Anda di halaman 1dari 29

BAB I – Perencanaan Balok

BAB I
PERENCANAAN BALOK

1.1 Jenis Balok


Balok adalah elemen yang memikul beban transversal. Balok umumnya
selalu dalam posisi horizontal. Jenis balok diantaranya adalah joist,
lintel, spandrel, stringer, dan balok lantai. Joist adalah beberapa balok
yang dipasang saling berdekatan untuk memikul beban lantai atau atap
bangunan. Lintel adalah balok pada bukaan seperti pintu dan jendela.
Balok spandrel adalah balok yang memikul dinding luar bangunan dan
juga sebagian lantai. Stringer adalah balok jembatan sejajar dengan lalu
lintas. Balok lantai adalah balok yang lebih besar dari stringer dalam
arah tegak lurus lalu lintas dan berfungsi untuk mentransfer beban dari
stringer ke girder atau rangka. Girder adalah balok tempat
menumpunya balok yang lebih kecil.

1.2 Profil Balok


Profil W terbukti sebagai profil yang paling ekonomis dan profil ini
telah menggantikan penggunaan profil kanal dan S. Profil kanal kadang-
kadang digunakan sebagai balok untuk beban ringan seperti untuk
gording, atau lokasi yang memerlukan lebar flens kecil. Profil kanal
mempunyai kemampuan menahan gaya lateral yang kecil sehingga
perlu diperkaku misalnya dengan trekstang seperti pada Bab 4. Profil W
mempunyai lebih banyak material yang terkonsetrasi pada flens
dibandingkan dengan profil S sehingga mempunyai momen inersia dan
tahanan momen untuk berat yang sama. Profil W relatif lebih lebar dan
mempunyai kekakuan lateral yang cukup tinggi. Karena profil S telah
jarang digunakan sehingga manual LRFD hanya memberikan tempat
yang sedikit saja. Sekarang ini profil S digunakan untuk situasi khusus
yang menginginkan lebar flens yang kecil, atau jika gaya geser sangat
besar, atau jika diinginkan flens dan web yang tebal seperti pada kasus
balok crane.
Jenis penampang balok yang lain joist web terbuka yang akan
dibahas lebih rinci pada bab lain. Penampang jenis ini biasanya
digunakan untuk memikul lantai atau atap dan ekonomis untuk
bentang panjang dengan beban ringan.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 1


BAB I – Perencanaan Balok

1.3 Rumus Lentur


Sebagai pendahuluan pembahasan tegangan lentur balok persegi,
tinjau Gambar 1.1. Asumsikan bahwa flens tekan balok dikekang secara
menerus terhadap tekuk lateral. Tekuk lateral dibahas secara khusus
dalam lain. Jika suatu balok mendapat momen lentur, tegangan pada
setiap titik dapat dihitung dari rumus fb = Mc/I. Perlu diingat bahwa
rumus ini hanya dapat digunakan jika tegangan yang terjadi pada balok
masih dibawah batas elastis. Rumus ini didasarkan pada asumsi:
tegangan sebanding dengan regangan, penampang tetap datar
sebelum dan sesudah terjadi lentur, dll. Nilai I/c adalah konstanta yang
disebut modulus penampang (S). Rumus lentur dapat ditulis sebagai
berikut:

M
fb  (1.1)
S

Pada awalnya, jika momen diberikan pada balok tegangan akan


berubah secara linier dari sumbu netral ke serat ekstrim. Kondisi ini
diperlihatkan dalam Gambar 1.1(b). Jika momen meningkat, tegangan
akan terus bertambah secara linier hingga tegangan leleh tercapai pada
serat terluar, seperti yang diberikan dalam Gambar 1.1(c). Momen
leleh dari suatu penampang didefinisikan sebagai momen yang akan
menghasilkan tegangan leleh pada serat terluar penampang.

fb Fy Fy Fy Fy

fb Fy Fy Fy Fy
(a) (b) (c) (d) (e) (f)
Gambar 1.1 Distribusi Tegangan Sesuai Tahapan Pembentukan Sendi Plastis

Jika momen pada suatu balok baja daktil ditingkatkan sehingga


melebihi momen leleh pada serat terluar maka tegangan pada serat
tersebut akan tetap yaitu sebesar tegangan lelehnya dan momen
tahanan tambahan akan diberikan oleh serat yang dekat dengan
sumbu netral. Proses ini akan terus berlanjut hingga sebagian besar
dari penampang mencapai tegangan leleh seperti yang diperlihatkan

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 2


BAB I – Perencanaan Balok

dalam Gambar 1.1(d) dan (e), dan akhirnya seluruh penampang akan
leleh seperti pada Gambar 1.1(f). Perhatikan bahwa perubahan
regangan dari sumbu netral ke serat terjauh tetap linier untuk seluruh
kasus di atas. Jika distribusi tegangan telah mencapai tahap ini maka
akan terbentuk satu sendi plastis karena tidak ada lagi momen yang
dapat ditahan pada penampang tersebut. Jika ditambahkan momen
luar pada penampang tersebut maka balok akan berotasi dengan
sedikit penambahan tegangan.
Momen plastis adalah momen yang menghasilkan plastisitas
penuh pada penampang balok dan membentuk sendi plastis.
Perbandingan antara momen plastis Mp terhadap momen leleh My
disebut faktor bentuk (shape factor). Nilai faktor bentuk untuk
penampang persegi adalah 1,50 dan untuk profil W, S, M berkisar
antara 1,10 dan 1,20.

