Anda di halaman 1dari 26

A.

PENDAHULUAN
Kemajuan berfikir dan kesadaran manusia terkadang menyimpang
dari tujuan yang hendak dicapai. Penyimpangan ini bisa saja terjadi karena
proses pebelajaran, karier, maupun masalah lain yang dapat menghambat
pencapaian tujuan peserta didik di madrasah. Dengan kondisi ini maka
membutuhkan bimbingan dari konselor untuk mengarahkan peserta didik agar
lebih optimal dalam menjalani kehidupan baik di madrasah maupun di
lingkungan masyarakat.
Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari proses pendidikan. Mengingat bahwa tujuan dari pendidikan
nasional itu sendiri telah dijelaskan dalam Undang-Undang SISDIKNAS
tahun 2003, yang berbunyi:
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.1

Sesuai dengan tujuan pendidikan nasioanal agar sebuah madrasah


dapat mengembangkan potensi serta membentuk kepribadian peserta didik
dibutuhkan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling di Madrasah
merupakan proses pemberian bantuan kepada peserta didik, dengan
memperhatikan kedudukannya sebagai individu dan makhluk sosial, agar
peserta didik dapat optimal dalam perkembangannya serta memperoleh tujuan
hidupnya.
Bimbingan dan konseling harus dilakukan secara terus menerus
(continue) untuk mengarahkan dan memahami potensi serta apa yang ada
dalam diri peserta didik. Terlebih dalam perkembangan mental, serta
kariernya kedepan sesuai dengan tuntutan dari sekolah maupun lingkungan
masyarakat. Agar menjadi insan yang unggul dalam kepribadiannya,

1
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang Dasar, Fungsi, dan
Tujuan Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

1
intelektualnya, serta kariernya ke depan.2 Oleh karena itu, berpijak dari latar
belakang di atas makalah ini akan membahas tentang konsep dasar
manajemen dan konsep dasar layanan bimbingan dan konseling di Madrasah.

B. PEMBAHASAN
1. Konsep Dasar Manajemen
a. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berasal dari kata kerja (bahasa Inggris) “to
manage” yang berarti “control”. Manajemen menurut arti katanya
adalah metode atau teknik untuk mengelola (mengatur) berbagai
sumber daya supaya menjadi optimal untuk menghasilkan produk
(barang, jasa, tujuan) tertentu.3
Manajemen diartikan sebagai keseluruhan aktivitas berupa
proses mengadakan, mengatur, dan memanfaatkan sumber daya yang
dianggap penting guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
b. Tujuan dan Fungsi Manajemen
Tujuan penerapan manajemen adalah untuk memepermudah
pencapaian suatu tujuan. Fungsi manajemen adalah mencapai tujuan
dengan cara-cara yang terbaik, yaitu dengan pengeluaran waktu dan
uang yang paling sedikit, biasanya dengan penggunaan fasilitas yang
ada sebaik-baiknya. Secara rinci fungsi manajemen adalah sebagai
berikut :4
1) Menciptakan suatu koordinasi dan komunikasi tugas setiap personal
dan antar personal organisasi.
2) Mendorong setiap personal melaksanakan tugas-tugasnya secara
efektif dan efesien.

2
Basri, “Bimbingan Konseling dan Kesuksesan Belajar”, Tarbawiyah, 1 (Januari-Juli, 2014), 35.
3
Usman Yusuf, Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling (Bandung: Pustaka Pelajar, 2000),
59.
4
Dewa Ketut dan Sukardi, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Bandung: Alfabeta,
2003), 120.

2
3) Memudahkan pelaksanaan analisis tugas dan tanggung jawab setiap
personal organisasi secara efektif dan efisien.
Menurut Babbage, Taylor, Fayol, Henry Gantt dan Gillbert,
fungsi manajemen mencakup yaitu :5
1) Perencanaan (planning) adalah penentuan serangkaian tindakan
untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.
2) Pengorganisasian (organizing), dengan organizing dimaksud
mengelompokan kegiatan yang diperlukan, yakni penetapan susunan
organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada
dalam organisasi.
3) Pengarahan (actuating) ialah fungsi manajemen yang berhubungan
dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau
instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-
masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar
tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
4) Koordinasi (coordinating) merupakan salah satu fungsi manajemen
untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan,
percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan,
menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga
terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan
organisasi.
5) Pengawasan (controling) adalah salah satu fungsi manajemen yang
berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi
sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang
benar dengan maksud mencapai tujuan yang sudah yang sudah
digariskan semula.
c. Aspek-Aspek Manajemen
Dalam setiap proses manajemen akan selalu melibatkan
berbagai aspek, biasanya dituliskan dalam bentuk 5M

