Anda di halaman 1dari 31

MODUL

ALJABAR LINEAR

Disusun oleh:
KHOLIDA ISMATULLOH, S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN INFORMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HAMZANWADI
GANJIL 2017/2018

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL I

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii


BAB I MATRIKS DAN OPERASI- OPERASINYA
1.1Pendahuluan dan Definisi Matriks ............................................................. 1
1.2 Jenis- jenis Matriks .................................................................................... 1
1.3 Operasi- operasi Matriks ........................................................................... 3
1.4 Matriks Invers ........................................................................................... 4
BAB II SISTEM PERSAMAAN LINEAR
2.1 Pendahuluan ............................................................................................. 7
2.2 Eliminasi Gauss-Jordan ............................................................................ 9
2.3 Sistem Persamaan Linear Homogen ......................................................... 9
BAB III DETERMINAN
3.1 Pengertian Determinan ............................................................................. 12
3.2 Metode Perhitungan Determinan .............................................................. 12
3.3 Metode Reduksi Baris .............................................................................. 15
BAB IV INVERS MATRIKS
4.1 Pengertian Invers Matriks ......................................................................... 18
4.2 Matriks Invers Adjoint .............................................................................. 18
4.3 Sifat- sifat Invers Matriks .......................................................................... 19
4.4 Hubungan Invers Matriks, Determinan, dan Solusi SPL ........................... 20
BAB V VEKTOR- VEKTOR DI BIDANG DAN DI RUANG
5.1 Pendahuluan .............................................................................................. 21
5.2 Hasil Kali Titik, Panjang Vektor, dan Jarak Antara Dua Vektor .............. 23

DAFTAR PUSTAKA 29

ii
BAB I
MATRIKS DAN OPERASI- OPERASINYA

I.1 Pendahuluan
Definisi :
Matriks adalah susunan segi empat siku – siku dari bilangan yang dibatasi dengan
tanda kurung. Suatu matriks tersusun atas baris dan kolom, jika matriks tersusun atas m baris
dan n kolom maka dikatakan matriks tersebut berukuran ( berordo ) m x n. Penulisan matriks
biasanya menggunakan huruf besar A, B, C dan seterusnya, sedangkan penulisan matriks
beserta ukurannya (matriks dengan m baris dan n kolom ) adalah , dan seterusnya.
Bentuk umum dari , adalah:

aij disebut elemen dari A yang terletak pada baris i dan kolom j.

I.2 Jenis – jenis matriks


Ada beberapa jenis matriks yang perlu diketahui dan sering digunakan pada
pembahasan selanjutnya, yaitu :
a. Matriks Bujur sangkar
Matriks bujur sangkar adalah matriks yang jumlah barisnya sama dengan jumlah kolomnya.
Karena sifatnya yang demikian ini, dalam matriks bujur sangkar dikenalistilah elemen
diagonal yang berjumlah n untuk matriks bujur sangkar yang berukuran , yaitu :
.

1
b. Matriks Diagonal

Matriks diagonal adalah matriks yang elemen bukan diagonalnya bernilai nol. Dalam
hal ini tidak disyaratkan bahwa elemen diagonal harus tak nol.

c. Matriks Nol
Mariks Nol merupakan matriks yang semua elemennya bernilai nol.

d. Matriks Segitiga
Matriks segitiga adalah matriks bujur sangkar yang elemen – elemen dibawah atau
diatas elemen diagonal bernilai nol. Jika yang bernilai nol adalah elemen – elemen dibawah
elemen diagonal maka disebut matriks segitiga atas , sebaliknya disebut matriks segitiga
bawah. Dalam hal ini, juga tidak disyaratkan bahwa elemen diagonal harus bernilai tak nol.

Matriks A adalah matriks segitiga bawah, matriks B adalah matriks segitiga atas sedangkan
matriks C merupakan matriks segitiga bawah dan juga matriks segitiga atas.
e. Matriks Identitas
Matriks identitas adalah matriks diagonal yang elemen diagonalnya bernilai 1.
f. Matriks dalam bentuk eselon baris tereduksi
Suatu matriks dikatakan memiliki bentuk eselon baris tereduksi jika memenuhi syarat– syarat
berikut :
1. Untuk semua baris yang elemen – elemennya tak–nol , maka bilangan pertama pada baris
tersebut haruslah = 1 ( disebut satu utama ).
2. Untuk sembarang dua baris yang berurutan, maka satu utama yang terletak pada baris yang
lebih bawah harus terletak lebih ke kanan daripada satu utama pada baris yang lebih atas.
3. Jika suatu baris semua elemennya adalah nol, maka baris tersebut diletakkan pada bagian
bawah matriks.
4. Kolom yang memiliki satu utama harus memiliki elemen nol ditempat lainnya.

