Anda di halaman 1dari 13

PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN 5 LANTAI +1 BASEMENT

DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH


(SRPMM) DI SUKOHARJO

Naskah Publikasi

untuk memenuhi sebagian persyaratan


mencapai derajat S-1 Teknik Sipil

diajukan oleh :

MUHAMMAD BURHANUDIN HANAFI


NIM : D 100 110 072

PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN 5 LANTAI +1 BASEMENT
DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH
(SRPMM) DI SUKOHARJO

Muhammad Burhanudin Hanafi1)


1)
Jurusan Teknik Sipil FT Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A. Yani Tromol Pos
1 Pabelan Kartasura Surakarta
e-mail : muh.burhanudin.hanafi@gmail.com

ABSTRAKSI
Kota Sukoharjo yang sedang berkembang pesat baik dari segi bisnis maupun infrastruktur
membuat kebutuhan hunian juga meningkat. Oleh sebab itu akan direncanakan sebuah gedung
apartemen 5 lantai +1 basement dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) di
wilayah tersebut. Struktur gedung yang direncanakan harus mempertimbangkan aspek keamanan,
arsitektural dan ekonomi. Perencanaan gedung apartemen ini mengacu pada standar peraturan
(SNI) terbaru yang telah diterbitkan, yaitu SNI-1726:2012 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Gedung dan Non-Gedung) dan SNI-2847:2013 (Persyaratan Beton
Struktural Untuk Bangunan Gedung). Perencanaan gedung ini mencakup struktur utama (struktur
atas balok kolom dan struktur bawah) serta struktur rangka atap baja dan struktur plat (plat lantai,
dinding basement dan tangga). Dengan lokasi gedung di wilayah Sukoharjo (koordinat latitude -
7,558 longitude 110,772) dan perhitungan klasifikasi situs tanah termasuk kategori SD (tanah
sedang), maka diperoleh nilai SDS dan SD1 adalah 0,579g dan 0,324g. Untuk kebutuhan
perencanaan beban gempa pada gedung dengan SRPMM, dipakai faktor keutamaan bangunan Ie
dengan nilai 1,0 (hunian, kategori risiko II) faktor modifikasi respons (R) sebesar 5, faktor
perbesaran defleksi (Cd) 4,5 dan faktor kuat lebih (Ω0) bernilai 3. Mutu beton yang dipakai fc’ 25
MPa, serta tulangan baja BJTS 400 MPa dan BJTP 250 MPa. Balok struktur direncanakan
berdimensi 350/700 untuk lantai 1 dan 2, 300/650 untuk lantai 3 sampai dengan 5 dan 300/500
untuk lantai atap. Sedangkan untuk kolom direncanakan dengan dimensi 600/700 untuk lantai
basement sampai dengan lantai 2 dan 550/600 untuk lantai 3 sampai dengan 5. Struktur bawah
direncanakan memakai pondasi tiang pancang dengan poer 3x3 m dan tiang 40x40 cm dengan
kedalaman 16 m.

Kata kunci : perencanaan, sistem rangka pemikul momen menengah, struktur gedung.

ABSTRACT
Sukoharjo is a town that is going rapidly in aspect of business or in infrastructure makes need of
housing more. There for, it will be planned an apartment with 5 floors + 1 basement with
Intermediate Reinforced Concrete Moment Resisiting Frames (I-MRF) in that area. The structure
which is planned must be in safe aspect, architectural and economical. The planning has reference
with Indonesia Standard Regulation (SNI) that has been established, namely SNI-1726:2012 (the
rules of building structure earthquake for building structure and non-structure) and SNI-2847:2013
(requirenment of concrete structural for building structure). This plan includes the main structure
(superstructure and substructure) and non-structural components (roof structure, plate structure,
stairs and basement retaining wall). With the building location in Sukoharjo (latitude -7,558
longitude 110,772) and soil site clasification is SD (intermediate soil), so it gets value SDS and SD1
is 0,579g and 0,324g. For designing of earthquake building with I-MRF, it’s used value for the
importance factor Ie 1,0 (housing, risk category II), response modification factor (R) is 5,
deflection amplification factor (Cd) 4,5 and overstrength factor (Ω0) is 3. Concrete quality is fc’ 25
MPa, with steel reinforcement fy 400 MPa and 250 MPa. Beam structure is planned with
dimention 350/700 for the first and second storey, 300/650 for the third storey to fifth 300/500 for
the roof story. Whereas column is planned with dimention 600/700 for basement to the second
storey and 550/600 for the third until the fifth storey. The substructure is planned using pile
foundation with pile cap 3x3 m and pile depth 16 m with dimention 40x40 cm.

Keywords : planning, intermediate moment resisting frame, building structure.