1.4 Sendi Plastis


Dalam bagian ini akan dijelaskan pembentukan sendi plastis pada balok
dalam Gambar 1.2. Beban pada gambar tersebut diberikan secara
bertahap hingga tercapai momen leleh dan serat terluar mencapai
tegangan leleh. Proses leleh akan menyebar ke serat lain pada
penampang tersebut. Panjang penampang yang mengalami leleh
tergantung pada kondisi pembebanan dan penampang balok. Untuk
beban terpusat pada tengah bentang dari penampang persegi, panjang
kelelehan dalam serat ekstrim pada saat terbentuk sendi plastis adalah
1/3 bentang. Untuk penampang W, panjang kelelehan mencapai 1/8
bentang.

Pu

Sendi plastis

Luas kelelehan
Gambar 1.2 Pembentukan Sendi Plastis pada Balok

Meskipun sendi plastis ini dapat memanjang seperti dijelaskan


di atas, tetapi untuk tujuan analisa diasumsikan bahwa sendi plastis

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 3


BAB I – Perencanaan Balok

tersebut terkonsentrasi pada satu penampang. Tetapi untuk


perhitungan defleksi dan desain pengaku, panjang kelelehan tersebut
sangat penting.
Jika suatu portal baja dibebani hingga runtuh, titik-titik tempat
terjadinya rotasi (sendi plastis) menjadi sangat jelas untuk diamati
sebelum terjadi keruntuhan.

1.5 Desain Elastis


Sebelumnya hampir semua perencanaan balok baja didasarkan pada
teori elastis. Beban maksimum yang dapat dipikul oleh suatu struktur
diasumsikan sama dengan beban pertama yang menyebabkan
tegangan pada struktur mencapai tegangan lelehnya. Elemen
direncanakan sedemikian rupa sehingga tegangan lentur akibat beban
layan (servis) tidak melampaui tegangan leleh dibagi dengan faktor
keamanan (misalnya 1,5 atau 2,0). Perencanaan yang dilakukan pada
masa lalu dengan metoda ini telah menunjukkan hasil yang baik. Tetapi
juga disadari bahwa elemen daktil tidak akan runtuh sebelum
kelelehan yang cukup besar terjadi meskipun tegangan leleh yang
pertama telah terjadi pada struktur. Artinya elemen tersebut
mempunyai rentang (margin) keamanan yang cukup besar untuk
terjadi keruntuhan dibandingkan dengan teori elastis.

1.6 Modulus Plastis


Momen leleh My sama dengan tegangan leleh dikalikan dengan
modulus penampang elastis. Modulus penampang elastis sama dengan
I/c atau bd2/6 untuk penampang persegi dan momen lelehnya sama
dengan Fybd2/6. Hasil yang sama dapat diperoleh dengan meninjau
momen kopel penampang yang diperlihatkan dalam Gambar 1.3.

Fy

C = ½ Fy d/2 b = Fy bd/4
d/2
d 2d/3

d/2
T = ½ Fy d/2 b = Fy bd/4
b Fy
Gambar 1.3 Penampang Persegi dengan Momen Kopel dalam Kondisi Elastis

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 4


BAB I – Perencanaan Balok

Fy

C = Fy d/2 b
d/2
d d/2

d/2
T = Fy d/2 b
b Fy
Gambar 1.4 Penampang Persegi dengan Momen Kopel dalam Kondisi Plastis

Momen tahanan sama dengan T atau C dikalikan dengan lengan


momen, yaitu:

 Fybd  2  Fybd
2

M y    d   (1.2)
 4  3  6

Terlihat bahwa dengan cara ini akan didapat nilai modulus


penampang elastis yang sama untuk penampang persegi, yaitu bd2/6.
Momen tahanan pada plastis penuh dapat ditentukan dengan
cara yang sama. Hasil yang didapat disebut momen plastis, Mp. Nilai ini
juga disebut momen nominal penampang, Mn. Momen plastis atau
nominal ini sama dengan T atau C dikalikan dengan lengan momen.
Untuk penampang persegi dalam Gambar 1.4, nilai tersebut adalah:

d d  bd  d  bd 2
M p  Mn  T  C   Fy    Fy (1.3)
2 2  2  2  4

Momen plastis sama dengan tegangan leleh dikalikan dengan


modulus plastisnya. Untuk penampang persegi, modulus plastis Z sama
dengan bd2/4. Faktor bentuknya, Mn/My, adalah FyZ/FyS atau Z/S
adalah (bd2/4)/(bd2/6) = 1,50. Hal ini menunjukkan bahwa modulus
plastis sama dengan statis momen dari luas penampang tertarik dan
tertekan terhadap sumbu netral. Kecuali jika penampang simetris,
sumbu netral untuk kondisi plastis tidak akan berada pada lokasi yang
sama dengan sumbu netral kondisi elastis. Tegangan tekan dalam harus
sama dengan tegangan tekan akibat beban luar. Karena diasumsikan
bahwa semua serat mempunyai tegangan yang sama pada kondisi
plastis yaitu sebesar Fy, maka luas daerah diatas dan dibawah sendi
plastis harus sama. Hal ini tidak berlaku untuk penampang tidak

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 5


BAB I – Perencanaan Balok

simetris pada kondisi elastis. Contoh 1.1 memberikan ilustrasi


penentuan faktor bentuk untuk balok profil T dan beban merata
nominal wn yang dapat dipikul oleh balok.

