Anda di halaman 1dari 196

1110/FT.

01/SKRIP/07/2012

UNIVERSITAS INDONESIA

EVALUASI BANGUNAN BERTINGKAT AKIBAT BEBAN GEMPA DENGAN


BALOK PRATEGANG SEBAGAI TRANSFER BEAM

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program
Studi Teknik Sipil

WISNU PRATAMA PUTRA


0806329691

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM


STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK
JUNI 2012

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah dinyatakan dengan benar.

Nama : Wisnu Pratama Putra

NPM : 0806329691

Tanda Tangan :

Tanggal : 25 Juni 2012

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Wisnu Pratama Putra
NPM : 0806329691
Program Studi : Teknik Sipil
Judul Skripsi : Evaluasi Bangunan Bertingkat akibat Beban
Gempa dengan Balok Prategang sebagai Transfer
Beam

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. Ir. Yuskar Lase, DEA

Penguji I : Ir. Syahril A Rahim, M.Eng

Penguji II : Mulia Orientielize, S.T, M.Eng

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 25 Juni 2012

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan berkat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil kekhususan Struktur pada
Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Selain itu tentunya, dengan skripsi,
banyak pelajaran yang dapat diambil baik itu pelajaran teknis maupun non-teknis.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari awal perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus karena atas rahmat-Nya lah yang begitu besar, saya bisa
diberikan kesempatan untuk menjalani dan menyelesaikan pembuatan skripsi
ini.
2. Ayah, ibu dan kakak adik saya yang telah memberikan doa, perhatian, dan
kasih sayangnya serta bantuan biaya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Yuskar Lase, DEA, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi selama satu tahun ini.
4. Bapak Ir. Syahril A Rahim, M.Eng, selaku dosen penguji serta dosen penulis
dalam beberapa mata kuliah, yang telah begitu banyak memberikan ilmu
praktis dan teoritis tentang keindahan dunia teknik sipil. Totalitas beliau
dalam mengajar telah menjadi inspirasi bagi penulis untuk terus bersemangat.
5. Seluruh tim dosen departemen teknik sipil FTUI khususnya dosen peminatan
struktur, Pak Josia, Ibu Elly, Ibu Cece, Ibu Essy, Pak Heru, dan lain-lain.
6. Seluruh teman-teman satu bimbingan dengan Pak Yuskar, terima kasih untuk
sharing ilmu yang telah diberikan.
7. Seluruh keluarga besar Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan
2008.
8. Emiliana, teman baik penulis yang selalu mengingatkan untuk terus
bersemangat dalam menjalankan sekaligus menyelesaikan tugas akhir ini.

v
9. Teman-teman KUKTEK UI + KMK UI angkatan 2008 yang telah lulus
terlebih dahulu dan senantiasa memberikan motivasi bagi penulis untuk
senantiasa melaju.
10. SMA Strada St.Thomas Aquino, teman-teman di kelas XI IPA 3 dan XII IPA
2 oleh karena kultur serta kondisi alam yang pada akhirnya memaksa
penulis untuk berubah sekaligus berhasil masuk ke Universitas Indonesia.
11. Seluruh pihak, kerabat, sahabat, teman baik, teman, mantan teman baik, dan
semua yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Saya sadar bahwa masih
banyak kekurangan yang terjadi dalam penulisan skripsi ini, saran dan masukan
tentu akan semakin menambah kebaikan dari skripsi ini. Untuk keindahan ilmu
pengetahuan, dan untuk orang-orang yang telah berjasa diluar sana, skripsi ini
didedikasikan.

Depok, Juni 2012

Penulis

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Wisnu Pratama Putra


NPM : 0806329691
Program Studi : Teknik Sipil
Departemen : Teknik Sipil
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Evaluasi Bangunan Bertingkat akibat Beban Gempa dengan Balok Prategang


sebagai Transfer Beam

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Juni 2012
Yang menyatakan

(Wisnu Pratama Putra)

vii
ABSTRAK

Nama : Wisnu Pratama Putra


Program Studi : Teknik Sipil
Judul : Evaluasi Bangunan Bertingkat akibat Beban Gempa dengan
Balok Prategang sebagai Transfer Beam
Kebutuhan perluasan ruang vertikal di daerah perkotaan terutama Jakarta
terkadang mengalami hambatan dari keberadaan bangunan purbakala yang harus
dilestarikan. Oleh karena itu bangunan baru yang ingin dibangun diatas bangunan
purbakala harus menggunakan sistem transfer, yang dalam penelitian ini berupa
balok prategang dan kolom pendukungnya. Terletak pada wilayah gempa,
nantinya beban gempa termasuk gempa vertikal dan beban gravitasi akan
dikerjakan pada bangunan bertingkat yang akan diteliti. Selain itu, untuk
menjamin bahwa sistem transfer tidak gagal terlebih dahulu daripada komponen
struktur lainnya, gaya gempa pada sistem transfer diperbesar dengan faktor kuat
lebih yang diambil berdasarkan SNI 03-1726-2002.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja sistem transfer akan semakin baik
dengan penambahan dimensi dari balok prategang. Selain itu, kinerja sistem
transfer akan semakin baik seiring dengan pertambahan jumlah lantai yang
dipikulnya. Displacement pada titik tengah balok prategang akan semakin
berkurang seiring peningkatan jumlah lantai dengan profil dan gaya prategang
yang berbeda-beda serta akan berkurang juga seiring dengan peningkatan dimensi
balok prategang. Dapat dilihat juga dengan adanya sistem prategang pada balok
transfer, kebutuhan tulangan longitudinal non-prategang pada balok dapat
berkurang.

Kata kunci: bangunan purbakala, bangunan sistem transfer, balok transfer, balok
prategang, kolom pendukung, gempa vertikal, faktor kuat lebih, respons dinamik,
tulangan.

viii
ABSTRACT

Name : Wisnu Pratama Putra


Study Program : Civil Engineering
Title : Evaluation of Multi-Story Building with Prestress System as
Transfer Beam under Seismic Loads
The need of vertical expansion in cities especially Jakarta sometimes has obstacle
from the existence of heritage building which should be kept. Therefore the new
building intended to be built above the heritage building must use particular
transfer system, in this research it would be a prestress beam and its supporting
column. Located in seismic region, later a seismic load including its vertical and
horizontal component and gravity force will be assigned to the multi-story
building. In addition, to guarantee the transfer system doesnt fail before the other
structural components do, seismic forces for transfer system will be scaled up
with excessive strength factor based on SNI 03-1726-2002.
This research shows that the performance of transfer system will be better with
the increase of transfer beam dimension. Furthermore, the performance of transfer
system also will be better with the increase of number of stories. Displacements at
transfer beam mid-span will be less with increasing amount of stories held with
different transfer beam dimensions and different prestress loads, also will be less
with the increase of prestress beam dimension. It is observable since the existence
of prestress system at transfer beam, the need of non-prestress longitudinal
reinforcement will be reduced.

Key word: heritage building, transfer system building, transfer beam, prestress
beam, supporting column, vertical seismic loads, excessive strength factor,
dynamic response, reinforcement.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii


HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
ABSTRAK .......................................................................................................... viii

BAB 1 Pendahuluan...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Permasalahan ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
1.4 Batasan Penelitian ...................................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................ 3
1.6 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 4

BAB 2 Dasar Teori .................................................................................................5


2.1 Perancangan Bangunan Bertingkat Tahan Gempa................................ 5
2.1.1 Perancangan Bangunan Tahan Gempa ..................................................... 5
2.1.2 Modelisasi Dinamik Struktur (MDOF) .................................................... 6
2.1.3 Analisis Getaran Bebas dan Getaran Paksa.............................................. 7
2.1.3.1 Getaran Bebas ................................................................................... 7
2.1.3.2 Getaran Paksa.................................................................................... 8
2.1.4 Respons Spektrum .................................................................................... 9
2.2 Sistem Struktur Penahan Beban Gravitasi dan Lateral ...................... 12
2.2.1 Sistem Penahan Beban Gravitasi............................................................ 12
2.2.2 Sistem Penahan Beban Lateral ............................................................... 12
2.3 Transfer Beam berupa Balok Prategang ................................................ 14
2.3.1 Transfer beam dan Pola Keruntuhannya ................................................ 14
2.3.2 Balok Prategang ..................................................................................... 17

BAB 3 Metodologi Penelitian ..............................................................................31


3.1 Permodelan Struktur ............................................................................... 31
3.2 Variasi Permodelan.................................................................................. 35
3.2.1 Variasi Jumlah Lantai............................................................................. 35
3.2.2 Variasi Tinggi Transfer Beam (TB) ....................................................... 35
3.3 Pembebanan Struktur ............................................................................. 36
3.3.1 Pembebanan Gravitasi ............................................................................ 36
3.3.2 Pembebanan Gempa ............................................................................... 36
3.4 Skema Analisa Struktur .......................................................................... 39

BAB 4 Hasil dan Analisa .....................................................................................41


4.1 Variasi I : Variasi Jumlah Lantai Bangunan ........................................ 41
4.2 Perbandingan Hasil dan Analisa dari Variasi I .................................... 41

x
4.2.1 Periode Getar .......................................................................................... 41
4.2.2 Pola Ragam Getar dan Partisipasi Massa ............................................... 42
4.2.3 Gaya Geser Dasar ................................................................................... 43
4.2.4 Gaya Geser Tingkat ................................................................................ 43
4.2.5 Kinerja Sistem Transfer.......................................................................... 44
4.2.6 Penulangan ............................................................................................. 59
4.2.6.1 Tulangan Longitudinal Balok ......................................................... 59
4.2.6.2 Tulangan Geser Balok..................................................................... 60
4.2.6.3 Tulangan Longitudinal Kolom ........................................................ 61
4.2.6.4 Tulangan Geser Kolom ................................................................... 62
4.2.6.5 Tulangan Longitudinal Shear Wall (SW) ....................................... 62
4.2.6.6 Tulangan Geser SW ........................................................................ 63
4.2.7 Diskusi Variasi I ..................................................................................... 63
4.3 Variasi II : Variasi Ketinggian Transfer Beam (TB) ............................ 65
4.4 Perbandingan Hasil dan Analisa Variasi II........................................... 65
4.4.1 Periode Getar .......................................................................................... 65
4.4.2 Pola Ragam Getar dan Partisipasi Massa ............................................... 66
4.4.3 Gaya Geser Dasar ................................................................................... 66
4.4.4 Gaya Geser Tingkat ................................................................................ 67
4.4.5 Kinerja Sistem Transfer.......................................................................... 68
4.4.5.1 Beban Vertikal akibat Beban Gravitasi yang Ditransfer oleh TB... 68
4.4.5.2 Beban Vertikal akibat Beban Gempa yang Ditransfer oleh TB ...... 69
4.4.5.3 Gaya Geser yang Ditransfer oleh Sistem Transfer.......................... 70
4.4.5.4 Displacement di Tengah TB akibat Beban Gravitasi dan Beban
Gempa 70
4.4.5.5 Gaya-gaya dalam Kolom Pendukung dengan Kombinasi
Pembebanan Service ...................................................................................... 74
4.4.5.6 Gaya-gaya Dalam TB dengan Kombinasi Pembebanan Service .... 81
4.4.6 Penulangan ............................................................................................. 82
4.4.6.1 Tulangan Longitudinal Balok ......................................................... 82
4.4.6.2 Tulangan Geser Balok..................................................................... 83
4.4.6.3 Tulangan Longitudinal Kolom ........................................................ 84
4.4.6.4 Tulangan Geser Kolom ................................................................... 84
4.4.6.5 Tulangan Longitudinal Dinding Geser (SW) .................................. 85
4.4.6.6 Tulangan Geser Dinding Geser (SW) ............................................. 86
4.4.7 Diskusi Variasi II (Perbedaan Tinggi TB) ............................................. 86

BAB 5 Kesimpulan dan Saran ............................................................................88


5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 88
5.2 Saran ......................................................................................................... 89

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kurva Respon Seismik Wilayah Gempa 4 ....................................... 10


Gambar 2.2 Dinding Geser Berangkai .................................................................. 13
Gambar 2.3 Bangunan Sistem Ganda ................................................................... 14
Gambar 2.4 Keruntuhan Diagonal Splitting Failure pada Balok Beton................ 15
Gambar 2.5 Shear Compression Failure .............................................................. 16
Gambar 2.6 Shear Flexure Failure ....................................................................... 16
Gambar 2.7 Retak Lentur Awal ............................................................................ 17
Gambar 2.8 Retak Miring ..................................................................................... 17
Gambar 2.9 Retak Sebelum Kegagalan ................................................................ 17
Gambar 2.10 (a) Sebuah Bagian dari Penampang Balok Prategang, (b) Bagian dari
Balok Beton Bertulang .......................................................................................... 18
Gambar 2.11 Balok prategang diatas dua tumpuan .............................................. 19
Gambar 2.12 Kurva Beban-Defleksi Balok Prategang ......................................... 25
Gambar 2.13 Penampang Balok Prestress Simple Span ....................................... 27
Gambar 2.14 (a) Balok Prategang Menerus ; (b) Lendutan yang Terjadi apabila
Reaksi di Tengah Bentang Diabaikan ; (c) Reaksi Perletakkan di Tengah Bentang
akibat Prestressing ; (d) Defleksi Balok yang Sebenarnya Akibat Prestressing.. 28
Gambar 2.15 (a) Momen Primer Sebagai Hasil Perkalian Gaya Prategang Dengan
Eksentrisitas terhadap cgc ; (b) Momen Sekunder Akibat Reaksi di Tengah
Bentang ; (c) Momen Total ................................................................................... 29
Gambar 2.16 Lokasi C-line dan cgs line pada Balok Menerus............................. 29

Gambar 3.1 Denah Struktur Lantai Dasar............................................................. 32


Gambar 3.2 Denah struktur lantai 3 ...................................................................... 32
Gambar 3.3 Denah struktur lantai 4 ...................................................................... 33
Gambar 3.4 Tampak Depan Portal Bangunan....................................................... 33
Gambar 3.5 Bentuk 3D Bangunan ........................................................................ 34
Gambar 3.6 Variasi Jumlah Lantai (4,6, dan 8 lantai) .......................................... 35
Gambar 3.7 Spektrum Respons Gempa Rencana Wilayah 3 ................................ 38
Gambar 3.8 Skema Penelitian ............................................................................... 39
Gambar 3.9 Skema Analisa Struktur..................................................................... 40

Gambar 4.1 Periode Getar Bangunan Variasi I..................................................... 42


Gambar 4.2 Gaya Geser Tingkat Bangunan Variasi I........................................... 44
Gambar 4.3 Perbandingan Jumlah Beban Vertikal akibat Beban Gravitasi yang
Ditransfer TB untuk Ketiga Bangunan ................................................................. 44
Gambar 4.4 Perbandingan Jumlah Beban Vertikal akibat Beban Gempa yang
Ditransfer TB untuk Ketiga Bangunan ................................................................. 46
Gambar 4.5 Gaya Geser yang Ditransfer TB untuk Ketiga Jenis Bangunan ........ 47
Gambar 4.6 Displacement uz di Tengah Bentang TB Akibat Beban Gravitasi.... 48
Gambar 4.7 Displacement ux dan uy di Tengah Bentang TB Akibat Beban Gempa
............................................................................................................................... 48
Gambar 4.8 Displacement uz di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 49

xii
Gambar 4.9 Displacement ux di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 49
Gambar 4.10 Displacement uy di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 50
Gambar 4.11 Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 dan C6 Lantai 3 pada Ketiga
Jenis Bangunan ..................................................................................................... 51
Gambar 4.12 Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 51
Gambar 4.13 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 52
Gambar 4.14 Gaya Geser Kolom Pendukung C4 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 52
Gambar 4.15 Gaya Geser Kolom Pendukung C6 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 53
Gambar 4.16 Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 dan C6 Lantai 1 pada Ketiga
Jenis Bangunan ..................................................................................................... 53
Gambar 4.17 Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 54
Gambar 4.18 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 54
Gambar 4.19 Gaya Geser Kolom Pendukung C4 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 55
Gambar 4.20 Gaya Geser Kolom Pendukung C6 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 55
Gambar 4.21 Gaya Vertikal yang Ditransfer TB .................................................. 58
Gambar 4.22 Rasio Penulangan Longitudinal Balok ............................................ 60
Gambar 4.23 Rasio Penulangan Geser Balok ....................................................... 61
Gambar 4.24 Rasio Penulangan Longitudinal Kolom .......................................... 61
Gambar 4.25 Rasio Penulangan Geser Kolom...................................................... 62
Gambar 4.26 Rasio Penulangan Longitudinal SW ............................................... 62
Gambar 4.27 Rasio Penulangan Geser SW........................................................... 63
Gambar 4.28 Periode Getar Bangunan 6 Lantai dengan Perbedaan Tinggi TB ... 66
Gambar 4.29 Gaya Geser Tingkat Ketiga Jenis Bangunan Pada Variasi II.......... 67
Gambar 4.30 Perbandingan Jumlah Beban Vertikal akibat Beban Gravitasi yang
Ditransfer TB untuk Ketiga Bangunan ................................................................. 68
Gambar 4.31 Perbandingan Jumlah Beban Vertikal akibat Beban Gempa yang
Ditransfer TB untuk Ketiga Bangunan ................................................................. 69
Gambar 4.32 Gaya Geser yang Ditransfer TB untuk Ketiga Jenis Bangunan ...... 70
Gambar 4.33 Displacement uz di Tengah Bentang TB Akibat Beban Gravitasi.. 71
Gambar 4.34 Displacement ux dan uy di Tengah Bentang TB Akibat Beban
Gempa ................................................................................................................... 71
Gambar 4.35 Displacement uz di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 72
Gambar 4.36 Displacement ux di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 73
Gambar 4.37 Displacement uy di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 73

xiii
Gambar 4.38 Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 dan C6 Lantai 3 pada Ketiga
Jenis Bangunan ..................................................................................................... 74
Gambar 4.39 Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 75
Gambar 4.40 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 75
Gambar 4.41 Gaya Geser Kolom Pendukung C4 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 76
Gambar 4.42 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 76
Gambar 4.43 Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 dan C6 Lantai 1 pada Ketiga
Jenis Bangunan ..................................................................................................... 77
Gambar 4.44 Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 77
Gambar 4.45 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 78
Gambar 4.46 Gaya Geser Kolom Pendukung C4 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 78
Gambar 4.47 Gaya Geser Kolom Pendukung C6 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 79
Gambar 4.48 Gaya Vertikal yang Ditransfer TB .................................................. 81
Gambar 4.49 Perbandingan Tulangan Longitudinal Balok arah x dan arah y Untuk
Ketiga Jenis Bangunan .......................................................................................... 83
Gambar 4.50 Perbandingan Tulangan Longitudinal Balok arah x dan arah y Untuk
Ketiga Jenis Bangunan .......................................................................................... 84
Gambar 4.51 Perbandingan Tulangan Longitudinal Kolom Untuk Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 84
Gambar 4.52 Perbandingan Tulangan Geser Kolom Untuk Ketiga Jenis Bangunan
............................................................................................................................... 85
Gambar 4.53 Perbandingan Tulangan Longitudinal SW Untuk Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 85
Gambar 4.54 Perbandingan Tulangan Geser SW Untuk Ketiga Jenis Bangunan 86

xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 Presentase Total Kehilangan Gaya Prategang ...................................... 23
Tabel 2-2 Tegangan yang Diizinkan pada Komponen Balok Prategang .............. 24
Tabel 3-1 Faktor Keutamaan I pada Bangunan..................................................... 37
Tabel 3-2 Besarnya koefisien untuk menghitung Cv ........................................ 38
Tabel 4-1 Perbandingan Periode Getar Bangunan ................................................ 42
Tabel 4-2 Gaya Geser Dasar Bangunan Variasi I ................................................. 43
Tabel 4-3Rasio Beban Vertikal yang Ditransfer TB terhadap Beban Vertikal Total
Seluruh Bangunan ................................................................................................. 45
Tabel 4-4 Rasio Gaya Geser yang Ditransfer dengan Gaya Geser Dasar Bangunan
............................................................................................................................... 47
Tabel 4-5 Rasio Gaya Aksial dan Geser yang Ditransfer Sistem Transfer Terhadap
Gaya Geser dan Aksial Total Bangunan ............................................................... 57
Tabel 4-6 Rasio Beban Vertikal yang Ditransfer TB Terhadap Beban Vertikal
Seluruh Bangunan ................................................................................................. 58
Tabel 4-7 Tabel Perbandingan Periode Getar Bangunan dengan Variasi
Ketinggian TB ....................................................................................................... 65
Tabel 4-8 Perbandingan Gaya Geser Dasar Ketiga Jenis Bangunan .................... 67
Tabel 4-9 Perbandingan Rasio Beban Vertikal yang Ditransfer TB dengan Beban
Vertikal Keseluruhan Bangunan ........................................................................... 69
Tabel 4-10 Rasio Gaya Geser yang Ditransfer oleh Sistem Transfer dengan Gaya
Geser Dasar Bangunan .......................................................................................... 70
Tabel 4-11 Displacement ux di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 72
Tabel 4-12 Displacement uy di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 73
Tabel 4-13 Rasio Perbandingan Gaya Aksial dan Geser pada Sistem Transfer
terhadap Gaya Aksial dan Geser Seluruh Bangunan ............................................ 80
Tabel 4-14 Rasio Beban Vertikal yang Ditransfer TB Terhadap Beban Vertikal
Seluruh Bangunan ................................................................................................. 81

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perpindahan penduduk dari desa ke kota disebut dengan urbanisasi.
Bertambahnya arus urbanisasi akan diikuti dengan pertambahan jumlah penduduk
di kota besar sehingga mengakibatkan semakin padatnya pemukiman dan semakin
terbatasnya lahan yang ada. Selain itu, gradien pertambahan penduduk di kota-
kota besar selalu bernilai positif sehingga pertambahan penduduk selalu terjadi
setiap tahunnya.
Salah satu masalah yang akan timbul apabila pertambahan penduduk
terus terjadi adalah semakin terbatasnya ruang. Untuk itu, para ahli konstruksi
mengakalinya dengan membangun ruang ke atas bukan ke samping dalam bentuk
bangunan bertingkat. Bangunan bertingkat (multi-story building) adalah bangunan
yang memiliki lebih dari satu tingkat saja.
Meskipun sepertinya merupakan sebuah solusi yang cukup efektif,
pembangunan bangunan bertingkat tidak semudah seperti yang direncanakan. Ada
beberapa penghambat dalam rencana ini, antara lain adanya heritage building atau
bangunan purbakala yang keberadaannya tidak bisa diganggu gugat. Bangunan
purbakala ini dilindungi sebagai salah satu simbol atau objek wisata kota yang
bersangkutan. Dengan adanya bangunan purbakala, bangunan bertingkat yang
direncanakan tidak bisa dibangun. Oleh karena itu, munculah gagasan untuk
membangun sebuah bangunan bertingkat di atas bangunan purbakala yang
bersangkutan, tanpa mengganggu keberadaan bangunan purbakala.
Pembangunan bangunan bertingkat diatas bangunan purbakala
menimbulkan tantangan baru, dimana struktur bawah dari bangunan bertingkat
terhalangi oleh keberadaan bangunan purbakala. Untuk itu, digunakanlah transfer
beam yang berperan memindahkan gaya-gaya dari struktur atas ke struktur yang
ada di bawahnya. Ketidakberadaan kolom-kolom bangunan bertingkat diharapkan
dapat tergantikan perannya oleh balok transfer ini. Metode

1
2

inilah yang akan menjadi objek dalam penelitian, dimana balok


prategang dalam struktur bangunan bertingkat akan diberikan beban gempa.

1.2 Rumusan Permasalahan


Penggunaaan balok prategang sebagai transfer beam pada bangunan
bertingkat diatas bangunan purbakala merupakan suatu bentuk struktur yang
sangat menarik untuk diteliti. Dengan tujuan membatasi dan mencegah luasnya
permasalahan yang mungkin timbul, perumusan masalah yang diciptakan ialah :
a. Bagaimana karakteristik dinamik (pola ragam getar dan periode getar
bangunan) akibat beban gempa yang bekerja?
b. Bagaimana respon struktur (displacement dan gaya geser lantai) terhadap
beban gempa yang bekerja?
c. Bagaimana kinerja sistem transfer pada balok transfer yang menggunakan
balok prategang serta kinerja kolom-kolom pendukungnya?
d. Bagaimana rasio kebutuhan tulangan struktur terhadap variasi yang akan
dijalankan?

1.3 Tujuan Penelitian


Dengan perumusan seperti yang sudah tertera di atas, tujuan dari
penelitian ini adalah:
a. Untuk menjelaskan perilaku struktur (pola ragam getar, periode getar,
partisipasi massa) akibat beban gempa yang diberikan.
b. Untuk menjelaskan respon struktur terhadap beban gempa yang diberikan.
c. Untuk mengetahui kinerja sistem transfer yang terdiri dari balok prategang
serta kolom pendukung pada struktur.
d. Untuk mencari rasio (kg/m3) tulangan longitudinal yang dibutuhkan pada
setiap komponen struktur dan membandingkannya terhadap berbagai variasi
penelitian.

1.4 Batasan Penelitian


Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini ialah :
3

a. Pembebanan yang dilakukan ialah pembebanan gravitasi dan pembebanan


gempa.
b. Variasi yang dilakukan ialah variasi jumlah lantai total dan variasi
ketinggian balok transfer.
c. Denah bangunan dibuat simetris dan terdiri dari dua buah persegi berukuran
18 m x 18 m. Kolom terdapat di setiap jarak 6 m pada gedung.
d. Ukuran kolom :
- Kolom baris pertama tempat diletakannya transfer beam : 1200 x
1200 mm2
- Kolom baris-baris berikutnya : 800 x 800 mm2
e. Ukuran balok :
- Balok induk : 600 x 300 mm2
- Balok anak : 500 x 250 mm2
- Balok prategang sebagai transfer beam : 2500 x 1000 mm2
f. Tebar dinding geser yang digunakan yakni 250 mm. Sistem penahan beban
lateral berupa sistem ganda.
g. Metode konstruksi bangunan sama sekali tidak ditinjau. Tahapan-tahapan
konstruksi serta detailing dari setiap komponen terutama komponen transfer
beam belum dipertimbangkan.
h. Kebutuhan tulangan yang dicantumkan merupakan kebutuhan tulangan
teoritis sesuai dengan yang tertera pada program. Segala hal yang
menyimpang dari standar bangunan yang berlaku akan diabaikan.
i. Rasio tulangan longitudinal balok yang diperhitungkan terbatas hanya untuk
tulangan non-prategang.

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, pembatasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB II : DASAR TEORI


4

Bab ini memberikan penjelasan dasar teori penelitian yang akan


dilakukan berdasarkan teori-teori yang sudah ada sebelumnya

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini berisi tentang uraian mengenai prosedur analisa, modelisasi
struktur, variabel analisa dan prosedur kerja yang dilakukan untuk tugas akhir ini.
BAB IV : HASIL DAN ANALISA
Bab ini berisi tentang perbandingan antara hasil-hasil yang didapatkan
pada bangunan-bangunan yang berada pada variasi I dan II serta analisa terhadap
hasil tersebut.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang sudah dibuat
beserta saran untuk penelitian di masa depan.

1.6 Hipotesis Penelitian


Hipotesis awal penelitian ialah luas tulangan yang didapatkan akan
semakin sedikit dengan menurunnya jumlah lantai. Karakteristik dinamik struktur
yang berupa pola ragam getar dan periode getar berubah-ubah dengan perbedaan
jumlah lantai, semakin sedikit lantai periode getar akan semakin pendek. Semakin
sedikit lantai, respons dinamik struktur juga akan semakin kecil. Untuk pengaruh
pertambahan tinggi transfer beam, semakin tinggi transfer beam, akan semakin
rendah periode getar dan sedikit jumlah tulangan yang dibutuhkan. Hipotesis
inilah yang akan diklarifikasi dalam penelitian.
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Perancangan Bangunan Bertingkat Tahan Gempa


Bagian perancangan bangunan tinggi tahan gempa ini dibagi menjadi
empat yakni : perancangan bangunan tahan gempa, modelisasi dinamik struktur
(sistem Multi-Degree-Of-Freedom), analisis getaran bebas dan getaran paksa, dan
respon spektrum.
2.1.1 Perancangan Bangunan Tahan Gempa
Jika bagian dasar bangunan tiba-tiba bergerak, seperti pada kejadian
gempa bumi, bagian atas bangunan tidak akan merespon secara langsung
melainkan akan diam terlebih dahulu (lag) oleh karena ketahanan inersia dan
fleksibilitas bangunan. Tegangan dan distorsi yang dihasilkan pada bangunan
akan sama dengan jika pada dasar bangunan berada pada kondisi awal ketika gaya
horizontal yang bervariasi terhadap waktu bekerja pada bagian atas bangunan.
Gaya tersebut disebut gaya inersia, merupakan hasil perkalian massa struktur
dengan percepatan tanah akibat gempa. Oleh karena pergerakan tanah akibat
gempa ditinjau dalam 3D, deformasi struktur pada umumnya juga memiliki
perilaku 3D (satu horizontal, dua vertikal). Gaya horizontal yang terjadi akibat
gempa lebih dipertimbangkan dalam perancangan daripada gaya vertikal, karena
ketahanan terhadap gaya vertikal biasanya sudah dipenuhi oleh desain penahan
gaya gravitasi.
Beban gempa adalah beban akibat perpecatan tanah yang menghasilkan
baik gaya lateral maupun gaya vertikal, namun gaya lateral lebih dipertimbangkan
dalam perencanaan gedung akibat gempa. Oleh karena itu, dalam gedung harus
ada sistem penahan gaya lateral yang berupa :
Sistem Portal : sistem portal menahan gaya gempa dengan sifat lentur
dari kolom dan balok. Balok, lantai penahan, dan kolom biasanya bertemu pada
satu titik dan titik itu disebut rigid joints. Selama gempa besar terjadi, lendutan
per lantai (penyimpangan lantai) dapat ditahan oleh sistem struktur portal dengan
membentuk sendi-sendi plastis pada balok tanpa membuat kolom roboh. Jenis-

5
6

jenis portal seperti ini mampu menahan pembebanan gravitasi sekaligus memiliki
ketahanan yang cukup terhadap beban lateral ke segala arah.
Sistem Dinding Geser : bangunan dengan dinding geser biasanya lebih
kaku dibanding bangunan dengan struktur portal. Lendutan akibat gaya lateral
biasanya bernilai kecil kecuali rasio tinggi-lebar dari dinding cukup besar
sehingga menyebabkan masalah guling. Guling (overturning) ini terjadi ketika
terdapat bukaan yang melebar pada dinding geser atau ketika rasio tinggi-lebar
dari dinding melebihi nilai 5. Pada beberapa kasus, jika kebutuhan fungsional
mengijinkan, gaya lateral yang bekerja pada gedung dapat ditahan seluruhnya oleh
dinding geser. Efek pembebanan gravitasi pada dinding tidaklah signifikan dan
tidak berpengaruh dalam desain.
Sistem Kombinasi / sistem ganda : sistem portal dan sistem dinding
geser dapat digunakan secara bersama-sama dan membentuk sistem kombinasi.
Ketika portal dan dinding geser berinteraksi, sistem dapat dikatakan sistem
kombinasi bila portal sendiri mampu menahan 25% gaya geser nominal yang
terjadi. Sistem kombinasi juga biasa disebut sebagai dual, hybrid, atau sistem
dinding-portal.
Sistem penahan gaya lateral akan dibahas pada bagian lain dari bab ini.

2.1.2 Modelisasi Dinamik Struktur (MDOF)


Eksitasi dinamik adalah gaya dinamik, berubah terhadap waktu yang
bekerja pada struktur. Eksitasi dinamik dibagi menjadi dua, yakni eksitasi
deterministik dan eksitasi non-deterministik. Eksitasi deterministik adalah eksitasi
yang dapat dideterminasi, beban yang terjadi terus menerus dengan urutan waktu
tertentu. Berupa gerakan harmonik atau periodik, contohnya getaran akibat mesin
dan getaran pada jembatan akibat kendaraan yang lewat. Eksitas non-
deterministik adalah eksitasi yang bebannya terjadi secara acak dan besarannya
diperoleh dari data riwayat waktu (time history). Contoh eksitasi non-
deterministik adalah beban gempa.
Beban gempa yang terjadi pada struktur berupa percepatan tanah Ug(t)
yang arah dan besarnya tidak beraturan. Persamaan keseimbangan dinamik
struktur MDOF akibat beban gempa ialah
7

[M]u + [C]u + [K]u = -[M] Ug(t) (2.1)


Dimana
[M] : matriks massa yang simetris dan bersifat semi-definit positif
[C] : matriks redaman yang simetris dan bersifat semi-definit positif
[K] : matriks kekakuan yang bersifat simetris dan definit positif.
: faktor pengaruh percepatan tanah.
Persamaan diatas dapat diselesaikan dengan metode integrasi langsung
atau numerik antara lain metode Newmark, metode Wilson, dan finite difference.
Solusi dari persamaan diatas akan memberikan nilai besarnya lendutan yang
terjadi pada struktur. Untuk bangunan tingkat tinggi, analisis persamaan
dinamiknya menggunakan teori Multi-Degree-Of-Freedom (MDOF).
2.1.3 Analisis Getaran Bebas dan Getaran Paksa
2.1.3.1 Getaran Bebas
Struktur MDOF yang mengalami getaran bebas adalah struktur yang
bergetar tanpa adanya eksitasi dinamik. Struktur mampu bergetar karena
sebelumnya diberikan lendutan/kecepatan awal atau dikatakan struktur diganggu
dari posisi seimbangnya kemudian dilepas. Persamaan keseimbangan dinamik
struktur MDOF dengan p(t) = 0 dan tanpa redaman ialah
[M]u + [K]u = 0 (2.2)
Dengan solusi dari persamaan diatas ialah
un(t) = q n(t) n (2.3)
qn(t) adalah fungsi waktu dari displacement dan n adalah variabel yang
konstan (tidak berubah terhadap waktu). Fungsi waktu dari displacement
merupakan fungsi gerakan harmonik sederhana
qn(t) = An cos n t + Bn sin n t (2.4)
dimana An dan Bn adalah konstanta integrasi yang dapat diperoleh dari
kondisi awal yang menimbulkan getaran. Subtitusi persamaan (2.4) ke (2.3)
menghasilkan
u(t) = n (An cos n t + Bn sin n t) (2.5)
bila (2.5) disubtitusi ke (2.2) maka
[-2mn + kn] qn(t) = 0 (2.6)
8

untuk menyelesaikan persamaan (2.6), frekuensi alami n dan pola ragam


getar n harus memenuhi kondisi
kn = 2mn (2.7)
atau dapat ditulis juga
[k-2m] n = 0 (2.8)
dimana n adalah pola ragam getar dan merupakan nilai eigen dari persamaan,
adalah frekuensi alami dan vektor eigen dari persamaan. Persamaan diatas
memiliki solusi trivial jika n = 0 dan tidak akan terjadi karena n = 0 tidak akan
menghasilkan gerakan. Solusi non-trivial terjadi jika
det [k-2m] = 0 (2.9)
persamaan (2.9) dapat diselesaikan menggunakan metode hasil bagi Rayleigh,
iterasi vektor dengan perubahan, dan metode transformasi (k = 2m) . Pada
akhirnya, nilai-nilai dan n dapat diketahui.
Pola ragam getar n adalah sebuah pola getaran yang terjadi untuk tiap-
tiap mode pada struktur MDOF. Pola ragam getar bersifat orthogonal dimana
nT M r = 0 jika n r atau n r (2.10)
dari sifat ortogonalitas pola ragam getar, diketahui bahwa
Kn = nT K n dan Mn = nT M n (2.11)
Dimana Kn dan Mn masing-masing adalah kekakuan dan
massa tergeneralisasi untuk mode ke-n. Kn dan Mn digunakan pada analisa pola
ragam getar untuk struktur MDOF yang terkena getaran paksa.