PENDAHULUAN Menengah (SRPMM) ini bertujuan untuk
A. Latar Belakang memperoleh desain perencanaan struktur
Kota Sukoharjo adalah salah satu kota di gedung bertingkat yang aman
Jawa Tengah yang tengah berkembang menggunakan SNI terbaru yang berlaku
pesat, terutama pada segi bisnis. Hal ini di Indonesia.
terlihat setelah dibangunnya beberapa 2. Manfaat perencanaan
mall dan hotel serta tempat-tempat wisata Manfaat dari Tugas Akhir ini bagi
di pusat kota. Pembangunan infrastruktur penulis adalah menambah pengetahuan
kota Sukoharjo juga ikut berkembang mengenai ilmu struktur terutama dalam
dengan pesat. Populasi di pusat kota juga merencanakan gedung yang baik, tahan
akan ikut meningkat dan akan gempa dan efisien mulai dari proses
menimbulkan berbagai masalah, salah desain awal, analisa mekanika sampai
satunya adalah kebutuhan hunian. desain beton beton bertulang. Bagi
Di daerah perkotaan, dimana lahan untuk pembaca, Tugas Akhir ini juga bisa
membuat hunian sangat terbatas sehingga digunakan sebagai referensi dalam
dibutuhkan konsep rumah susun vertikal. merencanakan struktur gedung tahan
Apartemen menjadi pilihan alternatif gempa yang efisien sesuai kebutuhan.
hunian bagi para penduduk di kota besar, D. Batasan Masalah
mengingat lahan kosong yang terbatas a). Struktur gedung yang direncanakan
dan lebih mahal jika membangun rumah adalah apartemen 5 lantai dengan 1
secara mandiri. basement dengan memakai Sistem
Dari berbagai permasalahan yang telah Rangka Pemikul Momen Menengah
diuraikan di atas, maka melalui Tugas (SRPMM) sebagai struktur utama.
Akhir ini akan direncanakan sebuah b). Perhitungan struktur yang dilakukan
struktur gedung apartemen di wilayah meliputi perhitungan analisa struktur,
Sukoharjo. Apartemen akan perhitungan desain pelat dan dinding
direncanakan menggunakan Sistem basement, perhitungan desain tangga,
Rangka Pemikul Momen Menengah perhitungan desain balok, perhitungan
(SRPMM) sebagai struktur utama yang desain kolom serta perhitungan desain
menahan beban gravitasi dan beban fondasi.
lateral. Perencanaan struktur ini juga c). Konstruksi lift tidak direncanakan.
akan mengacu pada peraturan SNI
terbaru mengenai code desain gedung TINJAUAN PUSTAKA
beton bertulang (SNI-2847:2013), code A. Konsep Perencanaan Struktur
desain gedung tahan gempa (SNI- Gedung Tahan Gempa
1726:2012) dan code beban gravitasi 1. Konsep gedung tahan gempa
pada gedung (SNI-1727:2013). berdasarkan level performa
B. Rumusan Masalah bangunan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka Federal Emergency Management Agency
rumusan masalah yang diambil adalah : (FEMA) memberikan konsep
Bagaimana merencanakan struktur perencanaan gedung berdasarkan level
gedung apartemen dengan Sistem performa bangunan ketika benar-benar
Rangka Pemikul Momen Menengah terjadi gempa. Penentuan level performa
(SRPMM) dengan efisien berdasarkan bangunan didasarkan pada kategori dan
SNI terbaru di Indonesia? fungsi bangunan tersebut seperti terlihat
C. Tujuan dan Manfaat Perencanaan pada Gambar 1.
1. Tujuan perencanaan 2. Konsep Desain Kapasitas
Perencanaan struktur apartemen 5 lantai Dalam merencanakan struktur gedung
+ 1 basement di Sukoharjo dengan tahan gempa harus diterapkan konsep
Sistem Rangka Pemikul Momen kolom lebih kuat daripada balok (Strong
SDS = parameter percepatan respons
spektrum periode pendek
2. Faktor Reduksi Kekuatan (Ø)
Nilai faktor reduksi kekuatan (Ø)
digunakan untuk mengurangi kekuatan
struktur dengan pertimbangan adanya
ketidakpastian kekuatan elemen struktur
akibat ketidaksempurnaan pelaksanaan di
lapangan (Asroni:2010). Nilai faktor
reduksi kekuatan (Ø) diatur didalam SNI-
Gambar 1. Level performa bangunan 2847-2013 Pasal 9.3.
terhadap gempa menurut FEMA 303. C. Beban Gempa
1. Faktor penentu beban gempa
Column Weak Beam, SCWB). Ketika 1a). Faktor keutamaan (Ie) dan kategori
terjadi gempa yang melebihi gempa risiko struktur bangunan. Di dalam
rencana, sendi plastis harus terjadi pada Pasal 4.1.2, kategori risiko struktur
balok dahulu sebelum terjadi pada bangunan dikelompokkan menjadi 4
kolom. Struktur yang direncanakan kategori. Kategori I merupakan kategori
dengan konsep SCWB membutuhkan bangunan gedung dan non-gedung yang
banyak sendi plastis sebelum terjadi mempunyai tingkat keutamaan paling
keruntuhan daripada struktur dengan rendah, sedangkan kategori IV adalah
konsep “Strong Beam Weak Column”. kategori dengan keutamaan bangunan
Struktur portal gedung biasa yang paling tinggi. Adapun faktor keutamaan
direncanakan dengan konsep SCWB gedung disesuaikan menurut kategori
sering disebut dengan Sistem Rangka risiko struktur bangunan tersebut.
Pemikul Momen (SRPM) dengan level Semakin tinggi kategori struktur
daktilitas Menengah (SRPMM) maupun bangunan, maka nilai faktor keutamaan
dengan daktilitas penuh/khusus juga semakin tinggi.
(SRPMK). 1b). Periode getar alami struktur (T).
Untuk menghitung periode getar alami
B. Pembebanan Struktur digunakan rumus-rumus pendekatan pada
1. Faktor dan Kombinasi Pasal 7.8.2.1 khusus untuk analisis
Pembebanan dengan metode statis.
Faktor dan kombinasi pembebanan diatur 1c). Koefisien beban gempa dasar (C).
di dalam Pasal 4.2, yaitu sebagai berikut. Nilai C diperoleh dari diagram respons
a). 1,4D spektrum berdasarkan periode getar
b). 1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R) alami struktur (T). Nilai C digunakan
c). 1,2D + 1.6(Lr atau R) + (L atau 0.5W) sebagai beban dasar untuk gaya geser
d). 1,2D + 1,0W + L + 0,5(Lr atau R) desain struktur.
e). 0,9D + 1,0W 1d). Faktor modifikasi respons (R).
f). (1,2+0,2SDS)D + ρ.E + L Faktor reduksi beban gempa atau faktor
g). (0,9-0,2SDS)D + ρ.E
modifikasi respons (R) adalah suatu nilai
Dengan,
yang mereduksi jumlah beban gempa
D = beban mati,
berdasarkan tipe struktur yang
L = beban hidup, Lr = beban hidup
direncanakan serta komponen struktur
atap
pendukung lainnya. Nilai R diatur di
R = beban hujan
dalam Pasal 7.2.1.
W = beban angin
1e). Berat seismik efektif (W). Berat
E = beban gempa
seismik efektif adalah berat sendiri dari
ρ = faktor redundansi (bernilai 1,0
keseluruhan struktur ditambah dengan
sampai 1,3) (Pasal 7.3.4)
berat beban hidup yang direduksi. Berat manual atau aplikasi PU dengan data
seismik efektif diatur di dalam Pasal klasifikasi situs tanah (SA sampai SF).
7.7.2.
2. Respons spektrum di wilayah
Indonesia
Respons spektrum setiap wilayah di
Indonesia berbeda-beda tergantung dari
lokasi serta kondisi tanahnya. Respons
2
spektrum di wilayah Indonesia diatur di SDS = × 𝑠𝑠𝑚𝑚𝑚𝑚 × 𝑐𝑐𝑟𝑟𝑟𝑟
3
dalam SNI-1726-2012 Pasal 6. Berikut 2
SD1 = × 𝑠𝑠𝑚𝑚1 × 𝑐𝑐𝑟𝑟𝑟𝑟1
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi 3