2
I.3 Operasi – operasi matriks
a. Penjumlahan matriks
Operasi penjumlahan dapat dilakukan pada dua buah matriks yang memiliki ukuran
yang sama. Aturan penjumlahan Dengan menjumlahkan elemen – elemen yang bersesuaian
pada kedua matriks
Contoh:

b. Perkalian matriks dengan matriks


Operasi perkalian matriks dapat dilakukan pada dua buah matriks ( A dan B) jika
jumlah kolom matriks A = jumlah baris matriks B.
Aturan perkalian
Misalkan Amn dan Bnk maka Amn Bnk = Cmk dimana elemen – elemen dari C ( cij) merupakan
penjumlahan dari perkalian elemen–elemen A baris i dengan elemen– elemen B kolom j.

3
c. Perkalian matriks dengan skalar
Suatu matriks dapat dikalikan suatu skalar k dengan aturan tiap –tiap elemen pada A
dikalikan dengan k.

d. Transpose matriks
Transpose matriks A ( dinotasikan ) didefinisikan sebagai matriks yang baris – barisnya
merupakan kolom dari A.

Latihan I
1. Tentukan jenis dari matriks – matriks dibawah ini ( jika memenuhi lebih dari satu,
tuliskan semua ) !

2. Diketahui

a. Hitung B + C !
b. Hitung AB dan AC , kemudian tentukan AB + AC

4
c. Dari perhitungan B + C sebelumya, hitung A ( B + C ) kemudian bandingkan
hasilnya dengan jawaban dari b !
3. Dari soal nomor 2, tentukan
a. ( ) dan ( )!
b. Hitung dan , kemudian bandingkan hasilnya dengan jawaban a !
4. Tunjukkan apakah matriks B merupakan invers A !

5
BAB II
SISTEM PERSAMAAN LINEAR

2.1 Pendahuluan
a. Sebuah persamaan linear dengan n peubah dapat dituliskan sebagai berikut:

b. Sistem persamaan linear dengan n peubah dan m persamaan linear dapat dituliskan
sebagai berikut:

c. Diagram penyelesaian Sistem Persamaan Linear :

d. Untuk menyelesaikan suatu SPL dapat digunakan metode sebagai berikut:


1) Metode Eliminasi
Yaitu menghilangkan atau mengeliminasi salah satu peubah dengan cara
menambahkan kelipatan suatu persamaan ke persamaan lain.
2) Metode Substitusi
Yaitu mengganti atau mensubstitusi suatu peubah berdasarkan nilai peubah tersebut
pada persamaan yang lain.
Contoh: Diketahui sistem persamaan linear sebagai berikut:
x + 2y = 1
2x – y = 7

6
Tentukan solusinya dengan:
a. Metode Eliminasi
b. Metode Substitusi

7
2.2 Eliminasi Gauss- Jordan
Yaitu suatu metode untuk menentukan solusi suatu persamaan linear dengan cara
mengubah suatu SPL dalam bentuk persamaan matriks kemudian mereduksi matriks
yang bersesuaian dengan SPL tersebut menjadi bentuk Matriks Eselon Tereduksi.
Matriks Eselon Tereduksi adalah matriks yang memenuhi 4 syarat, yaitu:
a. Bilangan tak nol pertama dan setiap baris adalah 1 ( 1 utama).

b. Kolom yang memuat 1 utama hanya memuat nol di tempat lainnya.

c. 1 utama pada baris yang lebih bawah terletak lebih kanan dari pada baris diatasnya.

d. Bila terdapar baris nol maka letaknya pada baris bagian bawah matriks.

Untuk mendapatkan bentuk Eselon baris tereduksi diperlukan Operasi Baris


Elementer (OBE) yang terdiri dari 3 operasi, yaitu:
a. Mengalikan suatu baris dengan suatu konstanta k ≠ 0.

b. Menambahkan kelipatan suatu baris ke baris lainnya.

c. Mempertukarkan 2 buah baris.


Contoh: Diketahui SPL sebagai berikut:
+𝑦+𝑧=6
2 +𝑦–𝑧=1
– 𝑦 + 2𝑧 = 5
Selesaikan SPL tersebut dengan Eliminasi Gauss-Jordan (EGJ)!

8
Catatan:
a. SPL memiliki solusi tunggal jika banyaknya 1 utama pada matriks eselon baris
tereduksi = banyaknya variabel.

b. SPL memiliki solusi tak hingga jika n (1 utama) < n (variabel).

c. SPL tidak memiliki solusi jika pada matriks eselon baris tereduksi terdapat 1 utama
pada kolom paling kanan.
2.3 SPL Homogen
Yaitu bentuk khusus dari SPL 𝑋 = adalah bentuk khusus untuk =𝜃 (nol) atau bisa
dituliskan sebagai 𝑋 =𝜃 . Solusi SPL Homogen :
a. Trivial
Yaitu bila SPL Homogen hanya memiliki 𝑋 =𝜃 sebagai satu-satunya solusi.

