01/SKRIP/07/2012
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program
Studi Teknik Sipil
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NPM : 0806329691
Tanda Tangan :
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Ditetapkan di : Depok
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan berkat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil kekhususan Struktur pada
Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Selain itu tentunya, dengan skripsi,
banyak pelajaran yang dapat diambil baik itu pelajaran teknis maupun non-teknis.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari awal perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus karena atas rahmat-Nya lah yang begitu besar, saya bisa
diberikan kesempatan untuk menjalani dan menyelesaikan pembuatan skripsi
ini.
2. Ayah, ibu dan kakak adik saya yang telah memberikan doa, perhatian, dan
kasih sayangnya serta bantuan biaya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Yuskar Lase, DEA, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi selama satu tahun ini.
4. Bapak Ir. Syahril A Rahim, M.Eng, selaku dosen penguji serta dosen penulis
dalam beberapa mata kuliah, yang telah begitu banyak memberikan ilmu
praktis dan teoritis tentang keindahan dunia teknik sipil. Totalitas beliau
dalam mengajar telah menjadi inspirasi bagi penulis untuk terus bersemangat.
5. Seluruh tim dosen departemen teknik sipil FTUI khususnya dosen peminatan
struktur, Pak Josia, Ibu Elly, Ibu Cece, Ibu Essy, Pak Heru, dan lain-lain.
6. Seluruh teman-teman satu bimbingan dengan Pak Yuskar, terima kasih untuk
sharing ilmu yang telah diberikan.
7. Seluruh keluarga besar Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan
2008.
8. Emiliana, teman baik penulis yang selalu mengingatkan untuk terus
bersemangat dalam menjalankan sekaligus menyelesaikan tugas akhir ini.
v
9. Teman-teman KUKTEK UI + KMK UI angkatan 2008 yang telah lulus
terlebih dahulu dan senantiasa memberikan motivasi bagi penulis untuk
senantiasa melaju.
10. SMA Strada St.Thomas Aquino, teman-teman di kelas XI IPA 3 dan XII IPA
2 oleh karena kultur serta kondisi alam yang pada akhirnya memaksa
penulis untuk berubah sekaligus berhasil masuk ke Universitas Indonesia.
11. Seluruh pihak, kerabat, sahabat, teman baik, teman, mantan teman baik, dan
semua yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Saya sadar bahwa masih
banyak kekurangan yang terjadi dalam penulisan skripsi ini, saran dan masukan
tentu akan semakin menambah kebaikan dari skripsi ini. Untuk keindahan ilmu
pengetahuan, dan untuk orang-orang yang telah berjasa diluar sana, skripsi ini
didedikasikan.
Penulis
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Juni 2012
Yang menyatakan
vii
ABSTRAK
Kata kunci: bangunan purbakala, bangunan sistem transfer, balok transfer, balok
prategang, kolom pendukung, gempa vertikal, faktor kuat lebih, respons dinamik,
tulangan.
viii
ABSTRACT
Key word: heritage building, transfer system building, transfer beam, prestress
beam, supporting column, vertical seismic loads, excessive strength factor,
dynamic response, reinforcement.
ix
DAFTAR ISI
BAB 1 Pendahuluan...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Permasalahan ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2
1.4 Batasan Penelitian ...................................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................ 3
1.6 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 4
x
4.2.1 Periode Getar .......................................................................................... 41
4.2.2 Pola Ragam Getar dan Partisipasi Massa ............................................... 42
4.2.3 Gaya Geser Dasar ................................................................................... 43
4.2.4 Gaya Geser Tingkat ................................................................................ 43
4.2.5 Kinerja Sistem Transfer.......................................................................... 44
4.2.6 Penulangan ............................................................................................. 59
4.2.6.1 Tulangan Longitudinal Balok ......................................................... 59
4.2.6.2 Tulangan Geser Balok..................................................................... 60
4.2.6.3 Tulangan Longitudinal Kolom ........................................................ 61
4.2.6.4 Tulangan Geser Kolom ................................................................... 62
4.2.6.5 Tulangan Longitudinal Shear Wall (SW) ....................................... 62
4.2.6.6 Tulangan Geser SW ........................................................................ 63
4.2.7 Diskusi Variasi I ..................................................................................... 63
4.3 Variasi II : Variasi Ketinggian Transfer Beam (TB) ............................ 65
4.4 Perbandingan Hasil dan Analisa Variasi II........................................... 65
4.4.1 Periode Getar .......................................................................................... 65
4.4.2 Pola Ragam Getar dan Partisipasi Massa ............................................... 66
4.4.3 Gaya Geser Dasar ................................................................................... 66
4.4.4 Gaya Geser Tingkat ................................................................................ 67
4.4.5 Kinerja Sistem Transfer.......................................................................... 68
4.4.5.1 Beban Vertikal akibat Beban Gravitasi yang Ditransfer oleh TB... 68
4.4.5.2 Beban Vertikal akibat Beban Gempa yang Ditransfer oleh TB ...... 69
4.4.5.3 Gaya Geser yang Ditransfer oleh Sistem Transfer.......................... 70
4.4.5.4 Displacement di Tengah TB akibat Beban Gravitasi dan Beban
Gempa 70
4.4.5.5 Gaya-gaya dalam Kolom Pendukung dengan Kombinasi
Pembebanan Service ...................................................................................... 74
4.4.5.6 Gaya-gaya Dalam TB dengan Kombinasi Pembebanan Service .... 81
4.4.6 Penulangan ............................................................................................. 82
4.4.6.1 Tulangan Longitudinal Balok ......................................................... 82
4.4.6.2 Tulangan Geser Balok..................................................................... 83
4.4.6.3 Tulangan Longitudinal Kolom ........................................................ 84
4.4.6.4 Tulangan Geser Kolom ................................................................... 84
4.4.6.5 Tulangan Longitudinal Dinding Geser (SW) .................................. 85
4.4.6.6 Tulangan Geser Dinding Geser (SW) ............................................. 86
4.4.7 Diskusi Variasi II (Perbedaan Tinggi TB) ............................................. 86
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 4.9 Displacement ux di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 49
Gambar 4.10 Displacement uy di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 50
Gambar 4.11 Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 dan C6 Lantai 3 pada Ketiga
Jenis Bangunan ..................................................................................................... 51
Gambar 4.12 Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 51
Gambar 4.13 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 52
Gambar 4.14 Gaya Geser Kolom Pendukung C4 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 52
Gambar 4.15 Gaya Geser Kolom Pendukung C6 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 53
Gambar 4.16 Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 dan C6 Lantai 1 pada Ketiga
Jenis Bangunan ..................................................................................................... 53
Gambar 4.17 Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 54
Gambar 4.18 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 54
Gambar 4.19 Gaya Geser Kolom Pendukung C4 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 55
Gambar 4.20 Gaya Geser Kolom Pendukung C6 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 55
Gambar 4.21 Gaya Vertikal yang Ditransfer TB .................................................. 58
Gambar 4.22 Rasio Penulangan Longitudinal Balok ............................................ 60
Gambar 4.23 Rasio Penulangan Geser Balok ....................................................... 61
Gambar 4.24 Rasio Penulangan Longitudinal Kolom .......................................... 61
Gambar 4.25 Rasio Penulangan Geser Kolom...................................................... 62
Gambar 4.26 Rasio Penulangan Longitudinal SW ............................................... 62
Gambar 4.27 Rasio Penulangan Geser SW........................................................... 63
Gambar 4.28 Periode Getar Bangunan 6 Lantai dengan Perbedaan Tinggi TB ... 66
Gambar 4.29 Gaya Geser Tingkat Ketiga Jenis Bangunan Pada Variasi II.......... 67
Gambar 4.30 Perbandingan Jumlah Beban Vertikal akibat Beban Gravitasi yang
Ditransfer TB untuk Ketiga Bangunan ................................................................. 68
Gambar 4.31 Perbandingan Jumlah Beban Vertikal akibat Beban Gempa yang
Ditransfer TB untuk Ketiga Bangunan ................................................................. 69
Gambar 4.32 Gaya Geser yang Ditransfer TB untuk Ketiga Jenis Bangunan ...... 70
Gambar 4.33 Displacement uz di Tengah Bentang TB Akibat Beban Gravitasi.. 71
Gambar 4.34 Displacement ux dan uy di Tengah Bentang TB Akibat Beban
Gempa ................................................................................................................... 71
Gambar 4.35 Displacement uz di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 72
Gambar 4.36 Displacement ux di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 73
Gambar 4.37 Displacement uy di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 73
xiii
Gambar 4.38 Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 dan C6 Lantai 3 pada Ketiga
Jenis Bangunan ..................................................................................................... 74
Gambar 4.39 Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 75
Gambar 4.40 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 75
Gambar 4.41 Gaya Geser Kolom Pendukung C4 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 76
Gambar 4.42 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 3 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 76
Gambar 4.43 Gaya Aksial Kolom Pendukung C2 dan C6 Lantai 1 pada Ketiga
Jenis Bangunan ..................................................................................................... 77
Gambar 4.44 Gaya Aksial Kolom Pendukung C4 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 77
Gambar 4.45 Gaya Geser Kolom Pendukung C2 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 78
Gambar 4.46 Gaya Geser Kolom Pendukung C4 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 78
Gambar 4.47 Gaya Geser Kolom Pendukung C6 Lantai 1 pada Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 79
Gambar 4.48 Gaya Vertikal yang Ditransfer TB .................................................. 81
Gambar 4.49 Perbandingan Tulangan Longitudinal Balok arah x dan arah y Untuk
Ketiga Jenis Bangunan .......................................................................................... 83
Gambar 4.50 Perbandingan Tulangan Longitudinal Balok arah x dan arah y Untuk
Ketiga Jenis Bangunan .......................................................................................... 84
Gambar 4.51 Perbandingan Tulangan Longitudinal Kolom Untuk Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 84
Gambar 4.52 Perbandingan Tulangan Geser Kolom Untuk Ketiga Jenis Bangunan
............................................................................................................................... 85
Gambar 4.53 Perbandingan Tulangan Longitudinal SW Untuk Ketiga Jenis
Bangunan .............................................................................................................. 85
Gambar 4.54 Perbandingan Tulangan Geser SW Untuk Ketiga Jenis Bangunan 86
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 Presentase Total Kehilangan Gaya Prategang ...................................... 23
Tabel 2-2 Tegangan yang Diizinkan pada Komponen Balok Prategang .............. 24
Tabel 3-1 Faktor Keutamaan I pada Bangunan..................................................... 37
Tabel 3-2 Besarnya koefisien untuk menghitung Cv ........................................ 38
Tabel 4-1 Perbandingan Periode Getar Bangunan ................................................ 42
Tabel 4-2 Gaya Geser Dasar Bangunan Variasi I ................................................. 43
Tabel 4-3Rasio Beban Vertikal yang Ditransfer TB terhadap Beban Vertikal Total
Seluruh Bangunan ................................................................................................. 45
Tabel 4-4 Rasio Gaya Geser yang Ditransfer dengan Gaya Geser Dasar Bangunan
............................................................................................................................... 47
Tabel 4-5 Rasio Gaya Aksial dan Geser yang Ditransfer Sistem Transfer Terhadap
Gaya Geser dan Aksial Total Bangunan ............................................................... 57
Tabel 4-6 Rasio Beban Vertikal yang Ditransfer TB Terhadap Beban Vertikal
Seluruh Bangunan ................................................................................................. 58
Tabel 4-7 Tabel Perbandingan Periode Getar Bangunan dengan Variasi
Ketinggian TB ....................................................................................................... 65
Tabel 4-8 Perbandingan Gaya Geser Dasar Ketiga Jenis Bangunan .................... 67
Tabel 4-9 Perbandingan Rasio Beban Vertikal yang Ditransfer TB dengan Beban
Vertikal Keseluruhan Bangunan ........................................................................... 69
Tabel 4-10 Rasio Gaya Geser yang Ditransfer oleh Sistem Transfer dengan Gaya
Geser Dasar Bangunan .......................................................................................... 70
Tabel 4-11 Displacement ux di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 72
Tabel 4-12 Displacement uy di Tengah Bentang TB Akibat Kombinasi
Pembebanan .......................................................................................................... 73
Tabel 4-13 Rasio Perbandingan Gaya Aksial dan Geser pada Sistem Transfer
terhadap Gaya Aksial dan Geser Seluruh Bangunan ............................................ 80
Tabel 4-14 Rasio Beban Vertikal yang Ditransfer TB Terhadap Beban Vertikal
Seluruh Bangunan ................................................................................................. 81
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
5
6
jenis portal seperti ini mampu menahan pembebanan gravitasi sekaligus memiliki
ketahanan yang cukup terhadap beban lateral ke segala arah.
