Anda di halaman 1dari 8

PERANCANGAN DAN ANALISIS BALOK

Balok juga merupakan salah satu komponen struktur yang penting disamping kolom dan
fondasi, yang menyalurkan beban-beban plat ke kolom dan kemudian ke fondasi. Balok,
disamping memikul beban gravitasi (beban mati dan beban hidup) juga memikul beban
lateral. Setiap komponen struktur umumnya memikul gaya-gaya internal berupa momen,
geser, torsi/puntir dan gaya aksial. Dikatakan komponen balok (beam) apabila nilai gaya-
gaya internal berupa lentur, geser maupun torsi/puntir jauh lebih dominan dibandingkan
gaya aksialnya.

Prinsip Perancangan dan Analisis.


Perancangan umumnya dilakukan dalam situasi balok tidak diketahui dimensi dan
tulangannya, walaupun tidak menutup kemungkinan balok sudah diketahui dimensinya
tetapi belum diketahui luasan tulangannya. Berat sendiri balok bergantung pada dimensi
yang kemudian akan mempengaruhi nilai momen, gaya geser yang terjadi, sedang pada
saat yang sama dimensi itu sedang dalam proses pencarian. Dengan demikian harus ada
yang ditetapkan lebih dahulu atau diabaikan lebih dahulu. Untuk itu prosedur
peramncangan dapat dilakukan dengan cara seperti berikut : 1) mengasumsikan lebih
dahulu dimensi balok kemudian, setelah itu dimensi dibandingkan dengan hasil hitungan
kebutuhan optimumnya, 2) mengabaikan pengaruh berat sendiri balok, setelah diketahui
kebutuhan dimensi baloknya kemudian dihitung ulang gaya-gaya internal balok (momen
dan gaya geser) dengan melibatkan pengaruh berat sendiri balok tersebut.
Analisis penulangan lentur dan geser balok mengasumsikan dimensi balok dan
penulangannya sudah diketahui. Berdasarkan pada data dimensi dan spesifikasi bahan
beton (fc’) dan baja (fy) yang ada, dihitung kemampuan balok dalam menahan momen
dan gaya geser atau geser-puntir. Dengan demikian analisis balok dimaksudkan untuk
mengetahui perilaku balok apa adanya, mengasumsikan balok sudah dinuat di lapangan
dengan segala keterbatasnnya. Dalam melihat kemampuan sebuah balok dapat dilakukan
dengan dua cara : 1) melalui kinerja elastiknya atau, 2) melalui kinerja plastiknya.
Melalui cara pertama beban yang dikerjakan berupa beban rencana (beban tanpa faktor
atau beban terfaktor yang direduksi misalnya direduksi 85%). Cara kedua beban yang
dikerjakan berupa beban terfaktor disamping itu gaya-gaya internalnya juga
memperhitungkan faktor reduksi kekuatan. Analisis balok dalam bab ini lebih
memperhatikan cara kedua, sedang cara pertama dapat dibaca pada tulisan lain; misal
ACI 318-2000 bab 20.
Beton kuat menahan tekan tetapi lemah menahan tarik. Kemampuan tarik beton kira-kira
hanya 10% dari kuat tekannya. Untuk mengetahui kemampuan ultimit komponen

