Anda di halaman 1dari 51

PENGENALAN JENIS & BAGIAN

STRUKTUR JEMBATAN
BAB SUB POKOK BAHASAN :
1.1. Jenis-jeins Jembatan
1 1.2. Bagian-bagian Struktur Jembatan

1. Tujuan Pembelajaran Umum :


Mamapu mengenal Jenis-jenis jembatan Bolok Komposit dan mengidentifikasi
bagian-bagian struktur dari masing-masing Jenis Jembatan baja

2. Tujuan Pembelajaran Khusus :


a. Menjelaskan jenis-jenis struktur jembatan Balok Komposit
b. Menjelaskan Bentuk Struktur dari masing-masing jembatan Balok Komposit
c. Mengindentifikasi Bagian-bagian Struktur Jembatan
d. Mengidentifikasi perbedaan Bagian Struktur atas dan Bawah

ILUSTRASI

1.1. Jenis-jenis Jembatan


1.1. Jenis-jenis Jembatan

Struktur Baja Jembatan 85


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jembatan merupakan suatu bangunan yang dipergunakan untuk melintasi
lalulintas dari rintangan yang berupa ; sungai ataupun saluran air, lembah,jurang danau
dan jalan raya ataupun jalan KA, harus direncanakan dengan menggunakan jenis
struktur dan bahan konstruksi yang tepat sehingga dicapai optimalisasi perencanaan
sesuai dengan fungsinya.
Jenis jembatan bermacam-macam dilihat dari bentuk dan fungsi
pemakaiannya, namun secara garis besar jenis jembatan dapat dibedakan atas :

1.1.1. Klasifikasi Jembatan menurut material jembatan,


Klasifikasi jembatan menurut material yang digunakan dibedakan atas bahan yang
dominan dipergunakan, terutama bahan sebagai struktur utama Banguan Atas (Gelagar
Induk), yaitu :
a) Jembatan Kayu :
Jenis jembatan ini bangunan atasnya terbuat dari bahan balok kayu sebagai gelagar
jembatan dan papan sebagai struktur lantai kendaraan. Bahan kayu yang dgunakan
diambil dari kayu jenis kelas awet (A) dan kelas kelas kekuatan (I) yang biasanya
dari jenis kayu Jati, kayu Bengkirai, kayu Ulin, dan kayu-kay jenis lain yang tahan
terhadap air dan cuaca.
Bentuk struktur dari jembatan kayu biasanya berupa ;Jembatan Rangka Batang
Kayu dan Jembatan Gelagar biasa yang basanya digunakan pada jembatan
bentang pendek.Alat sambung yang digunakan untuk sambungan antara elemen
jembatan digunakan Baut Biasa dengan pelat simpul dari pelat baja .

Tampak potongan melintang bentang

b). Gambar. 1.1.a. (Jembatan Gelagar


Jembatan Pasangan Batu
Kayu )
Jembatan jenis ini seluruh struktur baik struktur bawah (Sub structrure) dan
struktur atas (Super structure) dibuat dari pasangan batu kali atau bata merah

Struktur Baja Jembatan 86


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
yang merupakan jenis jembatan dengan struktur sistim grafitasi yang
kekuatannya mengandalkan dari berat struktur. Bentuk dari jembatan ini
sebaian besar berbentuk struktur lengkung dibagian bentang yang harus
menahan beban utama seperti pada gambar berikut

Gambar. 1.1.b. (Jembatan Pasangan


Batu) )))BBBBatu)

c). Jembatan Baja


Jembatan dengan material baja merupakan jembatan yang banyak digunakan
disamping jembatan dengan matrial beton. Jembatan jenis ini bermacam-macam
tipe dan bentuknya, Seperti Jembatan Gelagar Biasa, Jembatan Gelagar Box,
Jembatan Gelagar Plat Girder, Jembatan Rangka Batang, Jembatan Gantung
yang sangat tergantung dari bentang jembatan, yang aka dijelaskan pada pasal
berikut.

d). Jembatan Beton


Jembatan dengan material beton banyak digunakan dan perkembangan
teknologi jembatan beton sangat pesat baik teknologi strukturnya maupun cara
pelaksanaannya.Jembatan dengan material beton sering dilaksanakan dengan
cara cor ditempat atau dengan beton pracetak. Tipe jembatan beton ini antara
lain : Jembatan Monolit, jembatan Prategang, Jembatan Komposit, yang akan
dijelaskan pada pasal berikut.

1.1.2. Klasifikasi Jembatan menurut kegunaan :


a). Jembatan Jalan Raya :

Struktur Baja Jembatan 87


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jembatan yang digunakan untuk menghubungkan jalan raya yang melintasi
rintangan seperti sungai, jalan lain dan sebagainya, untuk dilewati lalu-lintas
kendaraan darat.

Gambar. 1.1.c. (Jembatan Jalan Raya)

b). Jembatan Kereta Api :


Jembatan yang digunakan untuk menghubungkan jalan Rel yang melintasi
rintangan seperti sungai, jalan lain dan sebagainya, untuk dilewati Kereta Apai..

Gambar.1.1.d (Jembatan Kerata Api)

c). Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) :


Jembatan yang digunakan untuk penyebrangan Orang pelajan kaki yang
melintasi rintangan jalan (seperti jalan raya, jalan KA dsb).

Struktur Baja Jembatan 88


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 1.1.e. (Jembatan Penyebrangan Orang )

d). Jembatan Lain-lain :


Jembatan yang digunakan untuk menghubungkan Saluran Air, Pipa gas, Pipa
minyak, Kabel Aliran Listrik dan sebagainya yang melintasi rintangan. Dan
biasanya jembata ini didekatkan dengan jembatan lintasan lalu-lintas agar mudah
merawatan dan inspeksi dari sarana yang dilintaskan

1.1.3. Klasifikasi Jembatan menurut bentuk Struktur :


Didasarkan pada bentuk atau tipe stuktur jembatan, jembatan dibedakan dari bentuk
struktur Gelagar induknya yaitu Gelagar yang menopang seluruh elemen struktur
jembatan dan mentransfer seluruh beban struktur yang langsung berhubungan
dengan bangunan bawah. Adapun bentuk struktur jembatan terdiri atas :
a). Jembatan Balok Gelagar biasa
Jembatan ini digunakan pada jembatan dengan bentang pendek sampai sedang
dan beban hidup yang lewat relative kecil (seperti, Jembatan Penyebrangan
Orang dan sebagainya). Gelagar Induk jembatan ini merupakan struktur balok
biasa yang menumpu pada kedua Abutment dengan susunan struktur ; Gelagar
Induk-Pelat Lantai Kendaraan, dengan dilengkapi Tiang Sandaran (non
struktur), seperti pada jembatan gelagar biasa dengan material kayu.atau baja
seperti pada gambar berikut :

Struktur Baja Jembatan 89


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 1.1.f (Jembatan Balok Biasa)

b). Jembatan Balok Pelat Girder.


Jenis jembatan ini sering digunakan pada jembatan jalan KA dengan bentang
sedang. Struktur Gelagar Induk jembatan merupakan Balok profil buatan
dari pelat baja dengan tebal tertentu disusun sedemikian rupa sehinggga
merupakan Balok yang profosional dan efektif untuk menehan beban yang
bekerja.yang menopang gelagar meintang dan memanjang yang dengan
bentuk struktur seperti gambar berikut.

Gambar. 1.1.g. (Jembatan Gelagar Pelat Girder)

c). Jembatan Balok Monolit Beton Bertulang


Merupakan Jembatan Beton bertulang yang antara Gelagar Induk dan Pelat
lantai Kendaraan dicor bersamaan dan menyatu sebagai Balok ”T” Seluruh
struktur yang terdiri dari Balok dan pelat lantai, yang juga sering diantara balok
dipasang balok diafragma menopang diatas Abutment , seperti gambar berikut

Struktur Baja Jembatan 90


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 1.1.h. (Jembatan Balok Beton Monolit))

d). Jembatan Gelagar Komposit


Jembatan ini Gelagar Induknya merupakan paduan dari dua jenis
material yaitu Balok profil baja dengan pelat lantai beton bertulang yang
dihubungkan dengan penghubung gesar (Shear connector), Jenis iembatan ini
sering digunakan ada jembatan dengan bentang relatif panjang, yang efektif
adalah dari bentang 15 meter sampai dengan 30 meter dan biasanya digunakan
pada struktur dengan balok diatas dua bentang (simple Beam).
Bentuk dan susunan dari Jembatan komposit seperti gambar berikut

Gambar 1.1.i. (Jembatan Komposit Baja-Beton)

Struktur Baja Jembatan 91


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
e). Jembatan Rangka Batang
struktur jembatan baja rangka batang mempunyai tipe rangka yang banyak
jenisnya. Struktur jembatan rangka batang dengan material profil-profil baja
digunakan pada jembatan dengan bentang yang relatif panjang. Susunan dari
struktur jembatan rangka batang ini terdiri dari ; Struktur rangka batang
dipasang di bagian kiri-kanan yang merupakan Gelagar Induk, yang menopang
Gelagar Melintang dan gelagar memanjang yang bekerja menahan beban kerja
dari lantai kendaraan, seperti pada gambar berikut

