Disusun oleh:
Arif Faldi Yuhandika (0306163208)
Ellya Hanny (0306161059)
Netti Melani (0306163193)
Sa’adah Harahap (0306162081)
Kelompok XI
PGMI 5/SEMESTER V
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama
anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan,
ataau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang
digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang
dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau
pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan
“KALIMAT EFEKTIF”.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara
tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah,
jelas, dan lengkap.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja ciri-ciri kalimat efektif?
3. Apa syarat-syarat kalimat efektif?
4. Bagaimana penggunaan kalimat efektif?
5. Bagaimana dalam kesalahan kalimat, kesalahan diksi, dan kesalahan
ejaan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang kalimat efektif.
2. Untuk mengetahui penggunaan kalimat efektif.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri kalimat efektf.
4. Untuk mengetahui syarat-syarat kalimat efektif.
5. Untuk mengetahui kesalahan kalimat, kesalahan diksi, dan kesalahan
ejaan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Tri Indah Kusuma, Diktat Bahasa Indonesia, (Medan : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara,
2016) h. 56.
2
Edi Saputra dan Junaida, Bahasa Indonesia, (Medan : Perdana Publishing, 2017), h. 73.
2
6. Kevariasian kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran
bahasa.
3
Contoh: (kalimat yang baik): Adik memakan ikan kembung tadi pagi.
(kalimat yang tidak baik): Ikan memakan kembung adik tadi pagi.
a. Kepaduan sebuah kalimat akan rusak pula karena salah
mempergunakan kata-kata depan, kata penghubung, dan
sebagainya.
Contoh (kalimat yang kurang padu): Sejak lahir, manusia
memiliki jiwa untuk melawan kepada kekejaman alam, atau kepada pihak lain
karena merasa dirinya lebih kuat. (tanpa kepada).
b. Kesalahan lain yang dapat merusak koherensi adalah pemakaian dua
kata yang maknanya tumpang tindih.
Contoh (kalimat yang tumpang tindih): Banyak para penjahat
yang mencoba melarikan diri. (seharusnya cukup banyak penjahat atau para
penjahat saja).
c. Kesalahan lain yaitu salah menempatkan keterangan aspek (sudah,
telah, akan, belum, dan sebagainya).
Contoh: - Saya sudah membuat suasana menjadi kondusif (baik)
-Suasana saya sudah membuat menjadi kondusif (salah)
3. Penekanan
Dalam bahasa lisan kita dapat mempergunakan intonasi, gerak-gerik
dan sebagainya untuk memberikan tekanan pada sebuah kata, sedangkan dalam
bahasa tertulis hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Namun, penekanan kata
dalam kalimat dapat menggunakan cara-cara seperti berikut ini:
1. Mengubah posisi kata/frasa dalam kalimat.
Contoh: Kami berharap pada kesempatan lain kita dapat membicarakan
lagi soal ini.
a. Soal ini, kami berharap kita bicarakan pada kesempatan lain.
b. Pada kesempatan lain, kami berharap persoalan ini kita bisa bicarakan.
c. Harapan kami pada kesempatan lain kita dapat membicarakan lagi soal
ini.
d. Pembicaraan soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
4
2. Mempergunakan repetisi kata/frasa.
Repetisi adalah pengulangan sebuah kata yang dianggap penting dalam
sebuah kalimat.
Conoh: kemajuannya menyangkut kemajuan di segala bidang,
kemajuan kesadaran politik, kesadaran bermasyarakat, kesadaran
berekonomi, kesadaran berkebudayaan, dan kesadaran beragama.
3. Pertentangan
Pertentangan dapat pula dipergunakan untuk menekan suatu gagasan. Kita
bisa mengatakan secara langsung hal-hal berikut dengan konsekuensi bahwa tidak
terdapat penekanan.
Contoh: Anak itu bukan rajin dan jujur, tetapi curang dan licik.
4. Partikel penekanan.
Di dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel yang berfumgsi untuk
menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat. Partikel-partikel yang
dimaksud adalah : lah, pun, kah, yang oleh kebanyakan tata bahasa disebut
imbuhan.
Contoh: Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
Kami pun turut dalam kegiatan itu.