5
Ibid., 122.

3
yaitu Man, Money, Material, Methods, dan Machine. Lima aspek inilah
yang tiap saat harus dikendalikan sehingga mencapai optimal, apakah
dalam hal manfaat maupun keuntungan. Untuk itu persepsi kata
“mengatur” haruslah dimaknai positif menuju ke arah kebaikan.
Pengelola manajemen adalah manusia dengan berbagai perangkatnya,
berhasil atau tidak kembali ditentukan oleh niat dan usahanya. Oleh
karena praktek manajemen harus dikelola dengan menyerap aspirasi
serta budaya yang berkembang pada lokasi manajemen.6

2. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling


a. Konsep Bimbingan
1) Pengertian bimbingan
Bimbingan dan konseling merupakan terjemaan dari
“guidance” dan ”counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiah
istilah “guidance” dari akar kata “guide” yang berarti, mengarahkan,
memandu, mengelola, dan menyetir. 7
Bimbingan adalah proses membantu individu yang
dilakukan seorang ahli (konselor), agar individu tersebut dapat
berkembang secara optimal dengan memanfaatkan kekuatan individu
dan sarana yang ada, sesuai dengan tuntutan lingkungan dan norma-
norma yang berlaku. 8
Pendapat Rochman Natawidjaja yang dikutib oleh Mashud
dalam bukunya yang berjudul “Bimbingan Pendidikan dalam
Pesantren Pembangunan” juga mengemukakan mengenai pengertian
dari bimbingan, yakni:
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara terus menerus (continue),

6
Uman Suherman dan Dadang Sudrajat, Manajemen Layanan BK di Sekolah (Bandung: Publikasi
Jurusan PPB FIP KIP, 2000), 102.
7
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007, 79.
8
Salahudin Anas, Bimbingan dan Konseling (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), 162.

4
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga
ia dapat mengarahkan diri dan bertidnak wajar, sesuai
dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga
dan masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap
kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan
yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya.9

Sedangkan pengertian bimbingan menurut pandangan Islam


adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu hidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk dari Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.10
2) Tujuan bimbingan
Secara umum, tujuan bimbingan dan konseling ialah agar individu
dapat:11
a) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir
serta kehidupannya di masa yang akan dating
b) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliknya
seoptimal mungkin
c) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat serta lingkungan kerjanya.
d) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun
lingkungan kerja.
3) Prinsip bimbingan12
a) Bimbingan diperuntukan bagi semua individu. Ini berarti
bimbingan diberikan kepada semua individu, baik yang
mempunyai masalah maupun yang tidak mempunyai masalah.

9
Masyud Sulthon, Bimbingan Pendidikan dalam Pesantren Pembangunan ( Jakarta : Diva Pustaka,
2005), 124.
10
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam (Bandung: Rosda Karya, 2005), 89.
11
Arusma Linda Sumamora, “Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMAN 4 Yogyakarta”,
Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 2 (2013), 195.
12
Abu Ahmadi dan Akhmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta,
2001), 15.

5
b) Bimbingan bersifat individualisasi. Melalui bimbingan individu
dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya
tersebut.
c) Bimbingan menekankan hal yang positif. Bimbingan merupakan
proses bantuan yang menekankan kekuatan, kesuksesan, karena
bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang
positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang
untuk berkembang.
d) Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya
tugas konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah.
Mereka sebagai team work terlibat dalam proses bimbingan.
e) Pengambilan keputusan meruapan hal yang esensial dalam
bimbingan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan
kemampuan individu untuk memecakan masalahnya dan
mengambil keputusan.
f) Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting kehidupan.
Pemberian layanan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi
juga di lingkungan keluarga perusahaan, lembaga-lembaga, dan
masyarakat
4) Fungsi bimbingan
Minimal ada empat fungsi bimbingan, yaitu:13
a) Fungsi pengembangan, merupakan fungsi bimbingan dalam
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki
individu.
b) Fungsi penyaluran, merupakan fungsi bimbingan dalam
membantu individu memilih dan memantapkan penguasaan karir
atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-
ciri kepribadian lainnya. 14

13
Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta:Rineka Cipta, 2004), 86.
14
A. Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 65.

6
c) Fungsi adaptasi, merupakan fungsi bimbingan dalam membantu
para pelaksana pendidikan untuk mengadaptasi program
pendidikan tehadap latar belakang, minat, kemampuan, dan
kebutuhan individu. 15
d) Fungsi penyesuaian, merupakan fungsi bimbingan dalam
membantu individu menemukan penyesuaian diri dan
perkembangannya secara optimal.
b. Konsep Konseling
1) Pengertian konseling
Secara etimologis, istilah konseling berarti ‘dengan” atau
”bersama” (latin:Consilium) atau berarti “menyerahkan” atau
“menyampaikan” (Anglo-Saxon: Sellan). Konseling adalah proses
memberi bantuan kepada individu yang dilakukan oleh seorang ahli
(konselor) yang bersifat rahasia, professional, dan personal, agar
individu tersebut dapat mrnyesuaikan diri secara efektif terhadap
dirinya dan lingkungannya.16
Pengertian konseling menurut pandangan Priyatno dan
Erman Amti adalah:
Proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah
(disebut klien) yang bermuara dengan teratasinya masalah
yang dihadapi klien.17

Pada intinya pengertian dari konseling itu sendiri adalah


proses memberi bantuan kepada individu yang dilakukan oleh
seorang ahli (konselor) yang bersifat rahasia, professional, dan
personal, agar individu tersebut dapat menyesuaikan diri secara
efektif terhadap dirinya dan lingkungannya.18

15
Ibid.
16
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Yogyakarta: ANDI, 2010), 32.
17
Salahudin Anas, Bimbingan., 164.
18
Tohirin, Bimbingan dan Konseling., 76.

