Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH:

LITERASI DIGITAL BAGI PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah:

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu: Dr. Niswanto, M. Pd.

Disusun Oleh:

Adriman, NPM: 2209200050015


Fitrah Tamimi, NIM: 2209200050033
Hannah-Charis Walker, NPM: 2209200050035

MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah, Tuhan YME atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sederhana dengan judul “Literasi Digital bagi Tenaga Pendidik dan
Tenaga Kependidikan”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman referensi dalam
pengkajian tema serupa.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Sistem
Informasi Manajemen Pendidikan, yaitu Bapak Dr. Niswanto, M. Pd. yang telah
memberikan bimbingan dan masukannya selama proses pembelajaran berlangsung.
Makalah kami ini masih terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Lebih dan kurang kami ucapkan
terima kasih.

Banda Aceh, 02 Maret 2023

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI  3
BAB I: PENDAHULUAN  4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah  5
C. Tujuan Penulisan 5
BAB II: PEMBAHASAN   6
A. Pengertian Literasi Digital 6
B. Manfaat Literasi Digital Bagi Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan 7
C. Program Digital di Dunia Pendidikan 8
D. Kompetensi Kegunaan Program Digital 9
E. Upaya Peningkatan Literasi Digital Dalam Pendidikan Indonesia  11
BAB III: KESIMPULAN  18
DAFTAR PUSTAKA 19

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Pendidikan mengalami pembaharuan dari masa ke masa dengan tujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenjang. Pembaharuan terjadi pada setiap aspek
pendidikan seperti kurikulum, silabus, model atau satuan acara perkuliahan (SAP) untuk
pendidikan tinggi, strategi, teknik, pendekatan, dan media pembelajaran. Semua aspek
pendidikan tersebut mengalami pembaharuan berdasarkan kebutuhan peserta didik sesuai
perkembangan zaman atau era. Pada dewasa ini disebut bahwa pendidikan berada di era
reformasi berbasis teknologi. Peran teknologi dalam pendidikan terwujud nyata pada
media pembelajaran. Media pembelajaran yang menggunakan teknologi pada saat ini
dikenal dengan pendidikan berbasis digital, di mana sumber dan alat yang bersifat digital,
baik ‘hardware’ maupun ‘software’ merupakan media utama sebagai alat untuk
pelaksanaan pendidikan. Hal ini terlihat jelas pada saat terjadinya pandemi Covid-19 sejak
Maret 2020 hingga pada tahun 2022.
Alat dan sumber-sumber digital memiliki peran penting dengan fungsi memediasi
pendidikan agar dapat berjalan dengan baik tanpa mengurangi makna dan pesan dari
pendidik terhadap peserta didik meski pada tempat yang berbeda dan jarak yang cukup
jauh. Tentunya media digital sebagai media pembelajaran dirancang oleh pendidik sesuai
dengan kebutuhan pada setiap jenjang pendidikan. Banyak ruang disediakan oleh media
digital yang dapat digunakan untuk media pembelajaran, tetapi juga bisa digunakan untuk
tujuan dan maksud yang tidak baik atau sesuai norma. Banyaknya sumber informasi yang
disediakan secara digital sebagai sumber belajar juga menuntut seperangkat keterampilan
yang disebut literasi digital. Literasi digital diperlukan oleh baik pendidik maupun tenaga
kependidikan untuk memastikan bahwa media pembelajaran dirancang berdasarkan
landasan filosofis, historis, psikologis, teknologis, dan empiris dengan tujuan agar tidak
melanggar etika dan norma masyarakat. Literasi digital juga disarankan agar sistem
informasi manajemen yang bersifat digital dapat dimanfaatkan dan digunakan dengan baik.
Penerapan literasi digital dalam pendidikan dapat berkembang secara efektif dan
efisien melalui prinsip dasar yang meliputi pemahaman, ketergantungan, faktor sosial dan
kurasi. Pemahaman terhadap literasi digital meliputi kemampuan mengekstrak ise secara
implisit dan eksplisit dari media digital. Kemudian, ketergantungan merupakan suatu
bentuk media digital yang berhubungan satu dengan yang lainya secara potensi, metaforis,
ideal, dan harfiah. Satu dengan yang lainya memiliki hubungan yang sangat erat, sehingga

4
dapat digunakan untuk media pembanding dan mengukur keakuratan informasi. Faktor
sosial sebagai prinsip dasar penerapan literasi digital dalam pendidikan tidak hanya
berfungsi sebagai penunjuk identitas pribadi atau distribusi informasi. Lebih dari pada hal
itu faktor sosial dapat memberi peluang untuk memberikan pesan tersendiri, dapat memilih
tujuan informasi, memilah sasaran informasi yang diberikan, menyimpan informasi dan
bahkan dapat membentuk ulang informasi di masa yang akan datang melalui self reminder
atau mengingatkan diri. Yang terakhir, prinsip dasar kurasi adalah penerapan literasi digital
dalam pendidikan melalui penemuan, pengumpulan, serta pengorganisasian informasi yang
bermanfaat bagi tujuan pendidikan agar peserta didik dapat berdaya saing. Kurasi
merupakan literasi digital yang berfokus pada penyimpanan informasi, seperti halnya
penyimpanan konten pada digitalisasi melalui save to read later. Hal ini merupakan sebuah
kecakapan dalam literasi digital yang berhubungan dengan kemampuan untuk memahami
nilai dan makna sebuah informasi dan menyimpannya agar lebih mudah diakses serta
bermanfaat dalam jangka waktu yang lama.

