Anda di halaman 1dari 42

Perkuliahan:

Struktur Baja I

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
Struktur Baja II
Struktur Baja II

Kuliah Ke-
Sambungan Baut Mutu Tinggi

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Pendahuluan FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Sistem dengan baut dipilih


karena relatif mudah dari sisi
pengawasannya, sehingga
hasilnya lebih dapat dijamin.
• Ada dua jenis baut di pasaran,
baut biasa (ASTM A307) dan
baut mutu tinggi (ASTM A325
dan A490).
• Baut biasa disebut juga baut
hitam atau baut mesin, terbuat
dari baja kadar karbon rendah
dengan kuat tarik minimum 60
ksi atau 414 MPa ( ASTM A307-
03).

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Pendahuluan FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Baut mutu tinggi ada dua, yaitu A325 dan A490.


• Baut A325 punya kuat tarik minimum 830 MPa (ASTM
A325M-04), jenisnya Tipe 1 (medium carbon) dan Tipe 3
(weathering steel).
• Baut A490 punya kuat tarik antara 1040 - 1210 MPa
(ASTM A490M-04), dan jenisnya juga Tipe 1 dan Tipe 3.
Baut tersedia dalam unit imperial (inch) dari ؽ in –
Ø1½ in; atau metrik (mm) dari M16 - M36.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Pendahuluan FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Perbandingan kuat geser jenis alat sambung baut dapat


dilihat dari kurva tegangan geser dan deformasi yang
hasil penelitian Munze (1967), sebagai berikut.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Pendahuluan FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Untuk detail pemasangan baut mutu tinggi terhadap


pelat sambungannya maka panjang baut perlu dipilih
sedemikian sehingga bidang geser jangan tepat terjadi
pada bagian ulir.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Persyaratan Spasi Baut FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Penempatan baut mutu tinggi, perlu dibuat teratur,


berulang dan sebisa mungkin simetri. Adapun jarak atau
spasi antar baut, satu dengan lainnya perlu mengikuti
aturan praktis yang ada, seperti :

Spasi (s) : jarak


antar baut
Spasi (st) : jarak
baut ke tepi plat

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Persyaratan Spasi Baut FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Syarat AISC (2010) tentang spasi (s) minimum antar


lubang baut (semua tipe) adalah s ≥ 22/3d, dan
rekomendasinya adalah s ≈ 3d,
 dimana d = diameter baut nominal.
• Pada konstruksi jembatan, AASHTO (2005)
mensyaratkan s ≥ 3d, untuk lubang standar. Pada lubang
over-size atau lubang slot maka jarak bersih minimum
tepi ke tepi lubang lain di arah gaya adalah tidak boleh
kurang dari 2d.
• Jarak spasi dibatasi oleh s ≤ 12 tmin (tebal terkecil pelat
sambungan); atau s ≤ 305 mm, dari keduanya maka
dipilih hasil hitungan yang paling kecil.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Persyaratan Spasi Baut FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• AISC (2010) menetapkan, jarak titik pusat lubang


standar ke tepi dari bagian sambungan st ≥ 1.25d, tetapi
tidak boleh lebih 12 kali tebal pelat terkecil sambungan
atau 150 mm. Pada lubang oversize atau slot-pendek
perlu ditambah ± 2 ~ 5 mm, sedangkan lubang slot-
panjang perlu tambah lebih besar lagi, sebesar 0.75d.
Khusus jembatan, AASHTO (2005) memberi syarat lebih
ketat st ≥ 1.75d, dan tidak boleh lebih 8 kali tebal pelat
terkecil, atau 125 mm.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Persyaratan Lubang Baut FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Toleransi pelaksanaan adalah untuk antisipasi ketidak-


presisian ukuran, baik yang diakibatkan kondisi
profilnya (pabrik) atau dari proses pabrikasinya di
bengkel. Bentuk toleransi diberikan dalam bentuk
ukuran lubang baut yang diperbesar dari ukuran
bautnya.
• Standardisasi ukuran dan bentuk lubang dibagi jadi 4
kelompok, yaitu standar; kebesaran (oversized); lubang
oval dengan ruang bebas pendek (slot-pendek); dan
lubang oval dengan ruang bebas panjang (slot-panjang).
• Bentuk dan ukuran lubang baut juga mempengaruhi tipe
sambungan baut.

