KALIMAT EFEKTIF
Disusun Oleh
Kelompok 5:
PRODI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan..................................................................................................2
D. Manfaat Pembahasan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Pengertian Kalimat Efektif......................................................................................3
B. Syarat-Syarat Kalimat Efektif.................................................................................3
1. Pemilihan Kata (Diksi) dan Penggunaan Ejaan yang Baik dan Benar................3
2. Memiliki Struktur dan Ciri Kalimat yang Efektif...............................................3
C. Ciri-Ciri Kalimat Efektif.........................................................................................4
1. Kelogisan.............................................................................................................4
2. Kepaduan dan Kesatuan......................................................................................4
3. Kesejajaran..........................................................................................................5
4. Penekanan............................................................................................................7
5. Kehematan...........................................................................................................9
6. Kevariasan dalam Struktur Kalimat....................................................................12
D. Faktor Penyebab Ketidakefektifan Kalimat.............................................................14
1. Kerancuan............................................................................................................14
2. Pleonasme............................................................................................................14
3. Ambiguitas...........................................................................................................15
DAFTAR ISI......................................................................................................................17
i
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan antar sesama manusia yang
menggunakan bahasa itu. Bahasa mengandung pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada
dalam diri seorang pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan harus dapat secara jelas
mendukung maksud pembicara atau penulis sehingga apa yang dipikirkan, diinginkan, atau
dirasakan pembicara atau penulis dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Tulisan
yang berhasil tersampaikan secara baik kepada pendengar atau pembaca disebut dengan
kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pembicara atau
penulis dengan tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca. Jika maksud atau
informasi yang disampaikan benar, pendengar atau pembaca juga dapat memahami maksud
atau informasi tersebut dengan jelas dan lengkap. Namun, terkadang harapan ini tidak
menjadi kenyataan. Misalnya, ada lawan bicara atau pembaca yang tidak mengerti apa
yang dikatakan atau ditulis. Agar kalimat yang ditulis atau dikatakan dapat
mengungkapkan maksud pengguna secara akurat, maka komponen kalimat yang digunakan
harus lengkap dan jelas.
Dalam karangan ilmiah, sering kita jumpai kalimat-kalimat yang sesuai dengan
bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa maksud dari teks tertulis dapat
menjadi kabur, kacau, tidak logis, atau berlebihan. Sehingga pembaca atau pendengar
mengalami kesulitan memahami makna kalimat yang telah kita sampaikan. Berdasarkan
fakta tersebut, kami sebagai penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa syarat-syarat agar kalimat dapat disebut efektif
3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
4. Apa saja faktor yang menyebabkan ketidakefektifan sebuah kalimat?
1
C. Tujuan Pembahasan
2. Untuk mengetahui apa saja syarat sehingga kalimat bisa disebut efektif.
3. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri dari kalimat efektif.
4. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab ketidakefektifan kalimat.
D. Manfaat Pembahasan
1. Bagi diri sendiri: agar dapat memahami apa dan bagaimana kalimat efektif itu.
2. Bagi masyarakat: agar kita dapat menjaga kemurnian bahasa Indonesia dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara
tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat,
pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan
lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Supaya kalimat yang
dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat-kalimat
yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya unsur-unsur kalimat seharusnya ada
yang tidak boleh dihilangkan sebaliknya unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu
dimunculkan. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai karena ada sebagian
lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang
dituliskan.
1. Pemilihan Kata (Diksi) dan Penggunaan Ejaan yang Baik dan Benar
Kalimat efektif harus memiliki keseimbangan antara pikiran atau gagasan dengan
struktur bahasa yang dipergunakan. Kesepadanan kalimat ini dapat dilihat dari
struktur bahasa dalam mendukung gagasan atau konsep yang merupakan kepaduan
pikiran.
3
C. Ciri-Ciri Kalimat Efektif
1. Kelogisan
Kalimat efektif harus memiliki kelogisan bahasa. Artinya, ide pada kalimat efektif
tersebut dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku.
Contoh: Waktu dan tempat kami persilakan. Kalimat di atas tidak efektif sebab
makna yang terkandung tidak logis. Apakah waktu dan tempat itu bisa
dipersilakan? Seharusnya, kalimat tersebut diubah menjadi “Untuk bapak/ibu A
(nama) kami persilakan.”