respons spektrum suatu wilayah.


2a). Parameter respons percepatan
periode pendek (SS) dan periode 1 detik Gambar 2. Diagram respons spektra.
(S1). Parameter SS dan S1 diperoleh B. Pemodelan dan Pembebanan
berdasarkan peta gempa di dalam SNI- Struktur
1726-2012. Parameter respons Struktur gedung yang direncanakan
percepatan periode pendek atau 0,2 detik dimodelkan sebagai portal terbuka (open
(SS) dan periode 1 detik (S1) dipakai moment resisting frame), sehingga beban
karena di antara periode tersebut gravitasi dimodelkan menjadi beban
mengandung energi gempa terbesar. merata tributari (envelope) yang langsung
2b). Klasifikasi situs tanah (sebagai dibebankan pada frame. Portal dibuat 3
faktor amplifikasi). Dalam menentukan dimensi dengan tujuan memperoleh
situs tanah diperlukan investigasi tanah respons struktur secara lengkap dan
dengan kedalaman sampai 30 m. cepat.
Karakteristik tanah yang diperlukan C. Evaluasi Ketidakberaturan
adalah rata-rata dari kecepatan Struktur
gelombang geser (vs), standar tahanan Gedung yang dirancang harus dievaluasi
penetrasi N-SPT (N) dan kuat geser tanah terhadap ketidakberaturan horisontal
(su). Dari 3 kriteria tersebut minimal maupun vertikal seperti yang diatur di
harus ada 2 kriteria untuk menentukan dalam Pasal 7.3.2.
situs tanah. Situs tanah diklasifikan
menjadi 6 situs, yaitu SA sampai dengan
SF.
3. Kategori Desain Seismik (KDS)
Di dalam Pasal 6.5, struktur harus
ditetapkan memiliki Kategori Desain
Seismik (KDS). Adapun KDS struktur
ditetapkan berdasarkan kategori risiko
bangunan, parameter respons percepatan
periode pendek (SDS) dan periode 1 detik
(SD1).
KDS dibagi menjadi 6 kategori (A – F).
Semakin tinggi KDS maka akan
berdampak pada peraturan dan detailing Gambar 3. Pemodelan dan pembebanan
struktur yang semakin ketat. struktur.
Ketidakberaturan struktur ini akan
LANDASAN TEORI berdampak pada :
A. Diagram Respons Spektra 1. Boleh tidaknya desain struktur
Diagram respons spektra (Pasal 6) dibuat tersebut dipakai (berdasarkan KDS).
pada tiap kota/koordinat dengan cara
2. Analisis beban gempa yang dinamik tidak kurang dari 85% gempa
diperbolehkan (statis/dinamis) (Pasal statik (ELF) (Pasal 7.9.4.1).
7.6). E. Analisa Respons dan Kontrol Drift
D. Pembebanan Gempa pada Struktur Ijin Struktur
1. Analisa metode ELF Analisa respons struktur dihitung dengan
Beban gempa dapat dihitung dengan aplikasi SAP2000. Hasil output tersebut
metode statik ekivalen (equivalent lateral perlu divalidasi seperlunya dengan
force, ELF) dengan cara manual maupun metode konvensional untuk menjamin
menggunakan load pattern IBC2009 pemodelan dan pembebanan struktur
pada aplikasi SAP2000 seperti yang sudah benar.
terlihat pada Gambar 4. Beban gempa Drift setiap lantai akibat pembebanan
terpusat pada tiap lantai dengan gempa harus dikontrol dengan drift ijin
eksentrisitas tambahan sebesar 5 %. maksimal. Drift lantai (Pasal 7.8.6)
dihitung dengan rumus:
𝐶𝑑 .δ𝑒
δx =
𝐼𝑒
dengan,
δx = simpangan lantai ke –x
Cd = faktor pembesar defleksi
δx = simpangan lantai hitungan
Ie = faktor keutamaan bangunan
Drift (δx) lantai hasil hitungan ditinjau
dari respons struktur akibat beban gempa
dengan periode getar asli (tanpa batasan
Cu.Ta) (Pasal 7.8.6.2). δx tidak boleh
melebihi Δijin (Pasal 7.12) yang dihitung
dengan rumus :
Gambar 4. Beban gempa ELF IBC2009.
Δijin = 0,020.hsx, dengan hsx = tinggi
lantai.
2. Analisa metode dinamik respons
F. Desain struktur gedung beton
spektrum
bertulang
Beban gempa dapat dihitung dengan
Struktur portal didesain berdasarkan
metode dinamik respons spektrum
kebutuhan gaya dalam yang diderita
dengan memperhatikan kriteria dan
dengan memakai prinsip SRPMM. Balok
persyaratan berikut ini:
dan kolom dipasang sendi plastis dengan
a). Jumlah mode yang dipakai dalam
harapan mekanisme goyang dan