Lubang untuk pemasangan baut M20


Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Persyaratan Lubang Baut FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Lubang baut yang lebih besar dari ukuran bautnya dapat


menyebabkan terjadinya slip. Sehingga akan timbul dua
mekanisme kerja yang berbeda, yaitu slip-kritis dan
tumpu, pada baut yang sama.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

Tipe Sambungan dan Kekuatan JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK

Baut
UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Bentuk sambungan dan beban mempengaruhi orientasi gaya yang


bekerja pada baut.
• Baut dibebani arah transversal (tegak lurus sumbu) menerima
geser, disebut sambungan tipe geser. Bila dibebani arah
longitudinal (searah sumbu), menerima gaya tarik, disebut
sambungan tipe tarik.
• Kekuatan baut terhadap tarik lebih tinggi dibanding baut geser. Jadi
meskipun bebannya sama, tetapi jika digunakan bentuk sambungan
yang orientasi baut berbeda, maka jumlah bautnya bisa saja
berbeda.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

Tipe Sambungan dan Kekuatan JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK

Baut
UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Pada orientasi beban tertentu, baut juga dapat menerima


gaya tarik dan gaya geser secara sekaligus (kombinasi).

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

Kuat Baut terhadap Tarik atau JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK

Geser
UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Distribusi gaya-gaya yang


bekerja pada suatu suatu
baut dari kelompok baut
dapat bervariasi, sesuai
konfigurasi dari tata
letaknya, tetapi untuk
perencanaan dianggap
terbagi rata pada semua
baut.
• Kuat nominal baut dan
alat sambung berulir
(seperti baut) untuk
perencanaan sambungan
tipe tarik dan tipe geser
adalah berikut.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Sambungan Baut Tipe Geser FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Konfigurasi sambungan baut tipe geser dan cara pemasangan


baut mutu tinggi saling terkait dan mempengaruhi kekuatan
dan kekakuan sambungan itu sendiri.
• Keterkaitan itu menghasilkan dua mekanisme pengalihan
gaya-gaya yang berbeda, yaitu mekanisme slip-kritis dan
tumpu.
• Mekanisme slip-kritis atau mekanisme tumpu tergantung dari
terjadinya slip (posisi baut bergeser karena ada gap akibat
lubang yang lebih besar dari baut) saat dibebani. Agar
mekanisme dapat bekerja terus, maka harus dipastikan bahwa
beban yang bekerja harus lebih kecil dari tahanan friksi pelat
atau beban kritis yang menyebabkan slip. Itulah mengapa
disebut sambungan slip-kritis.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Mekanisme Slip-Kritis Baut FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Sambungan baut mutu tinggi tipe-geser dengan mekanisme


slip-kritis dipilih untuk konstruksi yang di dominasi beban
dinamik atau beban bolak-balik berganti tanda, yang umum
terjadi pada jembatan atau mesin industri.
• Meskipun kekuatannya lebih kecil dibanding sambungan
mekanisme tumpu. tetapi dipilih karena efektif mengurangi
risiko kerusakan fatig.
• Kuat sambungan slip-kritis dihasilkan dari tahanan friksi
bidang kontak pelat akibat adanya gaya prategang di baut
mutu tinggi yang dikencangkan khusus. Mekanisme
pengalihan gaya-gayanya dapat digambarkan sebagai berikut:

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

Gaya Tarik Prategang Minimum JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK

Baut Mutu Tinggi


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Besarnya gaya tarik prategang minimum pada baut mutu


tinggi telah ditetapkan oleh AISC (2010) sebagai berikut:

