SMA/MA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :
Pembelajaran Qur’an Hadits
Dosen Pengampu :
Try Heni Aprilia, M.Pd. I
Disusun Oleh :
Kelas C
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan segala Rahmat,
Taufiq, dan Hidayah-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga penulis
bisa menyelesaikan makalah dengan waktunya.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Try Heni Aprilia,
selaku dosen pengampuh mata kuliah Pembelajaran Qur’an Hadits, terimakasih
juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Selanjutnya demi kesempurnaan penulis dalam menyelesaikan makalah.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehingga dapat
menyelesaikan dengan baik dan sempurna. Mudah-mudahan dengan adanya
makalah ini dapat menambah wawasan bagi semua pihak sehingga dapat memetic
isi yang terkandung di dalamnya.
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Penyusunan Kisi-Kisi 3
C. Penilaian Kognitif 22
D. Peniliain Psikomotorik 23
E. Penilaian Afektif 24
F. Pengisian E-Raport.......................................................................................26
A. Kesimpulan 29
DAFTAR PUSTAKA 30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses belajar mengajar antara guru
dan siswa dengan pendekatan antar manusia. Pendidikan dapat
merubah manusia sehingga mampu menaklukkan masa depan dan
dirinya sendiri (my self) dengan daya pikir, dzikir, dan daya ciptanya.
Dengan pendidikan manusia dapat mengerti dan faham mana yang
baik dan mana yang buruk bagi dirinya sendiri. Perubahan yang terjadi
pada seseorang yang berpendidikan akan memberi keuntungan bagi
negara karena mereka adalah penerus bangsa Indonesia.
Pendidikan Islam adalah perjalanan mengubah tingkah laku atau
perilaku setiap individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam
sekitarnya. Pendidikan Islam ini akan membentuk kepribadian muslim
pada seseorang, atau merubah perilaku seseorang sesuai dengan kaidah
ajaran agama Islam. Pendidikan Islam merupakan kegiatan yang
lakukan dengan terencana dan sistematis untuk mengembangkan
potensi seseorang baik jasmani maupun rohani.
Sebagai dasar Negara dan pandangan hidup bangsa, maka
Pnacasila adalah pedoman yang menunjukkan arah, cita-cita dan tujuan
bangsa. Pansila juga menjadi dasar sistem pendidikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana termaktub
dalam pembukaan UUD 1945. Juga dapat dilihat dari konteks agama
(pendidikan agama) dala UU Sisdiknas 2003, menerangkan bahwa
pendidikan agama sebagai sumber nilai dan bagian dari pendidikan
nasional. Semua pasti tahu bahwa pendidikan agama memiliki peran
yang sangat penting bagi kehidupan manusia, untuk mengembangkan
potensi untuk menguatkan spiritual keagamaan, akhlak mulai dan
kepribadian yang baik dan muslim. Tujuan pendidikan nasional pada
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa
bertujuan untuk megembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 1
Pada pengembangan potensi peserta didik yang baik tergantung
pada guru dan lingkungan sekolah. Sehingga lembaga sekolah harus
memberikan hal-hal yang positif bagi masyarakat disekolah terutama
peserta didik. Juga pada proses pembelajarannya yang baik maka akan
menghasilkan potensi yang baik bagi peserta didik. Terkait dengan
proses pembelajaran, maka ada evaluasi belajar mengajar. Program-
program yang mendukung pada peserta didik juga perlu diperbaiki
sehingga menghasilkan semangat pada belajar anak.
Dengan evaluasi pembelajaran ini merupakan suatu proses untuk
menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Melakukan
evaluasi maka akan mendapatkan informasi yang menjadi landasan
dalam mengukur tingkat kemajuan, perkembangan dan pencapaian
pada peserta didik. Sehingga dengan melakukan evaluasi ini sangat
berpengaruh besar bagi lembaga pendidikan. Disini akan membahas
tentang evalusai pada pembelajaran Al-Qur’an Hadits pada jengjang
Sekolah Menegah ke Atas atau Madrasah Aliyah dengan meliputi
penilaian kognitif, psikomotorik, Afektif dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyusunan kisi-kisi dan kartu soal dalam
pembelajaran Al-Qur’an Hadits pada jenjang SMA/MA?
2. Bagaimana soal dan penentuan bobot nilai dalam pembelajaran Al-
Qur’an Hadits pada jenjang SMA/MA?
