Di Susun Oleh :
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Manado
2020
1
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah karena berkat
kemurahan-Nya makalah Ekologi Tumbuhan ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.
Kami menyadari bahwa proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik materi
maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usulan guna penyempurnaan makalah ini di
kemudian hari.
Kami sadari pula, bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
ii
iii
4
4
4
4
5
5
14
14
15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersamaan pada suatu komunitas dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat, baik di antara individu penyusun vegatasi itu sendiri maupun
dengan organism lainnya sehingga yang hidup bersama-sama pada suatu tempat (Sagala,
E.H.P, 1997).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan komposisi vegetasi secara
struktur vegetasi tumbuh-tumbuhan. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data
jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas
hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur
dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983).
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3
kategori yaitu: (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis
dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan
berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan
korelasi antara perbedaan vegetasi dengan factor lingkungan tertentu atau beberapa factor
lingkungan (Greig-Smith, 1983).
Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik
sampling kuadrat: petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan
Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh,
Metode garis sentuh, Metode Bitterlich) (Kusuma, 1997).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Deskripsi dan Analisis Vegetasi ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Deskripsi dan Analisis Vegetasi
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur
struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk
keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi
suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983).
Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan
demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu
atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti
bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau
sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut
(Sagala, E.H.P, 1997).
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas
tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara
keseluruhan.yang disebut luas minimum (Odum, 1998).
5
kata lain peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan
ditentukan oleh keadaan-keadaan individu dalam populasi.
6
Contoh Contoh (m2) (Kumulatif
Spesies) Penambahan Persentase
(%)
1. 1 7
2. 2 14 5 71,4
3. 4 16 4 33,3
4. 8 20 4 25,0
5. 16 24 4 20,0
6. 32 27 3 12,5
7. 64 30 3 11,1
8. 128 32 2 6,7
9. 256 33 1 3,1
10. 512 34 1 3,0
11. 1.024 35 1 2,9
12. 2.048 36 1 2,9
Sumber: Soegianto, 1994; Kusmana, 1997; Indriyanto, 2006; Husamah., dkk.,
2013.
Berdasarkan data pada contoh tabel tersebut di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa luas petak contoh minimum yang yang seharusnya digunakan untuk mengambil
sampel vegetasi adalah 256 m2 karena pada luas petak contoh itu penambahan banyaknya
spesies banyaknya spesies hanya 3,1% (tidak lebih dari 5%).
Luas petak minimum untuk hutan tropika lebih kurang 3 hektar. Petak contoh
berbentuk persegi panjang lebih efektif untuk sampling daripada petak contoh bujur
sangkar, sehingga petak contoh seluas 3 hektar dapat dibuat dengan ukuran 20 m x 50 m
atau masing-masing seluas 0,1 hektar (Soerianegara dan Indrawan, 1982).
2. Petak Ganda
Pengambilan contoh vegetasi pada metode petak ganda dilakukan merata pada
area yang dipelajari, dan peletakkan petak contoh sebaiknya secara sistematik. Ukuran
tiap petak contoh disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan bentuk tumbuhnya.
Ukuran petak contoh untuk pohon dewasa adalah 20 m x 20 m, fase tiang adalah 10 m x
10 m, fase pancang adalah 5 m x 5 m, dan untuk fase semai serta (tumbuhan bawah)
menggunakan petak contoh berukuran 1 m x 1 m, atau 2 m x 2 m (Kusmana dalam
husama., dkk., 2013).
7
Secara Acak Secara Sistematik
Gambar 6.1 Desain petak-petak contoh di lapangan dengan metode petak ganda.
Pada metode petak ganda semua parameter kuantitatif dapat dihitung
menggunakan rumus-rumus seperti yang telah diuraikan di atas.
b. Metode Jalur
Ada dua macam metode jalur yaitu pertama metode jalur dengan jalur contoh,
kedua metode jalur tanpa jalur contoh atau disebut juga metode garis atau rintisan.
1. Metode jalur dengan jalur contoh
Metode jalur merupakan metode yang paling efektif untuk mempelajari
perubahan keadaan vegetasimenurut kondisi tanah, topografi, dan elevasi. Jalur-jalur
contoh dibuat memotong garis kontur (garis tinggi atau garis topografi) dan sejajar
satu dengan yang lainnya. Pendekatan, cara itu untuk aplikasi di lapangan misalnya
jalur-jalur contohnya dibuat tegak lurus garis pantai, memotong sungai, atau
naik/turun lereng gunung. Jumlah jalur contoh disesuaikan dengan intensitas
samplingnya. Jalur contoh yang yang berukuran lebar 20 m dapat dibuat dengan
intensitas sampling 2%-10% (Soerianegara dan indrawan, 1988).
2. Metode jalur atau garis tanpa jalur contoh
Metode garis atau rintisan, adalah petak contoh memanjang, diletakkan
sebuah komunitas vegetasi. Untuk areal yang luas, metode ini sering digunakan
karena selain cepat juga cukup teliti, misalnya untuk inventarisasi gulma di suatu
perkebunan muda, yang mempunyai gulma terdiri atas populasi yang rapat, rendah,
dan berkelompok dengan batas kelompok yang jelas. Alat yang digunakan adalah pita
meteran 15-25 m, disebut sebagai garis rintisan. Dapat juga digunakan tali yang diberi
tanda dengan satuan-satuan panjang tertentu (tiap 10 cm atau 20 cm), dan sebuah
meteran kayu untuk mengukur secara tepat panjang kelompok vegetasi.
