Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Penjelasan Umum


Jembatan yang direncanakan oleh kelompok tim Sasaji merupakan
jembatan kabel dengan lebar 1,4 meter dan bentang 45 meter. Konstruksi
ini dibangun untuk menghubungkan wilayah Jalan Lembayung,
Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, yang terpisah oleh sungai
Brantas.
Jembatan tersebut akan dibangun untuk menggantikan jembatan
yang sudah ada. Hal ini dikarenakan jembatan lama mengalami kerusakan
pada beberapa bagian, akibat cuaca dan pembebanan pada plat pelayanan,
sehingga dapat membahayakan warga yang melintasinya.

1.2 Lokasi
Lokasi pembangunan jembatan gantung ini yaitu pada Desa
Kedungkandang. Lalu lintas pada daerah tersebut cukup padat, mengingat
jembatan yang ada dimanfaatkan warga sebagai jalan pintas menuju jalan
raya.
Jembatan kabel yang telah ada, memiliki usia sekitar .... tahun, dan
kondisinya sudah tidak layak untuk digunakan. Plat jembatan telah
ditambal pada beberapa bagian. Pilon jembatan mengalami karat dan
sudah tidak mampu menahan beban.

1.3 Alasan
Adapun alasan pembangunan jembatan kabel pada Desa
Kedungkandang :
1) Meningkatkan kenyamanan dan pelayanan lalu lintas pengguna
jembatan.
2) Sebagai jalan alternatif penghubung.
3) Meningkatkan mobilitas warga sekitar untuk melaksanakan aktivitas
harian.
1.4 Tantangan
Beberapa tantangan yang nantinya akan di hadapi oleh team kami
dalam pelaksanaan (realisasi) yaitu :
1) Arus lalu lintas yang padat.

1
2) Debit air yang tinggi bila musim hujan.
3) Daerah pemukiman sekitar yang cukup padat.
4) Kondisi cuaca saat pelaksaan.

1.5 Filosofi Penamaan


Makna dalam kata Citra Yudha dalam bahasa kawi adalah Warna
dalam Perang. Perluasan maknanya adalah bahwa perang dapat dilakukan
dengan berbagai cara, bukan lagi dengan angkat senjata tapi lebih kepada
sesuatu yang bermartabat. Salah satu warna yang lain adalah berperang
memerangi kebodohan dan kemalasan serta menjadi berguna untuk
sesama. Diharapkan dengan dibangunnya jembatan yang baru ini dapat
meningkatkan mobilitas dan kelancaran lalu lintas di wilayah tersebut.
Sehingga menjadikan yang jauh menjadi lebih dekat, yang sulit menjadi
mudah dan yang berat menjadi ringan dengan harapan yang mulia serta
penampilan yang indah.

START

Merancang model jembatan


sesuai dengan jembatan
1.6 Tahapan Perencanaan Jembatan
sebenarnya
Tahapan perencanaan jembatan seperti ditujukkan oleh diagram alir
(flow chat) di bawahPembebanan
ini:
maksimum

Analisis statika

Dimensi profil rangka jembatan


model

Kontrol : Not OK
Kekuatan
Lendutan

2
OK

FINISH
Gambar 1. Diagram Alir Metodologi Perancangan Model Jembatan

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Beton


Definisi beton berdasarkan SNI-03-2847-2002, pengertian beton
adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik lainnya,
agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan
yang membentuk masa padat. Beton disusun dari agregat kasar dan agregat
halus.

2.2 Pengertian Baja


Wikipedia Bahasa Indonesia mendefinisikan baja sebagai logam
paduan, logam besi (Fe) sebagai unsur dasar dengan beberapa elemen
lainnya, termasuk karbon (C). Kandungan unsur karbon dalam baja
berkisar antara 0.2 % hingga 2.1 % berat sesuai grade-nya.