3. Apa itu penilaian kognitif dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits
pada jenjang SMA/MA?
1
Robi’atul Awwaliyah dan Hasan Baharun, PENDIDIKAN ISLAM DALAM SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL (TELAAH EPISTEMOLOGI TERHADAP PROBLEMATIKA
PENDIDIKAN ISLAM), Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, Vol. 19, No. 1, Agustus 2018, hal 35-40.
4. Apa itu penilaian psikomotorik dalam pembelajaran Al-Qur’an
Hadits pada jenjang SMA/MA?
5. Apa itu penilaian afektif dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits
pada jenjang SMA/MA?
6. Bagaimana pengisian E-Raport dalam pembelajaran Al-Qur’an
Hadits pada jenjang SMA/MA?
C. Tujuan
1. Agar mengerti penyusunan kisi-kisi dan kartu soal dalam
pembelajaran Al-Qur’an Hadits pada jenjang SMA/MA.
2. Untuk mengetahui soal dan penentuan bobot nilai dalam
pembelajaran Al-Qur’an Hadits pada jenjang SMA/MA.
3. Untuk mengetahui penilaian kognitif dalam pembelajaran Al-
Qur’an Hadits pada jenjang SMA/MA.
4. Untuk mengetahui penilaian psikomotorik dalam pembelajaran Al-
Qur’an Hadits pada jenjang SMA/MA.
5. Untuk mengetahui penilaian Afektif dalam pembelajaran Al-
Qur’an Hadits pada jenjang SMA/MA.
6. Untuk mengetahui pengisian e-raport dalam pemelajaran Al-
Qur’an Hadits pada jenjang SMA/MA.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyusunan Kisi-kisi
2
Balitbang Depdiknas, Panduan Penilaian Berbasis Kelas, (Jakarta: Depdiknas, 2006) 56
baris/bahan pengajaran. Kolom 9, diisi dengan persentase untuk tiap baris/bahan
pengajaran sebagai hasil perhitungan dari kolom 8.3
Tiap kita menulis sebuah soal sudah sepatutnya terlebih dahulu kita
menentukan tujuan (terminal objective) apa yang kita ukur itu. Tujuan yang harus
kita ukur itu adalah tujuan yang telah dirumuskan dalam rumusan TIK. Penulisan
TIK, serta soal untuk mengukur pencapaian target kita dalam TIK itu ada baiknya
dibuat dalam format khusus, yaitu kartu soal yang memuat TIK dan butir soal.
Hal ini bermanfaat untuk menimbang apakah rumusan TIK sudah baik
atau belum, serta apakah sudah konsisten antara TIK dengan butir (butir-butir)
soal untuk mengukur TIK tersebut.
Sebelum butir-butir soal dirakit menjadi suatu perangkat tes, ada baiknya
tiap butir soal itu ditinjau kembali, maksudnya agar butir-butir soal itu lebih
mantap sebelum diujicobakan (di “try out”). Apalagi jika soal itu akan langsung
dipergunakan sebagai alat tanpa melalui prosedur uji coba.
Agar hasil penilaian objektif sebaiknya penilai dari satu orang. Jika
mungkin 3 orang atau 5 orang, tergantung kepada tingkat ketelitian penilain yang
bantinya akan menghasilkan tingkat ketelitian daya ukur tiap butir soal yang
diharapkan serta tergantung kepada jumlah penilai yang tersedia.
Untuk mencapai penilaian yang lebih teliti ada baiknya tiap aspek yang
dinilai tersebut di atas diberi bobot penilaian yang berbeda-beda. Misalnya : a.
Rumusan Tujuan Pembelajaran , bobot : 1 b. Hubungan Tujuan Pemb dengan soal
, bobot : 1 c. Isi soal , bobot : 3 d. Susunan bahasa , bobot : 1 e. Pemahaman
maksud soal , bobot : 2 f. Bentuk soal , bobot : 1 g. Hubungan “stem” dengan
“option” , bobot : 1
b. Model Penialain
4
Depdiknas, Panduan Analsis Penilaian Hasil Belajar, (Jakarta: Depdiknas, 2004) 88
3. Teknik Pemberian Skor
5
Ibrahim Muslimin, Asesmen Alternatif. Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru
Mata Pelajaran Biologi. Direktorat PendidikanLanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah, (Jakarta: Depdiknas, 2003) 113
6
Majid Abdul, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya) 155
banyaknya butir soal yang dijawab benar. Rumusnya
sebagai berikut.