perhitungan mempunyai akumulasi keruntuhan sesuai dengan rencana. Sendi
partisipasi massa minimal 90 % (Pasal plastis pada balok dipasang pada jarak 2h
7.9.1). dari muka kolom, sedangkan sendi plastis
b). Superposisi mode menggunakan kolom dipasang pada jarak λo dari ujung
metode CQC (Complete Quadratic bawah kaki kolom dengan ketentuan
Combination) jika selisih periode sebagai berikut
getar antar mode tidak lebih dari 15%. λo ≥ 1/6 dari tinggi bersih kolom
Jika lebih dari itu maka dipakai λo ≥ dimensi terbesar penampang kolom
metode SRSS (Square Root of the λo ≥ 500 mm.
Sum of Sum Squares). G. Kontrol Kolom Biaksial
c). Beban gempa dinamik harus Kemampuan kolom dalam menahan
diskalakan sedemikian sehingga momen 2 arah dikontrol dengan cara
diperoleh gaya geser dasar gempa bresler dengan rumus :
𝑚𝑚 𝑛
𝑀 𝑢𝑦 𝑀
a = �𝑀 𝑢𝑥 � + �𝑀 �
𝑢𝑥𝑜 𝑢𝑦𝑜
H. Desain Struktur Bawah untuk memudahkan pengerjaan, yaitu
Pondasi direncanakan menggunakan aplikasi SAP2000 v.15, aplikasi
pondasi tiang pancang. Daya dukung AutoCAD 2007 dan aplikasi Microsoft
tiang pancang diperoleh dari tahanan Office 2010.
gesek (Qs) dan tahanan ujung (Qb) tiang. C. Tahap Perencanaan
Tiang pancang (bisa berkelompok Tahapan perencanaan struktur pada
dengan efisiensi tertentu) didesain hanya Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut.
untuk menahan beban aksial. Tulangan 1. Tahap I : Pengumpulan data
pada tiang berfungsi untuk menahan 2. Tahap II : Desain gambar
momen ketika proses pelaksanaan di rencana
lapangan. Pile cap di atas tiang berfungsi 3. Tahap III : Perencanaan atap,
untuk menahan momen yang terjadi tangga, pelat lantai dan
akbat beban eksentrisitas beban aksial pelat basement
tiang dengan pusat titik pile cap. 4. Tahap IV : Perencanaan balok
I. Bagan Alir Perencanaan Struktur dan kolom
Bagan alir perencanaan struktur atas 5. Tahap V : Menentukan
maupun bawah dapat dilihat pada kecukupan dimensi
Gambar 5. balok dan kolom
6. Tahap VI : Perencanaan
METODE PERENCANAAN pondasi.
A. Data Perencanaan 7. Tahap VII : Gambar detail.
Data perencanaan untuk perhitungan
struktur di dalam Tugas Akhir ini adalah PEMBAHASAN
sebagai berikut : A. Perencanaan konstruksi rangka
1. Struktur gedung yang direncanakan atap baja
adalah apartemen dengan Sistem Konstruksi kuda-kuda atap direncanakan
Rangka Pemikul Momen Menengah menggunakan truss dengan 3 profil yang
(SRPMM). Lokasi gedung yang berbeda, yaitu yaitu 2L.40.60.5 untuk
direncanakan berada di wilayah batang a, 2L.40.40.4 untuk batang b dan
Kabupaten Sukoharjo (koordinat 2L.30.45.3 untuk batang d dan v.
latitude -7,558 longitude 110,772). B. Perencanaan plat
2. Ketinggian kolom lantai dasar Plat atap, plat lantai, plat lantai basement
(basement) sampai lantai 5 adalah 4,0 dan dinding basement direncanakan
m. dengan sistem plat 2 arah dengan
3. Spesifikasi bahan yang digunakan tulangan pokok Ø10 dan Ø13 serta
untuk beton (f’c) adalah 25 MPa. tulangan bagi Ø8. Untuk konstruksi
Adapun spesifikasi tulangan baja yang tangga menggunakan sistem plat 1 arah
digunakan adalah baja dengan mutu fy dengan tulangan yang sama dengan plat
400 MPa untuk tulangan utama (tipe lantai.
BJTS) dan mutu 240 MPa untuk C. Perencanaan struktur atas
tulangan geser (tipe BJTP). 1. Diagram Respons Spektra
4. Tebal pelat lantai diambil 12 cm. Dengan klasifikasi tanah termasuk
Adapun dimensi awal balok dan balok kategori D (tanah sedang) dengan titik
sloof 35/70 cm, dimensi balok anak koordinat latitude -7,558 longitude
25/50 cm, serta dimensi awal kolom 110,772 diperoleh nilai SDS 0,579g dan
60/70 cm. Adapun jenis fondasi yang SD1 0,324g. Nilai T0 dan Ts masing-
digunakan adalah fondasi tiang masing 0,112 dan 0,560 detik. Diagram
pancang. respons spektra dapat dilihat pada
B. Alat Bantu Perencanaan Gambar 6.
Dalam perencanaan struktur digunakan
alat bantu berupa aplikasi komputer
Mulai