Sistem Dinding Geser : bangunan dengan dinding geser biasanya lebih
kaku dibanding bangunan dengan struktur portal. Lendutan akibat gaya lateral
biasanya bernilai kecil kecuali rasio tinggi-lebar dari dinding cukup besar
sehingga menyebabkan masalah guling. Guling (overturning) ini terjadi ketika
terdapat bukaan yang melebar pada dinding geser atau ketika rasio tinggi-lebar
dari dinding melebihi nilai 5. Pada beberapa kasus, jika kebutuhan fungsional
mengijinkan, gaya lateral yang bekerja pada gedung dapat ditahan seluruhnya oleh
dinding geser. Efek pembebanan gravitasi pada dinding tidaklah signifikan dan
tidak berpengaruh dalam desain.
Sistem Kombinasi / sistem ganda : sistem portal dan sistem dinding
geser dapat digunakan secara bersama-sama dan membentuk sistem kombinasi.
Ketika portal dan dinding geser berinteraksi, sistem dapat dikatakan sistem
kombinasi bila portal sendiri mampu menahan 25% gaya geser nominal yang
terjadi. Sistem kombinasi juga biasa disebut sebagai dual, hybrid, atau sistem
dinding-portal.
Sistem penahan gaya lateral akan dibahas pada bagian lain dari bab ini.
n = ; sn = n m n (2.13)
respon struktur maksimum serta periode getarnya, yang diambil dari analisa
riwayat waktu (time-history analysis). Kekurangan dari analisa respon spektrum
ialah kurva respons spektrum tidak menunjukkan kapan terjadinya respons
maksimum struktur, kurva hanya menunjukkan nilai maksimum respons tersebut.
Namun analisa respons spektrum lebih banyak digunakan karena ilmu teknik sipil
lebih concern ke nilai maksimum. Berikut diberikan contoh kurva respon seismik
bangunan sesuai dengan SNI 03-1726-2002 untuk wilayah gempa 4 :
Nilai gaya geser pola ragam getar ke-n menurut analisa respon spektrum
menjadi
Vbn = Mn* . SAn (2.25)
Dan momen guling yang terjadi adalah
Mb n = h* Vb n (2.26)
Lendutan (u), gaya geser dasar (Vb n), dan momen guling (Mb n) yang
dihitung pada persamaan (2.23), (2.25), dan (2.26) adalah respons maksimum
struktur pada pola ragam getar ke-n yang dihitung dengan analisa spektrum
respons (r). Untuk mendapatkan respons maksimum total dari struktur, respons
maksimum dari tiap pola ragam getar ini dijumlahkan dengan beberapa metode
yang berbeda. Metode yang lazim digunakan ialah Sum of The Root of Sum
Squares (SRSS) dan Complete Quadratic Combination (CQC).
a. SRSS
SRSS adalah metode penjumlahan yang tidak mempertimbangkan
hubungan antara pola ragam getar dari suatu struktur bangunan MDOF. SRSS
cocok digunakan untuk bangunan yang memiliki keberaturan, yang periode getar
dari tiap pola getarnya terpisah cukup jauh. Ketika dipakai untuk menganalisis
bangunan tidak beraturan, akurasi metode SRSS jauh berkurang sehingga tidak
pantas digunakan. Kombinasi metode SRSS dirumuskan dengan
ro = !" (2.27)
dimana ro = jumlah respons maksimum total tiap pola getar dan rno =
respons maksimum pola getar ke-n.
b. CQC
CQC adalah metode penjumlahan yang mempertimbangkan hubungan
antara pola ragam getar dari suatu struktur bangunan MDOF. CQC cocok
digunakan pada bangunan beraturan maupun bangunan tidak beraturan dengan
rentang periode getar yang bervariasi. Kombinasi metode CQC dirumuskan
dengan
ro = #
%
$% !% ! (2.28)
sudah tidak berlaku lagi. Selain itu, untuk balok tanpa tulangan web, penambahan
ukuran penampang justru akan memperkecil kuat geser penampang. Hal ini
dikenali sebagai size effects.
Dalam perencanaan balok transfer (transfer beam), sangat penting
diketahui pula pola keruntuhan (modes of failure) dari balok transfer yang
digunakan. Pola / mekanisme keruntuhan ini sangat bergantung dari berbagai
faktor antara lain : rasio tulangan longitudinal, rasio tulangan transversal, rasio
a/d, dan kuat tekan beton. Beberapa pola keruntuhan balok transfer akibat
kegagalan geser yang mungkin terjadi ialah :
Diagonal Splitting Failure
Pola keruntuhan dimana retak diagonal terbentuk dari titik beban bekerja
ke titik perletakkan. Retak ini akan menganggu aliran gaya geser horizontal dari
tulangan longitudinal ke daerah kompresi beton dan perilaku balok akan berubah
dari beam action menjadi arch action. Pola keruntuhan paling umum ketika
mekanisme ini terjadi ialah gagalnya pengangkuran diujung tension tie balok.
Kegagalan ini biasa dialami oleh balok dengan rasio a/d sangat kecil (0-1).
Shear-compression Failure
Kegagalan jenis ini ditandai dengan terjadinya retak miring dan bila tidak
disediakan tulangan web, maka retak ini akan mengurangi kekuatan zona
kompresi beton dan kemudian beton akan mengalami kegagalan crushing pada
zona kompresi di atas retak. Oleh karena retak miring lebih cepat berkembang
dibanding retak lentur, kegagalan dicapai ketika nilai momen lentur maksimum
16
belum tercapai. Kegagalan jenis ini biasa dialami oleh balok dengan nilai rasio a/d
1 2,5.
Shear-flexure Failure
Kegagalan jenis ini diawali dengan terbentuknya retak lentur di tengah
bentang kemudian akibat perubahan konsentrasi tegangan di dekat ujung retakan,
retak kemudian merambat dalam arah miring. Retak flexure-shear tidak dapat
diprediksi dengan menghitung tegangan utama pada balok. Oleh karena itu,
persamaan empiris telah diciptakan untuk menghitung beban flexure-shear.
Kegagalan jenis ini terjadi pada balok dengan rasio a/d 2,5 6.
tertentu. Beton prategang adalah beton yang diberikan tegangan sebelum dibebani
oleh beban kerja. Pada elemen beton bertulang, tegangan ini diberikan dengan
menarik tulangan atau untaian kawat baja yang terdapat pada tendon yang
dipasang. Prinsip-prinsip dasar dari beton prategang yakni :
Konsep pertama : sistem prategang untuk mengubah beton menjadi bahan
yang elastis.
Konsep ini ialah konsep yang paling sering digunakan oleh kebanyakan
insinyur dimana beton yang tadinya bersifat getas menjadi bahan yang
elastis dengan pemberian tegangan awal. Beton yang tidak mampu menahan
tarikan dan kuat menahan tekan dibuat sedemikian rupa sehingga mampu
menahan tegangan tarik. Dari konsep ini, lahirlah kriteria tidak ada
tegangan tarik pada beton. Karena bersifat elastis, distribusi tegangan juga
akan bersifat linier dan analisa tegangan dapat menggunakan analisa
tegangan elastis. Namun penerapan konsep ini menjadikan beton prategang
sangatlah konvensional (tidak mengijinkan adanya tegangan tarik).
Konsep kedua : sistem prategang dengan kombinasi baja mutu tinggi dan
beton.
Konsep yang mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi baja
mutu tinggi dengan beton dimana baja menahan tarik dan beton menahan
tekan. Kedua gaya tersebut membentuk kopel untuk melawan momen
eksternal. Kelebihan pada balok prategang ialah, baja ditarik terlebih dahulu
sehingga mencapai suatu nilai tertentu di bawah kekuatan maksimalnya.
Pada beton bertulang biasa, seringkali beton sudah retak terlebih dahulu
pada saat baja belum mencapai kekuatan penuh. Inilah yang membedakan
balok prategang dan balok beton bertulang biasa.
Gambar 2.10 (a) Sebuah Bagian dari Penampang Balok Prategang, (b)
Bagian dari Balok Beton Bertulang
Sumber : Design of Prestressed Concrete Structures, T.Y Lin Ned H Burns
19
dimana :
fp ES = kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis beton
(Mpa)
n = rasio modulus elastis baja dan beton
fcs = tegangan beton pada level titik berat tendon.
Untuk balok pasca-tarik, nilai kehilangan prategang yang terjadi ialah
50% dari yang terhitung pada balok pra-tarik.
Kehilangan akibat gesekan
Kehilangan gaya prategang akibat gesekan yang serius biasanya terjadi
diantara tendon dan bahan-bahan di sekelilingnya. Kehilangan ini terdiri dari dua
komponen yakni length effect (untuk segmen tendon lurus) dan curvature effect
(untuk segmen tendon melengkung). Curvature effect terjadi akibat gesekan
antara tendon dan duct yang mengelilinya, ketika tendon ditarik pada ujung balok.
Besarnya kehilangan tegangan dapat dihitung dengan rumus :
f2 = f1 e- (2.34)
dimana :
f2 = tegangan akhir (Mpa)
f1 = tegangan awal (Mpa)
= koefisien gesek antara strand dengan tendon
21
dimana :
fpA = kehilangan prategang akibat slip angkur (Mpa)
A = besarnya defleksi angkur (mm)
L = panjang segmen tendon (mm)
Eps = modulus elastis baja (Mpa)
fcs = tegangan beton pada elevasi titik berat tendon sesaat setelah transfer
(Mpa)
fcsd = tegangan beton pada elevasi titik berat tendon akibat beban mati
tambahan (Mpa).
Shrinkage Losses
Seperti halnya rangkak, susut (shrinkage) juga terjadi pada beton oleh
karena beberapa faktor antara lain proporsi campuran, tipe aggregat, tipe semen,
waktu curing, dan lain-lain. Pada umumnya, 80% susut terjadi pada tahun pertama
dari waktu bekerja struktur. Dalam balok prategang pasca-tarik, kehilangan akibat
susut menjadi sedikit berkurang oleh karena sedikit susut telah terjadi sebelum
dilakukan penarikan pada tendon. Kehilangan tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut :
fpCR = 8,2 x 10 -6 KSH EPS (1 0,06 V/S) (100 RH) (2.39)
dimana :
fpCR = kehilangan prategang akibat susut (Psi)
KSH = koefisien yang bergantung pada lamanya waktu perendaman
EPS = modulus elastic baja prategang (Psi)
V = volume (in3) ; S = keliling (in)
RH = relative humidity.
akan dipaparkan adalah analisis penampang untuk menahan lentur. Andaikan ada
sebuah balok prategang dikenai gaya prategang sebesar F bekerja sejauh
eksentrisitas e dari titik berat, maka tegangan f yang terjadi di serat atas dan
bawah penampang ialah :
Q Q9I
f= + (2.40)
4 4
dimana
f = tegangan pada serat yang ingin ditinjau (Mpa)
F = gaya prategang yang terjadi (kN)
A = luas penampang netto beton (mm2)
e = eksentrisitas gaya F dari titik berat penampang (mm)
y = jarak titik yang ingin ditinjau dari titik berat penampang (mm)
I = momen inersia penampang netto (mm4)
Dalam analisis, dapat juga dicari solusi pendekatan dengan menggunakan
penampang bruto beton. Selain itu, analisis dapat dilakukan pada kondisi awal :
gaya prategang penuh dan gaya-gaya luar belum seluruhnya bekerja balok dan
kondisi akhir : gaya prategang sudah mengalami kehilangan dan gaya-gaya luar
sudah bekerja sepenuhnya pada balok.
Tegangan-tegangan yang terjadi pada komponen struktur prategang
dibatasi berdasarkan ACI 318M-08 :
Tabel 2-2 Tegangan yang Diizinkan pada Komponen Balok Prategang
Q= F: =
Mcr = T U + + (2.44)
4V V
dimana :
Mcr = momen yang mengakibatkan retak pertama pada serat bawah
struktur (kN m)
fr = modulus keruntuhan beton (0,7 NW)
Setelah terjadi retak, apabila beban bertambah terus maka akan
mengakibatkan bertambahnya defleksi dan pada akhirnya menggagalkan struktur.
Kurva beban dan defleksi pada sebuah struktur balok prategang dapat dilihat pada
gambar berikut :
dimana :
Mn = momen nominal balok prategang (kN m)
Ap = luas tendon (mm2)
Fps = tegangan tendon pada sesaat sebelum gagal (Mpa) ; dapat dicari
dengan iterasi, cara grafis, dan persamaan ACI.
Desain pendahuluan penampang beton prategang untuk menahan lentur
dapat dibentuk dengan prosedur yang sederhana (Lin:1982). Dalam praktek,
tinggi penampang balok (h) biasanya sudah diketahui atau dasumsikan demikian
juga momen total MT pada penampang. Pada beban kerja (serviceability), lengan
momen untuk gaya-gaya dalam dapat bervariasi antara 0,3 h 0,8 h dengan rata-
rata 0,65 h. oleh karena itu, gaya prategang yang efektif ialah :
F = T = MT / 0,65 h (2.46)
Jika tegangan efektif untuk baja adalah fse, maka luas baja yang
diperlukan yakni:
FQ
XY
Aps = = (2.47)
E,Z[ \ FXY
Gaya prategang total Aps fse sama dengan gaya C pada penampang beton.
Gaya ini akan menimbulkan tegangan satuan rata-rata pada beton yakni
] ^ 4_XFXY
= = (2.48)
4V 4V 4V
beberapa kerugian antara lain desain yang tercipta tidak ekonomis karena momen
sangat bervariasi sepanjang bentang dan terjadinya kehilangan akibat geser yang
besar karena perbedaan kelengkungan tendon.
Namun demikian, struktur balok menerus memberikan beberapa
keuntungan juga antara lain momen pada struktur menerus (struktur statis tak
tentu) akan lebih kecil dibanding pada struktur satu bentang. Selain itu, alat
pengangkuran yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit dan hal ini mengakibatkan
pengurangan biaya penarikan secara signifikan. Defleksi pada struktur juga lebih
kecil karena nilai momennya yang kecil dan menimbulkan ketahanan terhadap
beban lateral yang baik pada frame yang kaku.
Perbedaan paling mendasar dari balok prategang satu bentang dengan
balok prategang menerus ialah keberadaan reaksi yang menahan defleksi akibat
prategang (camber) pada struktur menerus. Reaksi ini kemudian menimbulkan
secondary moment atau momen sekunder pada struktur prategang.
Jika pada balok satu bentang, beban akibat berat sendiri balok prategang
tidak diperhitungkan, dan bila balok dikenai gaya prategang eksentrik, maka
resultan tegangan tekan (C-line) pada potongan penampang akan berhimpit
dengan titik berat baja prategang seperti ditunjukkan pada gambar berikut :
defleksi ini ditahan oleh redundant perletakkan, dan reaksi perletakkan dari
redundant tersebut akan menimbulkan momen sekunder (secondary moment)
pada balok. Nilai momen total bisa didapatkan dengan menjumlahkan nilai
momen primer dan momen sekunder.
Gambar 2.14 (a) Balok Prategang Menerus ; (b) Lendutan yang Terjadi
apabila Reaksi di Tengah Bentang Diabaikan ; (c) Reaksi Perletakkan di Tengah
Bentang akibat Prestressing ; (d) Defleksi Balok yang Sebenarnya Akibat
Prestressing
Sumber : Design of Prestressed Concrete, Arthur H Nilson
Gambar 2.15 (a) Momen Primer Sebagai Hasil Perkalian Gaya Prategang
Dengan Eksentrisitas terhadap cgc ; (b) Momen Sekunder Akibat Reaksi
di Tengah Bentang ; (c) Momen Total
Sumber : Design of Prestressed Concrete, Arthur H Nilson
Pada balok menerus, letak C-line tidak akan berhimpit dengan cgs line
oleh karena keberadaan momen sekunder dan jarak antara kedua lokasi ini
ditentukan dengan rumus :
y = M2 / P (2.50)
dimana
y = jarak antara C-line dan cgs line (m)
M2 = momen sekunder (kN m)
P = besarnya gaya prategang (kN)
Gambar 2.16 Lokasi C-line dan cgs line pada Balok Menerus
Sumber : Design of Prestressed Concrete, Arthur H Nilson
e* = MTOTAL / P (2.51)
dimana
y = jarak antara C-line dan cgc line (m)
MTOTAL = momen sekunder (kN m)
P = besarnya gaya prategang (kN),
dan tegangan yang terjadi pada serat atas dan bawah potongan pada
kondisi service ialah (murni akibat prestressing) :
39 9 Vb
fatas = (1 ) (2.52)
4 :(
39 9 V(
fbawah = (1 + ) (2.52)
4 :(
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
31
32
mm, 1800 mm, dan 1600 mm. Perbedaan tinggi balok prategang (transfer beam)
diprediksi akan menimbulkan perbedaan pada respon struktur yang ditimbulkan:
3 0,5
4 0,6
5 0,7
6 0,8
Sumber : SNI 03-1726-2002
3.4 Skema Analisa Struktur
Dalam penelitian ini, output yang diharapkan berhasil didapatkan ialah
karakteristik dinamik dan respons struktur. Karakteristik dinamik berupa pola
ragam getar dan periode alami. Sedangkan respons struktur berupa displacement
(u), gaya geser dasar, dan tulangan Adapun skema penelitian dan skema analisis
struktur yang yakni :
START
Preliminary Design
-------------------------------
Estimasi Dimensi Komponen
Properti material
Analisis Struktur
Pengecekan NOT OK
Preliminary Design
OK
FINISH
Bab berikut berisi tentang permodelan bangunan pada setiap variasi, hasil
analisanya, serta perbandingan antara hasil-hasil yang didapat dalam setiap
variasi. Analisa terhadap hasil yang bersangkutan akan diberikan kemudian.
Klarifikasi tentang hipotesis yang pada awalnya dibuat akan diberikan pada akhir
dari bab ini.
4.1 Variasi I : Variasi Jumlah Lantai Bangunan
Untuk mengetahui karakteristik dinamik bangunan serta kinerja sistem
transfer secara lebih jelas, dilakukan dua macam variasi dalam penelitian ini.
Variasi pertama ialah variasi jumlah lantai, dimana digunakan bangunan dengan
jumlah lantai masing-masing 8 lantai, 6 lantai, dan 4 lantai. Output yang
dikeluarkan dari permodelan berupa periode getar, pola ragam getar dan
partisipasi massa, gaya geser dasar, gaya geser tingkat, kinerja sistem transfer, dan
penulangan.
Dalam bab ini akan ditunjukkan hanya hasil perbandingan dari ketiga
jenis model yang ada serta analisanya. Seluruh tahapan permodelan dimulai dari
bentuk bangunan, properti material, pembebanan, dan hasil output masing-masing
model dapat dilihat pada lampiran I-V.
4.2 Perbandingan Hasil dan Analisa dari Variasi I
Setelah mendapatkan hasil dari ketiga buah model dalam variasi pertama,
keseluruhan hasil tersebut dibandingkan untuk mengetahui pengaruh dari
ketinggian lantai terhadap output penelitian yang ada. Hasil-hasil perbandingan
yakni :
4.2.1 Periode Getar
Periode getar merupakan waktu yang dibutuhkan oleh struktur untuk
melakukan satu kali pergerakan getaran sesuai dengan pola ragam getar yang
dimilikinya. Periode getar dari ketiga bangunan yakni :
41
42
Tx Ty Trz
3444,23
3171,77
2077,81
1440,18
987,27 1021,39
779,33
476,29617,67
201,73251,18
1686,49
-185,76 -104,51
-311,68
-669,72
EQx EQy
Tabel 4-4 Rasio Gaya Geser yang Ditransfer dengan Gaya Geser Dasar
Bangunan
Rasio (%)
Vx 29,509%
Bangunan 8 Lantai
Vy 8,870%
Vx 14,891%
Bangunan 6 Lantai
Vy 5,717%
Vx 6,272%
Bangunan 4 Lantai
Vy 3,456%
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
pada bangunan lainnya sehingga gaya geser yang ditransfer oleh sistem
transfernya pun semakin besar.
13,234
10,8397
8,4457
3,
2 3, 9 2, 42
2 4 5
25,3026
20,3642
11,7087 11,8345
8,4755
5
7,14
6,28
5,00 5,58
PE
0,00 PE + DL +SDL
Bangunan 4 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 8 Lantai PE + DL + SDL + LL
-3,49
-5,00 -4,56 PE+DL+SDL+LL+E1
-6,41
PE+DL+SDL+LL+E2
-8
-10,00 PE+DL+SDL+LL+E3
-10,9 -10,579961
-12,56 PE+DL+SDL+LL+E4
-12,8
-14
-15,00
-16
5,1
75
9
-20,00
Dari gambar hasil displacement pada titik tengah bentang TB, dapat
dilihat bahwa besarnya displacement uz pada titik tengah bentang TB akibat
beban gravitasi menjadi semakin kecil seiring dengan bertambahnya lantai
bangunan. Sebaliknya, akibat beban gempa dan kombinasi pembebanan service,
displacement ux dan uy semakin bertambah seiring bertambahnya lantai. Hal ini
tentu berkaitan dengan gaya-gaya dalam pada TB dan pada portal depan, serta
perbandingan dari matriks gaya luar dan matriks kekakuan dari komponen-
komponen tesebut.
-51,2
-642,2
-1307-,4895,-3867,-4625,29 -113-,15461,65
-227,78 -191,68 -202-,27592,66
-346,58 -310,48
-406,49
-490,71
-728,83
-813,5
78,41 78,41
45,56 45,56
0 0 0 15,21 15,21 0 0 0 0 0 0
490,71
406,48
346,59 310,49
227,77 191,67 252,67
202,79
107,49 113,15471,65
51,2642,23 85,3827,42
65,25
36,53 67,76
12,09
-723,91
-805,16
675,08 675,08
482,43
401,18
344,02 310,29
221,52 187,79 244
195,87
110, 93,4 106,21432,5
44,5514,05 81,36 63,95
lantai satu, bangunan 8 lantai menghasilkan gaya-gaya dalam yang lebih besar
dibandingkan dengan bangunan 6 dan 4 lantai. Gaya aksial pada kolom
merepresentasikan beban vertikal yang ditanggung oleh sistem transfer akibat
kombinasi pembebanan service. Pada bangunan 8 lantai, gaya-gaya aksial kolom
menjadi lebih besar karena beban gravitasi pada bangunan tersebut juga lebih
besar dibanding model bangunan-bangunan lainnya.
Gaya geser pada kolom pendukung merepresentasikan gaya lateral
struktur akibat kombinasi pembebanan service yang ditransfer oleh sistem
transfer. Sekali lagi, kolom-kolom pendukung pada bangunan 8 lantai mengalami
gaya dalam yang lebih besar oleh karena gaya gempa pada bangunan ini juga
lebih besar.
Selain memang karena gaya luar lebih besar, perlu diperhatikan bahwa
dimensi sistem transfer yang terdiri dari TB dan kolom pendukung, mempunyai
nilai berbeda-beda untuk tiap model bangunan. Dimensi terbesar terdapat pada
dimensi sistem transfer bangunan 8 lantai. Tak heran jika sistem transfer pada
bangunan ini mampu memikul gaya-gaya yang lebih besar dibanding dengan
sistem transfer pada kedua model lainnya.
Selain itu perlu diperhatikan bahwa gaya geser pada kolom pendukung
C2 dan C6 memiliki besaran yang sama namun berbeda tanda. Hal ini disebabkan
oleh karena kedua kolom mengalami gaya lintang ke arah yang sama pada suatu
goyangan dan gaya lintang yang diambil ialah yang terbesar antara akibat
goyangan ke kiri maupun goyangan ke kanan. Juga perlu diperhatikan, pada
kolom C4, gaya-gaya geser akibat beban gravitasi = 0 oleh karena kehadiran
gaya-gaya geser akibat pembebanan gravitasi yang saling menghilangkan terjadi
pada kolom C4.
Untuk kolom-kolom pendukung di lantai 1, dicaritahu pula rasio gaya-
gaya dalam aksial dan gesernya dengan gaya aksial dan geser lantai 1 akibat
pembebanan dari keseluruhan bangunan, agar kita dapat mengetahui gambaran
seberapa banyak gaya-gaya yang ditransfer oleh sistem transfer. Rasio tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
57
Tabel 4-5 Rasio Gaya Aksial dan Geser yang Ditransfer Sistem Transfer
Terhadap Gaya Geser dan Aksial Total Bangunan
62876,29877,97
5786,71
4865,87 4935,05
4433,8
34473,648403,49456,11
2971,15 30472,86192,86
1666
135185,460,151,53977,65
12901,29252,22
Total
TB Seluruh Rasio (%)
Bangunan
PE 275,67 kN
PE+DL+SDL 2971,15 kN 37287,86 15,936
PE+DL+SDL+LL 3447,44 kN 43605,86 15,812
PE+DL+SDL+LL+E1 3680,95 kN 48101,5 15,305
PE+DL+SDL+LL+E2 3446,11 kN 48101,5 14,328
PE+DL+SDL+LL+E3 3047,69 kN 39394,53 15,473
PE+DL+SDL+LL+E4 2812,86 kN 39394,53 14,280
Gaya Vertikal yang
Aksial
Ditransfer
Kombinasi service Total
TB Seluruh Rasio (%)
Bangunan
PE 119,97 kN
Bangunan 4 lantai PE+DL+SDL 1358,4 kN 21309,48 12,749
PE+DL+SDL+LL 1560,15 kN 24567,48 12,701
PE+DL+SDL+LL+E1 1666,37 kN 27910,5 11,941
PE+DL+SDL+LL+E2 1597,65 kN 27910,5 11,448
PE+DL+SDL+LL+E3 1290,95 kN 21371,07 12,081
PE+DL+SDL+LL+E4 1222,22 kN 21371,07 11,438
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
Dapat dilihat bahwa rasio beban vertikal yang ditransfer terhadap beban
vertikal keseluruhan bangunan yang paling besar terjadi pada bangunan 8 lantai.
Hal ini terjadi oleh karena profil TB bangunan 8 lantai merupakan profil terbesar
di antara profil pada bangunan lainnya dan baik pembebanan gempa dan
pembebanan gravitasi terjadi paling besar pada bangunan 8 lantai.
4.2.6 Penulangan
Perbandingan rasio penulangan untuk ketiga jenis bangunan dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
4.2.6.1 Tulangan Longitudinal Balok
60
Dari grafik diatas, secara umum kita dapat melihat bahwa untuk ketiga
jenis model bangunan pada variasi I, tulangan longitudinal balok arah x berkurang
pada saat di lantai 3 bangunan. Hal ini terjadi karena tulangan longitudinal balok
arah x di lantai 3 sangat dipengaruhi oleh TB yang mana menggunakan gaya
prategang sehingga hanya sedikit tulangan non-prategang yang dibutuhkan.
Lantai
Penulangan Geser Balok
4 arah X Bangunan 6 Lantai
3 Penulangan Geser Balok
arah Y Bangunan 6 Lantai
2
Penulangan Geser Balok
1
arah X Bangunan 4 Lantai
0,000 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000
Penulangan Geser Balok
Rasio (kg/m3) arah Y Bangunan 4 Lantai
4 Penulangan Longitudinal
3 Kolom Bangunan 6
Lantai
2
Penulangan Longitudinal
1 Kolom Bangunan 4
0,00 50,00 100,00 150,00 Lantai
Rasio (kg/m3)
Penulangan Longitudinal SW
8
7
6
5 Penulangan Longitudinal
Lantai
SW Bangunan 8 Lantai
4
Penulangan Longitudinal
3 SW Bangunan 6 Lantai
2 Penulangan Longitudinal
SW Bangunan 4 Lantai
1
0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00
Rasio (kg/m3)
Penulangan Geser SW
8
7
6
5 Penulangan Geser SW
Lantai
Bangunan 8 Lantai
4
Penulangan Geser SW
3 Bangunan 6 Lantai
Penulangan Geser SW
2
Bangunan 4 Lantai
1
0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00
Rasio (kg/m3)
yang dialami lebih besar serta kapasitas pemikulan TB yang memang lebih
besar.
Pada bangunan 4 lantai, kinerja sistem transfer terjadi secara cukup baik
ketika mentransfer beban-beban vertikal bangunan. Namum ketika
mentransfer beban geser, kinerja kurang optimal, terlihat dari gaya geser
yang ditransfer oleh sistem transfer tidak sampai 10% dari gaya geser total
pada kombinasi pembebanan service. Hal ini terjadi karena pada bangunan 4
lantai beban geser banyak masuk ke dinding geser.
Displacement uz, ux, dan uy pada titik tengah TB terjadi paling besar di
bangunan 4 lantai. Hal ini disebabkan oleh karena perbandingan beban yang
dialami TB dan kekakuan TB yang tidak linear antara ketiga jenis model
tersebut.
Kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x cenderung menurun di lantai
3 pada ketiga jenis bangunan, dikarenakan pada lantai 3 terdapat TB yang
sudah diberikan gaya prategang.
Pemberian gaya prategang pada TB di lantai 3 efektif untuk mengurangi
jumlah tulangan longitudinal non-prategang yang dibutuhkan pada lantai
tersebut, jika dibandingkan dengan rasio kebutuhan tulangan longitudinal
pada lantai lainnya. Hal ini terbukti dengan berkurangnya rasio kebutuhan
tulangan longitudinal pada lantai 3 untuk ketiga jenis bangunan.
Kebutuhan tulangan geser balok arah x, sebaliknya, justru meningkat di
lantai 3 oleh karena kebutuhan tulangan geser TB yang lebih besar secara
signifikan dibanding dengan balok-balok lain di lantai 3.
Kebutuhan tulangan longitudinal kolom meningkat seiring dengan
bertambahnya lantai bangunan.
Kebutuhan tulangan geser kolom cukup sulit untuk dianalisa oleh karena
pola dari kebutuhan tulangan sangat random. Keadaan ini terjadi
kemungkinan besar karena besaran tulangan geser yang diambil ialah eksak
dari hasil program.
Kebutuhan tulangan longitudinal dan geser SW meningkat seiring dengan
bertambahnya lantai bangunan.
65
T (s)
0,4 0,330 0,330 0,330
0,2
0,0
TB 800x2000 TB 800x1800 TB 800x1600
Tx Ty Trz
gempa yang dimiliki bangunan. Nilai gaya geser dasar bangunan melalui analisa
dinamik beserta rasio terhadap berat total bangunan yakni yakni :
Tabel 4-8 Perbandingan Gaya Geser Dasar Ketiga Jenis Bangunan
Gaya Geser Dasar Dinamik Rasio (%)
TB 800x2000 Vx 4212,11 kN 11,965 %
Vy 4288,62 kN 12,182 %
TB 800x1800 Vx 4193,83 kN 11,957 %
Vy 4271,38 kN 12,178 %
TB 800x1600 Vx 4175,26 kN 11,949 %
Vy 4253,98 kN 12,174 %
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
5
Story Shear x 800x2000
4
Lantai
V (kN)
Gambar 4.29 Gaya Geser Tingkat Ketiga Jenis Bangunan Pada Variasi II
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
68
Dengan perbedaan massa dan kekakuan yang tidak terlalu jauh diantara
ketiga jenis bangunan, dapat dilihat bahwa gaya geser tingkatnya (story shears)
juga tidak begitu berbeda. Dari grafik bahkan terlihat nilai gaya geser tingkat
ketiga jenis bangunan ini berhimpit satu sama lain.
Gaya geser yang ditransfer oleh sistem transfer semakin besar pada
bangunan dengan TB 2000x800. Selain itu rasio gaya geser yang ditransfer oleh
sistem transfer terhadap gaya geser dasar bangunan ialah :
Tabel 4-10 Rasio Gaya Geser yang Ditransfer oleh Sistem Transfer
dengan Gaya Geser Dasar Bangunan
Rasio (%)
Vx 14,891%
TB 2000x800
Vy 5,717%
Vx 13,19%
TB 1800x800
Vy 5,7%
Vx 12,11%
TB 1600x800
Vy 5,69%
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
14,5623
12,5019
8,4457
4,9158
4,1255 3,7286
2,9942 3,1275
2,165
Eqx Eqy
6,77 7,17
6,28
5,00
0,00
PE
Bangunan 6 Bangunan 6 Bangunan 6
Lantai TB Lantai TB Lantai TB PE + DL+ SDL
-5,00 800x20-040,56 800x1800 800x1600
PE + DL + SDL + LL
PE+DL+SDL+LL+E1
-20,00 -20,
-25,00
15,00 PE+DL+SDL+LL+E1
10,00 PE+DL+SDL+LL+E2
7,35
6 7,44
5 7,54
6 PE+DL+SDL+LL+E3
5,00
PE+DL+SDL+LL+E4
0,00
Bangunan 6 Lantai Bangunan 6 Lantai Bangunan 6 Lantai
TB 800x2000 TB 800x1800 TB 800x1600
Dari gambar hasil displacement pada titik tengah bentang TB, dapat
dilihat bahwa besarnya displacement arah uz, ux , dan uy rata-rata akan semakin
besar seiring dengan menurunnya ketinggian TB. Hal ini disebabkan oleh karena
menurunnya momen inersia pada TB dengan ketinggian penampang yang lebih
rendah, sehingga displacement yang terjadi menjadi lebih besar. Namun dalam
beberapa kasus, perbedaan displacement yang terjadi tidak terlalu signifikan
sehingga grafik terlihat sedikit berhimpit. Hal ini terjadi karena memang profil TB
hanya berbeda sedikit saja.
-4635,23 -4799,51
-5069,29 -4951,87
-5503,63 -5254,15 -5324,27
-5432,92 -5335,66
-5689,41 -5579,7
-613-56,63420,5 -5861
-634 7,3 -654
-6586,95 -637,787,74
296,5
0 0 0 0 0 0 0 0 0
332,41 346,59
312,29 296,51 310,49
277,6
213,86 223,85 227,77
179,17 191,67
138,07 142,53 141,65
109,95 114,03 113,57
87,96
-4827,23 -4991,51
-523-25,44197,35 -5397,47 -5143,87
-5695,63 -5881,41 -5587,12 -5548-5,87642,9
-635-66,4541,3 -6053
-65-5687,157,75 -67-6649,58,54
250,33 250,33
233,38 233,38
215,03 215,03
0 0 0 0 0 0 0 0 0
330,23 344,02
310,92 296,72 310,29
278,55
208,07 217,63 221,52
175,71 184,12 187,79
128,98 133,23 132,5
102,74 106,61 106,24
goyangan dan gaya lintang yang diambil ialah yang terbesar antara akibat
goyangan ke kiri maupun goyangan ke kanan. Juga perlu diperhatikan, pada
kolom C4, gaya-gaya geser akibat beban gravitasi = 0 oleh karena kehadiran
gaya-gaya geser akibat pembebanan gravitasi yang saling menghilangkan terjadi
pada kolom C4.
Untuk kolom-kolom pendukung di lantai 1, dicaritahu pula rasio gaya-
gaya dalam aksial dan gesernya dengan gaya aksial dan geser lantai 1 akibat
pembebanan dari keseluruhan bangunan, agar kita dapat mengetahui gambaran
seberapa banyak gaya-gaya yang ditransfer oleh sistem transfer. Rasio tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4-13 Rasio Perbandingan Gaya Aksial dan Geser pada Sistem
Transfer terhadap Gaya Aksial dan Geser Seluruh Bangunan
Tabel 4-14
4.4.6 Penulangan
Perbandingan rasio penulangan untuk ketiga jenis bangunan pada variasi
kedua dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
4.4.6.1 Tulangan Longitudinal Balok
83
5
Penulangan Longitudinal
Kolom Bangunan 6 Lantai
4
(800x2000)
Lantai
Penulangan Longitudinal
3
Kolom Bangunan 6 Lantai
(800x1800)
2
Penulangan Longitudinal
Kolom Bangunan 6 Lantai
1 (800x1600)
0,000 50,000 100,000 150,000
Rasio (kg/m3)
Rasio (kg/m3)
5
Penulangan Longitudinal
SW Bangunan 6 Lantai
4
(800x2000)
Lantai
Penulangan Longitudinal
3
SW Bangunan 6 Lantai
(800x1800)
2
Penulangan Longitudinal
SW Bangunan 6 Lantai
1 (800x1600)
0 50 100 150 200 250
Rasio (kg/m3)
5 Penulangan Geser SW
Bangunan 6 Lantai
4 (800x2000)
Lantai
3 Penulangan Geser SW
Bangunan 6 Lantai
2 (800x1800)
Penulangan Geser SW
1 Bangunan 6 Lantai
0 50 100 150 200 (800x1600)
Rasio (kg/m3)
Displacement uz, ux, dan uy pada titik tengah TB terjadi paling besar di
bangunan TB 800x1600. Hal ini disebabkan oleh karena profil dan inersia
TB yang lebih kecil dibandingkan dengan kedua model lainnya.
Kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x cenderung menurun di lantai
3 pada ketiga jenis bangunan, dikarenakan pada lantai 3 terdapat TB yang
sudah diberikan gaya prategang.
Kebutuhan tulangan geser balok arah x, sebaliknya, justru meningkat di
lantai 3 oleh karena kebutuhan tulangan geser TB yang lebih besar secara
signifikan dibanding dengan balok-balok lain di lantai 3.
Kebutuhan tulangan longitudinal kolom meningkat seiring dengan
bertambahnya lantai bangunan.
Kebutuhan tulangan geser kolom cukup sulit untuk dianalisa oleh karena
pola dari kebutuhan tulangan sangat random. Keadaan ini terjadi
kemungkinan besar karena besaran tulangan geser yang diambil ialah eksak
dari hasil program.
Kebutuhan tulangan longitudinal dan geser SW meningkat seiring dengan
berkurangnya kekakuan TB.
88
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil permodelan serta pengolahan data pada bangunan
dengan menggunakan sistem transfer, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
a. Bangunan baru yang ingin dibangun diatas bangunan purbakala dapat
menggunakan sistem transfer berupa transfer beam (TB) dan kolom
pendukung untuk dapat mengangkangi bangunan lama.
b. Perilaku bangunan masih didominasi oleh pembebanan gravitasi. TB pada
lantai 3 seluruh model bangunan bersifat gravity dominated.
c. Oleh karena balok transfer memiliki kepekaan yang tinggi terhadap beban
gravitasi dan bentang yang relatif cukup panjang dibanding komponen
struktur lain, perlu dikerjakan gempa vertikal pada bangunan sistem transfer
yang akan diteliti. Koefisien gempa vertikal dapat diambil dari SNI 03-
1726-2002 dan dimasukkan dalam kombinasi pembebanan.
d. Untuk dapat menjamin bahwa sistem transfer tidak gagal terlebih dahulu
dibandingkan dengan komponen struktur lain, gaya gempa yang diberikan
pada sistem transfer dikali dengan faktor kuat lebih yang diambil
berdasarkan SNI 03-1726-2002. Diharapkan pula dengan adanya faktor kuat
lebih ini, tidak terjadi pelelehan terlebih dahulu pada sistem transfer.
e. Kinerja sistem transfer, yakni rasio antara beban yang ditransfer oleh sistem
transfer terhadap beban yang bekerja pada keseluruhan bangunan, akan
semakin efektif seiring dengan pertambahan lantai. Hal ini dapat dilihat dari
perbandingan rasio pada variasi I dimana sistem transfer bangunan 8 lantai
memiliki nilai rasio yang lebih besar.
f. Pada variasi II (variasi ketinggian TB), kinerja sistem transfer yang lebih
efektif terjadi pada bangunan dengan TB tertinggi (800x2000). Hal ini
terjadi karena kapasitas pemikulan dari balok transfer yang memang lebih
besar.
g. Adanya gaya prategang pada TB di lantai 3 efektif mengurangi jumlah
kebutuhan tulangan longitudinal non-prategang pada balok di lantai yang
89
5.2 Saran
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan serta kesimpulan yang telan
dicapai, dapat disarankan beberapa hal berikut :
a. Mencoba untuk tidak mengganti dimensi sistem transfer pada penelitian
variasi I untuk lebih mengetahui karakteristik dari sistem transfer.
b. Mencoba untuk menggunakan TB yang berupa deep beam ditambah dengan
gaya prategang untuk lebih bisa memaksimalkan kapasitas pemikulan dari
TB. Analisa strut and tie akan dibutuhkan dalam penghitungan jenis
komponen seperti ini.
c. Menggunakan profil tendon yang berbeda dari profil yang ada pada
penelitian saat ini untuk menghasilkan gaya penyeimbang berupa beban
terpusat (draped tendons).
d. Melakukan analisa gaya dorong statik non-linear (pushover analysis) untuk
mengetahui persebaran sendi plastis pada daerah sistem transfer pada
khususnya dan seluruh daerah bangunan pada umumnya.
90
DAFTAR PUSTAKA
Bangunan 8 Lantai
Bangunan 8 lantai adalah bangunan sistem transfer pertama yang dimodelkan
dalam penelitian ini. Spesifikasi struktur yakni :
Luas : 648 m2
Panjang : 18 m
Lebar : 36 m
Tinggi : 30 m
Ukuran kolom pendukung : 1200 x 1200 mm2.
Ukuran balok induk : 400 x 600 mm2 (bentang 6 m) dan 400 x 900 mm2
(bentang 12 m)
Ukuran balok anak : 500 x 250 mm2
Baja tulangan
Tegangan Leleh : 400 Mpa
Untaian Kawat Prategang
Jenis : uncoated seven wire strand low relaxation
Diameter nominal : 12,7 mm
Berat nominal : 1,1 kg/m
UTS : 183,7 Kn
Kuat leleh : 1670 Mpa
Tegangan maks : 1860 Mpa
Luas nominal : 98,71 mm2
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI
= 1157,907
qekivalen () =,
Beserta momen luar akibat eksentrisitas tendon yang bekerja pada ujung ialah
: P x etumpuan = 4847,055 x 0,825 = 3998,821 kN m. Permodelan pembebanan
gaya prategang menjadi :
Setelah semua pembebanan dimasukkan ke dalam model, analisa terhadap model pun
dilakukan.
HASIL RUNNING :
- Periode Getar, Pola Ragam Getar, dan Partisipasi Massa Bangunan 8
Lantai
Periode getar, pola ragam getar, dan partisipasi massa bangunan 8 lantai dapat dilihat
pada tabel berikut :
Mode PeriodUXUYUZ SumUX SumUY RZSumRZ
1 01,064198 78,7216 0 78,721600,15460,1546
2 0 79,33520,687748 0 78,7216 79,335200,1546
3 0,087300,48388 0 78,8089 79,3352 75,9977 76,1523
4 0,288266 13,60450 0 92,4134 79,33520,1428 76,2952
5 0,218484013,094 0 92,4134 92,42920 76,2952
6 0,14802901,2259 0 92,4134 93,65510 76,2952
7 0,1382930,25260 0 92,666 93,6551 16,1446 92,4397
8 0,1282113,01810 0 95,684 93,65510,0139 92,4536
9 0,11640500,93 0 95,684 94,58520 92,4536
10 0,0974181,09790 0 96,782 94,58520,0452 92,4988
11 0,09327901,0056 0 96,782 95,59080 92,4988
12 0,07962401,2668 0 96,782 96,85760 92,4988
13 0,0750490,85730 0 97,6393 96,85760,715 93,2138
14 0,06117301,1624 0 97,639398,020 93,2138
15 0,0541151,34410 0 98,9834 98,02010,0488 93,2626
16 0,04721201,0094 0 98,9834 99,02950 93,2626
17 0,0313970,90530 0 99,8887 99,02950,1326 93,3952
18 0,02780400,8817 0 99,8887 99,91120 93,3952
Gaya geser dinamik harus melebihi 80% gaya statik struktur. Perbandingan kedua
hasil dapat dilihat pada perhitungan dibawah :
Berdasarkan hasil ETABS, Vxbase dinamik = 5691,02 kN
Vybase dinamik = 6082,2 kN
Cx 0,704756 Cy 0,75
I 1 I 1
Rx 5,5 Ry 5,5
Massa bangunan 5327,355 ton
Wt 52261,36 kN
V = C I Wt / R
Vxstatik
Vystatik 6696,638 kN 0.8 Vxstatik 5357,31 kN
7126,549 kN 0.8 Vystatik 5701,239 kN
Vx dan Vy dinamik sudah lebih besar daripada 80% V statik oleh karena itu faktor
perbesaran untuk pembebanan gempa tidak perlu dilakukan.
peretakan beton yang berlebihan juga untuk mencegah kerusakan non-struktur dan
ketidaknyamanan penghuni. Sedangkan kinerja ultimit struktur juga ditentukan oleh
simpangan antar tingkat, bertujuan untuk mencegah keruntuhan struktur dan
mencegah terjadinya tumbukan antara kedua gedung yang berdekatan. Pembatasan
simpangan antar lantai untuk kedua jenis kasus ialah :
Kinerja Layan : simpangan antar tingkat tidak boleh melebihi 0,03/R * h lantai.
Kinerja Ultimit : simpangan antar tingkat dikali dengan faktor 0,7R, hasilnya tidak
boleh melebihi 0,02 * h lantai.
Hasil perhitungan kinerja layan dan ultimit bangunan dapat dilihat pada grafik berikut
:
C4
C2 C6
Beam 1 Beam 2
DL 3444,23 kN 3444,26 kN
SDL 1021,39 kN 1021,4 kN
LL 779,33 kN 779,34 kN
Total 5244,95 Total 5245 kN
Gambar IV. 12 Gaya Geser Pada Kolom Pendukung Merepresentasikan Gaya Geser yang
Ditransfer oleh TB
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI
GAYA GEMPA
Beam 1 Beam 2
25,3026 Eqx 25,3026mm
Ux mm Ux
Beam 1 Beam 2
11,8345 Eqy 11,8345mm
Uy mm Uy
Dalam melihat displacement pada titik tengah TB, digunakan juga kombinasi
pembebanan service yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menghitung gaya-gaya
dalam. Besarnya displacement yakni :
Bangunan 8 Lantai
Displacement di Titik Tengah TB
Kombinasi serviceuz (mm)ux (mm) uy (mm)
PE5,583
PE+DL+SDL-3,492
PE+DL+SDL+LL-8,601
PE+DL+SDL+LL+E1-12,88026,086
PE+DL+SDL+LL+E2-12,6709,017 4,367
PE+DL+SDL+LL+E3-9,18426,099 12,255
PE+DL+SDL+LL+E4-8,9749,030 4,409
12,297
dilihat hanya gaya lintangnya karena dianggap merepresentasikan beban vertikal yang
ditransfer ke bawah. Besarnya gaya lintang tersebut yakni :
Gaya Vertikal yang
Kombinasi service Ditransfer
TB
PE 401,07kN
PE+DL+SDL 4865,87kN
PE+DL+SDL+LL 5645,19kN
PE+DL+SDL+LL+E1 6287,97kN
PE+DL+SDL+LL+E2 5786,71kN
PE+DL+SDL+LL+E3 4935,05kN
PE+DL+SDL+LL+E4 4433,8kN
- Penulangan
Pada bagian ini, akan dicaritahu kebutuhan tulangan yang dibutuhkan pada bangunan 8
lantai dengan balok prategang sebagai TB. Kebutuhan tulangan yang dicari berupa
rasio berat tulangan dibagi dengan volume beton pada tiap komponen struktur (kg/m3).
Tulangan-tulangan yang dicari ialah tulangan longitudinal balok, tulangan geser balok,
tulangan longitudinal kolom, tulangan geser kolom, tulangan londitudinal dinding
geser dan tulangan geser dinding geser. Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya,
tulangan yang diambil merupakan eksak berasal dari program tanpa ada
penyempurnaan kembali sehingga rasio yang dihasilkan mungkin agak kecil.
Kombinasi pembebanan yang dilakukan ialah :
= 1,4
1)
= 1,2 + 1,6
2)
= 1,2 + + + 30% 1
3) +
= 1,2 + + 30% 1
4) +
= 1,2 + + 30% 1
5) +
= 1,2 + 30% 1
6) +
= 1,2 + + + 30% 1
7) +
= 1,2 + + 30% 1
8) +
= 1,2 + + 30% 1
9) +
= 1,2 + 30% 1
10) +
= 0,9 + + 30% 2
11)
= 0,9 + 30% 2
12)
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI
= 0,9 + 30% 2
13)
= 0,9 30% 2
14)
= 0,9 + + 30% 2
15)
= 0,9 + 30% 2
16)
= 0,9 + 30% 2
17)
= 0,9 30% 2
18)
Sedangkan faktor reduksi kekuatan berdasarkan SNI 03-2847-2002 ialah :
- Lentur tanpa beban aksial : 0,8
- Aksial tarik dengan lentur : 0,8
- Aksial tekan dengan lentur dan komponen tulangan spiral : 0,7
- Komponen struktur lainnya : 0,65
- Geser dan torsi : 0,75
- Geser untuk gempa kuat : 0,55
- Geser pada hubungan balok-kolom dan pada balok perangkai : 0,8
Untuk memasukkan nilai-nilai ini ke dalam ETABS, dapat digunakan fitur concrete
frame design preference. Hasilnya dapat dilihat pada gambar dibawah :
komponen dikalikan dengan panjang balok kemudian dikalikan dengan berat jenis baja
untuk mendapatkan berat tulangan (kg). Berat tulangan ini kemudian dibagi dengan
volume beton balok untuk mendapatkan rasio tulangan. Berikut diberikan tabel
perhitungan rasio tulangan longitudinal balok arah x pada lantai 8 bangunan :
Penulangan Longitudinal Balok Arah X
Lantai
BALOK L(m) Vbeton As1 As2 As3 Vol(mm3) Vol(m3) Berat(kg) Ratiotiapblk
Atas 876 228 855
B2 6 1,44 Bwh 482 444 501 6087000 0,006087 48,70841 33,8252846
Jlh 1358 672 1356
Atas 858 231 886
Bwh 506 437 495
B3 6 1,44 6121500 0,006122 48,98448 34,0170001
Jlh 1364 668 1381
Atas 863 228 873
Bwh 492 430 488
B4 6 1,44 Jlh 1355 658 1361 6048000 0,01 48,40 33,61
Atas 873 228 863
As 4
Bwh 488 430 492
B5 6 1,44 Jlh 1361 658 1355 6048000 0,01 48,40 33,61
Atas 886 231 858
Bwh 495 437 506
Jlh 1381 668 1364
B6 6 1,44 Atas 855 228 876 6121500 0,01 48,98 34,02
Bwh 501 444 482
Jlh 1356 672 1358
B7 6 1,44 Atas 440 1776 1017 6087000 0,01 48,71 33,83
Bwh 440 1175 1365
8 Jlh 880 2951 2382
B 114 6 1,44 Atas 1369 352 1258 13746000 0,01 110,00 76,39
Bwh 590 805 567
Jlh 1959 1157 1825
Atas 1183 317 1228
B9 6 1,44 Bwh 517 798 531 9147000 0,01 73,19 50,83
Jlh 1700 1115 1759
Atas 1228 317 1193
B 10 6 1,44 Bwh 531 798 517 8533500 0,01 68,29 47,42
Jlh 1759 1115 1710
As 3 Atas 1258 352 1368
Bwh 567 805 590
B11 6 1,44 8548500 0,01 68,41 47,50
Jlh 1825 1157 1958
Atas 1017 1776 440
Bwh 1366 1175 440
B 12 6 1,44 Jlh 2383 2951 880 9145500 0,01 73,18 50,82
Atas 1400 371 634
Dapat dilihat dari hasil pengolahan diatas, rasio tulangan longitudinal balok arah x
pada lantai 8 bangunan 8 lantai ialah 46,13 kg/m3. Perhitungan seperti ini dilanjutkan
untuk balok arah x dan arah y sampai lantai 1 bangunan.
Untuk mencari kebutuhan tulangan longitudinal non-prategang pada TB yang terletak
di lantai 3 bangunan, harus dilakukan analisa manual karena perhitungan tulangan
harus memakai momen sekunder pada kombinasi pembebanannya. Sketsa
mendapatkan momen sekunder balok prategang menerus digambarkan dalam gambar
berikut :
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI
Dimana :
Mn = kuat lentur nominal balok prategang.
As = luas tulangan non-prategang (mm2)
fy = kuat leleh tulangan non-prategang (Mpa)
d = jarak serat tekan terluar ke centroid tulangan non prategang (mm)
Ast = luas nominal tendon (mm2)
fps = tegangan tendon pada kondisi failure
dt = jarak serat tekan terluar ke centroid tendon (mm)
a = (As fy + Ast Fps) / 0,85 fc b
jumlah strand digunakan = 44 strand,
dan tegangan tendon pada kondisi failure dapat diambil dengan menggunakan
persamaan SNI 03-2847-2002 pasal 20.7 ayat 2 untuk fefektif > 0,5 fpu :
= +
Dimana :
fpu = tegangan ultimate strand (Mpa)
p = faktor yang memperhitungkan tipe tendon, diambil 0,28
1 = 0,85
p = rasio tulangan prategang Aps/b d
= fy/fc
= fy/fc
Dari hasil perhitungan didapatkan fps = 1783,312 Mpa
Dengan metode Load Resistance Factor Design (LFRD) ketentuan berikut harus
dipenuhi :
Mn > Mu
Berdasarkan perhitungan, didapatkan luas tulangan yang dibutuhkan :
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI
Dapat dilihat bahwa kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x menurun ketika di
lantai 3 dikarenakan keberadaan balok prategang yang otomatis mengurangi jumlah
tulangan non-prategang. Fenomena ini juga terjadi pada model-model lainnya.
untuk mendapatkan berat tulangan (kg). Berat tulangan ini kemudian dibagi dengan
volume beton balok untuk mendapatkan rasio tulangan. Berikut diberikan tabel
perhitungan rasio tulangan geser balok arah x pada lantai 8 bangunan :
Penulangan Geser Balok Arah X
Lantai
BALOK L(m) Vbeton Av1 Av2 Av3 Vol(m3) Berat(kg) Ratiotiapblk
Tulangan 0,36 0,36 0,36
b 0,4
B2 6 1,44 h 0,6 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
l' 1,5 3 1,5
Tulangan 0,36 0,36 0,36
b 0,4
B3 6 1,44 h 0,6 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
l' 1,5
Tulangan 0,36 3 1,5
b 0,4 0,076 0,36
h 0,6
B4 6 1,44 l' 1,5 h (m) 0,6 0,0007848 6,2802835 4,361308
Tulangan 0,36 3 1,5
As 4 b 0,4 0,076 0,36
h 0,6
B5 6 1,44 l' 1,5 h (m) 0,6 0,0007848 6,2802835 4,361308
Tulangan 0,36
b 0,4 3 1,5
h 0,6 0,36 0,36
l' 1,5
B6 6 1,44 Tulangan 0,36 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
8 b 0,4 3 1,5
h 0,6 0,36 0,36
l' 1,5
B7 6 1,44 Tulangan 0,519 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
b 0,4
h 0,6 3 1,5
l' 1,5 1,823 1,728
Tulangan 0,36
B114 6 1,44 b 0,4 h (m) 0,6 0,0053037 42,442329 29,4738395
h 0,6 3 1,5
l' 1,5 0,36 0,36
Tulangan 0,36
B9 6 1,44 b 0,4 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
As 3 h 0,6
l' 1,5 3 1,5
Tulangan 0,36 0,36 0,36
b 0,4
B10 6 1,44 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
3 1,5
0,36 0,36
B11 6 1,44 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI
h 0,6
l' 1,5 3 1,5
Tulangan 0,36 0,36 0,36
b 0,4
B12 6 1,44 h 0,6 h (m) 0,6 0,001296 10,37111 7,20216
l' 1,5
Tulangan 1,728 3 1,5
b 0,4 1,823 0,519
Dapat dilihat dari hasil tabel diatas, rasio tulangan geser balok arah x pada lantai 8
bangunan 8 lantai ialah 8,354 kg/m3. Hasil rasio tulangan geser balok arah x dan arah y
per lantai yakni :
Rasio Penulangan Geser (kg/m3)
LantaiGeser XGeser Y
88,3544,927
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI
7 7,180 5,388
6 7,283 5,683
5 7,546 6,070
4 8,385 5,797
3 19,913 6,109
2 6,402 4,401
1 7,296 2,136
Penulangan Kolom
Hampir sama dengan penulangan balok, pada kolom juga dicaritahu nilai rasio
tulangan longitudinal dan transversalnya. Satu hal yang perlu dicatat bahwa
penulangan ini merupakan hasil eksak dari program tanpa ada perubahan lebih lanjut.
Nilai rasio tulangan longitudinal dan transversal kolom per lantai untuk bangunan 8
lantai dapat dilihat pada tabel berikut :
Penulangan
Lantai Geser arah X Geser Arah Y
Longitudinal
8 80,02 2,35 4,22
7 80,02 1,56 3,34
6 80,02 1,56 3,35
5 80,02 2,19 3,99
4 109,49 3,95 2,69
3 86,97 3,40 1,26
LAMPIRAN I : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 8 LANTAI
Bangunan 6 Lantai
Bangunan model kedua dalam variasi lantai ialah bangunan 6 lantai. Spesifikasi
struktur yakni :
Luas : 648 m2
Panjang : 18 m
Lebar : 36 m
Tinggi : 30 m
Ukuran kolom pendukung : 1000 x 1000 mm2.
Ukuran balok induk : 400 x 600 mm2 (bentang 6 m) dan 400 x 900 mm2
(bentang 12 m)
Ukuran balok anak : 500 x 250 mm2
Baja tulangan
Tegangan Leleh : 400 Mpa
Untaian Kawat Prategang
Jenis : uncoated seven wire strand low relaxation
Diameter nominal : 12,7 mm
Berat nominal : 1,1 kg/m
UTS : 183,7 Kn
Kuat leleh : 1670 Mpa
Tegangan maks : 1860 Mpa
Luas nominal : 98,71 mm2
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI
Untuk dimensi yang lain seperti balok induk, balok anak, dan dinding geser, ukuran
disamakan.
Bentuk denah dan permodelan 3D bangunan dapat dilihat pada gambar berikut :
Beserta momen luar akibat eksentrisitas tendon yang bekerja pada ujung
ialah : P x etumpuan = 3525,13 x 0,575 = 2026,95 kN m. Permodelan
pembebanan gaya prategang menjadi :
Vx dan Vy dinamik sudah lebih besar daripada 80% V statik oleh karena itu faktor
perbesaran untuk pembebanan gempa tidak perlu dilakukan.
4
Lantai
Story Shear X Bangunan 6
3 Lantai
Story Shear Y Bangunan 6
2
Lantai
1
0 1000 2000 3000 4000 5000
V (kN)
C2 C4 C6
pada kolom pendukung, dan displacement baik pada balok transfer maupun titik
tengah struktur. Pembahasan lebih lengkapnya dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar IV. 32 Gaya Geser Pada Kolom Pendukung Merepresentasikan Gaya Geser yang
Ditransfer oleh TB
GAYA GEMPA
Beam 1 Beam 2
Ux 20,3642 mm Eqx 20,3645
Ux mm
Beam 1 Beam 2
Uy 8,4755 mm Eqy 8,4734
Uy mm
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI
Dalam melihat displacement pada titik tengah TB, digunakan juga kombinasi
pembebanan service yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menghitung gaya-gaya
dalam. Besarnya displacement yakni :
Bangunan 6 Lantai
Displacement di Titik Tengah TB
Kombinasi Serviceuz (mm) ux (mm) uy (mm)
PE6,283
PE+DL+SDL-4,557
PE+DL+SDL+LL-10,705
PE+DL+SDL+LL+E1-14,32921,1123,316
PE+DL+SDL+LL+E2-13,9597,3468,907
PE+DL+SDL+LL+E3-10,95821,1253,346
PE+DL+SDL+LL+E4-10,5877,3608,937
Aksial Geser
Lantai 3
C2 C4 C6 C2 C4 C6
PE -109,8 -42,75 -109,79 39,28 0 -39,28
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI
- Penulangan
Tulangan Longitudinal Balok
Dengan cara yang sama seperti pada penulangan bangunan 8 lantai, didapatkan rasio
tulangan longitudinal balok arah x dan arah y per lantai untuk bangunan 6 lantai ialah
sebagai berikut :
LAMPIRAN II : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI
Rasio (kg/m3)
Lantai Long Balok arah xLong Balok arah y
6 40,5333,47
5 46,1743,69
4 48,3444,02
3 38,6944,09
2 40,0522,47
1 34,3721,00
4
Lantai
Penulangan Longitudinal
3 Balok arah X
Penulangan Longitudinal
2 Balok arah Y
1
0,00 20,00 40,00 60,00
Rasio (kg/m3)
Dapat dilihat bahwa kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x menurun ketika di
lantai 3 dikarenakan keberadaan balok prategang yang otomatis mengurangi jumlah
tulangan non-prategang. Fenomena ini juga terjadi di model bangunan 8 lantai
4
Lantai Penulangan Geser
Balok arah X
3 Bangunan 6 Lantai
Penulangan Geser
2
Balok arah Y Bangunan
1 6 Lantai
0,00 5,00 10,00 15,00
Rasio (kg/m3)
Penulangan Kolom
Nilai rasio tulangan longitudinal dan transversal kolom per lantai untuk bangunan 6
lantai dapat dilihat pada tabel berikut :
4
Lantai
3 Penulangan
Longitudinal Kolom
2 Bangunan 6 Lantai
1
0,000 50,000 100,000 150,000
Rasio (kg/m3)
4
Lantai Penulangan Geser
Kolom arah X
3 Bangunan 6 Lantai
Penulangan Geser
2 Kolom arah Y
Bangunan 6 Lantai
1
0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000
Rasio (kg/m3)
LAMPIRAN III
Bangunan 4 Lantai
Bangunan model ketiga dalam variasi lantai ialah bangunan 4 lantai. Spesifikasi
struktur yakni :
Luas : 648 m2
Panjang : 18 m
Lebar : 36 m
Tinggi : 30 m
Ukuran kolom pendukung : 800 x 800 mm2.
Ukuran balok induk : 400 x 600 mm2 (bentang 6 m) dan 400 x 900 mm2
(bentang 12 m)
Ukuran balok anak : 500 x 250 mm2
Baja tulangan
Tegangan Leleh : 400 Mpa
Untaian Kawat Prategang
Jenis : uncoated seven wire strand low relaxation
Diameter nominal : 12,7 mm
Berat nominal : 1,1 kg/m
UTS : 183,7 Kn
Kuat leleh : 1670 Mpa
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI
Untuk dimensia yang lain seperti balok induk, balok anak, dan dinding geser, ukuran
disamakan.
Bentuk denah dan permodelan 3D bangunan dapat dilihat pada gambar berikut :
Beserta momen luar akibat eksentrisitas tendon yang bekerja pada ujung
ialah : P x etumpuan = 1982,88 x 0,4 = 793,15 kN m. Permodelan
pembebanan gaya prategang menjadi :
Vx dan Vy dinamik sudah lebih besar daripada 80% V statik oleh karena itu faktor
perbesaran untuk pembebanan gempa tidak perlu dilakukan.
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI
3
Lantai
Story Shear X
2 Bangunan 4 Lantai
Story Shear Y
1 Bangunan 4 Lantai
0 1000 2000 3000
V (kN)
Drift x
3
Lantai Drift y
2 Batas Layan
Batas Ultimit
1 Drift Ultimit x
0 20 40 60 80 100 Drift Ultimit y
Drift (mm)
Drift x
3
Lantai Drift y
2 Batas Layan
Batas Ultimit
1 Drift Ultimit x
0 20 40 60 80 100 Drift Ultimit y
Drift (mm)
C2 C4 C6
Gambar IV. 50 Gaya Geser Pada Kolom Pendukung Merepresentasikan Gaya Geser yang
Ditransfer oleh TB
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI
GAYA GEMPA
Beam 1 Beam 2
11,7087 mm Eqx 11,7094mm
Ux Ux
Beam 1 Beam 2
5mm Eqy 5mm
Uy Uy
Dalam melihat displacement pada titik tengah TB, digunakan juga kombinasi
pembebanan service yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menghitung gaya-gaya
dalam. Besarnya displacement yakni :
Bangunan 4 Lantai
Displacement di Titik Tengah TB
uz (mm)ux (mm)uy (mm)
PE7,136
PE+DL+SDL-6,099
PE+DL+SDL+LL-12,557
PE+DL+SDL+LL+E1-16,14612,3282,039
PE+DL+SDL+LL+E2-15,7884,4745,365
PE+DL+SDL+LL+E3-10,96012,3522,058
PE+DL+SDL+LL+E4-10,6034,4975,383
Gaya-gaya dalam pada kolom pendukung yang terletak tepat di bawah TB dan kolom-
kolom pendukung pada lantai satu bangunan juga dicaritahu. Gaya aksial menandakan
besarnya gaya vertikal dari struktur yang ada di atasnya. Gaya geser
merepresentasikan gaya lateral pada struktur. Selain itu, digunakan kombinasi
pembebanan service yakni kombinasi pembebanan gaya-gaya dengan faktor = 1 dan
kombinasi dianggap mewakili kondisi bangunan sebenernya. Kombinasi pembebanan
dapat dilihat sebagai berikut :
1. PE
2. PE + DL + SDL
3. PE + DL + SDL + LL
4. PE + DL + SDL + LL +E, dimana
E1 = EV1 + Eqx + 0,3 Eqy
E2 = EV1 + 0,3 Eqx + Eqy
E3 = EV2 + Eqx + 0,3 Eqy
E4 = EV2 + 0,3 Eqx + 1 Eqy
Besarnya gaya-gaya dalam pada kolom pendukung lantai 3 :
Aksial Geser
Lantai 3
C2 C4 C6 C2 C4 C6
PE -52,87 -23,9 -52,87 14,02 0 -14,02
PE+DL+SDL -893,97 -2221,3 -893,98 -51,24 0 51,24
PE+DL+SDL+LL -1004,84 -2584,66 -1004,85 -62,23 0 62,23
PE+DL+SDL+LL+E1 -1224,91 -2940,01 -1224,89 -107,49 45,56 107,49
PE+DL+SDL+LL+E2 -1199,93 -2961,87 -1199,91 -85,36 15,21 85,32
PE+DL+SDL+LL+E3 -967,59 -2264,44 -967,57 -87,42 45,56 87,42
PE+DL+SDL+LL+E4 -942,61 -2286,3 -942,59 -65,29 15,21 65,25
- Penulangan
Tulangan Longitudinal Balok
Dengan cara yang sama seperti pada penulangan bangunan 8 dan 6 lantai, didapatkan
rasio tulangan longitudinal balok arah x dan arah y per lantai untuk bangunan 4 lantai
ialah sebagai berikut :
Rasio (kg/m3)
Lantai Long Balok arah xLong Balok arah y
4 35,2934,68
3 34,8343,22
2 32,7120,42
1 31,3920
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI
3
Lantai Penulangan
Longitudinal Balok
2 arah X
Penulangan
Longitudinal Balok
arah Y
1
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00
Rasio (kg/m3)
Dapat dilihat bahwa kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x pada model
bangunan 4 lantai ini justru meningkat di lantai 3 bangunan, berbeda dengan kedua
model sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh gaya prategang pada TB di bangunan 4
lantai kurang begitu berkontribusi dalam menahan gaya gravitasi sehingga rasio
tulangan tetap cukup besar.
3
Lantai Penulangan Geser Balok
arah X Bangunan 4
Lantai
2
Penulangan Geser Balok
arah Y Bangunan 4
Lantai
1
0 2 4 6 8
Rasio (kg/m3)
Penulangan Kolom
Nilai rasio tulangan longitudinal dan transversal kolom per lantai untuk bangunan 4
lantai dapat dilihat pada tabel berikut :
Penulangan Geser Arah
Lantai Geser arah X
Longitudinal Y
4 111,89 4,15 3,972
3 80,02 0 0
2 80,02 0 0
1 84,85 1,797 1,797
LAMPIRAN III : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 4 LANTAI
3
Lantai
Penulangan
2 Longitudinal Kolom
Bangunan 4 Lantai
1
0 50 100 150
Rasio (kg/m3)
3
Lantai Penulangan Geser
Kolom arah X
2 Bangunan 4 Lantai
Penulangan Geser
Kolom arah Y
1 Bangunan 4 Lantai
0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000
Rasio (kg/m3)
3
Lantai
Penulangan
2 Longitudinal SW
Bangunan 4 Lantai
1
0,00 50,00 100,00 150,00 200,00
Rasio (kg/m3)
3
Lantai
2 Penulangan Geser SW
Bangunan 4 Lantai
1
75,00 80,00 85,00 90,00 95,00
Rasio (kg/m3)
LAMPIRAN IV
Bangunan 6 Lantai TB 1800x800
Spesifikasi struktur dan denah sama seperti bangunan 6 lantai pada variasi pertama.
Yang membedakan hanyalah ketinggian TB sehingga ukuran penampang TB
menjadi 800x1800.
= 134,368
qekivalen () =,
= 537,473
qekivalen () =,
Beserta momen luar akibat eksentrisitas tendon yang bekerja pada ujung
ialah : P x etumpuan = 3525,13 x 0,475 = 1674,43 kN m. Permodelan
pembebanan gaya prategang menjadi :
Setelah semua pembebanan dimasukkan ke dalam model, analisa terhadap model pun
dilakukan.
HASIL RUNNING :
- Periode Getar, Pola Ragam Getar, dan Partisipasi Massa Bangunan 6
Lantai
Periode getar, pola ragam getar, dan partisipasi massa bangunan 6 lantai TB
800x1800 dapat dilihat pada tabel berikut :
Mode Period UX UY SumUX SumUY RZ SumRZ
1 0,785926 81,1478 0 81,14780 0,3362 0,3362
2 0,482762 0 82,981 81,1478 82,981 0 0,3362
3 0,329812 0,1228 0 81,2706 82,981 79,9436 80,2798
4 0,190244 11,6771 0 92,9477 82,981 0,0001 80,2799
5 0,179126 0 9,0508 92,9477 92,0318 0 80,2799
6 0,132893 0 1,0295 92,9477 93,0613 0 80,2799
7 0,108259 1,8491 0 94,7968 93,0613 6,6977 86,9776
8 0,101478 0 0,158 94,7968 93,2193 0 86,9776
9 0,097218 1,1458 0 95,9426 93,2193 5,0789 92,0565
10 0,087669 0 1,5929 95,9426 94,8122 0 92,0565
11 0,081368 0,6775 0 96,6201 94,8122 0,9671 93,0237
12 0,066321 0 2,0242 96,6201 96,8364 0 93,0237
13 0,06444 1,597 0 98,2171 96,8364 0,2881 93,3118
14 0,059378 0 1,3062 98,2171 98,1426 0 93,3118
15 0,047641 0,9559 0 99,173 98,1426 0,0133 93,3251
16 0,039127 0 1,0578 99,173 99,2004 0 93,3251
17 0,025593 0,7515 0 99,9245 99,2004 0,2384 93,5635
18 0,023833 0 0,7252 99,9245 99,9256 0 93,5635
Gaya geser dinamik harus melebihi 80% gaya statik struktur. Perbandingan kedua
hasil dapat dilihat pada perhitungan dibawah :
Berdasarkan hasil ETABS, Vxbase dinamik = 4193,83 kN
Vybase dinamik = 4271,38 kN
Cx 0,75Cy 0,75
I 1I 1
Rx 5,5Ry 5,5
Massa 3575,3701
Wt 35074,38068 kN
V = C I Wt / R
4782,870093 kN0.8 Vx
Vx 4782,870093 kN0.8 Vy 3826,296 kN
Vy 3826,296 kN
Vx dan Vy dinamik sudah lebih besar daripada 80% V statik oleh karena itu faktor
perbesaran untuk pembebanan gempa tidak perlu dilakukan.
Hasil perhitungan kinerja layan dan ultimit bangunan dapat dilihat pada grafik berikut
:
5
Drift x
4
Lantai AN IV :
3 Batas Layan
Batas Ultimit
2
Drift Ultimit x
1 Drift Ultimit y
0 20 40 60 80 100
Drift (mm)
5
Drift x
4
Lantai Drift y
3 Batas Layan
Batas Ultimit
2
Drift Ultimit x
1 Drift Ultimit y
0 20 40 60 80 100
Drift (mm)
C2 C4 C6
Hampir sama dengan beban gravitasi, beban vertikal akibat beban gempa yang
ditransfer oleh TB dapat diketahui dari besarnya gaya dalam lintang yang terjadi pada
balok prategang. Gaya-gaya dalam lintang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Balok Transfer
EQ x267,71 kN
EQ y88,56 kN
Ev1 310,35 kN
Ev2 -289,9 kN
Eqx + Eqy + Ev1 666,62 kN
Eqx + Eqy + Ev2 66,37 kN
Gambar IV. 64 Gaya Geser Pada Kolom Pendukung Merepresentasikan Gaya Geser yang
Ditransfer oleh TB
Selain gaya-gaya yang ditransfer, dilihat juga besarnya displacement yang terjadi
pada titik tengah bentang TB akibat beban gravitasi dan beban gempa. Hasil
displacement dapat dilihat pada tabel berikut :
GAYA GRAVITASI
Beam 1 Beam 2
-12,5019 Dead Load -12,5019
Uz mm Uz mm
Beam 1 Beam 2
-3,1275 Live Load -3,1275
Uz mm Uz mm
Beam 1 Beam 2
-4,1255 SDL -4,1255
Uz mm Uz mm
GAYA GEMPA
Beam 1 Beam 2
Eqx
Ux 20,4697 mm Ux 20,4697 mm
Beam 1 Beam 2
8,4514 Eqy 8,4514
Uy mm Uy mm
Dalam melihat displacement pada titik tengah TB, digunakan juga kombinasi
pembebanan service yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menghitung gaya-gaya
dalam. Besarnya displacement yakni :
Bangunan 6 Lantai TB 800x1800
Displacement di Titik Tengah TB
uz (mm)ux (mm) uy (mm)
PE6,7662
PE+DL-9,8611
PE+DL+SDL+LL-12,9886
PE+DL+SDL+LL+E1-16,960921,2658
PE+DL+SDL+LL+E2-16,69577,4351 3,3506
PE+DL+SDL+LL+E3-13,069621,2814 8,9136
PE+DL+SDL+LL+E4-12,80447,4506 3,3837
8,9467
dilihat hanya gaya lintangnya karena dianggap merepresentasikan beban vertikal yang
ditransfer ke bawah. Besarnya gaya lintang tersebut yakni :
- Penulangan
Tulangan Longitudinal Balok
Dengan cara yang sama seperti pada penulangan bangunan 8 lantai, didapatkan rasio
tulangan longitudinal balok arah x dan arah y per lantai untuk bangunan 6 lantai TB
800x1800 ialah sebagai berikut :
Rasio (kg/m3)
Lantai Long Balok arah x Long Balok arah y
6 39,49 33,60
5 47,18 43,34
4 49,77 43,77
3 38,24 44,45
2 40,16 22,46
1 34,42 20,99
LAMPIRAN IV : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1800
Dapat dilihat bahwa kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x menurun ketika di
lantai 3 dikarenakan keberadaan balok prategang yang otomatis mengurangi jumlah
tulangan non-prategang.
5
Penulangan Geser
4
Lantai Balok arah X
Bangunan 6 Lantai
3 (800x1800)
Penulangan Geser
2 Balok arah Y
Bangunan 6 Lantai
1 (800x1800)
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00
Rasio (kg/m3)
Penulangan Kolom
Nilai rasio tulangan longitudinal dan transversal kolom per lantai untuk bangunan 6
lantai dapat dilihat pada tabel berikut :
Lantai Penulangan Longitudinal Geser arah X Geser Arah Y
6 80,020 3,923 5,078
5 80,020 1,876 3,964
4 112,512 3,804 2,707
3 80,020 1,790 1,486
2 86,559 1,486 1,486
1 97,784 1,606 2,293
LAMPIRAN IV : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1800
LAMPIRAN V
Bangunan 6 Lantai TB 800x1600
Spesifikasi struktur dan denah sama seperti bangunan 6 lantai pada variasi pertama.
Yang membedakan hanyalah ketinggian TB sehingga ukuran penampang TB
menjadi 800x1600.
Beserta momen luar akibat eksentrisitas tendon yang bekerja pada ujung
ialah : P x etumpuan = 3525,13 x 0,375 = 1321,92 kN m. Permodelan
pembebanan gaya prategang menjadi :
Massa 3562,0567
Wt 34943,77623 kN
V = C I Wt / R
Vx 4765,060395 kN0.8 Vx 3812,048 kN
Vy 4765,060395 kN0.8 Vy 3812,048 kN
Vx dan Vy dinamik sudah lebih besar daripada 80% V statik oleh karena itu faktor
perbesaran untuk pembebanan gempa tidak perlu dilakukan.
4
Lantai
3 Story Shear X 800x1600
Story Shear Y 800x1600
2
1
0 1000 2000 3000 4000 5000
V (kN)
5
Drift x
4
Lantai Drift y
3 Batas Layan
Batas Ultimit
2
Drift Ultimit x
1 Drift Ultimit y
0 20 40 60 80 100
Drift (mm)
5
Drift x
4
Lantai Drift y
3 Batas Layan
Batas Ultimit
2
Drift Ultimit x
1 Drift Ultimit y
0 20 40 60 80 100
Drift (mm)
C2 C4 C6
Sistem transfer dalam bangunan 6 lantai terdiri atas balok transfer (TB) yang berupa
balok prategang dan kolom-kolom pendukung berukuran 1000x1000 mm2 yang
berada di sepanjang lantai 1-4 bangunan. Kinerja dari sistem transfer ini akan
dievaluasi dengan mencari tahu besarnya gaya-gaya yang ditransfer, gaya-gaya dalam
pada kolom pendukung, dan displacement baik pada balok transfer maupun titik
tengah struktur. Pembahasan lebih lengkapnya dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar IV. 77 Gaya Geser Pada Kolom Pendukung Merepresentasikan Gaya Geser yang
Ditransfer oleh TB
GAYA GEMPA
Beam 1 Beam 2
Eqx
Ux 20,5823 mm Ux 20,5823 mm
Beam 1 Beam 2
8,4284 Eqy 8,4284
Uy mm Uy mm
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600
Dalam melihat displacement pada titik tengah TB, digunakan juga kombinasi
pembebanan service yang sudah dilakukan sebelumnya untuk menghitung gaya-gaya
dalam. Besarnya displacement yakni :
Bangunan 6 Lantai TB 800x1600
Displacement di Titik Tengah TB
uz (mm)ux (mm) uy (mm)
PE7,1659
PE+DL-12,3122
PE+DL+SDL+LL-16,0408
PE+DL+SDL+LL+E1-20,428721,4379
PE+DL+SDL+LL+E2-20,3087,5387 3,3918
PE+DL+SDL+LL+E3-15,892221,4555 8,926
PE+DL+SDL+LL+E4-15,77157,5562 3,4286
8,9627
- Penulangan
Tulangan Longitudinal Balok
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600
Dengan cara yang sama seperti pada model-model sebelumnya, didapatkan rasio
tulangan longitudinal balok arah x dan arah y per lantai untuk bangunan 6 lantai TB
800x1600 ialah sebagai berikut :
Rasio (kg/m3)
Lantai Long Balok arah x Long Balok arah y
6 41,2433,86
5 48,5243,48
4 51,4543,93
3 40,7244,64
2 40,2822,45
1 34,520,98
4
Lantai
Penulangan Longitudinal
3 Balok arah X (800x1600)
Penulangan Longitudinal
2
Balok arah Y (800x1600)
1
0,00 20,00 40,00 60,00
Rasio (kg/m3)
Dapat dilihat bahwa kebutuhan tulangan longitudinal balok arah x menurun ketika di
lantai 3 dikarenakan keberadaan balok prategang yang otomatis mengurangi jumlah
tulangan non-prategang.
6 6,6 3,7
5 5,66 4,27
4 7,8 4,5
3 22,79 4,48
2 5,91 2,17
1 4,16 2,17
4
Lantai Penulangan Geser Balok
arah X Bangunan 6
3 Lantai (800x1600)
Penulangan Geser Balok
2 arah Y Bangunan 6
Lantai (800x1600)
1
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00
Rasio (kg/m3)
Penulangan Kolom
Nilai rasio tulangan longitudinal dan transversal kolom per lantai untuk bangunan 6
lantai dapat dilihat pada tabel berikut :
Lantai Penulangan Longitudinal Geser arah X Geser Arah Y
6 80,020 4,148 4,392
5 80,020 1,915 3,266
4 117,265 3,92 2,707
3 80,020 1,193 1,486
2 86,506 1,486 1,486
1 97,83 1,603 2,289
LAMPIRAN V : PERMODELAN DAN HASIL BANGUNAN 6 LANTAI TB
800X1600
4
Lantai
Penulangan
3 Longitudinal Kolom
Bangunan 6 Lantai
2 (800x1600)
1
0,000 50,000 100,000 150,000
Rasio (kg/m3)
4
Lantai Penulangan Geser Kolom
arah X Bangunan 6 Lantai
3 (800x1600)
Penulangan Geser Kolom
2 arah Y Bangunan 6 Lantai
(800x1600)
1
0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000
Rasio (kg/m3)
4
Lantai
Penulangan
3 Longitudinal SW
Bangunan 6 Lantai
2
(800x1600)
1
0 50 100 150 200 250
Rasio (kg/m3)
4
Lantai
3 Penulangan Geser SW
Bangunan 6 Lantai
2 (800x1600)
1
0 50 100 150 200
Rasio (kg/m3)