Pada suatu soal tes ada 50 butir, Budi menjawab benar 25 butir, maka skor yang
dicapai Budi adalah:
Contoh :
Pada soal bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 40 butir soal dengan 4 pilihan tiap
butir dan banyaknya 40 butir, Amir dapat menjawab benar 20 butir, mejawab
salah 12 butir, dan tidak dijawab ada 8 butir, maka skor yang diperoleh Amir
adalah:
= 40
St = skor teoritis (skor bila menjawab benar semua butir soal)
Contoh:
Pada suatu soal tes matapelajaran IPA berjumlah 40 butir yang terdiri dari enam
tingkat domain kognitif diberi bobot sebagai berikut: pengetahuan bobot 1,
pemahaman 2, penerapan 3, analisis 4, sintesis 5, dan evaluasi 6.
Yoyok dapat menjawab benar 8 butir soal domain pengetahuan dari 12 butir, 12
butir dari 20 butir soal pehamanan, 2 butir soal penerapan dari 4 butir, 1 butir soal
analisis dari 2 butir, dan 1 butir soal sintesis dan evaluasi masing-masing 1butir.
Berapakah skor yang diperoleh Yoyok?
Untuk mempermudah memberi skor disusun Tabel 6.1. sebagai berikut.
Pengetahuan 12 1 12 8
Pemahaman 20 2 40 12
Penerapan 4 3 12 2
Analisis 2 4 8 1
Sintesis 1 5 5 1
Evaluasi 1 6 6 1
Jumlah = 40 - St = 83 25
= 63.9
Jadi, skor yang diperoleh Yoyok adalah 63,9%, artinya Yoyok dapat menguasai
tes matapelajaran IPA sebesar 63,9%
Indikator : peserta didik dapat menghitung isi bangun ruang (balok) dan
mengubah satuan ukurannya.
Butir soal:Sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150 cm, lebar 80
cm, dan tinggi 75 cm. Berapa literkah isi bak mandi tersebut? (untuk
menjawabnya tuliskan langkah-langkahnya!)
4 = liter 1
Skor maksimum 5
7
Poerwanti Endang, Evaluasi Pembelajaran, Modul Akta Mengajar, UMM Press. 2001. 69
Indikator: peserta didik dapat mendeskripsikan alasan Warga
Negara Indonesia bangga menjadi Bangsa Indonesia.
Butir soal: tuliskan alasan-alasan yang membuat Anda berbangga sebagai Bangsa
Indonesia!
Pedoman penskoran:
Skor tertinggi 8
Skor = b1 + b2
Contoh:
Suatu ulangan terdiri dari 20 bentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan, dan 4 buah
soal bentuk uraian. Titi dapat menjawab benar soal pilihan ganda 16 butir dan
salah 4 butir, sedang bentuk uraian bisa dijawab benar 20 dari skor maksimum 40.
Apabila bobot pilihan ganda adalah 0,40 dan bentuk uraian 0,60, maka skor yang
diperoleh Titi dapat dihitung sebagai berikut.
Contoh:
Instrumen untuk mengukur minat peserta didik yang telah berhasil dibuat ada 10
butir. Jika rentangan yang dipakai adalah 1 sampai 5, maka skor terendah seorang
8
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Penerbit Tarsito, 1996) 188
peserta didik adalah 10, yakni dari 10 x 1 dan skor tertinggi sebesar 50, yakni dari
10 x 5. Dengan demikian, mediannya adalah (10 + 50)/2 atau sebesar 30. jika
dibagi menjadi 4 kategori, maka skala 10-20 termasuk tidak berminat, 21 sampai
30 kurang berminat, 31 – 40 berminat, dan skala 41 – 50 sangat berminat.
Ada 3 macam tes yang biasa digunakan, yaitu: (1) esei, (2)
objektif, dan (3) problem matematik. Anggapan yang muncul
terkait bahwa suatu tipe tes lebih baik daripada tipe tes lainnya
dalam mengukur ranah kognitif tertentu adalah sutau
kesalahpahaman. Soal esei yang baik akan dapat mengukur ranah
kognitif yang manapun seperti yang dapat diukur oleh soal
obyektif yang baik, demikian juga 5 sebaliknya. Pemilihan tipe tes
yang akan digunakan lebih banyak ditentukan oleh kemampuan
dan waktu yang tersedia pada penyusun tes daripada kemampuan
peserta tes atau aspek yang ingin diukur.
