1 Kolom
Kolom adalah elemen vertikal yang memikul sistem lantai struktural. Elemen
ini merupakan elemen yang mengalami tekan dan pada umumnya disertai dengan
momen lentur. Kolom merupakan salah satu unsur terpenting dalam peninjauan
keamanan struktur. (Edward G Nawi, 1998)
1. Berdasarkan bentuk dan susunan tulangannya
a) Kolom segi empat atau bujur sangkar dengan tulangan memanjang dan
sengkang ikat.
b) Kolom bundar dengan tulangan memanjang serta tulangan lateral yang berupa
spiral.
c) Kolom komposit yang terdiri atas beton dan profil baja struktur didalamnya.
2. Berdasarkan posisi beban yang bekerja terhadap penampang melintang
a) Kolom yang mengalami beban sentris berarti tidak mengalami momen lentur.
b) Kolom dengan beban eksentris selain mengalami beban aksial juga bekerja
momen lentur.
3. Berdasarkan panjang kolom
a) Kolom pendek
b) Kolom panjang
Berikut adalah ketentuan analisa yang harus terpenuhi dalam perencanaan struktur
kolom :
1. Menaksir dimensi kolom
2. Inersia penampang (Ig).
1
Ig = .b.h 3 (2.72)
12
3. Modulus elastisitas beton (Ec).
4. Nilai , yaitu yang menunjukkan hubungan antara beban mati berfaktor dan
beban kombinasi berfaktor.
1,2 D
(2.74)
(1,2 D 1,6 L) `
5. Nilai kekakuan kolom dan balok ( EI k dan EI b )
Ec.Ig
5
EI b = (2.75)
1
Ec.Ig
EI k = 2,5
(2.76)
1
Ig
9. Jari-jari putaran (r) = 0,3h (2.78)
Ag
10. Rasio kelangsingan.
a. Untuk kolom tanpa pengaku (Unbraced)
Bila nilai rasio kelangsingan lebih kecil dari 22 maka termasuk kolom pendek.
k .l u
22 (2.79)
r
Bila nilai rasio kelangsingan lebih besar dari 22 maka termasuk kolom panjang
atau langsing.
k .l u
22 (2.80)
r
b. Untuk kolom dengan pengaku (Braced)
Termasuk kolom pendek apabila memenuhi rumus 2.81
k.l u M
34 12. lb (2.81)
r M 2b
Termasuk kolom panjang atau langsing apabila memenuhi rumus 2.82
k.l u M
34 12. lb (2.82)
r M 2b
11. Jika termasuk Kolom pendek, maka dapat dilanjutkan dengan perhitungan
penulangan kolom.
12. Jika termasuk kolom panjang atau langsing dengan pengaku (Braced), maka
dilanjutkan dengan menghitung faktor pembesaran, yaitu :
a. Faktor koreksi (Cm).
M 1b
Cm = 0,6+0,4. 0,4 (2.83)
M 2b
Jika Cm < 1, maka dipakai Cm = 1. (SK SNI T-15-1991-03)
b. Beban tekuk Euler (Pc).
2 .EI k
Pc = (2.84)
k.I u 2
c. Faktor pembesaran momen b dan s .
Cm
b 1 (2.85)
Pu
1
.Pc
Cm
s 1 (2.86)
Pu
1
.Pc
Dimana Pu dan Pc adalah penjumlahan dari semua kolom dari satu tingkat.
d. Menghitung momen rencana yang diperbesar (Mc).
Mc = Mb. b .M 2b Ms. s .M 2 s (2.87)
Jika telah didapat nilai pembesaran momen, maka dapat dilanjutkan dengan
perhitungan penulangan kolom.
13. Jika termasuk kolom panjang atau langsing tanpa pengaku (Unbraced), maka
dilanjutkan dengan menghitung faktor pembesaran, yaitu :
Sama halnya dengan faktor pembesaran momen pada kolom panjang dengan
pengaku, Cuma berbeda pada perhitungan faktor pembesaranya yaitu dengan
rumus sebagai berikut:
a. Faktor pembesaran momen
MS
sMs MS (2.88)
Pu
1
0,75Pc
b. Momen rencana diperbesar
M1 = M1ns + δM1s (2.89)
M2 = M2ns + δM2s (2.90)
14. Penulangan Kolom
a. Hitung eksentrisitas
Mu
e= (2.91)
Pu
b. Keseimbangan regangan
600.d
Cb = (2.92)
fy 600
(Cb.d ' )0,003
s ' (2.93)
Cb
fs’ = E. s ' (2.94)
Kontrol :
Jika fs’> fy maka dipergunakan fy, jika fs’< fy maka dipergunakan fs’
c. Analisa kehancuran, mempergunakan persamaan :
Pnb = (0,85.fc’.ab.b + As’.fs’ – As.fy) (2.95)
h ab h h
Mnb=0,85.fc’.b.ab[2 − ]+As’.fs’[2 − d′]+As.f𝑦 [d − 2] (2.96)
2
eb = Mnb⁄Pnb (2.97)
Kontrol :
e < eb, maka kolom mengalami hancur tekan
e > eb, maka kolom mengalami hancur tarik
Untuk kolom persegi yang mengalami kuat hancur tarik :
h 2e h 2e
2
d'
Pn = 0,85.fc’.b.d 2m. 1 (2.98)
2d 2d d
15. Untuk mengatasi gaya geser pada kolom, maka diperlukan tulangan untuk memikul
gaya tersebut. Analisa perencanaan tulangan sengkang pada kolom sama seperti
balok.