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Tahanan Slip-Kritis Nominal FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Besarnya tahanan slip untuk kondisi batas slip atau Rn untuk


baut mutu tinggi berdasarkan AISC (2010) adalah sebagai
berikut :
𝑅𝑅𝑛𝑛 = 𝜇𝜇𝐷𝐷𝑢𝑢 ℎ𝑓𝑓 𝑇𝑇𝑏𝑏 𝑛𝑛𝑠𝑠
 Dimana:
o μ = koefisien slip rata-rata, tergantung kondisi permukaan. Pekerjaan
persiapan mutu kelas-A adalah μ = 0.3. untuk mutu kelas-B (lebih
ketat) adalah μ = 0.5.
o Du = 1.13 , adalah faktor pengali yang merepresentasikan gaya
prategang baut rata-rata terpasang dengan gaya tarik baut prategang
minimum.
o hf = faktor terkait adanya pelat pengisi (filler), jika tidak ada filler atau
hanya 1 filler maka hf = 1.0, jika ada 2 filler diantara pelat sambung
maka hf = 0.85.
o Tb = gaya tarik baut prategang minimum sesuai Tabel 8.11 atau Tabel
J3.1M (AISC 2010).
o ns = jumlah permukaan yang menimbulkan bidang kontak.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Tahanan Slip-Kritis Nominal FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Kuat batas slip-kritis, Ru = φ Rn, dimana nilai φ tergantung


bentuk dan ukuran lubang baut. Untuk lubang standar atau
lubang slot-pendek yang dipasang tegak lurus arah beban, φ =
1.0. Untuk lubang oversize dan slot-pendek tetapi dipasang
sejajar arah beban maka φ = 0.85. Jika lubangnya slot-
panjang maka φ = 0.70.
• Kuat batas slip-kritis dipakai untuk menentukan jumlah baut
pada suatu sambungan.
• Untuk itu tentu perlu diketahui terlebih dahulu besarnya gaya
maksimum atau minimum dari berbagai kombinasi
pembebanan yang akan bekerja di sambungan.
• Karena jika gaya aksi yang terjadi melewati besarnya tahanan
slip-kritis, maka kekuatan friksi pada sambungan hilang.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Mekanisme Tumpu Baut FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Mekanisme tumpu hanya terjadi jika mekanisme slip -


kritis gagal, ditandai terjadinya slip.
• Mekanisme tumpu berisiko tinggi untuk mengalami
kerusakan fatig.
• Fatig atau kelelahan, adalah fenomena keruntuhan
material logam yang terjadi pada kondisi tegangan relatif
rendah, sebelum leleh (elastis).

Rudiansyah Putra
Kerusakan sambungan akibat mekanisme tumpu
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Mekanisme Tumpu Baut FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Sambungan baut tipe geser bermekanisme tumpu adalah


didasarkan pada kondisi bagaimana memanfaatkan material
secara maksimal, yaitu sampai kondisi inelastis (Fy dan Fu).
• Mekanisme ini kapasitasnya akan lebih besar, atau jumlah
baut perlu relatif lebih sedikit dibanding jika memakai
mekanisme slip-kritis.
• Baut pada mekanisme slip-kritis adalah penyedia gaya
prategang sehingga terjadi efek clamping pada permukaan
kontak yang menimbulkan tahanan friksi (slip-kritis).
• Pada baut tidak ada pengalihan gaya-gaya sambungan, hanya
gaya aksial prategang saja.
• Kondisi akan menjadi berubah ketika gaya luar, P lebih besar
dari tahanan slip-kritis akibat efek clamping sehingga terjadi
slip. Pelat sambung saling bergeser di arah berlawanan.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Mekanisme Tumpu Baut FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Kuat Tumpu Baut FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Kuat tumpu pelat sambungan dari AISC (2010)


memperhitungkan pengaruh deformasi. Jika besarnya itu
akan mempengaruhi fungsi struktur sehingga kekuatannya
perlu dibatasi maka dapat dipakai rumusan berikut dengan
mengambil nilai yang terkecil :
𝑅𝑅𝑛𝑛 = 1.2 𝑙𝑙𝑐𝑐 𝑡𝑡 𝐹𝐹𝑢𝑢 ≤ 2.4 𝑑𝑑 𝑡𝑡 𝐹𝐹𝑢𝑢
• Jika terjadinya deformasi pada sambungan dianggap tidak
mempengaruhi fungsi maka kuat tumpu dapat ditingkatkan
yaitu nilai terkecil persamaan berikut :
𝑅𝑅𝑛𝑛 = 1.5 𝑙𝑙𝑐𝑐 𝑡𝑡 𝐹𝐹𝑢𝑢 ≤ 3.0 𝑑𝑑 𝑡𝑡 𝐹𝐹𝑢𝑢
 Dimana:
o lc = jarak bersih (mm) searah gaya, dihitung dari tepi lubang ke tepi
pelat terluar (untuk baut pinggir) atau jarak bersih antar tepi lubang
(untuk baut dalam).
o Fu = kuat tarik minimum baja pelat yang ditinjau (MPa).