Contoh lainnya sebagai berikut: "Jenazah wanita yang ditemukan itu sebelumnya
sering mondar mandir di sekitar pasar". Kalimat ini juga tidak logis karena tidak
mungkin ada jenazah yang bisa mondar mandir. Kalimat ini bisa dirubah menjadi
"Sebelum meninggal, wanita yang ditemukan jenazahnya itu sering mondar mandir
di sekitar pasar".
Cara agar suatu kalimat dapat memiliki subjek dan predikat yang jelas
adalah dengan menghindari penggunaan kata depan sebelum penyebutan
subjek.
Contoh: Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah
4
b. Tidak Terdapat Subjek Ganda
Perbaikan: Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
Dengan memiliki kesepadanan struktur yang baik, maka gagasan dapat dengan
mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
3. Kesejajaran
Jika sebuah gagasan dalam suatu kalimat dinyatakan dengan frasa (kelompok kata),
maka gagasan-gagasan lain yang sederajat harus dinyatakan dengan frasa. Jika
sebuah gagasan dalam suatu kalimat dinyatakan dengan kata benda (misalnya
bentuk pe-an, dan ke-an), maka gagasan lain yang sederajat harus dengan kata
benda juga. Kesejajaran akan membantu memberi kejelasan kalimat secara
keseluruhan. Jika dilihat dari bentuknya, kesejajaran dapat menyebabkan
keserasian. Jika dilihat dari segi makna atau gagasan yang diungkapkan, kesejajaran
5
dapat menyebabkan informasi yang diungkapkan menjadi sistematis sehingga
mudah dipahami. Kesejajaran dapat dibedakan atas kesejajaran bentuk, kesejajaran
makna, dan kesejajaran bentuk berikut maknanya.
a. Kesejajaran Bentuk
Bentukan kalimat yang tidak tersusun secara sejajar dapat mengakibatkan kalimat
itu tidak serasi.
Contoh: Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi pimpinan belum
menyetujuinya.
1) Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi belum disetujui pimpinan.
b. Kesejajaran Makna
6
Pertanyaan yang segera timbul adalah mungkinkah pembangunan itu
dibangun? Jawabannya tentu tidak karena pembangunan lazimnya dilaksanakan,
dilakukan, atau dimulai, bukan dibangun. Jadi kalimat tersebut seharusnya menjadi:
4. Penekanan
Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan pokok. Inti pikiran ini biasanya ingin
ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara. Seorang pembicara akan
7
memberi penekanan pada bagian kalimat dengan memperlambat ucapan,
meningkatkan suara, dan sebagainya. Penekanan dalam kalimat adalah upaya
pemberian aksentuasi, pementingan atau pemusatan perhatian pada salah satu unsur
atau bagian kalimat, agar unsur atau bagian kalimat yang diberi
penegasan/penekanan itu lebih mendapat perhatian dari pendengar atau pembaca
(Ida Bagus, 2007: 56). Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberi
penekanan pada kalimat, antara lain dengan cara pemindahan letak frase dan
mengulangi kata -kata yang sama.
Untuk memberi pada bagian tertentu sebuah kalimat, penulis dapat memindahkan
letak frase atau bagian kalimat itu pada bagian depan kalimat. Cara ini disebut juga
pengutamaan bagian kalimat.
Contoh:
1) Prof. Dr. Herman Yohanes berpendapat, salah satu indikator yang menunjukkan
tidak efisiennya pertamina adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai
pertamina dan produksi minyaknya.
2) Salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya pertamina, menurut Prof.
Dr. Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai
pertamina dan produksi minyaknya.
3) Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai pertamina dan produksi
minyaknya adalah salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya
pertamina. Demikian pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes.
Kalimat 1), 2), dan 3) tersebut menunjukkan bahwa gagasan yang dipentingkan
diletakkan di bagian awal kalimat. Dengan demikian, walaupun ketiga kalimat
tersebut mempunyai pengertian yang sama, tetapi ide pokok menjadi berbeda.
8
Contoh:
Kalimat 1) dan 2) di atas lebih jelas maksudnya dengan adanya pengulangan pada
bagian kalimat (kata) yang dianggap penting.