B.   Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang yang di atas, dirumuskan masalah makalah ini sebagai
berikut:
1. Pengertian Literasi Digital
2. Manfaat Literasi Digital Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
3. Program Digital di Dunia Pendidikan
4. Bagaimana Kompetensi Penggunaan Program Digital di Dunia Pendidikan
5. Upaya Peningkatan Literasi Digital dalam Dunia Pendidikan di Indonesia

C.   Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pada penulisan makalah ini
yaitu untuk:
1. Untuk mengetahui literasi digital
2. Untuk mengetahui manfaat literasi digital bagi pendidik dan tenaga kependidikan
3. Untuk mengetahui program dan aplikasi digital di dunia pendidikan
4. Untuk mengetahui bagaimana kompetensi penggunaan program digital di dunia
pendidikan
5. Untuk mengetahui upaya peningkatan literasi digital dalam dunia pendidikan di
Indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN
LITERASI DIGITAL BAGI PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

A.   Pengertian Literasi Digital


Menurut Indana (2022), “literasi digital itu identik dengan melek teknologi.”
Meman, teknologi adalah titik penting dari kata digital, dan dari metafora ini,
pengguna teknologi tidak boleh ‘sedang tidur’ atau ‘buta’ mengenai menggunakan
teknologi. Lebih rinci lagi, di situs UNESCO (2018), pembahasan mengenai
pengertian istilah digital literacy dimulai dengan definisi yang berikut:
Digital literacy is the ability to access, manage, understand, integrate, communicate,
evaluate and create information safely and appropriately through digital devices and
networked technologies for participation in economic and social life. It includes
competences that are variously referred to as computer literacy, ICT literacy,
information literacy, and media literacy.
Penerjemahan Bahasa Indonesia berbunyi seperti ini (pencetakan tebal dibuat oleh
penulis makalah ini):
Literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami,
mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi
dengan aman dan tepat melalui perangkat digital dan teknologi jaringan untuk
berpartisipasi dalam kehidupan ekonomi dan sosial. Ini mencakup kompetensi yang
disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi, dan literasi
media.
Di dalam kutipan yang di atas, dapat dilihat bahwa literasi digital mencakup baik
keterampilan-keterampilan menggunakan hardware dan software, ICT dan sebagainya,
maupun keterampilan-keterampilan yang telah dicetak tebal seperti memilih dan menilai
hardware dan software tersebut, supaya digunakan dengan “aman dan tepat”. Oleh karena
skill menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan merupakan higher order thinking skills
menurut taxonomi Bloom Revisi (Yusrizal & Rahmati, 2020), dapat disebutkan bahwa
literasi digital, seperti literasi informasi dan literasi media, adalah lumayan majemuk dan
memerlukan masyarakat yang life-long learners. Juga diperlukan suatu kerangka untuk
mengembangkan literasi digital supaya bimbingan yang tepat dapat diberi kepada orang
yang perlu peningkatan literasi digital. Menurut Global Alliance to Monitor Learning
(GAML, 2018), pada saat draft Digital Literacy Global Framework dikembangkan,

6
perancang menyadari bahwa kerangka literasi digital perlu disesuaikan dengan kebutuhan
setiap negara, kelompok, institusi maupun individu.
Kompetensi atau keterampilan yang terkait dengan literasi digital yang diajukan oleh
GAML sebagai berikut:
0) Devices and software operations (Menggunakan perangkat dan software)
1) Information and data literacy (Literasi keterangan maupun data)
2) Communication and collaboration (Berkomunikasi dan bekerja sama)
3) Digital content creation (Penciptaan konten digital)
4) Safety (Keamanan)
5) Problem solving (Pemecahan masalah)
6) Career-related competencies (Kompetensi terkait dengan karir)
Di daftar di atas, seperti oleh UNESCO, jelas bahwa literasi digital majemuk,
mencakup pengertian dan keterampilan, termasuk keterampilan pikir baik lower order
(seperti komunikasi yang basic) maupun higher order (misalnya pemecahan masalah).

