1. PENGANTAR
Dalam bab ini akan dibahas mengenai tulangan geser balok, serta perincian
pembahasan yang mencakup :
Retakan pada balok
Retak balok akibat gaya geser
Mengatasi retak geser
Perencanaan tulangan geser balok
Setelah mengikuti dan menyelesaikan materi pada bab keempat ini, mahasiswa
dapat merencanakan tulangan geser balok.
2. PENYAJIAN
2.1. Retakan Pada Balok
Asroni, A, (2010), jika ada sebuah balok yang ditumpu secara sederhana (yaitu
dengan tumpuan sendi pada ujung yang satu dan tumpuan rol pada ujung lainnya),
kemudian di atas balok diberikan beban cukup berat, balok tersebut dapat terjadi 2 jenis
retakan, yaitu retak yang arahnya vertikal dan retak yang arahnya miring.
Retak vertikal terjadi akibat kegagalan balok dalam menahan beban lentur,
sehingga biasanya terjadi pada daerah lapangan (bentang tengah) balok, karena pada
daerah ini timbul momen lentur paling besar. Retak miring terjadi akibat kegagalan balok
dalam menahan beban geser, sehingga biasanya terjadi pada daerah ujung (dekat tumpuan)
balok, karena pada daerah ini timbul gaya geser/ gaya lintang paling besar.
Untuk memberikan gambaran yang cukup jelas tentang bekerjanya gaya geser/gaya
lintang pada balok, diambil sebuah elemen kecil dari beton yang berada di dekat ujung
balok, kemudian elemen tersebut diperbesar sehingga daat dilukiskan gaya-gaya geser di
sekitar elemen beton.
Pada gambar 6.2. akibat beban sendiri dan beban-beban di atas balok, maka pada tumpuan
kiri maupun kanan timbul reaksi (RA dan RB) yang arahnya ke atas, sehingga pada tumpuan kiri
terjadi gaya lintang/gaya geser sebesar RA ke atas.
Gaya lintang RA ini berakibat pada elemen beton (yang diperbesar) pada gambar 6.2
sebagai berikut :
a. Arah reaksi RA ke atas, sehingga pada permukaan bidang elemen sebelah kiri terjadi gaya
geser dengan arah ke atas pula.
b. Karena elemen beton berada pada keadaan stabil, berarti terjadi keseimbangan gaya
vertikal pada elemen beton, sehingga pada permukaan bidang elemen sebelah kanan timbul
gaya geser ke bawah. Kedua gaya geser pada kedua permukaan bidang (bidang kiri dan
kanan) ini besarnya sama.
c. Akibat gaya geser ke atas pada permukaan bidang kiri, dan gaya geser ke bawah pada
permukaan bidang kanan, maka pada elemen beton timbul momen yang arahnya sesuai
dengan arah putaran jarum jam.
d. Karena elemen beton berada pada keadaan stabil, berarti terjadi keseimbangan momen
pada elemen beton, sehingga momen yang ada harus dilawan oleh momen lain yang
besarnya sama tetapi arahnya berkebalikan, yaitu berlawanan dengan arah putaran jarum
jam.
e. Momen lawan yang arahnya berlawanan dengan arah putaran jarum jam pada item (d)
dapat terjadi, jika pada permukaan bidang elemen sebelah atas ada gaya geser dengan arah
ke kiri, dan pada permukaan bidang elemen sebelah bawah ada gaya geser dengan arah ke
kanan. Kedua gaya geser terakhir besarnya juga sama.
Meskipun elemen beton dapat menahan gaya geser/gaya lintang yang bekerja pada
balok, tetapi jika gaya geser tersebut cukup besar (terutama pada daerah ujung balok),
maka elemen beton tidak mampu lagi menahannya, sehingga dapat menimbulkan retak
beton yang arahnya miring (menyudut). Untuk mengatasi retak miring akibat gaya geser,
maka pada lokasi yang gaya gesernya cukup besar ini diperlukan tulangan khusus, yang
disebut tulangan geser.