5. Kehematan
Contoh:
9
Kalimat 1) tersebut dapat diperbaiki dengan menghilangkan akhiran –nya,
dan pada kalimat 2), kata ‘mereka’ dihilangkan. Kalimat tersebut menjadi
seperti berikut.
b. Hiponim Dihindarkan
Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau
ungkapan yang lebih tinggi. Di dalam makna kata tersebut terkandung
makna dasar kelompok kata yang bersangkutan.
Contoh:
2) Warna hijau dan warna ungu adalah warna kesukaan ibu Ade
Warsiyem.
Menggunakan dua kata atau lebih yang mengandung fungsi yang sama dapat
menyebabkan kalimat tidak efektif, misalnya adalah, merupakan, seperti
misalnya, agar supaya, dan demi untuk. Oleh karena itu, untuk
mengefektifkan kalimat itu dapat dilakukan dengan menghilangkan salah
satu dari kata-kata tersebut.
Contoh: Kita perlu bekerja keras agar supaya tugas ini dapat berhasil.
10
1) Kita perlu bekerja keras agar tugas ini dapat berhasil.
Kata yang bermakna jamak, seperti semua, segala, seluruh, beberapa, para,
dan segenap, dapat menimbulkan ketidakefektifan kalimat jika digunakan
secara bersama-sama dengan bentuk ulang yang juga bermakna jamak.
Contoh:
Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal kata depan dari dan daripada, selain
ke dan di. Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia dipakai untuk
menunjukkan arah (tempat), asal (asal-usul), sedangkan daripada berfungsi
untuk membandingkan sesuatu benda atau hal dengan benda atau hal
lainnya.
Contoh:
Berikut ini penggunaan dari dan daripada yang tidak benar, seperti:
11
2) Walikota menekankan, bahwa pembangunan ini kepentingan daripada
rakyat harus diutamakan.
Sebuah bacaan atau tulisan yang baik merupakan suatu komposisi yang dapat
memikat pembacanya untuk terus membaca sampai selesai. Agar dapat membuat
pembaca terpikat tidaklah dapat dilakukan begitu saja. Hal ini memerlukan
pengetahuan tentang bagaimana seharusnya menulis. Menulis memerlukan
ketekunan, latihan, dan pengalaman.
Kelincahan dalam penulisan tergambar dalam struktur kalimat yang digunakan. Ada
kalimat yang dimulai dengan subjek, ada pula yang dimulai dengan predikat atau
keterangan. Ada kalimat yang pendek dan ada kalimat yang panjang. Tulisan yang
mempergunakan pola serta bentuk kalimat yang terus-menerus sama akan membuat
suasana menjadi kaku dan monoton atau datar sehingga membaca menjadi kegiatan
yang membosankan. Oleh sebab itu, untuk menghindarkan suasana monoton dan
rasa bosan, suatu paragraf dalam tulisan memerlukan bentuk pola, dan jenis kalimat
yang bervariasi.
Kevariasian ini tidak kita temukan dalam kalimat demi kalimat, atau pada kalimat-
kalimat yang dianggap sebagai struktur bahasa yang berdiri sendiri. Ciri kevariasian
akan diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dengan kalimat yang lain.
Kemungkinan variasi kalimat tersebut sebagai berikut.
12
Contoh: Gemuruh suara teriakan serempak penonton ketika penyerang
tengah menyambar umpan dan menembus jala kiper pada menit kesembilan
belas.
2) Frasa Benda
Contoh: Mang Usil dari Kompas menganggap hal ini sebagai satu isyarat
sederhana untuk bertransmigrasi.
3) Frasa Kerja
4) Partikel penghubung.
Contoh:
Contoh:
Dalam kutipan tersebut terdapat satu kalimat yang dinyatakan dalam bentuk
tanya. Penulis tentu dapat mengatakannya dalam kalimat berita. Akan tetapi,
untuk mencapai keefektifan, ia memakai kalimat tanya.
Contoh:
13
1) Pohon pisang itu cepat tumbuh. Kita dengan mudah dapat menanamnya dan
memeliharanya. Lagipula tidak perlu memupuknya. Kita hanya menggali
lubang, menanam, dan menunggu buahnya.