Balok Tulangan Tunggal-1


struktur, menggunakan cara kedua di atas, kuat tarik ini layak tidak diperhitungkan dan
sebagai konsekuensinya dipasang baja tulangan pada bagian tarik guna mengatasi
kelemahan beton tersebut. Jumlah tulangan yang dipasang akan mempengaruhi kinerja
balok bila beban yang dikerjakan melebihi beban ultimitnya. Perimbangan antara beton
sebagai penahan tekan dan baja sebagai penahan tarik menghasilkan keseimbangan
sehingga gaya-gaya eksternal dapat diimbangi gaya-gaya internal. Ada tiga kemungkinan
yang terjadi oleh perimbangan gaya internal antara bahan beton dan baja tulangan
sebagai berikut.
a) Bila kemampuan baja lebih lemah dari betonnya maka oleh beban ultimit baja rusak/
leleh lebih dahulu. Perancangan yang menghasilkan kerusakan pada baja ini
dinamakan perancangan liat/ daktail (ductile reinforcement). Oleh karena jumlah
tulangan yang relatif sedikit terhadap kemampuan berimbangnya maka sering disebut
pula underreinforced design. Ciri dari balok dengan tipe ini yaitu ; oleh beban ultimit,
tulangan akan meleleh lebih dahulu dan balok akan berotasi yang ditandai oleh
lenturan/ lendutan/ putaran yang disertai oleh retak lentur yang besar pada momen
maksimumnya. Lenturan atau putaran dan retakan ini akan mudah dikenali dan dapat
dijadikan sebagai tanda-tanda buruk (warning) yang dapat digunakan oleh pemakai
untuk menghindarkan diri dari bencana keruntuhan yang dapat terjadi bila beban itu
meningkat oleh pengaruh ketidak stabilan geometri struktur / structural geometric
instability. Bila balok beton berperilaku seperti ini oleh beban gempa maka balok itu
akan memencarkan energi gempa sehingga struktur secara keseluruhan getaran oleh
gempa itu akan cepat berhenti. Rotasi pelelehan ini dapat direncanakan letak dan
jumlahnya sehingga struktur secara keseluruhan dapat berperilaku rusak liat.
b) Kondisi berimbang merupakan kondisi yang ideal, yaitu baja tarik meleleh bersamaan
dengan rusaknya beton. Namun demikian, kondisi ini tidak pernah terjadi karena
kenyataan di lapangan banyak hal yang menyebabkan berubahnya kondisi itu al.,
kualitas beton yang dirancang tidak mungkin benar-benar secara tepat dipenuhi dan
seragam (umumnya kuat tekan yang didapat lebih tinggi dan memiliki sebaran yang
cukup besar), luasan tulangan yang dirancang tidak dapat secara tepat dipenuhi karena
terbatasnya ukuran (diameter) tulangan di lapangan dan keterbatasan kualitas baja
yang tersedia di lapangan. Oleh karenanya perlu ditetapkan suatu daerah yang dapat
mengakomodasi ketidak pastian/ keterbatasan di lapangan itu sehingga balok tetap
akan berperilaku daktail (underreinforced). SNI 03-2847-2002 menetapkan batasan
bila tulangan yang dipasang tidak lebih dari 75% dari luasan seimbang/ balansnya
maka dapat dijamin bahwa balok itu masih akan berperilaku daktail/ liat /
underreinforced design.

Balok Tulangan Tunggal-2


c) Pemasangan tulangan berlebihan dapat menjadikan balok berperilaku getas. Karena
baja sangat kuat menahan tarik sehingga beton tekan akan mengalami kerusakan lebih
dahulu. Kerusakan itu bersifat getas, mendadak sehingga tidak memberikan
kesempatan pemakainya untuk menghindar dari bencana tersebut. Tanda-tanda
kerusakan tidak tampak betul, bila diperhatikan tanda-tanda awal itu berupa adanya
pengelupasan (spalling) pada sisi tekan sekitar momen maksimumnya. Oleh
karenannya wajib untuk dihindarkan dalam perancangan, atau apabila kondisi itu
sudah terjadi di lapangan, bila mungkin, maka harus dibatasi pembebanan
gravitasinya. Penambahan tulangan di atas luasan berimbang/ balansnya tidak
memberikan manfaat karena kekuatan balok menahan momen yang didapat tidak
bertambah secara berarti, justru lebih banyak membuang biaya karena harga baja yang
jauh lebih mahal dari pada betonnya. Keadaan ini sering disebut perancangan getas /
brittle. Karena tulangan yang ada/ dirancang berlebih maka sering disebut pula
perancangan berlebih /overreinforced design.
Gambar 2.1 di samping
ini memperlihatkan
Momen Nominal (kNm)

200
hubungan antara
150
penambahan tulangan
100 tarik dengan kemampuan
t.tunggal - disarankan balok menahan momen.
50
t.tunggal - nyata
Dalam daerah
0 perancangan penulangan
liat ( luas tulangan 0%
(A1+A2)/Ab
s/d 100% balans) dapat
Gb.2.1 Hubungan momen dan rasio luasan tulangan
dilihat bahwa
penambahan luasan tulangan tarik akan memberikan peningkatan kemampuan momen
yang berarti dan hampir linear, tidak demikian halnya pada daerah penulangan getas
(luasan > 100% balans). Analisis suatu tampang dikatakan getas/ brittle bila luasan
tulangan yang dipasang benar-benar menunjukkan lebih besar daripada luasan
seimbangnya (> 100% balans).