Gambar. 1.1.j. (Jembatan Gelagar Rangka Batang)


f). Jembatan Gantung
Jembatan Gantung merupakan struktur jembatan yang terdiri dari struktur
Penopang yang berupa Tiang (pilar atau Menara), struktur Jembatan berupa
Gelagar Induk dan gelagar melintang, Lantai Kendaraan, Penjangkar Kabel dan
Kabel Penggantung yang membentang sepanjang bentang sejajar dengan arah
memanjang jembatan, dimana kabel sebagai struktur utama yang menstranfer
seluruh beban ke bagian bawah jembatan yang berupa Abutmen, penjangkar
kabel dan tiang Penopang . Seluruh kabel diikat dan ditopangkan pada
Penjangkar kabel dan tiang penopang utama, kabel sebagai penopang seluruh
bangunan atas, seperti pada gambar berikut :

Struktur Baja Jembatan 92


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 1.1.k. (Jembatan Gantung )

g). Jembatan Balok Beton Prategang (Pre Strees)


Gelagar Induk dari jembatan ini merupakan balok beton bertulang yang diberi
pra tegangan dari kabel yang dipasang sedemikian rupa sehingga seluruh beban
hidup jembatan dapat di lawan dengan prategangan yang didapat dari penarikan
kabel dalam tendon yang diletakkan di dalam tubuh balok rsebut. Embatan ini
sering digunakan pada jembatan dengan bentang yang relatif panjang, seperti
yang terlihat pada gambar Jembatan Layang Mono rell

Struktur Baja Jembatan 93


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 1.1.l (Jemabatan Prategang)

h). Jembatan Tipe Lain


Jembatan tipe dengan jenis struktur yang lain seperti Jembatan Pelengkung tiga
sendi Jembatan Kombinasi dari Struktur yang ada, merupakan jembatan dengan
struktur utama adalah merupakan jenis struktutr seperti yang dijelaskan pada
pasal-pasal diatas.

1.1.4. Klasifikasi Jembatan menurut kelas muatan Bina Marga :


Didasarkan pada prosentase muatan hidup yang dapat melewati jembatan
dibandingkan dengan kendaraan standar, yaitu terdiri atas :
 Jembatan Kelas Standar (A/I) : Merupakan jembatan kelas standar dengan
perencanaan 100 % muatan “T” dan 100 % muatan “D”. Dalam hal ini lebar
jembatan adalah (1,00 + 7,00 + 1,00) meter
 Jembatan Kelas Sub Standar (B/II) : Merupakan jembatan kelas standar
dengan perencanaan 70 % muatan “T” dan 70 % muatan “D”. Dalam hal ini
lebar jembatan adalah ( 0,50 + 6,00 + 0,50 ) meter
 Jembatan Kelas Low Standar (C/III) : Merupakan jembatan kelas standar
dengan perencanaan 50 % muatan “T” dan 50 % muatan “D”. Dalam hal ini
lebar jembatan adalah (0,50 + 3,50 + 0,50) meter

Struktur Baja Jembatan 94


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1.2. Bagian-Bagian Struktur Jembatan
:

Struktur jembatan terbagi atas Konstruksi Bangunan atas (Superstructure) dan


Konstruksi Bangunan Bawah (Substructure), yang terdiri atas bagian-bagian struktur
sebagai berikut

1.2.1. Struktur Bangunan Atas (Superstructure) :


Merupakan struktur yang langsung menerima semua beban termasuk Beban
hidup lalu-lintas dan berat sendiri struktur, bentuk struktur bangunan atas ini
menggambarkan tipe atau jenis strukutur jembatan. Bangunan atas terdiri dari bagian-
bagian :

a. Pelat Lantai Kendaraan


Merupakan bagian konstruksi jembatan yang langsung menerima beban lalu-lintas
yang berjalan di atasnya, yang di dalam perencanaan diperhitungkan terhadap
beban hidup/muatan “T” dari tekanan gandar roda kendaraan dan berat konstruksi
yang dipikulnya (termasuk berat sendiri lantai). Lantai kendaraan biasanya
digunakan Balok papan kayu atau yang sering digunakan adalah lantai beton
bertulang. Lantai kendaraan diletakkan langsung di atas Gelagar Induk atau
Gelagar memanjang pada jembatan Rangka Batang

b. Trotoar
Merupakan bagian layanan jembatan yang digunakan untuk sarana pejalan kaki,
yang berada dibagian pinggir kiri-kanan lantai kendaraan. Ketinggian permukaan

Struktur Baja Jembatan 95


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
lantai Trotoir dibuat lebih tinggi dari pada ketinggian permukaan lapisan aus lantai
kendaraan

c. Tiang Sandaran :
Tiang sandaran yang dilengkapi dengan pipa sandaran merupakan bagian struktur
jembatan yang dipasang dibagian tepi luar lantai Trotoar sepanjang
bentangjembatan berfungsi sebagai pengaman untuk pejalan kaki yang lewat diatas
trotoar, juga merupakan konstruksi pelindung bila terjadi kecelakaan lalu-lintas.

Pelat Lantai Kendaraan


Lantai Trotoir
Pipa Sandaran

Tiang Sandaran
(Jarak as ke as = 2 m)

Gambar. 1.2.a. Konstruksi Trotoar dan Tiang Sandaran

d. Gelagar Memanjang (Balok lantai)


Merupakan bagian konstruksi jembatan yang berfungsi memikul lantai kendaraan
yang kemudian meneruskan beban-beban tersebut kebagian konstruksi di
bawahnya.

e. Gelagar Melintang
Adalah bagian konstruksi yang berada di bawah gelagar memanjang untuk memikul
memikul gelagar memanjang yang kan diteruskan ke gelagar induk. Gelagar ini
akan menahan momen lentur dan momen punteir bila terjadi gaya-gaya arah
melintang jembatan seperti angina dan gempa

f. Gelagar Induk
Merupakan bagian utama konstruksi bangunan atas, yang berfungsi meneruskan
seluruh beban yang diterima bangunan atas dan diteruskan ke bangunan bawah.
Gelagar induk biasanya biasanya berupa Rangka batang atau balok Girder dan
Balok Komposit

Struktur Baja Jembatan 96


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
g. Tumpuan Jembatan
Sebagai bagian struktur yang diletakkan diatas Abutmen dan Pilar sebagai landasan
Gelagar Induk menumpu di bagian struktur bawah. Bahan yang sering digunakan
Sebagai Tumpaun ini adalah Basi Cor (Berupa Roll dan Engsel), dan Lempengan
Super Rubber Elasitic yang dilapisi pelat baja.
h. Drainase
Drainase pada Jembatan berfungsi untuk mengalirkan air yang ada di lantai
kendaraan ke saluran pembuang sehingga tidak menggenangi lantai kendaraan
jembatan, yang sangat mengganggu jalannya lalu-lintas yang melewatinya. Letak
dan susunan dari drainase ini ditunjukkan pada gambar berikut :

Lantai Trotoir
Lantai
Kendaraan

Gambar. 1.2.b. Drainase Lantai Kendaraan

Secara keseluruhan susunan dari struktur bangunan atas dari konstruksi jembatan
dicontohkan Jembatan Balok Komposit seperti berikut

Gambar .2.1.c. (Bagian–bagian Struktur Bangunan Atas dari jembatan Komposit Baja-
Beton)

Struktur Baja Jembatan 97


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 2.1.d. (Bangunan Atas Jembatan Rangka Batang)

1.2.2. Struktur Bangunan Bawah


Merupakan struktur yang berhubungan langsung dengan tanah pendukung atau
pondasi jembatan, yang berfungsi meneruskan beban dari seluruh bangunan atas lewat
tumpuan jembatan yang diteruskan ke tanah pendukung /pondasi. Bangunan bawah ini
terdis atas :

a. Abutment
Bagian yang memikul kedua pangkal jembatan yang terletak di ujung bentang
jembatan (di tepi-tepi lebar lintasan) yang berfungsi untuk neneruskan seluruh
beban bangunan atas ke pondasi/tanah pendukung, bagian ini dibangun dari bahan
beton bertulang atau pasangan batu kali yang dilengkapi dengan sayap Abutment.

Gambar. 2.1.e. (Abutment)

Struktur Baja Jembatan 98


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
b. Pilar
Merupakan bagian lain dari bangunan bawah yang terletak di bentang jembatan
diantara pangkal jembatan, berfungsi seperti Abutment yang membagi beban dan
memperpendek bentang jembatan. Biasanya dibangun dari Beton bertulang atau
tiang panjang (beton atau Pipa baja) dan di atasnya terdapat kepala pilar.