7
2) Tujuan konseling
Tujuan konseling pada umumnya dan di sekolah khususnya
adalah sebagai berikut:19
a) Mengadakan perubahan prilaku pada diri konseli sehingga
memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan;
b) Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif, supaya
konseli dapat menerima tanggung jawab, berdiri sendiri dan
memperoleh integrasi prilaku;
c) Penyelesaian masalah;
d) Mencapai keefektivan pribadi;
e) Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting
bagi dirinya.
3) Fungsi konseling
Konseling memiliki beberapa fungsi, diantaranya:20
a) Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan
konseling yang membantu konseli agar memiliki pemahaman
terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya dalam hal
pendidikan, pekerjaan, dan norma agama.
b) Fungsi preventif
Fungsi preventif yaitu fungsi yang berkaitan dengan
upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah
yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya
tidak dialami oleh konseli.
c) Fungsi penyembuhan

19
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konselin., 34.
20
Dewa Ketut dan Sukardi, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Bandung: Alfabeta,
2003), 120.

8
Fungsi penyembuhan yaitu fungsi bimbingan dan
konseling yang bersifat kuratif. Maksudnya konselor harus
menyembuhkan penyakit yang diderita konseli, tidak hanya pada
saat itu saja namun bisa berlangsung secara terus menerus sampai
konseli benar-benar sembuh.
d) Fungsi perbaikan
Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan dan konseling
untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan
dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak).
e) Fungsi fasilitasi
Fungsi fasilitasi yaitu memberikan kemudahan kepada
konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri
konseli.21
f) Fungsi pemeliharaan
Fungsi pemeliharaan yaitu fungsi bimbingan dan
konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan
mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam
dirinya.22

3. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Madrasah


a. Dasar Manajemen Bimbingan dan Konseling
Pada dasarnya manajemen dalam layanan bimbingan dan
konseling dilakukan untuk memberikan layanan bimbingan dan
konseling yang bermutu, yaitu layanan yang mampu mengintegrasikan,
mendistribusikan, mengelola, dan mendayagunakan program, personil,
fasilitas dan pembiayaan layanan bimbingan dan konseling secara
optimal agar dapat mengembangkan seluruh potensi siswa.

21
Ibid., 66.
22
Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan., 90.

9
Konsep pelayanan bimbingan dan konseling yang bermutu
menurut Goetsch dan Davis adalah layanan bimbingan dan konseling
yang merujuk pada proses dan produk layanan bimbingan dan
konseling yang mampu memenuhi harapan siswa, masyarakat dan
pemerintah.23
Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah didasarkan
kepada ketentuan yang termasuk didalam peraturan perundangan yang
berlaku, khususnya SK Menpan tentang jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya, dan SK Menpan tentang Jabatan Fungsional
Pengawas Sekolah dan Anka Kreditnya beserta berbagai aturan
pelaksanaannya. Diantaranya yang pokok adalah sistem yang
terlingkup didalam “BK Pola 17” beserta penyusunan program,
pelaksanaan, penilaian, pengawasan, pembinaan, dan pengambangan
kegiatan bimbingan dan konseling.24
Dasar bimbingan konseling adalah pengelolaan manajemen
yang bermutu, agar layanan yang diberikan, jelas, terarah dan sistematis
yang dilakuakan oleh guru pembimbingan yang professional dengan
syarat mengauasai beberpa kompetensi dasar. Beberapa aspek
fundamental yang menjadi acuan terselenggaranya suatu manajemen
yang bermutu diantaranya :25
1) Perencanaan program dan pengaturan waktu pelaksanaan bimbingan
konseling
2) Implementasi tugas guru pembimbing ( konselor )
3) Pengorganisasian bimbingan dan konseling
4) Pemamfaatan fasilitas pendukung kegiatan BK
5) Pengadministrasian kegiatan BK
Seperti halnya kegiatan yang lain, layanan bimbingan dan
konseling di Madrasah harus dan memerlukan manajemen atau

23
Maman Ukas, Manajemen: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi (Bandung: Agnini, 2006), 46.
24
Ibid., 47.
25
Ibid.