Sebetulnya retak miring pada balok dapat ditahan oleh 4 unsur, yaitu :
a. Bentuk dan kekasaran permukaan agregat beton (pasir dan kerikil). Bentuk agregat
yang tajam/menyudut dan permukaannya kasar sangat kuat menahan gaya geser,
karena agregat akan saling mengunci, sehingga mempersulit terjadinya slip (tida
mudah retak), seperti pada gambar 6.3a. Tetapi jika agregat berbentuk bulat dan
permukaannya halus tidak kuat menahan gaya geser, karena mudah terjadi slip
(mudah retak), seperti gambar 6.3b.
b. Retak geser ditahan oleh gaya tarik dan gaya potong (dowel action) dari tulangan
longitudinal, seperti pada gambar 6.3c dan 6.3d.
c. Retak geser ditahan oleh strut beton
d. Retak geser ditahan oleh gaya tarik tulangan geser, baik berupa tulangan miring
maupun tulangan begel, seperti gambar 6.3e dan 6.3f.
Jenis begel yang biasa dipakai dibedakan berdasarkan jumlah kakinya, yaitu : begel
2 kaki, begel 3 kaki dan begel 4 kaki seperti pada gambar 6.5.
Dengan :
VR = Gaya geser rencana, kN
Vn = Kuat geser nominal, kN
Vc = Gaya geser yang ditahan oleh beton, kN
Vs = Gaya geser yang ditahan oleh begel, kN
= Faktor reduksi geser = 0,75
b. Pasal 13.1.3.1 SNI 03-2847-2002, nilai Vu boleh diambil pada jarak d (menjadi
Vud) dari muka kolom (gambar 6.6) sebagai berikut :
Vud = Vut
x
Vu Vut .................................................. (3)
y
c. Pasal 13.3.1 SNI 03-2847-2002, gaya geser yang ditahan oleh beton (Vc) dihitung
dengan rumus :
1
Vc = f c ' .b.d .................................................. (4)
6
d. Pasal 13.5.6.1 SNI 03-2847-2002, gaya geser yang ditahan oleh begel (Vs) dihitung
berdasarkan persamaan (1) dan persamaan (2) :
Vs = Vu .Vc .................................................. (5)
Vs harus 2
f c ' .b.d
= .................................................. (6)
3
2
Jika Vs ternyata > f c ' .b.d , maka ukuran balok diperbesar.
3
f. SNI 03-2847-2002, luas tulangan geser per meter panjang balok yang diperlukan
(Av,u) dihitung dengan memilih nilai terbesar dari rumus :
1) Pasal 13.5.6.2
Vs .S
Av,u = .................................................. (7)
f y .d
Dengan S = panjang balok 1000 mm
2) Pasal 13.5.5.3
b.S
Av,u = .................................................. (8)
3.f y
Dengan S = panjang balok 1000 mm
3) Pasal 13.5.5.3
75 f c ' .b.S
Av,u = .................................................. (9)
1200.f y
Dengan S = panjang balok 1000 mm
n.1 4 . .dp 2 .S
s = .................................................. (10)
A v, u
Dengan S = panjang balok 1000 mm
Dengan :
n = Jumlah kaki begel (2, 3, atau 4 kaki)
dp = Diameter begel dari tulangan polos, mm
Contoh Soal :
1. Diketahui balok 300/450, ds = ds’ = 60 mm. Tulangan atas 3D19, bawah 2D19. Mutu
bahan fy = 300 MPa, fc’=20 MPa. Tulangan untuk begel 8 dan 6. Beban mati
(termasuk berat sendiri balok) qD =8 kN/m’ dan beban hidup qL =6 kN/m’
Penyelesaian :
Vud = Vut
x
Vu Vut
y
= 0 + (2,11 / 2,5) . 48000
= 40512 N
1
Vc = . f c ' .b.d
6
Vc/2 = 65404,988 / 2
= 32702,494 N
Untuk daerah sepanjang x = 0,80 m, karena .Vc /2 < Vu < .Vc , maka digunakan
tulangan begel minimal (Av,u) dengan memilih yang besar berikut :
75. f c '.b.S
Av,u =
1200.f y
=
75. 20 .300.1000
1200. 300
= 279,508 mm2
n.1 4 . .dp 2 .S
s =
A v, u
2.1 4 . .8 2.1000
=
333,33
= 301,596 mm
Jadi digunakan begel 8 -195 (dibaca : begel dengan diameter 8 mm berspasi 195
mm).
