Kelompok 6
1.1. Tujuan
Adapun tujuan dari pembelajaran materi tentang syarat pembentukan paragraf yang
baik ialah :
Jika diberikan beberapa paragraf, mahasiswa dapat menunjukkan unsur unsur yang
membangun paragraf tersebut.
Jika diberikan beberapa paragraf,mahasiswa dapat menyebutkan pikiran utama (tema
paragraf) dan pikiran penejelasnya.
Jika diberikan beberapa paragraf, mahasiswa dapat menunjukkan letak kalimat
utamanya.
Jika diberikan beberapa kalimat, mahasiswa dapat menyusun menjadi paragraf yang
baik.
Jika diberikan wacana atau penggalan tulisan tanpa paragraf, mahasiswa dapat
membaginya menjadi beberapa paragraf dengan tepat.
Jika diberikan beberapa pikiran utama, mahasiswa dapat mengembangkanya dengan
bermacam macam teknik pengembangan paragraf.
Pengertian paragraf
Struktur dari sebuah paragraf
Syarat dalam pembentukan paragraf
II. Pembahasan
Di dalam sebuah tulisan atau karangan biasanya terdapat bagian yang agak menjorok
ke dalam. Bagian yang secara fisik sudah tampak dengan nyata karena adanya tanda
menjorok itu disebut paragraf. Dengan kata lain, batas-batas paragraf ditandai indensi
(dimulai pada huruf ke sekian dari margin kiri). Hakikat paragraf sebenarnya tidak
sesederhana itu. Paragraf merupakan miniatur dari suatu karangan. Syarat-syarat sebuah
karangan ada pada paragraf. Memahami seluk beluk paragraf berarti juga memahami
miniatur dari sebuah bangun yang disebut karangan. Terampil mem-bangun paragraf berarti
terampil pula membangun miniatur karangan dalam ukuran yang lazim. Hal ini berarti bahwa
paragraf merupakan dasar utama bagi kegiatan karang-mengarang. Jadi dapat disimpulkan,
pada dasarnya paragraf adalah seperangkat kalimat yang saling berhubungan yang secara
bersamaan dipakai untuk menyatakan atau mengembangkan sebuah paragraf. Paragraf
merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan dan didukung oleh himpunan
kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk sebuah gagasan.
Di dalam menyusun paragraf ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Paragraf yang
baik harus memenuhi syarat kesatuan, keterpaduan, ketuntasan, keruntutan, dan konsistensi
penggunaan sudut pandang.
1. Kesatuan Paragraf
Untuk menjamin adanya kesatuan paragraf, setiap paragraf hanya berisi satu pikiran.
Paragraf dapat berupa beberapa kalimat. Tetapi, seluruhnya harus merupakan
kesatuan, tidak satu kalimatpun yang sumbang, yang tidak mendukung kesatuan
paragraf. Jika terdapat kalimat yang sumbang, paragraf akan rusak kesatuannya.
Contoh paragraf tanpa kesatuan pikiran:
Jateng Sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng setelah selesai
pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung Olahraga
Jateng, Semarang. Kota Semarang terdapat di pantai utara Pulau Jawa.
Pernyataan itu dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini dapat
terwujud, yaitu satu medali emas, satu mendali perak dan satu mendali perunggu. Hal
itu ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jauh ke tangan Jateng. Hasil yang
diperoleh itu adalah prestasi paling tinggi yang pernah diraih oleh Jateng dalam arena
seperti itu.
Dalam paragraf diatas, kalimat yang ditulis tebal tidak menunjukkan keutuhan
paragraf karena merupakan kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan
yang dibicarakan. Oleh sebab itu, kalimat tersebut harus dikeluarkan dari paragraf.
3. Ketuntasan
a. Klasifikasi
Ketuntasan ialah kesempurnaan. Hal itu dapat diwujudkan dengan:
(1) Klasifikasi yaitu pengelompokan objek secara lengkap dan menyeluruh.
Ketuntasan klasifikasi tidak memungkinkan adanya bagian yang tidak masuk
kelompok klasifikasi. Klasifikasi ada dua jenis, yaitu sederhana dan kompleks.
Klasifikasi sederhana membagi sesuatu kedalam dua kelompok. Misalnya: pria
dan wanita, besar dan kecil, baik dan buruk. Sedangkan klasifikasi konpleks
membagi sesuatu menjadi lebih dari dua kelompok, misalnya: besar-sedang-kecil,
penguasa besar-menengah-kecil, negara maju-berkembang-terbelakang.