10
pengaturan. Agar apa yang menjadi tujuan akhir dapat terwujud dengan
baik serta dengan pengelolaan yang baik pula maka akan
memaksimalkan fungsi layanan bimbingan dan konseling itu sendiri
sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam rangka manajemen BK,
antara lain:26
1) Perencanaan program dan pengaturan waktu pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling.
a) Persiapan pelaksanaan
b) Pelaksanaan kegiatan, sesuai dengan rencana
2) Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling.
Pengorganisasian berarti suatu bentuk kegiatan yang
mengatur cara kerja, prosedur dan pola kerja kegiatan layanan BK.
Adapun manfaat dari pengorganisasian, antara lain:27
a) Tiap personel BK menyadari tugas, wewenang dan tanggung
jawabnya.
b) Terhindar dari tumpang tindih tugas.
c) Terjadi mekanisme kerja secara baik dan teratur
d) Terjadi kelancaran, efisiensi dan efektivitas.
e) Tujuan Pengorganisasian, merupakan manifestasi dari tujuan BK
itu sendiri.
f) Implementasi pengorganisasian dalam Bimbingan dan Konseling.
Tanpa pengorganisasian, BK tidak akan terlaksana secara
sistematis, tidak ada suatu koordinasi, perencanaan, sasaran yang
jelas, serta kepemimpinan yang proporsional dan profesional.
Pengorganisasian BK membantu seluruh personel sekolah, siswa dan
orang tua dalam mengoptimalkan peran masing-masing serta

26
Uman Suherman, Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling (Bandung: Alfabeta, 2000),
43.
27
Dewa Ketut dan Sukardi, Manajemen Bimbingan., 128.

11
mencegah terjadinya penyalahgunaan tugas tiap personel. Hal yang
perlu diperhatikan agar pengorganisasian BK berjalan baik adalah:28
a) Semua personel sekolah dihimpun dalam satu wadah, agar
terwujud satu kesatuan cara bertindak kaitannya dalam
memberikan layanan BK.
b) Mekanisme kerja harus tunggal.
c) Tugas, wewenang dan tanggguang jawab tiap personel jelas.
Tugas dan peran masing-masing personel, diantaranya
yaitu:29
(1) Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan
sekolah, pemantau dan suvervisi pelaksana BK.
(2) Wakil Kepala Sekolah, bertugas sesuai dengan bidang
garapannya. Untuk tugas-tugas wakil kepala sekolah, diantara
yaitu:30
 Pelaksana kebijakan kepala sekolah, terutama yang
berkaitan dengan BK
 Penyedia informasi
 Mensosialisasikan program BK sesuai dengan bidangnya.
(3) Wali Kelas, bertugas sebagai penyedia informasi, pemantau
perkembangan dan kemajuan siswa, fasilitator dalam
mensosialisasikan layanan BK serta membantu
mengidentifikasi siswa yang membbutuhkan layanan
responsif.
(4) Guru Mata Pelajaran, bertugas mensosialisasikan layanan
BK, menyediakan informasi tentang siswa saat proses belajar,

28
Ibid., 129.
29
Maman Ukas, Manajemen: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi BK di Sekolah (Bandung: Agnini,
2006), 23.
30
Juntika Nurihsan, Bimbingan Komprehensip: Model Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Menengah Umum (Bandung: Rosda Karya, 2008), 84.

12
mengidentifikasi siswa, serta memantau perkembangan dan
kemajuan siswa.
(5) Staf Administrasi, bertugas membantu mempersiapkan dan
mengadministrasikan kegiatan BK serta memberi informasi
tentang pelaksanaan layanan BK.
(6) Konselor, adapun tugas konselor diantaranya:31
 Mengorganisasikan Layanan BK
 Menganalisis karakteristik dan kebutuhan siswa serta
kondisi sekolah.
 Mengkoordinasikan seluruh personel layanan BK.
 Menyusun, melaksanakan, mengevaluasi program.
 Mempertanggungjawabkan semua kegiatan BK kepada
Kepala Sekolah.
Tugas konselor dalam surat keputusan bersama
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Meteri Badan
Administrasi Negara, Nomor 0433/P/1993 dan Nomor 25
tahun 1993, meliputi:
 Penyusunan program layanan, dihargai 12 jam.
 Pelaksanaan layanan, dihargai 18 jam.
 Evaluasi pelaksanaan layanan, dihargai 6 jam.
 Membimbing 150 orang siswa, dihargai 18 jam.
Selebihnya dihargai sebagai kelebihan mengajar.
3) Pemanfaatan fasilitas pendukung kegiatan Bimbingan dan
Konseling.
4) Pengadministrasian kegiatan Bimbingan dan Konseling.
5) Pengarahan, Supervisi, dan penilaian kegiatan Bimbingan dan
Konseling.
a) Pengarahan, bertujuan untuk:

