Anda di halaman 1dari 17

KALIMAT EFEKTIF

Disusun oleh:
Arif Faldi Yuhandika (0306163208)
Ellya Hanny (0306161059)
Netti Melani (0306163193)
Sa’adah Harahap (0306162081)
Kelompok XI
PGMI 5/SEMESTER V

Dosen Pengampu: Elen Wardani Siregar, M.Pd.


Mata Kuliah: Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala


yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat kesempatan dan
kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan. Tak lupa pula shalawat
berangkaikan salam saya sampaikan kepada Nabi besar Muhammad
Sallallahu’alayhi wasallam yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-
Qur’an dan Sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen pembimbing mata
kuliah Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi, Ibu Elen Wardani Siregar,
M.Pd. Saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam pembuatan makalah ini yang
berjudul “Kalimat Efektif” terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan dimasa
yang akan datang dengan sarana yang membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Mudah-mudahan segala yang kita cita-citakan dan kita
laksanakan mendapatkan ridho Allah Subhanahuwata’ala.

Medan, November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalimat Efektif........................................................... ... 2
B. Ciri-ciri Kalimat Efektif......................................................... ......... 2
C. Syarat-syarat Kalimat Efektif........................................................... 3
D. Penggunaan Kalimat Efektif ........................................................... 8
E. Kesalahan Kalimat ......................................................................... 8
F. Kesalahan Diksi......................................................................... ..... 10
G. Kesalahan Ejaan.......... .................................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ......................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA......................... ........................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama
anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan,
ataau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang
digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang
dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau
pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan
“KALIMAT EFEKTIF”.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara
tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah,
jelas, dan lengkap.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja ciri-ciri kalimat efektif?
3. Apa syarat-syarat kalimat efektif?
4. Bagaimana penggunaan kalimat efektif?
5. Bagaimana dalam kesalahan kalimat, kesalahan diksi, dan kesalahan
ejaan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang kalimat efektif.
2. Untuk mengetahui penggunaan kalimat efektif.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri kalimat efektf.
4. Untuk mengetahui syarat-syarat kalimat efektif.
5. Untuk mengetahui kesalahan kalimat, kesalahan diksi, dan kesalahan
ejaan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat Efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas,lengkap dan
dapat menyampaikan informasi secara tepat.1
kalimat efektif dapat mengkomunikasikan pikiran atau persaan
penulisan atau pembicara kepada pembaca atau pendengar secara tepat. Dengan
kalimat efektif, komunikasi komunikasi penulis dan pembaca atau pembicara dan
pendengar tidak akan menghadapi keraguan, salah komunikasi, salah informasi
atau salah pengertian.
Menurut Fuad dalam Hikmat kalimat efektif adalah kalimat yang
disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan oleh penulis
terhadap pembacanya.2
Dalman dalam Hikmat menyebutkan bahwa kalimat efektif merupakan
kalimat yang mampu membuat isi dan maksud yang disampaikannya itu
tergambar lengkap dalam pikiran isi penerima (pembaca) persis seperti yang di
sampaikan.
Putrayasa (2007: 2) menjelaskan kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan dengan tepat ditinjau dari
segi diksi, struktur, dan logikanya.

B. Ciri-ciri Kalimat Efektif


1. Keutuhan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan makna dan
struktur.
2. Kesejajaran bentuk kata, dan struktur kalimat secara gramatikal.
3. Kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami.
4. Kehematan penggunaan unsur kalimat.
5. Kecermatan dan kesantunan.

1
Tri Indah Kusuma, Diktat Bahasa Indonesia, (Medan : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara,
2016) h. 56.
2
Edi Saputra dan Junaida, Bahasa Indonesia, (Medan : Perdana Publishing, 2017), h. 73.

2
6. Kevariasian kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran
bahasa.