(2) Ketuntasan bahasan yaitu kesempurnaan membahas materi secara menyeluruh dan
utuh. Hal itu harus dilakukan karena pembahasan yang tidak tuntas akan
menghasilakan simpulan yang salah, tidak sahih dan tidak valid. Contoh :
Mahasiswa di kelas terdiri dari 15 orang perempuan dan 13 orang laki-laki.
Prestasi perempuan mencapai IPK 4 sebanyak 3 orang. IPK 3 sebanyak 10 orang
dan IPK 2,7 sebanyak 2 orang. Sedangkan presentasi laki-laki mencapai IPK 4
sebanyak 2 orang, IPK 3 sebanyak 10 orang, mereka yang belum mencapai IPK 4
berupaya meningkatkannya dengan menulis skripsi sesempurna mungkin sehingga
dapat mengangkat IPK lebih tinggi. Sedangkan mereka yang sudah mencapai IPK
4 juga berupaya mendapatkan nilai skripsi A dengan harapan dapat
mempertahankan IPK akhir tetap 4.
Klasifikasi objek pada contoh diatas menunjukkan ketuntasan. (1) seluruh objek
(mahasiswa) diklasifikasi. Tidak seorangpun dalam kelas itu yang tidak masuk
kedalam kelompok. (2) klasifikasi pembahasan gagasan juga tuntas.
Pengelompokkan IPK yang dicapai oleh mahasiswa (IPK 4, 3, dan 2,7) dikelas itu
dibahas seluruhnya, tidak ada gagasan dan fakta yang tertinggal.
b. Definisi Formal
Ketuntasan bahasan dapat dilakukan dengan definisi formal. Dalam definisi
formal terdapat genus, kelas dan pembeda. Genus bersifat umum, kelas
merupakan unsur, bagian-bagian atau detail atas genus, pembeda adalah penanda
masing-masing kelas
5. Keruntutan
Keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan, konsep, pemikiran dan lain-
lain dalam karangan. Gagasan disajikan secara runtut bagaikan air mengalir-tidak
pernah putus. Karangan yang runtut enak dibaca, dapat dipahami dengan mudah dan
menyenangkan pembacanya. Keruntutan dapat dilakukan dengan beberapa cara:
(1) Urutan proses dengan bilangan: pembangunan karakter dilakukan secara bertahap.
Pembangunan itu, pertama menginterventarisasi..., tahap kedua ..., tahap ketiga ...
(2) Urutan proses tanpa bilangan: pembangunan kampus dilakukan secara bertahap.
Mula-mula ..., selanjutnya ..., akhirnya ...
(3) Tahapan: bagian pertama ..., bagian kedua ..., bagian ketiga ...
(4) Skala prioritas: unsur terpenting ..., agak penting ..., kurang penting ...
(5) Pengembangan : pemikiran yang mendasari ..., pengembangan pemikiran itu ...,
konsep yang dihasilkan ...
(6) Strata (tingkatan) komunikasi yang paling efektif ..., sedang ..., kurang efektif ...
(7) Hubungan antarposisi (pernyataan yang dapat diuji kebenarannya): kebijakan utama
yaitu membangun kultur akademik merupakan prioritas kampus. Sejalan dengan hal
itu kinerja penelitian dosen dan mahasiswa perlu ditingkatkan. (ilmiah, objektivitas,
menyenangkan)
Menulis yang runtut menuntut pengendalian pikiran dalam mengerutkan pernyataan demi
pernyataan. Untuk itu, penulis memerlukan: (1) pemahaman konsep-konsep yang akan
dibahas. (2) berkecermatan tinggi dalam menghimpun gagasan, pemikiran, lengkap dan
runtut. (3) ketekunan dalam menjaring dan mengurutkan pikiran mana yang perlu
ditempatkan pada posisi awal, tengah dan bagian akhir. (4) gigih menemukan konsep-
konsep yang berkelanjutan sampai tuntas.
III. Penutup
Arifin dkk. 2010. “Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Edisi Revisi”.
Jakarta: Akademika Pressindo.
Lidwina, Soeisniwati. 2013. “Penulisan Paragraf Dalam Karya Ilmiah Mahasiswa”. Jurnal
STIE Semarang, 5 (1).
Mullik, Marthen L. 2011. “ Module 5 Alinea/Paragraf “.Undana.
Sukirman Nurdjan, dkk. 2016. “Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi”. Sulawesi
Selatan: Akasa Timur.
Suladi. 2014. “Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf”. Jakarta.
Widjojo Hs. 2005. “Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi”. Jakarta: Grasindo.
Nengah Sukartha, dkk. 2015. “Bahasa Indonesia Akademik Untuk Perguruan Tinggi”. Bali:
Udayana University Press.