31
Ibid., 85.

13
(1) Untuk menciptakan suatu kordinasi dan komunikasi dengan
seluruh staf bimbingan yang ada.
(2) Untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan
tugas-tugasnya.
(3) Memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan
program yang telah direncanakan.
b) Supervisi kegiatan bimbingan
(1) Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan
yaitu bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
mereka masing-masing.
(2) Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang
ditemui oleh para personal bimbingan dalam melaksanakan
tugas masing-masing.
(3) Mencari solusi atas pertayaan atau masalah-masalah yang
dihadapi.
(4) Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara
lancar ke arah pencapai tujuan sebagaimana yang telah
ditetapkan.
c) Penilaian program layanan
Beberapa kegiatan dalam Bimbingan dan Konseling
yang perlu dievaluasi, diantaranya:32
(1) Konseling individual dan kelompok.
(2) Konsultasi dengan siswa, orang tua, dan guru baik secara
pribadi maupun secara kelompok.
(3) Pengukuran minat, kemampuan, perilaku, kemajuan belajar
mahasiswa.
(4) Kordinasikan dengan pihak sekolahan.
b. Fungsi Manajemen Bimbingan dan Konseling

32
W.S Winkel, Bimbingan dan Konselingdi Institut Pendidikan (Jakarta: Gramedia Indonesia,
2001), 65.

14
Fungsi manajemen yang diimplementasikan dalam BK terlihat
dan dapat diwujudkan dalam perencanaan program, pengorganisasian
aktivitas, dan semua unsur pendukung BK. BK perlu dilakukan sebagai
aktivitas layanan bermutu, yaitu yang mampu mengintegrasikan,
mendistribusikan, mengelola dan mendayagunakan semua sumber daya
secara optimal agar dapat mengembangkan seluruh potensi individu.
Materi layanan hendaknya membumi atau sesuai dengan
kebutuhan siswa. Alat dan fasilitas digunakan secara efektif dan efisien.
Kegiatan dilakukan secara tepat disertai materi yang sesuai dengan
waktu yang diberikan. Sosialisasi program juga perlu mendapat
perhatian dan pemikiran strategi agar keberadaan dan kedekatan antara
BK dengan penggunanya selalu terjaga.
Untuk tercapainya program perencanaan BK yang efektif dan
efisien, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan:33
1) Analisis kebutuhan siswa.
2) Penentuan tujuan BK.
3) Analisis situasi sekolah.
4) Penentuan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan.
5) Penetapan metode pelaksanaan kegiatan.
6) Penetapan personel kegiatan.
7) Persiapan fasilitas dan biaya kegiatan.
8) Perkiraan tentang hambatan kegiatan dan antisipasinya.
Dalam proses layanan bimbingan dan konseling, konselor
sebagai fasilitator didalamnya berfungsi untuk merencanakan,
mengorganisir, menyusun staf, mengaktifkan dan mengendalikan
seluruh kegiatan bimbingan dan konseling.
c. Tujuan Manajemen Bimbingan dan Konseling

Sofyan Anif, “Pengelolaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Untuk Pembentukan Karakter
33

Siswa”, Manajemen Pendidikan, 1 (Januari, 2014), 150.

15
Pada dasarnya manajemen dapat diterapkan dengan berhasil
dalam setiap kegiatan kerja sama manusia, khususnya dalam kegiatan
bimbingan dan konseling, untuk mengejar apa yang diinginkan maka
perlu ditemukan suatu tujuan. Dalam menetapkan tujuan, telah
diperkenalkan sebuah teknik yang digunakan secara luas yang disebut
dengan management by objective.34
Peter Ducker dalam Ukas mengatakan bahwa management by
objective adalah manajemen yang berdasarkan sasaran dimana setiap
tindakan dan akibatnya diarahkan, sehingga merupakan sumber utama
daripada kemakmuran yang bisa menjamin kontinuitas hidup daripada
kegiatan suatu organisasi. Manajemen diperlukan agar tujuan
organisasi bimbingan dan konseling dapat dimengerti dan diterima oleh
anggota organisasi bimbingan dan konseling, serta masyarakat,
dicamkan sedalam-dalamnya dalam jiwa mereka untuk mencapai suatu
tujuan berdasarkan manajemen yang telah dilakukan.35
John F. Mee dalam prayitno memberikan sifat-sifat yang
seharusnya terkandung dalam tujuan sehingga dapat lebih memahami
terhadap arti yang terkandung dalam tujuan tersebut yaitu diantaranya:36
1) Apa yang menjadi tujuan ditentukan terlebih dahulu titik akhirnya.
2) Tujuan harus dapat dimengerti oleh mereka yang akan
melaksanakannya.
3) Tujuan harus dinyatakan baik tertulis ataupun lisan untuk dijadikan
pegangan bagi para pelaksana dalam proses pencapaiannya.
Dalam bimbingan dan konseling manajemen memiliki peranan
yang sangat besar, diantaranya adalah sebagai alat agar sistem
bimbingan dan konseling di sekolah dapat berjalan dengan lancar,
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan kegiatan bimbingan dan

