Anda di halaman 1dari 3

TUGAS RUTIN

PERTAMA

Nama : Dandi Arihta Sitepu


NIM : 3192421019
Kelas : A Reguler 2019

Studi kasus: Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan klimaks dari


rangkaian perjuangan para tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi,
sebelum teks proklamasi dibacakan oleh Sukarno di Jakarta terjadi konflik dan intrik
di antara para tokoh kemerdekaan Indonesia. Dalam berbagai literatur, konflik dan
intrik dalam menyikapi kekalahan Jepang dimotori oleh dua kelompok, yakni golongan
tua dan golongan muda. Bahkan perdebatan dan perbedaan pandangan di antara dua
kelompok ini tidak hanya terjadi di Jakarta, melainkan juga di beberapa daerah ketika
berita proklamasi kemerdekaan sampai ke daerah-daerah. Berdasarkan kasus itu,
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab adalah: (1) mengapa konflik dan intrik
terjadi antara golongan tua dan golongan muda? (2) siapakah tokoh-tokoh dalam
golongan tua dan golongan muda? (3) Bagaimana jalannya konflik dan intrik yang
terjadi di antara golongan tua dan golongan muda sebelum proklamasi dirumuskan?
(4) Bagaimana pula konflik dan intrik antara golongan tua dan golongan muda di
berbagai daerah (berikan satu contoh kasus daerah) dalam menyikapi berita teks
proklamasi?

Jawaban:

1. Jadi, Terjadinnya konflik dan intrik antara golongan tua dan golongan muda pada
saat menjelang kemerdekaan adalah adannya perbedaan pendapat yang terjadi antara
golongan muda dan golongan tua. Golongan muda mendesak agar Indonesia segera
untuk memproklamasikan kemerdekaannya sementara itu, golongan tua ingin
menunggu keputusan dari mpahan darah. Para anggota PPKI seperti Soekarno dan
Hatta menginginkan proklamasi tetap dilaksanakan sesuai dengan mekanisme PPKI.
Hal itu dilakukan, karena kekuasan Jepang di Indonesia belum diambil alih.
Sedangkan golongan muda mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia dengan secepatnnya, karena pada saat itu Indonesia sedang
mengalami kekosongan kekuasaan.
2. Tokoh golongan muda ; Chaerul Saleh, Wikana, Darwis, Suroto, Subadio, Yusuf
Kunto, Shodanco Singgih, Dr. Muwardi, Sukarni, Kusnandar, Djoha Nur, Subianto,
Margono, Sayuti Melik, Sudiro.
Tokoh golongan Tua ; Soekarno, Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo.
3. Jalannya konflik antara intrik yang terjadi di antara golongan tua dan golongan
muda sebelum proklamasi. Pada tanggal 15 Agustus golongan muda mengadakan
rapat di pegangsaan timur, terkait dengan kapan dilaksanakannya pengumuman
proklamasi kemerdekaan Indonesia sebaiknnya dilakukan, rapat yang dipimpin oleh
chaerul saleh ini kemudian menyepakati bahwa kemerdekaan Indonesia adalah
keputusan yang berasal dari rakyat Indonesia dan malamnya para golongan muda
mengutus Wikana dan Darwis untuk segera menemui Soekarno dan Hatta, mereka
menuntut agar proklamasi kemerdekaan Indonesia segera dilakukan. Namun
permintaan Wikana dan Darwis ditolak oleh Soekarno dan Hatta, Soekarno tidak bisa
melepas tanggung jawabnya sebagai ketua PPKI sehingga dia harus berunding
terlebih dahulu. Setelah menerima penolakan tersebut para golongan muda
mengadakan rapat yang digelar di jalan Cikini 71, Jakarta. Mereka memutuskan
untuk membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdenglok untuk menjauhkan mereka
dari pengaruh Jepang. Setelah Soekarno dan Hatta diculik oleh para golongan muda
ke Rengasdenglok, Soekarno di hadapan Shodanco Singgih memutuskan untuk
bersedia mengadakan proklamsi setelah ia kembali ke Jakarta. Golongan tua dan
muda akhirnnya menyepakati keputusan bahwa Proklamasi kemerdekaan harus
dilakukan di Jakarta oleh Soekarno dan keesokan harinnya Ahmad Subardjo kemudian
menjemput Soekarno dan Hatta untuk kembali ke Jakarta dan menjamin Proklamasi
kemerdekaan terselenggarakan.
4. Konflik dan intrik yang terjadi di antara golongan tua dan golongan muda didaerah
Sumatera di bukit tinggi dalam menyikapi berita proklamasi Berita proklamasi yang
telah diketahui Warga Bukittinggi pada tanggal 17 Agustus malam, dan besoknya
Tanggal 18 Agustus informasi itu telah tersebar dengan cukup luas di Kota tersebut.
Berita (naskah ketikan proklamasi) juga sudah Disampaikan kepada Mohammad
Syafei dan Adinegoro. Dua petinggi Chu Sangi In dan sekaligus pemimpin terkemuka
di Sumatera Barat Tersebut menyikapi berita proklamasi dengan sikap kaum tua.
Segera Setelah menerima/mengetahui adanya berita proklamasi, Mohammad Syafei
segera menyingkir ke Kayutanam, sedangkan Adinegoro Memperlihatkan sikap ragu
dengan berita itu. Sikap Adinegoro yang ragu tersebut membuat sejumlah pemuda
tidak sabar, dan tanggal 18 malam mereka mendatanginya kembali serta meminta
naskah (teks) proklamasi yang berada di tangannya. Para pemuda menyerahkan teks
proklamasi ketikan itu kepada Mohammad Syafei dan mendesaknya mengambil
tindakan tegas dan tepat. Secara pribadi, Mohammad Syafei ternyata tidak berani
mengambil sikap yang tegas sebagaimana diminta pemuda, sehingga dia mengajak
dr. Rasyidin dan Khatib Sulaiman untuk rapat guna merespon desakan pemuda
tersebut. Pada rapat

Anda mungkin juga menyukai