Balok Tulangan Tunggal-3


Balok persegi dengan tulangan tunggal.
a. Perancangan.
Dalam keadaan seimbang gaya tekan beton (Cc) akan diimbangi oleh gaya tarik
tulangan baja (Cs). Pada kondisi ini tulangan baja telah mengalami pelelehan (fs = fy),
sehingga berlaku persamaan berikut :
b
c = 0,003 0,85.f ’c

½.a
c a cc

d-½.a
sumbu netral
d h
sumbu balok

Ts
ds s = y = fy /Es
regangan tegangan

Gambar 2.2 Penampang diagram regangan tegangan tulangan tunggal

Cc = T s
Cc = 0,85 . f’c . ab . b
Ts = As . fs = As .fy ; cb = 0,003.d / (0,003 + εs) bila εs = . fy/Es dengan Es = 200000 MPa.
maka cb = 600.d / (600 + fy)
ab = 1 . cb ; bervariasi misalnya 1 = 0,85 untuk f‘c  30 MPa
ab = 1.600.d / (600 + fy) ; agar penulangan liat
maka digunakan  a = 0,75. ab =1. 450.d / (600 + fy), a merupakan fungsi dari d (1 dan
fy diketahui)
Cc = 0,85 . f’c . b. a dan
Mn = Ts (d – ½.a) = Cc (d – ½.a) = 0,85 . f’c . b. a. (d – ½.a)
Bila Mn disamakan dengan Mu / dan memasukkan a ke dalam persamaan terakhir maka
akan didapatkan fungsi kuadrat dalam d bila b ditetapkan.
Langkah-langkah perancangan dapat dilakukan dengan cara seperti berikut.
1. menetapkan nilai 1 = 0,85 untuk fc’ ≤ 30 MPa atau 1 = 0,85 – 0,05(fc’ – 30)/ 7
untuk fc’ ≥ 30 MPa dan 1 ≥ 0,65
2. memasukkan fy dan 1 ke dalam persamaan cb = 600.d / (600 + fy), ab = 1. cb = 1
. 600.d / (600 + fy), a = 0,75. ab = 1 . 450.d / (600 + fy), a fungsi d
3. memasukkan a ke dalam persamaan Mn = 0,85 . f’c . b. a. (d – ½.a) sehingga Mn
merupakan fungsi b dan d
4. menyamakan Mn dengan Mu /

Balok Tulangan Tunggal-4


5. menetapkan nilai lebar balok b dalam persamaan 4) di atas akan didapatkan
persamaan kuadrat dalam d, sehingga d dapat dihitung.
6. menetapkan tinggi total balok h = d + penutup beton (biasanya antara 50 s/d 60
mm) dan nilai h ini dibulatkan ke atas. Bila berat sendiri balok sudah dimasukkan
dalam perhitungan momen terfaktor (Mn) maka pembulatan tidak perlu terlalu
besar (misal sekitar 5%), bila berat sendiri belum dimasukkan maka pembulatan
sekitar 20% disarankan.
7. bila berat sendiri balok belum termasuk dalam momen terfaktor, hitunglah momen
terfaktor baru dengan memasukkan berat sendiri balok.
8. memasukkan momen terfaktor baru ke dalam langkah 2) untuk mendapatkan nilai
a baru dengan memasukkan nilai d terakhir yg didapat.
9. luas tulangan dihitung berdasarkan atas nilai a terbaru, dan luasan tulangan yg
diperlukan dapat dihitung : Ast= 0,85. f’c . b. a./ fy
10. Kontrol luas tulangan yang didapat terhadap luasan minimum :