4. Variasi
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan
repetisi. Jika repetisi lebih banyak menekankan kesamaan bentuk, maka variasi
justru menghindarinya agar tidak terlalu monoton. Untuk itu dalam variasi dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Variasi sininim kata
Contoh: Seribu armada AS dikerahkan untuk menyerang
pasukan Palestina.
b. Variasi panjang pendeknya kalimat
Contoh: Sastra menjadi wadah untuk mencurahkan kegelisahan
hati. Kegelisahan tentang cinta, keprihatinan tentang tatanan
5
hidup, kehancuran sistem politik serta sebagai sarana media
satir. (Pada kalimat ini terkandung 22 kata).
c. Variasi penggunaan bentuk me- dan di-
Contoh: Pemerintah DKI Jakarta fokus untuk membangun
Rumah Susun, dengan cara mengoptimalkan sumber dana yang
ada.
d. Variasi dengan merubah posisi dalam kalimat
Contoh: Guru diharapkan mempunyai banyak wawasan tentang
sastra, agar si murid mendapat pelajaran tentang sastra yang
mendalam dan menyeluruh.
a. Diharapkannya seorang guru untuk mempunyai banyak
wawasan tentang sastra, agar si murid mendapat pelajaran
tentang sastra yang mendalam dan menyeluruh.
b. Wawasan tentang sastra yang luas diharapkan dipunyai oleh
guru agar si murid mendapat pelajaran tentang sastra yang
mendalam dan menyeluruh.
c. Pelajaran tentang sastra yang mendalam dan menyeluruh
kepada murid diharapkan bisa diberikan oleh guru dengan
mempunyai banyak wawasan tentang sastra.
5. Paralelisme
6
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terjadi dari bentuk yang berbeda,
yaitu ditulis dan pencantuman. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara
menyejajarkan kedua bentuk itu, menjadi seperti ini: Namanya ditulis dengan
jelas di kertas segel atau dicantumkan di kertas khusus.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki
predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian,
dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang
nominal, menjadi seperti berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian system pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
7
3. Definisi formal atau riil, atau disebut juga definisi logis
Definisi formal (riil atau definisi logis) adalah suatu cara
untuk membatasi pengertian suatu istilah dengan membedakan genusnya dan
mengadakan diferensiasinya.
Pokok Kelas/Genus
1. Gergaji adalah semacam alat pemotong
2. Permadani adalah semacam alat penutup lantai
b. Generalisasi
Generalisasi adalah suatu pernyataan yang mengatakan bahwa
apa yang benar mengenai beberapa hal yang semacam adalah benar atau berlaku
pula untuk kebanyakan dari peristiwa atau hal yang sama.
Contohnya:
BERLEBIHAN: Orang-orang yang luar biasas radikal pada
masa mudanya SELALU menjadi konservatif bila sudah
memperoleh harta dan kekuasaan.
BAIK: Bahkan pemuda-pemuda yang sangat radikal pun
tampaknya akan menjadi konservatif bila sudah memperoleh
harta dan kekuasaan.
E. Kesalahan Kalimat
Karangan ilmiah, laporan kerja, surat lamaran atau jenis komunikasi lain,
seluruhnya harus menggunakan kalimat yang baik dan benar. Baik
memungkinkan karangan itu dapat diterima oleh siapa pun dan benar artinya
8
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kesalahan kalimat dapat berakibat fatal,
salah pengertian, salah tindakan, dan sebagainya.3
b. Menempatkan kata depan di depan subjek, dengan kata depan ini subjek
berupa fungsi menjadi keterangan, misalnya:
2. Di Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di Asean. (salah)
Perbaikan dapat dilakukan dengan menghilangkan kata depan di atau
mengubah struktur aktif menjadi pasif.
(2a) Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di Asean. (benar)
(2b) Di Jakarta terdapat pusat perdagangan terbesar di Asean. (benar)
3
Achmad dan Yuhdi, Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Bahasa
Indonesia, (Medan : 2018) h. 82
9
e. Menempatkan kata penghubung intrakalimat tunggal pada awal kalimat.