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Kuat Tumpu Baut FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Untuk kuat tumpu dengan lubang baut tipe slot-panjang


yang arah slot-nya tegak lurus arah gaya, maka
kekuatannya berkurang dan dapat dihitung sebagai
berikut :
𝑅𝑅𝑛𝑛 = 1.0 𝑙𝑙𝑐𝑐 𝑡𝑡 𝐹𝐹𝑢𝑢 ≤ 2.0 𝑑𝑑 𝑡𝑡 𝐹𝐹𝑢𝑢

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Kuat Geser Baut FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Jika pelat mengalami fenomena tumpu dan geser, maka


pada baut juga demikian. Tetapi karena ukuran baut
sudah tertentu, maka kerusakan akan terjadi lebih
dahulu adalah geser. Oleh sebab itu dalam perencanaan
yang dievaluasi hanya kuat geser saja, yang relatif lebih
lemah dibanding kuat tumpunya.
• Bentuk kerusakan geser
yang dimaksud dapat
dilihat pada Gambar di
samping berikut:

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Kuat Geser Baut FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Perilaku kerusakan baut yang terjadi sifatnya tiba-tiba,


mendadak, non-daktail, dan sebaiknya dihindari. Untuk
itu pastikan bahwa kuat geser baut lebih besar dari
mekanisme lain.
• Rumus kuat baut per satu (1) bidang geser adalah:
𝑅𝑅𝑛𝑛 = 𝐹𝐹𝑛𝑛𝑛𝑛 𝐴𝐴𝑏𝑏
 Dimana:
o Fnv adalah tegangan geser nominal baut
o Ab adalah luas penampang baut, bagian berulir atau polos
tergantung tegangan geser nominal yang dipakai.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Kuat Geser Blok FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Perhitungan kekuatan sambungan tipe geser dengan


mekanisme tumpu yang telah dibahas sebelumnya, adalah
didasarkan pada sumbangan kekuatan individu masing-
masing baut sambungan.
• Tetapi untuk sambungan dengan jumlah baut yang relatif
banyak, dengan penempatan yang berkelompok, ternyata
perilakunya khas, bisa terjadi keruntuhan blok dalam satu
kesatuan sebagaimana terlihat pada Gambar berikut:

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Kuat Geser Blok FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Dari bentuk keruntuhan yang terjadi, pada potongan


blok, terlihat ada bagian potongan yang tertarik
(tegangan tarik) dan ada bagian potongan yang tergeser
(tegangan geser).
• Untuk mendapatkan kondisi yang paling kritis, maka
bidang kritis geser maupun bidang kritis tarik perlu
ditinjau berbagai kemungkinan untuk suatu konfigurasi
bentuk penampang yang berbeda.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Kuat Geser Blok FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Kuat geser blok dapat ditentukan sebagai berikut:


𝑅𝑅𝑛𝑛 = 0.6𝐹𝐹𝑢𝑢 𝐴𝐴𝑛𝑛𝑛𝑛 + 𝑈𝑈𝑏𝑏𝑏𝑏 𝐹𝐹𝑢𝑢 𝐴𝐴𝑛𝑛𝑛𝑛 ≤ 0.6𝐹𝐹𝑦𝑦 𝐴𝐴𝑔𝑔𝑔𝑔 + 𝑈𝑈𝑏𝑏𝑏𝑏 𝐹𝐹𝑢𝑢 𝐴𝐴𝑛𝑛𝑛𝑛

fraktur leleh
 Dimana
o Fu = kuat tarik minimum pelat sambungan (MPa)
o Fy = kuat leleh minimum pelat sambungan (MPa)
o Anv = luas neto (dengan lubang) potongan mengalami gaya geser. yaitu
garis batas blok searah gaya (mm2).
o Agv = luas utuh (tanpa lubang) potongan mengalami gaya geser. yaitu
garis batas blok searah gaya (mm2).
o Ant = luas neto (dengan lubang) potongan mengalami gaya tarik. yaitu
garis batas blok tegak lurus gaya (mm2).
o Ubs = untuk tegangan tarik merata (uniform) Ubs = 1.0, dan yang tidak
merata (gradien) Ubs = 0.5. Ini biasa dijumpai misalnya pada
sambungan ujung dari balok dengan penempatan kolom baut secara
ganda.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Kekuatan Sambungan FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Untuk mendapatkan kuat nominal sambungan, semua