B.  Manfaat Literasi Digital Bagi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan


Literasi digital adalah salah satu indikator dalam pendidikan dan kebudayaan untuk
menciptakan cara berpikir peserta didik yang kritis dan kreatif. Literasi digital memicu
peserta didik dari penerima informasi yang pasif menjadi aktif. Literasi digital adalah
kemampuan untuk memahami dan menggunakan berbagai informasi secara luas dan bebas
yang diperoleh melalui bantuan digital. Penggunaan secara luas dan bebas yang dimaksud
tentunya seharusnya dalam ruang lingkup norma, etika dan budaya.
Manfaat dari literasi sendiri dapat dilihat dalam daftar yang di bawah ini:
1. Menambah perbendaharaan kata “kosa kata” seseorang.
2. Mengoptimalkan kinerja otak karena sering digunakan untuk kegiatan membaca
dan menulis.
3. Mendapat berbagai wawasan dan informasi baru.
4. Kemampuan interpersonal seseorang akan semakin baik.
5. Kemampuan memahami suatu informasi akan semakin meningkat.
6. Meningkatkan kemampuan verbal seseorang.
7. Meningkatkan kemampuan analisis dan berpikir seseorang.
8. Membantu meningkatkan daya fokus dan kemampuan konsentrasi seseorang.
9. Meningkatkan kemampuan seseorang dalam merangkai kata yang bermakna dan
menulis. (https://www.dosenpendidikan.co.id, dalam Sumiati, Wijonarko, 2020)

7
Pendiri Webpercent yang bertentangan dengan literasi digital, B. Wright (2012)
menjelaskan sepuluh manfaat literasi digital sebagai berikut :
1. Siapa saja dapat mempengaruhi dunia.
2. Membuat lebih bahagia, dan
3. Dapat tetap dipekerjakan,
4. Membuat keputusan yang lebih baik,
5. Dapat tetap terhubung dengan yang lain,
6. Dapat memperoleh informasi terkini,
7. Membuat lebih aman,
8. Menghemat uang,
9. Mengakses data lebih cepat, dan
10. Menghemat waktu.
Tentu saja, beberapa dari manfaat di atas tidak selalu baik tetapi ada sisi baiknya bagi
semuanya.

C.   Program digital di dunia pendidikan


Ada puluhan program, aplikasi dan sistem informasi digital yang sering, biasanya
atau selalu dipakai di sekolah-sekolah Indonesia saat ini. Yang khusus untuk pendidik dan
tenaga kependidikan sebagai berikut:
1. Akun belajar.id - wajib untuk semua siswa dan guru di Indonesia
2. Sinan Sikula - guru sekolah negeri mengabsen diri
3. E-Raport - aplikasi di mana guru dapat memasukkan nilai siswa dan
menyiapkan kartu rapor
4. Platform Merdeka Mengajar - bagi guru yang ingin belajar atau membagi
pengalaman tentang kurikulum yang terbaru
5. Dapodik - situs web untuk mengunggah dan mengunduh data pokok
pendidik
6. ARKAS - aplikasi anggaran yang dipakai oleh bendahara sekolah
Mengenai mengajar dan belajar melalui media digital, pada zaman Covid-19,
informasi terkait 12 platform atau program gratis berikut disebarkan di situs berita dan juga
oleh Kemendikbud (Adit, 2020).
1. Rumah Belajar - aplikasi belajar daring yang dikembangkan oleh Kemendikbud.
https://belajar.kemdikbud.go.id/

8
2. Meja Kita - menyediakan materi pembelajaran dari SD-SMA dengan catatan oleh
murid-murid. https://mejakita.com/
3. ICANDO - aplikasi pendidikan anak dengan program pembelajaran sesuai dengan
Kurikulum Indonesia. bit.ly/appicando
4. IndonesiaX - menghubungkan pengguna dengan kursus-kursus berkualitas dengan
instruktur terbaik.
5. Google for Education - layanan menggunakan Chromebooks dan G-Suite untuk
pembelajaran virtual bahkan dengan sinyal internet yang kurang kuat.
https://blog.google/outreach-initiatives/education/offline-access-covid19/
6. Kelas Pintar - berisi materi Kurikulum 2013 yang disajikan dengan interaktif.
https://www.kelaspintar.id/
7. Microsoft Office 365 - dapat digunakan guru dan siswa secara gratis jika
mempunyai alamat email dengan domain berbasis .edu.
https://www.microsoft.com/id-id/education/products/office
8. Quipper School - mendukung guru untuk mengelola tugas dan pekerjaan rumah.
https://www.quipper.com/id/school/teachers/
9. Ruangguru - layanan dengan kelas virtual, platform ujian online, marketplace les
privat dan video belajar, dan konten-konten pendidikan lainnya.
https://sekolahonline.ruangguru.com/
10. Sekolahmu - menyediakan live streaming mata pelajaran dan menumbuhkan
kompetensi pada semua dan setiap anak di berbagai usia dan jenjang.
https://www.sekolah.mu/belajar-tanpa-batas/
11. Zenius - menggunakan program Belajar Mandiri di Rumah #BisaBareng dan
menyediakan video materi belajar yang lengkap, sesuai dengan jenjang SD, SMP,
SMA untuk kurikulum KTSP, Kurikulum 2013, Kurikulum 2013 Revisi, yang
disediakan dengan gratis. https://www.zenius.net/belajar-mandiri/
12. Cisco Webex - teknologi gratis untuk pertemuan online menggunakan video.