2.1.3.2 Getaran Paksa


Persamaan keseimbangan dinamik untuk struktur MDOF yang
mengalami getaran paksa (dalam hal ini beban gempa) ialah
[M]u + [C]u + [K]u = -[M] ug(t) (2.12)
Dengan adalah vektor pengaruh percepatan tanah. [M] analog dengan
distribusi spasial s dan ug(t) analog dengan p(t). Oleh karena itu, n dan sn dapat
dihitung dengan rumus

n = ; sn = n m n (2.13)

respons dari persamaan keseimbangan dinamik (2.15) ialah


un(t) = n n Dn(t) ; fn(t) = sn An(t) (2.14)
9

An(t) = 2 Dn(t) (2.15)


Dimana un adalah displacement pada DOF ke-n, fn(t) adalah gaya statik
ekivalen yang bekerja pada DOF ke-n, dan An(t) adalah respons pseudo-
acceleration akibat percepatan tanah ug(t), Dn(t) adalah respons pseudo-
displacement akibat percepatan tanah u g(t). Total displacement yang terjadi ialah
u(t) = u (t) = n n Dn(t) (2.16)
Suatu struktur MDOF memiliki jumlah pola getar sebanyak DOF yang
ada pada struktur bersangkutan. Setiap pola getar dikatakan memiliki massa
masing-masing atau effective modal mass (M n*) yang bearti massa yang
digerakkan oleh pola ragam getar ke-n. Effective modal mass dapat dihitung
dengan rumus :
Mn* = (2.17)
dimana rasio partisipasi massa (effextive mass ratio) dapat dihitung
dengan

EMR = (2.18)

dan sesuai SNI 03-1726-2003 EMR minimum haruslah 90%.


Gaya geser dasar pola getar ke-n (Vbn) pada struktur MDOF dapat
dihitung dengan
Vbn = Mn* An(t) (2.19)
dan momen guling pada dasar struktur (Mbn) yakni :
Mb n = h* Vb n (2.20)
dimana h* = tinggi efektif pola ragam getar.
Keseluruhan analisa diatas merupakan analisa respon riwayat waktu atau
Time History Analysis (THA).
Menurut SNI 03-1726-2003, gaya geser dasar penjumlahan dari seluruh
pola ragam getar harus melebihi atau sama dengan 80% gaya geser dasar statik
atau gaya geser dasar pola ragam getar pertama.
Vb 0,8 Vb 1 = 0,8 V statik (2.21)

2.1.4 Respons Spektrum


Analisa respons spektrum adalah suatu analisis respons struktur MDOF
berdasarkan kurva respons spektrum. Kurva respons spektrum menunjukkan nilai
10

respon struktur maksimum serta periode getarnya, yang diambil dari analisa
riwayat waktu (time-history analysis). Kekurangan dari analisa respon spektrum
ialah kurva respons spektrum tidak menunjukkan kapan terjadinya respons
maksimum struktur, kurva hanya menunjukkan nilai maksimum respons tersebut.
Namun analisa respons spektrum lebih banyak digunakan karena ilmu teknik sipil
lebih concern ke nilai maksimum. Berikut diberikan contoh kurva respon seismik
bangunan sesuai dengan SNI 03-1726-2002 untuk wilayah gempa 4 :

Gambar 2.1. Kurva Respon Seismik Wilayah Gempa 4


Sumber : SNI 03-1726-2002
Dari persamaan (2.16) diketahui bahwa nilai lendutan yang terjadi adalah
:
u(t) = u (t) = n n Dn(t) (2.22)
dalam persamaan ini, lendutan yang dicari masih merupakan fungsi
waktu u(t) yang nilainya berubah-ubah. Ketika struktur sudah menggunakan kurva
respons spektrum, nilai respons maksimum dari tiap pola ragam getar dicari
dengan mem-plot periode getar dari pola getar ke kurva respons spektrum. Nilai
yang masih berubah-ubah terhadap waktu menjadi satu nilai tetap dan maksimum.
Oleh karena itu lendutan yang terhitung adalah lendutan maksimum yakni :
u= u = n n SD (2.23)

dimana spectral displacement (SD) berelasi dengan spectral acceleration


(SA) dan spectral velocity (SV) menurut :
SDn = n SVn = n2 SAn (2.24)
11

Nilai gaya geser pola ragam getar ke-n menurut analisa respon spektrum
menjadi
Vbn = Mn* . SAn (2.25)
Dan momen guling yang terjadi adalah
Mb n = h* Vb n (2.26)
Lendutan (u), gaya geser dasar (Vb n), dan momen guling (Mb n) yang
dihitung pada persamaan (2.23), (2.25), dan (2.26) adalah respons maksimum
struktur pada pola ragam getar ke-n yang dihitung dengan analisa spektrum
respons (r). Untuk mendapatkan respons maksimum total dari struktur, respons
maksimum dari tiap pola ragam getar ini dijumlahkan dengan beberapa metode
yang berbeda. Metode yang lazim digunakan ialah Sum of The Root of Sum
Squares (SRSS) dan Complete Quadratic Combination (CQC).
a. SRSS
SRSS adalah metode penjumlahan yang tidak mempertimbangkan
hubungan antara pola ragam getar dari suatu struktur bangunan MDOF. SRSS
cocok digunakan untuk bangunan yang memiliki keberaturan, yang periode getar
dari tiap pola getarnya terpisah cukup jauh. Ketika dipakai untuk menganalisis
bangunan tidak beraturan, akurasi metode SRSS jauh berkurang sehingga tidak
pantas digunakan. Kombinasi metode SRSS dirumuskan dengan
ro = !" (2.27)
dimana ro = jumlah respons maksimum total tiap pola getar dan rno =
respons maksimum pola getar ke-n.
b. CQC
CQC adalah metode penjumlahan yang mempertimbangkan hubungan
antara pola ragam getar dari suatu struktur bangunan MDOF. CQC cocok
digunakan pada bangunan beraturan maupun bangunan tidak beraturan dengan
rentang periode getar yang bervariasi. Kombinasi metode CQC dirumuskan
dengan

ro = #
%
$% !% ! (2.28)

dimana p in adalah koefisien korelasi yang besarnya


'( ( )+, )(
$% = ( - . )( )/'( .
(2.29)
12

untuk redaman yang kecil dan


0'( ( )+, )+, 1/(
$% = (2.30)
( - . )( )/'( . ( ). )(

untuk redaman yang besar.

2.2 Sistem Struktur Penahan Beban Gravitasi dan Lateral


2.2.1 Sistem Penahan Beban Gravitasi
Sistem penahan beban gravitasi struktur terdiri atas sistem portal (kolom
dan balok) serta transfer beam. Kolom dan balok serta transfer beam membentuk
suatu kesatuan struktur 3 dimensi dan menahan beban gravitasi yang terjadi.
Beban gravitasi berasal dari beban mati berat sendiri struktur dan bekerja pada
struktur yang bersangkutan.
2.2.2 Sistem Penahan Beban Lateral
Sistem penahan beban lateral pada bangunan tinggi umumnya terdiri dari
: sistem dinding geser, sistem rangka pemikul momen, dan kombinasi dari
keduanya atau sistem ganda. Untuk bangunan dengan tinggi lebih dari 40 lantai,
sistem ganda lebih sering digunakan. Pembahasan dari jenis sistem tersebut yakni:
Sistem Dinding Geser
Bangunan yang menggunakan dinding geser pada umumnya lebih kaku
dibanding dengan sistem portal sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya
deformasi yang berlebihan. Kekuatan yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan
melakukan detailing pemasangan tulangan transversal dan longitudinal yang tepat
pada dinding geser.
Gaya lateral yang dihasilkan dari gempa akan mengakibatkan gaya geser
dan momen guling pada dinding. Oleh karena pecahan yang besar, gaya geser
lateral hampir seluruhnya masuk ke dinding struktur atau dinding geser. Gaya
geser ini akan mengakibatkan deformasi dinding geser dan mengubah bentuk
dinding geser dari yang tadinya rectangular menjadi parallelogram. Pada ujung
dinding geser tempat gaya bekerja, ada kecenderungan dinding akan terangkat dan
ada kecenderungan dinding akan terdorong ke bawah pada ujung yang tidak
dikenai gaya geser. Kecenderungan ini menimbulkan ketahanan terhadap momen
guling.
Sistem Dinding Geser Berangkai
13

Pada kebanyakan bangunan geser, terdapat pola bukaan untuk


mengakomodasi kebutuhan akan pintu dan jendela. Beberapa dinding geser yang
terdapat diantara bukaan-bukaan tersebut dinamakan dinding berangkai. Dinding
geser berangkai dihubungkan dengan balok yang disebut link beam.

Gambar 2.2 Dinding Geser Berangkai


Sumber : Reinforced Concrete Design on Tall Buildings, Bungale S taranath

Sistem Portal Penahan Momen


Pada sistem ini, gaya lateral yang terjadi dipikul oleh interaksi antara
balok dan kolom. Deformasi ditahan sedemikian rupa pada sistem ini dengan
membuat koneksi rigid antara balok dan kolom. Bangunan tinggi dengan sistem
portal penahan momen dapat meningkatkan gaya tarik dan gaya tekan secara
signifikan pada kolom. Agar kolom terlindungi, ACI 318-05 mensyaratkan bahwa
kekuatan lentur kolom harus 20% lebih besar daripada kekuatan lentur balok pada
lantai yang sama. Hal ini bertujuan agar ketika struktur telah menjadi plastis,
sendi plastis terjadi di balok bukan kolom.
Sistem Ganda
Pada sistem ini, portal beton bertulang berinteraksi dengan dinding geser
dan bersama-sama menahan gaya lateral yang terjadi. Oleh karena bentuk
lendutan pada dinding berbeda dengan lendutan pada portal, dinding akan
berperilaku seperti kantilever. Portal yang daktail, berinteraksi dengan dinding
yang kaku dapat menghasilkan besaran disipasi energi yang signifikan dan
kemampuan mengontrol story drift selama terjadi gempa.
14

Gambar 2.3 Bangunan Sistem Ganda


Sumber : Materi Kuliah Struktur Beton Bertulang Lanjut, Steffie Tulimar
Dalam interaksi antara portal-dinding geser, sebuah struktur dikatakan
sistem ganda bila portal menahan lebih dari atau sama dengan 25% gaya geser
nominal yang terjadi. Dalam permodelan, apabila gaya geser pada portal belum
mencapai 25% maka dinding geser dilepas, portal dikenakan gaya gempa 0,25
kali gaya gempa nominal dan kemudian didesain portal yang menahan 0,25 gaya
gempa tersebut.

2.3 Transfer Beam berupa Balok Prategang


2.3.1 Transfer beam dan Pola Keruntuhannya
Transfer beam atau balok transfer adalah adalah balok yang berfungsi
untuk mendistribusikan gaya-gaya secara lateral, dari struktur atas ke struktur
yang ada di bawahnya. Oleh karena itu, balok transfer membutuhkan kekuatan
terhadap lentur dan geser yang sangat kuat. Untuk dapat menciptakan kekuatan
ini, ketinggian dari penampang balok transfer harus dinaikkan jauh lebih banyak
dibandingkan balok biasa (Londhe : 2010). Rasio bentang geser / d balok (rasio
a/d) akan berbeda dengan balok biasa dan membuat mekanisme transfer gaya
menjadi berbeda.
Balok transfer juga merupakan komponen horizontal dari sebuah struktur
yang memindahkan gaya gravitasi yang begitu berat dari lantai atasnya melalui
mekanisme geser dengan membentuk retak diagonal. Karena retak diagonal sudah
tercipta, pemahaman konvensional plane remain plane pada analisa balok transfer
15

sudah tidak berlaku lagi. Selain itu, untuk balok tanpa tulangan web, penambahan
ukuran penampang justru akan memperkecil kuat geser penampang. Hal ini
dikenali sebagai size effects.
Dalam perencanaan balok transfer (transfer beam), sangat penting
diketahui pula pola keruntuhan (modes of failure) dari balok transfer yang
digunakan. Pola / mekanisme keruntuhan ini sangat bergantung dari berbagai
faktor antara lain : rasio tulangan longitudinal, rasio tulangan transversal, rasio
a/d, dan kuat tekan beton. Beberapa pola keruntuhan balok transfer akibat
kegagalan geser yang mungkin terjadi ialah :
Diagonal Splitting Failure
Pola keruntuhan dimana retak diagonal terbentuk dari titik beban bekerja
ke titik perletakkan. Retak ini akan menganggu aliran gaya geser horizontal dari
tulangan longitudinal ke daerah kompresi beton dan perilaku balok akan berubah
dari beam action menjadi arch action. Pola keruntuhan paling umum ketika
mekanisme ini terjadi ialah gagalnya pengangkuran diujung tension tie balok.
Kegagalan ini biasa dialami oleh balok dengan rasio a/d sangat kecil (0-1).

Gambar 2.4 Keruntuhan Diagonal Splitting Failure pada Balok Beton


Sumber : Plate Reinforced Concrete Beam : Experimental Work, N.K Subedi : 1997

Shear-compression Failure
Kegagalan jenis ini ditandai dengan terjadinya retak miring dan bila tidak
disediakan tulangan web, maka retak ini akan mengurangi kekuatan zona
kompresi beton dan kemudian beton akan mengalami kegagalan crushing pada
zona kompresi di atas retak. Oleh karena retak miring lebih cepat berkembang
dibanding retak lentur, kegagalan dicapai ketika nilai momen lentur maksimum
16

belum tercapai. Kegagalan jenis ini biasa dialami oleh balok dengan nilai rasio a/d
1 2,5.

Gambar 2.5 Shear Compression Failure


Sumber : Reinforced Concrete Mechanic and Design 3rd edition, James Mac Gregor

Shear-flexure Failure
Kegagalan jenis ini diawali dengan terbentuknya retak lentur di tengah
bentang kemudian akibat perubahan konsentrasi tegangan di dekat ujung retakan,
retak kemudian merambat dalam arah miring. Retak flexure-shear tidak dapat
diprediksi dengan menghitung tegangan utama pada balok. Oleh karena itu,
persamaan empiris telah diciptakan untuk menghitung beban flexure-shear.
Kegagalan jenis ini terjadi pada balok dengan rasio a/d 2,5 6.

Gambar 2.6 Shear Flexure Failure


Sumber : Reinforced Concrete Mechanic and Design 3rd edition, James Mac Gregor

Pada balok transfer menerus, Singh dalam makalahnya yang berjudul


Design of Continous Deep Beams using the Strut and Tie Method menunjukkan
retak tipikal balok transfer selama pembebanan dalam masa bekerja balok adalah
sebagai berikut :
17

Gambar 2.7 Retak Lentur Awal


Sumber : Design of a Continuous Deep Beam using The Strut and Tie Method, Singh :
2006

Gambar 2.8 Retak Miring


Sumber : Design of a Continuous Deep Beam using The Strut and Tie Method, Singh :
2006

Gambar 2.9 Retak Sebelum Kegagalan


Sumber : Design of a Continuous Deep Beam using The Strut and Tie Method, Singh :
2006

2.3.2 Balok Prategang


Menurut definisi ACI, beton prategang ialah beton yang didalamnya
mengalami tegangan internal dengan besar dan distribusi sedemikian rupa
sehingga dapat mengimbangi tegangan yang terjadi akibat gaya luar sampai batas
18

tertentu. Beton prategang adalah beton yang diberikan tegangan sebelum dibebani
oleh beban kerja. Pada elemen beton bertulang, tegangan ini diberikan dengan
menarik tulangan atau untaian kawat baja yang terdapat pada tendon yang
dipasang. Prinsip-prinsip dasar dari beton prategang yakni :
Konsep pertama : sistem prategang untuk mengubah beton menjadi bahan
yang elastis.
Konsep ini ialah konsep yang paling sering digunakan oleh kebanyakan
insinyur dimana beton yang tadinya bersifat getas menjadi bahan yang
elastis dengan pemberian tegangan awal. Beton yang tidak mampu menahan
tarikan dan kuat menahan tekan dibuat sedemikian rupa sehingga mampu
menahan tegangan tarik. Dari konsep ini, lahirlah kriteria tidak ada
tegangan tarik pada beton. Karena bersifat elastis, distribusi tegangan juga
akan bersifat linier dan analisa tegangan dapat menggunakan analisa
tegangan elastis. Namun penerapan konsep ini menjadikan beton prategang
sangatlah konvensional (tidak mengijinkan adanya tegangan tarik).
Konsep kedua : sistem prategang dengan kombinasi baja mutu tinggi dan
beton.
Konsep yang mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi baja
mutu tinggi dengan beton dimana baja menahan tarik dan beton menahan
tekan. Kedua gaya tersebut membentuk kopel untuk melawan momen
eksternal. Kelebihan pada balok prategang ialah, baja ditarik terlebih dahulu
sehingga mencapai suatu nilai tertentu di bawah kekuatan maksimalnya.
Pada beton bertulang biasa, seringkali beton sudah retak terlebih dahulu
pada saat baja belum mencapai kekuatan penuh. Inilah yang membedakan
balok prategang dan balok beton bertulang biasa.

Gambar 2.10 (a) Sebuah Bagian dari Penampang Balok Prategang, (b)
Bagian dari Balok Beton Bertulang
Sumber : Design of Prestressed Concrete Structures, T.Y Lin Ned H Burns
19

Konsep ketiga : sistem prategang untuk menyeimbangkan beban.


Konsep ini berdasarkan pada pemberian gaya prategang untuk
menyeimbangkan gaya-gaya yang bekerja pada suatu batang sehingga elemen-
elemen yang dikenai bending seperti balok dan pelat tidak akan mengalami
tegangan akibat momen lentur. Konsep ini dikembangkan oleh T.Y Lin dalam
bukunya yang berjudul Design of Prestressed Concrete Structures. Anggap ada
sebuah balok diatas dua tumpuan seperti pada gambar berikut :

Gambar 2.11 Balok prategang diatas dua tumpuan


Sumber : Design of Prestressed Concrete Structures, T.Y Lin Ned H Burns

Apabila F = gaya prategang, L = panjang bentang, dan h = tinggi


parabola, maka gaya terdistibusi secara merata keatas yang terjadi sebagai
pengganti gaya prategang adalah sebesar
Wb = 8 F h / L2 (2.31)
Jika gaya Wb sebagai pengganti gaya prategang mampu mengimbangi
beban luar yang ada, maka potongan balok hanya akan mengalami tegangan tekan
seragam f = F / A.
Konsep Load Balancing Method ini sangat menguntungkan jika struktur
yang ada merupakan struktur statis tak tentu. Keuntungan bisa didapatkan dari
mudahnya melakukan perhitungan maupun visualisasi struktur prategang.
Dalam pelaksanaan struktur balok prategang, tentunya harus
dipertimbangkan pula kehilangan gaya prategang (loss of prestress) yang dapat
20

dibagi menjadi dua yakni kehilangan sesaat dan kehilangan bergantung-waktu.


Berikut penjelasannya :
Kehilangan sesaat (immediate losses) :
Perpendekan elastis beton
Beton akan mengalami perpendekkan pada saat penarikan tendon
dilakukan. Karena tendon yang melekat pada beton di sekitarnya secara simultan
juga memendek maka tendon akan kehilangan sebagian dari gaya prategang yang
dipikulnya. Perlu diketahui bahwa jika hanya ada satu tendon atau jika semua
tendon ditarik secara bersamaan maka kehilangan gaya prategang akibat
perpendekan elastis ini tidak akan terjadi. Besarnya kehilangan prategang akibat
perpendekan elastik beton untuk balok pratarik ialah :
fp ES = n fcs (2.32)
-3% 9( <9
n = Es / Ec ; fcs = 45
61 + : ( ; + =
(2.33)

dimana :
fp ES = kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis beton
(Mpa)
n = rasio modulus elastis baja dan beton
fcs = tegangan beton pada level titik berat tendon.
Untuk balok pasca-tarik, nilai kehilangan prategang yang terjadi ialah
50% dari yang terhitung pada balok pra-tarik.
Kehilangan akibat gesekan
Kehilangan gaya prategang akibat gesekan yang serius biasanya terjadi
diantara tendon dan bahan-bahan di sekelilingnya. Kehilangan ini terdiri dari dua
komponen yakni length effect (untuk segmen tendon lurus) dan curvature effect
(untuk segmen tendon melengkung). Curvature effect terjadi akibat gesekan
antara tendon dan duct yang mengelilinya, ketika tendon ditarik pada ujung balok.
Besarnya kehilangan tegangan dapat dihitung dengan rumus :
f2 = f1 e- (2.34)
dimana :
f2 = tegangan akhir (Mpa)
f1 = tegangan awal (Mpa)
= koefisien gesek antara strand dengan tendon
21

= central angle dari setiap segmen tendon.


Sedangkan length effect atau curvature effect terjadi akibat gesekan
antara tendon dengan beton yang mengelilinginya. Kehilangan terjadi akibat
ketidaksempurnaan sepanjang alignment tendon baik dia harped tendons maupun
draped tendons. Perhitungan kehilangan sama dengan curvature effect :
f2 = f1 e-K L (2.35)
dimana :
f2 = tegangan akhir (Mpa)
f1 = tegangan awal (Mpa)
K = koefisien wooble
L = panjang segmen tendon (m).
Kehilangan total akibat kedua efek tersebut dapat
digabungkan menjadi :
f = - f1 ( + K L) (2.36)
Kehilangan akibat slip angkur
Kehilangan akibat slip angkur terjadi pada balok pasca-tarik dimana
angkur akan menelusup ke dalam beton ketika dilakukan pembajian tendon.
Kehilangan ini dapat dengan mudah dihilangkan dengan melakukan overstressing
atau pemberian tegangan yang sedikit dilebihkan pada saat penarikan tendon.
Pada umumnya, penelusupan angkur ke beton berkisar antara (6,35 mm sampai
9,53 mm) (Nawy : 1996). Besarnya kehilangan tegangan dapat dihitung dengan
rumus :
?
fpA = A$ (2.37)
@

dimana :
fpA = kehilangan prategang akibat slip angkur (Mpa)
A = besarnya defleksi angkur (mm)
L = panjang segmen tendon (mm)
Eps = modulus elastis baja (Mpa)

Kehilangan Jangka Panjang (Long Term Losses)


Relaksasi tegangan baja
22

Tendon stress-relieved mengalami kehilangan pada gaya prategang


akibat perpanjangan konstan beton terhadap waktu (creep) dan besarnya
pengurangan gaya bergantung tidak hanya dari durasi gaya prategang yang
ditahan, melainkan juga rasio antara gaya prategang awal dan kuat leleh baja
prategang fp i/fp y.
Besarnya kehilangan prategang akibat relaksasi tegangan baja ialah :
BCD; 6 FGH%
FGI
fpRel = 6 0,55; N$P (2.38)
E
dimana :
fpRel = kehilangan prategang akibat relaksasi tegangan baja (Mpa)
t = waktu (jam)
fpi = tegangan inisial tendon (Mpa)
fpy = tegangan leleh tendon (Mpa)
Kehilangan tegangan seperti ini disebut relaksasi tegangan. ACI 318-09
membatasi tegangan tarik pada tendon prategang adalah sebagai berikut :
Untuk tegangan akibat gaya pendongkrak tendon, fpj = 0,94 fpy tapi
lebih kecil daripada yang terkecil antara 0,8 fpu dan nilai maksimum yang
disarankan pembuat tendon.
Sesaat setelah transfer gaya prategang, fpi = 0,82 fpy tetapi tidak lebih
besar dari 0,74 fp u.
Pada tendon post-tensioned gaya tarik prategang di pengangkuran dan
perangkai sesaat setelah transfer gaya ialah 0,7 fpu.
Creep Losses
Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa terjadi aliran dalam material
yang dikenai gaya atau tegangan. Aliran lateral atau deformasi ini dinamakan
rangkak (creep). Kehilangan tegangan akibat rangkak terjadi jika dan hanya jika
material dikenai sustain loads atau beban tetap. Kehilangan tegangan akibat
rangkak dapat dicari dengan rumus :
fpCR = n Kcr (fcs - fcsd) (2.39)
dimana :
fpCR = kehilangan prategang akibat creep (Mpa)
n = rasio antara modulus elastis baja dan beton
Kcr = 2 untuk balok pratarik dan 1,6 untuk balok pasca-tarik
23

fcs = tegangan beton pada elevasi titik berat tendon sesaat setelah transfer
(Mpa)
fcsd = tegangan beton pada elevasi titik berat tendon akibat beban mati
tambahan (Mpa).
Shrinkage Losses
Seperti halnya rangkak, susut (shrinkage) juga terjadi pada beton oleh
karena beberapa faktor antara lain proporsi campuran, tipe aggregat, tipe semen,
waktu curing, dan lain-lain. Pada umumnya, 80% susut terjadi pada tahun pertama
dari waktu bekerja struktur. Dalam balok prategang pasca-tarik, kehilangan akibat
susut menjadi sedikit berkurang oleh karena sedikit susut telah terjadi sebelum
dilakukan penarikan pada tendon. Kehilangan tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut :
fpCR = 8,2 x 10 -6 KSH EPS (1 0,06 V/S) (100 RH) (2.39)
dimana :
fpCR = kehilangan prategang akibat susut (Psi)
KSH = koefisien yang bergantung pada lamanya waktu perendaman
EPS = modulus elastic baja prategang (Psi)
V = volume (in3) ; S = keliling (in)
RH = relative humidity.

Jumlah kehilangan gaya prategang secara total dalam presentase


prategang dapat dinyatakan pada tabel berikut.
Tabel 2-1 Presentase Total Kehilangan Gaya Prategang
Pre-tensioned (%) Post-tensioned(%)
Perpendekan elastis dan 4 1
lenturan balok
Rangkak beton 6 5
Susut beton 7 6
Relaksasi tendon 8 8
TOTAL 25 20
Sumber : Design of Prestressed Concrete Structures, T.Y Lin Ned H Burns
Setelah mengetahui konsep dan adanya kehilangan gaya prategang yang
terjadi, analisis dan desain penampang prategang dapat dilakukan. Analisis yang
24

akan dipaparkan adalah analisis penampang untuk menahan lentur. Andaikan ada
sebuah balok prategang dikenai gaya prategang sebesar F bekerja sejauh
eksentrisitas e dari titik berat, maka tegangan f yang terjadi di serat atas dan
bawah penampang ialah :
Q Q9I
f= + (2.40)
4 4

dan tegangan akibat beban luar yang menghasilkan momen lentur M


dihitung dengan teori elastik biasa.
I
f= (2.41)
=

kombinasi dari persamaan (2.30) dan (2.31) menghasilkan persamaan


yang menyatakan besarnya tegangan total pada penampang beton prategang yakni
Q Q9I I
f= 4 (2.42)
= =

dimana
f = tegangan pada serat yang ingin ditinjau (Mpa)
F = gaya prategang yang terjadi (kN)
A = luas penampang netto beton (mm2)
e = eksentrisitas gaya F dari titik berat penampang (mm)
y = jarak titik yang ingin ditinjau dari titik berat penampang (mm)
I = momen inersia penampang netto (mm4)
Dalam analisis, dapat juga dicari solusi pendekatan dengan menggunakan
penampang bruto beton. Selain itu, analisis dapat dilakukan pada kondisi awal :
gaya prategang penuh dan gaya-gaya luar belum seluruhnya bekerja balok dan
kondisi akhir : gaya prategang sudah mengalami kehilangan dan gaya-gaya luar
sudah bekerja sepenuhnya pada balok.
Tegangan-tegangan yang terjadi pada komponen struktur prategang
dibatasi berdasarkan ACI 318M-08 :
Tabel 2-2 Tegangan yang Diizinkan pada Komponen Balok Prategang

Tegangan yang Diizinkan


Akibat gaya Prategang Segera setelah peralihan
Baja
0,8 fpu / 0,9 fy 0,7 fpu
Segera setelah Peralihan Pada beban Kerja
Beton Tarik Tekan Tarik Tekan
-0,25 fci -0,6 fci' -0,5 fc -0,45 fc'
25

Sumber : Design of Prestressed Concrete Structures, T.Y Lin Ned H Burns

Setelah dibebani oleh gaya luar, struktur balok prategang akan


mengalami retak pertama pada serat bawahnya dan dapat dihitung dengan analisa
tegangan elastis biasa dengan asumsi bahwa retak pertama terjadi ketika tegangan
di serat bawah mencapai nilai modulus keruntuhan (fr). Berdasarkan persamaan
(2.33), untuk tegangan di serat bawah, rumus tegangan akan menjadi :
Q Q 9I 5S I
fr = + (2.43)
4 = =

Q= F: =
Mcr = T U + + (2.44)
4V V
dimana :
Mcr = momen yang mengakibatkan retak pertama pada serat bawah
struktur (kN m)
fr = modulus keruntuhan beton (0,7 NW)
Setelah terjadi retak, apabila beban bertambah terus maka akan
mengakibatkan bertambahnya defleksi dan pada akhirnya menggagalkan struktur.
Kurva beban dan defleksi pada sebuah struktur balok prategang dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 2.12 Kurva Beban-Defleksi Balok Prategang


Sumber : Materi Kuliah Perancangan Bangunan Tinggi dan Beton Prategang, Sjahril A
Rahim

Momen nominal pada balok prategang dapat dihitung dengan rumus :


Mn = Ap fps (d a/2) (2.45)
26

dimana :
Mn = momen nominal balok prategang (kN m)
Ap = luas tendon (mm2)
Fps = tegangan tendon pada sesaat sebelum gagal (Mpa) ; dapat dicari
dengan iterasi, cara grafis, dan persamaan ACI.
Desain pendahuluan penampang beton prategang untuk menahan lentur
dapat dibentuk dengan prosedur yang sederhana (Lin:1982). Dalam praktek,
tinggi penampang balok (h) biasanya sudah diketahui atau dasumsikan demikian
juga momen total MT pada penampang. Pada beban kerja (serviceability), lengan
momen untuk gaya-gaya dalam dapat bervariasi antara 0,3 h 0,8 h dengan rata-
rata 0,65 h. oleh karena itu, gaya prategang yang efektif ialah :
F = T = MT / 0,65 h (2.46)
Jika tegangan efektif untuk baja adalah fse, maka luas baja yang
diperlukan yakni:
FQ
XY
Aps = = (2.47)
E,Z[ \ FXY
Gaya prategang total Aps fse sama dengan gaya C pada penampang beton.
Gaya ini akan menimbulkan tegangan satuan rata-rata pada beton yakni
] ^ 4_XFXY
= = (2.48)
4V 4V 4V

Tegangan serat rata-rata untuk desain pendahuluan dapat diambil kira-


kira 50% tegangan maksimum fc, dibawah beban kerja. Hal ini menghasilkan
4_XFXY 4 _XFXY
4V
= 0,5 NW H ; aW = E,[ FVH
(2.49)

Pendekatan dalam desain pendahulan ini hanya terdapat pada koefisien


0,65 dan 0,5. Koefisien-koefisien ini sangat bervariasi, tergantung pada bentuk
penampang. Namun dengan pengalaman dan pengetahuan yang cukup,
pendekatan dapat diperbaiki tingkat akurasinya sehingga preliminary design
mendekati design akhir.