Gambar. 2.1.f (Pilar Jembatan Rangka Batang)

c. Pondasi
Pondasi berfungsi menyalurkan dan meratakan beban dari abutment ke tanah
pendukung. Penggunaan jenis pondasi tergantung dari kondisi tanah pendukung

Struktur Baja Jembatan 99


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 2.1.g. Struktur Bangunan Bawah (Pilar dan Pondasi Jembatan)

Struktur Baja Jembatan 100


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1.3. Rangkuman

A. Jenis Jembatan diklasifikasikan menurut :


1. Material yang digunakan :
a Jembatan Kayu
b Jembatan Pasangan Batu/Bata
c Jembatan Beton
d Jembatan Baja
e Jembatan Komposit Baja dan Beton
2. Kegunaan Lalu-lintas yang dilewatkan :
a Jembatan Kereta Api
b Jembatan Lalu-lintas Jalan Raya
c Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)
d Jembatan Pelintasan Instalasi (Pipa, Saluran Air, Kabel
dll)
3. Bentuk Struktur :
a . Jembatan dengan Balok Biasa

Terdiri dari : Gelagar Induk (Balok Kayu, beton , Baja )


Pelat Lantai Kendaraan (Pelat Beton, Papan )

Tiang Sandaran (Non Struktur)

Struktur Baja Jembatan 101


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
b . Jembatan Beton Monolit

Bagian Gelagar Induk dari Balok beton bertulang menyatu dengan Pelat
lantai kendaraan dan Tiang sandaran.

c . Jembatan Komposit

Struktur Baja Jembatan 102


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gelagar Induk dari Profil Baja dengan diberi Penghubung Geser
(shear connector) Pelat lantai dicor diatasnya, sehingg kekuatan
Balok dapat dihitung sebagai Balok ”T” komposit baja Beton

d. Jembatan Prategang

Pelat Lantai Kendaraan

Gelagar Induk Balok Beton

Kabel Prategang

Setengah Bentang

Terdiri dari :
Gelagar Induk Balok Beton Bertulang dengan Kabel Prategang
Kabel Prategang (Kabel Inti dan Tendon)
Blok Pengunci Kabel (End Block)
Pelat Lantai Kendaraan (biasanya pracetak )

e . Jembatan Balok Pelat Girder (Jalan Kerata Api)

Balok Profil Girder (Bisa berbentuk BOX


Lantai Kendaraan (Jalan KA)
Gelagar Melintang

Struktur Baja Jembatan 103


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Pada Jembatan Jalan Raya . Balok Girder bisa berupa Box Girder (Contoh di
Jembatan Layang Tomang Jakarta)

f . Jemabatan Ranga Batang

Gelagar Induk merupakan struktur rangka batang Yang menahan semua


beban kerja melalui Gelgar Melintang (Cross Girder) dan memanjang .

g. Jembatan Gantung
Pilar Utama
Kabel Utama
Tali Penggantung
Struktur Atas Jembatan

Penjangkar Kabel

Struktur Baja Jembatan 104


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
4. Kelas Muatan
 Jembatan Kelas Standar (A/I) : Merupakan jembatan kelas standar dengan
perencanaan 100 % muatan “T” dan 100 % muatan “D”. Dalam hal ini lebar
jembatan adalah (1,00 + 7,00 + 1,00) meter
 Jembatan Kelas Sub Standar (B/II) : Merupakan jembatan kelas standar
dengan perencanaan 70 % muatan “T” dan 70 % muatan “D”. Dalam hal ini
lebar jembatan adalah ( 0,50 + 6,00 + 0,50 ) meter
 Jembatan Kelas Low Standar (C/III) : Merupakan jembatan kelas standar
dengan perencanaan 50 % muatan “T” dan 50 % muatan “D”. Dalam hal ini
lebar jembatan adalah (0,50 + 3,50 + 0,50) meter

B. Bagian Struktur Jembatan Terdiri dari


1. Struktur Jembatan dibagi menjadi dua (2) bagian :
a Struktur Bagian Atas (Super Structure)
b Struktur Bagian Bawah (Sub Structure)
2. Struktur Bagian Atas terdiri :
a Pelat Lantai Kendaraan
b Lantai Trotoir
c Tiang Sandaran
d Gelagar Memanjang
e Gelagar Melintang
f Gelagar Induk
g Tumpuan Jembatan
h Drainase
3. Struktur Bagian Bawah terdiri dari :
a Abutment
b Pilar Jembatan
c Pondari

Struktur Baja Jembatan 105


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1.4. LEMBAR SOAL
1.4.1. Pre Test
Pertanyaan :
1. Apa yang saudara ketehaui tentang jembatan
2. Gambarkan Bentuk Jembatan Balok Komposit yang pernah saudara lihat
3. Sebutkan beberapa bentuk jembatan Balok Komposit yang saudara ketahui
4. Sebutkan Bagian struktur Jembatan
Jawaban :
1. ..........................................................................................
2. ...........................
3. .............................
4. .............................

1.4.2. Latihan Soal


(Bentuk Tanya jawab langsung saat perkuliahan)

1.4.3. Post Test


1. Ada berapa klasifikasikan Jembatan yang anda ketahui ?

2. Apa maksud dari Klasifikasi Jembatan menurut Kelas muatan ?


Jelaskan ada berapa Kelas matan ?

3. Ditinjau dari bentuk struktur jembatan, ada berapa bentuk struktur ?

4. Jelaskan fungsi masing-masing bagian struktur jembatan ?

5. Gambarkan sket dari struktur jembatan Balok Komposit, jelaskan elemen-


elemen strukturnya ?

Struktur Baja Jembatan 106


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
6. Ada berapa bagian struktur Jembatan

7. Sebutkan Bagian-bagian yang termasuk Struktur Atas jembatan

8. Sebutkan Bagian-bagian yang termasuk Struktur Bawah jembatan

10. Gambarkan Susunan elemen struktur dengan benar dari Struktur Atas
jembatan

11. Apa Fungsi dari Drainase yang ada di bagian Struktur Atas Jembatan

12. Apa fungsi dari Abutment Jembatan

Struktur Baja Jembatan 107


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
PENGENALAN BALOK KOMPOSIT
SEBAGAI BALOK GIRDER JEMBATAN
BAB SUB POKOK BAHASAN :
2.1. Pemahaman Struktur Komposit
2 2.2.
2.3.
Balok Komposit Baja-Beton
Teori Dasar Balok Komposit

2.1 Pemahaman Struktur Komposit


2.1.1 Pembahasan Umum Struktur Komposit
Aksi komposit atau konstruksi komposit dalam struktur adalah interaksi dari
elemen struktur yang berbeda dan dapat terjadi dengan menggunakan material yang
sama atau berlainan. Termasuk dalam konstruksi komposit adalah balok baja-beton,
kolom baik terbungkus penuh atau sebagian, atau diikat dengan menggunakan ‘shear
connector’ dan balok beton.
Konstruksi komposit yang paling umum dalam bangunan adalah komposit baja-
beton dimana baja dan plat beton bertulang (cor ditempat atau prefab) dihubungkan
dengan shear connector sehingga bekerja sebagai satu kesatuan.
Balok baja dapat terbungkus penuh dalam beton, terbungkus sebagian, atau
ditempatkan dibawah plat. Jika selimut beton atau beton pembungkus monolit
mempunyai ketebalan minimum tertentu, ikatan dengan balok baja akan memberikan
aksi komposit dan akan didapat tambahan kekakuan. Untuk menjamin terjadi aksi
komposit maka harus disediakan shear connector berupa stud, tulangan baja, atau
bentuk lain yang dilas pada flens atas dari balok baja dan tertanam dalam plat beton.

2.1.2 Tipe Konstruksi Komposit

Struktur Baja Jembatan 108


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Beberapa sistem komposit dari material konstruksi yang sama dan berlainan
akan dibahas disini.
Sistem komposit dari material yang sama adalah:
1. Struktur monolit, misalnya elemen struktur beton cor ditempat (pondasi, kolom,
balok, portal, shear wall, pelat, panel).
2. Struktur komposit, yaitu antara elemen struktur precast dengan elemen beton cor
ditempat. Contoh: balok beton cor ditempat dengan platprecast beton bertulang.
3. Struktur orthotropik, terjadi pada balok baja yang berinteraksi dengan plat baja.

2.1.3 Aksi Komposit Vs Non Komposit


Hasil penelitian menunjukan bahwa konstruksi komposit akan kompetitif
dibandingkan dengan struktur baja dan beton bertulang pada struktur dengan bentang
medium dan panjang. Kelebihan konstruksi komposit dengan non komposit bervariasi
tergantung jenis struktur, lokasi, harga material dan pekerja. Tabel 2.1 memperlihatkan
perbandingan tipe-tipe portal komposit yang didesain dengan peraturan Inggris.

Tabel 2.1Perbandingan Berat dan Tinggi dari Bangunan Tiga Bentang dan Enam Lantai
Tipe Portal Berat (%) Tinggi (%)
Elastis non-komposit 100 100
Plastis non-komposit 95 102
Elastis komposit 86 91
Plastis komposit 66 90
Sumber : Desain Struktur Komposit
Keuntungan struktur komposit terhadap komposit dapat diresumekan sebagai
berikut:
1. Tinggi balok baja dapat dikurangi.
2. Kapasitas dapat ditingkatkan.
3. Berkurangnya beban mati akan mengurangi tinggi bangunan keseluruhan, biaya
pondasi, ventilasi, AC, jadi juga akan mengurangi biaya bangunnan secara
keseluruhan.