C. Penilaian Kognitif
Keberhasilan dalam proses pembelajaran peserta didik dapat
diukur melalui penilaian. Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014,
menyatakan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik merupakan proses
pengumpulan informasi temtang pencapian pembelajaran peserta didik
dalam kompetensi sikap spiritual, social, pengetahuan, dan keterampilan
yang sudah dilakukan secara terencana dan sistematis. Pada saat proses
pembelajaran terdapat tujuan yang baik yaitu memantau kemajuan belajar,
10
Sudijono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006) 87
hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta
didik. Anderson dan Kwathwohl menyebutkan bahwa ranah kognitif
menurut Taksonomi Bloom ada enam jenjang proses berpikir yaitu
dimulai dari jenjang terendah sampai jenjang paling tinggi. Kemampuan
berpikir tingkat tinggi artinya peserta didik mampu menafsirkan,
menganalisis atau memanipulasi informasi yang ada, dan
mentransformasikan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.
Wardana mengemukakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah
proses berpikir yang melibatkan aktivitas mental dalam usaha
mengeksplorasi pengalaman yang dilakukan secara tidak sadar untuk
mencapai suatu tujuan. 11
Pada ranah kognitif ini merupakan ranah yang berkaitan dengan
aspek-aspek intelektual atau berpikir/nalar. Didalamnya mencakup
pengetahuan, pemahaman, penerapan, penguraian, pemanduan, dan
penilaian. Dengan ini proses pendidikan member peserta didik
pengetahuan atau kecerdasan. Melakukan penerapan juga memberi nilai
yang baik bagi peserta didik, mereka mampu memahami pada saat
pembelajaran. Dalam ranah kognitif, sejauh mana peserta didik dan pada
level yang lebih atas seorang kemudian memadukannya dengan
pemahaman yang sudah ia peroleh untuk kemudian diberi penilaian atau
12
pertimbangan. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan
berpikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, mengsintesis, dan
mengevaluasi.
D. Penilaian Psikomotorik
11
Rintan Rahmana Sari, Lufri, Ganda Hijrah Selaras, dan Rahmawati Darussyamsu, ANALISIS
KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PESERTA DIDIK KELAS XI SMA PADA
MATERI SISTEM EKSKRESI, Vol. 5, No. 2, Desember 2019, hal 92-93.
12
Lorenzo M. Kasenda, Steven R. Sentinuwo, dan Virginia Tulenan, Sistem Monotoring, Afektif
dan Psikomotorik Siswa Berbasis Android, E-Journal Teknik Informatika, Vol. 9, No. 1, 2016, hal
1-2.
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berhubungan dengan
aktifitas fisik, berkaitan dengan psikomotor berhubungan dengan hasil
belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang
melibatkan kekuatan fisik. Menurut Istiyono dan kawan-kawan bahwa
keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu gerakan reflex, dasar,
keterampilan, dan komunikasi. Sehingga untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dapat dimulai dengan menyusun tujuan pembelajaran yang
tepat. Salah satu tujuan mata pelajaran adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir. 13
Ranah psikomotorik adalah taksonomi belajar yang terfokus pada
keterampilan yang berkaitan dengan tugas motorik. Pada dasarnya adalah
standar pembelajaran sesuai kebutuhan industry. Leighbody dan Kidds,
menjelaskan baha keterampilan dilatih melalui praktik secara berulang-
ulang akan menjadi kebiasaan yang otomatis. Dalam proses pembelajaran
keterampilan, keselamatan kerja sangat penting atau tidak boleh diabaikan.
Keselamatan tersebut mencakup: peserta, bahan, dan alat. Keselamatan
kerja dan proses pembelajaran psikomotor tidak dapat dipisahkan,
keduanya merupakan bagian dari penilaian keterampilan. Hasil penilaian
meliputi: penggunaan alat dan sikap kerja, kemampuan menganalisis suatu
pekerjaan serta menyusun urutan-urutan pekerjaan, kecepatan
mengerjakan tugas, kemampuan membaca gambar dan symbol, dan
keserasian bentuk dengan yang diharapkan. 14
E. Penilaian Afektif
a) Pengertian Penilaian Afektif
13
Fitri Agustina Lubis, Putoro Dongoran, dan Jalilah Azizah Lubis, “PENGEMINITOR”
PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMENT PENILAIAN KOGNITIF DAN
PSIKOMOTORIK PADA GURU-GURU MUHAMMADIYAH KOTA PADANGSIDIMPUAN,
Vol. 1, No. 3, 2018, hal 165-160.