Balok Prategang Menerus (Continous Prestressed Beams)


Dalam pelaksanaan struktur bangunan, seringkali diperlukan balok
prategang yang dipasang berada dalam keadaan menerus atau continous dimana
satu bentang balok terletak diatas beberapa perletakkan. Hal ini membawa
27

beberapa kerugian antara lain desain yang tercipta tidak ekonomis karena momen
sangat bervariasi sepanjang bentang dan terjadinya kehilangan akibat geser yang
besar karena perbedaan kelengkungan tendon.
Namun demikian, struktur balok menerus memberikan beberapa
keuntungan juga antara lain momen pada struktur menerus (struktur statis tak
tentu) akan lebih kecil dibanding pada struktur satu bentang. Selain itu, alat
pengangkuran yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit dan hal ini mengakibatkan
pengurangan biaya penarikan secara signifikan. Defleksi pada struktur juga lebih
kecil karena nilai momennya yang kecil dan menimbulkan ketahanan terhadap
beban lateral yang baik pada frame yang kaku.
Perbedaan paling mendasar dari balok prategang satu bentang dengan
balok prategang menerus ialah keberadaan reaksi yang menahan defleksi akibat
prategang (camber) pada struktur menerus. Reaksi ini kemudian menimbulkan
secondary moment atau momen sekunder pada struktur prategang.
Jika pada balok satu bentang, beban akibat berat sendiri balok prategang
tidak diperhitungkan, dan bila balok dikenai gaya prategang eksentrik, maka
resultan tegangan tekan (C-line) pada potongan penampang akan berhimpit
dengan titik berat baja prategang seperti ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 2.13 Penampang Balok Prestress Simple Span


Sumber : Design of Prestressed Concrete Structures, T.Y Lin Ned H Burns

Momen lentur akibat prategang dapat dicari dengan mengalikan gaya


prategang dan jarak antara cgc dan cgs sepanjang bentang, balok akan berdefleksi
ke atas akibat prategang (camber) namun tidak ada reaksi eksternal yang
diciptakan. Pada balok menerus, kondisinya lebih rumit. Momen akibat prategang
kini akan disebut sebagai momen primer (primary moment) dan akan
menyebabkan defleksi ke atas seperti pada kasus balok simple span. Namun
28

defleksi ini ditahan oleh redundant perletakkan, dan reaksi perletakkan dari
redundant tersebut akan menimbulkan momen sekunder (secondary moment)
pada balok. Nilai momen total bisa didapatkan dengan menjumlahkan nilai
momen primer dan momen sekunder.

Gambar 2.14 (a) Balok Prategang Menerus ; (b) Lendutan yang Terjadi
apabila Reaksi di Tengah Bentang Diabaikan ; (c) Reaksi Perletakkan di Tengah
Bentang akibat Prestressing ; (d) Defleksi Balok yang Sebenarnya Akibat
Prestressing
Sumber : Design of Prestressed Concrete, Arthur H Nilson

Dengan bentuk balok seperti pada gambar 2.14, momen akibat


prestressing akan menjadi :
29

Gambar 2.15 (a) Momen Primer Sebagai Hasil Perkalian Gaya Prategang
Dengan Eksentrisitas terhadap cgc ; (b) Momen Sekunder Akibat Reaksi
di Tengah Bentang ; (c) Momen Total
Sumber : Design of Prestressed Concrete, Arthur H Nilson

Pada balok menerus, letak C-line tidak akan berhimpit dengan cgs line
oleh karena keberadaan momen sekunder dan jarak antara kedua lokasi ini
ditentukan dengan rumus :
y = M2 / P (2.50)
dimana
y = jarak antara C-line dan cgs line (m)
M2 = momen sekunder (kN m)
P = besarnya gaya prategang (kN)

Gambar 2.16 Lokasi C-line dan cgs line pada Balok Menerus
Sumber : Design of Prestressed Concrete, Arthur H Nilson

Dan untuk menganalisa tegangan pada potongan, digunakan nilai e*


yakni jarak antara C-line dengan cgc line. e* dihitung dengan rumus
30

e* = MTOTAL / P (2.51)
dimana
y = jarak antara C-line dan cgc line (m)
MTOTAL = momen sekunder (kN m)
P = besarnya gaya prategang (kN),
dan tegangan yang terjadi pada serat atas dan bawah potongan pada
kondisi service ialah (murni akibat prestressing) :
39 9 Vb
fatas = (1 ) (2.52)
4 :(
39 9 V(
fbawah = (1 + ) (2.52)
4 :(
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Permodelan Struktur


Struktur yang ditinjau dalam penelitian ini ialah sebuah bangunan
bertingkat perkantoran yang dibawahnya terdapat bangunan purbakala sehingga
harus menggunakan transfer beam sebagai pengganti kolom. Nantinya struktur
akan dianalisis dengan menggunakan program ETABS v9.6.0 Adapun spesifikasi
dari ukuran struktur ialah :
Luas : 648 m2
Panjang : 18 m (jarak antar kolom 6 m)
Lebar : 36 m (jarak antar kolom 18 m pada baris pertama dan 6 m pada
baris-baris berikutnya)
Tinggi : bervariasi antara 4, 6, dan 8 lantai (tiga lantai pertama masing-
masing berjarak 4 m, lantai-lantai berikutnya 3,6 m)
Ukuran kolom : 1200 x 1200 mm2 untuk kolom baris pertama dan 800 x 800
mm2 pada baris-baris berikutnya.
Ukuran balok induk : 400 x 600 mm2 (bentang 6 m) dan 400 x 900 mm2
(bentang 12 m)
Ukuran balok anak : 500 x 250 mm2
Tebal shear wall : 250 mm
Ukuran transfer beam : 1000 x 2500 mm2 dan terletak pada lantai 3 baris
pertama bangunan.

Berikut dapat dilihat denah dari struktur lantai dasar.

31
32

Gambar 3.1 Denah Struktur Lantai Dasar


Sumber : Hasil Olahan Penulis

Denah lantai 3 dimana sudah ada transfer beam

Gambar 3.2 Denah struktur lantai 3


Sumber : Hasil Olahan Penulis

Dan berikut adalah denah lantai 4 dimana kolom-kolom sudah terpasang


di transfer beam
33

Gambar 3.3 Denah struktur lantai 4


Sumber : Hasil Olahan Penulis

Tampak depan portal bangunan adalah sebagai berikut :

Gambar 3.4 Tampak Depan Portal Bangunan


Sumber : Elevation View Model dari Program ETABS

Bentuk 3d dari bangunan dengan 8 lantai adalah sebagai berikut :


34

Gambar 3.5 Bentuk 3D Bangunan


Sumber : 3D View Model dari Program ETABS
Bangunan dalam penelitian akan dianalisis secara 3 dimensi dan
menggunakan bahan-bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
Beton
Kuat tekan fc : 33 Mpa
Modulus Elastis : 4700 fc = 27000 Mpa
Berat Jenis Beton : 2400 kg/m3
Beton untuk Transfer Beam
Kuat tekan fc : 33 Mpa
Modulus Elastis : 4700 fc = 27171,78 Mpa
Berat Jenis Beton : 2400 kg/m3
Baja tulangan
Tegangan Leleh : 400 Mpa
Untaian Kawat Prategang
Jenis : uncoated seven wire strand low relaxation
Diameter nominal : 12,7 mm
Berat nominal : 1,1 kg/m
UTS : 183,7 Kn
35

Kuat leleh : 1670 Mpa


Tegangan maks : 1860 Mpa
Luas nominal : 98,71 mm2
Modulus Elastis : 190.000 Mpa
3.2 Variasi Permodelan
Dalam penelitian ini, dilakukan dua buah variasi permodelan yang
dijalankan. Variasi pertama adalah jumlah lantai, dan variasi kedua adalah variasi
denah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam uraian berikut :
3.2.1 Variasi Jumlah Lantai
Variasi pertama yang menjadi objek penelitian adalah variasi jumlah
lantai. Jumlah lantai diprediksi akan berpengaruh terhadap karakterisitik dan
respon dinamik dari struktur yang bersangkutan.

Gambar 3.6 Variasi Jumlah Lantai (4,6, dan 8 lantai)


Sumber : 3D View Model Program ETABS

3.2.2 Variasi Tinggi Transfer Beam (TB)


Variasi kedua sekaligus terakhir yang digunakan dalam penelitian ini
ialah variasi tinggi transfer beam. Dalam variasi ini, kontrol dilakukan terhadap
bangunan 6 lantai namun tinggi balok prategang yang digunakan adalah 2000
36

mm, 1800 mm, dan 1600 mm. Perbedaan tinggi balok prategang (transfer beam)
diprediksi akan menimbulkan perbedaan pada respon struktur yang ditimbulkan:

3.3 Pembebanan Struktur


Pembebanan Struktur Meliputi
3.3.1 Pembebanan Gravitasi
Beban Mati
Berat sendiri struktur beton ( = 24 Kn/m3)
Mortar dan penutup pelat lantai : 1,1 Kn/m2
MEP : 0,3 Kn/m2
Dinding bata : 2,5 Kn/m3
Partisi dalam : 1 Kn/m2
Beban hidup
Lantai perkantoran : 2,5 Kn/m2
Lantai atap : 1 Kn/m2
3.3.2 Pembebanan Gempa
Wilayah gempa
Gedung perkantoran yang diteliti diasumsikan berada di wilayah Jakarta.
Bersasarkan SNI 03-1726-2002 mengenai ketahanan bangunan terhadap gempa,
Jakarta termasuk dalam wilayah gempa ke 3 dan memiliki percepatan puncak
muka tanah 0,3 g.
Jenis tanah
Daya dukung tanah yang ada : tanah lunak.
Faktor keutamaan bangunan tahan gempa
Untuk berbagai kategori gedung, bergantung pada probabilitas terjadinya
keruntuhan struktur gedung selama umur gedung dan umur gedung tersebut yang
diharapkan, pengaruh Gempa Rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu
Faktor Keutamaan I menurut persamaan :
I = I1 I2 (3.1)
di mana I1 adalah faktor keutamaan untuk menyesuaikan perioda ulang
gempa berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa itu selama
umur gedung, sedangkan I2 adalah faktor keutamaan untuk menyesuaikan perioda
37

ulang gempa berkaitan dengan penyesuaian umur gedung tersebut. Faktor-faktor


keutamaan I1, I2 dan I ditetapkan menurut Tabel:
Tabel 3-1 Faktor Keutamaan I pada Bangunan
Faktor keutamaan
Kategori Gedung
I1 I2 I
Gedung umum seperti untuk
penghunian, perniagaan dan 1,0 1,0 1,0
perkantoran
Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6
Gedung penting pasca gempa seperti
rumah sakit, instalasi air bersih,
pembangkit tenaga listrik, pusat 1,4 1,0 1,4
penyelamatan dalam keadaan darurat,
fasilitas radio dan televisi
Gedung untuk menyimpan bahan
berbahaya seperti gas, produk minyak 1,6 1,0 1,6
bumi, asam, bahan bercun
Cerobong, tangki di atas menara 1,5 1,0 1,5
Sumber : SNI 03-1726-2002
Untuk bangunan perkantoran seperti gedung dalam penelitian, diambil
faktor keutamaan I = 1.
Faktor reduksi R
Faktor reduksi beban gempa merupakan nilai rasio antara beban gempa
maksimum akibat pengaruh gempa rencana pada struktur bangunan dengan beban
gempa nominal pada struktur bangunan daktail. Faktor reduksi gempa bergantung
pada sistem penahan beban lateral yang digunakan pada bangunan. Untuk gedung
dalam penelitian, sistem penahan gaya lateral menggunakan sistem ganda shear
wall dengan dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) +
balok prategang diambil nilai R sebesar 5,5 pada arah memanjang. Untuk
arah memendek digunakan sistem tunggal Dinding Geser Daktail Parsial
dengan R = 5,5.
Respon Spektrum
38

Koefisien pengaruh gempa C pada wilayah 3 dapat dilihat pada spektrum


respons di bawah :

Gambar 3.7 Spektrum Respons Gempa Rencana Wilayah 3


Sumnber : SNI 03-1726-2002
Pengaruh Gempa Vertikal
Balok transfer dalam struktur yang akan diteliti memiliki kepekaan yang
tinggi terhadap beban gravitasi sekaligus memiliki bentang yang relatif panjang
dibanding dengan komponen lainnya. Oleh karena itu balok transfer harus
diperhitungkan terhadap komponen vertikal gerakan tanah akibat gempa yang
terjadi. Pergerakan vertikal ini dapat ditinjau sebagai beban vertikal statik
ekuivalen yang arahnya bisa ke atas maupun ke bawah. Faktor respons gempa
vertical Cv dapat dihitung dengan rumus :
Cv = Ao I (3.4)
Dimana :
= koefisien yang bergantung pada wilayah gempa
Ao = percepatan puncak batuan dasar
I = faktor keutamaan bangunan gedung
Besarnya dapat dilihat pada tabel di bawah
Tabel 3-2 Besarnya koefisien untuk menghitung Cv
Wilayah Gempa
1 0,5
2 0,5
39

3 0,5
4 0,6
5 0,7
6 0,8
Sumber : SNI 03-1726-2002
3.4 Skema Analisa Struktur
Dalam penelitian ini, output yang diharapkan berhasil didapatkan ialah
karakteristik dinamik dan respons struktur. Karakteristik dinamik berupa pola
ragam getar dan periode alami. Sedangkan respons struktur berupa displacement
(u), gaya geser dasar, dan tulangan Adapun skema penelitian dan skema analisis
struktur yang yakni :

Gambar 3.8 Skema Penelitian


Sumber : Hasil Olahan Peneliti
40

Skema analisa struktur dapat dilihat pada gambar dibawah :

START

Preliminary Design
-------------------------------
Estimasi Dimensi Komponen
Properti material

Variasi 1 variasi Variasi 2 variasi


jumlah lantai tinggi transfer beam

Modelisasi Struktur Modelisasi Struktur


dengan beban dengan beban

Analisis Struktur

Pengecekan NOT OK
Preliminary Design

OK

Output : pola ragam


getar, Tn,
displacement, gaya
geser, rasio tulangan

FINISH

Gambar 3.9 Skema Analisa Struktur


Sumber : Hasil Olahan Peneliti
BAB 4
HASIL DAN ANALISA

Bab berikut berisi tentang permodelan bangunan pada setiap variasi, hasil
analisanya, serta perbandingan antara hasil-hasil yang didapat dalam setiap
variasi. Analisa terhadap hasil yang bersangkutan akan diberikan kemudian.
Klarifikasi tentang hipotesis yang pada awalnya dibuat akan diberikan pada akhir
dari bab ini.
4.1 Variasi I : Variasi Jumlah Lantai Bangunan
Untuk mengetahui karakteristik dinamik bangunan serta kinerja sistem
transfer secara lebih jelas, dilakukan dua macam variasi dalam penelitian ini.
Variasi pertama ialah variasi jumlah lantai, dimana digunakan bangunan dengan
jumlah lantai masing-masing 8 lantai, 6 lantai, dan 4 lantai. Output yang
dikeluarkan dari permodelan berupa periode getar, pola ragam getar dan
partisipasi massa, gaya geser dasar, gaya geser tingkat, kinerja sistem transfer, dan
penulangan.
Dalam bab ini akan ditunjukkan hanya hasil perbandingan dari ketiga
jenis model yang ada serta analisanya. Seluruh tahapan permodelan dimulai dari
bentuk bangunan, properti material, pembebanan, dan hasil output masing-masing
model dapat dilihat pada lampiran I-V.
4.2 Perbandingan Hasil dan Analisa dari Variasi I
Setelah mendapatkan hasil dari ketiga buah model dalam variasi pertama,
keseluruhan hasil tersebut dibandingkan untuk mengetahui pengaruh dari
ketinggian lantai terhadap output penelitian yang ada. Hasil-hasil perbandingan
yakni :
4.2.1 Periode Getar
Periode getar merupakan waktu yang dibutuhkan oleh struktur untuk
melakukan satu kali pergerakan getaran sesuai dengan pola ragam getar yang
dimilikinya. Periode getar dari ketiga bangunan yakni :

41
42

Tabel 4-1 Perbandingan Periode Getar Bangunan


Tx (s) Ty (s) Trz (s)
8 Lantai 1,064 0,783 0,490
6 Lantai 0,688 0,483 0,304
4 Lantai 0,484 0,330 0,197
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Periode Getar Bangunan


1,2 1,064
1,0 0,783
0,8 0,688
T (s)

0,6 0,490 0,483 0,484


0,4 0,304 0,330
0,197
0,2
0,0
8 Lantai 6 Lantai 4 Lantai

Tx Ty Trz

Gambar 4.1 Periode Getar Bangunan Variasi I


Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Sesuai dengan gambar diatas, bangunan 8 lantai memiliki periode getar


yang lebih besar baik untuk translasi x, translasi y, maupun rotasi z. Hal ini sesuai
dengan hipotesis dimana periode berbanding lurus dengan massa bangunan dan
semakin tinggi bangunan akan semakin menambah massa dan oleh karena itu
menambah periode getar.

4.2.2 Pola Ragam Getar dan Partisipasi Massa


Pada variasi jumlah lantai ini, seluruh bangunan memiliki pola ragam
getar setipe dimana pola ragam getar 1, 2, 3 berturut-turut ialah translasi x,
translasi y, dan rotasi z. Partisipasi massa seluruh bangunan mencapai 90% dalam
jumlah mode yang tak jauh berbeda menandakan bahwa bangunan cukup
beraturan dan tidak ada perubahan massa atau kekakuan yang cukup signifikan di
sepanjang bangunan.
43

Bangunan 8 lantai membutuhkan 7 modes untuk mencapai partisipasi


massa 90%, bangunan 6 lantai membutuhkan 9 modes, dan bangunan 4 lantai
membutuhkan 15 modes. Pada bangunan 4 lantai membutuhkan modes yang
cukup banyak terutama untuk mencapai partisipasi massa rotasi z 90%. Hal ini
disebabkan karena bangunan 4 lantai sangat kaku jika dipasang dinding geser.

4.2.3 Gaya Geser Dasar


Gaya geser dasar bangunan berbanding lurus dengan massa dan koefisien
respon seismik serta berkaitan dengan periode getar dan faktor reduksi gaya
gempa yang dimiliki bangunan. Nilai gaya geser dasar bangunan melalui analisa
dinamik beserta rasio terhadap berat total bangunan yakni yakni :
Tabel 4-2 Gaya Geser Dasar Bangunan Variasi I
Gaya Geser Dasar Dinamik Rasio (%)
Vx 5691,02 kN 10,890 %
8 Lantai
Vy 6082,2 kN 11,638 %
Vx 4212,11 kN 11,965 %
6 Lantai
Vy 4288,62 kN 12,182 %
Vx 2393,15 kN 12,290 %
4 Lantai
Vy 2480,19 kN 12,737 %
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Dapat dilihat bahwa bangunan 8 lantai memiliki gaya geser dasar


dinamik yang paling besar diantara ketiganya. Diketahui bahwa periode getar
bangunan arah x dan arah y berada pada rentang periode pre-dominant sehingga
nilai respon seismik yang dihasilkan ialah sama. Nilai faktor reduksi juga sama
oleh karena kesamaan sistem penahan gaya lateral yang dipilih. Oleh karena itu
gaya geser dasar bangunan 8 lantai paling besar karena memang massanya lebih
besar dibanding massa bangunan 6 dan 4 lantai.

4.2.4 Gaya Geser Tingkat


Gaya geser tingkat merupakan distribusi gaya geser dasar pada setiap
lantai. Perbandingan gaya geser tingkat pada ketiga model bangunan ialah :
44

Story Shear Bangunan


8
Story Shear X Bangunan 8
7
Lantai
6 Story Shear Y Bangunan 8
Lantai
5
Lantai
Story Shear X Bangunan 6
4 Lantai
3 Story Shear Y Bangunan 6
Lantai
2
Story Shear X Bangunan 4
1 Lantai
0 2000 4000 6000 8000 Story Shear Y Bangunan 4
Lantai
V (kN)

Gambar 4.2 Gaya Geser Tingkat Bangunan Variasi I


Sumber : Hasil Olahan Peneliti

4.2.5 Kinerja Sistem Transfer


Beban vertikal akibat beban gravitasi yang ditransfer TB
Perbandingan beban vertikal akibat beban gravitasi yang ditransfer oleh
TB pada ketiga jenis bangunan dapat dilihat pada gambar berikut :

Beban Vertikal yang Ditransfer TB (kN)


Dead Load Live Load SuperDead Load Total
5244,95

3444,23
3171,77

2077,81
1440,18
987,27 1021,39
779,33
476,29617,67
201,73251,18

Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai

Gambar 4.3 Perbandingan Jumlah Beban Vertikal akibat Beban Gravitasi


yang Ditransfer TB untuk Ketiga Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
45

Dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah lantai, maka TB juga


memikul beban vertikal akibat beban gravitasi yang juga lebih besar. Hal ini
disebabkan beban gravitasi pada bangunan 8 lantai juga lebih besar dibanding
bangunan 6 dan 4 lantai. Selain itu kita juga mencari rasio beban vertikal yang
ditransfer TB terhadap beban vertikal keseluruhan bangunan yakni :

Tabel 4-3Rasio Beban Vertikal yang Ditransfer TB terhadap Beban


Vertikal Total Seluruh Bangunan
Rasio (%)
Bangunan 8 Lantai 18,21%
Bangunan 6 Lantai 16,19%
Bangunan 4 Lantai 12,92%
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Dapat dilihat bahwa rasio beban yang ditransfer TB pada bangunan 8


lantai lebih besar dibanding pada bangunan 6 dan 4 lantai. Hal ini diakibatkan
oleh karena TB pada bangunan 8 lantai memiliki profil terbesar dibandingkan
dengan bangunan 6 dan 4 lantai. Dengan kekakuan serta momen inersia yang
lebih besar, TB pada bangunan 8 lantai mampu memikul beban dengan persentase
lebih tinggi.

Beban vertikal akibat beban gempa yang ditransfer TB


Perbandingan beban vertikal akibat beban gempa yang ditransfer oleh TB
pada ketiga jenis bangunan dapat dilihat pada gambar berikut :
46

Gaya Gempa yang Ditransfer TB (kN)


EQx EQy Ev1 Ev2 Eqx + Eqy + Ev1 Eqx + Eqy + Ev2
Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai

1686,49

710,93 689,03 704,79

194,84 276,09 283,4 333,1 292,67 311,98


68,0513,2 94,43 66,15

-185,76 -104,51
-311,68
-669,72

Gambar 4.4 Perbandingan Jumlah Beban Vertikal akibat Beban Gempa


yang Ditransfer TB untuk Ketiga Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah lantai, maka TB juga


memikul beban vertikal akibat beban gempa yang juga lebih besar. Hal ini
disebabkan gaya gempa pada bangunan 8 lantai juga lebih besar dibanding
bangunan 6 dan 4 lantai (seperti yang ditunjukkan pada perbandingan gaya geser
lantai tadi).

Gaya geser yang ditransfer oleh sistem transfer


Gaya-gaya geser yang ditransfer oleh sistem transfer (kombinasi TB dan
kolom pendukung) untuk ketiga jenis bangunan dapat dilihat pada gambar berikut:
47

Gaya Geser yang Ditransfer oleh Sistem


Transfer (kN)
1679,39
1800
1600
1400
1200
800 627,22 539,48
400 150,1 85,71 245,2
200
0
Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai

EQx EQy

Gambar 4.5 Gaya Geser yang Ditransfer TB untuk Ketiga Jenis


Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Gaya geser yang ditransfer oleh TB semakin besar pada bangunan


dengan lantai lebih banyak oleh karena gaya gempa pada bangunan yang berlantai
lebih banyak lebih besar pula. Selain itu rasio gaya geser yang ditransfer oleh
sistem transfer terhadap gaya geser dasar bangunan ialah :

Tabel 4-4 Rasio Gaya Geser yang Ditransfer dengan Gaya Geser Dasar
Bangunan
Rasio (%)
Vx 29,509%
Bangunan 8 Lantai
Vy 8,870%
Vx 14,891%
Bangunan 6 Lantai
Vy 5,717%
Vx 6,272%
Bangunan 4 Lantai
Vy 3,456%
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Dapat dilihat dari tabel perbandingan rasio, sistem transfer pada


bangunan 8 lantai mampu mentransfer gaya geser dengan rasio terbesar terhadap
gaya geser dasar. Hal ini menunjukkan bahwa TB pada bangunan 8 lantai, yang
mana memiliki profil terbesar, mampu memikul gaya lebih banyak dengan TB
48

pada bangunan lainnya sehingga gaya geser yang ditransfer oleh sistem
transfernya pun semakin besar.

Displacement di tengah TB akibat Beban Gravitasi dan Beban Gempa

Displacement uz di Tengah TB akibat Beban Gravitasi (mm)


Dead Load Live Load Super Dead Load

13,234
10,8397
8,4457

3,
2 3, 9 2, 42
2 4 5

Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai

Gambar 4.6 Displacement uz di Tengah Bentang TB Akibat


Beban Gravitasi
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Displacement ux akibat Eqx dan uy akibat Eqy di Tengah TB


(mm)
Eqx Eqy

25,3026
20,3642

11,7087 11,8345
8,4755
5

Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai

Gambar 4.7 Displacement ux dan uy di Tengah Bentang TB


Akibat Beban Gempa
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
49

Displacement Uz di Titik Tengah Bentang TB (mm)


10,00

7,14
6,28
5,00 5,58

PE
0,00 PE + DL +SDL
Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai PE + DL + SDL + LL
-3,49
-5,00 -4,56 PE+DL+SDL+LL+E1
-6,41
PE+DL+SDL+LL+E2
-8
-10,00 PE+DL+SDL+LL+E3
-10,9 -10,579961
-12,56 PE+DL+SDL+LL+E4
-12,8
-14
-15,00
-16
5,1
75
9

-20,00

Gambar 4.8 Displacement uz di Tengah Bentang TB Akibat


Kombinasi Pembebanan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Displacement Ux Titik Tengah Bentang TB (mm)


30,00
25,00 26,
20,00 21,1
PE+DL+SDL+LL+E1
15,00
12,35
3 PE+DL+SDL+LL+E2
10,00 9,02
3
7,35
6 PE+DL+SDL+LL+E3
5,00 4,
0,00 PE+DL+SDL+LL+E4
Bangunan 4 Bangunan 6 Bangunan 8
Lantai Lantai Lantai

Gambar 4.9 Displacement ux di Tengah Bentang TB Akibat


Kombinasi Pembebanan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
50

Displacement Uy Titik Tengah Bentang TB (mm)


14,00
12,00 12,
10,00
8,9 PE+DL+SDL+LL+E1
8,00
6,00 5,3 PE+DL+SDL+LL+E2
4,00 4,
3,32
5 PE+DL+SDL+LL+E3
2,00 2,0
0,00 PE+DL+SDL+LL+E4
Bangunan 4 Bangunan 6 Bangunan 8
Lantai Lantai Lantai

Gambar 4.10 Displacement uy di Tengah Bentang TB Akibat


Kombinasi Pembebanan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Dari gambar hasil displacement pada titik tengah bentang TB, dapat
dilihat bahwa besarnya displacement uz pada titik tengah bentang TB akibat
beban gravitasi menjadi semakin kecil seiring dengan bertambahnya lantai
bangunan. Sebaliknya, akibat beban gempa dan kombinasi pembebanan service,
displacement ux dan uy semakin bertambah seiring bertambahnya lantai. Hal ini
tentu berkaitan dengan gaya-gaya dalam pada TB dan pada portal depan, serta
perbandingan dari matriks gaya luar dan matriks kekakuan dari komponen-
komponen tesebut.

Gaya-gaya dalam kolom pendukung dengan kombinasi Pembebanan Service


Gaya-gaya dalam kolom pendukung lantai tiga dan lantai satu dengan
kombinasi pembebanan service dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
51

Kolom Pendukung Lantai 3 :

Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 & C6 (kN)

PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1


PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai

-52,87 -109,8 -149,73


-893-1,90704,841,1 -967-,95492,61
-122-4 9919,93
-2015,73
-2295,53 -250-82,43057,96
-296-02,83589,99
-3324,29
-3784,4
-437-54,11788,84
-538-541,251,91

Gambar 4.11 Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 dan C6 Lantai


3 pada Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai

-23,9 -42,75 -52,85


-222-215,384,66 -2264-2,42486,3
-294-02,90611,87
-4951,87 -5335-5,65679,7
-5861
-654-637,787,74
-7985,96 -8505-9,20679,5
-9449,02
-10951,03
-11525,27

Gambar 4.12 Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 Lantai 3 pada


Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
52

Gaya Geser Kolom Pendukung C2 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai


39,28 70,46
14,02

-51,2
-642,2
-1307-,4895,-3867,-4625,29 -113-,15461,65
-227,78 -191,68 -202-,27592,66
-346,58 -310,48
-406,49
-490,71

-728,83
-813,5

Gambar 4.13 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 3


pada Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Gaya Geser Kolom Pendukung C4 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4
660,9 660,91

236,82 236,82 221,46 221,46

78,41 78,41
45,56 45,56
0 0 0 15,21 15,21 0 0 0 0 0 0

Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai

Gambar 4.14 Gaya Geser Kolom Pendukung C4 Lantai 3 pada


Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
53

Gaya Geser Kolom Pendukung C6 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4
813,07
728,85

490,71
406,48
346,59 310,49
227,77 191,67 252,67
202,79
107,49 113,15471,65
51,2642,23 85,3827,42
65,25

-14,02 -39,28 -70,47

Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai

Gambar 4.15 Gaya Geser Kolom Pendukung C6 Lantai 3 pada


Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Sedangkan untuk kolom pendukung pada lantai 1 :

Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 & C6 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai

-52,31 -108,71 -148,43


-108-71,1097,97 -114-21,1340,15
-145-71,45475,57
-227-82,53558,19
-2757-2,46185,2
-327-73,26035,42
-3671,83
-4131,99
-470-24,50590,12
-577-95,68217,85

Gambar 4.16 Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 dan C6 Lantai


1 pada Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
54

Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai

-23,9 -42,75 -52,85


-234-42,71087,54 -236-82,38980,75
-308-13,13023,18
-5143,87 -5548-5,87642,9
-6053
-67-6649,58,54
-8262,44 -8240,27
-9725,5 -9314,51
-112-6161,89483,22

Gambar 4.17 Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 Lantai 1 pada


Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Gaya Geser Kolom Pendukung C2 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai

36,53 67,76
12,09

-44,-5514,05 -81,39 -63,98


-110,81 -93,41 -106-1
,2342,49
-221,52 -187,8 -195-2
,8463,98
-344,91-310,28
-401,19
-482,44

-723,91
-805,16

Gambar 4.18 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 1 pada


Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
55

Gaya Geser Kolom Pendukung C4 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai

675,08 675,08

250,33 250,33 225,71 225,71

57,59 57,59 82,47 82,47


0 0 0 18,81 18,81 0 0 0 0 0 0

Gambar 4.19 Gaya Geser Kolom Pendukung C4 Lantai 1 pada


Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Gaya Geser Kolom Pendukung C6 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai


805,18
723,92

482,43
401,18
344,02 310,29
221,52 187,79 244
195,87
110, 93,4 106,21432,5
44,5514,05 81,36 63,95

-12,09 -36,53 -67,76

Gambar 4.20 Gaya Geser Kolom Pendukung C6 Lantai 1 pada


Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Dapat dilihat dari sebagian besar perbandingan gaya-gaya dalam pada


kolom pendukung baik kolom pendukung lantai tiga maupun kolom pendukung
56

lantai satu, bangunan 8 lantai menghasilkan gaya-gaya dalam yang lebih besar
dibandingkan dengan bangunan 6 dan 4 lantai. Gaya aksial pada kolom
merepresentasikan beban vertikal yang ditanggung oleh sistem transfer akibat
kombinasi pembebanan service. Pada bangunan 8 lantai, gaya-gaya aksial kolom
menjadi lebih besar karena beban gravitasi pada bangunan tersebut juga lebih
besar dibanding model bangunan-bangunan lainnya.
Gaya geser pada kolom pendukung merepresentasikan gaya lateral
struktur akibat kombinasi pembebanan service yang ditransfer oleh sistem
transfer. Sekali lagi, kolom-kolom pendukung pada bangunan 8 lantai mengalami
gaya dalam yang lebih besar oleh karena gaya gempa pada bangunan ini juga
lebih besar.
Selain memang karena gaya luar lebih besar, perlu diperhatikan bahwa
dimensi sistem transfer yang terdiri dari TB dan kolom pendukung, mempunyai
nilai berbeda-beda untuk tiap model bangunan. Dimensi terbesar terdapat pada
dimensi sistem transfer bangunan 8 lantai. Tak heran jika sistem transfer pada
bangunan ini mampu memikul gaya-gaya yang lebih besar dibanding dengan
sistem transfer pada kedua model lainnya.
Selain itu perlu diperhatikan bahwa gaya geser pada kolom pendukung
C2 dan C6 memiliki besaran yang sama namun berbeda tanda. Hal ini disebabkan
oleh karena kedua kolom mengalami gaya lintang ke arah yang sama pada suatu
goyangan dan gaya lintang yang diambil ialah yang terbesar antara akibat
goyangan ke kiri maupun goyangan ke kanan. Juga perlu diperhatikan, pada
kolom C4, gaya-gaya geser akibat beban gravitasi = 0 oleh karena kehadiran
gaya-gaya geser akibat pembebanan gravitasi yang saling menghilangkan terjadi
pada kolom C4.
Untuk kolom-kolom pendukung di lantai 1, dicaritahu pula rasio gaya-
gaya dalam aksial dan gesernya dengan gaya aksial dan geser lantai 1 akibat
pembebanan dari keseluruhan bangunan, agar kita dapat mengetahui gambaran
seberapa banyak gaya-gaya yang ditransfer oleh sistem transfer. Rasio tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
57

Tabel 4-5 Rasio Gaya Aksial dan Geser yang Ditransfer Sistem Transfer
Terhadap Gaya Geser dan Aksial Total Bangunan

Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Gaya-gaya dalam TB dengan Kombinasi Pembebanan Service


Gaya-gaya yang ditransfer TB dengan kombinasi pembebanan service
untuk ketiga jenis bangunan yakni :
58

Gaya Vertikal yang Ditransfer TB (kN)


PE PE+DL+SDL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

62876,29877,97
5786,71
4865,87 4935,05
4433,8
34473,648403,49456,11
2971,15 30472,86192,86

1666
135185,460,151,53977,65
12901,29252,22

119,97 275,67 401,07

Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai

Gambar 4.21 Gaya Vertikal yang Ditransfer TB


Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Dapat dilihat bahwa TB bangunan 8 lantai memikul beban yang paling
besar dibanding kedua bangunan lainnya. Hal ini terjadi karena memang
bangunan 8 lantai menerima gaya-gaya yang lebih besar baik gaya gravitasi
maupun gaya gempa.
Sama halnya seperti pada kolom pendukung, rasio beban vertikal yang
ditransfer TB terhadap beban vertikal keseluruhan bangunan ialah :

Tabel 4-6 Rasio Beban Vertikal yang Ditransfer TB Terhadap Beban


Vertikal Seluruh Bangunan
Gaya Vertikal yang
Aksial
Ditransfer
Kombinasi service Total
TB Seluruh Rasio (%)
Bangunan
PE 401,07 kN
Bangunan 8 lantai PE+DL+SDL 4865,87 kN 54783,55 17,764
PE+DL+SDL+LL 5645,19 kN 64125,55 17,607
PE+DL+SDL+LL+E1 6287,97 kN 72763,44 17,283
PE+DL+SDL+LL+E2 5786,71 kN 72763,44 15,906
PE+DL+SDL+LL+E3 4935,05 kN 55908,05 17,654
PE+DL+SDL+LL+E4 4433,8 kN 55908,05 15,861
Gaya Vertikal yang
Bangunan 6 lantai Kombinasi service Aksial
Ditransfer
59

Total
TB Seluruh Rasio (%)
Bangunan
PE 275,67 kN
PE+DL+SDL 2971,15 kN 37287,86 15,936
PE+DL+SDL+LL 3447,44 kN 43605,86 15,812
PE+DL+SDL+LL+E1 3680,95 kN 48101,5 15,305
PE+DL+SDL+LL+E2 3446,11 kN 48101,5 14,328
PE+DL+SDL+LL+E3 3047,69 kN 39394,53 15,473
PE+DL+SDL+LL+E4 2812,86 kN 39394,53 14,280
Gaya Vertikal yang
Aksial
Ditransfer
Kombinasi service Total
TB Seluruh Rasio (%)
Bangunan
PE 119,97 kN
Bangunan 4 lantai PE+DL+SDL 1358,4 kN 21309,48 12,749
PE+DL+SDL+LL 1560,15 kN 24567,48 12,701
PE+DL+SDL+LL+E1 1666,37 kN 27910,5 11,941
PE+DL+SDL+LL+E2 1597,65 kN 27910,5 11,448
PE+DL+SDL+LL+E3 1290,95 kN 21371,07 12,081
PE+DL+SDL+LL+E4 1222,22 kN 21371,07 11,438
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Dapat dilihat bahwa rasio beban vertikal yang ditransfer terhadap beban
vertikal keseluruhan bangunan yang paling besar terjadi pada bangunan 8 lantai.
Hal ini terjadi oleh karena profil TB bangunan 8 lantai merupakan profil terbesar
di antara profil pada bangunan lainnya dan baik pembebanan gempa dan
pembebanan gravitasi terjadi paling besar pada bangunan 8 lantai.