Contoh 1.1
Tentukan My, Mn, dan Z untuk balok baja T dalam Gambar 1.5. Juga
tentukan faktor bentuk dan beban nominal (wn) yang dapat diberikan
pada balok tumpuan sendi-rol dengan bentang 12 ft. Fy = 36 ksi.

8 in
wu k/ft
1½ in

6 in
12 ft

2 in
Gambar 1.5 Penampang dan Bentang Balok untuk Contoh 1.1

Solusi:

Perhitungan elastis:

A  (8)1 12   (6)(2)  24 in 2

(12)(0,75)  (12)(4,5)
y  2,625 in dari flens atas
24

1 1
I   (2)(1,1253  4,8753 )   (8)1 12   (12)(1,875) 2  122,4 in 4
3

3  12 

I 122,4
S   25,1 in 3
c 4,875

(36)(25,1)
M y  Fy S   75,3 ft - k
12

Perhitungan plastis:
Sumbu netral plastis pada dasar flens.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 6


BAB I – Perencanaan Balok

Z = (12)(0,75) + (12)(3) = 45 in3

(36)(45)
M n  Fy Z   135 ft - k
12

Mn Z 45
Faktor bentuk = atau   1,79
My S 25,1

wn L2
Mn 
8

(8)(135)
wn   7,5 k/ft
(12) 2

Nilai modulus plastis untuk beberapa profil balok yang standar


diberikan dalam Part 4 manual LRFD pada “Load Factor Design
Selection Table for Shapes Used as Beams” demikian juga pada tabel
“Dimensions and Properties” Part 1.

1.7 Teori Analisa Plastis


Telah dijelaskan sebelumnya bawa dasar teori plastis memberikan
perubahan distribusi tegangan setelah tegangan pada beberapa titik
pada struktur mencapai tegangan leleh. Teori ini menyatakan bahwa
jika beberapa bagian struktur telah mencapai tegangan leleh tidak akan
dapat memikul tegangan tambahan. Yang terjadi adalah beban
tambahan tersebut akan ditransfer ke bagian struktur lain yang masih
elastis. Plastisitas dapat dipandang sebagai pemerataan tegangan pada
saat terjadi beban yang berlebihan.
Pada tahun 1914 seorang Hungaria, Dr. Gabor Kazinczy
menyimpulkan bahwa adanya daktilitas baja akan mengijinkan
terjadinya redistribusi tegangan pada struktur statis tak tentu yang
mendapat beban berlebih. Di USA, Prof. J. A. Van den Broek
memperkenalkan teori plastis yang disebut desain batas (limit design).
Teori ini dipublikasi dalam makalah berjudul “Theory of Limit Design”
pada bulan Februari 1939 dalam proceeding ASCE.
Untuk pembahasan mengenasi analisa plastis, tinjau diagram
tegangan-regangan idealisasi dalam Gambar 1.6. Diasumsikan bahwa

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 7


BAB I – Perencanaan Balok

tegangan leleh dan batas proporsional terjadi pada titik yang sama,
diagram tegangan-regangan dalam daerah plastis diasumsikan garis
lurus. Setelah daerah plastis terdapat daerah ‘strain hardening’. Secara
teoritis, pada daerah ‘strain hardening’ ini elemen baja dapat menahan
tambahan beban, tetapi untuk tujuan praktek regangan yang terjadi
terlalu besar sehingga daerah ini tidak diperhitungkan dalam desain.
Hal lain, tekuk inelastis akan membatasi kemampuan penampang
untuk mempunyai momen yang lebih besar dari Mn meskipun ‘strain
hardening’ cukup signifikan.

i ng
rden
in h a
Plastisitas Stra
Fy
Tegangan

it as
Elastis

Regangan
Gambar 1.6 Kurva Tegangan-Regangan Baja

1.8 Mekanisme Keruntuhan


Balok statis tertentu akan runtuh jika terbentuk satu sendi plastis.
Untuk memberikan ilustrasi ini, tinjau Gambar 1.7(a) berupa balok
tumpuan sendi-rol dengan penampang konstan yang diberi beban
terpusat pada tengah bentangnya. Jika beban ditingkatkan sampai
terbentuk satu sendi plastis pada titik tempat momen maksimum
(dalam hal ini di bawah beban terpusat) maka akan terbentuk struktur
yang tidak stabil seperti pada Gambar 1.7(b). Peningkatan beban
selanjutnya akan menyebabkan keruntuhan balok. Pn menyatakan
beban nominal atau beban maksimum teoritis yang dapat dipikul oleh
balok.
Untuk struktur statis tak tentu, keruntuhan dapat terjadi jika
terdapat lebih dari satu sendi plastis. Jumlah sendi plastis yang harus
terbentuk untuk terjadi keruntuhan pada struktur statis tak tentu akan
bervariasi tergantung strukturnya, tetapi tidak akan kurang dari dua.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 8


BAB I – Perencanaan Balok

Balok dengan tumpuan jepit-jepit dalam Gambar 1.8 tidak akan runtuh
kecuali jika terbentuk sendi plastis lebih dari tiga buah.