2.3 Jembatan
Jembatan dapat diartikan sebagai struktur yang mampu
menghubungkan dua daerah yang dipisahkan oleh sungai, rawa, danau,
dan perlintasan lainnya. Pada umumnya, bangunan jembatan terdiri dari
tiga bagian, yaitu struktur bangunan atas, bangunan bawah, serta fondasi.
Struktur bangunan atas berfungsi sebagai penerima beban dan
lintasan yang dilalui beban. Setelah itu, beban disalurkan ke bangunan
bawah, sebelum akhirnya diterima oleh fondasi. Pada struktur jembatan,
fondasi berguna untuk menyalurkan beban bangunan ke lapisan tanah
keras yang ada di bawahnya.
Berdasarkan fungsi, jembatan dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Jembatan jalan raya
2) Jembatan penyeberangan
3) Jembatan kereta api
4) Jembatan darurat

4
2.4 Jembatan Gantung
Jembatan gantung adalah jembatan yang berfungsi sebagai pemikul
langsung beban lalu lintas yang melewati jembatan tersebut. Jembatan
gantung terdiri dari lantai jembatan, gelagar pengaku, batang penggantung,
kabel pemikul dan pagar pengaman. Seluruh beban lalu lintas dan gaya-
gaya yang bekerja dipikul oleh sepasang kabel pemikul yang menumpu di
atas dua pasang menara dan dua pasang blok angkur. (Surat Edaran
Menteri PU, 2010)
Ada beberapa pertimbangan memakai jembatan gantung sebagai
jembatan penyeberangan, antara lain sisi estetika, capaian bentang
jembatan yang cukup panjang, kemudahan pekerjaan, dan aspek- aspek
lainnya.

2.5 Jembatan Gantung Pejalan Kaki


Jembatan gantung pejalan kaki adalah jembatan gantung yang hanya
boleh dilewati oleh lalu lintas pejalan kaki, dan kendaraan ringan seperti
sepeda, gerobak, kendaraan yang ditarik hewan, motor, dan kendaraan
bermotor ringan dengan maksimum roda tiga dapat lewat untuk keadaan
darurat. (Surat Edaran Menteri PU, 2010).

2.6 Struktur Utama Jembatan Gantung


2.6.1 Menara (pylon)
Pemilihan bentuk dari pilon banyak berpengaruh terhadap nilai
estetika, nilai ekonomis, juga terhadap kekuatan statis dan dinamis dari struktur
jembatan ini. Pilon dapat terbuat dari baja ataupun beton.
Pada dasarnya pilon dapat dibagi dalam beberapa bentuk sebagaimana
yang terlihat pada gambar 2. :
1) Bentuk portal
2) Bentuk A
3) Pilon kembar
4) Pilon Tunggal

5
1 2

3 4

Gambar 2. Bentuk-bentuk pilon

Pada jembatan gantung, mula-mula pilon adalah selalu berbentuk portal


agar dapat memikul gaya horisontal akibat angin yang dilimpahkan oleh kabel
pada puncak pilon. Akan tetapi kemudian terbukti bahwa gaya-gaya horisontal
ini relatif tidak besar, sehingga mulailah dipakai pilon dengan bentuk single atau
twin tower.
Perletakan pilon dapat dibuat:
a) Jepit (fixed) pada pondasi
Pilon memikul momen lentur yang cukup besar. Gelagar jembatan
berjalan menerus di antara tiang-tiang pilon, dan pada pertemuan antara gelagar
dan kabel penggantung dipasang gelagar melintang.

6
b) Jepit (fixed) pada gelagar
Perlu detail sambungan yang jelas antara pilon dan gelagar. Begitu juga
perlu dibuat detail bearing yang mampu memikul gaya-gaya reaksi yang cukup
besar.
c) Pilon dengan perletakan sendi
( (b (c
Pada keadaan aseperti ini momen )lentur yang terjadi
) pada pilon akan
menjadi berkurang, )dan jumlah redundant juga akan berkurang sehingga
memudahkan perhitungannya. Pilon dengan perletakan sendi ini sesuai untuk
keadaan tanah yang kurang baik.
Sistem pilon memiliki variasi bentuk untuk mengakomodasi berbagai
konfigurasi kabel, kondisi lapangan, kebutuhan perancangan, estetis dan segi
ekonomi. Perletakan pilon dapat bersifat jepit atau sendi, tergantung pada
besarnya beban vertikal dan distribusi gaya kabel sepanjang ketinggian pilon.
Perletakan jepit menimbulkan terjadinya momen lentur yang besar pada bagian
dasar pilon, namun meningkatkan kekakuan struktur secara keseluruhan.
Pemilihan bentuk spesifik pilon harus mempertimbangkan berbagai hal.
Salah satunya adalah ruang bebas yang tersedia pada bagian dasar pilon, yang
tentunya akan membatasi lebar kaki pilon. Adapun jenis pilon adalah A-Frame,
Diamond, dan Inverted Y seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 2.