4.2.6 Penulangan
Perbandingan rasio penulangan untuk ketiga jenis bangunan dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
4.2.6.1 Tulangan Longitudinal Balok
60

Penulangan Longitudinal Balok


8

7 Penulangan Longitudinal balok


arah X bangunan 8 lantai
6
Penulangan Longitudinal Balok
arah Y bangunan 8 lantai
5
Lantai

Penulangan Longitudinal Balok


4 arah X bangunan 4 lantai

3 Penulangan Longitudinal Balok


arah Y bangunan 4 lantai
2 Penulangan Longitudinal Balok
arah X bangunan 6 lantai
1
Penulangan Longitudinal Balok
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 arah Y bangunan 6 lantai
Rasio (kg/m3)

Gambar 4.22 Rasio Penulangan Longitudinal Balok


Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Dari grafik diatas, secara umum kita dapat melihat bahwa untuk ketiga
jenis model bangunan pada variasi I, tulangan longitudinal balok arah x berkurang
pada saat di lantai 3 bangunan. Hal ini terjadi karena tulangan longitudinal balok
arah x di lantai 3 sangat dipengaruhi oleh TB yang mana menggunakan gaya
prategang sehingga hanya sedikit tulangan non-prategang yang dibutuhkan.

4.2.6.2 Tulangan Geser Balok


Dalam melakukan penghitungan tulangan geser balok SRPMM, ada dua
cara yang dapat ditempuh yakni menggunakan momen probable dari balok yang
bersangkutan dengan = 1 dan = 1 atau dengan menggunakan kombinasi
pembebanan seperti yang tertera pada peraturan, namun untuk gaya gempa,
koefisiennya dikalikan 2 lagi. Dalam penelitian ini, perhitungan tulangan geser
mengacu pada program dengan mengasumsikan bahwa program sudah mengambil
nilai maksimum dari kedua cara tersebut. Perbandingan kebutuhan tulangan geser
untuk bangunan variasi I ialah :
61

Penulangan Geser Balok


8
Penulangan Geser Balok
7 arah X Bangunan 8 Lantai
6 Penulangan Geser Balok
arah Y Bangunan 8 Lantai
5

Lantai
Penulangan Geser Balok
4 arah X Bangunan 6 Lantai
3 Penulangan Geser Balok
arah Y Bangunan 6 Lantai
2
Penulangan Geser Balok
1
arah X Bangunan 4 Lantai
0,000 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000
Penulangan Geser Balok
Rasio (kg/m3) arah Y Bangunan 4 Lantai

Gambar 4.23 Rasio Penulangan Geser Balok


Dari grafik diatas, secara umum kita dapat melihat bahwa untuk ketiga
jenis model bangunan pada variasi I, tulangan geser balok arah x bertambah
secara signifikan pada saat di lantai 3 bangunan. Hal ini terjadi karena tulangan
geser balok arah x di lantai 3 sangat dipengaruhi oleh TB yang mana
membutuhkan tulangan geser yang jauh lebih banyak dibanding dengan balok-
balok lainnya.

4.2.6.3 Tulangan Longitudinal Kolom

Penulangan Longitudinal Kolom


8
7
Penulangan Longitudinal
6 Kolom Bangunan 8
5 Lantai
Lantai

4 Penulangan Longitudinal
3 Kolom Bangunan 6
Lantai
2
Penulangan Longitudinal
1 Kolom Bangunan 4
0,00 50,00 100,00 150,00 Lantai
Rasio (kg/m3)

Gambar 4.24 Rasio Penulangan Longitudinal Kolom


Sumber : Hasil Olahan Peneliti
62

4.2.6.4 Tulangan Geser Kolom

Penulangan Geser Kolom


8
Penulangan Geser Kolom
7 arah X Bangunan 8 Lantai
6 Penulangan Geser Kolom
arah Y Bangunan 8 Lantai
5
Lantai

Penulangan Geser Kolom


4 arah X Bangunan 6 Lantai
3 Penulangan Geser Kolom
arah Y Bangunan 6 Lantai
2
Penulangan Geser Kolom
1 arah X Bangunan 4 Lantai
0,00 2,00 4,00 6,00 Penulangan Geser Kolom
Rasio (kg/m3) arah Y Bangunan 4 Lantai

Gambar 4.25 Rasio Penulangan Geser Kolom


Sumber : Hasil Olahan Peneliti

4.2.6.5 Tulangan Longitudinal Shear Wall (SW)

Penulangan Longitudinal SW
8
7
6

5 Penulangan Longitudinal
Lantai

SW Bangunan 8 Lantai
4
Penulangan Longitudinal
3 SW Bangunan 6 Lantai

2 Penulangan Longitudinal
SW Bangunan 4 Lantai
1
0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00
Rasio (kg/m3)

Gambar 4.26 Rasio Penulangan Longitudinal SW


Sumber : Hasil Olahan Peneliti
63

4.2.6.6 Tulangan Geser SW

Penulangan Geser SW
8
7
6
5 Penulangan Geser SW
Lantai

Bangunan 8 Lantai
4
Penulangan Geser SW
3 Bangunan 6 Lantai
Penulangan Geser SW
2
Bangunan 4 Lantai
1
0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00

Rasio (kg/m3)

Gambar 4.27 Rasio Penulangan Geser SW


Sumber : Hasil Olahan Peneliti

4.2.7 Diskusi Variasi I


Beberapa hal yang dapat diperhatikan dari perbandingan variasi pertama
(variasi jumlah lantai) ialah :
Periode getar bangunan akan semakin tinggi dengan bertambahnya massa
bangunan oleh karena itu bangunan 8 lantai memiliki periode getar terbesar
dibanding bangunan lainnya.
Pola ragam getar ketiga jenis bangunan tipikal. Partisipasi massa rotasi z
untuk bangunan 4 lantai membutuhkan lebih banyak pola ragam getar oleh
karena kekakuan yang berlebihan.
Gaya geser dasar bangunan 8 lantai lebih besar dibanding bangunan 6 dan 4
lantai.
Gaya geser per tingkat bangunan 8 lantai lebih besar dibanding bangunan 6
dan 4 lantai.
Gaya-gaya dalam baik pada TB maupun kolom pendukung, lebih besar
terjadi pada bangunan 8 lantai oleh karena beban gravitasi dan beban gempa
64

yang dialami lebih besar serta kapasitas pemikulan TB yang memang lebih
besar.
Pada bangunan 4 lantai, kinerja sistem transfer terjadi secara cukup baik
ketika mentransfer beban-beban vertikal bangunan. Namum ketika
mentransfer beban geser, kinerja kurang optimal, terlihat dari gaya geser
yang ditransfer oleh sistem transfer tidak sampai 10% dari gaya geser total
pada kombinasi pembebanan service. Hal ini terjadi karena pada bangunan 4
lantai beban geser banyak masuk ke dinding geser.
Displacement uz, ux, dan uy pada titik tengah TB terjadi paling besar di
bangunan 4 lantai. Hal ini disebabkan oleh karena perbandingan beban yang
dialami TB dan kekakuan TB yang tidak linear antara ketiga jenis model
tersebut.
Kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x cenderung menurun di lantai
3 pada ketiga jenis bangunan, dikarenakan pada lantai 3 terdapat TB yang
sudah diberikan gaya prategang.
Pemberian gaya prategang pada TB di lantai 3 efektif untuk mengurangi
jumlah tulangan longitudinal non-prategang yang dibutuhkan pada lantai
tersebut, jika dibandingkan dengan rasio kebutuhan tulangan longitudinal
pada lantai lainnya. Hal ini terbukti dengan berkurangnya rasio kebutuhan
tulangan longitudinal pada lantai 3 untuk ketiga jenis bangunan.
Kebutuhan tulangan geser balok arah x, sebaliknya, justru meningkat di
lantai 3 oleh karena kebutuhan tulangan geser TB yang lebih besar secara
signifikan dibanding dengan balok-balok lain di lantai 3.
Kebutuhan tulangan longitudinal kolom meningkat seiring dengan
bertambahnya lantai bangunan.
Kebutuhan tulangan geser kolom cukup sulit untuk dianalisa oleh karena
pola dari kebutuhan tulangan sangat random. Keadaan ini terjadi
kemungkinan besar karena besaran tulangan geser yang diambil ialah eksak
dari hasil program.
Kebutuhan tulangan longitudinal dan geser SW meningkat seiring dengan
bertambahnya lantai bangunan.
65

4.3 Variasi II : Variasi Ketinggian Transfer Beam (TB)


Variasi kedua dalam penelitian ini ialah variasi ketinggian dari TB yang
digunakan. Jumlah lantai bangunan diambil tetap : bangunan 6 lantai, ketinggian
TB diambil bervariasi antara 800x2000, 800x1800, dan 800x1600. Seluruh
langkah permodelan sama persis seperti model-model sebelumnya, hanya
ketinggian TB yang dibedakan. Untuk bangunan dengan TB 2000x800, hasilnya
output sama dengan bangunan 6 lantai pada variasi pertama. Hasil output inilah
yang akan dibandingkan dengan bangunan TB 1800x800 dan bangunan TB
1600x800. Seluruh tahapan permodelan bangunan 6 lantai TB 1800x800 dan
bangunan 6 lantai TB 1600x800 dapat dilihat pada lampiran IV-V.

4.4 Perbandingan Hasil dan Analisa Variasi II


Setelah mendapatkan hasil dari ketiga buah model dalam variasi kedua,
keseluruhan hasil tersebut dibandingkan untuk mengetahui pengaruh dari
perbedaan ketinggian TB terhadap output penelitian yang ada. Hasil-hasil
perbandingan yakni :
4.4.1 Periode Getar
Periode getar merupakan waktu yang dibutuhkan oleh struktur untuk
melakukan satu kali pergerakan getaran sesuai dengan pola ragam getar yang
dimilikinya. Periode getar dari ketiga bangunan yakni :
Tabel 4-7 Tabel Perbandingan Periode Getar Bangunan dengan Variasi
Ketinggian TB
Tx Ty Trz
TB 2000x800 0,783 0,483 0,330
TB 1800x800 0,786 0,483 0,330
TB 1600x800 0,789 0,483 0,330
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
66

Periode Getar Bangunan


1,0
0,783 0,786 0,789
0,8
0,6 0,483 0,483 0,483

T (s)
0,4 0,330 0,330 0,330

0,2
0,0
TB 800x2000 TB 800x1800 TB 800x1600

Tx Ty Trz

Gambar 4.28 Periode Getar Bangunan 6 Lantai dengan Perbedaan


Tinggi TB
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Berdasarkan hasil gambar diatas, dilihat bahwa bangunan dengan TB
800x2000 memiliki periode mode pertama yang lebih kecil daripada bangunan
dengan TB 800x1800 dan TB 800x1600. Hal ini menunjukkan bahwa kekakuan
bangunan dengan TB 800x2000 sedikit lebih besar dibanding dengan bangunan
lainnya.
4.4.2 Pola Ragam Getar dan Partisipasi Massa
Pada variasi jumlah lantai ini, seluruh bangunan memiliki pola ragam
getar setipe dimana pola ragam getar 1, 2, 3 berturut-turut ialah translasi x,
translasi y, dan rotasi z. Partisipasi massa seluruh bangunan mencapai 90% dalam
jumlah mode yang tak jauh berbeda menandakan bahwa bangunan cukup
beraturan dan tidak ada perubahan massa atau kekakuan yang cukup signifikan di
sepanjang bangunan.
Ketiga jenis bangunan membutuhkan 9 modes untuk mencapai partisipasi
massa 90% pada ketiga arah DOF mayor (translasi x, translasi y, dan rotasi z). Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat keberaturan diantara ketiga model dengan
perbedaan ketinggian TB tidak jauh berbeda.
4.4.3 Gaya Geser Dasar
Gaya geser dasar bangunan berbanding lurus dengan massa dan koefisien
respon seismik serta berkaitan dengan periode getar dan faktor reduksi gaya
67

gempa yang dimiliki bangunan. Nilai gaya geser dasar bangunan melalui analisa
dinamik beserta rasio terhadap berat total bangunan yakni yakni :
Tabel 4-8 Perbandingan Gaya Geser Dasar Ketiga Jenis Bangunan
Gaya Geser Dasar Dinamik Rasio (%)
TB 800x2000 Vx 4212,11 kN 11,965 %
Vy 4288,62 kN 12,182 %
TB 800x1800 Vx 4193,83 kN 11,957 %
Vy 4271,38 kN 12,178 %
TB 800x1600 Vx 4175,26 kN 11,949 %
Vy 4253,98 kN 12,174 %
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Dapat dilihat bahwa bangunan 6 lantai dengan TB 800x2000 memiliki


gaya geser dasar baik arah x maupun arah y yang sedikit lebih besar dibanding
model-model lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kaku bangunan,
semakin besar gaya gempa yang akan dialaminya.

4.4.4 Gaya Geser Tingkat


Gaya geser tingkat merupakan distribusi gaya geser dasar pada setiap
lantai. Perbandingan gaya geser tingkat pada ketiga model bangunan ialah :

Story Shear Bangunan 6 Lantai dengan Balok Transfer Bervariasi


6

5
Story Shear x 800x2000
4
Lantai

Story Shear y 800x2000


3 Story Shear x 800x1800
Story Shear y 800x1600
2
Story Shear X 800x1600
1 Story Shear Y 800x1600
0 1000 2000 3000 4000 5000

V (kN)

Gambar 4.29 Gaya Geser Tingkat Ketiga Jenis Bangunan Pada Variasi II
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
68

Dengan perbedaan massa dan kekakuan yang tidak terlalu jauh diantara
ketiga jenis bangunan, dapat dilihat bahwa gaya geser tingkatnya (story shears)
juga tidak begitu berbeda. Dari grafik bahkan terlihat nilai gaya geser tingkat
ketiga jenis bangunan ini berhimpit satu sama lain.

4.4.5 Kinerja Sistem Transfer


4.4.5.1 Beban Vertikal akibat Beban Gravitasi yang Ditransfer oleh TB
Perbandingan beban vertikal akibat beban gravitasi yang ditransfer oleh
TB pada ketiga jenis bangunan dapat dilihat pada gambar berikut :

Beban Vertikal yang Ditransfer TB (kN)

Dead Load Live Load SuperDead Load Total

3171,77 2976,1 2748,84


2077,81 1932,67 1769,17

476,29617,67 454,4 588,98 426,91552,76

Bangunan 6 Lantai TB Bangunan 6 Lantai TB Bangunan 6 Lantai TB


800x2000 800x1800 800x1600

Gambar 4.30 Perbandingan Jumlah Beban Vertikal akibat Beban


Gravitasi yang Ditransfer TB untuk Ketiga Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Dapat dilihat bahwa semakin besar ketinggian TB, maka TB juga


memikul beban vertikal akibat beban gravitasi yang juga lebih besar. Hal ini
disebabkan kemampuan TB untuk mentransfer gaya vertikal akan lebih besar
seiring dengan pertambahan tinggi. Selain itu kita juga mencari rasio beban
vertikal yang ditransfer TB terhadap beban vertikal keseluruhan bangunan yakni :
69

Tabel 4-9 Perbandingan Rasio Beban Vertikal yang Ditransfer TB


dengan Beban Vertikal Keseluruhan Bangunan
Rasio (%)
TB 2000x800 16,19%
TB 1800x800 15,24%
TB 1600x800 14,13%
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Dapat dilihat bahwa rasio beban yang ditransfer TB pada bangunan 6
lantai dengan TB 2000x800 lebih besar dibanding dengan model lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan TB untuk memikul beban vertikal akibat beban
gravitasi akan semakin besar seiring peningkatan ketinggian.

4.4.5.2 Beban Vertikal akibat Beban Gempa yang Ditransfer oleh TB


Perbandingan beban vertikal akibat beban gempa yang ditransfer oleh TB
pada ketiga jenis bangunan dapat dilihat pada gambar berikut :

Gaya Gempa yang Ditransfer TB (kN)


EQx EQy Ev1 Ev2 Eqx + Eqy + Ev1 Eqx + Eqy + Ev2

710,93 666,62 617,13


283,4 333,1 267,71 310,35 250,82 284,59
94,43 66,15 88,56 66,37 81,72 67,16

-311,68 -289,9 -265,38

Bangunan 6 Lantai TB Bangunan 6 Lantai TB Bangunan 6 Lantai TB


800x2000 800x1800 800x1600

Gambar 4.31 Perbandingan Jumlah Beban Vertikal akibat Beban


Gempa yang Ditransfer TB untuk Ketiga Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Melalui gambar diatas, sekali lagi ditunjukkan bahwa kapasitas


pemikulan beban dari TB akan semakin meningkat seiring dengan ketinggian TB.
70

4.4.5.3 Gaya Geser yang Ditransfer oleh Sistem Transfer


Gaya-gaya geser yang ditransfer oleh sistem trasnfer untuk ketiga jenis
bangunan dapat dilihat pada gambar berikut :

Gaya Geser yang Ditransfer oleh Sistem Transfer (kN)


EQx EQy
627,2
553,09
505,53

245,2 243,56 241,95

Bangunan 6 Lantai TB Bangunan 6 Lantai TB Bangunan 6 Lantai TB


800x2000 800x1800 800x1600

Gambar 4.32 Gaya Geser yang Ditransfer TB untuk Ketiga Jenis


Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Gaya geser yang ditransfer oleh sistem transfer semakin besar pada
bangunan dengan TB 2000x800. Selain itu rasio gaya geser yang ditransfer oleh
sistem transfer terhadap gaya geser dasar bangunan ialah :

Tabel 4-10 Rasio Gaya Geser yang Ditransfer oleh Sistem Transfer
dengan Gaya Geser Dasar Bangunan
Rasio (%)
Vx 14,891%
TB 2000x800
Vy 5,717%
Vx 13,19%
TB 1800x800
Vy 5,7%
Vx 12,11%
TB 1600x800
Vy 5,69%
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

4.4.5.4 Displacement di Tengah TB akibat Beban Gravitasi dan Beban Gempa


71

Besarnya displacement pada titik tengah TB dapat dilihat pada gambar-


gambar berikut :

Displacement uz di Tengah TB akibat Beban Gravitasi (mm)


Dead Load Live Load Super Dead Load

14,5623
12,5019

8,4457

4,9158
4,1255 3,7286
2,9942 3,1275
2,165

Bangunan 6 Lantai TB Bangunan 6 Lantai TB Bangunan 6 Lantai TB


800x2000 800x1800 800x1600

Gambar 4.33 Displacement uz di Tengah Bentang TB Akibat Beban


Gravitasi
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Displacement ux akibat Eqx dan uy akibat Eqy di Tengah TB (mm)

Eqx Eqy

20,36 20,47 20,58

8,48 8,45 8,43

Bangunan 6 Lantai TB Bangunan 6 Lantai TB Bangunan 6 Lantai TB


800x2000 800x1800 800x1600

Gambar 4.34 Displacement ux dan uy di Tengah Bentang TB


Akibat Beban Gempa
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
72

Displacement Uz di Titik Tengah Bentang TB (mm)


10,00

6,77 7,17
6,28
5,00

0,00
PE
Bangunan 6 Bangunan 6 Bangunan 6
Lantai TB Lantai TB Lantai TB PE + DL+ SDL
-5,00 800x20-040,56 800x1800 800x1600
PE + DL + SDL + LL
PE+DL+SDL+LL+E1

-10,00 -9,86 PE+DL+SDL+LL+E2


-10,795916
-12,31 PE+DL+SDL+LL+E3
-1232,908970
-13,
4 PE+DL+SDL+LL+E4
-15,00
-165,087497
-16,

-20,00 -20,

-25,00

Gambar 4.35 Displacement uz di Tengah Bentang TB Akibat


Kombinasi Pembebanan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Tabel 4-11 Displacement ux di Tengah Bentang TB Akibat


Kombinasi Pembebanan
Bangunan 6 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 6 Lantai
UX (mm)
TB 800x2000 TB 800x1800 TB 800x1600
PE+DL+SDL+LL+E1 21,11 21,27 21,44
PE+DL+SDL+LL+E2 7,35 7,44 7,54
PE+DL+SDL+LL+E3 21,13 21,28 21,46
PE+DL+SDL+LL+E4 7,36 7,45 7,56
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
73

Displacement Ux Titik Tengah Bentang TB (mm)


25,00
21,11
3 21,27
8 21,46
4
20,00

15,00 PE+DL+SDL+LL+E1

10,00 PE+DL+SDL+LL+E2
7,35
6 7,44
5 7,54
6 PE+DL+SDL+LL+E3
5,00
PE+DL+SDL+LL+E4
0,00
Bangunan 6 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 6 Lantai
TB 800x2000 TB 800x1800 TB 800x1600

Gambar 4.36 Displacement ux di Tengah Bentang TB Akibat


Kombinasi Pembebanan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Tabel 4-12 Displacement uy di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi


Pembebanan
Bangunan 6 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 6 Lantai
UY (mm)
TB 800x2000 TB 800x1800 TB 800x1600
PE+DL+SDL+LL+E1 3,32 3,35 3,39
PE+DL+SDL+LL+E2 8,91 8,91 8,93
PE+DL+SDL+LL+E3 3,35 3,38 3,43
PE+DL+SDL+LL+E4 8,94 8,95 8,96
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Displacement Uy Titik Tengah Bentang TB (mm)


10,00
8,91
4 8,95
1 8,936
8,00
6,00 PE+DL+SDL+LL+E1
4,00 3,32
5 3,35
8 3, PE+DL+SDL+LL+E2
2,00
0,00 PE+DL+SDL+LL+E3
Bangunan 6 Bangunan 6 Bangunan 6 PE+DL+SDL+LL+E4
Lantai TB Lantai TB Lantai TB
800x2000 800x1800 800x1600

Gambar 4.37 Displacement uy di Tengah Bentang TB Akibat


Kombinasi Pembebanan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
74

Dari gambar hasil displacement pada titik tengah bentang TB, dapat
dilihat bahwa besarnya displacement arah uz, ux , dan uy rata-rata akan semakin
besar seiring dengan menurunnya ketinggian TB. Hal ini disebabkan oleh karena
menurunnya momen inersia pada TB dengan ketinggian penampang yang lebih
rendah, sehingga displacement yang terjadi menjadi lebih besar. Namun dalam
beberapa kasus, perbedaan displacement yang terjadi tidak terlalu signifikan
sehingga grafik terlihat sedikit berhimpit. Hal ini terjadi karena memang profil TB
hanya berbeda sedikit saja.

4.4.5.5 Gaya-gaya dalam Kolom Pendukung dengan Kombinasi Pembebanan


Service
Gaya-gaya dalam kolom pendukung lantai tiga dan lantai satu dengan
kombinasi pembebanan service dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Kolom Pendukung Lantai 3 :

Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 & C6 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

Bangunan 6 Lt TB 800x1600 Bangunan 6 Lt TB 800x1800 Bangunan 6 Lt TB 800x2000

-110,17 -109,69 -109,8

-1951,59 -1986,92 -2015,73


-2229,83 -2266,61 -2295,53
-241-62,93138,7 -246-72,31767,45 -250-82,43057,96
-285-02,71721,91 -291-02,68120,9 -296-02,83589,99

Gambar 4.38 Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 dan C6 Lantai


3 pada Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
75

Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

Bangunan 6 Lt TB 800x1600 Bangunan 6 Lt TB 800x1800 Bangunan 6 Lt TB 800x2000

-79,18 -62,85 -42,75

-4635,23 -4799,51
-5069,29 -4951,87
-5503,63 -5254,15 -5324,27
-5432,92 -5335,66
-5689,41 -5579,7
-613-56,63420,5 -5861
-634 7,3 -654
-6586,95 -637,787,74

Gambar 4.39 Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 Lantai 3 pada


Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Gaya Geser Kolom Pendukung C2 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

296,5

38,22 38,62 39,28

-109-,19358,06 -114-,10432,52 -113-,15461,65


-179,18 -187,96 -191,68
-213,86 -223,86 -227,78
-277,59 -310,48
-312,27 -332,39 -346,58
Bangunan 6 Lt TB 800x1600 Bangunan 6 Lt TB 800x1800 Bangunan 6 Lt TB 800x2000

Gambar 4.40 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 3 pada


Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
76

Gaya Geser Kolom Pendukung C4 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4
236,82 236,82
220,29 220,29
202,4 202,4

73,01 73,01 78,41 78,41


67,15 67,15

0 0 0 0 0 0 0 0 0

Bangunan 6 Lt TB 800x1600 Bangunan 6 Lt TB 800x1800 Bangunan 6 Lt TB 800x2000

Gambar 4.41 Gaya Geser Kolom Pendukung C4 Lantai 3 pada


Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Gaya Geser Kolom Pendukung C6 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

332,41 346,59
312,29 296,51 310,49
277,6
213,86 223,85 227,77
179,17 191,67
138,07 142,53 141,65
109,95 114,03 113,57
87,96

-38,22 -38,62 -39,28

Bangunan 6 Lt TB 800x1600 Bangunan 6 Lt TB 800x1800 Bangunan 6 Lt TB 800x2000

Gambar 4.42 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 3 pada


Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
77

Sedangkan untuk kolom pendukung pada lantai 1 :

Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 & C6 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

-108,97 -108,54 -108,71

-2215,01 -2249,89 -2278,35


-2493,45 -2529,68 -2558,19
-266-62,65126,45 -271-62,64534,88 -275-72,46185,2
-316-83,1148,07 -322-83,1676,61 -327-73,26035,42
Bangunan 6 Lt TB 800x1600 Bangunan 6 Lt TB 800x1800 Bangunan 6 Lt TB 800x2000

Gambar 4.43 Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 dan C6 Lantai


1 pada Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

-79,18 -62,85 -42,75

-4827,23 -4991,51
-523-25,44197,35 -5397,47 -5143,87
-5695,63 -5881,41 -5587,12 -5548-5,87642,9
-635-66,4541,3 -6053
-65-5687,157,75 -67-6649,58,54

Bangunan 6 Lt TB 800x1600 Bangunan 6 Lt TB 800x1800 Bangunan 6 Lt TB 800x2000

Gambar 4.44 Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 Lantai 1 pada


Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
78

Gaya Geser Kolom Pendukung C2 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

35,5 38,62 36,53

-102,73 -106,61 -106,24


-128,97 -133,22 -132,49
-175,72 -184,13 -187,8
-208,08 -217,64 -221,52
-278,54 -296,7
-310,9 -330,22 -310,28
-344,91
Bangunan 6 Lt TB 800x1600 Bangunan 6 Lt TB 800x1800 Bangunan 6 Lt TB 800x2000

Gambar 4.45 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 1 pada


Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Gaya Geser Kolom Pendukung C4 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

250,33 250,33
233,38 233,38
215,03 215,03

76,94 76,94 82,47 82,47


70,94 70,94

0 0 0 0 0 0 0 0 0

Bangunan 6 Lt TB 800x1600 Bangunan 6 Lt TB 800x1800 Bangunan 6 Lt TB 800x2000

Gambar 4.46 Gaya Geser Kolom Pendukung C4 Lantai 1 pada


Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
79

Gaya Geser Kolom Pendukung C6 (kN)


PE PE+DL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4

330,23 344,02
310,92 296,72 310,29
278,55
208,07 217,63 221,52
175,71 184,12 187,79
128,98 133,23 132,5
102,74 106,61 106,24

-35,5 -38,62 -36,53

Bangunan 6 Lt TB 800x1600 Bangunan 6 Lt TB 800x1800 Bangunan 6 Lt TB 800x2000

Gambar 4.47 Gaya Geser Kolom Pendukung C6 Lantai 1 pada


Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Dapat dilihat dari sebagian besar perbandingan gaya-gaya dalam pada


kolom pendukung baik kolom pendukung lantai tiga maupun kolom pendukung
lantai satu, bangunan 6 lantai dengan TB 800x2000 menghasilkan gaya-gaya
dalam yang lebih besar dibandingkan dengan bangunan dengan TB 800x1800 dan
TB 800x1600. Gaya aksial pada kolom merepresentasikan beban vertikal yang
ditanggung oleh sistem transfer akibat kombinasi pembebanan service. Pada
bangunan 6 lantai TB 800x2000, gaya-gaya aksial kolom menjadi lebih besar
karena memang beban vertikal yang mampu dipikul oleh sistem transfer pada
bangunan ini lebih besar dibanding dengan model-model lainnya.
Gaya geser pada kolom pendukung merepresentasikan gaya lateral
struktur akibat kombinasi pembebanan service yang ditransfer oleh sistem
transfer. Sekali lagi, kolom-kolom pendukung pada bangunan 6 lantai TB
800x2000 mengalami gaya geser yang lebih besar oleh karena gaya gempa pada
bangunan ini juga lebih besar.
Selain itu perlu diperhatikan bahwa gaya geser pada kolom pendukung
C2 dan C6 memiliki besaran yang sama namun berbeda tanda. Hal ini disebabkan
oleh karena kedua kolom mengalami gaya lintang ke arah yang sama pada suatu
80

goyangan dan gaya lintang yang diambil ialah yang terbesar antara akibat
goyangan ke kiri maupun goyangan ke kanan. Juga perlu diperhatikan, pada
kolom C4, gaya-gaya geser akibat beban gravitasi = 0 oleh karena kehadiran
gaya-gaya geser akibat pembebanan gravitasi yang saling menghilangkan terjadi
pada kolom C4.
Untuk kolom-kolom pendukung di lantai 1, dicaritahu pula rasio gaya-
gaya dalam aksial dan gesernya dengan gaya aksial dan geser lantai 1 akibat
pembebanan dari keseluruhan bangunan, agar kita dapat mengetahui gambaran
seberapa banyak gaya-gaya yang ditransfer oleh sistem transfer. Rasio tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4-13 Rasio Perbandingan Gaya Aksial dan Geser pada Sistem
Transfer terhadap Gaya Aksial dan Geser Seluruh Bangunan

Sumber : Hasil Olahan Peneliti


81

4.4.5.6 Gaya-gaya Dalam TB dengan Kombinasi Pembebanan Service


Gaya-gaya yang ditransfer TB dengan kombinasi pembebanan service
untuk ketiga jenis bangunan yakni :

Gaya Vertikal yang Ditransfer TB (kN)


PE PE+DL+SDL PE+DL+SDL+LL PE+DL+SDL+LL+E1
PE+DL+SDL+LL+E2 PE+DL+SDL+LL+E3 PE+DL+SDL+LL+E4
3541,79 3680,95
3360,9 3272,63321,94 3447,434446,11
3062,935156,99 2951,9 2971,15 3047,69
2636,04 282206,16,25 2818,18 2732,06 2812,86

314,11 296,53 275,67

Bangunan 6 Lt TB 800x1600 Bangunan 6 Lt TB 800x1800 Bangunan 6 Lt TB 800x2000

Gambar 4.48 Gaya Vertikal yang Ditransfer TB


Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Dapat dilihat bahwa TB 800x2000 memikul beban yang paling besar


dibanding kedua bangunan lainnya. Hal ini terjadi karena memang kapasitas
pemikulan TB 800x2000 lebih besar dibanding dengan kedua jenis TB lainnya
sehingga secara langsung memperngaruhi gaya-gaya dalam pada kolom
pendukung yang ada di bawahnya.
Sama halnya seperti pada kolom pendukung, rasio beban vertikal yang
ditransfer TB terhadap beban vertikal keseluruhan bangunan ialah :

Tabel 4-14

Gaya Vertikal yang


Aksial
Ditransfer
Kombinasi Service
Total Seluruh
TB Rasio (%)
Bangunan
TB 800x2000
PE 275,67 kN
PE+DL+SDL 2971,15 kN 37287,86 15,94
PE+DL+SDL+LL 3447,44 kN 43605,86 15,81
PE+DL+SDL+LL+E1 3680,95 kN 48101,50 15,30
82

PE+DL+SDL+LL+E2 3446,11 kN 48101,50 14,33


PE+DL+SDL+LL+E3 3047,69 kN 39394,53 15,47
PE+DL+SDL+LL+E4 2812,86 kN 39394,53 14,28
Gaya Vertikal yang
Aksial
Ditransfer
Kombinasi Service
Total Seluruh
TB Rasio (%)
Bangunan
PE 296,53 kN
TB 800x1800 PE+DL+SDL 2818,18 kN 37149,62 15,17
PE+DL+SDL+LL 3272,63 kN 43467,62 15,06
PE+DL+SDL+LL+E1 3541,79 kN 47942,53 14,78
PE+DL+SDL+LL+E2 3321,94 kN 47942,53 13,86
PE+DL+SDL+LL+E3 2951,9 kN 39277,03 15,03
PE+DL+SDL+LL+E4 2732,06 kN 39277,03 13,91
Gaya Vertikal yang
Aksial
Ditransfer
Kombinasi Service
Total Seluruh
TB Rasio (%)
Bangunan
PE 314,11 kN
TB 800x1600 PE+DL+SDL 2636,04 kN 37011,38 14,24
PE+DL+SDL+LL 3062,95 kN 43329,38 14,14
PE+DL+SDL+LL+E1 3360,9 kN 47783,55 14,07
PE+DL+SDL+LL+E2 3156,99 kN 47783,55 13,21
PE+DL+SDL+LL+E3 2820,16 kN 39159,53 14,40
PE+DL+SDL+LL+E4 2616,25 kN 39159,53 13,36
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Dapat dilihat bahwa pada TB 800x2000, rasio beban vertikal yang


ditransfer lebih besar dibanding dengan kedua jenis TB lainnya. Sekali lagi, hal
ini terjadi karena kemampuan pemikulan beban pada TB dengan penampang yang
lebih besar akan bertambah pula.