2.1.4 Peranan Penting dari Transfer Geser dalam Aksi Komposit (Shear
Connector)

Struktur Baja Jembatan 109


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Aksi komposit antara baja dan beton memperlihatkan adanya interaksi antara
keduanya dan transfer geser pada sambungan. Balok baja yang terbungkus seluruhnya
oleh beton terdapat luas transfer geser yang cukup besar. Pada balok baja yang
terbungkus beton, terdapat transfer geser yang lebih kecil akibatnya adanya ikatan dan
friksi pada pertemuan baja dan plat lantai. Hal ini tidak dapat diharapkan jika terjadi
beban yang dapat menghilangkan ikatan, misalnya beban siklis. Shear connector
diperlukan untuk memberikan aksi komposit dengan dua tujuan:
1. Mentransfer gaya geser antara baja dan beton, sehingga membatasi geseran pada
sambungan. Hal ini untuk menjamin balok-pelat bekerja sebagai satu kesatuan
untuk menahan lentur longitudinal dengan satu garis netral untuk penampang
komposit.
2. Untuk mencegah lendutan keatas antara balok baja dengan pelat beton, yaitu untuk
menghindari terjadinya pemisahan baja dan beton pada arah tegak lurus permukaan
sambungan.

2.1.5 Dasar Perencanaan Elemen Struktur Komposit


Prilaku dan desain elemen struktur komposit untuk berbagai beban dan kondisi
lingkungan harus memperhatikan:
1. Kekuatan: lentur, aksial, vertikal, buckling geser dari flens.
2. Sifat layan: defleksi jangka pendek dan jangka panjang, kontrol retak, pergeseran
longitudal, vibrasi, dan pengaruh fisik.
3. Ragam keruntuhan dan daktilitas: batas keamanan pada kondisi batas yang berbeda.

2.2 Struktur Komposit Baja dan Beton


2.2.1 Material Komposit
Ciri struktur komposit berdasarkan pada sifat interaksi antara struktur elemen
baja dan beton yang dirancang untuk memanfaatkan kekuatan maksimum dari tiap
material dalam menahan beban. Elemen dan sistem komposit yang dihasilkan secara
umum menggambarkan tingkat efisiensi tinggi dalam menahan beban sehingga biaya
menjadi efektif lebih ringan.
Karakteristik terpenting dari struktur baja adalah kekuatan yang tinggi, modulus
elastisitas tinggi, dan daktilitas yang tinggi, yang menghasilkan dimensi elemen

Struktur Baja Jembatan 110


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
berukuran kecil, bentang bersih yang panjang, dan sifat adaptif yang baik dalam
pembuatan dan penggunaannya. Kelebihan utama lainnya, berhubungan dengan
ringannya baja persatuan luas bangunan, stabilitas dimensional bangunan, kemudahan
untuk dimodifikasi, dan kecepatan pembangunan yang dihasilkan dari prepabrikasi
elemen dan sambungan. Oleh sebab itu fungsi dari struktur baja dalam struktur
komposit diorientasikan kedalam beberapa hal berikut :
- Pelat lantai (Floor framing) yang diperlukan untuk menahan bentang bersih antar
kolom yang panjang dan potensi untuk memodifikasi elemen struktur dikemudian
hari.
- Mengurangi luas penampang kolom yang diperlukan sehingga jumlah kolom lebih
sedikit serta pelaksanaan menjadi lebih cepat.
- Daerah dengan aktivitas gempa tinggi dimana daktilitas yang tinggi dan berat
gedung yang lebih ringan memberikan suatu keuntungan.

Konstruksi beton memiliki sifat tahan api yang baik, daya lekat massa yang
tinggi dan biaya material yang relatif rendah. Konstruksi Beton ini dapat diubah
kedalam bentuk apapun asal dapat menghasilkan konstruksi yang kompleks dan bentuk
– bentuk arsitektural, termasuk bentuk pracetak yang dibuat memiliki bentuk struktural
yang efisien. Penggunaan beton dalam konstruksi komposit menguntungkan pada
aplikasi berikut :
- Pelat lantai, yang mempunyai sifat isolasi pada beton. Pelat lantai beton membentuk
diapraghma horizontal yang kaku, memberikan stabilitas pada sistem bangunan
ketika mendistribusikan kekuatan gempa pada beban lateral yang menahan elemen.
- Kolom, yang mempunyai kuat tekan beton yang digunakan dengan sangat efektif
dan biaya materialnya dapat diperkecil.

2.2.2 Pembebanan Pada Struktur Komposit


Desain elemen struktur komposit harus memperhitungkan sambungan antara
material baja dan beton, yang ditandai dengan interaksinya bergantung waktu, termasuk
pengaruh daya tahan terhadap beban konstruksi sementara, pembagian beban, dan
kesesuaian deformasi. Perubahan selanjutnya dalam pembagian beban dikarenakan
adanya pemuaian dan penyusutan dari beton.

Struktur Baja Jembatan 111


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Beban mati (Dead load) meliputi berat sendiri dari semua elemen tetap meliputi
rangka baja, dinding dan kolom beton, selubung beton, plat lantai, lantai baja dan lain
sebagainya.
Beban hidup (Live load) meliputi semua beban yang disumsikan berubah
setelah digunakan pada struktur lengkap. Beban hidup pada Bangunan jembatan
meliputi beban Lalulintas yang terdiri dari Muatan “T” dan muatan jalur “D”
Ada atau tidak adanya penyokong pada saat pemasangan konstruksi
mengakibatkan adanya hubungan langsung antara beban mati dan beban hidup dalam
material komposit. Dulu sistem rangka lantai komposit sering didesain sebagai
sokongan untuk mencegah tegangan lentur berlebihan akibat beban mati pada elemen
konstruksi baja yang disebabkan oleh berat baja dan beton segar. Tetapi, Tegangan
tinggi seperti itu adalah kekhasan dari konstruksi tanpa sokongan ”unshored”.
Percobaan pada balok komposit menunjukkan bahwa redistribusi tegangan berlangsung
dalam penampang komposit ketika mendekati batas maksimum. Kekuatan maksimum
penampang komposit tidak tergantung pada ada atau tidaknya sokongan pada saat
konstruksi. Sebagai hasilnya, seluruh beban yang awalnya diasumsikan, dapat
bertindak berdasarkan penampang komposit keseluruhan, juga pada desain tegangan.
Selain itu, perkiraan defleksi akibat beban mati dari konstruksi harus berdasarkan pada
kekakuan penampang baja itu sendiri.

2.2.3 Sistem Struktur Komposit


Yang termasuk kedalam sistem lantai komposit adalah penyokong balok baja
struktural, balok melintang, gelagar, atau rangka yang dihubungkan oleh sambungan
geser (shear connector) dengan pelat lantai beton untuk membentuk sebuah balok T
efektif yang tahan terhadap beban terutama beban lentur akibat gravitasi. Kemampuan
dari sistem ini diakibatkan oleh sifat kuat dari komponen lantai beton itu, kemampuan
jarak bentang baja, dan kemampuan elemen baja. Keuntungan dari sistem lantai
komposit yaitu efisien dalam biaya material, tenaga kerja dan waktu pekerjaan.

2.2.3.1 Pelat Lantai


Pelat lantai komposit adalah sistem pelat lantai yang terdiri dari lembaran tipis
baja berprofil atau bergelombang yang dikombinasikan dengan campuran beton

Struktur Baja Jembatan 112


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
(Gambar 2.1). Lembaran baja tersebut berfungsi untuk bekisting tetap dan sebagai
pengganti tulangan tarik.

pelat beton
tulangan

penghubun
g geser

Lembaran
baja
Embossments
balok baja

Gambar 2.1 Pelat Komposit

Menurut SNI-LRFD 13.1, lebar effektif pelat lantai (b E) seperti pada Gambar
2.2 yang membentang pada masing-masing sisi dari sumbu balok adalah :
1
- bE ≤ 8 dari bentang balok jarak antara tumpuan ;
- bE ≤ ½ jarak bersih antara sumbu balok-balok yanh bersebelahan;
- bE ≤ jarak ke tepi pelat.

b
b/n
(b/n)eff

t=to

N.A.(full)
h
N.A.(Partial) d
Yb Yeff
As

Gambar 2.2 Pelat Komposit

Struktur Baja Jembatan 113


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Aksi komposit antara pelat lantai baja gelombang dengan pelat beton dapat
terbentuk melalui lekatan kimia dan friksi aktif antara kedua material, kekangan pasif,
profil dek dan adanya bentuk geometris yang khas pada lembaran bajaserta mampu
pula menahan gaya geser yang terjadi.

2.2.3.2 Lembaran Baja Bergelombang (Deck)


Untuk dek baja bergelombang yang menahan beban lentur, SNI 03-1729-2002
[2002:88] seperti yang terlihat pada Gambar 2.3 memberikan persyaratan sebagai
berikut :
1. Tinggi nominal gelombang hr ≤ 75 mm (3 in)
2. Lebar rata-rata gelombang wr ≥ 50 mm (2 in)
3. Pelat beton harus disatukan dengan balok baja melalui penghubung geser jenis paku
yang dilas, diameter penghubung geser ds ≤ 20 mm
4. Ketebalan pelat beton di atas dek baja ≥ 50 mm

Gambar 2.3 Persyaratan Untuk Dek Baja Bergelombang dan Penghubung Geser Jenis Paku

Umumnya pelat beton komposit bekerja sebagai pelat satu arah yang
membentang di antara balok-balok penyangga. Pelat dalam konstruksi komposit tidak
hanya sebagai pelat untuk menahan beban hidup melainkan juga sebagai bagian dari
balok. Dalam hal ini pelat bekerja sebagai pelat penutup untuk flens atau balok baja
yang akan menambah kekuatan balok.
Fungsi dari lembaran baja bergelombang (deck) adalah :
- Sebagai Platform kerja konstruksi
- Sebagai perancah untuk pelat beton.
- Sebagai perkuatan pada dasar pelat.
Ketebalan lembaran bervariasi dari 0,75 – 1,5 mm (0,0295-0,0591in)
Ketinggian deck bervariasi dari 38-80 mm (1,496-3,149 in).