D.   Kompetensi Penggunaan Program Digital di Dunia Pendidikan


Paul Gilster (1997), menyebutkan empat kompetensi inti yang diperlukan supaya
seseorang dapat dikatakan berliterasi digital, yaitu:
1) Pencarian di internet (internet searching)
Kompetensi sebagai suatu kemampuan seseorang untuk menggunakan internet dan
melakukan berbagai aktivitas di dalamnya. Kompetensi ini mencakup beberapa

9
komponen yakni kemampuan untuk melakukan pencarian informasi di internet
dengan menggunakan search engine, serta melakukan berbagai aktivitas di
dalamnya.
2) Pandu arah hypertext (hypertextual navigation)
Kompetensi ini sebagai suatu keterampilan untuk membaca serta pemahaman
secara dinamis terhadap lingkungan hypertext. Jadi seseorang dituntut untuk
memahami navigasi (pandu arah) suatu hypertext dalam web browser yang
tentunya sangat berbeda dengan teks yang dijumpai dalam buku teks. Kompetensi
ini mencakup beberapa komponen antara lain: pengetahuan tentang hypertext dan
hyperlink beserta cara kerjanya, pengetahuan tentang perbedaan antara membaca
buku teks dengan melakukan browsing via internet, pengetahuan tentang cara kerja
web meliputi pengetahuan tentang bandwidth, http, html, dan url, serta kemampuan
memahami karakteristik halaman web.
3) Evaluasi konten informasi (content evaluation)
Kompetensi ini merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir kritis dan
memberikan penilaian terhadap apa yang ditemukan secara online disertai dengan
kemampuan untuk mengidentifikasi keabsahan dan kelengkapan informasi yang
direferensikan oleh link hypertext. Kompetensi ini mencakup beberapa komponen
antara lain: kemampuan membedakan antara tampilan dengan konten informasi
yakni persepsi pengguna dalam memahami tampilan suatu halaman web yang
dikunjungi, kemampuan menganalisa latar belakang informasi yang ada di internet
yakni kesadaran untuk menelusuri lebih jauh mengenai sumber dan pembuat
informasi, kemampuan mengevaluasi suatu alamat web dengan cara memahami
macam-macam domain untuk setiap lembaga ataupun negara tertentu.
4) Penyusunan pengetahuan (knowledge assembly)
Kompetensi ini sebagai suatu kemampuan untuk menyusun pengetahuan,
membangun suatu kumpulan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber
dengan kemampuan untuk mengumpulkan dan mengevaluasi fakta dan opini
dengan baik serta tanpa prasangka. Hal ini dilakukan untuk kepentingan tertentu
baik pendidikan maupun pekerjaan. Kompetensi ini mencakup beberapa komponen
yaitu: kemampuan untuk melakukan pencarian informasi melalui internet,
kemampuan untuk membuat suatu personal newsfeed atau pemberitahuan berita
terbaru yang akan didapatkan dengan cara bergabung dan berlangganan berita
dalam suatu newsgroup, mailing list maupun grup diskusi lainnya yang

10
mendiskusikan atau membahas suatu topik tertentu sesuai dengan kebutuhan atau
topik permasalahan tertentu, kemampuan untuk melakukan cross check atau
pemeriksaan ulang terhadap informasi yang diperoleh, kemampuan untuk
menggunakan semua jenis media untuk membuktikan kebenaran informasi, serta
kemampuan untuk menyusun sumber informasi yang diperoleh di internet dengan
kehidupan nyata yang tidak terhubung dengan jaringan.

Adapun Kompetensi yang digunakan untuk mengukur skor kompetensi literasi


digital masyarakat Indonesia baik laki-laki maupun perempuan dalam menggunakan media
digital dapat dilihat pada Tabel 1:

(Japelidi, 2018 dalam Raharjo & Winarko, 2021)

E.   Upaya Peningkatan Literasi Digital Dalam Dunia Pendidikan Di Indonesia


Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2022), 51
persen dari laki laki dan 54 persen dari perempuan Indonesia mengaku bahwa frekuensi
mereka gunakan internet ditingkatkan, pada pandemi Covid-19. APJII juga menemukan
bahwa Tingkat Penetrasi Internet di Indonesia adalah 77.02 persen, dengan jumlah
penduduk pada tahun 2021 yang terkoneksi pada internet sebanyak 210.026.769 dari total
populasi 272.682.600 jiwa. Pada tahun 2022, ditemukan bahwa 49,6 persen dari laki laki
menggunakan internet 1-5 jam per hari, sedangkan 53.7 persen perempuan
menggunakannya selama masa per hari yang sama. Mengenai UMKM, mayoritas UMKM
di 34 provinsi Indonesia menyatakan bahwa usahanya tidak memiliki situs web tetapi

11
mereka menjalankan promosi melalui internet. Sedangkan, di provinsi Aceh, 60% UMKM
mengaku mempunyai website, dan seratus persen menggunakan internet untuk promosi
usahanya (APJII, 2022).