mekanisme keruntuhan yang teridentifikasi harus ditinjau,
yaitu :
1. Kuat tumpu (geser) pelat, yang merupakan jumlah kumulatif
tahanan tumpu masing-masing baut yang mengalami kontak
dengan pelat;
2. Kuat geser baut, tergantung dari jumlah bidang geser per baut,
jumlah baut di sambungan dan kuat geser nominal baut;
3. Kuat geser blok, khusus untuk sambungan dengan jumlah baut
yang relatif banyak dan ditempatkan secara berkelompok.
• Kuat nominal maksimum, Rn dari sambungan ditentukan jika
salah satu dari mekanisme di atas dapat tercapai terlebih
dahulu.
• Kuat batas sambungannya adalah Ru = φ Rn , dengan faktor
ketahanan φ = 0.75 untuk keseluruhan mekanisme
keruntuhan yang ditinjau.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Contoh 1: FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Rencanakan sambungan batang tarik profil


L100x100x10, pelat mutu BJ37 (Fy 240 MPa, Fu 370
MPa), baut 3 M22 - ASTM A325.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Contoh 1: FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Jawab:
• Tinjau kuat tumpu pelat (profil siku).

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Contoh 1: FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

 Kuat tumpu didasarkan pada kondisi deformasi yang kecil maka:


𝑅𝑅𝑛𝑛 = 1.2 𝑙𝑙𝑐𝑐 𝑡𝑡 𝐹𝐹𝑢𝑢 ≤ 2.4 𝑑𝑑 𝑡𝑡 𝐹𝐹𝑢𝑢
o Baut a: 𝑅𝑅𝑛𝑛𝑎𝑎 = 1.2 × 27 × 10 × 370 ≤ 2.4 × 22 × 10 × 370
o 𝑅𝑅𝑛𝑛𝑛𝑛 = 119.88 𝑘𝑘𝑘𝑘
o Baut b: 𝑅𝑅𝑛𝑛𝑏𝑏 = 1.2 × 54 × 10 × 370 ≤ 2.4 × 22 × 10 × 370
o 𝑅𝑅𝑛𝑛𝑏𝑏 = 195.36 𝑘𝑘𝑘𝑘
o Baut c: 𝑅𝑅𝑛𝑛𝑐𝑐 = 1.2 × 54 × 10 × 370 ≤ 2.4 × 22 × 10 × 370
o 𝑅𝑅𝑛𝑛𝑐𝑐 = 195.36 𝑘𝑘𝑘𝑘
 Maka 𝑅𝑅𝑛𝑛 = 𝑅𝑅𝑛𝑛𝑎𝑎 + 𝑅𝑅𝑛𝑛𝑏𝑏 + 𝑅𝑅𝑛𝑛𝑐𝑐 = 510.6 𝑘𝑘𝑘𝑘
• Tinjau kuat geser baut (satu bidang geser).
 Ada tiga baut (a, b dan c), masing-masing baut memikul gaya geser
sama (satu sisi), mutu baut A325 (Fnv = 330 MPa). Baut Ø22 mm
maka Ab = 380 mm². Kuat nominal terhadap geser baut adalah :
𝑅𝑅𝑛𝑛 = 𝐹𝐹𝑛𝑛𝑛𝑛 𝐴𝐴𝑏𝑏
 𝑅𝑅𝑛𝑛𝑎𝑎 = 𝑅𝑅𝑛𝑛𝑛𝑛 = 𝑅𝑅𝑛𝑛𝑛𝑛 = 330 × 380 = 125400 𝑁𝑁 = 125.4 𝑘𝑘𝑘𝑘
 Total 𝑅𝑅𝑛𝑛 = 3 × 125.4 = 376.2 𝑘𝑘𝑘𝑘
Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Contoh 1: FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Tinjau kuat geser blok