Struktur Baja Jembatan 114


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
 Pelat Lantai Komposit United Steel Deck (USD)
Perancangan pelat lantai menggunakan bantuan tabel perancangan pelat lantai
komposit produksi United Steel Deck (USD)dari PT. Gunung Garuda, tabel tersebut
telah memperhitungkan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Menggunakan atau tidak menggunakan sokongan sementara (temporary shores)
pada proses konstruksi.
2. Digunakan tulangan susut dan suhu wire mesh dengan rasio sebesar 0,00075 x luas
beton (0,00075 Ac) di atas dek baja, dipasang sejarak ¾ in hingga 1 in dari atas
permukaan beton.
3. Lendutan dan beban terfaktor yang diperhitungkan:
a. Pada saat proses konstruksi, lendutan diakibatkan oleh berat sendiri beton
basah, dek baja, dan beban konstruksi 20 psf yang telah dikalikan dengan faktor
pembebanan masing-masing sebesar 1,6; 1,2; dan 1,4. besarnya lendutan yang
diperhitungkan adalah L/180 atau ¾ in (yang lebih menentukan).
b. Setelah beton mengeras, aksi komposit terjadi, lendutan yang diperhitungkan
adalah sebesar L/360. beban terfaktor sebesar 1,2 untuk beban mati (dead load)
dan 1,6 untuk beban hidup (superimposed live load) telah diperhitungkan.
4. Pelat diperlakukan sebagai pelat satu arah dengan tumpuan sederhana, tidak
terdapat momen negatif pada tumpuannya, sehingga tidak diperlukan tulangan
negatif.
 Prinsip Perencanaan
Ketika merencanakan pelat komposit, dua keadaan struktur harus diperiksa:
pertama, keadaan sementara saat pelaksanaan, ketika hanya lembaran yang menahan
beban yang bekerja; kedua, keadaan permanen, setelah beton yang terikat pada baja
memberikan aksi komposit.
Keadaan batas dan pembebanan yang relevan harus dipertimbangkan untuk
kedua kondisi perencanan tersebut.
a. Lembaran berprofil sebagai acuan
Diperlukan verifikasi pada keadaan batas (ultimate) dan keadaan beban layan
dengan memperhatikan keamanan dan sifat layan dari lembaran berprofil sebagai
perancah untuk beton basah. Efek dari semua sokongan pertama yang digunakan

Struktur Baja Jembatan 115


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
selama pelaksanaan, harus disertakan dalam perhitungan pada kondisi perancangan
ini.

b. Pelat Komposit
Diperlukan verifikasi pada keadaan batas dan keadaan beban layan dengan
memperhatikan keamanan dan sifat layan dari pelat beton setelah perilaku komposit
bekerja dan semua sokongan dilepaskan.

2.2.3.3 Sambungan Baja Beton


Ikatan antara pelat beton dan lembaran berprofil harus mampu menyebarkan
geser longitudinal pada permukaan baja dengan beton. Pada Gambar 2.4, sambungan
ini bisa dibuat dalam satu cara atau lebih seperti berikut :
 Dengan menyertakan bentuk rusuk yang menghasilkan ikatan melalui friksi
(lihat Gambar 2.4 (a,b)).
 Dengan takikan pada flens atau rusuk lembaran baja tersebut (Gambar 2.4 (c)).
 Dengan memberi angkur pada ujung pelat, yang terdiri dari sambungan stud
yang dilas sepanjang lembaran (Gambar 2.4 (d)), sambungan geser shot-fired
(Gambar 2.4 (e)), atau oleh deformasi rusuk (Gambar 2.4 (f)).

(e) (f)

Gambar 2.4 Bentuk Umum Kuncian Pada Pelat Komposit

Struktur Baja Jembatan 116


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.2.3.4 Pembebanan Pada Struktur Pelat Komposit
Beban dan gaya-gaya yang harus ditinjau untuk keadaan ultimate dan layan,
diberikan dalam SNI 02 –2003.
Untuk keadaan dimana lembaran berprofil sebagai perancah, beban-beban
berikut harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan semua efek sokongan:
o Berat sendiri lembaran berprofil
o Berat beton basah
o Beban selama pelaksanaan
o Beban penyimpanan sementara
Beban pelaksanaan menunjukkan berat pekerja, semua beban yang terjadi pada
saat pengecoran beton, Untuk keadaan dimana baja dan beton beraksi komposit, beban
yang beraksi pada pelat harus mengikuti SNI 02 –2003.
- berat sendiri pelat (lembaran berprofil dan beton)
- berat finishing lantai
- beban hidup
Untuk keadaan beban layan, nilai beban dengan durasi yang panjang diperlukan
untuk perhitungan deformasi yang menyertakan perhitungan rangkak dan susut beton.

2.3 Balok Komposit


2.3.1 Sistem dan Komponen
Balok komposit telah lama dikenal sebagai elemen struktur yang paling
ekonomis untuk bangunan sistem lantai yang terbuat dari pelat beton dan profil baja
pendukung. Konstruksinya yang aman, kekuatannya yang luar biasa dan perbandingan
kekakuan dengan bebannya yang tidak ada duanya, serta karakteristik tahan terhadap
api yang menguntungkan membuat balok komposit menjadi komponen sistem yang
istimewa dalam penggunaannya
Tiga balok komposit yang tradisional telah dikembangkan selama bertahun-
tahun untuk menemukan batasan maksimum dan untuk memenuhi kompleksitas
instalasi mekanikal, elektrikal dan komunikasi seperti balok komposit dengan web
terbuka, komposit joists dan truss serta balok stub (Gambar 2.5). Sistem ini bertujuan
untuk mendapatkan perbandingan tinggi dan lebar penampang yang besar pada saat
menahan beban lentur yang diterima oleh struktur.

Struktur Baja Jembatan 117


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Ketiga komponen pada sistem lantai komposit terdiri dari balok, pelat dan
sambungan yang masing-masing mempunyai karakteristik material berbeda.

Balok komposit dengan web terbuka

Balok komposit joist dan truss

Balok komposit dengan stub girder system

Gambar 2.5 Balok Komposit

Beton yang digunakan untuk lantai sangat bervariasi dari beton ringan sampai
beton normal. Karakteristik dari struktur beton normal sudah banyak dikenal dan tidak
dibahas disini. Karena membutuhkan batasan berat sendiri, beton ringan memenuhi
spesifikasi untuk dapat digunakan pada lantai komposit. Beton ringan mempunyai batas
kekuatan yang sama yaitu 21-35 MPa (3-5 ksi) dan mempunyai karakteristik tegangan
tekan yang sama dengan beton normal. Meskipun beberapa beton ringan mempunyai
kapasitas tahanan geser yang lebih rendah, batas kapasitas lentur pada elemen ini
mempunyai kesamaan dengan kekuatan beton normal. Walaupun tulangan rapat dan
pelat tipis, pada pelat harus diperiksa gaya geser longitudinal, ketika retak terjadi
sepanjang tulangan atas.
Karakteristik daya layan pada beton ringan dan beton normal sangat
dipengaruhi oleh rangkak dan susut, perkembangan terakhir dibuat berpori, agregat
kasar yang mempunyai daya serap tinggi dan modulus elastisitas yang rendah,

Struktur Baja Jembatan 118


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
keduanya dapat mempunyai pengaruh yang penting terhadap daya layan dalam jangka
panjang.

Elemen baja dan pelat beton secara mekanis sering kali dihubungkan dengan
menggunakan stud baja yang di las pada bagian atas flens pada balok baja (Gambar 2.6)

Sambungan Stud

Sambungan Canal

Gambar 2.6 Tipe Sambungan Geser

Tipe lain dari sambungan geser antara lain baja kanal, tulangan yang
dibengkokan dan pelat yang dilas langsung pada bagian atas balok baja. Kebanyakan
lantai komposit dibuat dengan pelat beton yang di cor pada lembaran baja yang
digunakan sebagai acuan dan perancah.

2.3.2 Aksi Komposit


Pada balok komposit, penampang IWF dihubungkan dengan pelat beton. Pada
umumnya, diasumsikan bahwa balok komposit mendapatkan beban lentur dimana
balok baja menahan gaya tarik dan pelat beton menahan gaya tekan. Untuk
menyalurkan geser horizontal pada permukaan (interface) antara balok baja dan pelat
beton dapat melalui adhesi, gesekan dan tahanan. Kecuali untuk penampang baja yang
diselimuti oleh beton, adhesi dan gesekan pada umumnya diabaikan dikarenakan
kurang tahan uji. Diasumsikan bahwa untuk kebanyakan balok komposit, sambungan
gesernya diperoleh dari elemen baja yang dilas pada balok baja dan tertanam dalam
beton Gambar 2.7. Elemen ini mentransfer gaya antara balok baja dengan sambungan
geser dan antara sambungan tersebut dengan pelat beton melalui daya dukung.