(a)

Pn
Sendi aktual Sendi aktual

Sendi plastis

(b)
Gambar 1.7 Balok Tumpuan Sendi Rol

(a)

Pn
Sendi plastis Sendi plastis

Sendi plastis

(b)
Gambar 1.8 Balok Tumpuan Jepit

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 9


BAB I – Perencanaan Balok

(a)

Pn
Sendi plastis Sendi plastis

Sendi plastis

(b)
Gambar 1.9 Balok Tumpuan Jepit-Rol

Meskipun sendi plastis terbentuk pada struktur statis tak tentu,


beban masih dapat terus ditingkatkan tanpa menimbulkan keruntuhan
tergantung pada geometri struktur tersebut. Dengan bertambahnya
beban, sendi plastis akan berperilaku seperti sendi aktual. Saat beban
bertambah, akan terjadi redistribusi momen karena sendi plastis tidak
dapat menahan momen tambahan. Dengan bertambahnya sendi
plastis pada struktur akhirnya akan cukup sendi plastis untuk
menyebabkan keruntuhan. Sesungguhnya struktur masih dapat
diberikan beban tambahan sebelum keruntuhan terjadi (meskipun
telah terdapat cukup sendi plastis untuk runtuh) karena tegangan
dapat mencapai daerah strain hardening, tetapi defleksi yang terjadi
akan terlalu besar.
Balok dalam Gambar 1.9 merupakan contoh struktur yang akan
runtuh setelah terbentuk dua sendi plastis. Diperlukan tiga sendi plastis
untuk terjadi keruntuhan pada balok ini, tetapi karena tumpuan
sebelah kanan berupa sendi maka hanya perlu dua sendi plastis lain
untuk terjadi keruntuhan. Dalam balok ini momen elastis terbesar
akibat beban desain terpusat terjadi pada tumpuan jepit. Pada saat
beban bertambah, sendi plastis akan terbentuk pada titik tersebut.
Beban dapat terus ditingkatkan hingga momen di beberapa titik
lain pada balok tersebut (dalam hal ini, pada titik tempat beban
terpusat) mencapai momen plastis. Tambahan beban selanjutnya akan
menyebabkan keruntuhan balok. Susunan terbentuknya sendi plastis
dan sendi aktual yang menyebabkan keruntuhan struktur disebut
mekanisme. Bagian (b) dari Gambar 1.7, 1.8, dan 1.9 memperlihatkan
mekanisme berbagai jenis balok.
Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 10
BAB I – Perencanaan Balok

Balok yang dibahas di atas digunakan untuk menjelaskan


pendahuluan tentang analisa plastis yang tentukan dalam kenyataan
balok semacam itu jarang dijumpai. Diharapkan dengan contoh
sederhana tersebut, akan lebih mudah untuk pembahasan analisa
plastis pada balok menerus yang akan lebih umum dijumpai di
lapangan.

1.9 Metoda Kerja Virtual


Salah satu cara menganalisa struktur secara plastis adalah dengan
metoda kerja virtual. Struktur yang ditinjau dianggap mendapat beban
hingga mencapai momen kapasitas nominalnya, Mn, kemudian
diasumsikan berdefleksinya bertambah sedikit setelah beban mencapai
beban batasnya. Kerja yang dilakukan oleh beban luar pada saat terjadi
tambahan defleksi ini sama dengan kerja dalam yang diserap oleh
sendi. Dalam pembahasan ini diasumsikan berlaku teori putaran sudut-
kecil. Dengan asumsi ini nilai sinus dari sudut yang kecil hampir sama
dengan tangen sudut dan juga nilai sudut tersebut dalam satuan
radian. Perpindahan yang kecil struktur akan menghasilkan rotasi dan
sudut yang sangat kecil.

wn k/ft

L = 18 ft

(a)

q q
qL/2
2q
L/2 L/2

(b)
Gambar 1.10 Balok Tumpuan Jepit dengan Beban Merata

Sebagai ilustrasi pertama, tinjau balok tumpuan jepit dengan


beban merata pada Gambar 1.10 demikian juga dengan mekanisme

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 11


BAB I – Perencanaan Balok

keruntuhan diberikan dalam gambar tersebut. Karena simetris, rotasi


pada sendi plastis di tumpuan akan sama besar yang dinyatakan dalam
q; jadi rotasi pada sendi plastis di tengah bentang sama dengan 2q.
Kerja yang dilakukan oleh beban luar (wnL ) sama dengan wnL
dikalikan dengan defleksi rata-rata pada saat terjadi mekanisme.
Defleksi rata-rata sama dengan setengah defleksi pada sendi plastis
tengah (½ x q x L/2). Kerja luar sama dengan kerja dalam yang diserap
oleh sendi atau sama dengan penjumlahan Mn pada setiap sendi plastis
dikalikan dengan sudut tempat terjadinya rotasi. Hasilnya dapat
diperoleh Mn dan wn sebagai berikut.