C. Syarat-syarat Kalimat Efektif


1. Kesatuan gagasan
Setiap kalimat yang baik harus jelas dan memperlihatkan kesatuan
gagasan yang mengandung satu ide pokok. Kesatuan gagasan disini jangan
diartikan bahwa kalimat itu hanya mempuyai suatu ide yang tunggal. Bisa jadi
kesatuan gagasan itu terbentuk dari dua gagasan atau lebih. Secara
praktis,sebuah kalimat itu dikatakan memiliki kesatuan gagasan itu apabila
kalimat itu terdiri dari subjek, predikat dan objek. Kesatuan itu bermcam-macam
antara lain kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, dan kesatuan yang mengandung
pertentangan.
Contoh kesatuan gagasan adalah sebagai berikut:
a.) Kesatuan Tunggal
Semua penduduk desa mendapat penjelasan mengenai rencana pembangunan
lima tahun.
b.) Kesatuan gabungan.
Dia telah meninggalkan rumahnya jam enam pagi dan telah berangkat dengan
pesawat satu jam yang lalu.
c.) Kesatuan pertentangan.
Ayah bekerja diperusahaan pengangkutan, tetapi ia tidak senang dengan
pekerjaan itu.

2. Koherensi yang baik dan kompak


Koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak ialah kepaduan
pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak
terpecah-pecah.
Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola
kalimat.

3
Contoh: (kalimat yang baik): Adik memakan ikan kembung tadi pagi.
(kalimat yang tidak baik): Ikan memakan kembung adik tadi pagi.
a. Kepaduan sebuah kalimat akan rusak pula karena salah
mempergunakan kata-kata depan, kata penghubung, dan
sebagainya.
Contoh (kalimat yang kurang padu): Sejak lahir, manusia
memiliki jiwa untuk melawan kepada kekejaman alam, atau kepada pihak lain
karena merasa dirinya lebih kuat. (tanpa kepada).
b. Kesalahan lain yang dapat merusak koherensi adalah pemakaian dua
kata yang maknanya tumpang tindih.
Contoh (kalimat yang tumpang tindih): Banyak para penjahat
yang mencoba melarikan diri. (seharusnya cukup banyak penjahat atau para
penjahat saja).
c. Kesalahan lain yaitu salah menempatkan keterangan aspek (sudah,
telah, akan, belum, dan sebagainya).
Contoh: - Saya sudah membuat suasana menjadi kondusif (baik)
-Suasana saya sudah membuat menjadi kondusif (salah)

3. Penekanan
Dalam bahasa lisan kita dapat mempergunakan intonasi, gerak-gerik
dan sebagainya untuk memberikan tekanan pada sebuah kata, sedangkan dalam
bahasa tertulis hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Namun, penekanan kata
dalam kalimat dapat menggunakan cara-cara seperti berikut ini:
1. Mengubah posisi kata/frasa dalam kalimat.
Contoh: Kami berharap pada kesempatan lain kita dapat membicarakan
lagi soal ini.
a. Soal ini, kami berharap kita bicarakan pada kesempatan lain.
b. Pada kesempatan lain, kami berharap persoalan ini kita bisa bicarakan.
c. Harapan kami pada kesempatan lain kita dapat membicarakan lagi soal
ini.
d. Pembicaraan soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.

4
2. Mempergunakan repetisi kata/frasa.
Repetisi adalah pengulangan sebuah kata yang dianggap penting dalam
sebuah kalimat.
Conoh: kemajuannya menyangkut kemajuan di segala bidang,
kemajuan kesadaran politik, kesadaran bermasyarakat, kesadaran
berekonomi, kesadaran berkebudayaan, dan kesadaran beragama.
3. Pertentangan
Pertentangan dapat pula dipergunakan untuk menekan suatu gagasan. Kita
bisa mengatakan secara langsung hal-hal berikut dengan konsekuensi bahwa tidak
terdapat penekanan.
Contoh: Anak itu bukan rajin dan jujur, tetapi curang dan licik.
4. Partikel penekanan.
Di dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel yang berfumgsi untuk
menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat. Partikel-partikel yang
dimaksud adalah : lah, pun, kah, yang oleh kebanyakan tata bahasa disebut
imbuhan.
Contoh: Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
Kami pun turut dalam kegiatan itu.