Struktur Baja Jembatan 119


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tulangan baja

Shear
connector

Balok
komposit

Gambar 2.7 Aksi Komposit

Tingkatan sambungan yang diberikan pada permukaan (interface) pelat beton


dengan balok baja menghasilkan serangkaian peningkatan perilaku.
1 Pada suatu kondisi ekstrim dapat diasumsikan bahwa tidak ada sambungan sama
sekali. Respon pelat beton dan balok baja terhadap pembebanan secara independen
dan kekuatan luar biasa yang dapat diandalkan diberikan oleh kapasitas plastis dari
balok itu sendiri (Gambar 2.8). Hal ini juga terjadi pada struktur baja yang tidak
mendapatkan sambungan mekanis antara balok dan pelatnya. Pada kenyataannya
kebanyakan struktur ini cenderung menerima beban sebagai komposit pada tingkat
layan karena gaya friksi dan adhesi. Tipe konstruksi ini jarang digunakan saat ini
karena biaya untuk pemasangan sambungan mekanis biasanya lebih rendah
daripada biaya pemasangan penampang balok baja yang lebih besar yang mampu
menerima berat sendiri.

Bebas bergerak
secara vertikal

Bebas untuk
bergeser

Bentuk deformasi Distribusi tegangan

Gambar 2.8 Balok Tanpa Aksi Komposit

3. Pada kondisi ekstrim yang lain kita dapat mengasumsikan terjadi aksi
komposit penuh (Gambar 2.9). Balok baja dan pelat beton merespon sebagai

Struktur Baja Jembatan 120


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
satu kesatuan karena tidak adanya pemutusan tegangan pada permukaan
(interface). Aksi komposit penuh memerlukan sambungan yang mempunyai
gaya geser, lentur dan kekakuan axial yang tak terbatas. Karena tidak ada
sambungan geser mekanis yang mampu memberikan tingkat kekakuan
sambungan sempurna ini menjadi tidak praktis. Tetapi, sebagian kecil
pergeseran (slip) pada permukaan (interface) dan pelat beton tidak akan
memberikan pengaruh yang berarti pada kapasitas penampang sehingga
sambungan dapat mentransfer geser maksimum yang diperlukan. Desain
paling ekonomis untuk sistem ini adalah satu-satunya yang mampu
mentransfer sambungan sebagai gaya geser yang lebih kecil daripada
kapasitas tarik pada balok baja AsFy atau kapasitas tekan pada beton 0,85 AcFc.

Tidak
bergeser

Bentuk deformasi Distribusi tegangan

Gambar 2.9 Balok Dengan Aksi Komposit Penuh

3. Pada Gambar 2.10, kondisi antara tanpa aksi komposit dengan aksi komposit
penuh terdapat kondisi aksi komposit parsial.

Bergeser
sebagian

Bentuk deformasi Distribusi


tegangan

Gambar 2.10 Balok Dengan Aksi Komposit Parsial

Pada kasus ini jumlah sambungan yang diberikan lebih kecil dari AsFy dan 0.85
AcFc. Kekuatan yang diberikan oleh interaksi parsial dapat diambil sebagai
interpolasi linear antara tanpa aksi komposit dengan aksi komposit penuh.

Struktur Baja Jembatan 121


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Momen
Eksak

M komposit

M baja
Interpolasi
Minimum linier
Interaksi (25%)

Tingkatan Interaksi (%)


Gambar 2.11 Kapasitas vs Tingkatan Interaksi

Aksi komposit parsial banyak digunakan karena pada beberapa kasus


penampang balok baja lebih besar daripada batas minimum yang diperlukan untuk aksi
komposit penuh sedangkan untuk jumlah sambungan geser dapat disesuaikan dengan
batas keperluan minimum yang diperlukan. Karena tingkatan daktilitas diperlukan
setelah penampang mencapai kapasitas desainnya seperti pada Gambar 2.11, maka
peraturan membatasi jumlah minimum interaksi sampai dengan antara 25 - 50 %
sebagai aksi komposit penuh dan merupakan persentasi interaksi yang sangat rendah
untuk bisa menghasilkan kegagalan geser tiba-tiba pada sambungan.

2.3.3 Sambungan Geser (Shear Connection)


Sambungan geser pada permukaan baja-beton merupakan elemen yang sangat
penting untuk terjadinya aksi komposit pada struktur. Analisis yang akurat menjelaskan
bahwa kekuatan sambungan geser diperlukan untuk perhitungan kekuatan yang presisi
pada balok komposit. Berbagai macam sambungan geser telah banyak digunakan, tetapi
jenis sambungan dengan stud paling banyak digunakan pada dunia konstruksi saat ini.
Pada dasarnya semua sambungan geser dirancang untuk dapat menahan gaya geser
horizontal yang terjadi pada permukaan antara balok baja dengan plat beton.
Beberapa tipe shear connector telah digunakan untuk menahan gaya geser
longitudinal dan pergeseran vertikal, diantaranya adalah jenis penghubung geser yang
kaku, fleksibel, tipe pengikat, dan baut friksi kekuatan tinggi. Secara garis besar,

Struktur Baja Jembatan 122


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
connector dapat dibagi dua yaitu: kaku dan fleksibel. Tipe penghubung kaku dan kanal
(Gambar 2.12 a,b) terbatas pada transfer geser satu arah, sedangkan connector jenis las
stud (Gambar 2.12 c) dapat menahan dan mentransfer gaya geser dalam kedua arah
tegak lurusnya.

a. penghubung geser kaku dengan tulangan baja b. penghubung geser flexibel dengan profil
Channel

c.. penghubung geser flexible dengan stud d. penghubung geser dengan baut friksi

Gambar 2.12 Tipe – tipe Penghubung Geser

Gaya geser horizontal yang terjadi diantara pelat beton dan balok baja selama
pembebanan harus ditahan sedemikian rupa sehingga gelincir dapat dikekang.
Penampang yang sepenuhnya komposit tidak akan mengalami gelincir pada permukaan
antara beton dan bajanya. Meskipun lekatan dapat terjadi antara baja dan betonnya,
namun tidak dapat diperkirakan dengan pasti kekuatan geser pada bidang pertemuan
tersebut. Demikian pula gesekan diantara pelat beton dan balok baja juga tidak
menghasilkan kekuatan yang sedemikian. (Salmon, Charles G.,1996:593).
Seluruh gaya geser horizontal pada bidang kontak antara balok baja dan pelat
beton harus disalurkan oleh penghubung-penghubung geser. Untuk aksi komposit
dimana beton mengalami gaya tekan akibat lentur, gaya geser horisontal total yang
bekerja pada daerah yang dibatasi oleh titik-titik momen positif maksimum dan momen
nol yang berdekatan harus diambil sebagai nilai terkecil dari: (SNI 03-1729-2002:91)
1. 0.85 f’c Ac
2. AsFy
3. ΣQn

Struktur Baja Jembatan 123


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Kekuatan nominal sambungan geser dengan stud (Gambar 2.12.c) yang ditanam di
dalam pelat beton masif adalah :
Qn = 0.5 Asc f 'c Ec ≤ Asc fusc (Pers 2.1)
Dengan:
Asc : Luas penampang sambungan geser jenis paku (mm2)
fusc : Tegangan putus penghubung geser jenis paku (Mpa)
Qn : Kekuatan nominal sambungan geser (N)
Untuk penghubung geser jenis paku yang ditanam didalam pelat beton yang
berada diatas dek baja bergelombang, nilai Qn = 0.5 Asc f 'c Ec harus dikalikan
dengan faktor reduksi Rs sebesar (SNI 03-1729-2002:92)
a. Gelombang dek yang arahnya tegak lurus terhadap balok baja penumpu

0.85  wr   H s  
Rs =      1.0  1.0 (Pers 2.2)
N r  hr   hr  
b. Gelombang dek yang arahnya sejajar terhadap balok baja penumpu

 wr   H s  
Rs = 0.6     1.0  1.0 (Pers 2.3)
 hr   hr  
Dengan:
Rs : Faktor reduksi
Nr : Jumlah sambungan geser pada setiap gelombang pelat berprofil di perpotongan
dengan balok
Hs : Tinggi sambungan geser ≤ (hr + 75 mm)
hr : Tinggi nominal gelombang pelat baja berprofil
wr : Lebar efektif gelombang pelat baja berprofil
Jumlah penghubung geser yang diperlukan pada daerah yang dibatasi oleh titik
momen lentur maksimum, positif atau negatif dan momen nol yang berdekatan adalah
sama dengan gaya geser horizontal total Vh yang bekerja dibagi dengan kuat nominal
satu sambungan geser Qn.
Vh
N (Pers 2.4)
Qn

Struktur Baja Jembatan 124


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.3.4 Preliminary Design Balok
Perencanaan awal balok (preliminary design balok) dihitung dengan suatu
ukuran dan syarat sehingga didapatkan suatu dimensi awal sebagai acuan. Ukuran atau
syarat tersebut adalah :
1. Menghitung beban yang bekerja pada balok, wu
2. Menghitung momen yang terjadi pada balok akibat beban
1
Mu  wu .L2 (Pers 2.5)
8
3. Menghitung modulus plastis balok Zx ada
Mu
Zx ada  (Pers 2.6)
 u Fy

4. Dengan menggunakan grafik momen dan panjang bentang balok (Lb) pada SNI-
LRFD, maka akan didapat profil balok. Syarat yang harus ditentukan pada profil
tersebut adalah modulus plastis profil Zx lebih besar dari modulus plastis yang ada :
Zx > Zx ada (Pers 2.7)

2.3.5 Perancangan Balok Komposit


Pada perancangan struktur balok komposit, terlebih dahulu mengetahui
ketentuan umum untuk perancangan balok komposit dan batang lentur, menentukan
balok kompak atau tidak kompak, momen nominal balok, kuat lentur balok, dan kuat
geser balok.