 L
M n (q  2q  q )  wn L 12 x q x  (1.4)
 2
2
wL
Mn  n
16

16M n
wn 
L2

Jika panjang bentang balok dalam Gambar 1.1 adalah 18 ft, hasilnya
adalah

( wn )(18) 2
Mn   20,25wn
16
Mn
wn 
20,25

Analisa plastis untuk balok jepit-rol pada Gambar 1.11 dapat


dilakukan dengan cara yang sama seperti diatas. Mekanisme
keruntuhan diperlihatkan pada gambar tersebut dan rotasi ujung
(sama besar pada kedua ujung) diasumsikan sama dengan q.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 12


BAB I – Perencanaan Balok

Pn
10 ft 10 ft

L = 20 ft

Sendi aktual
q q
qL/2
2q
L/2
Gambar 1.11 Balok Tumpuan Jepit-Rol

Kerja luar oleh Pn pada saat beban tersebut bergerak sejauh q x


L/2 sama dengan kerja dalam yang dilakukan oleh momen plastis pada
sendi, dan perlu diperhatikan bahwa tidak ada momen pada sendi
aktual di sebelah kanan balok. Hasilnya adalah:

 L
M n (q  2q )  Pn q  (1.5)
 2
PL
Mn  n (atau 3,33 Pn untuk bentang balok 20 ft)
6
6M n
Pn  (atau 0,3 Mn untuk bentang balok 20 ft)
L

Gambar 1.12 memperlihatkan balok tumpuan jepit dengan


mekanisme keruntuhan dan sudut rotasinya. Dengan metoda virtual
seperti sebelumnya, dapat ditentukan nilai Mn dan Pn sebagai berikut.

 L
M n (2q  3q  q )  Pn  2q x  (1.6)
 3
PL
Mn  n (atau 3,33 Pn untuk bentang balok 20 ft)
9
9M n
Pn  (atau 0,3 Mn untuk bentang balok 20 ft)
L

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 13


BAB I – Perencanaan Balok

Gambar 1.12 Balok Tumpuan Jepit

Dalam analisa plastis, semua kemungkinan mekanisme


keruntuhan harus diperhitungkan dan sebagai contoh diberikan balok
tumpuan jepit-rol dalam Gambar 1.13. Balok mendapat dua beban
terpusat dan mempunyai empat buah mekanisme keruntuhan yang
harus dihitung. Memang benar bahwa mekanisme keruntuhan (b), (d),
dan (e) tidak menentukan, tetapi kesimpulan ini tidak dapat ditemukan
sebelum semua mekanisme keruntuhan dihitung. Mekanisme
keruntuhan (e) didasarkan pada asumsi bahwa momen plastis yang
dicapai pada kedua beban terpusat terjadi pada waktu yang sama
(kondisi ini sangat mungkin terjadi).
Nilai beban terkecil Pn (sebagai fungsi Mn) atau nilai Mn yang
terbesar (sebagai fungsi Pn) adalah beban yang dicari atau beban yang
menyebabkan keruntuhan. Untuk balok yang ditinjau ini, sendi plastis
kedua terjadi pada beban terpusat Pn dan sama dengan 0,154Mn.

0,6Pn Pn
10 ft 10 ft 10 ft

30 ft

M n (5q )  (0,6 Pn )(20q )  ( Pn )(10q )


(a)
Sendi aktual
M n  4,4 Pn
2q 10q q
20q Pn  0,227 M n
3q

(b)
Gambar 1.13 Mekanisme Keruntuhan Balok Tumpuan Jepit-Sendi dengan Dua Beban
Terpusat (bersambung)

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 14


BAB I – Perencanaan Balok

Sendi aktual
q 10q 2q
M n (4q )  (0,6 Pn )(10q )  ( Pn )( 20q )
20q
M n  6,5 Pn
3q
Pn  0,154 M n
( Menentukan)
(c)

Sendi aktual

q q M n (3q )  ( Pn )(10q )
10q
2q
M n  3,3Pn
Pn  0,3M n
(d)
Sendi aktual

q q M n (3q )  (0,6 Pn )(10q )  ( Pn )(10q )


10q 10q
q M n  5,33Pn
q
Pn  0,1875M n
(e)
Gambar 1.13 Mekanisme Keruntuhan Balok Tumpuan Jepit-Sendi dengan Dua Beban
Terpusat (sambungan)