4. Variasi
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan
repetisi. Jika repetisi lebih banyak menekankan kesamaan bentuk, maka variasi
justru menghindarinya agar tidak terlalu monoton. Untuk itu dalam variasi dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Variasi sininim kata
Contoh: Seribu armada AS dikerahkan untuk menyerang
pasukan Palestina.
b. Variasi panjang pendeknya kalimat
Contoh: Sastra menjadi wadah untuk mencurahkan kegelisahan
hati. Kegelisahan tentang cinta, keprihatinan tentang tatanan

5
hidup, kehancuran sistem politik serta sebagai sarana media
satir. (Pada kalimat ini terkandung 22 kata).
c. Variasi penggunaan bentuk me- dan di-
Contoh: Pemerintah DKI Jakarta fokus untuk membangun
Rumah Susun, dengan cara mengoptimalkan sumber dana yang
ada.
d. Variasi dengan merubah posisi dalam kalimat
Contoh: Guru diharapkan mempunyai banyak wawasan tentang
sastra, agar si murid mendapat pelajaran tentang sastra yang
mendalam dan menyeluruh.
a. Diharapkannya seorang guru untuk mempunyai banyak
wawasan tentang sastra, agar si murid mendapat pelajaran
tentang sastra yang mendalam dan menyeluruh.
b. Wawasan tentang sastra yang luas diharapkan dipunyai oleh
guru agar si murid mendapat pelajaran tentang sastra yang
mendalam dan menyeluruh.
c. Pelajaran tentang sastra yang mendalam dan menyeluruh
kepada murid diharapkan bisa diberikan oleh guru dengan
mempunyai banyak wawasan tentang sastra.

5. Paralelisme

Keparalelan adalah kesamaan bentuk yang digunakan dalam kalimat


itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan
seterusnya juga harus menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan
verba,bentuk kedua juga harus menggunakan verba.
Contoh:
a.) Namanya ditulis dengan jelas di kertas segel atau pencantumannya di kertas
khusus.
b.) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air,
dan pembagian tata ruang.

6
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terjadi dari bentuk yang berbeda,
yaitu ditulis dan pencantuman. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara
menyejajarkan kedua bentuk itu, menjadi seperti ini: Namanya ditulis dengan
jelas di kertas segel atau dicantumkan di kertas khusus.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki
predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian,
dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang
nominal, menjadi seperti berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian system pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.

6. Penalaran atau Logika


Yang dimaksud dengan jalan pikiran adalah suatu proses berpikir
yang berusaha untuk menghubungkan fakta-fakta menuju kepada suatu
kesimpulan yang masuk akal. Tulisan-tulisan yang jelas dan terarah merupakan
perwujudan dari beripkir logis. Di bawah ini beberapa hal dasar tentang proses
berpikir logis itu.
a. Definisi (batasan)
Definisi atau batasan yang tepat merupakan kunci dari ciri
berpikir yang logis, dengan demikian juga menjadi ciri-ciri menulis yang logis.
1. Definisi berupa sinonim kata
Contoh: Pendidikan = Pengajaran
Kemerdekaan = Kebebasan
2. Definisi berdasarkan etimologi
Contoh: referendum: referendum berasal dari kata re + ferre
yang ‘membawa kembali’. Referendum berarti sesuatu yang harus dibawa
kembali, hal yang harus diajukan kembali (untuk dipertimbangkan, disetujui dan
sebagainya).

7
3. Definisi formal atau riil, atau disebut juga definisi logis
Definisi formal (riil atau definisi logis) adalah suatu cara
untuk membatasi pengertian suatu istilah dengan membedakan genusnya dan
mengadakan diferensiasinya.