34
Maman Ukas, Manajemen., 86.
35
Ibid.
36
Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan., 90.

16
konseling, serta untuk menegakkan akuntabilitas bimbingan dan
konseling
Adapun tujuan bimbingan dan konseling itu sendiri adalah
terbagi kedalam dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus,
diantaranya adalah:37
1) Tujuan umum program bimbingan dan konseling yang ingin dicapai
adalah sebagai berikut:
a) Agar para siswa dapat memperkembangkan pengertian dan
pemahaman dirinya untuk mencapai kemajuan di sekolah.
b) Agar siswa dapat memperkembangkan pengetahuan tentang dunia
kerja, kesempatan kerja, serta rasa tanggung jawab dalam meraih
peluang dan memilih suatu kesempatan kerja tertentu, sesuai
dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang dipersyaratkan.
c) Agar siswa dapat memperkembangkan kemampuan untuk
memilih, dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya
dengan informasi tentang peluang dan kesempatan yang ada
secara tepat dan bertanggung jawab.
d) Agar siswa dapat mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan
dan harga diri orang lain.
2) Tujuan khusus program bimbingan dan konseling yang ingin dicapai
diantaranya:
a) Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan
dalam memahami dirinya sendiri.
b) Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan
didalam memahami lingkungannya, termasuk lingkungan
sekolah, keluarga, dan kehidupan masyarakat yang lebih luas.
c) Agar para siswa memiliki kemampuan dalam mengatasi kesulitan,
dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang

37
W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling., 68.

17
dihadapinya baik itu menyangkut masalah pribadi, belajar, sosial,
dan karir.
d) Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi dan
menyalurkan potensi-potensi yang dimilikinya dalam bidang
pendidikan dan dalam lapangan kerja secara tepat.
d. Prinsip Perencanaan Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan yang baik harus didasarkan pada prinsip
pelaksanaan bimbingan tertetu. Yang dimaksud prinsip disini adalah
hal-hal yang harus diperhatikan dan dijadikan sebagai pegangan atau
pedoman dalam melaksanakan program bimbingan di madrasah agar
sasaran atau tujuan program bimbingan dapat tercapai secara optimal,
efektif dan efisien. Mengacu pada uraian BP3K Depdikbud (1975),
prinsip-prinsip pelaksanaan program bimbingan dapat di kelompokkan
menjadi 4 kelompok prinsip, yaitu : 1) prinsip umum, 2) prinsip-prinsip
khusus yang berkaitan dengan individu yang dibimbing, 3) prinsip
khusus yang berkaitan dengan individu yang memberikan bimbingan,
dan 4) prinsip-prinsip khusus yang berkaitan dengan organisasi dan
administrasi bimbingan.38
Sedangkan prinsip perencanaan bimbingan dan konseling,
diantaranya:39
1) Perencanaan tersebut sistematis, yaitu berurutan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
2) Perencanaan itu juga Berkesinambungan, sebagai suatu proses yang
berlanjut dan bertahap.
3) Perencanaan dapat mengarahkan pelaksanaan BK
4) Seluruh komponen dari perencanaan mampu dijalankan dengan baik.
e. Koordinator Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Madrasah

38
Samsul Yusuf dan A. Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), 16.
39
Maman Ukas, Manajemen., 92.

18
Sebagai penanggung jawab utama pelayanan BK di sekolah,
koordinator memegang administrasi bimbingan, yaitu mengatur kerja
sama tenaga-tenaga bimbingan dan mengarahkan semua aktivitas atau
kegiatan BK di sekolah yang bersangkutan. Sebagai pimpinan staf
bimbingan, koordinator harus memenuhi tuntutan pendidikan akademik
dan harus mampu menciptakan jaringan kerja sama dengan berbagai
pihak yang terkait dengan pelayanan bimbingan.
Pembagian tugas di antara para anggota staf bimbingan, sesuai
dengan jabatannya masing-masing menjadi tanggung jawab
koordinator. Ada lima kemungkinan mengatur pembagian tugas antara
para tenaga bimbingan di sekolah, khususnya di sekolah menengah
yaitu :40
1) Pembimbing laki-laki melayani siswa laki-laki dan pembimbing
perempuan melayani siswa perempuan.
2) Setiap pembimbing diberi tanggung jawab terhadap tingkatan
tertentu, sehingga pembimbing setiap tahun pembelajaran
memperoleh angkatan siswa yang baru.
3) Setiap pembimbing diberi tanggung jawab terhadap angkatan siswa
tertentu yang diikutinya terus dari saat angkatan itu masuk sekolah
sampai tamat.
4) Setiap pembimbing memegang layanan-layanan bimbingan tertentu
untuk seluruh angkatan siswa, misalnya pembimbing A khusus
melayani semua siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi,
pembimbing B khusus melayani semua siswa yang akan langsung
bekerja setelah tamat, dan pembimbing C menangani program
testing untuk semua siswa, dan lain sebagainya.
5) Kombinasi antara poin 2 dan 4, sehingga ada beberapa pembimbing
yang melayani siswa di tingkat kelas tertentu dan ada beberapa

40
Ahmad Sudrajat, Mengatasi Masalah Siswa Melalui Layanan Konseling Individual (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), 34.