2.3.6 Ketentuan Umum Balok Komposit


Ketentuan balok komposit adalah sebagai berikut :
1. Pada balok tanpa penyokong sementara, beban yang bekerja sebelum beton
mengeras hanya ditahan oleh balok baja saja sehingga baja harus memiliki kekuatan
yang cukup. Setelah beton mengeras, beban ditahan oleh penampang komposit.
Beton dianggap mampu menahan beban bila telah mengeras dan mencapai 75%
dari kuat tekannya (f’c).

Struktur Baja Jembatan 125


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2. Balok yang disokong selama proses konstruksi, beban yang bekerja ditahan oleh
penyokong, setelah penyokong dibongkar maka penampang bekerja secara
komposit dalam menahan beban.
3. Pada analisis plastis, semua beban yang bekerja ditahan oleh penampang
komposit, dimulai ketika kekuatan plastis tercapai sampai terjadi kelelehan pada
lokasi sendi plastis.
4. Balok komposit dengan shear connectors, analisis plastis dapat digunakan
apabila penampang baja pada daerah momen positif adalah kompak. Ketika
penampang baja pada lokasi momen negatif, beban ditahan oleh baja saja, kekuatan
penampang komposit tidak bekerja.
5. Untuk balok komposit penuh, jumlah penghubung geser (shear connector)
harus memadai agar balok mencapai kuat lentur maksimum.
6. Balok komposit parsial, kuat lentur yang ditahan oleh balok komposit tidak
mencapai kekuatan penuh sebab tergantung dari jumlah shear connector yang
terpasang.

2.3.7 Ketentuan Batang Lentur


Ketentuan batang lentur adalah sebagai berikut :
1. Lebar efektif pelat beton, lebar efektif yang membentang pada kedua sisi dari
sumbu balok tidak boleh lebih dari:
a. seperdelapan dari bentang balok (jarak antar tumpuan)
b. setengah jarak bersih antara sumbu balok yang bersebelahan
c. jarak ke tepi pelat
2. Kuat lentur positif rencana balok (bMn), ditentukan sebagai berikut:
Kuat lentur positif rencana Mn balok komposit dengan penghubung geser
ditentukan sebagai berikut Charles G. Salmon, John E. Johnson [1996, hal. 588]):

a. Untuk h/tw < (1680/ f yf )


(2.8)

Maka Mn berdasarkan distribusi tegangan plastis pada penampang komposit dan


b = 0,85

Struktur Baja Jembatan 126


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
b. Untuk h/tw > (1680/ f yf ) (2.9)
Mn berdasarkan superposisi tegangan-tegangan elastis yang memperhitungkan
pengaruh tumpuan sementara (perancah) dan b = 0,90
dengan :

h = tinggi bersih badan profil baja (mm)


tw = tebal pelat badan profil baja (mm)
fyf = tegangan leleh bagian pelat sayap profil baja (MPa)
3. Kuat lentur negatif rencana balok (bMn), dihitung untuk penampang baja saja,
dengan ketentuan seperti dalam perencanaan balok baja secara plastis (LRFD).
4. Lendutan pada balok terjadi pada saat proses konstruksi dan setelah aksi
komposit terjadi beton mengeras.
a. Pada saat proses konstruksi, beton belum mengeras, beban-beban
yang diperhitungkan untuk menghitung lendutan pada balok adalah berat sendiri
balok baja, berat beton basah, dan beban hidup konstruksi.
b. Sedangkan pada saat setelah beton mengeras, beban-beban yang
diperhitungkan adalah beban mati (berat sendiri pelat, balok, dan beban
superimposed dead load seperti: partisi, utilitas, plafon, finishing lantai, dan
sebagainya) dan beban hidup (sesuai dengan fungsi bangunannya).

2.3.8 Menentukan Apakah Balok Kompak atau Tidak Kompak


Definisi balok kompak dan tidak kompak adalah:
1. Penampang kompak
Penampang kompak adalah penampang yang mampu mengembangkan distribusi
tegangan plastis secara penuh sebelum terjadi tekuk. Yang dimaksud plastis disini
adalah tegangan yang terjadi seluruhnya sebesar tegangan leleh. Supaya batang
tekan dapat dikelompokkan sebagai kompak maka flens harus tersambung secara

b
menerus pada salah satu atau kedua webnya dan rasio lebar dan tebal dari
t

elemen tekan tidak boleh lebih besar dari nilai rasio batas  p (Tabel 2.2)
2. Penampang non kompak
Penampang non kompak adalah penampang yang dapat mencapai tegangan leleh
pada sebagian penampangnya tetapi tidak pada semua elemen tekannya sebelum

Struktur Baja Jembatan 127


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
terjadi tekuk. Artinya, pada penampang non-kompak tidak terjadi distribusi
tegangan secara penuh. Penampang non kompak mempunyai rasio lebar-tebal lebih
besar dari  p tetapi lebih kecil dari  r (Tabel 2.2)

Tabel 2.2 Rasio Penampang Batang Tekan pada Profil I

Uraian Rasio Batas rasio lebar terhadap ketebalan


() p (kompak) r (tidak kompak)
Pelat sayap profil I dan kanal bf 2t 65 Fy 141 Fy  10
f
dalam lentur
Pelat sayap profil I hybrid atau bf 2t 162
f
tersusun dengan las akibat lentur ( F yf  16,5 ) kc

Bagian pelat badan dalam h tw untuk Pu φb Py  0,125


kombinasi tekan dan lentur
640  2, 75 Pu 
1  
Fy  b Py 
untuk Pu φb Py  0,125 970  Pu 
1  0 , 74 
Fy  b Py 
191  P  253
 2,33  u  
Fy  b Py  Fy

Sumber AISC - LRFD


keterangan:
bf = lebar flens
Fy = kuat leleh profil
Fyf = kuat leleh pelat sayap
h = tinggi web
4
kc = , tetapi 0,35  k c  0,763
h tw

Pu = gaya aksial yang bekerja


tf = tebal flens
tw = tebal web
bPy = gaya aksial desain

2.3.9 Kekuatan Lentur Positif


Kuat lentur positif berdasarkan distribusi tegangan plastis dapat dibagi menjadi
dua kategori umum, yaitu :
1. Sumbu netral plastis (PNA) terjadi pada beton (slab)
dengan asumsi nilai a<ts.

Struktur Baja Jembatan 128


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2. Sumbu netral plastis terletak pada penampang baja.
Bila PNA terletak pada penampang baja, perhitungan kuat lentur positif Mn akan
berbeda tergantung pada apakah PNA itu terdapat pada pelat sayap atau pada pelat
badan. dengan asumsi nilai a>ts.
1. Sumbu Netral Plastis (PNA) di Daerah Beton
Sumbu netral plastis terletak di daerah beton ditunjukkan pada Gambar 2.13
sebagai berikut:

bE
0,85 fc

C
a
c
tc
PNA
d1

d/2
T
d

d/2

Fy

Gambar 2.13 Garis Netral Plastis di Daerah Beton

Untuk kuat lentur positif dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis, gaya
tekan beton C dihitung berdasarkan nilai terkecil dari (SNI-LRFD)
C = A s fy = T (Pers 2.10)
C = 0,85f’cAc (Pers 2.11)
C = Q n (Pers 2.12)
dengan :
As = luas penampang profil baja
fy = tegangan leleh profil baja
f’c = kuat tekan karakteristik beton
Ac = luas penampang beton
Qn = jumlah kekuatan penghubung-penghubung geser yang dibatasi oleh momen
maksimum dan momen nol

Pada balok komposit penuh, besarnya gaya tekan beton C ditentukan oleh nilai
terkecil dari Asfy dan 0,85f’cAc. [Charles G salmon (hal.589 )] Hal ini menyatakan
bahwa nilai C seringkali dibatasi oleh kekuatan dari balok bajanya sendiri. Karena itu,

Struktur Baja Jembatan 129


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
nilai C hanya ditentukan oleh besarnya Asfy. Sehingga nilai gaya tekan beton dapat
dirumuskan sebagai berikut :

C = Asfy = 0,85f’cbE a (Pers 2.13)

Dari rumus kuat lentur tersebut dapat ditentukan nilai a, dengan rumus sebagai berikut:

As f y
a (Pers 2.14)
0,85 f ' c bE

Pada balok komposit parsial, nilai Qn membatasi besarnya gaya tekan beton C.
Sehingga nilai gaya tekan beton dapat dirumuskan sebagai berikut:
C = Qn = 0,85f’cbEa (Pers 2.15)
Q n
a (Pers 2.16)
0,85 f ' c bE