Parameter Respons - Data tanah (vs, N, su)


Desain Awal KR Struktur
Periode Pendek (Ss) dan 1 - Situs Tanah (SA sd SF)
(Preliminary) (I sd IV)
Detik (S1)

Beban Faktor Respons


Keutamaan (Ie) SDs dan SD1
Gravitasi Spektum

Evaluasi
Kategori Desain Seismik
Ketidakberaturan
(A sd. F)
Struktur

Tidak Desain dan sistem


struktur boleh dipakai
atau tidak

Tetapkan Nilai R,Cd, O0


- Tambahan eksentrisitas
Redundansi (?)
rencana
- Perhitungan beban gempa
Jenis Analisis Beban dan evaluasi persyaratannya
Gempa

- Beban gempa ortogonal


Validasi output
(bila ada)
- Perbesaran torsi (bila
ada)

Desain struktur bawah


Desain / cek struktur
(pondasi)
atas

Selesai

Gambar 5. Bagan alir perencanaan struktur atas dan bawah.


0,6 2c). Ketidakberaturan vertikal tipe 2 :
massa. Perhitungan berat per lantai dapat
0,5
dilihat pada Tabel 2. Ketidakberaturan ini
0,4
tidak ada karena tidak ada selisih berat
Sa (g)

0,3 antar lantai yang lebih dari 150 %.