4.4.6 Penulangan
Perbandingan rasio penulangan untuk ketiga jenis bangunan pada variasi
kedua dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
4.4.6.1 Tulangan Longitudinal Balok
83

Penulangan Longitudinal Balok dengan Variasi Ketinggian TB


6
Penulangan Longitudinal Balok
arah X (800x2000)
5
Penulangan Longitudinal Balok
4 arah Y (800x2000)
Lantai

Penulangan Longitudinal Balok


3 arah X (800x1800)
Penulangan Longitudinal Balok
2 arah Y (800x1800)
Penulangan Longitudinal Balok
1 arah X (800x1600)
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00
Penulangan Longitudinal Balok
3
Rasio (kg/m ) arah Y (800x1600)

Gambar 4.49 Perbandingan Tulangan Longitudinal Balok arah x


dan arah y Untuk Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
4.4.6.2 Tulangan Geser Balok
Dalam melakukan penghitungan tulangan geser balok SRPMM, ada dua
cara yang dapat ditempuh yakni menggunakan momen probable dari balok yang
bersangkutan dengan = 1 dan = 1 atau dengan menggunakan kombinasi
pembebanan seperti yang tertera pada peraturan, namun untuk gaya gempa,
koefisiennya dikalikan 2 lagi. Dalam penelitian ini, perhitungan tulangan geser
mengacu pada program dengan mengasumsikan bahwa program sudah mengambil
nilai maksimum dari kedua cara tersebut. Perbandingan kebutuhan tulangan geser
untuk bangunan variasi II ialah :
84

Penulangan Geser Balok dengan Variasi Ketinggian TB


6
Penulangan Geser Balok arah X
5 Bangunan 6 Lantai (800x2000)
Penulangan Geser Balok arah Y
4 Bangunan 6 Lantai (800x2000)
Lantai

Penulangan Geser Balok arah X


3 Bangunan 6 Lantai (800x1800)
Penulangan Geser Balok arah Y
2 Bangunan 6 Lantai (800x1800)
Penulangan Geser Balok arah X
1 Bangunan 6 Lantai (800x1600)
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 Penulangan Geser Balok arah Y
Bangunan 6 Lantai (800x1600)
Rasio (kg/m3)

Gambar 4.50 Perbandingan Tulangan Longitudinal Balok arah x


dan arah y Untuk Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

4.4.6.3 Tulangan Longitudinal Kolom

Penulangan Longitudinal Kolom dengan Variasi Ketinggian TB


6

5
Penulangan Longitudinal
Kolom Bangunan 6 Lantai
4
(800x2000)
Lantai

Penulangan Longitudinal
3
Kolom Bangunan 6 Lantai
(800x1800)
2
Penulangan Longitudinal
Kolom Bangunan 6 Lantai
1 (800x1600)
0,000 50,000 100,000 150,000

Rasio (kg/m3)

Gambar 4.51 Perbandingan Tulangan Longitudinal Kolom Untuk


Ketiga Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
4.4.6.4 Tulangan Geser Kolom
85

Penulangan Geser Kolom dengan Variasi Ketinggian TB


6

5 Penulangan Geser Kolom arah X


Bangunan 6 Lantai (800x2000)
Penulangan Geser Kolom arah Y
4 Bangunan 6 Lantai (800x2000)
Lantai

Penulangan Geser Kolom arah X


Bangunan 6 Lantai (800x1800)
3
Penulangan Geser Kolom arah Y
Bangunan 6 Lantai (800x1800)
2 Penulangan Geser Kolom arah X
Bangunan 6 Lantai (800x1600)
Penulangan Geser Kolom arah Y
1 Bangunan 6 Lantai (800x1600)
0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000

Rasio (kg/m3)

Gambar 4.52 Perbandingan Tulangan Geser Kolom Untuk Ketiga


Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

4.4.6.5 Tulangan Longitudinal Dinding Geser (SW)

Penulangan Longitudinal SW dengan Variasi Ketinggian TB


6

5
Penulangan Longitudinal
SW Bangunan 6 Lantai
4
(800x2000)
Lantai

Penulangan Longitudinal
3
SW Bangunan 6 Lantai
(800x1800)
2
Penulangan Longitudinal
SW Bangunan 6 Lantai
1 (800x1600)
0 50 100 150 200 250

Rasio (kg/m3)

Gambar 4.53 Perbandingan Tulangan Longitudinal SW Untuk


Ketiga Jenis Bangunan
86

Sumber : Hasil Olahan Peneliti

4.4.6.6 Tulangan Geser Dinding Geser (SW)

Penulangan Geser SW dengan Variasi Ketinggian TB


6

5 Penulangan Geser SW
Bangunan 6 Lantai
4 (800x2000)
Lantai

3 Penulangan Geser SW
Bangunan 6 Lantai
2 (800x1800)
Penulangan Geser SW
1 Bangunan 6 Lantai
0 50 100 150 200 (800x1600)

Rasio (kg/m3)

Gambar 4.54 Perbandingan Tulangan Geser SW Untuk Ketiga


Jenis Bangunan
Sumber : Hasil Olahan Peneliti

4.4.7 Diskusi Variasi II (Perbedaan Tinggi TB)


Periode getar bangunan akan semakin tinggi dengan berkurangnya
kekakuan dan hal ini terjadi pada bangunan 6 lantai dengan TB 1800x800
dan TB 1600x800.
Pola ragam getar ketiga jenis bangunan tipikal. Partisipasi massa juga
hamper mirip dengan dibutuhkannya 9 modes untuk mencapai partisipasi
massa 90% pada ketiga jenis bangunan
Gaya geser dasar bangunan TB 800x2000 lebih besar sedikit dibanding
kedua model lainnya.
Gaya geser per tingkat bangunan TB 800x2000 lebih besar sedikit
dibanding kedua model lainnya.
Gaya-gaya dalam baik pada TB maupun kolom pendukung, lebih besar
terjadi pada bangunan TB 800x2000 oleh karena kemampuan pemikulan
beban dari TB yang lebih besar pula.
87

Displacement uz, ux, dan uy pada titik tengah TB terjadi paling besar di
bangunan TB 800x1600. Hal ini disebabkan oleh karena profil dan inersia
TB yang lebih kecil dibandingkan dengan kedua model lainnya.
Kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x cenderung menurun di lantai
3 pada ketiga jenis bangunan, dikarenakan pada lantai 3 terdapat TB yang
sudah diberikan gaya prategang.
Kebutuhan tulangan geser balok arah x, sebaliknya, justru meningkat di
lantai 3 oleh karena kebutuhan tulangan geser TB yang lebih besar secara
signifikan dibanding dengan balok-balok lain di lantai 3.
Kebutuhan tulangan longitudinal kolom meningkat seiring dengan
bertambahnya lantai bangunan.
Kebutuhan tulangan geser kolom cukup sulit untuk dianalisa oleh karena
pola dari kebutuhan tulangan sangat random. Keadaan ini terjadi
kemungkinan besar karena besaran tulangan geser yang diambil ialah eksak
dari hasil program.
Kebutuhan tulangan longitudinal dan geser SW meningkat seiring dengan
berkurangnya kekakuan TB.
88

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil permodelan serta pengolahan data pada bangunan
dengan menggunakan sistem transfer, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
a. Bangunan baru yang ingin dibangun diatas bangunan purbakala dapat
menggunakan sistem transfer berupa transfer beam (TB) dan kolom
pendukung untuk dapat mengangkangi bangunan lama.
b. Perilaku bangunan masih didominasi oleh pembebanan gravitasi. TB pada
lantai 3 seluruh model bangunan bersifat gravity dominated.
c. Oleh karena balok transfer memiliki kepekaan yang tinggi terhadap beban
gravitasi dan bentang yang relatif cukup panjang dibanding komponen
struktur lain, perlu dikerjakan gempa vertikal pada bangunan sistem transfer
yang akan diteliti. Koefisien gempa vertikal dapat diambil dari SNI 03-
1726-2002 dan dimasukkan dalam kombinasi pembebanan.
d. Untuk dapat menjamin bahwa sistem transfer tidak gagal terlebih dahulu
dibandingkan dengan komponen struktur lain, gaya gempa yang diberikan
pada sistem transfer dikali dengan faktor kuat lebih yang diambil
berdasarkan SNI 03-1726-2002. Diharapkan pula dengan adanya faktor kuat
lebih ini, tidak terjadi pelelehan terlebih dahulu pada sistem transfer.
e. Kinerja sistem transfer, yakni rasio antara beban yang ditransfer oleh sistem
transfer terhadap beban yang bekerja pada keseluruhan bangunan, akan
semakin efektif seiring dengan pertambahan lantai. Hal ini dapat dilihat dari
perbandingan rasio pada variasi I dimana sistem transfer bangunan 8 lantai
memiliki nilai rasio yang lebih besar.
f. Pada variasi II (variasi ketinggian TB), kinerja sistem transfer yang lebih
efektif terjadi pada bangunan dengan TB tertinggi (800x2000). Hal ini
terjadi karena kapasitas pemikulan dari balok transfer yang memang lebih
besar.
g. Adanya gaya prategang pada TB di lantai 3 efektif mengurangi jumlah
kebutuhan tulangan longitudinal non-prategang pada balok di lantai yang
89

bersangkutan bila dibandingkan dengan lantai-lantai lainnya. Selain itu,


pada umumnya kebutuhan tulangan longitudinal seluruh komponen struktur
bertambah sebanding dengan pertambahan jumlah lantai yang dipikul dan
berbanding terbalik dengan pertambahan luas penampang TB.
h. Terjadi lonjakan kebutuhan tulangan geser pada balok di lantai 3 setiap
bangunan oleh karena keberadaan TB yang memang membutuhkan banyak
tulangan geser. Nilai lonjakan tulangan geser cukup besar, bervariasi antara
90% - 100% jika dibandingkan dengan lantai diatasnya.
Dengan demikian, hipotesis awal peneliti yang terdiri dari : kebutuhan
tulangan sebanding dengan jumlah lantai yang dipikul, respons dinamik yang
semakin besar dengan kenaikan jumlah lantai yang dipikul, dan kebutuhan
tulangan yang berkurang seiring dengan kenaikan tinggi profil TB terbukti. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa balok prategang dapat digunakan menjadi
TB secara efektif karena mengurangi kebutuhan tulangan longitudinal non-
prategang pada balok.

5.2 Saran
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan serta kesimpulan yang telan
dicapai, dapat disarankan beberapa hal berikut :
a. Mencoba untuk tidak mengganti dimensi sistem transfer pada penelitian
variasi I untuk lebih mengetahui karakteristik dari sistem transfer.
b. Mencoba untuk menggunakan TB yang berupa deep beam ditambah dengan
gaya prategang untuk lebih bisa memaksimalkan kapasitas pemikulan dari
TB. Analisa strut and tie akan dibutuhkan dalam penghitungan jenis
komponen seperti ini.
c. Menggunakan profil tendon yang berbeda dari profil yang ada pada
penelitian saat ini untuk menghasilkan gaya penyeimbang berupa beban
terpusat (draped tendons).
d. Melakukan analisa gaya dorong statik non-linear (pushover analysis) untuk
mengetahui persebaran sendi plastis pada daerah sistem transfer pada
khususnya dan seluruh daerah bangunan pada umumnya.
90

DAFTAR PUSTAKA

Chopra , Anil K. 1997. Dynamic of Structures 3rd ed. Prentice-Hall


Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk rumah dan
gedung (SKBI-1.3.53.1987 UDC : 642.042). Yayasan Badan penerbit PU.
Kumar, Dileep. Shear Strength of Reinforced Concrete Beams without Web
Reinforcement. Palakkad College.
Li, J.H. 2010. Assessment of Low-rise Building with Transfer Beam under
Seismic Forces. Elsevier Engineering Structure.
Lin, T.Y & Burns. 1982. Design of Prestressed Concrete Structures. New York
: John Wiley & Sons.
Londhe, R S. 2010. Shear Strength Analysis and Prediction of Concrete Transfer Beam in
High Rise Building. Indian Journal of Strucutral Engineering and Mechanics.
MacGregor, James G. 2005. Reinforced Concrete: Mechanics and Design 4th ed in SI units. New
Jersey : Prentice-Hall.
Nawy, Edward G. 1996. Design of Prestressed Concrete : Fundamental
Approach : New Jersey : Prentice-Hall.
Nilson, Arthur H. 1987. Design of Prestressed Concrete. Singapore : John
Wiley and Sons :
Standar Nasional Indonesia. Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002). Badan Standarisasi Nasional,
2002
Singh et all. 2006. Design of Continous Deep Beams using Strut and Tie
Model. ASIAN Journal of Civil Engineering.
T.Paulay, M.J.N Priestley. Seismic Design of Reinforced Concrete and
Masonry Buildings. John Wiley & Sons inc, 1992.
Taranath, Bungale S. 1998. Reinforced Concrete Design of Tall Buildings 2nd ed : McGraw-Hill.
Tumilar, Steffie. 1998. Advanced Reinforced Concrete.
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

Bangunan 8 Lantai
Bangunan 8 lantai adalah bangunan sistem transfer pertama yang dimodelkan
dalam penelitian ini. Spesifikasi struktur yakni :
Luas : 648 m2

Panjang : 18 m
Lebar : 36 m
Tinggi : 30 m
Ukuran kolom pendukung : 1200 x 1200 mm2.

Ukuran kolom lain : 800 x 800 mm2

Ukuran balok induk : 400 x 600 mm2 (bentang 6 m) dan 400 x 900 mm2
(bentang 12 m)
Ukuran balok anak : 500 x 250 mm2

Tebal shear wall : 250 mm


Ukuran transfer beam : 1000 x 2500 mm2.
Spesifikasi material yang digunakan ialah :
Beton
Kuat tekan fc : 33 Mpa
: 4700 fc = 27000 Mpa
Modulus Elastis
Berat Jenis Beton : 2400 kg/m3

Beton untuk Transfer Beam


Kuat tekan fc : 33 Mpa
: 4700 fc = 27171,78 Mpa
Modulus Elastis
Berat Jenis Beton : 2400 kg/m3

Baja tulangan
Tegangan Leleh : 400 Mpa
Untaian Kawat Prategang
Jenis : uncoated seven wire strand low relaxation
Diameter nominal : 12,7 mm
Berat nominal : 1,1 kg/m
UTS : 183,7 Kn
Kuat leleh : 1670 Mpa
Tegangan maks : 1860 Mpa
Luas nominal : 98,71 mm2
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

Modulus Elastis : 190.000 Mpa


Ukuran Tendon : 90 mm
Bentuk denah dan permodelan 3D bangunan dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar IV. 1 Denah Lantai 1 Bangunan 8


Lantai

Denah lantai 3 bangunan dimana sudah ada balok transfer :

Gambar IV. 2 Denah Lantai 3 Bangunan 8


Lantai
Tampak depan bangunan :
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

Gambar IV. 3 Tampak Depan Bangunan 8


Lantai
Dan bentuk 3D bangunan ialah sebagai berikut :

Gambar IV. 4 Bentuk 3D Tampak Depan


Bangunan

Beberapa hal yang dilakukan dalam permodelan ialah :


LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

- Kolom : dimodelkan sebagai frame element, memiliki faktor reduksi


momen inersia pada arah I22 dan I33 sebesar 0,7.
- Balok : dimodelkan sebagai frame element, memiliki faktor reduksi
momen inersia pada arah I22 dan I33 sebesar 0,7 dan torsional constant
sebesar 0,25.
- Dinding Geser : dimodelkan sebagai shell element, memiliki faktor reduksi
kekakuan baik membrane maupun bending sebesar 0,7.
- Pelat : dimodelkan sebagai shell element dan didiskritisasi, memiliki faktor
reduksi kekakuan baik membrane maupun bending sebesar 0,25.
Pembebanan yang dilakukan ialah :
- Pembebanan Gravitasi
o Berat sendiri struktur : dimodelkan sebagai DEAD LOAD dengan
self weight multiplier = 1.
o Beban mati tambahan
Pelat atap : mortar dan penutup pelat lantai (1,5 kN/m2) +
MEP (0,3 kN/m2) = 1,8 kN/m2.
Pelat lantai bangunan : mortar dan penutup pelat pantai (1,5
kN/m2) + partisi (1 kN/m2) + MEP (0,3 kN/m2) = 2,4 kN/m2
Dinding bata di perimeter bangunan : 1,5 kN/m2.
o Beban hidup
Pelat atap : 1 kN/m2.
Pelat lantai bangunan : 2,5 kN/m2.
- Pembebanan Gempa
Berada di wilayah Jakarta dengan karakteristik tanah lunak, pembebanan
gempa sesuai SNI 03-1726-2002 ialah :
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

Dengan response spectrum cases yang dimasukkan ke dalam ETABS ialah


:

Dengan scale factor sebesar 1,784 diambil dari I x g / R = 1 x 9,81 / 5,5 =


1,784 dan dipakai untuk kedua arah yakni arah x dan y.
- Pembebanan Gempa Vertikal
Dalam peraturan SNI 03-1726-2002, struktur-struktur yang peka terhadap
pembebanan gravitasi termasuk balok transfer harus dikenakan gempa
vertikal. Besarnya gempa vertikal yang terjadi dapat dihitung dengan
persamaan sesuai SNI 03-1726-2002 :
Cv = Ao I ; = 0,5 (wilayah gempa 3), Ao = 0,3 (tanah lunak), I = 1.
Cv = 0,15, nilai Cv kemudian dijadikan koefisien untuk menghitung
besarnya gempa vertikal.
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

EV1 = 0,15 DL + 0,15 SDL + 0,15 x 0,3 LL = 0,15 DL + 0,045 LL (arah ke


bawah)
EV2 = 0,15 DL (arah ke atas)
- Pembebanan Gaya Prategang
Gaya prategang yang bekerja pada balok diberikan secara equivalent load
dari hasil metode load balancing yang dikembangkan oleh T.Y Lin.
Sebelum melakukan load balancing, kita harus mengetahui perilaku balok
prategang apakah dia didominasi oleh beban gravitasi (gravity dominated)
atau beban gempa (seismic dominated). Untuk mengetahui hal ini, cukup
dilihat besarnya momen yang dialami balok akibat kedua jenis
pembebanan diatas. Untuk daerah tumpuan, momen-momennya ialah :
MDL + MSDL + MLL = 5549,85 kN m
MEQX + MEQY = 855,58 kN m. Oleh karena momen dari gaya-gaya
gravitasi > momen dari gaya gempa maka balok berada dalam kondisi
gravity dominated. Tendon seharusnya diletakkan seatas mungkin dari cgc
balok.

Setelah dipertimbangkan ukuran dan jumlah tendon serta lokasi


penempatannya, diambil nilai etumpuan = 425 mm, dimana e = jarak dari
serat teratas balok ke centroid seluruh tendon pada daerah tumpuan.
elapangandiambil sebesar 140 mm dimana elapangan = jarak dari serat
terbawah balok ke centroid tendon pada daerah lapangan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar IV. 5 Detail Eksentrisitas Tendon pada Balok


Prategang
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

Untuk load balancing, yang akan dilakukan ialah menyeimbangkan


momen lapangan pada balok. Nilai momen-momen dapat dilihat pada tabel
berikut :
Balok Transfer
MDL 3500,218 Kn m pada jarak 9 m
MLL 850,219 Kn m pada jarak 9 m
MSDL 1116,897 Kn m pada jarak 9 m
M GRAVITASI 5467,334 Kn m
TOTAL
elapangan = 1250 140 mm = 1110 mm.
P dibutuhkan = MgravitasiTOTAL / elapangan = 4925,526
kN
Tegangan final strand = 0,6 fpu = 1816 Mpa
A needed = P / 0,6 fpu = 4413,55 mm2
A nominal 1 strand = 98,71 mm2
Butuh strand = 44,71, ambil 44 buah strand.
Setelah diketahui kebutuhan jumlah strand, kemudian dicari besarnya
equivalent load balancing :
Eksentrisitas load balancing dapat dilihat dari gambar berikut :

Dengan 44 strand yang dibutuhkan, diambil P lateral akibat prategang =


4847,055 kN. Besarnya beban ekivalen terbagi rata keatas dan kebawah ialah
= 289,477
qekivalen () =,
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

= 1157,907
qekivalen () =,

Beserta momen luar akibat eksentrisitas tendon yang bekerja pada ujung ialah
: P x etumpuan = 4847,055 x 0,825 = 3998,821 kN m. Permodelan pembebanan
gaya prategang menjadi :

Gambar IV. 6 Pembebanan Gaya Prategang pada


Balok

Gambar IV. 7 Pembebanan Momen akibat Gaya Prategang pada


Balok
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

Setelah semua pembebanan dimasukkan ke dalam model, analisa terhadap model pun
dilakukan.
HASIL RUNNING :
- Periode Getar, Pola Ragam Getar, dan Partisipasi Massa Bangunan 8
Lantai
Periode getar, pola ragam getar, dan partisipasi massa bangunan 8 lantai dapat dilihat
pada tabel berikut :
Mode PeriodUXUYUZ SumUX SumUY RZSumRZ
1 01,064198 78,7216 0 78,721600,15460,1546
2 0 79,33520,687748 0 78,7216 79,335200,1546
3 0,087300,48388 0 78,8089 79,3352 75,9977 76,1523
4 0,288266 13,60450 0 92,4134 79,33520,1428 76,2952
5 0,218484013,094 0 92,4134 92,42920 76,2952
6 0,14802901,2259 0 92,4134 93,65510 76,2952
7 0,1382930,25260 0 92,666 93,6551 16,1446 92,4397
8 0,1282113,01810 0 95,684 93,65510,0139 92,4536
9 0,11640500,93 0 95,684 94,58520 92,4536
10 0,0974181,09790 0 96,782 94,58520,0452 92,4988
11 0,09327901,0056 0 96,782 95,59080 92,4988
12 0,07962401,2668 0 96,782 96,85760 92,4988
13 0,0750490,85730 0 97,6393 96,85760,715 93,2138
14 0,06117301,1624 0 97,639398,020 93,2138
15 0,0541151,34410 0 98,9834 98,02010,0488 93,2626
16 0,04721201,0094 0 98,9834 99,02950 93,2626
17 0,0313970,90530 0 99,8887 99,02950,1326 93,3952
18 0,02780400,8817 0 99,8887 99,91120 93,3952

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa :


Mode 1 : T = 1,0642 s ; arah translasi x
Mode 2 : T = 0,6877 s ; arah translasi y
Mode 3 : T = 0,4838 s ; arah rotasi z
Selain itu pada mode ke 7 partisipasi massa untuk ketiga DOF mayor (translasi x,
translasi y, rotasi z) sudah mencapai 90% sehingga sudah memenuhi peraturan SNI
03-1726-2002. Modes yang sudah ada tidak perlu ditambah kembali.

- Gaya Geser Dasar Struktur


Gaya geser dasar dinamik struktur berdasarkan analisa program harus dibandingkan
dengan gaya geser dasar statik struktur yang dihitung dengan rumus V = C I Wt / R.
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

Gaya geser dinamik harus melebihi 80% gaya statik struktur. Perbandingan kedua
hasil dapat dilihat pada perhitungan dibawah :
Berdasarkan hasil ETABS, Vxbase dinamik = 5691,02 kN
Vybase dinamik = 6082,2 kN
Cx 0,704756 Cy 0,75
I 1 I 1
Rx 5,5 Ry 5,5
Massa bangunan 5327,355 ton
Wt 52261,36 kN
V = C I Wt / R
Vxstatik
Vystatik 6696,638 kN 0.8 Vxstatik 5357,31 kN
7126,549 kN 0.8 Vystatik 5701,239 kN

Vx dan Vy dinamik sudah lebih besar daripada 80% V statik oleh karena itu faktor
perbesaran untuk pembebanan gempa tidak perlu dilakukan.

- Gaya Geser Tingkat Struktur


Berdasarkan analisa dinamik yang dilakukan ETABS, didapatkan grafik gaya geser
lantai struktur bangunan 8 lantai ialah sebagai berikut :

Story Shear Bangunan 8 Lantai


8
7
6
5
Lantai
Story Shear X Bangunan 8
4 Lantai
3 Story Shear Y Bangunan 8
2 Lantai
1
0 2000 4000 6000 8000
V (kN)

Gambar IV. 8 Gaya Geser Tingkat Bangunan 8


Lantai

- Kinerja Layan dan Kinerja Ultimit Struktur Bangunan 8 Lantai


Kinerja batas layan struktur ditentukan oleh simpangan antar lantai bangunan akibat
pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

peretakan beton yang berlebihan juga untuk mencegah kerusakan non-struktur dan
ketidaknyamanan penghuni. Sedangkan kinerja ultimit struktur juga ditentukan oleh
simpangan antar tingkat, bertujuan untuk mencegah keruntuhan struktur dan
mencegah terjadinya tumbukan antara kedua gedung yang berdekatan. Pembatasan
simpangan antar lantai untuk kedua jenis kasus ialah :
Kinerja Layan : simpangan antar tingkat tidak boleh melebihi 0,03/R * h lantai.
Kinerja Ultimit : simpangan antar tingkat dikali dengan faktor 0,7R, hasilnya tidak
boleh melebihi 0,02 * h lantai.
Hasil perhitungan kinerja layan dan ultimit bangunan dapat dilihat pada grafik berikut
:

Drift Bangunan 8 Lantai akibat eqx


8
7
6 Drift x
Lantai
5 Drift y
4 Batas Layan
3
Batas Ultimit
2
1 Drift Ultimit x
0 50 100 Drift Ultimit y
Drift (mm)

Gambar IV. 9 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan


Gempa x
Drift Bangunan 8 Lantai akibat eqy
8
7
Drift x
6
Lantai
5 Drift y
4 Batas Layan
3 Batas Ultimit
2
1 Drift Ultimit x
0 50 100
Drift Ultimit y
Drift (mm)

Gambar IV. 10 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan


Gempa y
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa nilai simpangan antar-lantai bangunan tidak
melebihi batas baik simpangan layan maupun simpangan ultimit. Hal ini
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

menunjukkan bahwa kekakuan struktur sudah memadai sehingga tidak terjadi


simpangan yang berlebihan.

- Kinerja Sistem Transfer

C4
C2 C6

Gambar IV. 11 Sistem Transfer Bangunan 8


Lantai
Sistem transfer dalam bangunan 8 lantai terdiri atas balok transfer (TB) yang berupa
balok prategang dan kolom-kolom pendukung berukuran 1200x1200 mm2 yang
berada di sepanjang lantai 1-4 bangunan. Kinerja dari sistem transfer ini akan
dievaluasi dengan mencari tahu besarnya gaya-gaya yang ditransfer, gaya-gaya dalam
pada kolom pendukung, dan displacement baik pada balok transfer maupun titik
tengah struktur. Pembahasan lebih lengkapnya dapat dilihat sebagai berikut :

Beban Vertikal akibat Beban Gravitasi yang Ditransfer oleh TB


Beban vertikal akibat beban gravitasi yang ditransfer oleh TB dapat diketahui dari
besarnya gaya dalam lintang yang terjadi pada balok prategang. Gaya-gaya dalam
lintang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

Beam 1 Beam 2
DL 3444,23 kN 3444,26 kN
SDL 1021,39 kN 1021,4 kN
LL 779,33 kN 779,34 kN
Total 5244,95 Total 5245 kN

Beban Vertikal akibat Beban Gempa yang Ditransfer oleh TB


Hampir sama dengan beban gravitasi, beban vertikal akibat beban gempa yang
ditransfer oleh TB dapat diketahui dari besarnya gaya dalam lintang yang terjadi pada
balok prategang. Gaya-gaya dalam lintang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Balok Transfer
EQ x689,03 kN
EQ y292,67 kN
Ev1 704,79 kN
Ev2 -669,72 kN
Eqx + Eqy + Ev1 1686,49 kN
Eqx + Eqy + Ev2 311,98 kN

Gaya Geser yang Ditransfer oleh Sistem Transfer


Gaya geser yang ditransfer oleh sistem transfer dapat dilihat dari penjumlahan gaya-
gaya geser kolom pendukung pada lantai 1.