19
pembimbing yang memegang aspek-aspek program bimbingan
tertentu.
Selain itu, koordinator BK juga mengatur hubungan kerja sama
di antara para tenaga bimbingan dengan tenaga pembantu administratif
atau tata usaha. Dalam mengadministrasikan kegiatan-kegiatan
bimbingan, sebaiknya dibedakan antara kegiatan yang menyangkut hal-
hal berikut:41
1) Kegiatan profesional intern di antara anggota bimbingan.
2) Kegiatan membina hubungan dengan masyarakat, instansi
pendidikan lain, atau tenaga penunjang di luar sekolah yang
bersangkutan.
3) Kegiatan yang berupa penulisan laporan yang harus dikerjakan oleh
masing-masing tenaga bimbingan.
4) Kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pembantu administratif.
5) Kegiatan profesional ekstern yang berupa implementasi dari
pelayanan bimbingan yang diberikan kepada orang lain.
f. Aspek Manajemen Bimbingan dan Konseling
Aspek-aspek manajemen program layanan bimbingan dan
konseling diantaranya adalah:42
1) Perencanaan serta pengorganisasian program layanan bimbingan dan
konseling.
Perencanaan pengorganisasian program layanan bimbingan
dan konseling menurut Hatch dan Stefflre diantaranya adalah:
a) The precence of a need
b) An analysis of the situation
c) A review of alternate possibilities
d) The choice of a course of action
2) Pengarahan kegiatan bimbingan dan konseling.

41
Salahudin Anas, Bimbingan dan Konseling., 168.
42
Maman Ukas, Manajemen., 43.

20
Pengarahan kegiatan bimbingan dan konseling, meliputi:43
a) Supervisi kegiatan bimbingan dan konseling
Menurut Arthur Jones, supervisi itu mancakup dua
bentuk kegiatan, yaitu:
(1) Sebagai kontrol kualitas yang direncanakan untuk
memelihara, menyelenggarakan, dan menentang perubahan
(2) Mengadakan perugahan, penataran, dan mengadakan
perubahan perilaku
b) Penilaian program layanan bimbingan dan konseling
Merupakan langkah penting dalam manajemen program
bimbingan dan konseling, yaitu usaha untuk menilai sejauh mana
peleksanaan program itu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Aspek yang dinilai diantaranya adalah:44
(1) Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan
(2) Keterlaksanaan program
(3) Hambatan-hambatan yang dijumpai.
(4) Respons siswa, personil sekolah, orangtua, dan masyarakat
terhadap layanan bimbingan dan konseling.
(5) Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tugas
perkembangan dan hasil belajar.
(6) Keberhasilan siswa setelah menyelesaikan sekolah, baik pada
studi lanjutan maupun pada kehidupannya di masyarakat.
g. Pola Manajemen Bimbingan dan Konseling di Madrasah
Sebagai suatu unit kerja, sekolah dikelola menurut pola-pola
atau kerangka hubungan struktural tertentu. Kerangka hubungan ini
sebagai pola manajemen atau struktur pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Kepala sekolah bisa saja menjadi pembimbing
utama di suatu sekolah, pola seperti ini disebut pola non-profesional.

43
Uman Suherman, Manajemen Layanan Bimbingan., 51.
44
Ibid., 52

21
Sedangkan pola profesional, guru pembimbing di sekolah direkrut dari
alumni BK baik S1, S2, dan S3, yang memang berprofesi sebagai guru
pembimbing dan konselor sekolah.45

Pada pola manajemen atau struktur organisasi di atas, kepala


sekolah merangkap sebagai guru pembimbing atau sebagai petugas
bimbingan utama di sekolah. Pola seperti ini adalah pola non-
profesional, yang berarti sekolah tersebut tidak memiliki petugas
bimbingan yang khusus.46

45
Abu Ahmadi dan Akhmad Rohani, Bimbingan dan Konseling., 36.
46
Ibid., 37.

22
Pada pola manajemen atau struktur organisasi di atas, kepala
sekolah tidak berfungsi sebagai pembimbing utama. Namun pola di atas
juga menunjukkan bahwa sekolah tersebut belum memiliki petugas
bimbingan khusus, karena pelayanan bimbingan dan konseling
dilaksanakan oleh wakil kepala sekolah urusan kesiswaan dan para wali
kelas. Dengan pola di atas, wakil kepala sekolah urusan kesiswaan dan
para wali kelas memiliki tugas rangkap.47

Pola manajemen di atas menunjukkan bahwa pelayanan


bimbingan dan konseling di sekolah tersebut dilaksanakan oleh tenaga
bimbingan khusus yang tidak merangkap tugas sebagai guru atau wali
kelas. Pola seperti ini bisa dikatakan pola profesional, namun kinerja
guru BK hanya sebatas menangani urusan siswa di bawah tanggung
jawab wakil kepala sekolah urusan kesiswaan, dan cenderung hanya
menangani permasalahan siswa (Pasif).48