1. Pentingnya Literasi Digital di Sekolah


Pada tahun yang lalu, Indana (2022) berpendapat bahwa, “soal literasi digital, harus
diakui kalau Indonesia masih tertinggal. Indonesia berada di peringkat ke-56 dari 63
negara berdasarkan survei yang dilakukan Global World Digital Competitiveness Index
yang dirilis Institute Management Development (IMD) pada tahun 2020. Tengok saja,
penyebaran hoaks di negara kita masih begitu tinggi.” Mengenai penggunaan media sosial
dan literasi digital antara pemuda dan remaja Indonesia, Supratman dan Wahyudin (2017)
telah mengungkapkan bahwa “Kekurangan digital literacy skill untuk menggunakan
Internet dengan aman akan memberikan remaja-remaja sebuah mindset terhadap dampak
negatif internet dalam media sosial.” Pada tahun 2015, Rahmah mengatakan bahwa
peningkatan penggunaan internet growth sebenarnya berdampak negatif terhadap
keterampilan digital literacy. Eryansyah et al. (2019) mengungkapkan bahwa masih ada
pelajar EFL di Indonesia yang belum bisa meningkatkan digital literacy karena mereka
tidak dapat mengakses infrastructure seperti komputer.
Menurut ahli-ahli, Generasi Z atau dikenal dengan generasi Post-Millennial
(1995-2010) adalah generasi internet yang kehidupannya banyak berinteraksi dengan dunia
maya serta penggunaan smartphone. Generasi Alpha adalah generasi yang lahir pada tahun
2010-2025 yang melakukan pekerjaan serba digital, dan senang dengan teknologi.
Kekhawatiran yang menyertai 2 generasi ini adalah dampak buruk perkembangan digital.
Banyak remaja terjerat dalam perilaku internet yang tidak sehat seperti mengunjungi situs
yang berkonten negatif. Selain itu, pemakaian internet secara berlebihan demi mencari
konten hiburan dibandingkan dengan konten edukatif dapat membuat minat belajar siswa
menjadi menurun. Anak usia sekolah yang kerap berinteraksi menggunakan internet juga
rentan akan merusak ekosistem digital seperti berita palsu, ujaran kebencian, pencurian
data, dan perundungan di dunia maya. Yang paling membahayakan adalah internet dapat
mengakibatkan kecanduan dan sulitnya mengatur waktu sehingga berakibat pada kesehatan
fisik dan mental. Di sisi lain, perkembangan teknologi informasi yang canggih
memberikan kesempatan yang baik, contohnya peluang bisnis yang terbuka lebar, dan
tersedianya lapangan kerja baru yang berbasis digital.

12
Peningkatan keahlian pendidik dan orang tua dalam membimbing Generasi Z dan
Generasi Alpha sebagai generasi penerus bangsa perlu menjadi perhatian pihak terkait
sehingga dapat terjadi kolaborasi yang baik dan meminimalisir pengaruh negatif kemajuan
teknologi dan memaksimalkan pengaruh positifnya dalam lingkungan sekolah, keluarga
dan masyarakat.
Generasi saat ini bisa saja fasih menggunakan komputer, ponsel dan sosial media,
tetapi itu tidak berarti mereka memahami etika digital, praktik baik, dan risiko
keamanannya. Keterampilan literasi digital akan membekali siswa untuk berkembang
dalam masyarakat digital, memberi siswa kesempatan untuk terlibat secara aktif di bidang
akademik dan menjembataninya pada analisa kritis. Integrasi pembelajaran digital di sektor
pendidikan dapat memperluas akses ke pendidikan dengan kontribusi guru yang signifikan
sebagai instruktur. Guru cakap digital diharapkan dapat membuat kegiatan pembelajaran
lebih bermakna, efektif dan produktif.
Semua unsur pemangku kepentingan pendidikan; guru, pengawas, komite, dan
kepala sekolah harus bekerja keras mensinergikan literasi digital seperti keamanan,
keterampilan, etika dan budaya digital serta berupaya menutup kesenjangan digital antara
peserta didik dengan memfasilitasi pertumbuhan literasi digital sekolah.