a) b) c)

Gambar 3. Bentuk-bentuk modifikasi lain dari pilon


(a) Modified A-frame; (b) Diamond; (c) Modified Diamond atau Delta

7
Tinggi pilon ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan seperti
hubungan tinggi pilon dengan panjang bentang, tipe susunan kabel, dan proporsi
panjang bentang dan tinggi pilon sebagai kesatuan yang estetis. Untuk jembatan
yang dibangun melintasi sungai atau selat dengan lalu lintas air, perlu
dipertimbangkan pula jarak bebas dari permukaan air untuk kelancaran lalu lintas
di bawah jembatan tersebut.

2.6.2 Gelagar (girder)


Gelagar jembatan berfungsi sebagai pemikul beban bergerak
(kendaraan mobil, kereta api dan manusia). Gelagar dapat terbuat dari beton, baja
atau komposit antara kedua material tersebut. Untuk jembatan dengan bentang
sampai 450 m box girder beton ternyata lebih ekonomis jika dibandingkan
dengan box girder baja. Hal ini terutama disebabkan karena gaya tekan horisontal
kabel dapat dimanfaatkan dengan lebih baik oleh material beton dibandingkan
dengan material baja. Keuntungan lain yang dapat diperoleh ialah sub-structure
dan super-structure jembatan dapat dilaksanakan satu kontraktor saja.
Maintenance jembatan gelagar beton juga lebih murah karena jembatan beton
praktis tidak memerlukan perawatan yang kompleks. Untuk jembatan dengan
bentang yang lebih besar maka gelagar baja akan lebih menguntungkan karena
beratnya lebih ringan jika dibandingkan dengan gelagar beton.
Apabila stay cable diatur perletakannya dalam dua bidang, maka
kekakuan gelagar arah melintang lebih menentukan dibandingkan dengan
kekakuan arah memanjang. Karenanya, pada ujung-ujung gelagar yaitu pada
tempat-tempat pertemuan dengan kabel gelagar perlu diperkaku (misalnya
dengan solid atau box section). Kedua ujung ini kemudian saling dihubungkan
dengan balok melintang. Apabila stay cable terletak dalam satu bidang, maka
kekakuan penampang untuk menahan momen torsi menjadi lebih dominan.
Karenanya potongan berupa kotak (box section) merupakan bentuk yang lebih
menguntungkan.

2.6.3 Kabel penggantung (stay cables)

8
Kabel merupakan salah satu unsur terpenting pada konstruksi jembatan
cable-stayed. Biaya untuk stay cable pada jenis struktur ini bisa mencapai 30%
dari seluruh biaya struktur.
Ada beberapa sistem penautan kabel pada dek/girder yaitu:
a) Single-plane system
Sebidang kabel tunggal ditautkan pada bagian tengah atau median dari
jalur pada dek jembatan. Sistem ini kurang ekonomis, namun mempunyai nilai
estetika yang indah.
b) Double-plane system
Sistem ini dapat dibedakan lagi menjadi dua yaitu dua bidang kabel
dikaitkan pada masing-masing tepi dek, dua bidang kabel sejajar dikaitkan ke
pilon, atau dua bidang kabel berpotongan pada bagian yang terkait dengan pilon
(oblique). Pada konfigurasi yang kedua, umumnya digunakan pilon berbentuk A.
c) Three-plane system
Untuk jembatan dengan kebutuhan jumlah lajur kendaraan yang banyak,
dipasang kabel pada bagian tengah (median) maupun kedua bagian tepi.
Pemilihan konfigurasi kabel akan sangat berpengaruh pada tingkat biaya
yang harus dikeluarkan. Pemilihan ini bergantung kepada panjang bentang, tipe
pembebanan, jumlah lajur jalan, tinggi pilon, faktor ekonomi, dan nilai estetis.
Ukuran dan jumlah kabel ditentukan dari konfigurasi geometri jembatan dan tipe
pembebanan pada struktur.
Pada umumnya konfigurasi kabel arah memanjang jembatan dapat
dibedakan menjadi tipe radiating, harp, fan, atau star seperti dapat dilihat pada
Gambar 4.

