Anda di halaman 1dari 7

Ferit

Perlit

Gambar 4.1 Struktur Mikro Baja ASTM A36, Etsa Nital 2%, Pembesaran 400×

Baja ASTM A36 adalah jenis baja ferit yang terdiri dari fasa ferit (α) dan perlit
(α+Fe3C). dari hasil struktur mikro baja ASTM A36 didapatkan fasa ferit (putih) yang
terletak diseluruh permukaan baja dengan kandungan perlit (hitam) (Sri Nitiswati,
1998).

Nitiswati, Sri 1998. Sifat mulur material komponen reaktor daya. PPTKR-Batan.

Perlit

Ferit

Gambar 4.2 Struktur Mikro Baja AISI 316L, pembesaran 500×

Berdasarkan gambar struktur mikro baja AISI 316L yang terdapat pada Gambar 4.2
menjelaskan bahwa pada baja tanpa perlakuan (raw material) yang terdapat dua
struktur yaitu ferit dan perlit. Ferit identik dengan area yang berwarna putih dan perlit
identik dengan area yang berwarna gelap. Ferit dan perlit sangat mendominasi pada
permukaan baja sehingga menyebabkan sifat ulet, kuat, dan lumayan keras.
Accicular
Ferit

Ferit

(a) (b)

Gambar 4.2 (a) Struktur Mikro HAZ ASTM A36, elektroda E308, tanpa PWHT (b)
Struktur Mikro HAZ ASTM A36, elektroda E309, tanpa PWHT

Dilihat Gambar 4.2 (a) dan (b) bahwa pada bagian HAZ terbentuk acicular ferit.
David mengatakan bahwa morfologi acicular dicirikan oleh susunan acar ferit dalam
bentuk jarum yang terdistribusi pada matriks austenik. Accicular ferit merupakan
fasa yang terbentuk akibat dari kecepatan pendinginan setelah proses pengelasan.
Fasa austenit mengalami perubahan struktur menjadi ferit dengan bentuk yang tajam
akibat dari cepatnya proses pendinginan di daerah HAZ. Struktur mikro accicular
ferit terbentuk disebabkan oleh fasa austenit yang mengalami perubahan pada proses
pendinginan yang cepat didaerah HAZ sehingga strukturmikro ferit tidak sempurna
dan membentuk butir yang tajam (Suharno, 2008)

David SA. Ferrite morphology and variations in ferrite content in austenitic stainless
steel welds. Weld J 1981;60:63–71.

Suharno, 2008. Strukturmikro las baja C-Mn hasil pengelasan busur terendam dengn
variasi masukan panas. UNS.
Pada pengujian pertama, pengujian kekuatan impak dengan spesimen tanpa perlakuan
PWHT, diketahui nilai impak 1,23 KN/mm2 pada pengelasan dengan menggunakan
elektroda E308 serta nilai impak 0,99 KN/mm2 pada pengelasan yang menggunakan
elektroda E309. Selanjutnya, paada saat spesimen yang diuji berupa spesimen dengan
suhu pemanasan PWHT 400℃, dapat dilihat pada grafik, terjadi kenaikan nilai
kekuatan impak, baik itu pada E308 maupun pada E309. Kenaikan nilai impak ini
ditandai bahwa ketangguhan dari spesimen mengalami peningkatan, hal ini
disebabkan karena terjadi pelepasan tegangan sisa sebagai tujuan dari perlakuan
PWHT ini. Tetapi saat temperature kita naikkan menjadi 600℃ baik itu pengelasan
dengan elektroda E308 maupun Elektroda E309, dapat kita lihat pada grafik bahwa
terjadi penurunan nilai kekuatan impak, hal ini terjadi karena mulai muncul sedikit
demi sedikit endapan karbida pada batas butir, sehingga mengapa terjadi penurunan
kekuatan impak.

Nilai kekuatan impak terendah terjadi pada suhu 900℃ baik itu pada pengelasn 308
maupun 309. Pemanasan hingga suhu 900℃ mengakibatkan logam dengn unsur
paduan crom mendekati suhu austanisasi, pada suhu austanisasi ini terbentuk karbida
yang relatif lebih banyak sehingga nilai impak yang dihasilkan pada suhu 900℃
lebih kecil dibandingkan dengan sampel yang lain tetapi nilai kekerasan lebih besar
dibandingkan dengan sampel yang lain, hal ini mengakibatkan hasil patahan pada
suhu 900℃ setelah diuji impak mengalami patah getas (Franco Dwiky, 2018)

Dwiky Praguna, Franko, dkk (2018). Ketahanan Impak, Kekeran dan Struktur Mikro
pada Baja Tahan Karat Mertensit 13 Cr3Mo3Ni dengan Variasi Suhu Perlakuan
Panas. LIPI. 125-130

Karbida

Martensit

Ferit
(a) (b)

Gambar 4.3 (a) Struktur Mikro Weld Metal E308L-16 dengan PWHT 900℃, (b)
Struktur Mikro Weld Metal E309Mo-17 dengan PWHT 900℃

Setelah dilakukan pemanasan hingga menghampiri suhu austanisasi 900℃, terbentuk


unsur karbida yang banyak sehingga mempengaruhi nilai ketangguhan dari hasil
pengujian impak yang telah dilakukan. Sehingga nilai impak terendah terjadi pada
spesimen yang mengalami pemanasan 900℃ baik itu yang menggunakan elektroda
E308 maupun elektroda E309. Kemunculan karbida seiring dengan kenaikan suhu
PWHT. Menurut Franko Dwiki pada penelitiannya terkait keberadaan unsur karbida
pada baja tahan karat, bahwa semakin banyak karbida yang terbentuk maka kekuatan
impak yang dimiliki suatu baja akan berkuran, begitupun juga sebaliknya semakin
sedikit kandungan karbida yang terbentuk maka nilai nilai kekuatan impak akan
semakin besar (Franco Dwiky, 2018).