2. Bentuk Implementasi Literasi Digital di Sekolah


Literasi digital diharapkan bisa menjawab kebutuhan untuk perkembangan karir
dan masa depan anak bangsa secara nasional maupun internasional. Berikut ini adalah
bentuk-bentuk implementasi literasi digital yang dapat diterapkan:

a. Implementasi Literasi Digital di Luar Kelas


Dukungan sekolah terhadap literasi digital dapat diaplikasikan dengan:
1) Penyediaan perpustakaan digital dengan ragam sumber bacaan yang
berkualitas;
2) Penyediaan gazebo-gazebo sebagai spot literasi digital dimana terdapat
akses penuh dan terkontrol ke bahan bacaan digital yang disediakan sekolah
maupun pemerintah. Gazebo ini dapat digunakan sebagai tempat akses
sumber bacaan digital dengan lebih santai.
3) Menambah koleksi perpustakaan sekolah dengan buku bertajuk literasi
digital;

13
4) Pengalokasian anggaran khusus untuk mengakomodasi kegiatan literasi
yang ada di sekolah;
5) Membentuk satuan kerja literasi sekolah yang terdiri dari tim literasi digital
untuk menaungi dan mengatur kebijakan terkait agenda literasi digital;
6) Menggandeng OSIS untuk melaksanakan kampanye-kampanye literasi
digital;
7) Peningkatan kapasitas literasi digital tenaga pendidik melalui program
pengembangan kompetensi jangka panjang;
8) Melaksanakan bimbingan e-literasi rutin dengan cara memperkenalkan
kepada siswa dan guru etika, kompetensi dan keamanan dalam penggunaan
TIK, penggunaan medsos secara bijak, serta memperkenalkan UU Informasi
dan Transaksi Elektronik;
9) Pelibatan DUDIKA (Dunia Usaha dan Dunia Industri Kerja) dalam kegiatan
literasi digital dunia kerja dan sumbangsih bahan bacaan sekolah yang
berkaitan dengan jurusan;
10) Pelaksanaan kompetisi literasi digital sekolah yang melibatkan siswa setiap
semester;
11) Mencetuskan ekstrakurikuler literasi digital untuk melahirkan insan dan
pelopor literasi digital yang bisa menjadi role model bagi teman-temannya;
12) Memfasilitasi bincang literasi dengan tokoh atau aktivis mengenai
pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki dengan melibatkan warga
sekolah, komite sekolah dan orang tua siswa;
13) Pelaksanaan agenda diskusi bagi warga sekolah dalam pengembangan
literasi digital yang ada di sekolah;
14) Pihak sekolah aktif mengelola sosial media untuk berbagi informasi
aktivitas yang berhubungan dengan sekolah. Sosial media sekolah juga bisa
menjadi media penghubung antar guru, alumni dan calon siswa baru;

b. Implementasi Literasi Digital di Kelas


Supratman dan Wahyudi (2017:57) berpendapat positif terhadap upaya
meningkatkan literasi digital antara remaja Indonesia melalui collaborative learning
model. Melalui participative discussion dalam kelompok besar, siswa dari gen X dan gen Y
mendapat pengertian mengenai bagaimana bisa menggunakan internet dengan bijaksana.

14
Model kolaboratif ini cenderung memberi siswa kebebasan dan sempat untuk
menyampaikan argumen-argumen mereka tanpa takut dikritik atau diejek. Saat pikiran
mereka terbentuk tentang penjelasan teman mereka tentang baik dan buruk dalam diskusi
kelas, mereka mulai mempertanyakan tujuan positif penggunaan internet. … Siswa
melakukan diskusi kolaboratif satu sama lain untuk berbagi pemikiran mereka. Model
kolaborasi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa keaktifan siswa sebagai pengguna
aktif internet. Hasil tahap observasi akhir menunjukkan bahwa siswa menekankan evaluasi
kritis saat mereka berselancar di internet. Evaluasi kritis berarti siswa berpikir ratusan kali
untuk memposting atau mengomentari foto, video, komentar, dan status. Model
pembelajaran kolaboratif partisipatif ini berhasil membimbing siswa menjadi generasi
digital yang cerdas.