Gambar IV. 12 Gaya Geser Pada Kolom Pendukung Merepresentasikan Gaya Geser yang
Ditransfer oleh TB
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

Besarnya gaya-gaya dapat dilihat pada tabel dibawah :


Gaya Geser yang Ditransfer Sistem Transfer
Eqx1679,39 kN
Eqy539,48 kN
Displacement di Tengah TB akibat Beban Gravitasi dan Beban Gempa
Selain gaya-gaya yang ditransfer, dilihat juga besarnya displacement yang terjadi
pada titik tengah bentang TB akibat beban gravitasi dan beban gempa. Hasil
displacement dapat dilihat pada tabel berikut :
GAYA GRAVITASI
Beam 1 Beam 2
-8,4457 Dead Load -8,4457 mm
Uz mm Uz
Beam 1 Beam 2
-2,165 Live Load -2,1165 mm
Uz mm Uz
Beam 1 Beam 2
-2,9942 SDL -2,9942 mm
Uz mm Uz

GAYA GEMPA
Beam 1 Beam 2
25,3026 Eqx 25,3026mm
Ux mm Ux
Beam 1 Beam 2
11,8345 Eqy 11,8345mm
Uy mm Uy

Dalam melihat displacement pada titik tengah TB, digunakan juga kombinasi
pembebanan service yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menghitung gaya-gaya
dalam. Besarnya displacement yakni :
Bangunan 8 Lantai
Displacement di Titik Tengah TB
Kombinasi serviceuz (mm)ux (mm) uy (mm)
PE5,583
PE+DL+SDL-3,492
PE+DL+SDL+LL-8,601
PE+DL+SDL+LL+E1-12,88026,086
PE+DL+SDL+LL+E2-12,6709,017 4,367
PE+DL+SDL+LL+E3-9,18426,099 12,255
PE+DL+SDL+LL+E4-8,9749,030 4,409
12,297

Gaya-gaya Dalam Kolom Pendukung dengan Kombinasi Pembebanan Service


Gaya-gaya dalam pada kolom pendukung yang terletak tepat di bawah TB dan kolom-
kolom pendukung pada lantai satu bangunan juga dicaritahu. Gaya aksial menandakan
besarnya gaya vertikal dari struktur yang ada di atasnya. Gaya geser
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

merepresentasikan gaya lateral pada struktur. Selain itu, digunakan kombinasi


pembebanan service yakni kombinasi pembebanan gaya-gaya dengan faktor = 1 dan
kombinasi dianggap mewakili kondisi bangunan sebenernya. Kombinasi pembebanan
dapat dilihat sebagai berikut :
1. PE
2. PE + DL + SDL
3. PE + DL + SDL + LL
4. PE + DL + SDL + LL +E, dimana
E1 = EV1 + Eqx + 0,3 Eqy
E2 = EV1 + 0,3 Eqx + Eqy
E3 = EV2 + Eqx + 0,3 Eqy
E4 = EV2 + 0,3 Eqx + Eqy
Besarnya gaya-gaya dalam pada kolom pendukung lantai 3 :
Aksial Geser
Lantai 3
C2 C4 C6 C2 C4 C6
PE -149,73 -52,85 -149,72 70,46 0 -70,47
PE+DL+SDL -3324,29 -7985,96 -3324,83 -202,79 0 202,79
PE+DL+SDL+LL -3784,4 -9449,02 -3784,46 -252,66 0 252,67
PE+DL+SDL+LL+E1 -5384,2 -10951,03 -5348,35 -813,5 660,9 813,07
PE+DL+SDL+LL+E2 -5151,91 -11525,27 -5151,98 -490,71 221,46 490,71
PE+DL+SDL+LL+E3 -4375,18 -8505,26 -4375,26 -728,83 660,91 728,85
PE+DL+SDL+LL+E4 -4178,84 -9079,5 -4178,89 -406,49 221,46 406,48

Kolom pendukung lantai 1 :


Aksial Geser
Lantai 1
C2 C4 C6 C2 C4 C6
PE -148,43 -52,85 -148,42 67,76 0 -67,76
PE+DL+SDL -3671,83 -8262,44 -3671,88 -195,86 0 195,87
PE+DL+SDL+LL -4131,99 -9725,5 -4132,05 -243,98 0 -244
PE+DL+SDL+LL+E1 -5779,81 -11266,98 -5779,96 -805,16 675,08 805,18
PE+DL+SDL+LL+E2 -5627,85 -11843,22 -5627,92 -482,44 225,71 482,43
PE+DL+SDL+LL+E3 -4702,09 -8240,27 -4702,21 -723,91 675,08 723,92
PE+DL+SDL+LL+E4 -4550,12 -9314,51 -4550,13 -401,19 225,71 401,18

Gaya-gaya Dalam TB dengan Kombinasi Pembebanan Service


Sama seperti kolom pendukung, gaya-gaya dalam TB juga dilihat berdasarkan
kombinasi pembebanan service yang sudah dibuat. Bedanya pada balok transfer yang
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

dilihat hanya gaya lintangnya karena dianggap merepresentasikan beban vertikal yang
ditransfer ke bawah. Besarnya gaya lintang tersebut yakni :
Gaya Vertikal yang
Kombinasi service Ditransfer
TB
PE 401,07kN
PE+DL+SDL 4865,87kN
PE+DL+SDL+LL 5645,19kN
PE+DL+SDL+LL+E1 6287,97kN
PE+DL+SDL+LL+E2 5786,71kN
PE+DL+SDL+LL+E3 4935,05kN
PE+DL+SDL+LL+E4 4433,8kN

- Penulangan
Pada bagian ini, akan dicaritahu kebutuhan tulangan yang dibutuhkan pada bangunan 8
lantai dengan balok prategang sebagai TB. Kebutuhan tulangan yang dicari berupa
rasio berat tulangan dibagi dengan volume beton pada tiap komponen struktur (kg/m3).
Tulangan-tulangan yang dicari ialah tulangan longitudinal balok, tulangan geser balok,
tulangan longitudinal kolom, tulangan geser kolom, tulangan londitudinal dinding
geser dan tulangan geser dinding geser. Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya,
tulangan yang diambil merupakan eksak berasal dari program tanpa ada
penyempurnaan kembali sehingga rasio yang dihasilkan mungkin agak kecil.
Kombinasi pembebanan yang dilakukan ialah :
= 1,4
1)
= 1,2 + 1,6
2)
= 1,2 + + + 30% 1
3) +
= 1,2 + + 30% 1
4) +
= 1,2 + + 30% 1
5) +
= 1,2 + 30% 1
6) +
= 1,2 + + + 30% 1
7) +
= 1,2 + + 30% 1
8) +
= 1,2 + + 30% 1
9) +
= 1,2 + 30% 1
10) +
= 0,9 + + 30% 2
11)
= 0,9 + 30% 2
12)
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

= 0,9 + 30% 2
13)
= 0,9 30% 2
14)
= 0,9 + + 30% 2
15)
= 0,9 + 30% 2
16)
= 0,9 + 30% 2
17)
= 0,9 30% 2
18)
Sedangkan faktor reduksi kekuatan berdasarkan SNI 03-2847-2002 ialah :
- Lentur tanpa beban aksial : 0,8
- Aksial tarik dengan lentur : 0,8
- Aksial tekan dengan lentur dan komponen tulangan spiral : 0,7
- Komponen struktur lainnya : 0,65
- Geser dan torsi : 0,75
- Geser untuk gempa kuat : 0,55
- Geser pada hubungan balok-kolom dan pada balok perangkai : 0,8
Untuk memasukkan nilai-nilai ini ke dalam ETABS, dapat digunakan fitur concrete
frame design preference. Hasilnya dapat dilihat pada gambar dibawah :

Gambar IV. 13 Concrete Frame Design Preferences sesuai dengan SNI


03-2847-2002
Setelah semua bagian diinput dengan benar, fitur concrete frame design dapat
dilakukan.

Tulangan Longitudinal Balok


Tulangan longitudinal balok yang akan dihitung rasionya hanyalah tulangan balok
induk pada setiap lantai di seluruh bangunan. Luas tulangan yang tertera pada
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

komponen dikalikan dengan panjang balok kemudian dikalikan dengan berat jenis baja
untuk mendapatkan berat tulangan (kg). Berat tulangan ini kemudian dibagi dengan
volume beton balok untuk mendapatkan rasio tulangan. Berikut diberikan tabel
perhitungan rasio tulangan longitudinal balok arah x pada lantai 8 bangunan :
Penulangan Longitudinal Balok Arah X
Lantai
BALOK L(m) Vbeton As1 As2 As3 Vol(mm3) Vol(m3) Berat(kg) Ratiotiapblk
Atas 876 228 855
B2 6 1,44 Bwh 482 444 501 6087000 0,006087 48,70841 33,8252846
Jlh 1358 672 1356
Atas 858 231 886
Bwh 506 437 495
B3 6 1,44 6121500 0,006122 48,98448 34,0170001
Jlh 1364 668 1381
Atas 863 228 873
Bwh 492 430 488
B4 6 1,44 Jlh 1355 658 1361 6048000 0,01 48,40 33,61
Atas 873 228 863
As 4
Bwh 488 430 492
B5 6 1,44 Jlh 1361 658 1355 6048000 0,01 48,40 33,61
Atas 886 231 858
Bwh 495 437 506
Jlh 1381 668 1364
B6 6 1,44 Atas 855 228 876 6121500 0,01 48,98 34,02
Bwh 501 444 482
Jlh 1356 672 1358
B7 6 1,44 Atas 440 1776 1017 6087000 0,01 48,71 33,83
Bwh 440 1175 1365
8 Jlh 880 2951 2382
B 114 6 1,44 Atas 1369 352 1258 13746000 0,01 110,00 76,39
Bwh 590 805 567
Jlh 1959 1157 1825
Atas 1183 317 1228
B9 6 1,44 Bwh 517 798 531 9147000 0,01 73,19 50,83
Jlh 1700 1115 1759
Atas 1228 317 1193
B 10 6 1,44 Bwh 531 798 517 8533500 0,01 68,29 47,42
Jlh 1759 1115 1710
As 3 Atas 1258 352 1368
Bwh 567 805 590
B11 6 1,44 8548500 0,01 68,41 47,50
Jlh 1825 1157 1958
Atas 1017 1776 440
Bwh 1366 1175 440
B 12 6 1,44 Jlh 2383 2951 880 9145500 0,01 73,18 50,82
Atas 1400 371 634

B 115 6 1,44 13747500 0,01 110,01 76,39

As 1 B22 6 1,44 8328000 0,01 66,64 46,28


LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

Bwh 603 684 805


Jlh 2003 1055 1439
Atas 1032 291 1125
B23 6 1,44 Bwh 753 581 681 8002500 0,01 64,04 44,47
Jlh 1785 872 1806
Atas 805 368 1434
Bwh 805 697 617
B24 6 1,44 Jlh 1610 1065 2051 8686500 0,01 69,51 48,27
Atas 1434 368 805
Bwh 617 697 805
B25 6 1,44 Jlh 2051 1065 1610 8686500 0,01 69,51 48,27
Atas 1125 291 1033
Bwh 681 581 753
Jlh 1806 872 1786
B26 6 1,44 8004000 0,01 64,05 44,48
Atas 634 371 1400
Bwh 805 684 603
Jlh 1439 1055 2003
B27 6 1,44 8328000 0,01 66,64 46,28

Ratio Tulangan Lantai 8


25,92 TOTAL 149416500 0,15 1195,64 46,13
(kg/m3 beton)

Dapat dilihat dari hasil pengolahan diatas, rasio tulangan longitudinal balok arah x
pada lantai 8 bangunan 8 lantai ialah 46,13 kg/m3. Perhitungan seperti ini dilanjutkan
untuk balok arah x dan arah y sampai lantai 1 bangunan.
Untuk mencari kebutuhan tulangan longitudinal non-prategang pada TB yang terletak
di lantai 3 bangunan, harus dilakukan analisa manual karena perhitungan tulangan
harus memakai momen sekunder pada kombinasi pembebanannya. Sketsa
mendapatkan momen sekunder balok prategang menerus digambarkan dalam gambar
berikut :
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

Gambar IV. 14 Sketsa Momen Sekunder pada Balok Prategang


Menerus
Setelah didapatkan momen sekunder, Mu dapat dicari dengan melibatkan momen
sekunder balok prategang. Hasil perhitungan momen total, momen primer, momen
sekunder, dan Mu balok dapat dilihat pada tabel berikut :
Momen Total
Tumpuan Kiri Tengah Bentang Tumpuan Kanan
4402,780Kn m -3170,564Kn m 4894,413Kn m

Momen Primer (MP)


Tumpuan Kiri Tengah Bentang Tumpuan Kanan
3998,821Kn m -5380,226Kn m 3998,821Kn m

Momen Sekunder (MS)


Tumpuan Kiri Tengah Bentang Tumpuan Kanan
403,959Kn m 2209,662Kn m 895,592Kn m
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

Dan dari hasil kombinasi pembebanan dengan mengikutsertakan momen sekunder,


didapatkan Mu pada masing-masing potongan :
Tumpuan Kiri : Mu = -10782,404 kNm
Tengah Bentang : Mu = 9546,46 kNm
Tumpuan Kanan : Mu = -16866,465 kNm.
Kuat lentur balok prategang parsial dapat dihitung dari persamaan :
= + ( )

Dimana :
Mn = kuat lentur nominal balok prategang.
As = luas tulangan non-prategang (mm2)
fy = kuat leleh tulangan non-prategang (Mpa)
d = jarak serat tekan terluar ke centroid tulangan non prategang (mm)
Ast = luas nominal tendon (mm2)
fps = tegangan tendon pada kondisi failure
dt = jarak serat tekan terluar ke centroid tendon (mm)
a = (As fy + Ast Fps) / 0,85 fc b
jumlah strand digunakan = 44 strand,
dan tegangan tendon pada kondisi failure dapat diambil dengan menggunakan
persamaan SNI 03-2847-2002 pasal 20.7 ayat 2 untuk fefektif > 0,5 fpu :
= +

Dimana :
fpu = tegangan ultimate strand (Mpa)
p = faktor yang memperhitungkan tipe tendon, diambil 0,28
1 = 0,85
p = rasio tulangan prategang Aps/b d
= fy/fc
= fy/fc
Dari hasil perhitungan didapatkan fps = 1783,312 Mpa
Dengan metode Load Resistance Factor Design (LFRD) ketentuan berikut harus
dipenuhi :
Mn > Mu
Berdasarkan perhitungan, didapatkan luas tulangan yang dibutuhkan :
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

As tumpuan kiri : 6450 mm2


As tengah bentang : 6450 mm2
As tumpuan kanan : 6450 mm2, nilai-nilai ini kemudian dimasukkan ke dalam tabel
perhitungan rasio tulangan longitudinal seperti yang telah diperlihatkan diatas. Hasil
rasio tulangan longitudinal balok arah x dan arah y per lantai yakni :
Rasio (kg/m3)
Lantai Long Balok arah x Long Balok arah y
8 46,1337,51
7 53,1148,18
6 56,6249,60
5 59,1450,05
4 58,4649,28
3 43,5049,09
2 47,8025,03
1 38,3022,50

Rasio Tulangan Longitudinal Balok Bangunan 8 Lantai


8
7
6
Lantai
5
Penulangan Longitudinal
4 balok arah X
3 Penulangan Longitudinal
2 Balok arah Y
1
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 15 Rasio Tulangan Longitudinal Balok Bangunan 8


Lantai

Dapat dilihat bahwa kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x menurun ketika di
lantai 3 dikarenakan keberadaan balok prategang yang otomatis mengurangi jumlah
tulangan non-prategang. Fenomena ini juga terjadi pada model-model lainnya.

Tulangan Geser Balok


Tulangan geser balok yang akan dihitung rasionya juga merupakan balok induk pada
setiap lantai di seluruh bangunan. Rasio tulangan geser yang tertera pada komponen
dikalikan dengan tinggi dan panjang balok kemudian dikalikan dengan berat jenis baja
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

untuk mendapatkan berat tulangan (kg). Berat tulangan ini kemudian dibagi dengan
volume beton balok untuk mendapatkan rasio tulangan. Berikut diberikan tabel
perhitungan rasio tulangan geser balok arah x pada lantai 8 bangunan :
Penulangan Geser Balok Arah X
Lantai
BALOK L(m) Vbeton Av1 Av2 Av3 Vol(m3) Berat(kg) Ratiotiapblk
Tulangan 0,36 0,36 0,36
b 0,4
B2 6 1,44 h 0,6 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
l' 1,5 3 1,5
Tulangan 0,36 0,36 0,36
b 0,4
B3 6 1,44 h 0,6 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
l' 1,5
Tulangan 0,36 3 1,5
b 0,4 0,076 0,36
h 0,6
B4 6 1,44 l' 1,5 h (m) 0,6 0,0007848 6,2802835 4,361308
Tulangan 0,36 3 1,5
As 4 b 0,4 0,076 0,36
h 0,6
B5 6 1,44 l' 1,5 h (m) 0,6 0,0007848 6,2802835 4,361308
Tulangan 0,36
b 0,4 3 1,5
h 0,6 0,36 0,36
l' 1,5
B6 6 1,44 Tulangan 0,36 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
8 b 0,4 3 1,5
h 0,6 0,36 0,36
l' 1,5
B7 6 1,44 Tulangan 0,519 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
b 0,4
h 0,6 3 1,5
l' 1,5 1,823 1,728
Tulangan 0,36
B114 6 1,44 b 0,4 h (m) 0,6 0,0053037 42,442329 29,4738395
h 0,6 3 1,5
l' 1,5 0,36 0,36
Tulangan 0,36
B9 6 1,44 b 0,4 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
As 3 h 0,6
l' 1,5 3 1,5
Tulangan 0,36 0,36 0,36
b 0,4
B10 6 1,44 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
3 1,5
0,36 0,36
B11 6 1,44 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

h 0,6
l' 1,5 3 1,5
Tulangan 0,36 0,36 0,36
b 0,4
B12 6 1,44 h 0,6 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
l' 1,5
Tulangan 1,728 3 1,5
b 0,4 1,823 0,519

B115 6 1,44 h 0,6 0,6 0,0053037 42,442329 29,4738395


h (m)
l' 1,5
Tulangan 0,36 3 1,5
b 0,4 0,36 0,36
h 0,6
B22 6 1,44 l' 1,5 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
Tulangan 0,069
b 0,4 3 1,5
0,6 0,073 0,073
h
B23 6 1,44 l' 1,5 h (m) 0,6 0,0002592 2,0742221 1,440432
Tulangan 0,077
b 0,4 3 1,5
h 0,6 0,109 0,109
l' 1,5
B24 6 1,44 Tulangan 0,36 h (m) 0,6 0,0003636 2,9096726 2,020606
b 0,4
0,6 3 1,5
As 1 h
1,5 0,36 0,077
l'
B25 6 1,44 Tulangan 0,073 h (m) 0,6 0,0010413 8,3328991 5,7867355
b 0,4
h 0,6 3 1,5
l' 1,5 0,073 0,069
Tulangan 0,36
B26 6 1,44 b 0,4 h (m) 0,6 0,0002592 2,0742221 1,440432
h 0,6
1,5 3 1,5
l'
0,36 0,36

B27 6 1,44 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216


3 1,5
Total Berat
Total Volume Beton lantai 8 25,92 216,54734 8,354450028
Tulangan

Dapat dilihat dari hasil tabel diatas, rasio tulangan geser balok arah x pada lantai 8
bangunan 8 lantai ialah 8,354 kg/m3. Hasil rasio tulangan geser balok arah x dan arah y
per lantai yakni :
Rasio Penulangan Geser (kg/m3)
LantaiGeser XGeser Y
88,3544,927
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

7 7,180 5,388
6 7,283 5,683
5 7,546 6,070
4 8,385 5,797
3 19,913 6,109
2 6,402 4,401
1 7,296 2,136

Penulangan Geser Balok Bangungan 8 Lantai


8
7
6
5
Lantai
Penulangan Geser Balok
4 arah X Bangunan 8 Lantai
3 Penulangan Geser Balok
2 arah Y Bangunan 8 Lantai
1
0,000 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 16 Rasio Penulangan Geser Balok Bangunan 8


Lantai
Dapat dilihat untuk kebutuhan tulangan geser balok arah x, justru lonjakan terjadi di
lantai 3 oleh karena keberadaan TB yang membutuhkan banyak tulangan geser.

Penulangan Kolom
Hampir sama dengan penulangan balok, pada kolom juga dicaritahu nilai rasio
tulangan longitudinal dan transversalnya. Satu hal yang perlu dicatat bahwa
penulangan ini merupakan hasil eksak dari program tanpa ada perubahan lebih lanjut.
Nilai rasio tulangan longitudinal dan transversal kolom per lantai untuk bangunan 8
lantai dapat dilihat pada tabel berikut :
Penulangan
Lantai Geser arah X Geser Arah Y
Longitudinal
8 80,02 2,35 4,22
7 80,02 1,56 3,34
6 80,02 1,56 3,35
5 80,02 2,19 3,99
4 109,49 3,95 2,69
3 86,97 3,40 1,26
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

2 94,76 3,40 1,28


1 107,85 3,61 2,68

Penulangan Longitudinal Kolom Bangunan 8 Lantai


8
7
6
5
Lantai
4 Penulangan
3 Longitudinal Kolom
Bangunan 8 Lantai
2
1
0,00 50,00 100,00 150,00
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 17 Penulangan Longitudinal Kolom Bangunan 8


Lantai
Penulangan Geser Kolom Bangunan 8 Lantai
8
7
6
5
Lantai Penulangan Geser
Kolom arah X
4
Bangunan 8 Lantai
3 Penulangan Geser
2 Kolom arah Y
Bangunan 8 Lantai
1
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 18 Penulangan Geser Kolom Bangunan 8


Lantai
Penulangan Dinding Geser (SW)
Dinding geser yang digunakan dalam model ialah sebuah dinding bentuk kanal dengan
end piers pada setiap ujungnya. Rasio tulangan didapatkan dengan memanfaatkan fitur
shear wall design dari program ETABS, dan kemudian diolah untuk diketahui berat
dari tulangan-tulangan yang ada. Bentuk dinding geser dengan pier ujung dapat dilihat
pada gambar berikut :
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

Gambar IV. 19 SW dengan End Piers hasil Section Designer


ETABS
Dengan menggunakan tulangan secara uniform reinforcing, didapatkan rasio tulangan
longitudinal dan tulangan geser SW sebagai berikut :
Rasio (kg/m3)
Lantai Longitudinal Geser
8 38,34 78,36
7 38,34 78,36
6 38,34 78,36
5 38,34 101,93
4 65,95 143,80
3 105,83 191,69
2 148,78 224,41
1 225,47 240,21

Penulangan Geser SW Bangunan 8 Lantai


8
7
6
Lantai5
4
Penulangan Geser SW
3 Bangunan 8 Lantai
2
1
0,00 100,00 200,00 300,00
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 20 Penulangan Longitudinal SW Bangunan 8


Lantai
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI

Penulangan Longitudinal SW Bangunan 8 Lantai


8
7
6
Lantai5
4 Penulangan
3 Longitudinal SW
Bangunan 8 Lantai
2
1
0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 21 Penulangan Geser SW Bangunan 8


Lantai
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

Bangunan 6 Lantai
Bangunan model kedua dalam variasi lantai ialah bangunan 6 lantai. Spesifikasi
struktur yakni :
Luas : 648 m2

Panjang : 18 m
Lebar : 36 m
Tinggi : 30 m
Ukuran kolom pendukung : 1000 x 1000 mm2.

Ukuran kolom lain : 700 x 700 mm2

Ukuran balok induk : 400 x 600 mm2 (bentang 6 m) dan 400 x 900 mm2
(bentang 12 m)
Ukuran balok anak : 500 x 250 mm2

Tebal shear wall : 250 mm


Ukuran transfer beam : 800 x 2000 mm2.
Spesifikasi material yang digunakan ialah :
Beton
Kuat tekan fc : 33 Mpa
: 4700 fc = 27000 Mpa
Modulus Elastis
Berat Jenis Beton : 2400 kg/m3

Beton untuk Transfer Beam


Kuat tekan fc : 33 Mpa
: 4700 fc = 27171,78 Mpa
Modulus Elastis
Berat Jenis Beton : 2400 kg/m3

Baja tulangan
Tegangan Leleh : 400 Mpa
Untaian Kawat Prategang
Jenis : uncoated seven wire strand low relaxation
Diameter nominal : 12,7 mm
Berat nominal : 1,1 kg/m
UTS : 183,7 Kn
Kuat leleh : 1670 Mpa
Tegangan maks : 1860 Mpa
Luas nominal : 98,71 mm2
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

Modulus Elastis : 190.000 Mpa


Ukuran Tendon : 90 mm
Perlu diperhatikan bahwa ada perbedaan dimensi komponen antara permodelan
bangunan 8 lantai dan permodelan bangunan 6 lantai. Perbedaan dimensi tersebut
dapat dilihat dari tabel berikut :
Perbedaan Dimensi (mm2)
Bangunan 8 Lantai Bangunan 6 lantai
Kolom pendukung1200 x 1200 Kolom pendukung1000 x 1000
Kolom lainnya800 x 800 Kolom lainnya700 x 700
PC beams1000 x 2500 PC beams800 x 2000

Untuk dimensi yang lain seperti balok induk, balok anak, dan dinding geser, ukuran
disamakan.
Bentuk denah dan permodelan 3D bangunan dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar IV. 22 Denah Lantai 1 Bangunan 6


Lantai

Denah lantai 3 bangunan dimana sudah ada balok transfer :


LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

Gambar IV. 23 Denah Lantai 3 Bangunan 6


Lantai
Tampak depan bangunan :

Gambar IV. 24 Tampak Depan Bangunan 6


Lantai
Dan bentuk 3D bangunan ialah sebagai berikut :
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

Gambar IV. 25 Bentuk 3D Tampak Depan


Bangunan

Pembebanan yang dilakukan ialah :


Untuk pembebanan gravitasi dan gempa sama seperti bangunan 8 lantai.
- Pembebanan Gaya Prategang
Gaya prategang yang bekerja pada balok akan dihitung dengan metode
load balancing dan prosedur yang sama persis dengan perhitungan di
model bangunan 8 lantai. Momen-momen lapangan akibat beban gravitasi
dan beban gempa pada balok ialah :
MDL + MSDL + MLL = 2938 kN m
MEQX + MEQY = 260,46 kN m. Oleh karena momen dari gaya-gaya
gravitasi > momen dari gaya gempa maka balok berada dalam kondisi
gravity dominated. Tendon seharusnya diletakkan seatas mungkin dari cgc
balok.
elapangan = 1250 140 mm = 1110 mm.
P dibutuhkan = MgravitasiTOTAL / elapangan = 3416,27
kN
Tegangan final strand = 0,6 fpu = 1816 Mpa
A needed = P / 0,6 fpu = 3061,181 mm2
A nominal 1 strand = 98,71 mm2
Butuh strand = 31,01, ambil 32 buah strand.
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

Setelah diketahui kebutuhan jumlah strand, kemudian dicari besarnya


equivalent load balancing :

Dengan 32 strand yang dibutuhkan, diambil P lateral akibat prategang =


3525,13 kN. Besarnya beban ekivalen terbagi rata keatas dan kebawah
ialah
= 156,13
qekivalen () =,
= 624,514
qekivalen () =,

Beserta momen luar akibat eksentrisitas tendon yang bekerja pada ujung
ialah : P x etumpuan = 3525,13 x 0,575 = 2026,95 kN m. Permodelan
pembebanan gaya prategang menjadi :

Gambar IV. 26 Pembebanan Gaya Prategang pada TB Bangunan 6


Lantai
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

Gambar IV. 27 Pembebanan Momen akibat Gaya Prategang


pada TB
Setelah semua pembebanan dimasukkan ke dalam model, analisa terhadap model pun
dilakukan.
HASIL RUNNING :
- Periode Getar, Pola Ragam Getar, dan Partisipasi Massa Bangunan 6
Lantai
Periode getar, pola ragam getar, dan partisipasi massa bangunan 6 lantai dapat dilihat
pada tabel berikut :
Mode PeriodUXUYSumUX SumUY RZSumRZ
1 0 81,223700,32090,32090,782935 81,2237
2 083,03200,32090,48296983,032 81,2237
3 0,1080 81,331783,032 80,0347 80,35570,330053
4 0,190791 11,63160 92,963483,0320 80,3557
5 0,17932608,9955 92,9634 92,02760 80,3557
6 0,13292401,0445 92,963493,0720 80,3557
7 0,1086241,84610 94,809593,0726,7292 87,0849
8 0,10167200,1664 94,8095 93,23840 87,0849
9 0,0972741,1565095,966 93,23844,9598 92,0447
10 0,08786401,607695,966 94,84610 92,0447
11 0,081470,66710 96,6331 94,84611,0435 93,0882
12 0,06630902,0694 96,6331 96,91550 93,0882
13 0,0644591,56570 98,1988 96,91550,3075 93,3956
14 0,05920801,2336 98,1988 98,14910 93,3957
15 0,0476840,98030 99,1791 98,14910,0167 93,4123
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

16 0,038957 0 1,0625 99,1791 99,2116 0 93,4123


17 0,025604 0,7451 0 99,9242 99,2117 0,2341 93,6465
18 0,023766 0 0,7146 99,9242 99,9262 0 93,6465

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa :


Mode 1 : T = 0,783 s ; arah translasi x
Mode 2 : T = 0,483 s ; arah translasi y
Mode 3 : T = 0,33 s ; arah rotasi z
Selain itu pada mode ke 9 partisipasi massa untuk ketiga DOF mayor (translasi x,
translasi y, rotasi z) sudah mencapai 90% sehingga sudah memenuhi peraturan SNI
03-1726-2002. Modes yang sudah ada tidak perlu ditambah kembali.

- Gaya Geser Dasar Struktur


Gaya geser dasar dinamik struktur berdasarkan analisa program harus dibandingkan
dengan gaya geser dasar statik struktur yang dihitung dengan rumus V = C I Wt / R.
Gaya geser dinamik harus melebihi 80% gaya statik struktur. Perbandingan kedua
hasil dapat dilihat pada perhitungan dibawah :
Berdasarkan hasil ETABS, Vxbase dinamik = 4212,11 kN
Vybase dinamik = 4288,62 kN
Cx 0,75 Cy 0,75
I 1 I 1
Rx 5,5 Ry 5,5
Massa bangunan 3588,68 ton
Wt 35204,68 kN
V = C I Wt / R
Vxstatik
Vystatik 4800,68 kN 0.8 Vxstatik 3840,544 kN
4800,68 kN 0.8 Vystatik 3840,544 kN

Vx dan Vy dinamik sudah lebih besar daripada 80% V statik oleh karena itu faktor
perbesaran untuk pembebanan gempa tidak perlu dilakukan.

- Gaya Geser Tingkat Struktur


Berdasarkan analisa dinamik yang dilakukan ETABS, didapatkan grafik gaya geser
lantai struktur bangunan 6 lantai ialah sebagai berikut :
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

Story Shear Bangunan 6 Lantai


6

4
Lantai
Story Shear X Bangunan 6
3 Lantai
Story Shear Y Bangunan 6
2
Lantai
1
0 1000 2000 3000 4000 5000
V (kN)

Gambar IV. 28 Gaya Geser Tingkat Bangunan 6


Lantai

- Kinerja Layan dan Kinerja Ultimit Struktur Bangunan 6 Lantai


Kinerja Layan : simpangan antar tingkat tidak boleh melebihi 0,03/R * h lantai.
Kinerja Ultimit : simpangan antar tingkat dikali dengan faktor 0,7R, hasilnya tidak
boleh melebihi 0,02 * h lantai.
Hasil perhitungan kinerja layan dan ultimit bangunan dapat dilihat pada grafik berikut
:

Drift Bangunan 6 Lantai akibat eqx


6
5
Drift x
4
Lantai Drift y
3 Batas Layan
2 Batas Ultimit
1 Drift Ultimit x
0 20 40 60 80 100 Drift Ultimit y
Drift (mm)

Gambar IV. 29 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan


Gempa x
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

Drift Bangunan 6 Lantai akibat eqy


6
5 Drift x
Lantai
4 Drift y
3 Batas Layan
2 Batas Ultimit
1 Drift Ultimit x
0 50 100
Drift Ultimit y
Drift (mm)

Gambar IV. 30 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan


Gempa y
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa nilai simpangan antar-lantai bangunan tidak
melebihi batas baik simpangan layan maupun simpangan ultimit. Hal ini
menunjukkan bahwa kekakuan struktur sudah memadai sehingga tidak terjadi
simpangan yang berlebihan.