9
b. Tak Trivial

Yaitu bila SPL Homogen memiliki solusi selain 𝑋 =𝜃 .

10
11
BAB III
DETERMINAN

3.1 Pengertian Determinan


Definisi:

Determinan merupakan suatu fungsi yang didefinisikan pada matriks persegi. Determinan A
didefinisikan sebagai jumlah hasil kali elementer bertanda dari Anxn yang berbentuk:

Dengan , …… , merupakan permutasi dari himpunan {1,2,.... n)

Hasil kali elementer akan bertanda positif jika banyaknya invers


(bilangan bulat kecil yang didahului oleh bilangan bulat lebih besar pada permutasi)
adalah genap. Sedangkan bertanda negatif jika banyaknya invers
adalah ganjil.

Determinan dinnotasikann sebagai:

Contoh:

3.2 Metode Perhitungan Determinan

1. Metode Ekspansi Kofaktor

a. Ekspannsi kofaktor sepanjang baris i

12
b. Ekspannsi kofaktor sepanjang kolom j

13
3.3 Metode Reduksi Baris

Bila A adalah matriks segitiga berukuran

maka yang dihitung denngan menggunakan ekspansi sepanjang kolom ke- 1 akan
diperoleh:

Metode reduksi baris memiloki reduksi baris prinnsip mengubah bentuk matriks
mennjadi matriks segitiga atas dengan melakukann OBE (operasi baris elementer). OBE pada
matriks akan mempengaruhi nilai determinan untuk operasi.

1) Jika menukarkan dua baris maka determinannya bernilai (-). Untuk mengembalikan
determinan ke nilai semua, kalikan determinann matriks dengan (-1).
2) Jika suatu baris dikali maka nilai determinan menjadi k kali determinan

semula. Agar nilai determinan tetap, maka kalikan determinan dengan .

14
15
16
BAB IV
INVERS MATRIKS

4.1 Pengertian Invers Matriks


Definisi:
Bila A adalah matriks persegi berukuran n x n yang memiliki determinan tidak sama
dengan nol, maka invers matriks A (dinotasikan dengan ) didefinisikan sebagai matriks
yang memenuhi persamaan:

Dengan I = matriks identitas berukuran n x n. Invers suatu matriks adalah tunggal.


Apabila I I = 0 maka A tidak mempunyai invers.
Contoh:

17
4.2 Matriks Adjoint
Matriks Adjoint didefinisikan sebagai matriks Cij transpos dengan Cij adalah kofaktor
elemen i,j. Invers matriks A memiliki rumusan:

18
4.3 Sifat- sifat Invers Matriks

Menentukan solusi SPL dengan menggunakan invers matriks, pada persamaan:

19
4.4 Hubungan Invers Matriks, Determinan, dan Solusi SPL

Pada suatu SPL dengan A matriks persegi, terdapat hubungan antara


keberadaan , dan jenis SPLnya yaitu:

1. ada dan hanya jika , maka SPL memiliki solusi tunggal


2. tidak ada dan hanya jika , maka SPL memiliki solusi tak hingga, solusi
banyak, dan tidak ada solusi.

20
21
BAB V
VEKTOR- VEKTOR DI BIDANG DAN DI RUANG

5.1 Pendahuluan
Definisi:
Vektor didefinisikan sebagai besaran yang memiliki arah. Kecepatan, gaya dan
pergeseran merupakan contoh – contoh dari vektor karena semuanya memiliki besar
dan arah walaupun untuk kecepatan arahnya hanya positif dan negatif.
Vektor dikatakan berada di ruang – n ( ) jika vektor tersebut mengandung n
komponen. Jika vektor bearada di maka dikatakan vektor berada di bidang,
sedangkan jika vektor berada di maka dikatakan vektor berada di ruang. Secara
geometris, di bidang dan di ruang vektor merupakan segmen garis berarah yang
memiliki titik awal dan titik akhir. Vektor biasa dinotasikan dengan huruf kecil tebal
atau huruf kecil dengan ruas garis.
Dari gambar diatas terlihat beberapa segmen garis berarah ( vektor ) seperti ̅̅̅̅ , ̅̅̅̅
dan ̅̅̅̅ dengan A disebut sebagai titik awal , sedangkan titik B, C dan D disebut titik
akhir. Vektor posisi didefinisikan sebagai vektor yang memiliki titik awal O ( untuk
vektor di bidang , titik O adalah ( 0,0 )).
1. Operasi- operasi pada vektor
A. Penjumlahan dua vektor
Misalkan ̅ dan ̅ adalah vektor – vektor yang berada di ruang yang sama , maka
vektor ( ̅ ̅ ) didefinisikan sebagai vektor yang titik awalnya = titik awal ̅ dan titik
akhirnya = titik akhir ̅ .
Contoh 4.2.1
Perhatikan gambar pada contoh 4.1.1 . Misalkan ̅ = ̅̅̅̅ dan ̅ = ̅̅̅̅ , jika vektor ̅
didefinisikan sebagai ̅ = ̅ + ̅ , maka w akan memiliki titik awal = A dan titik akhir
= C, jadi w merupakan segmen garis berarah ̅̅̅̅ .
B. Perkalian vektor dengan skalar
Vektor nol didefinisikan sebagai vektor yang memiliki panjang = 0. Misalkan ̅
vektor tak nol dan k adalah skalar , k R . Perkalian vektor ̅ dengan skalar k , k ̅
didefinisikan sebagai vektor yang panjangnya ̅ kali panjang ̅ dengan arah :
Jika k > 0 searah dengan ̅
Jika k < 0 berlawanan arah dengan ̅