Gambar 4.3 (a) memperlihatkan struktur mikro yang mana kadar ferit dan martensit
mendominasi strukturnya, dengan keberadaan karbida yang lebih sedikit sehingga
kekutan impak pada gambar 4.3 (a) memiliki kekuatan yang hampir sama dengan
kekuatan impak spesimen dengan suhu pemanasan yang lain walaupun kekuatan
impak dapa suhu 900℃ lebih rendah. Berbeda halnya dengan gambar 4.3 (b) yang
menampakkan gambar struktur mikro yang lebih gelap, kondisi ini memperlihatkan
kandungan karbida jauh lebih banyak lagi dibanding dengan gambar 4.3 (a). Sehingga
mengakibatkan perpatahan yang terjadi yakni patah getas dengan kekuatan impaknya
yang sangat kecil.

Dwiky Praguna, Franko, dkk (2018). Ketahanan Impak, Kekeran dan Struktur Mikro
pada Baja Tahan Karat Mertensit 13 Cr3Mo3Ni dengan Variasi Suhu Perlakuan
Panas. LIPI. 125-130
Accicular
Ferit

δ- ferit

(a) (b)

Gambar 4.3 (a) Struktur Mikro weld Metal E308 tanpa PWHT(b) Struktur Mikro
Weld Metal E309 tanpa PWHT

Menurut Efendi Mabruri, keberadaan δ-ferit sangat dipengaruhi oleh kandungan Mo


pada baja tahan karat. Meningkatnya jumlah δ-ferit dengan meningkatnya kandungan
Mo di dalam baja 13Cr terkait dengan partisi Mo yang cenderung berada pada fasa
ferit atau sebagai unsur penstabil ferit (ferrite stabilizing element). Kandungan Mo
pada elektroda E309 lebih banyak dibanding dengan elektroda E308, seperti yang
tertera pada tabel 2.4. sehingga mengapa δ-ferit banyak terbentuk pada elektroda
E309.

Mabruri, Efendi, Dkk (2015). Pengaruh Mo dan Ni terhadap Struktur MIkro dan
Kekeran Baja Tahan Karat Martensit 13Cr. LIPI. Hal 133-140.

Weld
Metal Weld
Metal

Base
Metal Base
Metal
(a) (b)
Weld Weld
Metal Metal

Base Base
Metal Metal

(c) (d)

Gambar 4.3 Struktur Mikro HAZ Weld Metal 309 dengan Base Metal 316L (a) tanpa
PWHT, (b) PWHT 400℃, (c) PWHT 600℃, (d) PWHT 900℃

Struktur mikro HAZ AISI 316L tetap berupa ferit dan austenit karena material
tersebut sangat stabil sehingga panas yang berasal dari pengelasan tidak
mengubah fasenya (Agus Harianto, 2019). Pada gambar 4.3 (a) dan (b) belum
ditemukan karbida disepanjang batas butir daerah HAZ. Selain itu gambar 4.3 (c) dan
(d) telah muncul karbida seiring dengan kenaikan suhu PWHT dengan cara
diendapkan disepanjang batas butir. Menurut J. Zhang (2015), karbida mulai
diendapkan pada batas butir seiring dengan kenaikan suhu PWHT.

Hariyanto, Agus, Dkk (2019). Pengaruh Kekerasan terhadap Variasi Post Weld Heat
Treatment pada Pengelasan Dissimilar Metals antara Baja Karbon (ST24) dan Baja
Tahan Karat (AISI 304). 56-62

:J. Zhang, et al., Effect of post-weld heattreatment on the mechanical properties of


CLAM/316L dissimilar joint, Fusion Eng. Des. (2015),
http://dx.doi.org/10.1016/j.fusengdes.2015.06.194
(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4.3 Struktur Mikro HAZ Weld Metal 309 dengan Base Metal ASTM A36
(a) tanpa PWHT, (b) PWHT 400℃, (c) PWHT 600℃, (d) PWHT 900℃

Logam induk ASTM A36 mempunyai struktur ferit dan perlit dengan jumlah ferity
nag lebih banyak disbanding perlit, hal ini disebabkan karena baja ASTM A36
merupakan baja karbon rendah. Seiring dengan kenaikan suhu PWHT kondisi HAZ
semakin terang dikarenakan penambahan jumlah ferit dan pengurangan jumlah perlit
dari larutnya karbon didalam austenit.

Anda mungkin juga menyukai