Sehingga, perhitungan kuat lentur nominalnya yaitu :


d a
Mn = Mp = C d1 = T d 1= As fy   tc   (Pers 2.17)
2 2

Kuat lentur (positif) rencana : Øb Mn (Pers 2.18)

2. Sumbu Netral Plastis Terletak di Bagian Sayap Atas Profil Baja


Sumbu netral plastis terletak di bagian sayap atas profil baja ditunjukkan pada
Gambar 2.14 sebagai berikut:

bE 0,85 fc

Cc
Cc
a
tc
PNA Cs
Cs
d2'
d2''
y ' T
d
y

fy fy
bf

Gambar 2.14 Garis Netral Plastis Terletak Dibagian Sayap Atas Profil
Kasus ini terjadi bila : Co > T o
dengan:
Co = 0,85 f’c. bE .a + Af .fy (Pers 2.19)
To = fy ( As – Af ) (Pers 2.20)

Struktur Baja Jembatan 130


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Af = luas pelat sayap atas
Jarak dari garis netral plastis ke serat atas pelat sayap atas baja, y, dapat dihitung
melalui persamaan keseimbangan gaya C dan T :
C = T = Cc + Cs (Pers 2.21)
= 0,85 f’c. bE. a + bf. .y’. fy
As fy  (0,85 f ' c.bE .a)
Maka, y’ = (Pers
bf . fy

2.22)
Kuat lentur nominal dihitung sebagai momen lentur yang dihitung terhadap garis netral
plastis :
Mn = Mp =Cc.d2’+Cs.d2”
dengan:
d 2'  d  y  y ' / 2 (Pers 2.23)
d 2"  d  y  t c  a / 2

(Pers 2.24)
As d / 2  b f y ' ( d  y ' / 2)
y (Pers 2.25)
As  b f y '

Kuat lentur (positif) rencana : Øb Mn (Pers 2.26)

3. Garis Netral Plastis Terletak di Bagian Badan Profil Baja


Sumbu netral plastis terletak di bagian badan profil baja ditunjukkan pada
Gambar 2.15 sebagai berikut:

bE 0,85 fc

Cc

tc
Cs y ' PNA
d2'

d2"
d
T
y

fy fy

Gambar 2.15 Garis Netral Plastis Terletak Di Bagian Badan Profil Baja
Pada gambar bekerja gaya tekan Cc (pada slab beton) dan Cs (pada profil baja), dengan
rumus sebagai berikut :
Cc = 0,85 f’c beff a (Pers 2.27)

Struktur Baja Jembatan 131


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Cs = Asc fy = ( As – Ast ) fy (Pers 2.28)
dengan :
Asc = luas profil baja yang tertekan
Ast = luas profil baja yang tertarik.
Dengan prinsip keseimbangan, diperoleh rumus:
T’ = T – Cs = As fy – Asc fy (Pers 2.29)
atau
T’ = Cc + Cs (Pers 2.30)
Maka gaya tekan pada baja Cs dirumuskan sebagai berikut :
Cs = As fy – T’ = As fy – Cc – Cs (Pers 2.31)
As f y  C c As f y  0,85 f ' c bE t
Cs = = (Pers 2.32)
2 2
Kuat tarik nominal dapat dihitung sebagai momen terhadap garis kerja gaya tarik, T :
Mn = Mp= Cc d2’ + Cs d2” (Pers 2.33)
dengan :
d 2'  d  y  y1 (Pers 2.34)
d 2"  d  y  t s  a / 2

(Pers 2.35)
As d / 2  [ A f (d  t f / 2)  y ' t w (d  t f  y ' / 2)]
y (Pers 2.36)
As  ( A f  Y ' t w )

A f (t f / 2)  t f  y ' t w (t f  Y ' / 2)
y1  (Pers 2.37)
A f  y' t w

Af  b f t f (Pers 2.38)
Kuat lentur (positif) rencana : Øb Mn (Pers 2.39)

2.3.10 Kekuatan Lentur Negatif


Pada balok komposit tumpuan sederhana, nilai titik momen nol terletak pada
tumpuannya. Sedangkan pada daerah tumpuan interior balok komposit menerus terjadi
momen negatif yang mengakibatkan pelat beton dalam kondisi tarik. Dengan asumsi
pelat beton tidak dapat menahan tarik, maka pada daerah momen negatif ditahan oleh
balok baja dan tulangan longitudinal yang dipasang di sepanjang daerah lebar efektif
pelat beton bE.

Struktur Baja Jembatan 132


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Kuat lentur negatif dapat dihitung dengan dua cara sebagai berikut :

1. Kuat lentur sepenuhnya disumbangkan dari kuat lentur penampang baja saja dengan
mengabaikan aksi komposit (beton tidak diperhitungkan). Cara ini adalah
konservatif. Kuat lentur ditentukan dengan prosedur perhitungan kuat lentur balok
baja, dengan nilai  b = 0,90.
2. Kuat lentur negatif rencana b M n dapat dihitung dengan mengambil  b = 0,85
dan Mn yang besarnya ditentukan berdasarkan distribusi tegangan plastis pada
penampang komposit, (Gambar 2.16) selama hal-hal berikut dipenuhi (LRFD-
SNI) :
a. Balok baja mempunyai penampang kompak
dan diberi pengaku yang memadai
b. Pelat beton dan balok baja di daerah momen
negatif harus disatukan dengan shear connector (penghubung geser).
c. Tulangan pelat yang sejajar dengan balok baja
di sepanjang daerah lebar efektif pelat beton harus diangkur dengan baik.

bE
fyr

tc/2 Tsr
tc
Ts PNA

y3 d3"
d3'
Cs
d

fy fy

Gambar 2.16 Penampang Yang Mengalami Kuat Lentur (Momen) Negatif


Dengan menggunakan prinsip kesetimbangan :
Tsr (tarik-tulangan) + Ts (tarik-profil baja) = Cs (tekan-profil baja)
Nilai Tsr diambil sebagai nilai yang terkecil diantara :
 Ar fyr, dan (Pers
2.40)
 ∑ Qn (Pers 2.41)

Gaya tekan nominal maksimum dalam penampang balok baja

Struktur Baja Jembatan 133


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Cmax  As f y (Pers 2.42)
Dari persamaan kesetimbangan:
C s  Tsr  Ts , dan (Pers 2.43)
C s  C max  Ts (Pers 2.44)

Maka diperoleh:
Cmax  Tsr
Ts  (Pers 2.45)
2
dimana Tsr  Asr f yr (Pers 2.46)
Letak garis netral penampang (PNA) ditentukan dengan asumsi bila nilai Cmax lebih
besar dari Tsr, maka PNA terletak di dalam baja.
Diasumsikan PNA berada di flens atas penampang baja, maka dapat ditentukan :
Ts
Jarak serat atas pelat sayap ke PNA = Y3 = b f (Pers 2.47)
f y

As ( d / 2)  b f Y3 (d  y 3 / 2)
y (Pers 2.48)
As  b f y 3

Kuat lentur nominal negatif ditentukan dengan rumus sebagai berikut :


b Mn = Mn1 + Mn2 (Pers 2.49)
dimana:
Mn1 = Tsr.d3’ = Asr f yr (d  y  ts  ts / 2) (Pers 2.50)
As f y  Asr f yr
Mn2 = Ts.d3” = ( d  y  Y3 / 2) (Pers 2.51)
2

2.3.11 Balok Komposit Tanpa Sokongan Sementara


Balok komposit tanpa sokongan sementara terlihat pada Gambar 2.17 berikut
ini :

Struktur Baja Jembatan 134


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar 2.17 Balok Komposit Tanpa Sokongan Sementara

Pada Gambar 2.17 dapat dijelaskan bahwa selama pekerjaan berlangsung


penampang baja dibebani oleh berat sendiri beton, sehingga penampang baja tertekan
dan berdeformasi. Sebagian dari tekanan berkurang dan ditahan bersama setelah beton
mengeras. Permukaan atas dan bawah beton berdeformasi membentuk defleksi pada
penampang baja. Beban mati karena berat beton basah merupakan proporsi terbesar
dari beban total, dan tekanan yang terjadi pada penampang seringkali besar.
Beban hidup tambahan ditahan oleh penampang komposit yang memiliki
kekakuan hampir sama seperti pada balok dengan sokongan. Tekanan yang diberikan
pada penampang tanpa sokongan dapat dijumlahkan pada tekanan beton dan tekanan
komposit. Perhitungan ini mengakibatkan perbedaan penyebaran tekanan jika
dibandingkan dengan penampang balok komposit dengan sokongan. Bagimanapun juga
tekanan leleh yang terjadi pada baja dan beton pada kedua kasus tersebut sama, dan
balok komposit dengan atau tanpa sokongan menahan beban ultimite yang sama.
Penampang baja pada balok komposit tanpa sokongan harus kokoh, sehingga
berat beton dapat ditahan. Penampang ini pada kenyataannya seringkali lebih kokoh
dari yang diperlukan jika balok telah disokong terlebih dahulu.

Struktur Baja Jembatan 135


Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Anda mungkin juga menyukai