- Kinerja Sistem Transfer

C2 C4 C6

Gambar IV. 31 Sistem Transfer Bangunan 6


Lantai
Sistem transfer dalam bangunan 6 lantai terdiri atas balok transfer (TB) yang berupa
balok prategang dan kolom-kolom pendukung berukuran 1000x1000 mm2 yang
berada di sepanjang lantai 1-4 bangunan. Kinerja dari sistem transfer ini akan
dievaluasi dengan mencari tahu besarnya gaya-gaya yang ditransfer, gaya-gaya dalam
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

pada kolom pendukung, dan displacement baik pada balok transfer maupun titik
tengah struktur. Pembahasan lebih lengkapnya dapat dilihat sebagai berikut :

Beban Vertikal akibat Beban Gravitasi yang Ditransfer oleh TB


Beban vertikal akibat beban gravitasi yang ditransfer oleh TB dapat diketahui dari
besarnya gaya dalam lintang yang terjadi pada balok prategang. Gaya-gaya dalam
lintang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Beam 1 Beam 2
DL 2077,81 kN 2077,83 kN
SDL 617,67 kN 617,68 kN
LL 476,29 kN 476,29 kN
Total 3171,77 Total 3171,8 kN

Beban Vertikal akibat Beban Gempa yang Ditransfer oleh TB


Hampir sama dengan beban gravitasi, beban vertikal akibat beban gempa yang
ditransfer oleh TB dapat diketahui dari besarnya gaya dalam lintang yang terjadi pada
balok prategang. Gaya-gaya dalam lintang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Balok Transfer
EQ x283,4 kN
EQ y94,43 kN
Ev1 333,1 kN
Ev2 -311,68 kN
Eqx + Eqy + Ev1 710,93 kN
Eqx + Eqy + Ev2 66,15 kN

Gaya Geser yang Ditransfer oleh Sistem Transfer


Gaya geser yang ditransfer oleh sistem transfer dapat dilihat dari penjumlahan gaya-
gaya geser kolom pendukung pada lantai 1.
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

Gambar IV. 32 Gaya Geser Pada Kolom Pendukung Merepresentasikan Gaya Geser yang
Ditransfer oleh TB

Besarnya gaya-gaya dapat dilihat pada tabel dibawah :


Gaya Geser yang Ditransfer Sistem Transfer
Eqx627,22 kN
Eqy245,2 kN

Displacement di Tengah TB akibat Beban Gravitasi dan Beban Gempa


Selain gaya-gaya yang ditransfer, dilihat juga besarnya displacement yang terjadi
pada titik tengah bentang TB akibat beban gravitasi dan beban gempa. Hasil
displacement dapat dilihat pada tabel berikut :
GAYA GRAVITASI
Beam 1 Beam 2
Dead Load
Uz -10,8397 mm Uz -10,8399 mm
Beam 1 Beam 2
-2,6504 mm Live Load -2,6504
Uz Uz mm
Beam 1 Beam 2
-3,4979 SDL -3,4979
Uz mm Uz mm

GAYA GEMPA
Beam 1 Beam 2
Ux 20,3642 mm Eqx 20,3645
Ux mm
Beam 1 Beam 2
Uy 8,4755 mm Eqy 8,4734
Uy mm
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

Dalam melihat displacement pada titik tengah TB, digunakan juga kombinasi
pembebanan service yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menghitung gaya-gaya
dalam. Besarnya displacement yakni :
Bangunan 6 Lantai
Displacement di Titik Tengah TB
Kombinasi Serviceuz (mm) ux (mm) uy (mm)
PE6,283
PE+DL+SDL-4,557
PE+DL+SDL+LL-10,705
PE+DL+SDL+LL+E1-14,32921,1123,316
PE+DL+SDL+LL+E2-13,9597,3468,907
PE+DL+SDL+LL+E3-10,95821,1253,346
PE+DL+SDL+LL+E4-10,5877,3608,937

Gaya-gaya Dalam Kolom Pendukung dengan Kombinasi Pembebanan Service


Gaya-gaya dalam pada kolom pendukung yang terletak tepat di bawah TB dan kolom-
kolom pendukung pada lantai satu bangunan juga dicaritahu. Gaya aksial menandakan
besarnya gaya vertikal dari struktur yang ada di atasnya. Gaya geser
merepresentasikan gaya lateral pada struktur. Selain itu, digunakan kombinasi
pembebanan service yakni kombinasi pembebanan gaya-gaya dengan faktor = 1 dan
kombinasi dianggap mewakili kondisi bangunan sebenernya. Kombinasi pembebanan
dapat dilihat sebagai berikut :
1. PE
2. PE + DL + SDL
3. PE + DL + SDL + LL
4. PE + DL + SDL + LL +E, dimana
E1 = EV1 + Eqx + 0,3 Eqy
E2 = EV1 + 0,3 Eqx + Eqy
E3 = EV2 + Eqx + 0,3 Eqy
E4 = EV2 + 0,3 Eqx + 1 Eqy
Besarnya gaya-gaya dalam pada kolom pendukung lantai 3 :

Aksial Geser
Lantai 3
C2 C4 C6 C2 C4 C6
PE -109,8 -42,75 -109,79 39,28 0 -39,28
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

PE+DL+SDL -2015,73 -4951,87 -2015,76 -113,56 0 113,57


PE+DL+SDL+LL -2295,53 -5861 -2295,57 -141,65 0 141,65
PE+DL+SDL+LL+E1 -2960,38 -6543,7 -2960,44 -346,58 236,82 346,59
PE+DL+SDL+LL+E2 -2859,99 -6787,74 -2860,03 -227,78 78,41 227,77
PE+DL+SDL+LL+E3 -2508,35 -5335,66 -2508,4 -310,48 236,82 310,49
PE+DL+SDL+LL+E4 -2407,96 -5579,7 -2407,99 -191,68 78,41 191,67

Kolom pendukung lantai 1 :


Aksial Geser
Lantai 1 C4 C4
C2 C6 C2 C6
PE -108,71 -42,75 -108,7 36,53 0 -36,53
PE+DL+SDL -2278,35 -5143,87 -2278,39 -106,24 0 106,24
PE+DL+SDL+LL -2558,19 -6053 -2558,23 -132,49 0 132,5
PE+DL+SDL+LL+E1 -3277,63 -6764,5 -3277,69 -344,91 250,33 344,02
PE+DL+SDL+LL+E2 -3205,42 -6958,54 -3205,46 -221,52 82,47 221,52
PE+DL+SDL+LL+E3 -2757,41 -5548,86 -2757,46 -310,28 250,33 310,29
PE+DL+SDL+LL+E4 -2685,2 -5742,9 -2685,22 -187,8 82,47 187,79

Gaya-gaya Dalam TB dengan Kombinasi Pembebanan Service


Sama seperti kolom pendukung, gaya-gaya dalam TB juga dilihat berdasarkan
kombinasi pembebanan service yang sudah dibuat. Bedanya pada balok transfer yang
dilihat hanya gaya lintangnya karena dianggap merepresentasikan beban vertikal yang
ditransfer ke bawah. Besarnya gaya lintang tersebut yakni :
Gaya Vertikal yang
Kombinasi service Ditransfer
TB
PE 275,67kN
PE+DL+SDL 2971,15kN
PE+DL+SDL+LL 3447,44kN
PE+DL+SDL+LL+E1 3680,95kN
PE+DL+SDL+LL+E2 3446,11kN
PE+DL+SDL+LL+E3 3047,69kN
PE+DL+SDL+LL+E4 2812,86kN

- Penulangan
Tulangan Longitudinal Balok
Dengan cara yang sama seperti pada penulangan bangunan 8 lantai, didapatkan rasio
tulangan longitudinal balok arah x dan arah y per lantai untuk bangunan 6 lantai ialah
sebagai berikut :
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

Rasio (kg/m3)
Lantai Long Balok arah xLong Balok arah y
6 40,5333,47
5 46,1743,69
4 48,3444,02
3 38,6944,09
2 40,0522,47
1 34,3721,00

Rasio Penulangan Longitudinal Balok Bangunan 6 Lantai


6

4
Lantai
Penulangan Longitudinal
3 Balok arah X
Penulangan Longitudinal
2 Balok arah Y

1
0,00 20,00 40,00 60,00
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 33 Rasio Tulangan Longitudinal Balok Bangunan 6


Lantai

Dapat dilihat bahwa kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x menurun ketika di
lantai 3 dikarenakan keberadaan balok prategang yang otomatis mengurangi jumlah
tulangan non-prategang. Fenomena ini juga terjadi di model bangunan 8 lantai

Tulangan Geser Balok


Hasil rasio tulangan geser balok arah x dan arah y per lantai yakni :
Rasio (kg/m3)
Lantai Geser X Geser Y
6 6,473,43
5 5,594,24
4 7,205,15
3 14,044,47
2 5,972,50
1 3,672,17
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

Penulangan Geser Balok Bangungan 6 Lantai


6

4
Lantai Penulangan Geser
Balok arah X
3 Bangunan 6 Lantai
Penulangan Geser
2
Balok arah Y Bangunan
1 6 Lantai
0,00 5,00 10,00 15,00
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 34 Rasio Tulangan Geser Balok Bangunan 6


Lantai
Dapat dilihat untuk kebutuhan tulangan geser balok arah x, justru lonjakan terjadi di
lantai 3 oleh karena keberadaan TB yang membutuhkan banyak tulangan geser.

Penulangan Kolom
Nilai rasio tulangan longitudinal dan transversal kolom per lantai untuk bangunan 6
lantai dapat dilihat pada tabel berikut :

Penulangan Geser Arah


Lantai Geser arah X
Longitudinal Y
6 80,020 3,754 5,055
5 80,020 1,855 3,951
4 108,638 3,762 2,707
3 80,020 1,790 1,486
2 86,601 1,486 1,486
1 97,736 1,597 2,297
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

Penulangan Longitudinal Kolom Bangunan 6 Lantai


6

4
Lantai
3 Penulangan
Longitudinal Kolom
2 Bangunan 6 Lantai

1
0,000 50,000 100,000 150,000
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 35 Penulangan Longitudinal Kolom Bangunan 6


Lantai
Penulangan Geser Kolom Bangunan 6 Lantai
6

4
Lantai Penulangan Geser
Kolom arah X
3 Bangunan 6 Lantai
Penulangan Geser
2 Kolom arah Y
Bangunan 6 Lantai
1
0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 36 Penulangan Geser Kolom Bangunan 6


Lantai
Penulangan Dinding Geser (SW)

Gambar IV. 37 SW dengan End Piers hasil Section Designer


ETABS
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI

Dengan menggunakan tulangan secara uniform reinforcing, didapatkan rasio tulangan


longitudinal dan tulangan geser SW sebagai berikut :
Lantai Longitudinal Geser
6 38,34 78,36
5 38,34 78,36
4 38,34 78,36
3 59,82 97,16
2 130,37 144,05
1 200,93 186,43

Penulangan Longitudinal SW Bangunan 6 Lantai


6
5
4
Lantai
3 Penulangan
2 Longitudinal SW
Bangunan 6 Lantai
1
0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 38 Penulangan Longitudinal SW Bangunan 6


Lantai
Penulangan Geser SW Bangunan 6 Lantai
6
5
4
Lantai
3 Penulangan Geser SW
2 Bangunan 6 Lantai
1
0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 39 Penulangan Geser SW Bangunan 6


Lantai
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

LAMPIRAN III
Bangunan 4 Lantai
Bangunan model ketiga dalam variasi lantai ialah bangunan 4 lantai. Spesifikasi
struktur yakni :
Luas : 648 m2

Panjang : 18 m
Lebar : 36 m
Tinggi : 30 m
Ukuran kolom pendukung : 800 x 800 mm2.

Ukuran kolom lain : 600 x 600 mm2

Ukuran balok induk : 400 x 600 mm2 (bentang 6 m) dan 400 x 900 mm2
(bentang 12 m)
Ukuran balok anak : 500 x 250 mm2

Tebal shear wall : 250 mm


Ukuran transfer beam : 600 x 1500 mm2.
Spesifikasi material yang digunakan ialah :
Beton
Kuat tekan fc : 33 Mpa
: 4700 fc = 27000 Mpa
Modulus Elastis
Berat Jenis Beton : 2400 kg/m3

Beton untuk Transfer Beam


Kuat tekan fc : 33 Mpa
: 4700 fc = 27171,78 Mpa
Modulus Elastis
Berat Jenis Beton : 2400 kg/m3

Baja tulangan
Tegangan Leleh : 400 Mpa
Untaian Kawat Prategang
Jenis : uncoated seven wire strand low relaxation
Diameter nominal : 12,7 mm
Berat nominal : 1,1 kg/m
UTS : 183,7 Kn
Kuat leleh : 1670 Mpa
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

Tegangan maks : 1860 Mpa


Luas nominal : 98,71 mm2
Modulus Elastis : 190.000 Mpa
Ukuran Tendon : 90 mm
Perlu diperhatikan bahwa ada perbedaan dimensi komponen antara permodelan
bangunan 8 lantai, permodelan bangunan 6 lantai, dan permodelan bangunan 4 lantai.
Perbedaan dimensi tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :
Perbedaan Dimensi
Bangunan 8 Lantai Bangunan 6 lantai Bangunan 4 lantai
Kolom pendukung 1200 x 1200 Kolom pendukung 1000 x 1000 Kolom pendukung 800 x 800
Kolom lainnya800 x 800 Kolom lainnya700 x 700 Kolom lainnya600 x 600
PC beams1000 x 2500 PC beams800 x 2000 PC beams600 x 1500

Untuk dimensia yang lain seperti balok induk, balok anak, dan dinding geser, ukuran
disamakan.
Bentuk denah dan permodelan 3D bangunan dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar IV. 40 Denah Lantai 1 Bangunan 4


Lantai

Denah lantai 3 bangunan dimana sudah ada balok transfer :


LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

Gambar IV. 41 Denah Lantai 3 Bangunan 4


Lantai
Tampak depan bangunan :

Gambar IV. 42 Tampak Depan Bangunan 4


Lantai
Dan bentuk 3D bangunan ialah sebagai berikut :
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

Gambar IV. 43 Bentuk 3D Tampak Depan


Bangunan

Pembebanan yang dilakukan ialah :


Pembebanan gravitasi dan pembebanan gempa sama seperti model-model
sebelumnya.
- Pembebanan Gaya Prategang
Gaya prategang yang bekerja pada balok akan dihitung dengan metode
load balancing dan prosedur yang sama persis dengan perhitungan di
model bangunan 8 dan 6 lantai. Momen-momen lapangan akibat beban
gravitasi dan beban gempa pada balok ialah :
MDL + MSDL + MLL = 1135,878 kN m
MEQX + MEQY = 42,32 kN m. Oleh karena momen dari gaya-gaya gravitasi
> momen dari gaya gempa maka balok berada dalam kondisi gravity
dominated. Tendon seharusnya diletakkan seatas mungkin dari cgc balok.

elapangan = 750 140 mm = 610 mm.


P dibutuhkan = MgravitasiTOTAL / elapangan = 1891,603
kN
Tegangan final strand = 0,6 fpu = 1816 Mpa
A needed = P / 0,6 fpu = 1694,985 mm2
A nominal 1 strand = 98,71 mm2
Butuh strand = 17,17, ambil 18 buah strand.
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

Setelah diketahui kebutuhan jumlah strand, kemudian dicari besarnya


equivalent load balancing :

Setelah dipertimbangkan ukuran dan jumlah tendon serta lokasi


penempatannya, diambil nilai etumpuan = 350 mm, dimana e = jarak dari
serat teratas balok ke centroid seluruh tendon pada daerah tumpuan.
elapangandiambil sebesar 140 mm dimana elapangan = jarak dari serat
terbawah balok ke centroid tendon pada daerah lapangan. Dengan 18
strand yang dibutuhkan, diambil P lateral akibat prategang = 1982,88 kN.
Besarnya beban ekivalen terbagi rata keatas dan kebawah ialah
= 61,812
qekivalen () =,
= 247,248
qekivalen () =,

Beserta momen luar akibat eksentrisitas tendon yang bekerja pada ujung
ialah : P x etumpuan = 1982,88 x 0,4 = 793,15 kN m. Permodelan
pembebanan gaya prategang menjadi :

Gambar IV. 44 Pembebanan Gaya Prategang pada TB Bangunan 4


Lantai
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

Gambar IV. 45 Pembebanan Momen akibat Gaya Prategang


pada TB
Setelah semua pembebanan dimasukkan ke dalam model, analisa terhadap model pun
dilakukan.
HASIL RUNNING :
- Periode Getar, Pola Ragam Getar, dan Partisipasi Massa Bangunan 4
Lantai
Periode getar, pola ragam getar, dan partisipasi massa bangunan 4 lantai dapat dilihat
pada tabel berikut :
Mode Period UX UY SumUX SumUY RZ SumRZ
1 0,48995 82,0599 0 82,05990 0,5716 0,5716
2 0,304078 0 85,3562 82,0599 85,3562 0 0,5716
3 0,196528 0,4072 0 82,4671 85,3562 83,2463 83,8179
4 0,156844 0 4,4116 82,4671 89,7679 0 83,8179
5 0,115407 11,764 0 94,2311 89,7679 0,0067 83,8246
6 0,110705 0 0,5941 94,2311 90,3619 0 83,8246
7 0,09002 0,2916 0 94,5227 90,3619 0,2221 84,0468
8 0,089272 0 1,2132 94,5227 91,5751 0 84,0468
9 0,087355 0,1553 0 94,678 91,5751 0,398 84,4448
10 0,081335 0 0,9095 94,678 92,4846 0,0009 84,4456
11 0,080638 0,0853 0,0001 94,7634 92,4847 5,182 89,6276
12 0,078646 0 2,3769 94,7634 94,8616 0 89,6276
13 0,071769 1,3776 0 96,141 94,8616 0,0084 89,636
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

14 0,067153 0,0001 0,1979 96,1411 95,0595 0 89,636


15 0,065298 1,2819 0 97,423 95,0595 0,5924 90,2284
16 0,056101 0 1,5206 97,423 96,5801 0 90,2284
17 0,055873 0,808 0,0001 98,2309 96,5802 0,0528 90,2812
18 0,045629 0 0,6073 98,231 97,1875 0,0001 90,2813
19 0,039004 0,5882 0,0017 98,8191 97,1892 0,3431 90,6244
20 0,0383 0,0006 1,3388 98,8197 98,528 0,0002 90,6245
21 0,029434 0,6712 0,0002 99,4908 98,5282 0,3751 90,9997
22 0,027607 0,0001 1,0617 99,4909 99,5899 0 90,9997
23 0,01709 0,4918 0 99,9827 99,5899 0,0054 91,005
24 0,014997 0 0,3782 99,9827 99,968 0 91,005

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa :


Mode 1 : T = 0,489 s ; arah translasi x
Mode 2 : T = 0,304 s ; arah translasi y
Mode 3 : T = 0,196 s ; arah rotasi z
Selain itu pada mode ke 15 partisipasi massa untuk ketiga DOF mayor (translasi x,
translasi y, rotasi z) sudah mencapai 90% sehingga sudah memenuhi peraturan SNI
03-1726-2002. Modes yang sudah ada tidak perlu ditambah kembali.

- Gaya Geser Dasar Struktur


Gaya geser dasar dinamik struktur berdasarkan analisa program harus dibandingkan
dengan gaya geser dasar statik struktur yang dihitung dengan rumus V = C I Wt / R.
Gaya geser dinamik harus melebihi 80% gaya statik struktur. Perbandingan kedua
hasil dapat dilihat pada perhitungan dibawah :
Berdasarkan hasil ETABS, Vxbase dinamik = 2393,15 kN
Vybase dinamik = 2480,19 kN
Cx 0,75 Cy 0,75
I 1 I 1
Rx 5,5 Ry 5,5
Massa bangunan 1984,71 ton
Wt 19472,57 kN
V = C I Wt / R
Vxstatik
Vystatik 2655,35 kN 0.8 Vxstatik 2124,28 kN
2655,35 kN 0.8 Vystatik 2124,28 kN

Vx dan Vy dinamik sudah lebih besar daripada 80% V statik oleh karena itu faktor
perbesaran untuk pembebanan gempa tidak perlu dilakukan.
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

- Gaya Geser Tingkat Struktur


Berdasarkan analisa dinamik yang dilakukan ETABS, didapatkan grafik gaya geser
lantai struktur bangunan 4 lantai ialah sebagai berikut :

Story Shear Bangunan 4 Lantai


4

3
Lantai
Story Shear X
2 Bangunan 4 Lantai
Story Shear Y
1 Bangunan 4 Lantai
0 1000 2000 3000
V (kN)

Gambar IV. 46 Gaya Geser Tingkat Bangunan 4


Lantai

- Kinerja Layan dan Kinerja Ultimit Struktur Bangunan 4 Lantai


Kinerja Layan : simpangan antar tingkat tidak boleh melebihi 0,03/R * h lantai.
Kinerja Ultimit : simpangan antar tingkat dikali dengan faktor 0,7R, hasilnya tidak
boleh melebihi 0,02 * h lantai.
Hasil perhitungan kinerja layan dan ultimit bangunan dapat dilihat pada grafik berikut
:

Drift Bangunan 4 Lantai akibat eqx


4

Drift x
3
Lantai Drift y
2 Batas Layan
Batas Ultimit
1 Drift Ultimit x
0 20 40 60 80 100 Drift Ultimit y
Drift (mm)

Gambar IV. 47 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan


Gempa x
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

Drift Bangunan 4 Lantai akibat eqy


4

Drift x
3
Lantai Drift y
2 Batas Layan
Batas Ultimit
1 Drift Ultimit x
0 20 40 60 80 100 Drift Ultimit y
Drift (mm)

Gambar IV. 48 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan


Gempa y
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa nilai simpangan antar-lantai bangunan tidak
melebihi batas baik simpangan layan maupun simpangan ultimit. Hal ini
menunjukkan bahwa kekakuan struktur sudah memadai sehingga tidak terjadi
simpangan yang berlebihan.

- Kinerja Sistem Transfer

C2 C4 C6

Gambar IV. 49 Sistem Transfer Bangunan 6


Lantai
Sistem transfer dalam bangunan 4 lantai terdiri atas balok transfer (TB) yang berupa
balok prategang dan kolom-kolom pendukung berukuran 800x800 mm2 yang berada
di sepanjang lantai 1-4 bangunan. Kinerja dari sistem transfer ini akan dievaluasi
dengan mencari tahu besarnya gaya-gaya yang ditransfer, gaya-gaya dalam pada
kolom pendukung, dan displacement baik pada balok transfer maupun titik tengah
struktur. Pembahasan lebih lengkapnya dapat dilihat sebagai berikut :
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

Beban Vertikal akibat Beban Gravitasi yang Ditransfer oleh TB


Beban vertikal akibat beban gravitasi yang ditransfer oleh TB dapat diketahui dari
besarnya gaya dalam lintang yang terjadi pada balok prategang. Gaya-gaya dalam
lintang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Beam 1 Beam 2
DL 987,27 kN 987,28 kN
SDL 251,18 kN 251,18 kN
LL 201,73 kN 201,73 kN
Total 1440,18 Total 1440,19 kN

Beban Vertikal akibat Beban Gempa yang Ditransfer oleh TB


Hampir sama dengan beban gravitasi, beban vertikal akibat beban gempa yang
ditransfer oleh TB dapat diketahui dari besarnya gaya dalam lintang yang terjadi pada
balok prategang. Gaya-gaya dalam lintang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Balok Transfer
EQ x68,05 kN
EQ y13,2 kN
Ev1 194,84 kN
Ev2 -185,76 kN
Eqx + Eqy + Ev1 276,09 kN
Eqx + Eqy + Ev2 -104,51 kN

Gaya Geser yang Ditransfer oleh Sistem Transfer


Gaya geser yang ditransfer oleh sistem transfer dapat dilihat dari penjumlahan gaya-
gaya geser kolom pendukung di lantai 1.

Gambar IV. 50 Gaya Geser Pada Kolom Pendukung Merepresentasikan Gaya Geser yang
Ditransfer oleh TB
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

Besarnya gaya-gaya dapat dilihat pada tabel dibawah :


Gaya Geser yang Ditransfer Sistem Transfer
Eqx150,1 kN
Eqy85,71 kN

Displacement di Tengah TB akibat Beban Gravitasi dan Beban Gempa


Selain gaya-gaya yang ditransfer, dilihat juga besarnya displacement yang terjadi
pada titik tengah bentang TB akibat beban gravitasi dan beban gempa. Hasil
displacement dapat dilihat pada tabel berikut :
GAYA GRAVITASI
Beam 1 Beam 2
Dead Load
Uz -13,234 mm Uz -13,2347 mm
Beam 1 Beam 2
-2,8321 Live Load -2,8321
Uz mm Uz mm
Beam 1 Beam 2
-3,6253 SDL -3,6254
Uz mm Uz mm

GAYA GEMPA
Beam 1 Beam 2
11,7087 mm Eqx 11,7094mm
Ux Ux
Beam 1 Beam 2
5mm Eqy 5mm
Uy Uy

Dalam melihat displacement pada titik tengah TB, digunakan juga kombinasi
pembebanan service yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menghitung gaya-gaya
dalam. Besarnya displacement yakni :

Bangunan 4 Lantai
Displacement di Titik Tengah TB
uz (mm)ux (mm)uy (mm)
PE7,136
PE+DL+SDL-6,099
PE+DL+SDL+LL-12,557
PE+DL+SDL+LL+E1-16,14612,3282,039
PE+DL+SDL+LL+E2-15,7884,4745,365
PE+DL+SDL+LL+E3-10,96012,3522,058
PE+DL+SDL+LL+E4-10,6034,4975,383

Gaya-gaya Dalam Kolom Pendukung dengan Kombinasi Pembebanan Service


LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

Gaya-gaya dalam pada kolom pendukung yang terletak tepat di bawah TB dan kolom-
kolom pendukung pada lantai satu bangunan juga dicaritahu. Gaya aksial menandakan
besarnya gaya vertikal dari struktur yang ada di atasnya. Gaya geser
merepresentasikan gaya lateral pada struktur. Selain itu, digunakan kombinasi
pembebanan service yakni kombinasi pembebanan gaya-gaya dengan faktor = 1 dan
kombinasi dianggap mewakili kondisi bangunan sebenernya. Kombinasi pembebanan
dapat dilihat sebagai berikut :
1. PE
2. PE + DL + SDL
3. PE + DL + SDL + LL
4. PE + DL + SDL + LL +E, dimana
E1 = EV1 + Eqx + 0,3 Eqy
E2 = EV1 + 0,3 Eqx + Eqy
E3 = EV2 + Eqx + 0,3 Eqy
E4 = EV2 + 0,3 Eqx + 1 Eqy
Besarnya gaya-gaya dalam pada kolom pendukung lantai 3 :
Aksial Geser
Lantai 3
C2 C4 C6 C2 C4 C6
PE -52,87 -23,9 -52,87 14,02 0 -14,02
PE+DL+SDL -893,97 -2221,3 -893,98 -51,24 0 51,24
PE+DL+SDL+LL -1004,84 -2584,66 -1004,85 -62,23 0 62,23
PE+DL+SDL+LL+E1 -1224,91 -2940,01 -1224,89 -107,49 45,56 107,49
PE+DL+SDL+LL+E2 -1199,93 -2961,87 -1199,91 -85,36 15,21 85,32
PE+DL+SDL+LL+E3 -967,59 -2264,44 -967,57 -87,42 45,56 87,42
PE+DL+SDL+LL+E4 -942,61 -2286,3 -942,59 -65,29 15,21 65,25

Kolom pendukung lantai 1 :


Aksial Geser
Lantai 1
C2 C4 C6 C2 C4 C6
PE -52,31 -23,9 -52,31 12,09 0 -12,09
PE+DL+SDL -1087,09 -2344,18 -1087,1 -44,51 0 44,51
PE+DL+SDL+LL -1197,97 -2707,54 -1197,98 -54,05 0 54,05
PE+DL+SDL+LL+E1 -1457,57 -3081,32 -1457,55 -110,81 57,59 110,81
PE+DL+SDL+LL+E2 -1445,57 -3103,18 -1445,56 -81,39 18,81 81,36
PE+DL+SDL+LL+E3 -1142,14 -2368,88 -1142,12 -93,41 57,59 93,4
PE+DL+SDL+LL+E4 -1130,15 -2390,75 -1130,13 -63,98 18,81 63,95

Gaya-gaya Dalam TB dengan Kombinasi Pembebanan Service


LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

Sama seperti kolom pendukung, gaya-gaya dalam TB juga dilihat berdasarkan


kombinasi pembebanan service yang sudah dibuat. Bedanya pada balok transfer yang
dilihat hanya gaya lintangnya karena dianggap merepresentasikan beban vertikal yang
ditransfer ke bawah. Besarnya gaya lintang tersebut yakni :
Gaya Vertikal yang Ditransfer
Kombinasi service
TB
PE 119,97kN
PE+DL+SDL 1358,4kN
PE+DL+SDL+LL 1560,15kN
PE+DL+SDL+LL+E1 1666,37kN
PE+DL+SDL+LL+E2 1597,65kN
PE+DL+SDL+LL+E3 1290,95kN
PE+DL+SDL+LL+E4 1222,22kN

- Penulangan
Tulangan Longitudinal Balok
Dengan cara yang sama seperti pada penulangan bangunan 8 dan 6 lantai, didapatkan
rasio tulangan longitudinal balok arah x dan arah y per lantai untuk bangunan 4 lantai
ialah sebagai berikut :

Rasio (kg/m3)
Lantai Long Balok arah xLong Balok arah y
4 35,2934,68
3 34,8343,22
2 32,7120,42
1 31,3920
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

Rasio Penulangan Longitudinal Balok Bangunan 4 Lantai


4

3
Lantai Penulangan
Longitudinal Balok
2 arah X
Penulangan
Longitudinal Balok
arah Y
1
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 51 Rasio Tulangan Longitudinal Balok Bangunan 4


Lantai

Dapat dilihat bahwa kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x pada model
bangunan 4 lantai ini justru meningkat di lantai 3 bangunan, berbeda dengan kedua
model sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh gaya prategang pada TB di bangunan 4
lantai kurang begitu berkontribusi dalam menahan gaya gravitasi sehingga rasio
tulangan tetap cukup besar.

Tulangan Geser Balok


Hasil rasio tulangan geser balok arah x dan arah y per lantai yakni :
Rasio (kg/m3)
Lantai Geser X Geser Y
4 5,914,13
3 5,444,14
2 2,382,16
1 1,642,16
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

Penulangan Geser Balok Bangungan 4 Lantai


4

3
Lantai Penulangan Geser Balok
arah X Bangunan 4
Lantai
2
Penulangan Geser Balok
arah Y Bangunan 4
Lantai
1
0 2 4 6 8
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 52 Rasio Tulangan Geser Balok Bangunan 4


Lantai
Dapat dilihat untuk kebutuhan tulangan geser balok arah x, justru lonjakan terjadi di
lantai 3 oleh karena keberadaan TB yang membutuhkan banyak tulangan geser.

Penulangan Kolom
Nilai rasio tulangan longitudinal dan transversal kolom per lantai untuk bangunan 4
lantai dapat dilihat pada tabel berikut :
Penulangan Geser Arah
Lantai Geser arah X
Longitudinal Y
4 111,89 4,15 3,972
3 80,02 0 0
2 80,02 0 0
1 84,85 1,797 1,797
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

Penulangan Longitudinal Kolom Bangunan 4 Lantai


4

3
Lantai
Penulangan
2 Longitudinal Kolom
Bangunan 4 Lantai

1
0 50 100 150
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 53 Penulangan Longitudinal Kolom Bangunan 4


Lantai
Rasio Penulangan Geser Kolom Bangunan 4 Lantai
4

3
Lantai Penulangan Geser
Kolom arah X
2 Bangunan 4 Lantai
Penulangan Geser
Kolom arah Y
1 Bangunan 4 Lantai
0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 54 Penulangan Geser Kolom Bangunan 4


Lantai
Penulangan Dinding Geser (SW)
Dinding geser yang digunakan dalam model ialah sebuah dinding bentuk kanal dengan
end piers pada setiap ujungnya. Rasio tulangan didapatkan dengan memanfaatkan fitur
shear wall design dari program ETABS, dan kemudian diolah untuk diketahui berat
dari tulangan-tulangan yang ada. Bentuk dinding geser dengan pier ujung dapat dilihat
pada gambar berikut :
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

Gambar IV. 55 SW dengan End Piers hasil Section Designer


ETABS
Dengan menggunakan tulangan secara uniform reinforcing, didapatkan rasio tulangan
longitudinal dan tulangan geser SW sebagai berikut :
Lantai Longitudinal Geser
4 38,34 78,36
3 38,34 78,36
2 82,82 78,36
1 145,71 89,89

Penulangan Longitudinal SW Bangunan 4 Lantai


4

3
Lantai
Penulangan
2 Longitudinal SW
Bangunan 4 Lantai
1
0,00 50,00 100,00 150,00 200,00
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 56 Penulangan Longitudinal SW Bangunan 4


Lantai
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI

Penulangan Geser SW Bangunan 4 Lantai


4

3
Lantai

2 Penulangan Geser SW
Bangunan 4 Lantai

1
75,00 80,00 85,00 90,00 95,00
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 57 Penulangan Geser SW Bangunan 4


Lantai
LAMPIRAN IV : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1800

LAMPIRAN IV
Bangunan 6 Lantai TB 1800x800
Spesifikasi struktur dan denah sama seperti bangunan 6 lantai pada variasi pertama.
Yang membedakan hanyalah ketinggian TB sehingga ukuran penampang TB
menjadi 800x1800.

Pembebanan yang dilakukan ialah :


Untuk pembebanan gravitasi dan gempa sama seperti bangunan pada
model-model sebelumnya.
- Pembebanan Gaya Prategang
Momen-momen lapangan akibat beban gravitasi dan beban gempa pada
balok ialah :
MDL + MSDL + MLL = 2560,907 kN m
MEQX + MEQY = 296,91 kN m. Oleh karena momen dari gaya-gaya
gravitasi > momen dari gaya gempa maka balok berada dalam kondisi
gravity dominated. Tendon seharusnya diletakkan seatas mungkin dari cgc
balok.
Diambil jarak sejauh 425 mm dari serat teratas ke centroid tendon pada
bagian tumpuan balok. Sedangkan jarak dari serat terbawah ke centroid
tendon diambil 140 mm, pada daerah lapangan balok.
elapangan = 900 140 mm = 760 mm.
P dibutuhkan = MgravitasiTOTAL / elapangan = 3369,61
kN
Tegangan final strand = 0,6 fpu = 1816 Mpa
A needed = P / 0,6 fpu = 3019,367 mm2
A nominal 1 strand = 98,71 mm2
Butuh strand = 30,588 ambil 32 buah strand.
Setelah diketahui kebutuhan jumlah strand, kemudian dicari besarnya
equivalent load balancing :

Dengan 32 strand yang dibutuhkan, diambil P lateral akibat prategang =


3525,13 kN. Besarnya beban ekivalen terbagi rata keatas dan kebawah
ialah
LAMPIRAN IV : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1800

= 134,368
qekivalen () =,
= 537,473
qekivalen () =,

Beserta momen luar akibat eksentrisitas tendon yang bekerja pada ujung
ialah : P x etumpuan = 3525,13 x 0,475 = 1674,43 kN m. Permodelan
pembebanan gaya prategang menjadi :

Gambar IV. 58 Pembebanan Gaya Prategang pada TB Bangunan 6 Lantai TB


800x1800

Gambar IV. 59 Pembebanan Momen akibat Gaya Prategang pada TB


800x1800
LAMPIRAN IV : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1800

Setelah semua pembebanan dimasukkan ke dalam model, analisa terhadap model pun
dilakukan.
HASIL RUNNING :
- Periode Getar, Pola Ragam Getar, dan Partisipasi Massa Bangunan 6
Lantai
Periode getar, pola ragam getar, dan partisipasi massa bangunan 6 lantai TB
800x1800 dapat dilihat pada tabel berikut :
Mode Period UX UY SumUX SumUY RZ SumRZ
1 0,785926 81,1478 0 81,14780 0,3362 0,3362
2 0,482762 0 82,981 81,1478 82,981 0 0,3362
3 0,329812 0,1228 0 81,2706 82,981 79,9436 80,2798
4 0,190244 11,6771 0 92,9477 82,981 0,0001 80,2799
5 0,179126 0 9,0508 92,9477 92,0318 0 80,2799
6 0,132893 0 1,0295 92,9477 93,0613 0 80,2799
7 0,108259 1,8491 0 94,7968 93,0613 6,6977 86,9776
8 0,101478 0 0,158 94,7968 93,2193 0 86,9776
9 0,097218 1,1458 0 95,9426 93,2193 5,0789 92,0565
10 0,087669 0 1,5929 95,9426 94,8122 0 92,0565
11 0,081368 0,6775 0 96,6201 94,8122 0,9671 93,0237
12 0,066321 0 2,0242 96,6201 96,8364 0 93,0237
13 0,06444 1,597 0 98,2171 96,8364 0,2881 93,3118
14 0,059378 0 1,3062 98,2171 98,1426 0 93,3118
15 0,047641 0,9559 0 99,173 98,1426 0,0133 93,3251
16 0,039127 0 1,0578 99,173 99,2004 0 93,3251
17 0,025593 0,7515 0 99,9245 99,2004 0,2384 93,5635
18 0,023833 0 0,7252 99,9245 99,9256 0 93,5635

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa :


Mode 1 : T = 0,786 s ; arah translasi x
Mode 2 : T = 0,483 s ; arah translasi y
Mode 3 : T = 0,33 s ; arah rotasi z
Selain itu pada mode ke 9 partisipasi massa untuk ketiga DOF mayor (translasi x,
translasi y, rotasi z) sudah mencapai 90% sehingga sudah memenuhi peraturan SNI
03-1726-2002. Modes yang sudah ada tidak perlu ditambah kembali.