9
(a) (b)

(c) (d)
)

Gambar 4. Konfigurasi Kabel Arah Memanjang Jembatan:


(a) radiating; (b) harp; (c) fan; (d) star

Konfigurasi kabel pada Gambar 4. dijelaskan sebagai berikut:


a) radial / converging arrangement system
Pada sistem ini kabel berkonvergensi kesatu titik tunggal yaitu di puncak
pilon. Karenanya momen lentur yang dipikul pilon menjadi lebih kecil, akan
tetapi sebaliknya pilon memikul gaya tekan yang lebih besar. Pada jembatan
dengan bentang besar perlu dipikirkan detail penempatan kabel-kabel dalam
jumlah yang cukup banyak di puncak pilon. Konfigurasi sistem ini ditunjukkan
oleh Gambar 4. a).
b) harp / parallel arragement system
Pada sistem ini kabel berjalan sejajar satu sama lainnya, sehingga
pertemuan antara kabel dan pilon terjadi pada ketinggian yang berbeda-beda, dan
ini sangat memudahkan detail penyambungannya. Secara estetika bentuk ini
sangat menarik, akan tetapi bentuk ini akan menimbulkan momen lentur yang
cukup besar pada pilon. Bentuk kabel dengan harp system ini dapat dipakai untuk
jembatan-jembatan dengan bentang utama sampai dengan 200 m. Konfigurasi
sistem ini ditunjukkan oleh Gambar 4. b).
c) fan / intermediate arrangement system
Sistem ini merupakan modifikasi terhadap harp system, dimana letak
anker-ankernya dibagi secara merata pada bagian puncak pilon, sehingga
penempatan kabel menjadi lebih mudah dibandingkan dengan radial system.
Konfigurasi sistem ini ditunjukkan oleh Gambar 4. c).

10
Seperti dalam penjelasan sebelumnya, kadang-kadang menjadi agak sukar
untuk menempatkan kabel dalam jumlah yang agak banyak pada puncak pilon.
Beberapa kemungkinan untuk menempatkan kabel-kabel tersebut dapat dilihat
pada Gambar 5.

Kabel diangker pada pilon dengan konfigurasi radial


Anchoring with radiating arrangement

Anchoring with harp/fan arrangement

Kabel diangker pada pilon dengan konfigurasi harp atau fan

Countinuous cables running over saddles

Kabel menerus (tanpa diangker) melewati saddle atau cradle

Gambar 5. Konfigurasi Penempatan Angker Kabel pada Pilon

11
Pada umumnya kabel-kabel diletakkan dalam bidang-bidang yang dapat
dilihat pada Gambar 6:

(a) (a)

(b)
(b)

(c)

(c)

Gambar 6. Sistem konfigurasi Penempatan Bidang-bidang Kabel


a) terletak pada 2 bidang vertikal (vertical double plane)
b) terletak pada 2 bidang miring (diagonal double plane)
c) terletak pada 1 bidang (single plane)

2.7 Dasar estetika dan engineering dalam perencanaan elemen kabel


Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa kabel yang dipasang
berdekatan satu sama lainnya merupakan penyelesaian yang optimal untuk
jembatan kabel dengan bentang yang besar. Dengan jarak kabel antara 5 sampai
15 m, maka tinggi dari gelagar jembatan menjadi relatif lebih langsing, dan
dengan jarak ini jembatan dapat dibangun dengan metode free cantilever.

12
Komponen horisontal dari gaya kabel akan menimbulkan gaya tekan pada
gelagar jembatan. Gaya tekan ini akan lebih menguntungkan bilamana gelagar
yang dibuat dari bahan beton jika dibandingkan dengan gelagar yang terbuat dari
baja. Untuk gelagar yang dibuat dengan elemen -elemen precast, maka komponen
horisontal tadi akan menekan bidang sambungan dari elemen-elemen precast.
Proporsi yang ideal untuk jembatan kabel dengan radiating system dapat
dilihat pada Gambar 7.

hd

l1 L l1
l1 = 0.4 L
hd = 0.16 L 0.25 L

Gambar 7. Dimensi Ideal Jembatan Kabel yang Proporsional


Jembatan cancang kabel akan mempunyai nilai estetika yang indah apabila
dimensinya proporsional.