Bagi guru, literasi digital berimplikasi pada kurikulum dan metode pengajaran.
Purba et. al. (2022) menjelaskan bahwa guru wajib melek digital untuk memfasilitasi siswa
dengan kegiatan kegiatan kelas yang dikemas dengan pengintegrasian skill 4C (Critical
Thinking, Collaboration, Communication, Creativity). Literasi digital diharapkan menjadi
alat ampuh untuk memperluas kesempatan belajar siswa.
Berikut ini adalah contoh-contoh implementasi literasi digital di kelas:
1) Mengintegrasikan pembelajaran yang bernuansa literasi digital seperti
penggunaan games dan aplikasi interaktif lainnya sesuai dengan mata
pelajaran yang diampuh;
2) Menggunakan media sosial sebagai salah satu media pembelajaran
contohnya meminta siswa membuat video eksperimen sesuai jurusannya di
sekolah dan menguploadnya di facebook, membuat podcast youtube, dan
vlog berkaitan dengan tema pembelajaran;
3) Menantang siswa dalam analisis berita dan iklan online secara kritis;
4) Menciptakan aktivitas kelas seperti mengidentifikasi sumber informasi
online yang kredibel dengan cara mengetahui penulis, penerbit, tujuan,
tingkat akurasi, relevansi informasi yang diberikan, dan menganalisa bahasa
yang digunakan dalam sumber tersebut (objektif atau bias), serta seberapa
mutakhir sumber tersebut;
5) Otomatisasi pembelajaran di kelas dengan teknologi Virtual Reality (VR)
untuk memberikan stimulus positif ke siswa. Bermodalkan hp android, VR
Cardboard / VR Box, film 3 dimensi dan aplikasi pendukung lainnya, siswa

15
akan diajak untuk merasakan pengalaman baru dalam memvisualisasikan
sesuatu yang dilihatnya.
6) Memberikan contoh praktik baik privasi dan keamanan digital dengan
penjelasan terkait jejak digital mereka, seperti informasi pribadi yang
dibagikan di media sosial secara aktif dan tidak sengaja yang membuat
mereka berpotensi menjadi korban perilaku kriminal, seperti perundungan
siber, pencurian identitas, pembobolan, dan penipuan;
7) Menjadikan siswa literat digital yakni kritis dengan konten hoax. Untuk
membedakan berita hoax, siswa bisa diajak melakukan fast-checking atau
periksa fakta melalui portal berita yang kredibel dan situs-situs pengecek
fakta seperti cekfakta.com, TurnBackHoax.id;
8) Guru mengajak siswa untuk menulis dan mengkreasikan ide-ide mereka
dalam bentuk desain menarik menggunakan aplikasi digital, seperti aplikasi
canva. Canva adalah aplikasi yang saat ini digandrungi oleh guru karena
user-friendly, akses ke hp dan pc mudah, serta fitur-fitur di dalamnya dapat
membantu guru dalam mendesain bahan pembelajaran secara mudah. Canva
mendukung lembaga pendidikan dengan memberikan akun premium secara
gratis khusus untuk guru yang memiliki akun belajar.id;
9) Memberikan tugas project yang akan bermanfaat bagi komunitas sekolah,
seperti membuat pamflet, menulis blog sekolah, dan media digital untuk
mempromosikan acara sekolah. Siswa yang mampu menyelesaikan project
dapat diberikan reward atas keberhasilannya;
10) Membukukan karya-karya terbaik siswa secara digital menggunakan
Flipbook;
11) Memperkenalkan dan memandu siswa dalam penggunaan Ipusnas sebagai
aplikasi peminjaman buku digital secara gratis yang dapat memudahkan
siswa dalam mencari referensi berkaitan dengan mata pelajaran;
12) Menggunakan metode blended learning dalam pembelajaran seperti
mengajak siswa untuk berinteraksi langsung dengan native speaker dalam
pembelajaran bahasa Inggris dan menggunakan fitur Learning Management
System (Moodle, Google Classroom) untuk pengumpulan tugas
pembelajaran agar lebih menghemat penggunaan kertas serta menjaga
kelestarian lingkungan;

16
13) Menggunakan papan tulis interaktif saat online learning maupun di kelas
seperti google jamboard, microsoft whiteboard, serta aplikasi pendukung
lainnya seperti menti.com, quizizz, google docs;
14) Menggunakan google forms untuk kuis, survey, dan absensi online

c. Implementasi Literasi Digital di Lingkungan Keluarga Pendidik dan Peserta


Didik
Bentuk-bentuk penerapan literasi digital di lingkungan keluarga yakni:
1) Orang tua aktif mengikuti kelas-kelas literasi digital secara offline dan
online;
2) Menyediakan fasilitas dan akses digital untuk anak;
3) Orang tua menanamkan nilai-nilai moril kepada anak yang berkaitan
dengan literasi digital;
4) Membantu anak dalam manajemen waktu, serta menyaring situs yang baik
dan mendidik;
5) Memberi keteladanan berliterasi digital kepada anak seperti menggunakan
aplikasi resmi perpustakaan Nasional yakni Ipusnas dalam mencari referensi
bacaan fiksi maupun nonfiksi;
6) Menyediakan beragam bahan bacaan berupa buku, artikel serta video
literasi digital, salah satunya dapat diakses di situs https://literasidigital.id/.
Dengan beberapa cara ini di bagian E.1 dan E.2, literasi digital di dunia seputar pendidikan
dapat ditingkatkan.