22
Contoh:

C. Perhitungan Vektor

5.2 Hasil kali titik, panjang vektor, dan jarak antara dua vektor
Hasil kali titik dua vektor jika diketahui komponennya
Diketahui ̅ ( ) ̅ ( ) hasil kali titik antara vektor ̅ dan ̅
didefinisikan sebagai:
̅ ̅ ( ) ( ) ( )
Hasil kali titik dua vektor jika diketahui panjang vektor dan sudut antara dua vektor
Diketahui ̅ ̅ dua buah vektor yang memiliki panjang berturut- turut || ̅|| dan

|| ̅ || sedangkan sudut yang dibentuk oleh kedua vektor adalah , sudut ini

terbentuk dengan cara menggambarkan kedua vektor pada titik awal yang sama. Hasil
kali titik antara vektor ̅ ̅ didefinisikan sebagai:

Jadi hasil kali titik dua buah vektor adalah skalar.


Dengan mengetahui besarnya , akan diketahui apakah hasil kali titik akan bernilai
positif atau negatif.

23
Contoh:
Diketahui ̅ = ( ) dan ̅ = ( )
Tentukan nilai k agar ̅ dan ̅ saling tegak lurus!
Jawab
Agar ̅ dan ̅ saling tegak lurus, maka haruslah ̅ . ̅ = 0
̅.̅

Contoh:
Diketahui ̅ ( ) dan ̅ ( ). Tentukan besar sudut yang terbentuk oleh
̅ dan ̅ !

24
Jadi sudut yang dibentuk antara ̅ dan ̅ adalah . Beberapa sifat yang berlaku
dalam hasil kali titik.
a. ̅ ̅ ̅ ̅

b. ̅ ( ̅ ̅) ̅ ̅+̅ ̅
c. ( ̅ ̅) ( ̅) ̅ ̅ ( ̅) ( ̅ ̅)
Proyeksi Ortogonal
Diketahui vektor ̅ ̅ adalah vektor- vektor pada ruang yang sama seperti terlihat
pada gambar di bawah ini:

25
Contoh:
Diketahui ̅ ( ) ̅ ( ). Tentukan:
a. Vektor proyeksi tegak lurus dari ̅ ̅
b. Panjang dari vektor proyeksi tersebut
c. Kompoen dari ̅ yang tegak lurus terhadap ̅

Perkalian silang vektor


Perkalian silang antara dua vektor di . Diketahui ̅ ( ) ̅
( ). Perkalian silang antara ̅ dan ̅ didefinisikan sebagai:

26
Hasil kali silang dari dua buah vektor akan menghasilkan suatu vektor tegak lurus
terhadap ̅ dan ̅ . Sedangkan untuk mengetahui panjang dari vektor ini akan
dilakukan analisa yang lebih jauh untuk mengetahuinya. Kuadrat dari norm ̅ x ̅
adalah ‖ ̅ ̅‖ .

Contoh: diketahui ̅ ( ) ̅ ( ). Hitung luas segi empat yang


dibentuk oleh ̅ dan ̅ .
Jawab:

27
28
DAFTAR PUSTAKA

Anton, H. (1991). Elementary Linear Algebra. Jhon Wiley & Sons.

Leon, S, J. (2001). Aljabar Linear Dan Aplikasinya Edisi 5. Erlangga

Mursita, D. (2000). Diktat Kuliah Aljabar Linear Elementer. STT. Telkom

Nur’ani, Fitri Astri. (2014). Modul Aljabar Linear 1. Politeknik

Sibaroni, Yuliant,S.Si. (2002). Buku Ajar Aljabar Linear. STT.Telkom

29

Anda mungkin juga menyukai