 pilih nilai terbesarnya


Contoh 2.1 :
Balok memikul momen positif terfaktor oleh beban gravitasi sebesar 200 kNm. Berat
sendiri balok sudah termasuk di dalam hitungan momen terfaktor itu. Bila kuat tekan
beton karakteristik fc’ = 40 MPa dan tegangan leleh baja fy = 400 MPa, hitunglah dimensi
dan penulangan balok bertulangan tunggal ??.
1) 1 = 0,85 – 0,005.(fc’ – 30)/ 7  1 = 0,85 – 0,05.(40-30)/7
= 0,78 ≥ 0,65  OK !!
450mm
2) ab = 1. cb = 0,78. 600.d / (600 + fy) = 0,78.600.d / Ast
(600+400) = 0,468.d  a = 0,75. ab = 0,351.d
3) Mn = 0,85 . f’c . b. a. (d – ½.a) = 0,85. 40.b.0,351.d.(d- 200mm
0,5.0,351.d) = 9,84.b.d 2

Balok Tulangan Tunggal-5


4) Mu/ = 9,84.b.d2
5) 200.106 / 0,8 = 9,84.b.d2  bila b ditetapkan = ½ d  250.106 = 4,92.d3
6)
7) digunakan b = 200 mm dan d = 400 mm dan h = d + penutup beton = 450 mm
8) a = 0,351.d = 0,351.400 = 140,4 mm
9) Ast= 0,85. fc’.a.b / fy = 0,85.40.140,4.200/ 400 = 2386,8 mm2
10) misal digunakan Ast= 5D25mm = 2453,12 mm2
11) Kontrol luas tulangan minimum :

12)

Ast= 2453,12 mm2 > Ast,min = 316 mm2 – OK!


b. Analisis
Tulangan yang dipasang kenyataannya dapat underreinforced atau over
reinforced. Untuk meyakinkan itu maka perlu dilihat apakah nilai kedalaman blok beton
a yang didapat dari keseimbangan tulangan terpasang masih lebih kecil dari ab. Bila a <
ab maka tulangan terpasang akan menghasilkan penulangn liat/ ductile. Tetapi apabila a
> ab maka tulangan terpasang akan menghasilkan penulangan getas/ brittle. Untuk
menghindarkan penulangan getas beberapa peraturan (misal BS 1880) mensyaratkan
agar kemampuan balok hanya dibatasi sampai dengan 75% ab.
Prosedur analisis :
1. menetapkan nilai 1 = 0,85 untuk fc’ ≤ 30 MPa atau 1 = 0,85 – 0,05(fc’ – 30)/ 7
untuk fc’ ≥ 30 MPa dan 1 ≥ 0,65
2. memasukkan d, fy dan 1 ke dalam persamaan ab = 1. 600.d / (600 + fy)
3. melalui persamaan keseimbangan gaya Cc = Ts, dan menganggap bahwa tulangan
tarik sudah leleh, maka didapat a = Ast. fy/ (0,85. fc’.b)
4. a yang didapat dibandingkan dengan ab, bila a < ab maka tulangan terpasang akan
menghasilkan penulangn liat/ ductile tetapi sebaliknya akan menghasilkan tulangan
getas.
5. kemampuan nominal balok dapat dihitung melalui persamaan Mn = 0,85 . fc’ . b. a.
(d – ½.a)  Mu =  .Mn
6. bila a > ab maka langkah 3) dan 4) di atas salah dan hitungan a diulang dengan
menganggap tulangan tarik tidak leleh maka regangan baja pada tulangan tarik εs =
0,003.(d – c) / c