17
BAB III
KESIMPULAN
Tantangan literasi digital semakin tahun semakin kompleks seiring dengan
bervariasinya bentuk/produk teknologi bermunculan. Apalagi terdapat dimensi technical
yang akan cepat berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Untuk menerapkan literasi
digital sesuai dengan kompetensi abad-21, maka perlu konsolidasi semua pihak agar
literasi digital secara formal masuk ke dalam kurikulum pendidikan formal. Berikut
penerapan literasi digital yang dirangkum.
1. Peningkatan kompetensi guru/dosen/pengajar pendidikan formal dan non formal
sebagai pendidik. Guru dan pendidik lainnya memiliki peran sentral karena dalam
proses pembelajaran hendaknya menyediakan dan mempersilahkan siswa untuk
memilih berbagai bentuk media digital untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
2. Implementasi literasi digital dalam kurikulum seperti materi pengenalan TIK,
pemanfaatan tools untuk mendukung pembelajaran, pemrograman komputer
3. Mengimplementasikan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL). PjBL
menjadi model pembelajaran yang direkomendasikan saat ini karena didalamnya
terdapat komunikasi, teamwork dan problem-solving.
4. Penguatan perpustakaan sebagai sumber rujukan terutama pada koleksi buku cetak
atau digital yang berhubungan dengan literasi digital. Pustakawan bekerjasama
dengan pengelola lab komputer untuk memberikan pelatihan tentang teknologi
seperti pemanfaatan internet untuk mencari sumber rujukan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adit, A. (2020) 12 Aplikasi Pembelajaran Daring Kerjasama Kemendikbud, Gratis!.


Kompas.com. Tersedia:
https://edukasi.kompas.com/read/2020/03/22/123204571/12-aplikasi-pembelajaran-d
aring-kerjasama-kemendikbud-gratis?page=all
Antoninis, M. A (19/03/2018) Global Framework to Measure Digital Literacy. UNESCO.
Tersedia di: https://uis.unesco.org/en/blog/global-framework-measure-digital-literacy
(1 Maret, 2023)
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2022) Survei Profil Internet Indonesia
2022. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.
E. Silalahi, Dumaris dkk. 2022. Literasi Digital Berbasis Pendidikan: Teori, Praktik dan
Penerapannya.Padang Sumatera Barat: PT. Global Eksekutif Teknologi.
Eryansyah, E., Erlina, E., Fiftinova, F., & Nurweni, A. (2019). EFL students’ needs of
digital literacy to meet the demands of 21st Century Skills. Indonesian Research
Journal in Education, 3(2), 442-460. https://doi.org/10.22437/irje.v3i2.8297
Global Alliance to Monitor Learning. (2018) Pathway Mapping Methodology. Centre for
Information Technology in Education, Faculty of Education, HKU.
https://gaml.cite.hku.hk/pathway-mapping-methodology/ (1 Maret, 2023)
Indana, W. (2022) Apa itu Literasi Digital: Manfaat, Prinsip dan Contohnya. QuBisa
Tersedia di:
https://www.qubisa.com/article/apa-itu-literasi-digital-manfaat-prinsip-dan-contohny
a#:~:text=Manfaat%20Literasi%20Digital&text=Mencari%20dan%20memahami%2
0informasi%20menjadi,Meningkatkan%20kemampuan%20verbal%20individu. (2
Maret, 2023)
Rahmah, A. (2015). Digital Literacy Learning System for Indonesian citizen. Procedia
Computer Science, 72. doi: 10.1016/j.procs.2015.12.109
Raharjo, N. P, Winarko, B. (2021) Analisis Tingkat Literasi Digital Generasi Milenial Kota
Surabaya dalam Menanggulangi Penyebaran Hoaks. Jurnal Komunikasi, Media dan
Informatika. 10(1) http://doi.org/10.31504/komunika.v9i1.3795
Silalahi, D. E., Handayani E. A., Munthe B.,. Simanjuntak, M. M., Wahyuni S., Mahmud,
R., Jamaludin; Laela N.A, Sari, D. M. M., Hakim A. R, Safii, M. (2022) Literasi
Digital Berbasis Pendidikan: Teori, Praktek Dan Penerapannya. Pt. Global
Eksekutif Teknologi. Padang

19
Sumiati, E., & Wijonarko, W. (2020). Manfaat Literasi Digital Bagi Masyarakat Dan
Sektor Pendidikan Pada Saat Pandemi Covid-19. Buletin Perpustakaan Universitas
Islam Indonesia, 3(2), 65–80. Tersedia:
https://journal.uii.ac.id/Buletin-Perpustakaan/article/view/17799
Supratman, L. P., & Wahyudin, A. (2017). Digital media literacy for higher education
students in Indonesia. International Journal of English Literature and Social
Sciences, 2(5), 51-58. Doi: https://dx.doi.org/10.24001/ijels.2.5.7
Yusrizal dan Rahmati. (2022) Tes Hasil Belajar. Bandar Publishing. Banda Aceh.

20

Anda mungkin juga menyukai