2.8 Komponen Jembatan Gantung Pejalan Kaki


Secara umum, jembatan gantung pejalan kaki dapat dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu struktur bangunan atas, bangunan tengah, serta bangunan
bawah. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum, komponen-
komponen penyusun jembatan gantung dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Bangunan atas terdiri dari:


1) Lantai jembatan (dek), berfungsi untuk memikul bebean lalu
lintas yang melewati jembatan serta menyalurkan beban dan
gaya-gaya tersebut ke gelagar melintang.

13
2) Gelagar melintang berfungsi sebagai pemikul lantai dan
sandaran serta menyalurkan beban dan gaya-gaya tersebut ke
gelagar memanjang.
3) Gelagar memanjang berfungsi sebagai pemikul gelagar serta
menyalurkan beban dan gaya-gaya tersebut ke batang
penggantung.
4) Batang penggantung berfungsi sebagai pemikul gelagar
utama serta melimpahkan beban-beban dan gaya-gaya yang
bekerja ke kabel utama.
5) Kabel utama berfungsi sebagai pemikul beban dan gaya-gaya
yang bekerja pada batang penggantung serta melimpahkan
beban dan gaya-gaya tersebut ke menara pemikul dan blok
angkur.
6) Pagar Pengaman berfungsi untuk mengamankan pejalan kaki.
7) Kabel ikatan angin berfungsi untuk memikul gaya angin yang
bekerja pada bangunan atas.
8) Menara berfungsi untuk menumpu kabel utama dan gelagar
utama, serta menyalurkan beban dan gaya-gaya bekerja
melalui struktur pilar ke pondasi.

a. Bangunan bawah terdiri dari:


1) Blok angkur merupakan tipe gravitasi untuk semua jenis
tanah yang berfungsi sebagai penahan ujung-ujung kabel
utama serta menyalurkan gaya-gaya yang dipikulnya ke
pondasi.
2) Pondasi menara dan pondasi angkur berfungsi sebagai
pemikul menara dan blok angkur serta melimpahkan beban
dan gaya-gaya yang bekerja ke lapisan tanah pendukung.

14
Gambar 8. Sketsa Sederhana Jembatan Gantung Pejalan Kaki

2.9 Gempa Bumi


Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran atau guncangan yan
terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-
tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi dapat disebabkan
oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi) maupun oleh aktivitas
vulkanik gunung berapi. (Wikipedia bahasa Indonesia)

2.10 Pengaruh Gempa Bumi Terhadap Jembatan


Jembatan harus direncanakan agar memiliki kemungkinan kecil
untuk runtuh namun dapat mengalami kerusakan yang signifikan dan
gangguan terhadap pelayanan akibat gempa dengan kemungkinan
terlampaui 7% dalam 75 tahun. Penggantian secara parsial atau lengkap
pada struktur diperlukan untuk beberapa kasus. Kinerja yang lebih tinggi
seperti kinerja operasional dapat ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
Bahaya gempa pada jembatan harus dikarakterisasi dengan menggunakan
respon spektra percepatan dan faktor situs untuk kelas situs yang sesuai.
(SNI 32833-201X)
2.10 Persyaratan Perencanaan Jembatan
Untuk membangun jembatan dengan struktur yang mampu menahan
beban, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam hal
perencanaan. Persyaratan tersebut antara lain:
1) Kekuatan

15
Batang-batang jembatan harus cukup kuat untuk menahan beban
hidup dan beban mati yang didefinisikan di atas dengan batas yang
cukup untuk keselamatan untuk mengizinkan beban yang tidak
terduga, properti material, kualitas konstruksi, dan pemeliharaan.
2) Lendutan
Jembatan pejalan kaki tidak boleh melendut untuk batas yang
mungkin menyebabkan kecemasan atau ketidaknyamanan untuk
pengguna atau menyebabkan batang-batang yang terpasang
menjadi tidak rata. Batas maksimum untuk balok dan rangka
batang jembatan pejalan kaki ditunjukkan pada Tabel 1. Batasan ini
adalah lendutan maksimum pada seperempat bentang jembatan
pejalan kaki ketika dibebani oleh beban hidup asimetris di atasnya.
3) Beban Dinamis
Pada jembatan pejalan kaki dapat saja terjadi getaran akibat angin
atau orang yang berjalan di atasnya. Namun, beban ini dapat diatasi
dengan ikatan angin dan pembatasan barisan pejalan kaki.