Pokok Kelas/Genus
1. Gergaji adalah semacam alat pemotong
2. Permadani adalah semacam alat penutup lantai

b. Generalisasi
Generalisasi adalah suatu pernyataan yang mengatakan bahwa
apa yang benar mengenai beberapa hal yang semacam adalah benar atau berlaku
pula untuk kebanyakan dari peristiwa atau hal yang sama.
Contohnya:
BERLEBIHAN: Orang-orang yang luar biasas radikal pada
masa mudanya SELALU menjadi konservatif bila sudah
memperoleh harta dan kekuasaan.
BAIK: Bahkan pemuda-pemuda yang sangat radikal pun
tampaknya akan menjadi konservatif bila sudah memperoleh
harta dan kekuasaan.

D. Penggunaan Kalimat Efektif


1. Digunakan pada tulisan ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis,
disertasi, laporan penelitian, dan sebagainya.
2. Kalimat efektif berbeda dengan kalimat yang dipakai oleh para
sastrawan atau wartawan.

E. Kesalahan Kalimat
Karangan ilmiah, laporan kerja, surat lamaran atau jenis komunikasi lain,
seluruhnya harus menggunakan kalimat yang baik dan benar. Baik
memungkinkan karangan itu dapat diterima oleh siapa pun dan benar artinya

8
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kesalahan kalimat dapat berakibat fatal,
salah pengertian, salah tindakan, dan sebagainya.3

a. Kalimat aktif tanpa subjek


1. Menurut ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia segera
bagkit jika hukum ditegakkan. (salah)
Kalimat tersebut salah karena menempatkan kata depan menurut di
depan subjek. Dengan kata tersebut subjek berubah fungsi menjadi keterangan.
Perbaikan dilakukan dengan menghilangkan kata menurut.
(1a) Ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia segera bangkit jika
hukum ditegakkan. (benar)

b. Menempatkan kata depan di depan subjek, dengan kata depan ini subjek
berupa fungsi menjadi keterangan, misalnya:
2. Di Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di Asean. (salah)
Perbaikan dapat dilakukan dengan menghilangkan kata depan di atau
mengubah struktur aktif menjadi pasif.
(2a) Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di Asean. (benar)
(2b) Di Jakarta terdapat pusat perdagangan terbesar di Asean. (benar)

c. Tanpa unsur predikat, menempatkan kata yang di depan predikat, dengan


kata ini predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek.
Misalnya: Petani yang bekerja di sawah (salah)
Petani bekerja di sawah (benar)

d. Menempatkan kata depan di depan objek, seharusnya kata kerja transitif


langsung diikuti objek dan tidak disisipi kata depan.
Misalnya: Mereka mendiskusikan tentang keselamatan kerja. (salah)
Mereka mendiskusikan keselamatan kerja. (benar)

3
Achmad dan Yuhdi, Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Bahasa
Indonesia, (Medan : 2018) h. 82

9
e. Menempatkan kata penghubung intrakalimat tunggal pada awal kalimat.
Misalnya: Ia pandai. Sehingga selalu mendapat beasiswa. (salah)
Ia pandai sehingga selalu mendapat beasiswa. (benar)
f. Berupa anak kalimat atau klausa, atau penggabungan anak kalimat.
Misalnya: Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja keras. (salah)
Meskipun sudah kaya raya ia tetap bekerja keras. (benar)
g. Salah urutan
Misalnya: Buku itu saya sudah baca. (salah)
Saya sudah membaca buku itu. (benar)

F. Kesalahan Diksi
1. Diksi kalimat salah jika:
a. Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa: agar supaya,
adalah merupakan, bagi untuk, demi untuk, naik ke atas, turun ke
bawah, dan lain-lain.
Misalnya: Ia selalu bekerja keras agar supaya mampu membiayai
ketiga Anaknya yang kuliah di perguruan tinggi. (salah)
Ia bekerja keras agar mampu membiayai ketiga anaknya
yang kuliah di Perguruan tinggi. (benar)
Ia bekerja keras supaya mampu membiayai ketiga
anaknya yang kuliah Di perguruan tinggi. (benar)
b. Menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana,
yang mana, bagaimana, mengapa, dan lain-lain.
Misalnya: Kampung di mana kami bertempat tinggal sepuluh tahun
yang lalu, kini telah menjadi kota. (salah)
Kampung tempat kami bertempat tinggalsepuluh tahun
yang lalu, kini Telah menjadi kota. (benar)
c. Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak hanya –
tetapi seharusnya tidak ... tetapi atau tidak hanya – tetapi juga,
bukan Hanya – tetapi juga seharusnya bukan hanya – melainkan
juga.
Misalnya: Ia tidak hanya pandai melainkan juga rajin. (salah)

