dan dalam flens profil W dalam gambar berikut jika
digunakan sambungan tipe tumpu snug-tight. Gunakan baja A36.
(Jawab: 5 buah dalam siku ganda dan 8 buah dalam flens profil
W).

Pu = 180 k
W18 x 65 3
4

2L5 x 3 x ½

Pelat 7/8

8 baut 7/8 in.

5.18 Apakah baut dalam gambar dimana penggantung mempunyai


panjang 16 in cukup kuat untuk memikul beban tarik langsung
dan aksi prying? Ada 8 buah baut A325 7/8 in dan mempunyai
jarak pusat-ke-pusat 4 in dalam arah longitudinal.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 187
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

5½ in

WT16,5 x 59

Pu = 180 k

5.19 Tentukan kuat rencana Pu dari sambungan dalam gambar jika


digunakan rivet A502 7/8 in grade 1 dan baja A36. (Jawab: 135 k).
Pu PL 5/8 x 12
5/8 in
Pu

Pu Pu
12 in

5.20 Batang tarik dalam gambar terdiri dari siku tunggal 5 x 3 x 5/16
yang disambungkan pada pelat buhul dengan 5 rivet 7/8 in A502
grade 1. Tentukan Pu jika U diasumsikan sama dengan 0,9.
Abaikan geser blok.

Pu

Pu

5.21 Berapa jumlah rivet ¾ in A502 grade 1 yang diperlukan untuk


memikul beban dalam gambar? (Jawab: 18,81. Pakai 18 – 21
buah rivet.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 188
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Pu = 150 k PL 3/8

Pu = 150 k

5.22 Ulangi Soal 5.21 jika digunakan baut A307.

5.23 Berapa jumlah rivet A502 grade 1 diameter 1 in yang diperlukan


untuk digunakan dalam sambungan dalam gambar? (Jawab: 6,11.
Gunakan 6 – 9 buah rivet).
PL 3/8 in
Pu/2 = 90 k PL 5/8 in
Pu = 180 k
Pu/2 = 90 k
PL 3/8 in

5.24 Berapa jumlah baut A307 7/8 in yang diperlukan untuk


sambungan dalam gambar? Beban terfaktor diberikan dalam
gambar tersebut.
PL ½ in
125 k PL ¾ in
125 k 250 k
125 k 250 k
125 k

5.25 Untuk sambungan dalam gambar Pu = 650 k, tentukan jumlah


rivet 7/8 in A502 grade 2 yang diperlukan. (Jawab: 21,88.
Gunakan 22 – 25 buah rivet).
PL 7/8 x 16 in
PL 1 ¼ x 16 in

Pu/3
Pu/2
Pu/3
Pu/2
Pu/3

5.26 Tentukan kuat rencana Pu untuk sambungan dalam gambar jika


digunakan rivet ¾ in A502 grade 2.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 189
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Pu PL 3/8 x 10

Pu

2 in
Pu Pu
6 in
10 in

2 in

2 in 2 in 2 in 2 in 2 in

5.27 Untuk balok dalam gambar, berapa jarak baut A307 7/8 in yang
diperlukan jika Vu = 150 k? (Jawab: 5,32 in. Gunakan 5¼ in).

PL ¾ in x 12

W21 x 68

PL ¾ in x 12

5.28 Apakah sambungan dalam gambar mampu memikul beban 90 k


yang melalui p.g. grup rivet?

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 190
BAB V – Sambungan Baut dengan Beban Eksentris dan Sejarah Paku Keling

Pu = 100 k
3
4

Profil T

8 rivet A502 ¾ in., Mutu 1

5.29 Berapa besar Pu yang dapat dipikul jika beban dalam gambar
melalui p.g. grup rivet? (Jawab: 152,8 k)

Pu
1
2

Profil T

10 rivet A502 ¾ in., Mutu 1

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 191

Anda mungkin juga menyukai