2) Pohon pisang itu cepat tumbuh. Dengan mudah pohon pisang itu dapat
ditanam dan dipelihara. Lagi pula tidak perlu dipupuk kita hanya menggali
lubang, menanam, dan menunggu buahnya.
1. Kerancuan
Arti rancu menurut KBBI adalah tidak teratur; campur aduk; kacau. Kalimat rancu
berarti kalimat kacau atau kalimat yang susunannya tidak teratur sehingga informasi
yang ingin disampaikan penulis tidak dapat dipahami oleh pembaca.
Contoh:
Pada kalimat tersebut, terdapat dua kerancuan. Pertama, subjek kalimat yang
tidak jelas. Jikalau subjek kalimatnya adalah buku itu, maka tidak diperbolehkan
didahului oleh kata depan ‘di dalam’. Kedua, penggunaan kata ‘tentang’ yang tidak
tepat karena imbuhan me-kan pada kata ‘membicarakan’ menuntut adanya objek
langsung. Lain halnya dengan kata ‘berbicara’ yang harus diikuti oleh kata
‘tentang’. Jika kalimat tersebut diperbaiki maka akan menjadi kalimat sebagai
berikut:
14
2. Pleonasme
Menurut KBBI, pleonasme berarti pemakaian kata-kata yang lebih daripada yang
diperlukan. Menurut J.S. Badudu (dalam Zamzani, 1985), menyatakan bahwa
penyebab terjadinya gejala pleonasme memiliki beberapa kemungkinan, yaitu: (1)
terjadi dengan tidak sengaja, (2) terjadi karena ketidaktahuan pengguna bahasa, dan (3)
terjadi karena kesenjangan.
Contoh:
Ia jatuh ke bawah.
Pada kalimat tersebut, terjadi pleonasme pada kata ‘ke bawah’. Penggunaan kata
‘ke bawah’ itu tidak diperlukan lagi karena pada kata ‘jatuh’ itu sudah terkandung
makna ke bawah. Jika kalimat tersebut diperbaiki maka akan menjadi kalimat ‘Ia
jatuh’.
3. Ambiguitas
Menurut KBBI, ambiguitas memiliki arti sifat atau hal yang bermakna dua;
ketidaktentuan; ketidakjelasan. Kalimat ambigu ialah kalimat yang sudah memenuhi
ketentuan tata bahasa, tetapi masih menimbulkan makna atau tafsiran ganda.
Contoh:
Pada kalimat tersebut mengandung makna ambigu. Frase ‘yang aneh’ tidak jelas
menerangkan kata ‘rumah’ atau ‘sang jutawan’? Jika kata ‘yang aneh’ menerangkan
kata ‘rumah’, maka kata ‘yang’ dapat dihilangkan dan ditambahkan kata ‘milik’
diantara kata ‘aneh’ dan ‘sang jutawan’. Sedangkan jika kata ‘aneh’ menerangkan kata
‘sang jutawan’ maka kata ‘yang’ dapat dihilangkan. Jika kalimat tersebut diperbaiki
maka akan menjadi kalimat berikut:
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Pendidik
Pendidik hendaknya memahami dengan baik dan benar bahasa Indonesia
yang beraneka ragam bahasanya, sehingga dapat terjalin komunikasi yang baik
dan penggunaan bahasa yang baik antara pendidik dan peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar.
2. Untuk Calon Pendidik
Pendidik masa depan harus memahami materi dalam artikel ini dan
memiliki pengetahuan tentang penggunaan bahasa yang benar oleh siswa dan
pendidik saat mereka memasuki lapangan harus dicari dengan cermat.
3. Bagi Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan harus memperhatikan dan menekankan penggunaan
keragaman bahasa yang tepat untuk menjalin komunikasi yang harmonis.
16
DAFTAR PUSTAKA
KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ambiguitas [Diakses 13 September 2022].
KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/rancu [Diakses 13 September 2022]
KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pleonasme [Diakses 13 September 2022]
Mulyadi, Jendri. 2021. “Fenomena Pleonasme dalam Bahasa Indonesia: Perspektif Gaya
Bahasa dan Kalimat Efektif. Dalam Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran.
Volume IV No. 2. Riau.
17