1.10 Lokasi Sendi Plastis Untuk Beban Merata


Tidaklah sulit untuk menentukan lokasi sendi plastis balok tumpuan
jepit dengan beban merata, tetapi untuk jenis tumpuan lain seperti
jepit-rol atau balok menerus, persoalannya menjadi sedikit lebih sulit.
Untuk membahas hal tersebut, tinjau balok tumpuan jepit-rol dengan
beban merata seperti pada Gambar 1.14(a).
Diagram momen elastis untuk balok ini diperlihatkan dalam
Gambar 1.14(b). Dengan meningkatnya beban merata, sendi plastis
pertama akan terbentuk pada tumpuan jepit. Akibatnya balok akan
berperilaku seperti tumpuan sendi-sendi dengan sendi plastis
disebelah kiri dan sendi aktual disebelah kanan. Dengan terus
meningkatnya beban, momen akan berubah seperti dinyatakan dengan
garis putus dalam Gambar 1.14(b). Proses ini akan terus berlanjut
hingga momen pada titik lain (pada jarak x dari tumpuan kanan)
mencapai Mn dan menghasilkan sendi plastis yang lain.
Persamaan kerja virtual untuk mekanisme keruntuhan balok ini
diberikan dalam Gambar 1.14(c) yaitu:

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 15


BAB I – Perencanaan Balok

 Lx  1
M n q  q  q   wn L (q )( L  x)  (1.7)
 x  2

Selesaikan persamaan ini untuk mendapatkan Mn, buat dMn/dx


= 0, sehingga jarak x dapat dicari yaitu sebesar 0,414L. Nilai ini juga
berlaku untuk ujung balok menerus dengan tumpuan sendi/rol yang
mendapat beban merata seperti pada yang akan dijelaskan pada sub
bab berikutnya.

wn k/ft

(a)

Mn

Mn (b)
Sendi aktual
q (L-x)q/x
q(L-x)
q + (L-x)q/x
(c)
Gambar 1.14 Balok Tumpuan Jepit-Rol

Balok dan mekanisme keruntuhan dari balok diberikan kembali


dalam Gambar 1.15 dan prosedur kerja virtual menghasilkan momen
plastis sebagai berikut:

M n (q  2,414q )  (wn L)(0,586qL)12  (1.8)

Mn = 0,0858wnL2

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 16


BAB I – Perencanaan Balok

wn k/ft

L-x x
L

(a)

q 1,414q
0,586qL
2,414q
0,586L 0,414L

(b)
Gambar 1.15 Mekanisme Keruntuhan Balok Tumpuan Jepit-Rol dengan Beban
Merata

1.11 Balok Menerus


Struktur balok menerus sangat umum dalam bangunan teknik sipil.
Adanya kontinyuitas menyebabkan analisa dengan teori elastis menjadi
sedikit rumit, dan meskipun digunakan metoda yang lebih eksak,
distribusi tegangan yang dihasilkan tidaklah mendekati asumsi.
Analisa plastis dapat diterapkan pada balok menerus. Hasil yang
didapat lebih memberikan gambaran realistis tentang batas kekuatan
struktur yang didapat dengan metoda elastis. Balok menerus statis tak
tentu dalam diselesaikan dengam metoda kerja virtual seperti yang
sudah dilakukan terdahulu untuk balok statis tak tentu satu bentang.
Sebagai pendahuluan, Contoh 1.2 dan 1.3 memberikan ilustrasi kasus.
Di sini diasumsikan bahwa jika satu atau seluruh struktur runtuh
maka keruntuhan struktur juga terjadi. Jadi dalam kasus balok
menerus, persamaan kerja virtual untuk setiap bentang dituliskan
secara terpisah. Dari setiap persamaan tersebut dapat ditentukan
beban batas atau beban maksimum yang dapat dipikul oleh balok.

Contoh 1.2
Profil W18 x 55 (Zx = 112 in3) telah dipilih sebagai balok dalam Gambar
1.16. Dengan menggunakan baja A36 dan asumsi adanya sokongan
lateral yang kontinyu, tentukan nilai wn.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 17


BAB I – Perencanaan Balok

Solusi:
(36)(112)
M n  Fy Z   336 ft - k
12

Gambarkan mekanisme keruntuhan untuk kedua bentang

wn k/ft

24 ft 30 ft

1,414q q
Sendi q q
aktual
14,06q 15q
2,414q 2q
9,94 ft 14,06 ft 15 ft 15 ft

Gambar 1.16 Balok Menerus untuk Contoh 1.2

Bentang kiri

(M n )(3,414q )  (24wn )12 (14,06q )

wn = 0,0202Mn = (0,0202)(336) = 6,8 klf (=kip/ft)

Bentang kanan

(M n )(4q )  (30wn )12 (15q )

wn = 0,0178Mn = (0,0178)(336) = 5,97 klf 

Dalam analisa plastis, penambahan bentang hanya berpengaruh


sedikit pada jumlah kerja yang dilakukan. Hal tersebut tidak berlaku
untuk analisa elastis. Contoh 1.3 memberikan ilustrasi analisa plastis
balok tiga bentang yang mendapat beban terpusat pada setiap

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 18


BAB I – Perencanaan Balok

bentangnya. Terlihat bahwa sendi plastis pertama akan terjadi pada


tumpuan dalam pertama, kemudian pada tengah bentang dari bentang
terakhir balok dan pada saat itu akan terjadi mekanisme keruntuhan
pada bentang terakhir.