Metode ini dianggap sebagai modifikasi dari metode petak ganda atau metode
jalur, yaitu dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dal jalur, sehingga
sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama. Semua
parameter kuantitatif dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus seperti yang
telah diuraikan diatas, dan cara perhitungan semua parameter kuantitatif dan cara
8
perhitungan semua parameter kuantitatif sama dengan cara pada petak ganda maupun
pada cara jalur.
Bentuk dan ukuran petak-petak pengamatan serta peletakannya pada setiap garis
rintis dilihat pada gambar 6.2 sebagai berikut.
Dalam metode ini risalah pohon dilakukan dengan metode jalur dan
permudaan dengan metode garis berpetak. Untuk lebih jelasnya desain metodc ini
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
9
Gambar 6.3 Desain Petak-Petak contoh dilapangan dengan
metode kombinasi.
Teknik sampling tanpa petak merupakan teknik yang diperkenalkan oleh para ahli
manajemen hutan untuk mengetahui kesulitan praktisi dalam pembuatan kuadran (petak
contoh) di lapangan. Pada dasarnya metode tersebut menggunakan pengukuran jarak
antar tumbuhan yang satu dengan tumbuhan yang lain, yang dipilih secara acak dengan
individu-individu tumbuhan yang terdekat dengan asumsi tumbuhan tersebar secara acak.
1. Meletakkan titik-titik contoh secara acak atau beraturan (pada jarak tertentu
sepanjang garis lintasan),
2. Pemilihan satu individu (tumbuhan) pohon yang terdekat dengan titik contoh.
Kemudian tarik suatu garis khayalan yang melalui titik contoh dan individu pohon
yang terpilih dan satu garis khayalan lagi yang tegak lurus terhadap garis khayalan
pertama tadi. Tahap selanjutnya pilih satu individu tumbuhan yang terdekat dengan
individu tumbuhan pertama, tetapi letaknya berada di sektor lain (di luar sektor 180 o
tempat pohon pertama berada yang dibatasi oleh garis khayalan pertama).
3. Pengukuran jarak antar pohon (individu tumbuhan) pertama dan kedua. Setelah itu
parameter-parameter vegetasi yang diinginkan dapat diukur pada kedua individu
tumbuhan tersebut di atas.
Untuk memudahkan data analisis di lapangan, maka sebaiknya dibuat tabel tally
sheet.
4. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data lapangan dengan menggunakan
rumus-rumus berikut:
10
Kerapatan relatif suatu spesies (KR) = × 100% ∑ individu suatu spesies
∑ individu seluruh spesies
luasan area
Kerapatan seluruh spesies = 0,8 × rata-rata antar pohon
Dominasi suatu spesies = kerapatan × rata-rata nilai dominasi dari suatu spesies
dominasi suatu spesies
Dominasi relative (DR) = × 100% ∑ dominasi seluruh jenis
Frekuensi suatu jenis (F) = × 100% ∑ titik yang ditemukan suatu spesies
∑ total dominasi seluruh spesies
INP = KR + DR + FR
Peletakkan sejumlah titik contoh secara acak dalam komunitas tumbuhan Cottam
dan Curtis (1956) menyarankan paling sedikit 20 titik contoh harus dipilih untuk
meningkatkan ketelitian sampling pada teknik ini.
Pembagian sekitar areal titik contoh menjadi empat kuadran yang berukuran
sama. Hal ini dapat dilkukan dengan kompas atau bila suatu seri garis rintis
digunakan kuadran-kuadran tersebut dapat dibentuk dengan menggunakan garis
rintis itu sendiri dan suatu garis yang tegak lurus terhadap garis rintis tersebut
melalui titik contoh.
11
Gambar 6.4 Desain point centered quarter method di lapangan
Dalam metode ini pada setiap titik pengukuran dibuat garis absisi dan ordinat
khayalan, sehingga di setiap titik pengukuran terdapat empat buah kuadran. Pilih
salah satu pohon di setiap kuadran yang letaknya paling dekat dengan titik
pengukuran dan ukuran jarak dari masing-masing pohon tersebut ke titik
pengukuran. Pengukuran dimensi pohon hanya dilakukan terhadap keempat pohon
yang terpilih (Soerianegara dan Indrawan dalam Husamah., dkk., 2013)
Perhitungan kuantitatif parameter vegetatif adalah sebagai berikut:
Keterangan :
d = jarak individu pohon ke titik pengukuran di semua kuadran
n = banyaknya pohon
d1, d2, ... dn = rata-rata bab area/individu, yaitu rata-rata luasan permukaan tanah
yang diokupsi oleh satu individu tumbuhan.
Kerapatan relatif suatu jenis (KR) = × 100% jumlah individu suatu jenis
jumlah individu semua jenis
D
dominasi seluruh jenis
12
Dominasi relatif suatu jenis (DR) = × 100%
Frekuensi suatu jenis (F) =
jumlah titik ditemukannya suatu jenis
× 100% jumlah semua titik pengukuran
INP = KR + FR + DR
Untuk komunitas tumbuhan bawah seperti rumput, herba dan semak, metode yang
dapat dipakai adalah metode titik sentuh (point intercept method). Dalam
pelaksanaannya di lapangan dapat digunakan alat bantu sepetri gambar gambar di
bawah ini .
Tumbuhan yang menyentuh pin yang terbuat dari kawat, akan dicatat jenisnya
sehingga dominasi dari jenis tersebut dapat dihitung dengan rumus
Rumus-rumus lainnya sama dengan metode dengan petak. Hal yang sama dapat
dilakukan dengan alat b dengan cara memindahkan alat tersebut pada plot contoh
tiap 10 cm, sehingga didapatkan dominasi dari jenis-jenis yang tersentuh (kusmana,
1997).
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan komposisi vegetasi
secara struktur vegetasi tumbuh-tumbuhan. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan
data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun
komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983).
14
Daftar Pustaka
15