Untuk daerah setelah x = 0,80 m, karena gaya gesernya < Vc / 2 mestinya tidak pakai
begel, tetapi praktis dipakai begel dengan diameter terkecil ( 6) dan jaraknya d/2 =
195 mm, atau ditulis 6 -195.
Gambar penulangan balok sebagai berikut :
Catatan :
1) Jika digunakan begel 2 kaki, angka 2 boleh dituliskan atau tidak dituliskan
Contoh : begel 2 8 -195 atau cukup ditulis dengan 8 -195
2) Jika digunakan begel 3 atau 4 kaki, angka 3 atau 4 harus dituliskan
Contoh : begel 3 8 -200 atau 4 8 -200
2. Balok berukuran 300/400 dengan bentang dan beban-beban tergambar. Mutu bahan
fy = 300 MPa dan fc’=20 MPa dan ada tulangan D16, 8 dan 6.
Penyelesaian :
ds1 = 40 + 8 + 16/2 = 56 mm (dipakai ds1 = 60 mm)
ds2 = D + Snv = 16 + 25 = 41 mm (dipakai ds2 = 40 mm)
Tulangan longitudinal
Bentang AB
fc’= 20 MPa, fy = 300 MPa, maka Kmaks = 5,6897 MPa
Jadi dipasang :
Tulangan tarik As = 3D16 = 603,186 mm2 > As,u (OK!)
Tulangan tekan As’ = 2D16 = 402,124 mm2 (ditambahkan)
Bentang BC
Mu(-) = 116 kN.m (tulangan tarik di bagian atas, dipasang 3 baris)
ds = ds1 + (2. ds2)/2 = 60 + (2. 40)/2 = 100 mm, d = 400 – 100 = 300 mm
Mu 116.10 6
K 5,3704 MPa K maks (dihitung tulangan tunggal)
.b.d 2 0,8 . 300 . 300 2
.d 1 1 2.5,3704 .300 117 ,964 mm
2.K
a 1 1
0,85.f c'
0,85. 20
Jadi dipasang :
Tulangan tarik As = 10D16 = 2010,619 mm2 > As,u (OK!)
Tulangan tekan As’ = 2D16 = 402,124 mm2 (ditambahkan)
Tulangan geser/begel
Tumpuan A : Vu = 51 kN, nilai d = 340 mm = 0,34 m
Vu kanan = 98 kN
Vud3 = 18 + {(2 – 0,3) / 2} . (98 – 18)
= 86 N
= 86000 N
1
Vc = . f c ' .b.d dipilih d 300 mm, nilai d yang kecil pada tumpuan B
6
Vc/2 = 50311,529 / 2
= 25155,765 N
Bentang AD :
AD 51000 .Vc / 2 = 1,275 51000
AD = 1,275.51000 25155,765 51000
= 0,65 m (dipakai 0,75 m)
Bentang BF :
Bentang EF :
75. f c '.b.S
Av,u =
1200.f y
=
75. 20 .300.1000
1200. 300
= 279,508 mm2
b.S
Av,u =
3.f y
300. 1000
3.300
=
n.1 4 . .dp 2 .S
s =
A v, u
2.1 4 . .8 2.1000
=
333,33
= 301,596 mm
20 .300
. 300 268328,157 N
2 2
Vs maks = f c ' .b.d
3 3
20 .300
. 300 134164 ,079 N
1 1
f c ' .b.d
3 3
b.S
Av,u =
3.f y
300. 1000
3.300
=
= 333,22 mm2
75. f c '.b.S
Av,u =
1200.f y
=
75. 20 .300.1000
1200. 300
= 279,508 mm2
Dipilih yang besar, jadi Av,u = 691,681 mm2
Spasi begel,
n.1 4 . .dp 2 .S
s =
A v, u
2.1 4 . .8 2.1000