Contoh Analisa Perhitungan Kolom
Gambar denah perencanaan kolom adalah sebagai berikut:
KØ55 KØ55
Mulai
Ya Tidak
Cek jenis kolom
k>1
Pembesaran momen
Penulangan
Selesai
Ec = 4700. fc'
= 4700. 30
= 25.742,96 Mpa
4. Menghitung nilai
Gaya aksial akibat beban mati (DL) = 72.833,568 kg (Diketahui)
Gaya aksial akibat beban hidup (LL) = 22.357,470 kg (Diketahui)
1,2 D
(1,2 D 1,6 L)
(1,2 72.833,568 )
(1,2 72.833,568 ) (1,6 22.357,470)
0,71
5. Menghitung nilai kekakuan kolom
Ec.Ig
EI k = 2,5
1
25.742,96 5.208.333.333
EI k = 2,5
1 0,71
Elk = 31.371.001.018.974,40
Balok 30 x 60
1
Ig = .b.h 3
12
1
= .x300 x600 3
12
= 5.400.000.000 mm4
Ec.Ig
EI b = 5
1
25.742,96 5.400.000.000
5
EI b =
1 0,71
Elb1 = 16.262.726.928.236,30
Balok 25 x 50
1
Ig = .b.h 3
12
1
= .x 250 x500 3
12
= 2.604.166.666,67 mm4
Ec.Ig
EI b = 5
1
25.742,96 2.604.166.666,67
5
EI b =
1 0,71
Elb1 = 7.842.750.254.743,60
Faktor tegangan ujung atas, kolom diapit oleh balok induk B30 x 60 dengan panjang
7,50 m dan 4,00m dan balok anak B25 x 50 dengan panjang 6,50 m.
EI
k
A k
l
EI
b
lb
31.371.001.018,40
3800
A
16.262.726.928.236,30 16.262.726.928.236,30 7.842.750.254.743,60
2
7500 4000 6500
,95
Dari diagram nomogram pada gambar 2.22 halaman 45, diperoleh nilai k = 0,75,
M lb 4.515,411
34 12. 34 12( ) 30,3
M 2b 14.538,922
Karena rasio kelangsingan lebih kecil dari 30,3, maka kolom termasuk kolom pendek.
9. Menghitung penulangan kolom
Diketahui momen yang terjadi pada kolom 50 x 50 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.36 Momen Terfaktor Maksimal Kolom 50 x 50
No. Kombinasi Beban Momen
1 U = 1,4 D 3.460,355 kg.m
2 U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) 4.515,411 kg.m
3 U = 1,2 D +1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R) 3.933,516 kg.m
4 U = 0,9 D ± 1,6 W 2.223,696 kg.m
5 U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E 14.538,922 kg.m*
6 U = 0,9 D ± 1,0 E 13.751.576 kg.m
Menurut SNI 03-2847-2002 rasio penulangan komponen struktur tekan tidak boleh
kurang dari 0,01 ataupun lebih dari 0,08 kali luas bruto penampang (Ag):
a. Eksentrisitas yang tejadi
Mu = 14.538,022 kg.m = 145.380.220 N.mm (Tabel 4.36)
Pu = 123.172,233 kg = 1.231.722,33 N (Tabel 4.35)
M u 145.380.22 0
e 118 mm
Pu 1.231.722, 33
emin = 15 + (0,03 x h)
= 15 + (0,03 x 500) = 30 mm
= 2.864.351,25 N
h ab h h
Mnb=0,85.fc’.b.ab[2 − ]+As’.fs’[2 − d′]+As.f𝑦 [d − 2]
2
500 224,655 500
= 0,85 x 30 x 500 x 224,655[ − ] +2500 x 400 [ − 40] +
2 2 2
500
2500 x 400 [440,5 − ]
2
= 794.842.397,47 N.mm
794.842.397,47
Mnb
eb = = 2.864.351,25 = 277 mm
Pnb
= 4.842.702,601 N
= 3.147.756,690 N
Ec = 4700. fc'
= 4700. 30
= 25.742,96 Mpa
4. Menghitung nilai
Gaya aksial akibat beban mati (DL) = 58.090,744 kg
Gaya aksial akibat beban hidup (LL) = 11.855,277 kg
1,2 D
(1,2 D 1,6 L)
(1,2 58.090,744 )
(1,2 58.090,744 ) (1,6 11.855,277)
0,79
25.742,96 4.491.802.543
EI k = 2,5
1 0,79
Elk = 25.839.618.590.000
Balok 30 x 60
1
Ig = .b.h 3
12
1
= .x300 x600 3
12
= 5.400.000.000 mm4
Ec.Ig
EI b = 5
1
25.742,96 5.400.000.000
5
EI b =
1 0,71
Elb1 = 16.262.726.928.236,30
Balok 25 x 50
1
Ig = .b.h 3
12
1
= .x 250 x500 3
12
= 2.604.166.666,67 mm4
Ec.Ig
=
5
EI b
1
25.742,96 2.604.166.666,67
5
EI b =
1 0,71
Elb1 = 7.842.750.254.743,60
Faktor tegangan ujung atas, kolom diapit oleh balok induk B30 x 60 dengan panjang
7,50 m dan 4,00m dan balok anak B25 x 50 dengan panjang 6,50 m.