14
Muhammad Nurtanto, dan Herminarto Sofyan, Implementasi Problem-Based Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif, Psikomotor, Dan Afektif Siswa DI SMK, Jurnal Pendidikan
Vokasi, Vol. 5, No. 3, November 2015, hal 355.
Ranah afektif pada umumnya meerupakan ranah yang berkaitan
dengan nilai dan sikap. Ranah afektif mecakup watak perilaku seperti
perasaaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Selanjutnya, penilaian ranah
afektif adalah interkasi sikap yang menuju kearah batiniah dan terjadi bila
siswa menjadi sadar tentang nilai yang diterimanya, kemudian mengambil
sikap sehingga menjadi bagian dirinya dalam membentuk nilaidan
menentukan tingkah laku. Misalnya karakter jujur yang merujuk kepada
suatu karakter yang menpunyai sifat-sifat positif yang ulia seperti
integritas, penuh kebenaran, dan lurus sekaligus tiada bohong, curang
ataupun mencuri.
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada siswa dalam
berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran di
sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai
pelajaran yang diterimanya, penghargaan atau rrasa hormat terhadap guru
dan sebagainya.
b) Tujuan Penilaian Afektif
Tujuan penilaian afektif yaitu:
1. Mendapatkan umpan balik atau feedback baik bagi guru maupun siswa
sebagai dasar untuk memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar dan
mengadakan program perbaikan (remedial program)
2. Untuk mengetahu tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang
diperlukan sebagai bagian dari perbaikan tingkah laku anak didik,
pemberian laporan kepada orangv tua, dan penentuan lulus tidaknya
anak didik.
3. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang
tepat, sesuai deng tingkat pencapaian dan kemampuan serta
karakteristik anak didik.
4. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah
laku anak didik.
c) Domain Penilaian Afektif
Kawasan afektif dapat dirinci kedalam 5 (lima) jenis perilaku peserta yang
terdiri atas beberapa kategori:
1. Kemampuan menerima (Receiving)
Kemampuan menerima adalah jenjang kemampuan yang menuntut
siswa untuk belajar terhadap eksistensi fenomena atau rangsanag
tertentu. Kepekaan diawali dengan pnnyandaran kemampuan untuk
menerima dan memperhatikan. Kata kerja operasionalnya adalah
menanyakan, memilih, menggambarkan, mengikuti, memberikan,
berpegang teguh dan menggunakan.
2. Kemampuan menanggapi atau menjawab (Responding)
Kemapuan menanggapi atau enjawab adalah jenjang kemampuan yang
menuntu siswa untuk tidak hanya peka terhadap salah satu cara.
Penekanannya pada kemampuan siswa untuk menjawab secara
sukarela. Kata kerja operasionalnya adalah menjawab, embatu,
memperbincangkan, memberi nama, menunjukan, mempraktikan
membaca, melaporkan, menuliskan, meberitahu, dan mendiskusikan.
3. Menilai (Valuing)
Menilai adalah jenjang kemampuan yang menuntut siswa menilai
suatu objek, fenomen atau tingkah laku secara konsisten. Kata kerja
operasionalnya adalah melengkapi, menerangkangkan, membentuk,
mengusulkan, mengambil bagian, memilih , dan mengikuti.
Indikatornya juga meliputi mengorganisasikan suatu sistem nilai dan
bersedia untuk menanggapi.
4. Organisasi (Organisation)
Organisasi adalah jenjang kemapuan yang menuntut siswa untuk
mnyatukan nilainilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk
suatu nilail. Kata kerja operasionalnya adalah mengubah, mengatur,
menggabungkan, membandingkan, mempertahankan,
menggeneraliasikan, dan emdoifikasi.