0,2 Tabel 2. Selisih berat setiap lantai.
Lantai wi = D + 0,3L (kN) Selisih (%)
0,1
Atap 5173,4 -
0 5 8600,19 0
0 0,5 1 1,5 4 8600,19 0
T (dt) 3 8600,19 0
Gambar 6. Diagram respons spektrum. 2 8600,19 1
1 8672,67 1
(sumber : hasil hitungan)
2. Evaluasi ketidakberaturan struktur
Struktur akan dievaluasi dengan tujuan 2d). Ketidakberaturan tipe 3 : geometri
pemilihan jenis analisis beban gempa vertikal penahan gempa. Karena struktur
yang diperbolehkan. portal didesain seragam pada semua
2a). Ketidakberaturan horisontal tipe lantai, maka ketidakberaturan ini tidak
1a) dan 1b) : torsi. Pusat kekakuan (CR) ada (selisih ukuran antar lantai < 130 %).
berada di tengah gedung karena ukuran 3. Pemilihan Jenis Analisis
dan tataletak kolom simetris. Pusat massa Dengan KDS D, maka dipilih analisis
(CM) juga berada di tengah (berdasarkan
statis ELF dengan alasan berikut :
koordinat titik tangkap beban gempa
pada pusat massa tanpa eksentrisitas a). Kategori risiko bangunan adalah KR
tambahan) di tabel base reaction II.
SAP2000. Dengan tambahan b). Nilai periode getar struktur (T) <
eksentrisitas desain 5 %, dari SAP2000 3,5Ts (3,5.0,56 = 1,96 detik). Dengan
diperoleh displacement lantai atap δmax = rumus pendekatan, nilai T stuktur =
36,1 mm, δmin = 26,4 mm, 1,2.δavg = 37,5 0,0466.(24)0,9= 0,8139 detik.
mm. Karena δmax < 1,2.δavg dan δmax < c). Gedung tidak mempunyai
1,4.δavg, maka struktur tidak mempunyai ketidakberaturan horisontal tipe 1a),
ketidakberaturan horisontal tipe 1a) dan 1b) dan ketidakberaturan vertikal tipe
1b). 1a), 1b), 2 dan tipe 3.
2b). Ketidakberaturan vertikal tipe 1a) 4. Beban Gempa ELF
dan 1b) : tingkat lunak. Perhitungan Berat struktur untuk beban gempa (Wt)
kekakuan lateral tingkat dapat dilihat adalah 48246,83 kN (D+0,3L). Faktor
pada Tabel 1. modifikasi respons (R) bernilai 5 dan
Tabel 1. Perhitungan kekakuan lateral. faktor keutamaan bangunan (Ie) 1,0. Nilai
Arah x Arah y
periode getar pendekatan (Ta) adalah
0,8139 detik dan nilai Cu.Ta = 1,1395
K = 1/δ Selisih K = 1/δ Selisih
Lantai detik. Nilai periode getar eksak (Tc) hasil
cm-1 % cm-1 %
hitungan komputer untuk arah x dan y
Atap 0,82122 - 0,835736 -
5 0,499713 - 0,4483 -
masing-masing adalah 0,97044 detik
4 0,37 74,043 0,319928 71,3648 1,14367 detik, sehingga T yang dipakai
3 0,32699 88,376 0,268579 83,9497 adalah 0,97044 detik 1,1395 detik.
2 0,320343 97,967 0,262302 97,6628 Beban gempa dasar (gaya geser V)
1 0,507937 158,56 0,421994 160,881
dihitung :
(sumber : hasil hitungan)
Vx = Cx.Ie.Wt/R = 3680,75 kN
Dari tabel di atas, nilai K pada semua
Vy = Cy.Ie.Wt/R = 3134,67 Kn
lantai > 70 %, sehingga ketidakberaturan
ini tidak ada.
5. Validasi hasil analisa mekanika = 3164,8748 kNm.
Validasi momen akibat beban mati Nilai jumlah momen total kolom lantai
dilakukan pada frame a-40. atap (3168,432 kNm) mendekati nilai
q1 = 10,32 kN/m
9,6 kN
Fatap.hatap (3164,8748 kNm) sehingga
perhitungan analisa mekanika pada
8m
SAP2000 dianggap sudah benar.
6. Kontrol drift struktur terhadap drift
-72,02 kNm -65,63 kNm ijin
Perhitungan drift arah x ditabelkan pada
52,46 kNm
Tabel 4. untuk arah y, drift terbesar juga
terjadi pada lantai 2 dengan nilai 2,2743
cm. Drift hasil hitungan masih di bawah
Gambar 7. Model pembebanan pada
story drift ijin sehingga struktur aman
frame a-40.
terhadap simpangan berlebihan antar
Momen akibat berat sendiri
lantai.
q.l 2 Tabel 4. Perhitungan kontrol story drift
MP1 = = 31,36 kNm
12 arah x (Tc).
(Δijin) δe δ (Δ)
Momen akibat beban merata segitiga Lantai
cm cm cm cm

5.q.l 2 2 8 0,801 3,605 2,113

MP2 = = 34,4 kNm (sumber : hasil hitungan)