Contoh 1.3
Profil W21 x 44 (Zx = 95,4 in3) yang terdiri dari baja A36 digunakan
sebagai balok dalam Gambar 1.17. Tentukan nilai Pn.

Pn 1,5Pn Pn

15 ft 15 ft 15 ft 15 ft 15 ft

30 ft 30 ft 30 ft

Sendi 15q 15q 15q


Sendi
aktual q q q q q q aktual
2q 2q 2q

Gambar 1.17 Balok untuk Contoh 1.3

Solusi:
(36)(95,4)
M n  Fy Z   286,2 ft - k
12
Untuk bentang pertama dan ketiga

( Pn )(15q )  M n (3q )

Pn = 0,2Mn = (0,2)(286,2) = 57,2 k

Untuk bentang tengah

( Pn )(15q )  M n (4q )

Pn = 0,178Mn = (0,178)(286,2) = 50,9 k 

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 19


BAB I – Perencanaan Balok

1.12 Bangunan Rangka


Dalam sub bab ini, analisa plastis akan diterapkan pada bangunan
rangka kecil. Diasumsikan profil W digunakan baik untuk balok maupun
kolom. Jika dimensi kolom dan balok berlainan, maka harus
diperhitungkan dalam analisa.
Rangka portal tumpuan sendi dalam Gambar 1.18 adalah statis
tak tentu derajat satu. Jika terbentuk satu sendi plastis, struktur
menjadi statis tertentu, sedangkan terbentuknya sendi plastis yang
kedua akan menyebabkan mekanisme keruntuhan. Akan terdapat
beberapa jenis mekanisme pada rangka portal ini. Salah satu
kemungkinan tersebut diberikan dalam Gambar 1.18(b), mekanisme
goyangan diberikan dalam gambar (c) dan mekanisme kombinasi dalam
gambar (d). Kondisi kritis adalah yang menghasilkan Pn terkecil.
Contoh 1.4 memberikan ilustrasi analisa plastis portal dalam
Gambar 1.18. Solusi contoh ini menghasilkan suatu kesimpulan yang
sangat penting yaitu: superposisi tidak berlaku pada analisa plastis. Hal
ini dapat dilihat dengan mempelajari persamaan kerja virtual gambar
bagian (b), (c), dan (d). Nilai Pn yang didapat dari mekanisme balok (b)
dan mekanisme goyangan (c) bukan merupakan penjumlahan untuk
mekanisme kombinasi (d).
Untuk setiap mekanisme kita menginginkan sekecil mungkin
kemungkinan sendi plastis yang menyebabkan keruntuhan. Jika kita
melihat salah satu persamaan kerja virtual terlihat bahwa Pn semakin
kecil dengan semakin menurunnya jumlah sendi plastis. Hal tersebut
dapat dilihat dari Gambar 1.18(d). Portal dapat bergoyang ke kanan
tanpa terbentuknya sendi plastis pada kolom kiri atas. Dengan dua
sendi plastis dengan label A dan B telah cukup untuk terjadi
keruntuhan.
Pn
0,6Pn 20q
q q

20 ft 2q

20 ft 20 ft ( Pn )(20q )  M n (4q )
40 ft 1
Pn  Mn
5
(a) Portal dan Beban (b) Mekanisme Balok
Gambar 1.18 Beberapa Kemungkinan Mekanisme pada Suatu Portal (bersambung)

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 20


BAB I – Perencanaan Balok

20q 20q
20q B
q q

q q q q 2q q
q q A q

(0,6 Pn )( 20q )  M n (2q )


1
Pn  Mn
6
(0,6 Pn )( 20q )  ( Pn )( 20q )  M n (4q )
1
Pn  M n
8
(c) Mekanisme Goyangan (d) Mekanisme Kombinasi balok dan
Goyangan

Gambar 1.18 Beberapa Kemungkinan Mekanisme pada Suatu Portal (sambungan)

Contoh 1.4
Profil W12 x 72 (Zx = 108 in3) digunakan sebagai balok dan kolom dalam
Gambar 1.18. Jika Fy = 50 ksi, tentukan nilai Pn.

Solusi:
Persamaan virtual untuk jenis mekanisme ((b), (c), dan (d) diberikan
dalam Gambar 1.18. Mekanisme keruntuhan balok dan goyangan
merupakan kondisi kritis dan nilai Pn didapat sebagai berikut:

1  1  50 x 108 
Pn  Fy Z      56,25 k
8  8  12 

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 21


BAB I – Perencanaan Balok

Kumpulan Soal

1.1 s.d. 1.10 Tentukan nilai S, Z, dan faktor bentuk terhadap sumbu x
untuk penampang yang diberikan dalam masing-masing soal.