5. Karakterisasi dengan Suati Nilai atau Kompleks Nilai
Karakterisasi dengan Suati Nilai atau Kompleks Nilai merupakan
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimilikin oleh seseorang
yang memperngaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Jenjang
ini merupakan tingkat afektif yang tinggi, karena sikap batin siswa
telah benar-benar bijaksana.15
F. Pengisian E-Raport
Raport adalah salah satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari
instansi yang bergerak di bidang pendidikan. Untuk proses pembuatan atau
pengerjaan raport bermacam-macam, mulai dari proses yang manual
sampai dengan proses yang menggunakan perangkat lunak.
Dibutuhkan suatu sarana yang dapat mengimbangi dan
meningkatkan kinerja para guru dan karyawan pada instansi pendidikan
khususnya sekolah. Untuk itu sebuah Aplikasi raport elektronik (e-raport)
diharapkan dapat menjawab kebutuhan ini.
Aplikasi e-raport, adalah aplikasi yang dirancang sebagai alat bantu
yang di pergunakan oleh user. User yang menggunakan adalah : Guru
pengampu mata pelajaran, Guru wali kelas, Tata usaha (admin), Siswa /
Orang tua. Aplikasi ini hanya dapat mengolah data rata-rata nilai tugas,
ulangan harian, dan nilai ulangan tengah serta akhir semester.16
a. Admin : input data siswa dan guru, edit data siswa dan guru,
olah data siswa, wali kelas, dan guru pengajar.
b. Guru pengajar : hanya dapat memasukan nilai untuk mata
pelajaran yang diampu dan melihat nilai yang telah dimasukan.
Nilai yang di masukan berupa ratarata tugas, ulangan harian,
dan ujian.
15
Ahmad Suryadi S. Pd., Evaluasi Pembelajaran jilid II, CV jejak, anggota IKAPI, 2020. 48-51
16
Kristianto, Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya, Yogyakarta : Gaya Media,2003) 49
c. Guru walikelas : hanya dapat menambahkan beberapa data pada
bagian raport seperti : ketidakhadiran, kepribadian, keterangan
naik, kegiatan ekstrakulikuler. Walikelas juga dapat melihat
hasil nilai siswa, dan mencetak raport yang ada.
d. Siswa / Orang Tua: hanya dapat melihat data nilai yang telah
dimasukan. Orang tua dapat melakukan konsultasi via e-mail.
DFD adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk
menggambarkan dari mana asal data dan kemana tujuan data yang
keluaran dari sistem, dimana data disimpan, proses apa yang menghasilkan
data tersebut, dan interaksi antara data yang tersimpan dan proses yang
dikenakan pada data tersebut.
1. Desain Sistem
Sistem yang baik adalah sistem yang memiliki desain rancangan awal
sebelum pembuatan program dimulai. Desain perancangan sistem itu meliputi :
System Flow, Conceptual Data Model, Physical Data Model, Data Flow Diagram.
5. Pengujian Program
17
Binarso, A. Y., Sarwoko, E. A. Pembangunan Aplikasi Alumni Berbasis Web Pada Program
Studi Teknik Informatika Universitas Diponegoro. “Journal of Informatics and Technology, Vol.1
No. 1. Universitas Diponegoro”. 2012.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a. Kisi-kisi adalah peta distribusi soal berbagai topik/pokok bahasan atau bahan
pengajaran, disebut juga blue print, atau table of specification.
b. Dalam kisi-kisi yang lengkap sepatutnya memuat hal-hal yang akan menjadi
pegangan dalam penyusunan soal : a) Pokok bahasan atau bahan pengajaran yang
akan diujikan. b) Jenjang kemampuan yang akan diukur. c) Persentase tiap pokok
bahasan/bahan pelajaran dan jenjang kemampuan. d) Bentuk soal yang paling
patut untuk tiap soal. e) Perkiraan waktu yang dipergunakan untuk mengerjakan
tes itu. f) Jumlah semua soal yang akan disusun.
e. Penilaian Afektif Merupakan ranah yang berkaitan dengan nilai dan sikap.
Ranah afektif mecakup watak perilaku seperti perasaaan, minat, sikap, emosi, dan
nilai.
f. Aplikasi e-raport adalah aplikasi yang dirancang sebagai alat bantu yang di
pergunakan oleh user. User yang menggunakan adalah : Guru pengampu mata
pelajaran, Guru wali kelas, Tata usaha (admin), Siswa / Orang tua.
DAFTAR PUSTAKA