=
691,681
= 145,343 mm
b.S
Av,u =
3.f y
300. 1000
3.300
=
= 333,22 mm2
75. f c '.b.S
Av,u =
1200.f y
75. 20 .300.1000
=
1200. 300
= 279,508 mm2
Dipilih yang besar, jadi Av,u = 528,718 mm2
Spasi begel,
n.1 4 . .dp 2 .S
s =
A v, u
2.1 4 . .8 2.1000
=
528,718
= 190,141 mm
Gambar Penulangan :
3. Balok 300/600 dengan ds = ds’ = 60 mm dan berbentang 4,0 m mendukung beban mati
berupa pasangan bata merata 12 kN/m dan beban terpusat PD = 100 kN. Mutu bahan
dari beton bertulang dengan berat jenis 25 kN/m3, fc’ = 20 MPa, fy = 300 MPa. Di atas
balok juga bekerja beban hidup merata qL = 6 kN/m dan tulangan D22 serta 8. Kedua
ujung balok diperhitungkan momen negatif sebesar 1/3 kali momen positif pada
tengah bentang.
Tentukanlah :
a. Hitung tulangan longitudinal yang digunakan sepanjang balok
b. Hitung begel balok
c. Gambarkan penulangan secara lengkap
Penyelesaian :
a. Hitung tulangan longitudinal yang digunakan sepanjang balok
Berat balok = (0,3).(0,6).(25) = 4,5 kN/m’
Berat pasangan bata = 12 kN/m’
qD = 16,5 kN/m’
Jadi dipasang :
Tulangan tarik As = 4D22 = 1502,531 mm2 > As,u (OK!)
Tulangan tekan As’ = 2D22 = 760,265 mm2 (ditambahkan)
Jadi dipasang :
Tulangan tarik As = 2D22 = 760,265 mm2 > As,u (OK!)
Tulangan tekan As’ = 2D22 = 760,265 mm2 (ditambahkan)
1
Vc = . f c ' .b.d
6
= 0,75. 1 20 .300
. 540
6
= 90560,753 N
Vc/2 = 45280,377 N
20 .300
. 540 241495,342 N
1 1
f c '.b.d
3 3
1
Vs f c ' .b.d , jadi syarat spasi begel : s d/2 dan s 600 mm
3
Luas begel per meter :
Vs .S
Av,u =
f y .d
12884,329. 1000
=
300. 540
= 79,533 mm2
b.S
Av,u =
3.f y
300. 1000
3.300
=
= 333,33 mm2
75. f c '.b.S
Av,u =
1200.f y
75. 20 .300.1000
=
1200. 300
= 279,508 mm2
Dipilih yang besar, jadi Av,u = 333,33 mm2
Spasi begel,
n.1 4 . .dp 2 .S
s =
A v, u
2.1 4 . .82.1000
=
333,33
= 301,593 mm
3. DAFTAR PUSTAKA
a. Asroni, A, 2010, “Balok dan Pelat Beton Bertulang”, Yogyakarta, Graha Ilmu.
b. Dipohusodo, I, 1994, “Struktur Beton Bertulang”, Jakarta, PT. Gramedia.
c. Pratikno, “Diktat Konstruksi Beton I”, Jakarta, Politeknik Negeri Jakarta
d. Wahyudi, L dan Rahim, S.A, 1999, “Struktur Beton Bertulang; Standar SNI T-15-
1991-03”, Jakarta, PT. Gramedia.
e. Standar Nasional Indonesia (SNI) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), 2007, Surabaya, ITP Press.