10
Ia bukan hanya pandai melainkan juga rajin. (benar)
Ia tidak hanya pandai tetapi juga rajin. (benar)
d. Menggunakan kata berpasangan secara idiomatik yang tidak
bersesuaian. Yaitu: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan,
membicarakan seharusnya berbicara tentang atau membicarakan
sesuatu.
Misalnya: Pekerjaan itu sesuai bagi minat orang tersebut. (salah)
Pekerjaan itu sesuai dengan minat orang tersebut. (benar)

2. Diksi atau kalimat kurang baik (kurang santun)


a. Menonjolkan aku dalam suasana formal, misalnya: aku dan saya.
b. Menurut pendapat saya ... sebaiknya menggunakan data
menunjukkan bahwa ..., penelitian membuktikan bahwa ...
pengalaman membuktikan bahwa ...
c. Menggunakan kata yang tidak jelas maknanya.
d. Diksi tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi.
e. Penolakan dan pembuktian tanpa makna kata yang pasti.

G. Kesalahan Ejaan
Kesalahan ejaan berpengaruh terhadap kalimat efektif, bukan hanya
kesalahan kalimat. Oleh karena itu, penggunaan ejaan perlu diperhatikan dalam
keseluruhan penulisan.
a. Penggunaan huruf kapital, huruf kecil, huruf miring, huruf tebal.
b. Pemenggalan kata.
c. Penulisan kata baku.
d. Penulisan unsur serapan.
e. Penulisan kata asing tidak di cetak miring.
f. Penggunaan tanda baca: titik, koma, tanda petik, titik dua, titik
koma,tanda petik satu (‘..’), tanda penyingkatan (‘...), dan lain-lain.
g. Penulisan kalimat atau paragraf: induk kalimat dan anak kalimat,
kutipan langsung, dan kutipan tidak langsung.
h. Penulisan keterangan tambahan, penulisan aposisi.

11
i. Penulisan judul buku, judul makalah, skripsi, desertasi, tesis, surat
kabar, majalah, dan jurnal.
j. Penulisan judul bab, subbab, bagian, subbagian.
k. Penulisan: daftar pustaka dalam teks, catatan kaki, dan bibliografi.

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis
atau pembicaranya.
Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : keutuhan, kesejajaran bentuk kata,
kefokusan, kehematan, kecermatan, kevriasian dll.
Syarat-syarat kalimat efektif yaitu : kesatuan gagasan, koherensi yang baik
dan kompak, penekanan, variasi, paralelisme dan penalaran.
Kesalahan pada kalimat, diksi dan ejaan dapat berakibat fatal, salah
pengertian, salah tindakan, dan sebagainya

B. Saran

Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan benar tentang


bahasa Indonesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses
kegiatan belajar mengajar terjadi komunikasi yang baik dan tepat penggunaan
bahasanya antara pendidik dengan peserta didik, sedangkan Calon pendidik
sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama mengenai materi
dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi
kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik.
Dan semua Lembaga Pendidikan sebaiknya memberikan dan menekankan
perhatian penuh terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin
komunikasi yang selaras.

13
DAFTAR PUSTAKA

Indah Kusumawati, Tri. 2016. Diktat Bahasa Indonesia. Medan: UIN SU.
Saputra, Edi dan Junaida. 2017. Bahasa Indonesia. Medan: Perdana publishing.
Yuhdi, Achmad, dkk. 2018. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Bahasa
Indonesia. Medan.

14

Anda mungkin juga menyukai