47
Ibid., 38.
48
Ibid.

23
Pada pola manajemen organisasi pelayanan BK di atas,
ditunjuk koordinator pelayanan BK dan Koordinator menetapkan
tenaga-tenaga bimbingan (staf bimbingan) yang lain dan tenaga
penunjang. Koordinator bertanggung jawab atas pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah tersebut. Pola seperti ini adalah pola
profesional yang sesuai dengan fungsi BK sebenarnya di sekolah.49

C. PENUTUP
Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari proses pendidikan.
Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional untuk menghasilkan lulusan yang
unggul dari segi moral, intelektual, serta karier. Untuk itu diperlukan
pengarahan dan pengajaran yang tidak hanya terfokus pada mata pelajaran
saja, melainkan pembenahan moral serta pengarahan karier mereka agar siap
terjun di masyarakat dan survive dalam hidupnya. Dalam hal ini, bimbingan
dan konseling akan sangat diperlukan guna menjembatani perkembangan
49
Ibid., 39.

24
psikis peserta didik. Madrasah disini berfungsi sebagai wadah pertumbuhan
dan pengembangan potensi peserta didik harus siap untuk menyediakan
fasilitas yang berkenaan dengan hal tersebut, khususnya bimbingan dan
konseling.
Penyediaan layanan bimbingan dan konseling di madrasah bukan
lagi sekedar asal ada saja melainkan kewajiban yang harus dipenuhi oleh
setiap madrasah. Selain penyediaan layanan dan bimbingan, juga diperlukan
manajemen yang baik dalam proses bimbingan dan konseling bagi para
peserta didik. Tanpa adanya manajemen yang baik mustahil tujuan
pendidikan akan dapat terwujud dengan baik. Mengingat betapa vitalnya
sebuah bimbingan dan konseling bagi peserta didik di madrasah. Untuk itu
setiap madrasah diharapkan benar-benar memperhatikan hal tersebut. Karena
jika madrasah tidak mampu memberikan layanan bimbingan dan konseling
sesuai yang dibutuhkan peserta didik, maka hasil perkembangan moral,
intelektual serta karier peserta didik tidak akan maksimal dan tujuan
pendidikan tidak akan tercapai.
Untuk dapat memberikan pelayanan bimbingan dan konseling yang
berkualitas dibutuhkan pengelolaan atau manajemen yang tepat. Tanpa
adanya manajemen didalamnya maka mustahil pelayanan bimbingan dan
konseling di madrasah dapat berjalan demgan baik. Manajemen yang meliputi
proses perencanaan, pengorganisasian, pengelompokan, sampai kepada
pengevaluasian merupakan serangkaian kegiatan yang dapat menunjang
terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Untuk itu, diharapkan semua
madrasah dalam menyediakan layanan bimbingan dan konseling yang
berkualitas harus benar-benar memperhatikan aspek manajemen didalmnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Akhmad Rohani. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta, 2001.
Anas, Salahudin. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV Pustaka Setia, 2000.
Anif, Sofyan. “Pengelolaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Untuk
Pembentukan Karakter Siswa”. Manajemen Pendidikan (online), Vol. 9,
No.1, 2014, (http://www.ums.ac.id, diakses tanggal 16 Mei 2016).
Basri. “Bimbingan Konseling dan Kesuksesan Belajar”. Tarbawiyah (online), Vol.
11, No. 1, 2014, (http://www.unes.ac.id, diakses tanggal 15 Mei 2016).
Drost, J. SJ. Proses Pembelajaran Sebagai Proses Pendidikan. Jakarta: Grasindo,
2009.
Faqih, Ainur Rahim. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. Bandung: Rosda
Karya, 2005.
Hallen, A. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Ketut, Dewa dan Sukardi. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Bandung: Alfabeta, 2003.
Nurihsan, Juntika. Bimbingan Komprehensip: Model Bimbingan dan Konseling di
Sekolah Menengah Umum. Bandung: Rosda Karya, 2008.
Prayitno. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:Rineka Cipta, 2004.
Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.
Sudrajat, Ahmad. Mengatasi Masalah Siswa Melalui Layanan Konseling
Individual. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Suherman, Uman dan Dadang Sudrajat. Manajemen Layanan BK di Sekolah.
Bandung: Publikasi Jurusan PPB FIP KIP, 2000.
Sulthon, Masyud. Bimbingan Pendidikan dalam Pesantren Pembangunan.
Jakarta : Diva Pustaka, 2005.
Sumamora, Arusma Linda. “Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMAN 4
Yogyakarta”. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan (online), Vol.
1, No. 2, 2013, (http://www.uny.ac.id, diakses 16 Mei 2016).
Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007.
Ukas, Maman. Manajemen: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi BK di Sekolah.
Bandung: Agnini, 2006.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika,
2013.
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: ANDI, 2010.
Winkel, W.S. Bimbingan dan Konselingdi Institut Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Indonesia, 2001.
Yusuf, Samsul dan A. Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005.
Yusuf, Usman. Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Pustaka Pelajar, 2000.

26

Anda mungkin juga menyukai