Misalnya: Ia pandai. Sehingga selalu mendapat beasiswa. (salah)
Ia pandai sehingga selalu mendapat beasiswa. (benar)
f. Berupa anak kalimat atau klausa, atau penggabungan anak kalimat.
Misalnya: Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja keras. (salah)
Meskipun sudah kaya raya ia tetap bekerja keras. (benar)
g. Salah urutan
Misalnya: Buku itu saya sudah baca. (salah)
Saya sudah membaca buku itu. (benar)
F. Kesalahan Diksi
1. Diksi kalimat salah jika:
a. Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa: agar supaya,
adalah merupakan, bagi untuk, demi untuk, naik ke atas, turun ke
bawah, dan lain-lain.
Misalnya: Ia selalu bekerja keras agar supaya mampu membiayai
ketiga Anaknya yang kuliah di perguruan tinggi. (salah)
Ia bekerja keras agar mampu membiayai ketiga anaknya
yang kuliah di Perguruan tinggi. (benar)
Ia bekerja keras supaya mampu membiayai ketiga
anaknya yang kuliah Di perguruan tinggi. (benar)
b. Menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana,
yang mana, bagaimana, mengapa, dan lain-lain.
Misalnya: Kampung di mana kami bertempat tinggal sepuluh tahun
yang lalu, kini telah menjadi kota. (salah)
Kampung tempat kami bertempat tinggalsepuluh tahun
yang lalu, kini Telah menjadi kota. (benar)
c. Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak hanya –
tetapi seharusnya tidak ... tetapi atau tidak hanya – tetapi juga,
bukan Hanya – tetapi juga seharusnya bukan hanya – melainkan
juga.
Misalnya: Ia tidak hanya pandai melainkan juga rajin. (salah)
10
Ia bukan hanya pandai melainkan juga rajin. (benar)
Ia tidak hanya pandai tetapi juga rajin. (benar)
d. Menggunakan kata berpasangan secara idiomatik yang tidak
bersesuaian. Yaitu: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan,
membicarakan seharusnya berbicara tentang atau membicarakan
sesuatu.
Misalnya: Pekerjaan itu sesuai bagi minat orang tersebut. (salah)
Pekerjaan itu sesuai dengan minat orang tersebut. (benar)
G. Kesalahan Ejaan
Kesalahan ejaan berpengaruh terhadap kalimat efektif, bukan hanya
kesalahan kalimat. Oleh karena itu, penggunaan ejaan perlu diperhatikan dalam
keseluruhan penulisan.
a. Penggunaan huruf kapital, huruf kecil, huruf miring, huruf tebal.
b. Pemenggalan kata.
c. Penulisan kata baku.
d. Penulisan unsur serapan.
e. Penulisan kata asing tidak di cetak miring.
f. Penggunaan tanda baca: titik, koma, tanda petik, titik dua, titik
koma,tanda petik satu (‘..’), tanda penyingkatan (‘...), dan lain-lain.
g. Penulisan kalimat atau paragraf: induk kalimat dan anak kalimat,
kutipan langsung, dan kutipan tidak langsung.
h. Penulisan keterangan tambahan, penulisan aposisi.
11
i. Penulisan judul buku, judul makalah, skripsi, desertasi, tesis, surat
kabar, majalah, dan jurnal.
j. Penulisan judul bab, subbab, bagian, subbagian.
k. Penulisan: daftar pustaka dalam teks, catatan kaki, dan bibliografi.
12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis
atau pembicaranya.
Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : keutuhan, kesejajaran bentuk kata,
kefokusan, kehematan, kecermatan, kevriasian dll.
Syarat-syarat kalimat efektif yaitu : kesatuan gagasan, koherensi yang baik
dan kompak, penekanan, variasi, paralelisme dan penalaran.
Kesalahan pada kalimat, diksi dan ejaan dapat berakibat fatal, salah
pengertian, salah tindakan, dan sebagainya
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Indah Kusumawati, Tri. 2016. Diktat Bahasa Indonesia. Medan: UIN SU.
Saputra, Edi dan Junaida. 2017. Bahasa Indonesia. Medan: Perdana publishing.
Yuhdi, Achmad, dkk. 2018. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Bahasa
Indonesia. Medan.
14