Balok Tulangan Tunggal-6


7. melalui persamaan keseimbangan gaya Cc = Ts maka a = Ast . fs / (0,85. fc’.b)
8. a = Ast . (Es. εs )/ (0,85. fc’.b) = Ast . 600. 1. (d – a/1) / (a. 0,85. fc’.b)
= Ast . 600. (1.d – a) / (a. 0,85. fc’.b)
(0,85. fc’.b).a2 + (Ast .600).a – (Ast .600.1.d) = 0  a dapat dihitung
9. kemampuan nominal balok dapat dihitung melalui persamaan Mn = 0,85 . f’c . b. a.
(d – ½.a)  Mu =  . Mn
Contoh 2.2 :
Contoh ini mengambil hasil dari contoh 2.1. Balok berukuran b = 200mm dan h =
450mm. Bila kuat tekan beton karakteristik fc’ = 40 MPa dan tegangan leleh baja fy = 400
MPa, hitunglah kemampuan balok terfaktor bila luasan baja tulangan terpasang 2453,12
mm2
??.
1. 1 = 0,85 – 0,005(fc’ – 30)/ 7  1 = 0,85 – 0,05(40-30)/7 = 0,78 ≥ 0,65  OK !!
2. ab = 1. 600.d / (600 + fy) = 0,78.600.400/ (600+400) = 187,2 mm
3. menganggap bahwa tulangan tarik sudah leleh,
a = Ast . fy/ (0,85. fc’.b) = 2386,8.400/ (0,85.40.200) = 144,3 mm
4. karena a ≤ ab maka tulangan tarik sudah leleh (penulangn liat/ ductile)
5. Mn = 0,85 . fc’ . b. a. (d – ½.a) = 0,85.40.200.144,3.(400-0,5.144,3) = 321,69 kNm
6. Mu =  .Mn = 0,8 . 321,69 = 257,35 kNm > 200 kNm

Kemampuan balok menahan momen (257,35 kNm) lebih besar dari pada momen yang
harus dipikul (200 kNm) karena ukuran balok dibulatkan ke atas (b = 193,84 mm  200
mm, h = 387,68 mm  400 mm) sehingga lengan momen internal semakin besar,
ditambah lagi luasan tulangan yang juga diperbesar oleh keterbatasan diameter tulangan
yang ada di lapangan.

Contoh 2.3 :
Contoh ini serupa dengan contoh 2.1. perbedaan terletak pada jumlah tulangan terpasang
yang diperbesar lagi menjadi 6000 mm2. Balok berukuran b = 200mm dan h = 450mm.
Bila kuat tekan beton karakteristik fc’ = 40 MPa dan tegangan leleh baja fy = 400 MPa,
hitunglah kemampuan balok terfaktor ?.
1. 1 = 0,85 – 0,005(fc’ – 30)/ 7  1 = 0,85 – 0,05(40-30)/7 = 0,78 ≥ 0,65  OK !!
2. ab = 1. 600.d / (600 + fy) = 0,78.600.400/ (600+400) = 187,2 mm

Balok Tulangan Tunggal-7


3. menganggap bahwa tulangan tarik sudah leleh,
a = Ast. fy/ (0,85. fc’.b) = 6000.400/ (0,85.40.200) = 352,94 mm > ab = 187,2 mm,
tulangan tarik tidak leleh  anggapan salah !!!
4. hitungan diulang dengan menganggap tulangan tarik tidak leleh
(0,85. fc’.b).a2 + (Ast.600).a – (Ast.600.1.d) = 0
6800 a2 + 3600000 a – 1123200000 = 0  a2 + 529,41 a - 165176,47 = 0
a = 220,31 mm > ab = 187,2 mm, tulangan tarik tidak leleh  anggapan benar !!
5. a > ab maka tulangan terpasang akan menghasilkan penulangan getas/ brittle
6. Mn = 0,85 . f’c . b. a. (d – ½.a) = 0,85.40.200.220,31.(400-0,5.220,31) = 434,22
kNm
7. Mu =  .Mn = 0,8 . 434,22 = 347,37 kNm > 257,35 kNm
Contoh terakhir ini menarik untuk dibahas karena secara konsep hasil perancangan
seperti ini mestinya tidak terjadi, yaitu perancangan getas. Tetapi kondisi ini dapat saja
terjadi oleh karena pelaksana yang “berbaik hati” memberikan tulangan lebih besar dari
yang diperlukan. Beberapa ahli menyarankan agar tidak memberikan saran seperti
hitungan teoritiknya tetapi membatasi diri dalam batas-batas kemampuan sampai dengan
75% luasan balansnya. Bila demikian, maka langkah 3) diatas kemudian diikuti langsung
dengan langkah 6) dan 7) tanpa melalui langkah 5) yaitu dengan mengambil a = 0,75 ab
sehingga Mn = 0,85.40.200.(0,75.187,2)(400-0,5.0,75.187,2) = 314,86 kNm dan Mu =
251,89 kNm

Balok Tulangan Tunggal-8

Anda mungkin juga menyukai