1 in
12 in
2 in

20 in
18 in
1 in 16 in
1 in

2 in

Soal 1.1 (Jawab: 229,3; 271; 1,18) Soal 1.2

1 in 1½ in

15 in 18 in
1 in

21 in
12 in 1½ in 1½ in
24 in

Soal 1.3 (Jawab: 205,9; 252,5; 1,23) Soal 1.4

15 in
1 in
1 in

13 in 14 in
15 in 17 in

1 in
1 in 1 in
4 in 16 in 4 in
8 in
26 in 1 in

Soal 1.5 (Jawab: 100,3; 182; 1,81) Soal 1.6

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 22


BAB I – Perencanaan Balok

3 in

12 in 18 in
t = ¾ in

3 in
12 in
12 in

Soal 1.7 (Jawab: 218,4; 254,4; 1,16) Soal 1.8

4 in
1 in
x x

4 in

12 in
6 in 6 in

Soal 1.9 (Jawab: 87,8; 121,3; 1,38) Soal 1.10

1.11 s.d. 1.20. Tentukan nilai S, Z, dan faktor bentuk terhadap sumbu x
kecuali jika disebutkan lain. Gunakan dimensi flens dan web yang
diberikan dalam manual LRFD untuk menyelesaikan perhitungan.

1.11 Profil W27 x 235 (Jawab: 671; 765; 1,14)

1.12 W24 x 131 dengan pelat ¾ x 16 in pada setiap flens.

1.13 Dua siku 8 x 6 x 5/8 dengan kaki panjang saling membelakangi.


(Jawab: 19,7; 35,8; 1,82)

1.14 Dua kanal C12 x 30 saling membelakangi.

1.15 Empat siku 8 x 8 x ¾ yang disusun seperti dalam Gambar S1.15.


(Jawab: 64,5; 104,2; 1,62)

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 23


BAB I – Perencanaan Balok

L8 x 8 x ¾

Gambar S1.15

1.16 Penampang dalam Gambar S1.9(b)

1.17 Penampang pada Soal 1.1, tetapi terhadap sumbu y. (Jawab:


33,6; 54,5; 1,62)

1.18 Ulangi Soal 1.2 tetapi terhadap sumbu y.

1.19 Ulangi Soal 1.12 tetapi terhadap sumbu y. (Jawab: 106,5; 177,5;
1,67)

1.20 Ulangi Soal 1.14 tetapi terhadap sumbu y.

1.21 s.d. 1.40. Gunakan baja A572 mutu 50 dan teori plastis untuk
mendapatkan nilai Pn dan wn.

Pn

W21 x 57

12 ft 24 ft

Soal 1.21 (Jawab: Pn = 134,3 k)

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 24


BAB I – Perencanaan Balok

Pn

W18 x 106

12 ft 24 ft

Soal 1.22

wn k/ft

W18 x 76

30 ft

Soal 1.23 (Jawab: wn = 12,07 k/ft)

3Pn Pn

W27 x 84

10 ft 10 ft 20 ft

Soal 1.24

3Pn/8 Pn

W24 x 68

12 ft 12 ft 12 ft

Soal 1.25 (Jawab: Pn = 155,3 k)

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 25


BAB I – Perencanaan Balok

2Pn 3Pn

W27 x 94

8 ft 8 ft 16 ft

Soal 1.26

2Pn 3Pn 4Pn

W24 x 162

10 ft 10 ft 10 ft 10 ft

Soal 1.27 (Jawab: Pn = 65 k)

Pn

W30 x 90

15 ft 30 ft

Soal 1.28

Pn/2 Pn

W27 x 114

20 ft 10 ft 10 ft

Soal 1.29 (Jawab: Pn = 214,4 k)

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 26


BAB I – Perencanaan Balok

1,5Pn 2Pn 3Pn

W33 x 118

12 ft 8 ft 10 ft 10 ft

Soal 1.30

wn k/ft

W18 x 71

24 ft

Soal 1.31 (Jawab: wn = 12,26 k/ft)

wn k/ft

W30 x 99

10 ft 20 ft 10 ft

Soal 1.32

wn k/ft

2wn k/ft

W24 x 176

12 ft 24 ft 12 ft

Soal 1.33 (Jawab: wn = 2,69 k/ft)

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 27


BAB I – Perencanaan Balok

wn k/ft

W30 x 90

30 ft 40 ft 30 ft

Soal 1.34

wn k/ft

W27 x 178

30 ft 40 ft 30 ft

Soal 1.35 (Jawab: wn = 23,62 k/ft)

wn k/ft

W21 x 101

30 ft 30 ft 20 ft

Soal 1.36

2Pn 3Pn 4Pn 3Pn

20 ft 10 ft 15 ft 15 ft 10 ft 20 ft 20 ft
30 ft 40 ft 40 ft

Soal 1.37 Balok W21 x 101 (Jawab: Pn = 112,3 k)

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 28


BAB I – Perencanaan Balok

Pn
0,5Pn

12 ft
W16 x 26

12 ft 12 ft

24 ft
Soal 1.38

Pn Pn
Pn/3

10 ft
W18 x 35

10 ft 10 ft 10 ft

30 ft

Soal 1.39 (Jawab: Pn = 45,5 k)

Soal 1.40 Ulangi Soal 1.38 jika dasar kolom dijepit.

Perancangan Struktur Baja Metode LRFD – Elemen Aksial dan Lentur 29

Anda mungkin juga menyukai