96 7. Faktor redundansi (ρ)
Momen akibat beban titik Presentase gaya geser lantai terhadap
P.l gaya geser dasar ditabelkan pada Tabel 5.
MP3 = = 9,6 kNm Gaya geser lantai pada semua lantai
8 berinilai < 35 % gaya geser dasar,
MP1 + MP2 + MP3 = 75,36 kNm sehingga semua pengaruh beban gempa
Nilai momen hasil SAP2000 pada ujung pada setiap lantai harus dikalikan dengan
kiri frame a-40 adalah 72,02 kNm, faktor redunansi ρ = 1,3.
mendekati nilai hitungan manual (75,36 Tabel 5. Presentase gaya geser lantai
kNm). terhadap V.
Arah X Arah Y
Validasi momen akibat gempa ELF
dilakukan pada lantai atap dengan model Lantai fi (x) % fi fi (x) % fi

3D. Gaya gempa dianggap tanpa (kN) terhadap V (kN) terhadap V


eksentrisitas (pusat massa = pusat Atap 791,22 21,50 697,54 22,25
kekakuan) untuk mempermudah 5 1050,08 28,53 911,59 29,08
hitungan. 4 797,11 21,66 679,05 21,66
ƩMatap = ƩMkolom-asA + ƩMkolom-asB + 3 558,71 15,18 464,53 14,81
ƩMkolom-asC + ƩMkolom-asD + 2 338,59 9,20 272,03 8,67
ƩMkolom-asD
1 145,04 3,94 109,89 3,50
= 448,53 + 757,04 + 757,29 +
(sumber : hasil hitungan)
757,04 + 448,53
= 3168,432 kN. 8. Desain balok dan kolom
Tabel 3. Pembebanaan gempa ELF pada Balok dan kolom didesain dengan Sistem
lantai atap (3D). Rangka Pemikul Momen dengan
daktilitas Menengah (SRPMM) dengan
wi = D + 0,3L hi wi.hik Fi
(kN) (m) (kNm) (kN) pemasangan sendi plastis di ujung-ujung
balok dan kolom. Untuk tulangan
5173,4 24 262204,8 791,2
longitudinal dipakai diameter D22 dan
(sumber : hasil hitungan) D25, tulangan torsi D19 dan tulangan
Fatap.hatap = 791,219.4 begel Ø8 dan Ø10.
9. Kontrol kolom biaksial batang tekan v dipakai plat kopel
Kolom harus ditinjau apakah mampu 31.30.5 dengan jarak 465 mm dan
menahan momen 2 arah dengan caa tebal las 3 mm.
Bresler. Kolom yang ditinjau adalah 2. Perencanaan konstruksi plat
kolom K-79 dengan nilai a = 0,602 < a). Pelat atap beton bertulang dengan
1,00 sehingga kolom dianggap aman ketebalan 100 mm dipasang tulangan
terhadap momen 2 arah. pokok Ø10 – 175 dan tulangan bagi
D. Perencanaan struktur bawah Ø8 – 200. Pelat lantai 1 sampai
1. Daya dukung tiang dengan 5 mempunyai ketebalan 120
Berdasarkan hitungan, tiang tunggal mm dengan tulangan pokok Ø10 –
40x40 cm dengan panjang 16 m 140 dan tulangan bagi Ø8 – 200 pada
mempunyai daya dukung 776,274 kN (Qb masing-masing arah x dan y.
562,197 kN dan Qs 1439,930 kN). b). Pelat lantai basement beton bertulang
Karena tanah berupa non-kohesif (pasir), dengan ketebalan 200 mm dipasang
maka efisiensi tiang kelompok = 1. tulangan pokok Ø10 – 125 dan
Dengan beban Pu kolom 4434,23 kN, tulangan bagi Ø8 – 125 pada masing-
maka dibutuhkan 8 buah tiang. Pada masing arah x dan y. Pelat dinding
tiang tunggal dipasang tulangan basement beton bertulang dengan
longitudinal 4D19 dan begel Ø110 – 165 ketebalan 250 mm, pada tumpuan
untuk kebutuhan metode pelaksanaan di dipasang tulangan pokok Ø13 – 80
lapangan. dan tulangan bagi Ø8 – 125. Adapun
2. Penulangan poer daerah lapangan dipasangan tulangan
Poer pondasi dengan ukuran 3x3x1,1 m pokok Ø13 – 160. Tulangan yang
menerima momen arah x dan y masing- dipakai adalah BJTS 400 MPa.
masing 1909,030 kNm dan 1707,81 c). Konstruksi tangga utama memakai
kNm. Pada arah x dan y, poer dipasang beton bertulang dengan tebal 120 mm.
tulangan pokok Ø22 – 105 dan tulangan Tangga mempunyai sudut 350 dengan
bagi Ø16 – 90. optrade T = 18 cm dan antrade I = 28
3. Penulangan sloof cm.
Sloof yang berfungsi sebagai pengikat 3. Perencanaan struktur balok dengan
plat lantai basement dengan dimensi SRPMM
350/700 pada as-3 dipasang tulangan Struktur balok utama direncanakan
longitudinal bawah (+) 6D22 dan atas (-) mempunyai dimensi dan diameter