 Meskipun jumlah baut hanya tiga, relatif sedikit, tetapi karena
yang disambung adalah profil siku pada satu sisi saja maka
distribusi gaya menjadi tidak merata. Ada bagian yang memikul
gaya berlebih (overstressed) yang menyebabkan terjadinya
keruntuhan blok.
 Ada pun konfigurasi blok yang dianggap kritis adalah berikut.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Contoh 1: FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

 Kuat nominal sambungan terhadap keruntuhan geser blok


adalah
𝑅𝑅𝑛𝑛 = 0.6𝐹𝐹𝑢𝑢 𝐴𝐴𝑛𝑛𝑛𝑛 + 𝑈𝑈𝑏𝑏𝑏𝑏 𝐹𝐹𝑢𝑢 𝐴𝐴𝑛𝑛𝑛𝑛 ≤ 0.6𝐹𝐹𝑦𝑦 𝐴𝐴𝑔𝑔𝑔𝑔 + 𝑈𝑈𝑏𝑏𝑏𝑏 𝐹𝐹𝑢𝑢 𝐴𝐴𝑛𝑛𝑛𝑛
fraktur leleh

 Sehingga:
 Anv = (40+ 160)-(26×2.5) ×10 = 1350 mm²
 Ant = 37×10 = 370 mm² dan Ubs = 1.0
 fraktur = (0.6×370×1350 + 1.0×370×370)/ 1E3= 313.4 kN
 leleh = (0.6×240×200×10 + 1.0×370×370)/1E3 = 424.9 kN
 Rn = 313.4 kN

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Contoh 1: FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Ada tiga kondisi batas untuk menghitung kuat


sambungan. yaitu :
1. kuat tumpu profil : 510.6 kN
2. kuat geser baut : 376.2 kN
3. kuat geser blok : 313.4 kN (**menentukan**)
• Jadi Pu = φ Rn = 0.75 × 313.4 = 235.05 kN

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Contoh 2: FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Rencanakan sambungan baut tipe geser dengan


mekanisme slip-kritis untuk batang tarik profil siku
L100×100×10 yang optimal.
• Jawab:
 Agar sambungan lebih kuat dari batang yang disambung maka
φRn ≥ Pu maksimumnya, yaitu 411 kN (kriteria leleh). Jika pakai
baut M22, maka tahanan friksi per baut adalah:
𝑅𝑅𝑛𝑛 = 𝜇𝜇𝐷𝐷𝑢𝑢 ℎ𝑓𝑓 𝑇𝑇𝑏𝑏 𝑛𝑛𝑠𝑠
 Dimana:

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Contoh 2: FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Sehingga φRn = 1.0×0.5×1.13×1×176×1 = 99.4 kN (per


baut). Jadi jumlah baut perlu = 411 / 99.4 = 4.13 maka
dipakai 5 baut.

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

Tugas pengganti Quis JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK

(20/12-2018)
UNIVERSITAS SYIAH KUALA

• Tentukan dimensi sambungan baut pada profil UB 1016


× 305 × 437 berat 437 kg/m, fy = 240 MPa, fu = 400
MPa, φMP = 4410 kN·m, φMr = 2634 kN·m pada struktur
balok jembatan sendi – rol pertambatan lateral dan
beban hidup seperti terlihat pada Gambar berikut. Mutu
baut A325 (ukuran baut rencanakan sendiri).

Rudiansyah Putra
Struktur Baja II

Tugas pengganti Quis JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK

(20/12-2018)
UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Rudiansyah Putra
Ada Pertanyaan ???

Mekanika Bahan
Download Bahan Kuliah Ke-10

JURUSAN
JURUSAN
JURUSAN TEKNIKTEKNIK
TEKNIK SIPIL SIPIL
SIPIL
FAKULTAS
FAKULTAS
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK
TEKNIK
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS SYIAHKUALA
UNIVERSITAS SYIAH
SYIAH KUALA
KUALA

Anda mungkin juga menyukai