16
BAB III
KRITERIA PERENCANAAN (aturan, beban, material, batas teg lendut,
ketentuan lain)

2.11 Pembebanan pada Jembatan


Beban pada jembatan dapat dibagi menjadi beban mati dan beban
hidup. Beban hidup merupakan beban yang bersifat dinamis dalam
membebani struktur jembatan, yaitu yang berasal dari pengguna jembatan.
Ada dua aspek beban hidup yang perlu dipertimbangkan:
a) Beban terpusat pada lantai jembatan jembatan akibat langkah kaki
manusia untuk memeriksa kekuatan lantai jembatan;
b) Beban yang dipindahkan dari lantai jembatan ke batang struktur yang
kemudian dipindahkan ke tumpuan jembatan. Aksi beban ini akan
terdistribusi pendek atau menerus sepanjang batang-batang longitudinal
yang menahan lantai jembatan (Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum
No. 02/SE/M/2010, 2010).
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum, untuk jembatan
gantung pejalan kaki kelas II dengan lebar 1,4 m, tidak diperbolehkan ada
beban terpusat yang membebani struktur jembatan. Selain itu, beban
terdistribusi merata yang diizinkan yaitu sebesar 4 kPa, dengan lendutan
izin sebesar 1/1000 L, dengan L merupkan bentang utama jembatan.
Selain beban hidup, dalam pembebanan jembatan juga dikenal beban
mati. Beban mati merupakan beban yang bersifat statis dalam membebani
struktur jembatan. Beban mati pada jembatan dapat dibagi menjadi:
1) Beban primer
Beban mati primer pada jembatan disebabkan oleh struktur
jembatan itu sendiri. Menurut RSNI-T-02-2005, beban tersebut
berasal dari beban plat jembatan yang langsung diterima dan
ditahan oleh gelagar jembatan.
2) Beban Sekunder
Beban mati sekunder pada jembatan berasal dari lingkungan
di sekitar jembatan. Beban- beban ini perlu diperhitungkan agar

17
dapat diketahui kapasitas maksimal beban yang mampu dipikul
oleh jembatan, sehingga jembatan yang dibuat aman untuk dilalui
oleh pengguna.
Beban- beban sekunder pada jembatan dapat dibagi menjadi:
(1) Beban Angin
Beban angin merupakan beban samping yang bekerja
tegak lurus dengan bagian samping jembatan. Untuk
pembebanan pada jembatan pejalan kaki, Dinas Pekerjaan
Umum mensyaratkan standar yang dipakai yakni sebesar 35
m/ detik.
(2) Beban Gempa
Sama dengan beban angin, beban gempa merupakan
beban samping yang bekerja tegak lurus dengan bagian
samping jembatan. Berdasarkan Surat Edaran Dinas
Pekerjaan Umum, beban gempa diperhitungkan 15-20%
beban mati pada puncak menara, serta tidak diperhitungkan
bersamaan dengan beban angin.

18
BAB IV
HASIL PERENCANAAN JEMBATAN DAN INOVASI

1.1 Anggaran Biaya


Anggaran biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan jembatan
Citrayudha ini yaitu:
No. Kegiatan Biaya
1
2
3
4
5
6
Tabel 4.1 Anggaran Biaya Pembangunan Jembatan

1.2 Jadwal Kegiatan


Untuk pembangunan jembatan Citrayudha ini, susunan jadwal kegiatannya
yaitu:

19
BAB V
ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN

20
BAB VI
METODE KONSTRUKSI

21
BAB VII
PERHITUNGAN KUANTITAS DAN BIAYA KONSTRUKSI

22
BAB VIII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

23
DAFTAR PUSTAKA
https://core.ac.uk/download/files/379/11727535.pdf (pengertian pondasi untuk
proposal jembatan)

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 02/SE/M/2010

RSNI T-02-2005

24
LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai