PENDAHULUAN
1.2 Lokasi
Lokasi pembangunan jembatan gantung ini yaitu pada Desa
Kedungkandang. Lalu lintas pada daerah tersebut cukup padat, mengingat
jembatan yang ada dimanfaatkan warga sebagai jalan pintas menuju jalan
raya.
Jembatan kabel yang telah ada, memiliki usia sekitar .... tahun, dan
kondisinya sudah tidak layak untuk digunakan. Plat jembatan telah
ditambal pada beberapa bagian. Pilon jembatan mengalami karat dan
sudah tidak mampu menahan beban.
1.3 Alasan
Adapun alasan pembangunan jembatan kabel pada Desa
Kedungkandang :
1) Meningkatkan kenyamanan dan pelayanan lalu lintas pengguna
jembatan.
2) Sebagai jalan alternatif penghubung.
3) Meningkatkan mobilitas warga sekitar untuk melaksanakan aktivitas
harian.
1.4 Tantangan
Beberapa tantangan yang nantinya akan di hadapi oleh team kami
dalam pelaksanaan (realisasi) yaitu :
1) Arus lalu lintas yang padat.
1
2) Debit air yang tinggi bila musim hujan.
3) Daerah pemukiman sekitar yang cukup padat.
4) Kondisi cuaca saat pelaksaan.
START
Analisis statika
Kontrol : Not OK
Kekuatan
Lendutan
2
OK
FINISH
Gambar 1. Diagram Alir Metodologi Perancangan Model Jembatan
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.3 Jembatan
Jembatan dapat diartikan sebagai struktur yang mampu
menghubungkan dua daerah yang dipisahkan oleh sungai, rawa, danau,
dan perlintasan lainnya. Pada umumnya, bangunan jembatan terdiri dari
tiga bagian, yaitu struktur bangunan atas, bangunan bawah, serta fondasi.
Struktur bangunan atas berfungsi sebagai penerima beban dan
lintasan yang dilalui beban. Setelah itu, beban disalurkan ke bangunan
bawah, sebelum akhirnya diterima oleh fondasi. Pada struktur jembatan,
fondasi berguna untuk menyalurkan beban bangunan ke lapisan tanah
keras yang ada di bawahnya.
Berdasarkan fungsi, jembatan dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Jembatan jalan raya
2) Jembatan penyeberangan
3) Jembatan kereta api
4) Jembatan darurat
4
2.4 Jembatan Gantung
Jembatan gantung adalah jembatan yang berfungsi sebagai pemikul
langsung beban lalu lintas yang melewati jembatan tersebut. Jembatan
gantung terdiri dari lantai jembatan, gelagar pengaku, batang penggantung,
kabel pemikul dan pagar pengaman. Seluruh beban lalu lintas dan gaya-
gaya yang bekerja dipikul oleh sepasang kabel pemikul yang menumpu di
atas dua pasang menara dan dua pasang blok angkur. (Surat Edaran
Menteri PU, 2010)
Ada beberapa pertimbangan memakai jembatan gantung sebagai
jembatan penyeberangan, antara lain sisi estetika, capaian bentang
jembatan yang cukup panjang, kemudahan pekerjaan, dan aspek- aspek
lainnya.
5
1 2
3 4
6
b) Jepit (fixed) pada gelagar
Perlu detail sambungan yang jelas antara pilon dan gelagar. Begitu juga
perlu dibuat detail bearing yang mampu memikul gaya-gaya reaksi yang cukup
besar.
c) Pilon dengan perletakan sendi
( (b (c
Pada keadaan aseperti ini momen )lentur yang terjadi
) pada pilon akan
menjadi berkurang, )dan jumlah redundant juga akan berkurang sehingga
memudahkan perhitungannya. Pilon dengan perletakan sendi ini sesuai untuk
keadaan tanah yang kurang baik.
Sistem pilon memiliki variasi bentuk untuk mengakomodasi berbagai
konfigurasi kabel, kondisi lapangan, kebutuhan perancangan, estetis dan segi
ekonomi. Perletakan pilon dapat bersifat jepit atau sendi, tergantung pada
besarnya beban vertikal dan distribusi gaya kabel sepanjang ketinggian pilon.
Perletakan jepit menimbulkan terjadinya momen lentur yang besar pada bagian
dasar pilon, namun meningkatkan kekakuan struktur secara keseluruhan.
Pemilihan bentuk spesifik pilon harus mempertimbangkan berbagai hal.
Salah satunya adalah ruang bebas yang tersedia pada bagian dasar pilon, yang
tentunya akan membatasi lebar kaki pilon. Adapun jenis pilon adalah A-Frame,
Diamond, dan Inverted Y seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 2.
a) b) c)
7
Tinggi pilon ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan seperti
hubungan tinggi pilon dengan panjang bentang, tipe susunan kabel, dan proporsi
panjang bentang dan tinggi pilon sebagai kesatuan yang estetis. Untuk jembatan
yang dibangun melintasi sungai atau selat dengan lalu lintas air, perlu
dipertimbangkan pula jarak bebas dari permukaan air untuk kelancaran lalu lintas
di bawah jembatan tersebut.
8
Kabel merupakan salah satu unsur terpenting pada konstruksi jembatan
cable-stayed. Biaya untuk stay cable pada jenis struktur ini bisa mencapai 30%
dari seluruh biaya struktur.
Ada beberapa sistem penautan kabel pada dek/girder yaitu:
a) Single-plane system
Sebidang kabel tunggal ditautkan pada bagian tengah atau median dari
jalur pada dek jembatan. Sistem ini kurang ekonomis, namun mempunyai nilai
estetika yang indah.
b) Double-plane system
Sistem ini dapat dibedakan lagi menjadi dua yaitu dua bidang kabel
dikaitkan pada masing-masing tepi dek, dua bidang kabel sejajar dikaitkan ke
pilon, atau dua bidang kabel berpotongan pada bagian yang terkait dengan pilon
(oblique). Pada konfigurasi yang kedua, umumnya digunakan pilon berbentuk A.
c) Three-plane system
Untuk jembatan dengan kebutuhan jumlah lajur kendaraan yang banyak,
dipasang kabel pada bagian tengah (median) maupun kedua bagian tepi.
Pemilihan konfigurasi kabel akan sangat berpengaruh pada tingkat biaya
yang harus dikeluarkan. Pemilihan ini bergantung kepada panjang bentang, tipe
pembebanan, jumlah lajur jalan, tinggi pilon, faktor ekonomi, dan nilai estetis.
Ukuran dan jumlah kabel ditentukan dari konfigurasi geometri jembatan dan tipe
pembebanan pada struktur.
Pada umumnya konfigurasi kabel arah memanjang jembatan dapat
dibedakan menjadi tipe radiating, harp, fan, atau star seperti dapat dilihat pada
Gambar 4.
9
(a) (b)
(c) (d)
)
10
Seperti dalam penjelasan sebelumnya, kadang-kadang menjadi agak sukar
untuk menempatkan kabel dalam jumlah yang agak banyak pada puncak pilon.
Beberapa kemungkinan untuk menempatkan kabel-kabel tersebut dapat dilihat
pada Gambar 5.
11
Pada umumnya kabel-kabel diletakkan dalam bidang-bidang yang dapat
dilihat pada Gambar 6:
(a) (a)
(b)
(b)
(c)
(c)
12
Komponen horisontal dari gaya kabel akan menimbulkan gaya tekan pada
gelagar jembatan. Gaya tekan ini akan lebih menguntungkan bilamana gelagar
yang dibuat dari bahan beton jika dibandingkan dengan gelagar yang terbuat dari
baja. Untuk gelagar yang dibuat dengan elemen -elemen precast, maka komponen
horisontal tadi akan menekan bidang sambungan dari elemen-elemen precast.
Proporsi yang ideal untuk jembatan kabel dengan radiating system dapat
dilihat pada Gambar 7.
hd
l1 L l1
l1 = 0.4 L
hd = 0.16 L 0.25 L
13
2) Gelagar melintang berfungsi sebagai pemikul lantai dan
sandaran serta menyalurkan beban dan gaya-gaya tersebut ke
gelagar memanjang.
3) Gelagar memanjang berfungsi sebagai pemikul gelagar serta
menyalurkan beban dan gaya-gaya tersebut ke batang
penggantung.
4) Batang penggantung berfungsi sebagai pemikul gelagar
utama serta melimpahkan beban-beban dan gaya-gaya yang
bekerja ke kabel utama.
5) Kabel utama berfungsi sebagai pemikul beban dan gaya-gaya
yang bekerja pada batang penggantung serta melimpahkan
beban dan gaya-gaya tersebut ke menara pemikul dan blok
angkur.
6) Pagar Pengaman berfungsi untuk mengamankan pejalan kaki.
7) Kabel ikatan angin berfungsi untuk memikul gaya angin yang
bekerja pada bangunan atas.
8) Menara berfungsi untuk menumpu kabel utama dan gelagar
utama, serta menyalurkan beban dan gaya-gaya bekerja
melalui struktur pilar ke pondasi.
14
Gambar 8. Sketsa Sederhana Jembatan Gantung Pejalan Kaki
15
Batang-batang jembatan harus cukup kuat untuk menahan beban
hidup dan beban mati yang didefinisikan di atas dengan batas yang
cukup untuk keselamatan untuk mengizinkan beban yang tidak
terduga, properti material, kualitas konstruksi, dan pemeliharaan.
2) Lendutan
Jembatan pejalan kaki tidak boleh melendut untuk batas yang
mungkin menyebabkan kecemasan atau ketidaknyamanan untuk
pengguna atau menyebabkan batang-batang yang terpasang
menjadi tidak rata. Batas maksimum untuk balok dan rangka
batang jembatan pejalan kaki ditunjukkan pada Tabel 1. Batasan ini
adalah lendutan maksimum pada seperempat bentang jembatan
pejalan kaki ketika dibebani oleh beban hidup asimetris di atasnya.
3) Beban Dinamis
Pada jembatan pejalan kaki dapat saja terjadi getaran akibat angin
atau orang yang berjalan di atasnya. Namun, beban ini dapat diatasi
dengan ikatan angin dan pembatasan barisan pejalan kaki.
16
BAB III
KRITERIA PERENCANAAN (aturan, beban, material, batas teg lendut,
ketentuan lain)
17
dapat diketahui kapasitas maksimal beban yang mampu dipikul
oleh jembatan, sehingga jembatan yang dibuat aman untuk dilalui
oleh pengguna.
Beban- beban sekunder pada jembatan dapat dibagi menjadi:
(1) Beban Angin
Beban angin merupakan beban samping yang bekerja
tegak lurus dengan bagian samping jembatan. Untuk
pembebanan pada jembatan pejalan kaki, Dinas Pekerjaan
Umum mensyaratkan standar yang dipakai yakni sebesar 35
m/ detik.
(2) Beban Gempa
Sama dengan beban angin, beban gempa merupakan
beban samping yang bekerja tegak lurus dengan bagian
samping jembatan. Berdasarkan Surat Edaran Dinas
Pekerjaan Umum, beban gempa diperhitungkan 15-20%
beban mati pada puncak menara, serta tidak diperhitungkan
bersamaan dengan beban angin.
18
BAB IV
HASIL PERENCANAAN JEMBATAN DAN INOVASI
19
BAB V
ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN
20
BAB VI
METODE KONSTRUKSI
21
BAB VII
PERHITUNGAN KUANTITAS DAN BIAYA KONSTRUKSI
22
BAB VIII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
23
DAFTAR PUSTAKA
https://core.ac.uk/download/files/379/11727535.pdf (pengertian pondasi untuk
proposal jembatan)
RSNI T-02-2005
24
LAMPIRAN
25