- Gaya Geser Dasar Struktur


Gaya geser dasar dinamik struktur berdasarkan analisa program harus dibandingkan
dengan gaya geser dasar statik struktur yang dihitung dengan rumus V = C I Wt / R.
LAMPIRAN IV : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1800

Gaya geser dinamik harus melebihi 80% gaya statik struktur. Perbandingan kedua
hasil dapat dilihat pada perhitungan dibawah :
Berdasarkan hasil ETABS, Vxbase dinamik = 4193,83 kN
Vybase dinamik = 4271,38 kN
Cx 0,75Cy 0,75
I 1I 1
Rx 5,5Ry 5,5
Massa 3575,3701
Wt 35074,38068 kN
V = C I Wt / R
4782,870093 kN0.8 Vx
Vx 4782,870093 kN0.8 Vy 3826,296 kN
Vy 3826,296 kN

Vx dan Vy dinamik sudah lebih besar daripada 80% V statik oleh karena itu faktor
perbesaran untuk pembebanan gempa tidak perlu dilakukan.

- Gaya Geser Tingkat Struktur


Berdasarkan analisa dinamik yang dilakukan ETABS, didapatkan grafik gaya geser
lantai struktur bangunan 6 lantai TB 800x1800 ialah sebagai berikut :

Story Shear Bangunan 6 Lantai TB 800 x 1800


6
5
4
Lantai
Story Shear x
3 800x1800
2 Story Shear y
1 800x1600
0 1000 2000 3000 4000 5000
V (kN)

Gambar IV. 60 Gaya Geser Tingkat Bangunan 6


Lantai

- Kinerja Layan dan Kinerja Ultimit Struktur Bangunan 6 Lantai


Kinerja Layan : simpangan antar tingkat tidak boleh melebihi 0,03/R * h lantai.
Kinerja Ultimit : simpangan antar tingkat dikali dengan faktor 0,7R, hasilnya tidak
boleh melebihi 0,02 * h lantai.
LAMPIRAN IV : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1800

Hasil perhitungan kinerja layan dan ultimit bangunan dapat dilihat pada grafik berikut
:

Drift Bangunan 6 Lantai TB 800x1800 akibat eqx


6

5
Drift x
4
Lantai AN IV :
3 Batas Layan
Batas Ultimit
2
Drift Ultimit x
1 Drift Ultimit y
0 20 40 60 80 100
Drift (mm)

Gambar IV. 61 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan


Gempa x
Drift Bangunan 6 Lantai TB 800x1800 akibat eqy
6

5
Drift x
4
Lantai Drift y
3 Batas Layan
Batas Ultimit
2
Drift Ultimit x
1 Drift Ultimit y
0 20 40 60 80 100
Drift (mm)

Gambar IV. 62 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan


Gempa y
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa nilai simpangan antar-lantai bangunan tidak
melebihi batas baik simpangan layan maupun simpangan ultimit. Hal ini
menunjukkan bahwa kekakuan struktur sudah memadai sehingga tidak terjadi
simpangan yang berlebihan.

- Kinerja Sistem Transfer


LAMPIRAN IV : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1800

C2 C4 C6

Gambar IV. 63 Sistem Transfer Bangunan 6 Lantai TB


800x1800
Sistem transfer dalam bangunan 6 lantai terdiri atas balok transfer (TB) yang berupa
balok prategang dan kolom-kolom pendukung berukuran 1000x1000 mm2 yang
berada di sepanjang lantai 1-4 bangunan. Kinerja dari sistem transfer ini akan
dievaluasi dengan mencari tahu besarnya gaya-gaya yang ditransfer, gaya-gaya dalam
pada kolom pendukung, dan displacement baik pada balok transfer maupun titik
tengah struktur. Pembahasan lebih lengkapnya dapat dilihat sebagai berikut :

Beban Vertikal akibat Beban Gravitasi yang Ditransfer oleh TB


Beban vertikal akibat beban gravitasi yang ditransfer oleh TB dapat diketahui dari
besarnya gaya dalam lintang yang terjadi pada balok prategang. Gaya-gaya dalam
lintang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Beam 1 Beam 2
DL 1932,67 kN 1932,69 kN
SDL 588,98 kN 588,99 kN
LL 454,45 kN 454,42 kN
Total 2976,1 Total 2976,1 kN

Beban Vertikal akibat Beban Gempa yang Ditransfer oleh TB


LAMPIRAN IV : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1800

Hampir sama dengan beban gravitasi, beban vertikal akibat beban gempa yang
ditransfer oleh TB dapat diketahui dari besarnya gaya dalam lintang yang terjadi pada
balok prategang. Gaya-gaya dalam lintang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Balok Transfer
EQ x267,71 kN
EQ y88,56 kN
Ev1 310,35 kN
Ev2 -289,9 kN
Eqx + Eqy + Ev1 666,62 kN
Eqx + Eqy + Ev2 66,37 kN

Gaya Geser yang Ditransfer oleh Sistem Transfer


Gaya geser yang ditransfer oleh sistem transfer dapat dilihat dari penjumlahan gaya-
gaya geser kolom pendukung pada lantai 1.

Gambar IV. 64 Gaya Geser Pada Kolom Pendukung Merepresentasikan Gaya Geser yang
Ditransfer oleh TB

Besarnya gaya-gaya dapat dilihat pada tabel dibawah :


Gaya Geser yang Ditransfer Sistem Transfer
Eqx553,9 kN
Eqy243,56 kN

Displacement di Tengah TB akibat Beban Gravitasi dan Beban Gempa


LAMPIRAN IV : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1800

Selain gaya-gaya yang ditransfer, dilihat juga besarnya displacement yang terjadi
pada titik tengah bentang TB akibat beban gravitasi dan beban gempa. Hasil
displacement dapat dilihat pada tabel berikut :
GAYA GRAVITASI
Beam 1 Beam 2
-12,5019 Dead Load -12,5019
Uz mm Uz mm
Beam 1 Beam 2
-3,1275 Live Load -3,1275
Uz mm Uz mm
Beam 1 Beam 2
-4,1255 SDL -4,1255
Uz mm Uz mm

GAYA GEMPA
Beam 1 Beam 2
Eqx
Ux 20,4697 mm Ux 20,4697 mm
Beam 1 Beam 2
8,4514 Eqy 8,4514
Uy mm Uy mm

Dalam melihat displacement pada titik tengah TB, digunakan juga kombinasi
pembebanan service yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menghitung gaya-gaya
dalam. Besarnya displacement yakni :
Bangunan 6 Lantai TB 800x1800
Displacement di Titik Tengah TB
uz (mm)ux (mm) uy (mm)
PE6,7662
PE+DL-9,8611
PE+DL+SDL+LL-12,9886
PE+DL+SDL+LL+E1-16,960921,2658
PE+DL+SDL+LL+E2-16,69577,4351 3,3506
PE+DL+SDL+LL+E3-13,069621,2814 8,9136
PE+DL+SDL+LL+E4-12,80447,4506 3,3837
8,9467

Gaya-gaya Dalam Kolom Pendukung dengan Kombinasi Pembebanan Service


Gaya-gaya dalam pada kolom pendukung yang terletak tepat di bawah TB dan kolom-
kolom pendukung pada lantai satu bangunan juga dicaritahu. Gaya aksial menandakan
besarnya gaya vertikal dari struktur yang ada di atasnya. Gaya geser
merepresentasikan gaya lateral pada struktur. Selain itu, digunakan kombinasi
pembebanan service yakni kombinasi pembebanan gaya-gaya dengan faktor = 1 dan
LAMPIRAN IV : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1800

kombinasi dianggap mewakili kondisi bangunan sebenernya. Kombinasi pembebanan


dapat dilihat sebagai berikut :
1. PE
2. PE + DL + SDL
3. PE + DL + SDL + LL
4. PE + DL + SDL + LL +E, dimana
E1 = EV1 + Eqx + 0,3 Eqy
E2 = EV1 + 0,3 Eqx + Eqy
E3 = EV2 + Eqx + 0,3 Eqy
E4 = EV2 + 0,3 Eqx + 1 Eqy
Besarnya gaya-gaya dalam pada kolom pendukung lantai 3 :
Aksial Geser
Lantai 3
C2 C4 C6 C2 C4 C6
PE -109,69 -62,85 -109,69 38,62 0 -38,62
PE+DL+SDL -1986,92 -4799,51 -1986,96 -114,03 0 114,03
PE+DL+SDL+LL -2266,61 -5689,41 -2266,65 -142,52 0 142,53
PE+DL+SDL+LL+E1 -2910,61 -6347,3 -2910,67 -332,39 220,29 332,41
PE+DL+SDL+LL+E2 -2820,9 -6586,95 -2820,94 -223,86 73,01 223,85
PE+DL+SDL+LL+E3 -2467,16 -5324,27 -2467,22 296,5 220,29 296,51

PE+DL+SDL+LL+E4 -2377,45 -5432,92 -2377,48 -187,96 73,01 87,96

Kolom pendukung lantai 1 :


Aksial Geser
Lantai 1
C2 C4 C6 C2 C4 C6
PE -108,54 -62,85 -108,54 38,62 0 -38,62
PE+DL+SDL -2249,89 -4991,51 -2249,92 -106,61 0 106,61
PE+DL+SDL+LL -2529,68 -5881,41 -2529,72 -133,22 0 133,23
PE+DL+SDL+LL+E1 -3228,17 -6558,1 -3228,24 -330,22 233,38 330,23
PE+DL+SDL+LL+E2 -3166,61 -6757,75 -3166,65 -217,64 76,94 217,63
PE+DL+SDL+LL+E3 -2716,43 -5397,47 -2716,49 -296,7 233,38 296,72
PE+DL+SDL+LL+E4 -2654,88 -5587,12 -2654,9 -184,13 76,94 184,12

Gaya-gaya Dalam TB dengan Kombinasi Pembebanan Service


Sama seperti kolom pendukung, gaya-gaya dalam TB juga dilihat berdasarkan
kombinasi pembebanan service yang sudah dibuat. Bedanya pada balok transfer yang
LAMPIRAN IV : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1800

dilihat hanya gaya lintangnya karena dianggap merepresentasikan beban vertikal yang
ditransfer ke bawah. Besarnya gaya lintang tersebut yakni :

Gaya Vertikal yang


Ditransfer
Kombinasi Service
TB
PE 296,53 kN
TB 800x1800 PE+DL+SDL 2818,18 kN
PE+DL+SDL+LL 3272,63 kN
PE+DL+SDL+LL+E1 3541,79 kN
PE+DL+SDL+LL+E2 3321,94 kN
PE+DL+SDL+LL+E3 2951,9 kN
PE+DL+SDL+LL+E4 2732,06 kN

- Penulangan
Tulangan Longitudinal Balok
Dengan cara yang sama seperti pada penulangan bangunan 8 lantai, didapatkan rasio
tulangan longitudinal balok arah x dan arah y per lantai untuk bangunan 6 lantai TB
800x1800 ialah sebagai berikut :

Rasio (kg/m3)
Lantai Long Balok arah x Long Balok arah y
6 39,49 33,60
5 47,18 43,34
4 49,77 43,77
3 38,24 44,45
2 40,16 22,46
1 34,42 20,99
LAMPIRAN IV : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1800

Rasio Tulangan Longitudinal Balok Bangunan 6 Lantai TB


800x1800
6
5
4
Lantai Penulangan
Longitudinal Balok
3 arah X (800x1800)
2 Penulangan
Longitudinal Balok
1 arah Y (800x1800)
0,00 20,00 40,00 60,00
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 65 Rasio Tulangan Longitudinal Balok Bangunan 6 Lantai TB


800x1800

Dapat dilihat bahwa kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x menurun ketika di
lantai 3 dikarenakan keberadaan balok prategang yang otomatis mengurangi jumlah
tulangan non-prategang.

Tulangan Geser Balok


Hasil rasio tulangan geser balok arah x dan arah y per lantai yakni :
Rasio (kg/m3)
Lantai Geser X Geser Y
6 6,53,55
5 5,674,34
4 7,414,59
3 20,174,47
2 5,882,50
1 3,672,17
LAMPIRAN IV : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1800

Penulangan Geser Balok Bangungan 6 Lantai TB 800x1800


6

5
Penulangan Geser
4
Lantai Balok arah X
Bangunan 6 Lantai
3 (800x1800)
Penulangan Geser
2 Balok arah Y
Bangunan 6 Lantai
1 (800x1800)
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 66 Rasio Tulangan Geser Balok Bangunan 6 Lantai TB


800x1800
Dapat dilihat untuk kebutuhan tulangan geser balok arah x, justru lonjakan terjadi di
lantai 3 oleh karena keberadaan TB yang membutuhkan banyak tulangan geser.

Penulangan Kolom
Nilai rasio tulangan longitudinal dan transversal kolom per lantai untuk bangunan 6
lantai dapat dilihat pada tabel berikut :
Lantai Penulangan Longitudinal Geser arah X Geser Arah Y
6 80,020 3,923 5,078
5 80,020 1,876 3,964
4 112,512 3,804 2,707
3 80,020 1,790 1,486
2 86,559 1,486 1,486
1 97,784 1,606 2,293
LAMPIRAN IV : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1800

Penulangan Longitudinal Kolom Bangunan 6 Lantai


(800x1800)
6
5
4
Lantai
Penulangan
3 Longitudinal Kolom
2 Bangunan 6 Lantai
(800x1800)
1
0,000 50,000 100,000 150,000
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 67 Penulangan Longitudinal Kolom Bangunan 6 Lantai TB


800x1800
Penulangan Geser Kolom Bangunan 6 Lantai (800x1800)
6
5
4
Lantai Penulangan Geser Kolom
arah X Bangunan 6 Lantai
3 (800x1800)
2 Penulangan Geser Kolom
arah Y Bangunan 6 Lantai
1 (800x1800)
0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 68 Penulangan Geser Kolom Bangunan 6 Lantai TB


800x1800
Penulangan Dinding Geser (SW)
Dengan menggunakan tulangan secara uniform reinforcing, didapatkan rasio tulangan
longitudinal dan tulangan geser SW sebagai berikut :
Lantai Longitudinal Geser
6 38,34 78,36
5 38,34 78,36
4 38,34 78,36
3 59,82 97,41
2 130,37 144,55
1 211,66 186,67
LAMPIRAN IV : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1800

Penulangan Longitudinal SW Bangunan 6 Lantai TB


800x1800
6
5
4
Lantai
Penulangan
3 Longitudinal SW
2 Bangunan 6 Lantai
(800x1800)
1
0 50 100 150 200 250
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 69 Penulangan Longitudinal SW Bangunan 6 Lantai TB


800x1800
Penulangan Geser SW Bangunan 6 Lantai TB
800x1800
6
5
4
Lantai
3 Penulangan Geser
SW Bangunan 6
2
Lantai (800x1800)
1
0 50 100 150 200
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 70 Penulangan Geser SW Bangunan 6 Lantai TB


800x1800
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600

LAMPIRAN V
Bangunan 6 Lantai TB 800x1600
Spesifikasi struktur dan denah sama seperti bangunan 6 lantai pada variasi pertama.
Yang membedakan hanyalah ketinggian TB sehingga ukuran penampang TB
menjadi 800x1600.

Pembebanan yang dilakukan ialah :


Untuk pembebanan gravitasi dan gempa sama seperti bangunan pada
model-model sebelumnya.
- Pembebanan Gaya Prategang
Momen-momen lapangan akibat beban gravitasi dan beban gempa pada
balok ialah :
MDL + MSDL + MLL = 2150,775 kN m
MEQX + MEQY = 250,46 kN m. Oleh karena momen dari gaya-gaya
gravitasi > momen dari gaya gempa maka balok berada dalam kondisi
gravity dominated. Tendon seharusnya diletakkan seatas mungkin dari cgc
balok.
Diambil jarak sejauh 425 mm dari serat teratas ke centroid tendon pada
bagian tumpuan balok. Sedangkan jarak dari serat terbawah ke centroid
tendon diambil 140 mm, pada daerah lapangan balok.
elapangan = 800 140 mm = 660 mm.
P dibutuhkan = MgravitasiTOTAL / elapangan = 3258,75
kN
Tegangan final strand = 0,6 fpu = 1816 Mpa
A needed = P / 0,6 fpu = 2920,03 mm2
A nominal 1 strand = 98,71 mm2
Butuh strand = 29,58 ambil 32 buah strand.
Setelah diketahui kebutuhan jumlah strand, kemudian dicari besarnya
equivalent load balancing :
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600

Dengan 32 strand yang dibutuhkan, diambil P lateral akibat prategang =


3525,13 kN. Besarnya beban ekivalen terbagi rata keatas dan kebawah
ialah
= 112,61
qekivalen () =,
= 450,43
qekivalen () =,

Beserta momen luar akibat eksentrisitas tendon yang bekerja pada ujung
ialah : P x etumpuan = 3525,13 x 0,375 = 1321,92 kN m. Permodelan
pembebanan gaya prategang menjadi :

Gambar IV. 71 Pembebanan Gaya Prategang pada TB Bangunan 6 Lantai TB


800x1600
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600

Gambar IV. 72 Pembebanan Momen akibat Gaya Prategang pada TB


800x1600
Setelah semua pembebanan dimasukkan ke dalam model, analisa terhadap model pun
dilakukan.
HASIL RUNNING :
- Periode Getar, Pola Ragam Getar, dan Partisipasi Massa Bangunan 6
Lantai
Periode getar, pola ragam getar, dan partisipasi massa bangunan 6 lantai TB
800x1600 dapat dilihat pada tabel berikut :
Mode Period UX UY SumUX SumUY RZ SumRZ
1 0,789247 81,0652 0 81,06520 0,3527 0,3527
2 0,482621 0 82,9261 81,0652 82,9261 0 0,3527
3 0,329588 0,1393 0 81,2046 82,9261 79,8492 80,2019
4 0,189702 11,726 0 92,9306 82,9261 0,0003 80,2022
5 0,178978 0 9,1055 92,9306 92,0317 0 80,2022
6 0,132866 0 1,0166 92,9306 93,0482 0 80,2022
7 0,107898 1,8532 0 94,7838 93,0482 6,6592 86,8614
8 0,101288 0 0,1506 94,7838 93,1989 0 86,8614
9 0,097167 1,1353 0 95,919 93,1989 5,2024 92,0639
10 0,08749 0 1,5792 95,919 94,7781 0 92,0639
11 0,081296 0,6885 0 96,6075 94,7781 0,8865 92,9504
12 0,066366 0 1,9604 96,6075 96,7385 0 92,9504
13 0,064455 1,6266 0 98,2341 96,7386 0,2706 93,221
14 0,059591 0 1,3952 98,2341 98,1337 0 93,221
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600

15 0,04759 0,9318 0 99,166 98,1337 0,0094 93,2304


16 0,039318 0 1,0557 99,166 99,1894 0 93,2304
17 0,025602 0,7586 0 99,9246 99,1894 0,2458 93,4761
18 0,023895 0 0,7356 99,9246 99,925 0 93,4761

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa :


Mode 1 : T = 0,789 s ; arah translasi x
Mode 2 : T = 0,483 s ; arah translasi y
Mode 3 : T = 0,329 s ; arah rotasi z
Selain itu pada mode ke 9 partisipasi massa untuk ketiga DOF mayor (translasi x,
translasi y, rotasi z) sudah mencapai 90% sehingga sudah memenuhi peraturan SNI
03-1726-2002. Modes yang sudah ada tidak perlu ditambah kembali.

- Gaya Geser Dasar Struktur


Gaya geser dasar dinamik struktur berdasarkan analisa program harus dibandingkan
dengan gaya geser dasar statik struktur yang dihitung dengan rumus V = C I Wt / R.
Gaya geser dinamik harus melebihi 80% gaya statik struktur. Perbandingan kedua
hasil dapat dilihat pada perhitungan dibawah :
Berdasarkan hasil ETABS, Vxbase dinamik = 4175,26 kN
Vybase dinamik = 4253,98 kN
Cx 0,75 Cy 0,75
I 1 I 1
Rx 5,5 Ry 5,5

Massa 3562,0567
Wt 34943,77623 kN
V = C I Wt / R
Vx 4765,060395 kN0.8 Vx 3812,048 kN
Vy 4765,060395 kN0.8 Vy 3812,048 kN

Vx dan Vy dinamik sudah lebih besar daripada 80% V statik oleh karena itu faktor
perbesaran untuk pembebanan gempa tidak perlu dilakukan.

- Gaya Geser Tingkat Struktur


Berdasarkan analisa dinamik yang dilakukan ETABS, didapatkan grafik gaya geser
lantai struktur bangunan 6 lantai TB 800x1600 ialah sebagai berikut :
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600

Story Shear Bangunan 6 Lantai Balok 800 x 1600


6

4
Lantai
3 Story Shear X 800x1600
Story Shear Y 800x1600
2

1
0 1000 2000 3000 4000 5000
V (kN)

Gambar IV. 73 Gaya Geser Tingkat Bangunan 6 Lantai TB


800x1600

- Kinerja Layan dan Kinerja Ultimit Struktur Bangunan 6 Lantai


Kinerja Layan : simpangan antar tingkat tidak boleh melebihi 0,03/R * h lantai.
Kinerja Ultimit : simpangan antar tingkat dikali dengan faktor 0,7R, hasilnya tidak
boleh melebihi 0,02 * h lantai.
Hasil perhitungan kinerja layan dan ultimit bangunan dapat dilihat pada grafik berikut
:

Drift Bangunan 6 Lantai 800x1600 akibat eqx


6

5
Drift x
4
Lantai Drift y
3 Batas Layan
Batas Ultimit
2
Drift Ultimit x
1 Drift Ultimit y
0 20 40 60 80 100
Drift (mm)

Gambar IV. 74 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan


Gempa x
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600

Drift Bangunan 6 Lantai 800x1600 akibat eqy


6

5
Drift x
4
Lantai Drift y
3 Batas Layan
Batas Ultimit
2
Drift Ultimit x
1 Drift Ultimit y
0 20 40 60 80 100
Drift (mm)

Gambar IV. 75 Grafik Drift Bangunan akibat Pembebanan


Gempa y
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa nilai simpangan antar-lantai bangunan tidak
melebihi batas baik simpangan layan maupun simpangan ultimit. Hal ini
menunjukkan bahwa kekakuan struktur sudah memadai sehingga tidak terjadi
simpangan yang berlebihan.

- Kinerja Sistem Transfer

C2 C4 C6

Gambar IV. 76 Sistem Transfer Bangunan 6 Lantai TB


800x1600
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600

Sistem transfer dalam bangunan 6 lantai terdiri atas balok transfer (TB) yang berupa
balok prategang dan kolom-kolom pendukung berukuran 1000x1000 mm2 yang
berada di sepanjang lantai 1-4 bangunan. Kinerja dari sistem transfer ini akan
dievaluasi dengan mencari tahu besarnya gaya-gaya yang ditransfer, gaya-gaya dalam
pada kolom pendukung, dan displacement baik pada balok transfer maupun titik
tengah struktur. Pembahasan lebih lengkapnya dapat dilihat sebagai berikut :

Beban Vertikal akibat Beban Gravitasi yang Ditransfer oleh TB


Beban vertikal akibat beban gravitasi yang ditransfer oleh TB dapat diketahui dari
besarnya gaya dalam lintang yang terjadi pada balok prategang. Gaya-gaya dalam
lintang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Beam 1 Beam 2
DL 1769,17 kN 1769,17 kN
SDL 552,76 kN 552,76 kN
LL 426,91 kN 426,91 kN
Total 2748,84 Total 2748,84 kN

Beban Vertikal akibat Beban Gempa yang Ditransfer oleh TB


Hampir sama dengan beban gravitasi, beban vertikal akibat beban gempa yang
ditransfer oleh TB dapat diketahui dari besarnya gaya dalam lintang yang terjadi pada
balok prategang. Gaya-gaya dalam lintang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Balok Transfer
EQ x250,82 kN
EQ y81,72 kN
Ev1 284,59 kN
Ev2 -265,38 kN
Eqx + Eqy + Ev1 617,13 kN
Eqx + Eqy + Ev2 67,16 kN

Gaya Geser yang Ditransfer oleh Sistem Transfer


Gaya geser yang ditransfer oleh sistem transfer dapat dilihat dari penjumlahan gaya-
gaya geser kolom pendukung pada lantai 1.
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600

Gambar IV. 77 Gaya Geser Pada Kolom Pendukung Merepresentasikan Gaya Geser yang
Ditransfer oleh TB

Besarnya gaya-gaya dapat dilihat pada tabel dibawah :


Gaya Geser yang Ditransfer Sistem Transfer
Eqx505,53 kN
Eqy241,95 kN

Displacement di Tengah TB akibat Beban Gravitasi dan Beban Gempa


Selain gaya-gaya yang ditransfer, dilihat juga besarnya displacement yang terjadi
pada titik tengah bentang TB akibat beban gravitasi dan beban gempa. Hasil
displacement dapat dilihat pada tabel berikut :
GAYA GRAVITASI
Beam 1 Beam 2
Dead Load
Uz -14,5623 mm Uz -14,5623 mm
Beam 1 Beam 2
-3,7286 Live Load -3,7286
Uz mm Uz mm
Beam 1 Beam 2
-4,9158 SDL -4,9158
Uz mm Uz mm

GAYA GEMPA
Beam 1 Beam 2
Eqx
Ux 20,5823 mm Ux 20,5823 mm
Beam 1 Beam 2
8,4284 Eqy 8,4284
Uy mm Uy mm
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600

Dalam melihat displacement pada titik tengah TB, digunakan juga kombinasi
pembebanan service yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menghitung gaya-gaya
dalam. Besarnya displacement yakni :
Bangunan 6 Lantai TB 800x1600
Displacement di Titik Tengah TB
uz (mm)ux (mm) uy (mm)
PE7,1659
PE+DL-12,3122
PE+DL+SDL+LL-16,0408
PE+DL+SDL+LL+E1-20,428721,4379
PE+DL+SDL+LL+E2-20,3087,5387 3,3918
PE+DL+SDL+LL+E3-15,892221,4555 8,926
PE+DL+SDL+LL+E4-15,77157,5562 3,4286
8,9627

Gaya-gaya Dalam Kolom Pendukung dengan Kombinasi Pembebanan Service


Gaya-gaya dalam pada kolom pendukung yang terletak tepat di bawah TB dan kolom-
kolom pendukung pada lantai satu bangunan juga dicaritahu. Gaya aksial menandakan
besarnya gaya vertikal dari struktur yang ada di atasnya. Gaya geser
merepresentasikan gaya lateral pada struktur. Selain itu, digunakan kombinasi
pembebanan service yakni kombinasi pembebanan gaya-gaya dengan faktor = 1 dan
kombinasi dianggap mewakili kondisi bangunan sebenernya. Kombinasi pembebanan
dapat dilihat sebagai berikut :
1. PE
2. PE + DL + SDL
3. PE + DL + SDL + LL
4. PE + DL + SDL + LL +E, dimana
E1 = EV1 + Eqx + 0,3 Eqy
E2 = EV1 + 0,3 Eqx + Eqy
E3 = EV2 + Eqx + 0,3 Eqy
E4 = EV2 + 0,3 Eqx + 1 Eqy
Besarnya gaya-gaya dalam pada kolom pendukung lantai 3 :
Aksial Geser
Lantai 3
C2 C4 C6 C2 C4 C6
PE -110,17 -79,18 -110,16 38,22 0 -38,22
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600

PE+DL+SDL -1951,59 -4635,23 -1951,63 -109,95 0 109,95


PE+DL+SDL+LL -2229,83 -5503,63 -2229,87 -138,06 0 138,07
PE+DL+SDL+LL+E1 -2850,12 -6135,64 -2850,19 -312,27 202,4 312,29
PE+DL+SDL+LL+E2 -2771,91 -6320,5 -2771,95 -213,86 67,15 213,86
PE+DL+SDL+LL+E3 -2416,91 -5069,29 -2416,97 -277,59 202,4 277,6
PE+DL+SDL+LL+E4 -2338,7 -5254,15 -2338,73 -179,18 67,15 179,17

Kolom pendukung lantai 1 :


Aksial Geser
Lantai 1
C2 C4 C6 C2 C4 C6
PE -108,97 -79,18 108,96 35,5 0 -35,5
PE+DL+SDL -2215,01 -4827,23 -2215,05 -102,73 0 102,74
PE+DL+SDL+LL -2493,45 -5695,63 -2493,49 -128,97 0 128,98
PE+DL+SDL+LL+E1 -3168,14 -6356,44 -3168,21 -310,9 215,03 310,92
PE+DL+SDL+LL+E2 -3118,07 -6541,3 -3118,11 -208,08 70,94 208,07
PE+DL+SDL+LL+E3 -2666,52 -5232,49 -2666,58 -278,54 215,03 278,55
PE+DL+SDL+LL+E4 -2616,45 -5417,35 -2616,48 -175,72 70,94 175,71

Gaya-gaya Dalam TB dengan Kombinasi Pembebanan Service


Sama seperti kolom pendukung, gaya-gaya dalam TB juga dilihat berdasarkan
kombinasi pembebanan service yang sudah dibuat. Bedanya pada balok transfer yang
dilihat hanya gaya lintangnya karena dianggap merepresentasikan beban vertikal yang
ditransfer ke bawah. Besarnya gaya lintang tersebut yakni :

Gaya Vertikal yang


Ditransfer
Kombinasi Service
TB
PE 314,11 kN
TB 800x1600 PE+DL+SDL 2636,04 kN
PE+DL+SDL+LL 3062,95 kN
PE+DL+SDL+LL+E1 3360,9 kN
PE+DL+SDL+LL+E2 3156,99 kN
PE+DL+SDL+LL+E3 2820,16 kN
PE+DL+SDL+LL+E4 2616,25 kN

- Penulangan
Tulangan Longitudinal Balok
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600

Dengan cara yang sama seperti pada model-model sebelumnya, didapatkan rasio
tulangan longitudinal balok arah x dan arah y per lantai untuk bangunan 6 lantai TB
800x1600 ialah sebagai berikut :

Rasio (kg/m3)
Lantai Long Balok arah x Long Balok arah y
6 41,2433,86
5 48,5243,48
4 51,4543,93
3 40,7244,64
2 40,2822,45
1 34,520,98

Rasio Tulangan Longitudinal Balok Bangunan 6 Lantai TB


800x1600
6

4
Lantai
Penulangan Longitudinal
3 Balok arah X (800x1600)
Penulangan Longitudinal
2
Balok arah Y (800x1600)
1
0,00 20,00 40,00 60,00
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 78 Rasio Tulangan Longitudinal Balok Bangunan 6 Lantai TB


800x1600

Dapat dilihat bahwa kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x menurun ketika di
lantai 3 dikarenakan keberadaan balok prategang yang otomatis mengurangi jumlah
tulangan non-prategang.

Tulangan Geser Balok


Hasil rasio tulangan geser balok arah x dan arah y per lantai yakni :
Rasio (kg/m3)
Lantai Geser X Geser Y
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600

6 6,6 3,7
5 5,66 4,27
4 7,8 4,5
3 22,79 4,48
2 5,91 2,17
1 4,16 2,17

Penulangan Geser Balok Bangungan 6 Lantai TB 800x1600


6

4
Lantai Penulangan Geser Balok
arah X Bangunan 6
3 Lantai (800x1600)
Penulangan Geser Balok
2 arah Y Bangunan 6
Lantai (800x1600)
1
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 79 Rasio Tulangan Geser Balok Bangunan 6 Lantai TB


800x1600
Dapat dilihat untuk kebutuhan tulangan geser balok arah x, justru lonjakan terjadi di
lantai 3 oleh karena keberadaan TB yang membutuhkan banyak tulangan geser.

Penulangan Kolom
Nilai rasio tulangan longitudinal dan transversal kolom per lantai untuk bangunan 6
lantai dapat dilihat pada tabel berikut :
Lantai Penulangan Longitudinal Geser arah X Geser Arah Y
6 80,020 4,148 4,392
5 80,020 1,915 3,266
4 117,265 3,92 2,707
3 80,020 1,193 1,486
2 86,506 1,486 1,486
1 97,83 1,603 2,289
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600

Penulangan Longitudinal Kolom Bangunan 6 Lantai


6 (800x1600)

4
Lantai
Penulangan
3 Longitudinal Kolom
Bangunan 6 Lantai
2 (800x1600)
1
0,000 50,000 100,000 150,000
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 80 Penulangan Longitudinal Kolom Bangunan 6 Lantai TB


800x1600
Penulangan Geser Kolom Bangunan 6 Lantai (800x1600)
6

4
Lantai Penulangan Geser Kolom
arah X Bangunan 6 Lantai
3 (800x1600)
Penulangan Geser Kolom
2 arah Y Bangunan 6 Lantai
(800x1600)
1
0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 81 Penulangan Geser Kolom Bangunan 6 Lantai TB


800x1600
Penulangan Dinding Geser (SW)
Dengan menggunakan tulangan secara uniform reinforcing, didapatkan rasio tulangan
longitudinal dan tulangan geser SW sebagai berikut :
Lantai Longitudinal Geser
6 38,34 78,36
5 38,34 78,36
4 38,34 78,36
3 61,35 97,41
2 131,9062 146,56
1 213,197 186,93
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600

Penulangan Longitudinal SW Bangunan 6 Lantai


6

4
Lantai
Penulangan
3 Longitudinal SW
Bangunan 6 Lantai
2
(800x1600)
1
0 50 100 150 200 250
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 82 Penulangan Longitudinal SW Bangunan 6 Lantai TB


800x1600
Penulangan Geser SW Bangunan 6 Lantai
6

4
Lantai
3 Penulangan Geser SW
Bangunan 6 Lantai
2 (800x1600)

1
0 50 100 150 200
Rasio (kg/m3)

Gambar IV. 83 Penulangan Geser SW Bangunan 6 Lantai TB


800x1600
91

Anda mungkin juga menyukai