4D22.Pada daerah lapang maupun tulangan seperti yang ditabelkan pada
tumpuan dipasang bege Ø10 – 300. Tabel 6.
Tabel 6. Dimensi balok dan diameter
KESIMPULAN DAN SARAN tulangan terpakai.
A. Kesimpulan Dimensi Tulangan
Tulangan
1. Perencanaan konstruksi rangka Lantai geser
balok utama
atap baja 1 2dp8
a). Profil gording yang dipakai adalah 350/700
2
Lip Channel 100.50.20.3,2 dengan 3 Longitudinal
3dp8
4 300/650 D22
jarak antar gording 1,848 m. 5 Torsi D19
b). Konstruksi kuda-kuda rangka baja 2dp8
Atap 300/500
menggunakan 3 jenis profil, yaitu
2L.40.60.5 untuk batang a, 2L.40.40.4 (sumber : hasil hitungan)
untuk batang b dan 2L.30.45.3 untuk 4. Perencanaan kolom dengan
batang d dan v. SRPMM
c). Pada batang tekan a digunakan plat Struktur kolom utama direncanakan
kopel 46.30.5 dengan jarak 462 mm mempunyai dimensi 600/700 pada lantai
dan tebal las 4 mm. Sedangkan pada basement sampai dengan lantai 2 dan
550/600 pada lantai 3 sampai dengan 5. _____. 2009. Struktur Beton Lanjut.
Diameter tulangan yang dipakai adalah Program Studi Teknik Sipil
D25 untuk tulangan longitudinal dan Universitas Muhammadiyah
2dp10 untuk tulangan geser. Surakarta. Surakarta.
5. Perencanaan struktur bawah BSN. 2013. Persyaratan Beton
Struktur bawah terdiri dari fondasi tiang Struktural untuk Bangunan
pancang dan sloof. Tiang pancang yang Gedung SNI 03-2847-2013. Badan
dipakai berdimensi 40x40 cm dengan Standardisasi Nasional. Jakarta.
kedalaman 16 m. Pondasi P1 _____. 2012. Tata Cara Perencanaan
menggunakan poer dengan ukuran poer Ketahanan Gempa Untuk
3x3x 0,9 m dengan 5 buah tiang pancang. Struktur Bangunan Gedung dan
Adapun pondasi P2 dipakai poer 3x3x1,1 Non Gedung SNI 03-1726-2012.
m dengan 8 buah tiang pancang. Sloof Badan Standardisasi Nasional.
yang dipakai berdimensi 350x700 dengan Jakarta.
tulangan longitudinal Ø19 dan tulangan _____. 2012. Beban Minimum untuk
geser 2dp8. Perancangan Bangunan Gedung
B. Saran dan Struktur Lain SNI 03-1727-
1. Struktur gedung hendaknya 2012. Badan Standardisasi
direncanakan dengan Nasional. Jakarta.
konfigurasi/tataletak yang baik _____. 2002. Tata Cara Perencanaan
sehingga diperoleh struktur yang Struktur Baja Untuk Bangunan
aman dan ekonomis tanpa kehilangan Gedung SNI 03-1729-2002. Dinas
aspek arsitektural. Pekerjaan Umum.
2. Standar peraturan baru yang telah Pawirodikromo, W. 2012. Seismologi
diterbitkan (SNI) baik perencanaan Teknik dan Rekayasa
beban gempa maupun desain beton Kegempaan. Pustaka Pelajar.
bertulang untuk struktur gedung Yogyakarta.
hendaknya dapat dipahami dengan Budiono, B. 2011. Studi Komparasi
baik oleh perencana sehingga gedung Desain Bangunan Tahan Gempa
yang direncanakan sesuai dengan Dengan Menggunakan SNI-03-
kondisi terkini. 1726-2002 dan RSNI 03-1726-
3. Besar dimensi struktur (balok, kolom 201x. ITB. Bandung.
mapun pondasi) hendaknya FEMA 451. 2006. NEHRP
ditentukan dengan selalu Recommended Provisions :
memperhatikan perbandingan beton Design Examples. Building
dan rasio tulangan besi agar biaya Seismic Safety Council National
konstruksi lebih hemat. Institute of Building Sciences.
4. Proses pemodelan struktur, Washington D.C.
pembebanan dan pengambilan hasil Redana, I. W. 2010. Teknik Pondasi.
output aplikasi SAP2000 hendaknya Udayana University Press.
dilakukan dengan hati-hati dan teliti. Bandung.
Rochman, A. 2012. Pedoman
Penyusunan Tugas Perancangan
DAFTAR PUSTAKA Atap. Program Studi Teknik Sipil
Asroni, A. 2010. Balok dan Pelat Beton Universitas Muhammadiyah
Bertulang. Graha Ilmu. Surakarta. Surakarta
Yogyakarta. Taranath, Bungale S. 2009. Reinforced
_____. 2010. Kolom Fondasi & Balok T Concrete Design of Tall
Beton Bertulang. Graha Ilmu. Buildings. CRC Press. Florida.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai