Anda di halaman 1dari 25

BAB VI

TULANGAN GESER BALOK

1. PENGANTAR

Dalam bab ini akan dibahas mengenai tulangan geser balok, serta perincian
pembahasan yang mencakup :
 Retakan pada balok
 Retak balok akibat gaya geser
 Mengatasi retak geser
 Perencanaan tulangan geser balok

Pemahaman materi pada bab pengenalan ini bermanfaat untuk memberikan


pengetahuan kepada mahasiswa tentang teori dan perhitungan dalam perencanaan tulangan
geser pada balok sehingga dapat diaplikasikan dalam analisis maupun desain struktur
bangunan nantinya.

a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti dan menyelesaikan materi pada bab keempat ini, mahasiswa
dapat merencanakan tulangan geser balok.

b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah menyelesaikan Bab V ini mahasiswa mampu untuk menjelaskan tentang


hal-hal berikut :
1. Retakan pada balok
2. Retak balok akibat gaya geser
3. Mengatasi retak geser
4. Perencanaan tulangan geser balok
Bahan Ajar Struktur Beton I

2. PENYAJIAN
2.1. Retakan Pada Balok
Asroni, A, (2010), jika ada sebuah balok yang ditumpu secara sederhana (yaitu
dengan tumpuan sendi pada ujung yang satu dan tumpuan rol pada ujung lainnya),
kemudian di atas balok diberikan beban cukup berat, balok tersebut dapat terjadi 2 jenis
retakan, yaitu retak yang arahnya vertikal dan retak yang arahnya miring.

Gambar 6.1. jenis retakan pada balok

Retak vertikal terjadi akibat kegagalan balok dalam menahan beban lentur,
sehingga biasanya terjadi pada daerah lapangan (bentang tengah) balok, karena pada
daerah ini timbul momen lentur paling besar. Retak miring terjadi akibat kegagalan balok
dalam menahan beban geser, sehingga biasanya terjadi pada daerah ujung (dekat tumpuan)
balok, karena pada daerah ini timbul gaya geser/ gaya lintang paling besar.

2.2. Retak Balok Akibat Gaya Geser

Untuk memberikan gambaran yang cukup jelas tentang bekerjanya gaya geser/gaya
lintang pada balok, diambil sebuah elemen kecil dari beton yang berada di dekat ujung
balok, kemudian elemen tersebut diperbesar sehingga daat dilukiskan gaya-gaya geser di
sekitar elemen beton.

Gambar 6.2. Retak balok akibat gaya geser

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 2


Bahan Ajar Struktur Beton I

Pada gambar 6.2. akibat beban sendiri dan beban-beban di atas balok, maka pada tumpuan
kiri maupun kanan timbul reaksi (RA dan RB) yang arahnya ke atas, sehingga pada tumpuan kiri
terjadi gaya lintang/gaya geser sebesar RA ke atas.
Gaya lintang RA ini berakibat pada elemen beton (yang diperbesar) pada gambar 6.2
sebagai berikut :
a. Arah reaksi RA ke atas, sehingga pada permukaan bidang elemen sebelah kiri terjadi gaya
geser dengan arah ke atas pula.
b. Karena elemen beton berada pada keadaan stabil, berarti terjadi keseimbangan gaya
vertikal pada elemen beton, sehingga pada permukaan bidang elemen sebelah kanan timbul
gaya geser ke bawah. Kedua gaya geser pada kedua permukaan bidang (bidang kiri dan
kanan) ini besarnya sama.
c. Akibat gaya geser ke atas pada permukaan bidang kiri, dan gaya geser ke bawah pada
permukaan bidang kanan, maka pada elemen beton timbul momen yang arahnya sesuai
dengan arah putaran jarum jam.
d. Karena elemen beton berada pada keadaan stabil, berarti terjadi keseimbangan momen
pada elemen beton, sehingga momen yang ada harus dilawan oleh momen lain yang
besarnya sama tetapi arahnya berkebalikan, yaitu berlawanan dengan arah putaran jarum
jam.
e. Momen lawan yang arahnya berlawanan dengan arah putaran jarum jam pada item (d)
dapat terjadi, jika pada permukaan bidang elemen sebelah atas ada gaya geser dengan arah
ke kiri, dan pada permukaan bidang elemen sebelah bawah ada gaya geser dengan arah ke
kanan. Kedua gaya geser terakhir besarnya juga sama.

Pada gambar 6.2., terjadi keadaan berikut :


a. Gaya geser keatas pada permukaan bidang kiri dan gaya geser ke kiri pada permukaan
bidang atas, membentuk resultant R yang arahnya miring ke kiri atas.
b. Gaya geser ke bawah pada permukaan bidang kanan dan gaya geser ke kanan pada
permukaan bidang bawah, juga membentuk resultan R yang arahnya miring ke kanan
bawah.
c. Kedua resultan yang terjadi dari item (a) dan item (b) tersebut sama besarnya, tetapi
berlawanan arah dan saling tarik menarik.
d. Jika elemen beton tidak mampu menahan gaya tarik dari kedua resultan R, maka elemen
beton akan retak dengan arah miring, membentuk sudut α  45o.

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 3


Bahan Ajar Struktur Beton I

2.3. Mengatasi Retak Geser


2.3.1. Unsur penahan gaya geser

Meskipun elemen beton dapat menahan gaya geser/gaya lintang yang bekerja pada
balok, tetapi jika gaya geser tersebut cukup besar (terutama pada daerah ujung balok),
maka elemen beton tidak mampu lagi menahannya, sehingga dapat menimbulkan retak
beton yang arahnya miring (menyudut). Untuk mengatasi retak miring akibat gaya geser,
maka pada lokasi yang gaya gesernya cukup besar ini diperlukan tulangan khusus, yang
disebut tulangan geser.
Sebetulnya retak miring pada balok dapat ditahan oleh 4 unsur, yaitu :
a. Bentuk dan kekasaran permukaan agregat beton (pasir dan kerikil). Bentuk agregat
yang tajam/menyudut dan permukaannya kasar sangat kuat menahan gaya geser,
karena agregat akan saling mengunci, sehingga mempersulit terjadinya slip (tida
mudah retak), seperti pada gambar 6.3a. Tetapi jika agregat berbentuk bulat dan
permukaannya halus tidak kuat menahan gaya geser, karena mudah terjadi slip
(mudah retak), seperti gambar 6.3b.
b. Retak geser ditahan oleh gaya tarik dan gaya potong (dowel action) dari tulangan
longitudinal, seperti pada gambar 6.3c dan 6.3d.
c. Retak geser ditahan oleh strut beton
d. Retak geser ditahan oleh gaya tarik tulangan geser, baik berupa tulangan miring
maupun tulangan begel, seperti gambar 6.3e dan 6.3f.

Gambar 6.3. Unsur penahan retak geser pada balok

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 4


Bahan Ajar Struktur Beton I

Pemasangan begel balok dilaksanakan dengan melingkupi tulangan longitudinal


dan kedua tulangan tersebut saling terkait dengan kawat binddrad. Dengan demikian, begel
tersebut selain berfungsi untuk menahan gaya geser, juga berfungsi untuk mencegah
pergeseran tulangan longitudinal akibat gaya potong, sehingga kedudukan tulangan
longitudinal lebih kuat.
Menurut pasal 13.1.1 SNI 03-2847-2002, pada perencanaan penampang yang
menahan gaya geser harus didasarkan pada kuat geser nominal (Vn), yang ditahan oleh dua
macam kekuatan, yaitu : kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton (Vc) dan kuat
geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser (Vs). Dengan demikian pengaruh
kekasaran agregat, gaya tarik dan gaya potong tulangan longitudinal tidak diperhitungkan,
sehingga menambah “keamanan” pada perencanaan.

2.3.2. Pemasangan tulangan geser


Tulangan geser pada balok dapat dipasang dengan arah miring (disebut tulangan
miring atau tulangan serong) dan dengan arah tegak (disebut begel atau sengkang), seperti
pada gambar 6.4. Di Indonesia, yang umum digunakan adalah begel/sengkang tegak.
Tulangan miring tidak boleh digunakan untuk menahan gaya geser bolak-balik (seperti
pada bangunan yang direncanakan tahan gempa).

Gambar 6.4. Tulangan geser dan tulangan longitudinal balok

Jenis begel yang biasa dipakai dibedakan berdasarkan jumlah kakinya, yaitu : begel
2 kaki, begel 3 kaki dan begel 4 kaki seperti pada gambar 6.5.

Gambar 6.5. Berbagai jenis begel pada balok

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 5


Bahan Ajar Struktur Beton I

2.4. Perencanaan Tulangan Geser/Begel Balok


2.4.1. Pertimbangan dalam perhitungan tulangan geser/begel

Beberapa rumus yang digunakan sebagai dasar untuk perhitungan tulangan


geser/begel balok yang dicantumkan dalam pasal-pasal SNI 03-2847-2002 yaitu sebagai
berikut :
a. Pasal 13.1.1 SNI 03-2847-2002, gaya geser rencana, gaya geser nominal, gaya
geser yang ditahan oleh beton dan begel dirumuskan :
VR =  Vn dan  Vn  Vu .................................................. (1)
Vn = Vc + Vs .................................................. (2)

Dengan :
VR = Gaya geser rencana, kN
Vn = Kuat geser nominal, kN
Vc = Gaya geser yang ditahan oleh beton, kN
Vs = Gaya geser yang ditahan oleh begel, kN
 = Faktor reduksi geser = 0,75

b. Pasal 13.1.3.1 SNI 03-2847-2002, nilai Vu boleh diambil pada jarak d (menjadi
Vud) dari muka kolom (gambar 6.6) sebagai berikut :

Vud = Vut 
x
Vu  Vut  .................................................. (3)
y

Gambar 6.6. Lokasi geser maksimal (Vud) untuk perencanaan

c. Pasal 13.3.1 SNI 03-2847-2002, gaya geser yang ditahan oleh beton (Vc) dihitung
dengan rumus :
1
Vc = f c ' .b.d .................................................. (4)
6

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 6


Bahan Ajar Struktur Beton I

d. Pasal 13.5.6.1 SNI 03-2847-2002, gaya geser yang ditahan oleh begel (Vs) dihitung
berdasarkan persamaan (1) dan persamaan (2) :
Vs = Vu   .Vc   .................................................. (5)

e. Pasal 13.5.6.6. SNI 03-2847-2002 :

Vs harus  2
f c ' .b.d
= .................................................. (6)
3
2
Jika Vs ternyata > f c ' .b.d , maka ukuran balok diperbesar.
3
f. SNI 03-2847-2002, luas tulangan geser per meter panjang balok yang diperlukan
(Av,u) dihitung dengan memilih nilai terbesar dari rumus :
1) Pasal 13.5.6.2
Vs .S
Av,u = .................................................. (7)
f y .d
Dengan S = panjang balok 1000 mm
2) Pasal 13.5.5.3
b.S
Av,u = .................................................. (8)
3.f y
Dengan S = panjang balok 1000 mm
3) Pasal 13.5.5.3

75 f c ' .b.S
Av,u = .................................................. (9)
1200.f y
Dengan S = panjang balok 1000 mm

g. Spasi begel (s) dihitung dengan rumus :


1) Jarak spasi :

n.1 4 . .dp 2 .S
s = .................................................. (10)
A v, u
Dengan S = panjang balok 1000 mm

2) Pasal 13.5.4.1, untuk Vs < 1 3 f c ' .b.d , maka :

s  d/2 dan s  600 mm .................................................. (11)


3) Pasal 13.5.4.3, untuk Vs > 1 3 f c ' .b.d , maka :

s  d/4 dan s  300 mm .................................................. (12)

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 7


Bahan Ajar Struktur Beton I

Dengan :
n = Jumlah kaki begel (2, 3, atau 4 kaki)
dp = Diameter begel dari tulangan polos, mm

2.4.2. Skema hitungan begel balok

Pada hitungan/perencanaan begel balok, diperlukan data-data yang meliputi :


dimensi balok (b, h, d, ds), mutu bahan (fc’, fy) dan gaya geser (Vu, Vn). Untuk
mempermudah hitungan pada perencanaan begel balok, maka dibuat skema hitungan
seperti pada gambar 6.7.

Gambar 6.7. Skema hitungan begel balok

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 8


Bahan Ajar Struktur Beton I

Contoh Soal :
1. Diketahui balok 300/450, ds = ds’ = 60 mm. Tulangan atas 3D19, bawah 2D19. Mutu
bahan fy = 300 MPa, fc’=20 MPa. Tulangan untuk begel 8 dan 6. Beban mati
(termasuk berat sendiri balok) qD =8 kN/m’ dan beban hidup qL =6 kN/m’

Penyelesaian :

ds = 60 mm, jadi d = 450 – 60 = 390 mm = 0,39 m


qu = 1,2 qD + 1,6 qL = 1,2 . (8) + 1,6 . (6) = 19,2 kN/m’
Gaya geser Vu = qu . L
Vu = (19,2) . (2,5) = 48 kN = 48000 N

Vud = Vut 
x
Vu  Vut 
y
= 0 + (2,11 / 2,5) . 48000
= 40512 N

1
Vc = . f c ' .b.d
6

= 0,75. 1 20 .300 . 390 


6
= 65404,988 N

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 9


Bahan Ajar Struktur Beton I

Vc/2 = 65404,988 / 2
= 32702,494 N

(Vu -  Vc/2)/x = Vu  2,5


x = 2,5 . (Vu -  Vc/2) / Vu
= 2,5 . (48000 – 32702.494) / 48000
= 0,80 m

Untuk daerah sepanjang x = 0,80 m, karena .Vc /2 < Vu < .Vc , maka digunakan
tulangan begel minimal (Av,u) dengan memilih yang besar berikut :

75. f c '.b.S
Av,u =
1200.f y

=
75. 20 .300.1000
1200. 300
= 279,508 mm2

Av,u = Av, min


b.S
=
3.f y
300.1000
=
3. 300
= 333,33 mm2

Dipilih Avu = 333,33 mm2 dengan begel 2 kaki berdiameter 8 mm


Spasi begel,

n.1 4 . .dp 2 .S
s =
A v, u

2.1 4 . .8 2.1000
=
333,33
= 301,596 mm

s  d/2 = 390/2 = 195 mm


s  600 mm
Dipilih s paling kecil yaitu spasi begel s = 195 mm

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 10


Bahan Ajar Struktur Beton I

Jadi digunakan begel  8 -195 (dibaca : begel dengan diameter 8 mm berspasi 195
mm).

Untuk daerah setelah x = 0,80 m, karena gaya gesernya <  Vc / 2 mestinya tidak pakai
begel, tetapi praktis dipakai begel dengan diameter terkecil ( 6) dan jaraknya d/2 =
195 mm, atau ditulis  6 -195.
Gambar penulangan balok sebagai berikut :

Catatan :
1) Jika digunakan begel 2 kaki, angka 2 boleh dituliskan atau tidak dituliskan
Contoh : begel 2  8 -195 atau cukup ditulis dengan  8 -195
2) Jika digunakan begel 3 atau 4 kaki, angka 3 atau 4 harus dituliskan
Contoh : begel 3  8 -200 atau 4  8 -200

2. Balok berukuran 300/400 dengan bentang dan beban-beban tergambar. Mutu bahan
fy = 300 MPa dan fc’=20 MPa dan ada tulangan D16,  8 dan  6.

Hitung dan gambarlah tulangan longitudinal serta begel balok tersebut

Penyelesaian :
ds1 = 40 + 8 + 16/2 = 56 mm (dipakai ds1 = 60 mm)
ds2 = D + Snv = 16 + 25 = 41 mm (dipakai ds2 = 40 mm)

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 11


Bahan Ajar Struktur Beton I

Jumlah tulangan maksimal per baris (m) :


b  2.d s1
m = 1
D  Sn
300  2.60
= 1
16  40
= 4,21 ~ maksimal 4 batang

40.6.4 - 6/2  - 18.2


MB = 0, diperoleh R A   51 kN
4
40.6.6/2   18.6
MA = 0, diperoleh R B   207 kN
4

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 12


Bahan Ajar Struktur Beton I

Tulangan longitudinal
Bentang AB
fc’= 20 MPa, fy = 300 MPa, maka Kmaks = 5,6897 MPa

Tabel 6.1. Faktor momen pikul maksimal (Kmaks) dalam MPa

Mutu Beton Mutu baja tulangan fy (Mpa)


fc’ (Mpa) 240 300 350 400 450 500
15 4,4839 4,2673 4,1001 3,9442 3,7987 3,6627
20 5,9786 5,6897 5,4668 5,2569 5,0649 4,8836
25 7,4732 7,1121 6,8335 6,5736 6,3311 6,1045
30 8,9679 8,5345 8,2002 7,8883 7,5973 7,3254
35 10,1445 9,6442 9,2595 8,9016 8,5682 8,2573
40 11,2283 10,6639 10,2313 9,8296 9,4563 9,1087
45 12,1948 11,5704 11,0930 10,6509 10,2407 9,8593
50 13,0485 12,3683 11,8497 11,3705 10,9266 10,5145
55 13,7846 13,0535 12,4977 11,9850 11,5109 11,0716
60 14,6670 13,8816 13,2853 12,7358 12,2283 11,7583

Dipasang tulangan 1 baris, jadi ds = 60 mm, d = 400 – 60 = 340 mm


Mu(+) = 32,5125 kN.m (tulangan tarik di bagian bawah)
6
Mu 32,5125.10
K   1,1719 MPa  K maks
 .b.d 2 0,8 . 300 . 340  2

( Dihitung tulangan tunggal )

.d   1  1  2.1,1719  .340   2 4,307 mm


 2.K   
a  1  1 

 0,85.f c' 


 0,85. 20  

Luas Tulangan perlu, As,u :


0,85.f c' .a.b 0,85. 20 
. 24,307 
. 300 
As    413,219 mm 2
fy 300 
A s min  ρ min .b.d  0 , 467 % 
. 300 
. 340   476 ,34 mm 2

(ρmin dilihat dari tabel 6.2)


Dipilih yang besar, jadi As,u = 476,34 mm2

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 13


Bahan Ajar Struktur Beton I

Tabel 6.2. Rasio tulangan minimal (ρmin) dalam persen %

Mutu Beton Mutu baja tulangan fy (Mpa)


fc’ (Mpa) 240 300 350 400 450 500
 31,36 0,583 0,467 0,400 0,350 0,311 0,280
35 0,616 0,493 0,423 0,370 0,329 0,296
40 0,659 0,527 0,452 0,395 0,351 0,316
45 0,699 0,559 0,479 0,419 0,373 0,335
50 0,737 0,589 0,505 0,442 0,393 0,354
55 0,773 0,618 0,530 0,464 0,412 0,371
60 0,807 0,645 0,553 0,484 0,430 0,387

Jumlah tulangan (n) :


A s, u 476,34
n   2,369  dipakai 3 batang (3D16)
1 4 . .D 2
1 4 . .16 2

Jadi dipasang :
Tulangan tarik As = 3D16 = 603,186 mm2 > As,u (OK!)
Tulangan tekan As’ = 2D16 = 402,124 mm2 (ditambahkan)

Bentang BC
Mu(-) = 116 kN.m (tulangan tarik di bagian atas, dipasang 3 baris)
ds = ds1 + (2. ds2)/2 = 60 + (2. 40)/2 = 100 mm, d = 400 – 100 = 300 mm

Mu 116.10 6
K   5,3704 MPa  K maks (dihitung tulangan tunggal)
 .b.d 2 0,8 . 300 . 300 2
.d   1  1  2.5,3704  .300   117 ,964 mm
 2.K   
a  1  1 

 0,85.f c' 


 0,85. 20  

Luas Tulangan perlu, As,u :


0,85.f c' .a.b 0,85. 20 
. 117,964 
. 300 
As    2 005 ,388 mm 2
fy 300 
A s min  ρ min .b.d  0 , 467 % 
. 300 
. 300   420 ,30 mm 2

(ρmin dilihat dari tabel 6.2)


Dipilih yang besar, jadi As,u = 2005,388 mm2

Jumlah tulangan (n) :


A s, u 2005,388
n   9,974  dipakai 10 batang (10D16), cukup dipasang 3 baris
1 4 . .D 2
1 4 . .16 2

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 14


Bahan Ajar Struktur Beton I

Jadi dipasang :
Tulangan tarik As = 10D16 = 2010,619 mm2 > As,u (OK!)
Tulangan tekan As’ = 2D16 = 402,124 mm2 (ditambahkan)

Tulangan geser/begel
Tumpuan A : Vu = 51 kN, nilai d = 340 mm = 0,34 m

Vud1 = Vut  Vu  Vut 


x
y
= 0 + {(1,275 – 0,34) / 1,275} . (51 – 0)
= 37,4 N
= 37400 N

Tumpuan B : Vu kiri = 109 kN, nilai d = 300 mm = 0,30 m

= Vut  Vu  Vut 


x
Vud2
y
= 0 + {(2,725 – 0,3) / 2,725} . (109 – 0)
= 97 N
= 97000 N

Vu kanan = 98 kN
Vud3 = 18 + {(2 – 0,3) / 2} . (98 – 18)
= 86 N
= 86000 N

1
Vc = . f c ' .b.d  dipilih d  300 mm, nilai d yang kecil pada tumpuan B
6

= 0,75. 1 20 .300 . 300 


6
= 50311,529 N

Vc/2 = 50311,529 / 2
= 25155,765 N

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 15


Bahan Ajar Struktur Beton I

Penentuan daerah penulangan geser :

Bentang AD :
AD 51000   .Vc / 2  = 1,275 51000
AD = 1,275.51000  25155,765  51000
= 0,65 m (dipakai 0,75 m)

Bentang BF :

BF = 2,725.109000   .Vc  109000


= 1,47 m (dipakai 1, 5 m)

Bentang EF :

BE = 2,725.109000   .Vc 2  109000


= 2,12 m (dipakai 2,25 m)
EF = BE – BF
= 2,25 – 1,50
= 0,75 m

Bentang DE = 4 – 1,50 – 0,75 – 0,75 = 1,0 m


Bentang BG :

BG/BC = 98000   .Vc  98000   .Vc / 2


BG = 2. 98000  50311,529  98000  25155,765 
= 1,31 m (dipakai 1,30 m)

Bentang GC = 2 – 1,30 = 0,70 m

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 16


Bahan Ajar Struktur Beton I

Penulangan pada bentang AD, EF dan GC :


Karena , maka .Vc /2 < Vu / .Vc , maka digunakan tulangan begel minimal (Av,u)
dengan memilih yang besar berikut :

75. f c '.b.S
Av,u =
1200.f y

=
75. 20 .300.1000
1200. 300
= 279,508 mm2

b.S
Av,u =
3.f y
300. 1000
3.300
=

= 333,22 mm2 (yang dipilih)

Dipilih begel 2 kaki berdiameter 8 mm


Spasi begel,

n.1 4 . .dp 2 .S
s =
A v, u

2.1 4 . .8 2.1000
=
333,33
= 301,596 mm

s  d/2 = 300/2 = 150 mm


s  600 mm
Dipilih s paling kecil yaitu spasi begel s = 150 mm

Penulangan pada bentang BF :


Vud2 > .Vc , maka :
Vs = Vud2   .Vc  
= 97000  50311,529  0,75
= 62251,295 N

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 17


Bahan Ajar Struktur Beton I

20 .300 
. 300   268328,157 N
2 2
Vs maks = f c ' .b.d 
3 3

20 .300 
. 300   134164 ,079 N
1 1
f c ' .b.d 
3 3

Vs < Vs maks , jadi ukuran balok dapat dipakai


1
Vs  f c ' .b.d , jadi syarat spasi begel : s  d/2 dan s  600 mm
3

Luas begel per meter :


Vs .S
Av,u =
f y .d
62251,295. 1000 
=
300. 300
= 691,681 mm2

b.S
Av,u =
3.f y
300. 1000
3.300
=

= 333,22 mm2

75. f c '.b.S
Av,u =
1200.f y

=
75. 20 .300.1000
1200. 300
= 279,508 mm2
Dipilih yang besar, jadi Av,u = 691,681 mm2
Spasi begel,

n.1 4 . .dp 2 .S
s =
A v, u

2.1 4 . .8 2.1000
=
691,681
= 145,343 mm

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 18


Bahan Ajar Struktur Beton I

s  d/2 = 300/2 = 150 mm


s  600 mm
Dipilih s paling kecil yaitu spasi begel s = 145 mm
Jadi pada bentang BF digunakan begel  8 -145

Penulangan pada bentang BG :


Vud3 > .Vc , maka :
Vs = Vud3   .Vc  
= 86000  50311,529  0,75
= 47584,628 N
1
Vs  f c ' .b.d , jadi syarat spasi begel : s  d/2 dan s  600 mm
3

Luas begel per meter :


Vs .S
Av,u =
f y .d
47584,628. 1000 
=
300. 300
= 528,718 mm2

b.S
Av,u =
3.f y
300. 1000
3.300
=

= 333,22 mm2

75. f c '.b.S
Av,u =
1200.f y

75. 20 .300.1000
=
1200. 300
= 279,508 mm2
Dipilih yang besar, jadi Av,u = 528,718 mm2

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 19


Bahan Ajar Struktur Beton I

Spasi begel,

n.1 4 . .dp 2 .S
s =
A v, u

2.1 4 . .8 2.1000
=
528,718
= 190,141 mm

s  d/2 = 300/2 = 150 mm


s  600 mm
Dipilih s paling kecil yaitu spasi begel s = 150 mm
Jadi pada bentang BG digunakan begel  8 -150 (sama dengan bentang GC).

Gambar Penulangan :

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 20


Bahan Ajar Struktur Beton I

3. Balok 300/600 dengan ds = ds’ = 60 mm dan berbentang 4,0 m mendukung beban mati
berupa pasangan bata merata 12 kN/m dan beban terpusat PD = 100 kN. Mutu bahan
dari beton bertulang dengan berat jenis 25 kN/m3, fc’ = 20 MPa, fy = 300 MPa. Di atas
balok juga bekerja beban hidup merata qL = 6 kN/m dan tulangan D22 serta 8. Kedua
ujung balok diperhitungkan momen negatif sebesar 1/3 kali momen positif pada
tengah bentang.

Tentukanlah :
a. Hitung tulangan longitudinal yang digunakan sepanjang balok
b. Hitung begel balok
c. Gambarkan penulangan secara lengkap

Penyelesaian :
a. Hitung tulangan longitudinal yang digunakan sepanjang balok
Berat balok = (0,3).(0,6).(25) = 4,5 kN/m’
Berat pasangan bata = 12 kN/m’
qD = 16,5 kN/m’

Beban perlu, qu = 1,2 qD + 1,6 qL = (1,2 . 16,5) + (1,6 . 6) = 29,4 kN/m’


Pu = 1,2 PD = (1,2 . 100) = 120 kN
d = 600 - 60 = 540 mm
Jumlah tulangan maksimal per baris (m) :
b  2.d s1
m = 1
D  Sn
300  2.60
= 1
20  40
= 3,90 ~ maksimal 4 batang

Balok lapangan : Mu(+) = 1/8. qu . L2 + 1/4. Pu . L


= (1/8 . (29,4) . (4) 2) + (1/4 . (120) . (4)) = 178,8 kNm

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 21


Bahan Ajar Struktur Beton I

fc’= 20 MPa, fy = 300 MPa, maka Kmaks = 5,6897 MPa


ρmin = 0,467%
Mu 178,8.10 6
K   2,5549 MPa  K maks
 .b.d 2
0,8 . 300 . 540 2

( Dihitung tulangan tunggal )

.d   1  1  2.2,5549  .540   88 ,3897 mm


 2.K   
a  1  1 

 0,85.f c' 


 0,85. 20  

Luas Tulangan perlu, As,u :


0,85.f c' .a.b 0,85. 20 
. 88,3897 
. 300 
As    1 502 ,625 mm 2
fy 300 
A s min  ρ min .b.d  0 , 467 % 
. 300 
. 540   756 ,54 mm 2

Dipilih yang besar, jadi As,u = 1502,625 mm2

Jumlah tulangan (n) :


A s, u 1502,625
n   3,953  dipakai 4 batang (4D22)
1 4 . .D 2
1 4 . .22 2

Jadi dipasang :
Tulangan tarik As = 4D22 = 1502,531 mm2 > As,u (OK!)
Tulangan tekan As’ = 2D22 = 760,265 mm2 (ditambahkan)

Balok tumpuan : Mu(-) = 1/3. Mu(+)


= 1/3 . (178,8) = 59,6 kNm
Mu 59,6.10 6
K   0,8516 MPa  K maks (dihitung tulangan tunggal)
 .b.d 2 0,8 
. 300 
. 540 2

 1  1  2.0,8516  .540   27 ,765 mm


 2.K   
a  1  1  .d 

 0,85.f c'  
 0,85. 20  

Luas Tulangan perlu, As,u :


0,85.f c' .a.b 0,85. 20 
. 27,765 
. 300 
As    472 ,005 mm 2
fy 300 
A s min  ρ min .b.d  0 , 467 % 
. 300 
. 540   756 ,54 mm 2

Dipilih yang besar, jadi As,u = 756,54 mm2

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 22


Bahan Ajar Struktur Beton I

Jumlah tulangan (n) :


A s, u 756,54
n   1,99  dipakai 2 batang (2D22)
1 4 . .D 2
1 4 . .22 2

Jadi dipasang :
Tulangan tarik As = 2D22 = 760,265 mm2 > As,u (OK!)
Tulangan tekan As’ = 2D22 = 760,265 mm2 (ditambahkan)

b. Hitung begel balok


Gaya geser : Vu = 1/2. (qu . L + Pu)
= 1/2 . ((29,4) . (4) + (120)) = 118,8 kN
Daerah penulangan geser :

1
Vc = . f c ' .b.d
6

= 0,75. 1 20 .300
. 540
6
= 90560,753 N

Vc/2 = 45280,377 N

Vud = 50 + (Vu – 50) . 1,46 / 2


= 100,224 N

Vud > .Vc , maka :


Vs = Vud   .Vc  
= 100224  90560,753 0,75
= 12884,329 N

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 23


Bahan Ajar Struktur Beton I

20 .300
. 540  241495,342 N
1 1
f c '.b.d 
3 3
1
Vs  f c ' .b.d , jadi syarat spasi begel : s  d/2 dan s  600 mm
3
Luas begel per meter :
Vs .S
Av,u =
f y .d
12884,329. 1000
=
300. 540
= 79,533 mm2

b.S
Av,u =
3.f y
300. 1000
3.300
=

= 333,33 mm2

75. f c '.b.S
Av,u =
1200.f y

75. 20 .300.1000
=
1200. 300
= 279,508 mm2
Dipilih yang besar, jadi Av,u = 333,33 mm2

Spasi begel,

n.1 4 . .dp 2 .S
s =
A v, u

2.1 4 . .82.1000
=
333,33
= 301,593 mm

s  d/2 = 540/2 = 270 mm


s  600 mm

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 24


Bahan Ajar Struktur Beton I

Dipilih s paling kecil yaitu spasi begel s = 270 mm


Jadi digunakan begel  8 -270
Gambar Penulangan :

3. DAFTAR PUSTAKA
a. Asroni, A, 2010, “Balok dan Pelat Beton Bertulang”, Yogyakarta, Graha Ilmu.
b. Dipohusodo, I, 1994, “Struktur Beton Bertulang”, Jakarta, PT. Gramedia.
c. Pratikno, “Diktat Konstruksi Beton I”, Jakarta, Politeknik Negeri Jakarta
d. Wahyudi, L dan Rahim, S.A, 1999, “Struktur Beton Bertulang; Standar SNI T-15-
1991-03”, Jakarta, PT. Gramedia.
e. Standar Nasional Indonesia (SNI) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), 2007, Surabaya, ITP Press.

Shanti Wahyuni Megasari, ST. M. Eng 25

Anda mungkin juga menyukai