EI
k
A k
l
EI
b
lb
25.839.618.590.000
3800
A = 2,01
16.262.726.928.236,30 7.842.750.254.743,60
7500 6500
Dari diagram nomogram pada gambar 2.22 halaman 45, diperoleh nilai k = 1,125,
M lb 4.515,411
34 12. 34 12( ) 30,3
M 2b 14.538,922
Karena rasio kelangsingan lebih besar dari 22, maka kolom termasuk kolom panjang
atau langsing.
9. Menghitung faktor pembesaran momen
Jika diktahui momen terfaktor kolom spiral dengan hasil sebagai berikut (didapatkan
dari analisa software/ analisa manual) :
M u 118.031.320
e 113 mm
Pu 884.219,65 0
emin = 15 + (0,03 x h)
= 15 + (0,03 x 500) = 30 mm
d. Analisa kehancuran
Dalam analisa kehancuran digunakan As = As’ coba sebesar 3500 mm², dengan
perhitungan sebagai berikut:
ab = 0,85.Cb = 0,85 x 294,3 = 250,155 N/mm
Pnb = (0,85.fc’.ab.b + As’.fs’ – As.fy)
= (0,85 x 30 x 250,155 x 550) + (3500 x 400) – (3500 x 400)
= 3.508.423,88 N
h ab h h
Mnb=0,85.fc’.b.ab[2 − ]+As’.fs’[2 − d′]+As.f𝑦 [d − 2]
2
550 250,155 550
= 0,85 x 30 x 550 x 250,155[ − ] + 3500 x 400 [ − 40] +
2 2 2
550
3500 x 400 [490,5 − ]
2
= 1.156.691.678,40 N.mm
Mnb 1.156.691.678,40
eb = = = 330 mm
Pnb 3.508.423,88
= 6.088.890,736 N
φPn = 0,65 x 6.088.890,736 N
= 3.957.778,979 N
3.957.778,979 N > 884.219,65 N
Karena φPn > Pu, maka luas penulangan aman untuk digunakan.
f. Kontrol rasio tulangan minimum
As pakai 3500
min = 0,01
b.d 0,25. .D 2
= 0,013 ≥ 0,01
Karena ρ < ρmin, maka digunakan ρ.
Menurut SNI 03-2847-2002, rasio tulangan spiral tidak boleh kurang dari nilai
berikut:
Ag fc'
S 0,45 1
Ac fy
237.582,9 30
S 0,45 1 0,013
173.494,5 400
Diapakai ρmin < ρs, maka dipakai ρs.
As = As’ = ρ x (0,25 x π x D²)
= 0,013 x (0,25 x π x550²)
= 3.088 mm²
Dipakai tulangan 12 – D19 (Aspakai = 3.402 mm² )
12. Penulangan sengkang
Hasil gaya geser terfaktor maksimal dihitung berdasarkan analisa software Robot
Structural Analysis Proffessional dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.41 Gaya Geser Maksimal Terfaktor Kolom Bulat Ø55
No. Kombinasi Beban Gaya Geser
1 U = 1,4 D 1.108,009 kg
2 U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) 1.370,297 kg
3 U = 1,2 D +1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R) 1.207,511 kg
4 U = 0,9 D ± 1,6 W 707,309 kg
5 U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E 4.603,462 kg*
6 U = 0,9 D ± 1,0 E 4.330,858 kg