Anda di halaman 1dari 12

Materi Diskusi Bahasa Indonesia

SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF YANG BAIK

Kelompok 6

Panji Mario Sianturi (1904551053)


Putu Sunari Asih (1904551055)
I Made Agus Astra Wiguna (1904551057)
Desak Putu Nugraheni (1904551058)
Dwi Novianti Nusa Lestari (1904551059)
Kadek Puri Gita Pertiwi (1904551060)
Dwi Hadi Krisdianto (1904551061)
Luh Putu Nisa Ikka Pratiwi (1904551062)
Gladiola Invita Danona Pareira (1904551063)

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
I. Pendahuluan

1.1. Tujuan

Adapun tujuan dari pembelajaran materi tentang syarat pembentukan paragraf yang
baik ialah :

 Jika diberikan beberapa paragraf, mahasiswa dapat menunjukkan unsur unsur yang
membangun paragraf tersebut.
 Jika diberikan beberapa paragraf,mahasiswa dapat menyebutkan pikiran utama (tema
paragraf) dan pikiran penejelasnya.
 Jika diberikan beberapa paragraf, mahasiswa dapat menunjukkan letak kalimat
utamanya.
 Jika diberikan beberapa kalimat, mahasiswa dapat menyusun menjadi paragraf yang
baik.
 Jika diberikan wacana atau penggalan tulisan tanpa paragraf, mahasiswa dapat
membaginya menjadi beberapa paragraf dengan tepat.
 Jika diberikan beberapa pikiran utama, mahasiswa dapat mengembangkanya dengan
bermacam macam teknik pengembangan paragraf.

1.2 Ruang Lingkup

Mempelajari tentang pembentukan paragraf secara terstruktur dan sistematis yang


sesuai dengan kaidah. Adapun cakupan materi yang dapat dibahas dalam makalah ini. Ruang
lingkup dalam pembahasan materi diskusi tentang syarat pembentukan paragraf yang baik ini
meliputi :

 Pengertian paragraf
 Struktur dari sebuah paragraf
 Syarat dalam pembentukan paragraf
II. Pembahasan

2.1 Pengertian Paragraf

Di dalam sebuah tulisan atau karangan biasanya terdapat bagian yang agak menjorok
ke dalam. Bagian yang secara fisik sudah tampak dengan nyata karena adanya tanda
menjorok itu disebut paragraf. Dengan kata lain, batas-batas paragraf ditandai indensi
(dimulai pada huruf ke sekian dari margin kiri). Hakikat paragraf sebenarnya tidak
sesederhana itu. Paragraf merupakan miniatur dari suatu karangan. Syarat-syarat sebuah
karangan ada pada paragraf. Memahami seluk beluk paragraf berarti juga memahami
miniatur dari sebuah bangun yang disebut karangan. Terampil mem-bangun paragraf berarti
terampil pula membangun miniatur karangan dalam ukuran yang lazim. Hal ini berarti bahwa
paragraf merupakan dasar utama bagi kegiatan karang-mengarang. Jadi dapat disimpulkan,
pada dasarnya paragraf adalah seperangkat kalimat yang saling berhubungan yang secara
bersamaan dipakai untuk menyatakan atau mengembangkan sebuah paragraf. Paragraf
merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan dan didukung oleh himpunan
kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk sebuah gagasan.

2.2 Struktur Paragraf

Dalam paragraf, tingkat keeratan hubungan antara kalimat-kalimat pengembang dan


kalimat topik berbeda-beda. Ada kalimat-kalimat pengembang yang langsung menjelaskan
kalimat topiknya. Namun, ada pula kalimat-kalimat pengembang yang tidak secara langsung
menjelaskan kalimat topiknya. Kalimat yang langsung menjelaskan kalimat topiknya disebut
kalimat pengembang langsung atau kalimat pengembang mayor, sedangkan kalimat yang
secara tidak langsung menjelaskan kalimat topik disebut kalimat pengembang taklangsung
atau kalimat pengembang minor. Kalimat pengembang taklangsung menjelaskan kalimat
topik melalui aklimat pengembang langsung. Pengembangan kalimat topik dengan kalimat-
kalimat penjelas tersebut membentuk suatu bangun atau struktur paragraf. Secara hierarki,
hubungan antara kalimat topik dan kalimat-kalimat pengembangnya dapat digambarkan
dalam diagram berikut.
Pada bagian sebelumnya telah dibahas bahwa sebuah paragraf terdiri atas kalimat
topik yang dijelaskan dengan kalimat-kalimat pengembang, baik pengembang langsung dan
pengembang taklangsung. Banyaknya kalimat pengembang langsung dan pengembang tak
langsung sangat bergantung pada luas dan sempitnya cakupan informasi yang terdapat pada
kalimat topiknya. Namun, yang tidak boleh dilanggar adalah kalimat topik yang langsung
dijelaskan oleh kalimat pengembang taklangsung. Dalam membuat paragraf perlu
diperhatikan hierarki di atas. Kalimat topik hendaknya selalu diikuti dengan kalimat
pengembang langsung. Seandainya perlu ada kalimat pengembang taklangsung, tempatnya
harus sesudah kalimat pengembang langsung. Struktur paragraf yang hierarkis tersebut,
antara lain, adalah (1) kalimat topik (KT)–kalimat pengembang langsung (KPL), (2) kalimat
topik (KT)–kalimat pengembang langsung (KPL)– kalimat pengembang taklangsung (KPT),
(3) kalimat pengembang langsung (KPL)–kalimat topik (KT), (4) kalimat pengembang
taklangsung (KPT)–kalimat pengembang langsung (KPL)–kalimat topik (KT). Struktur
paragraf (1) dan (2) diawali dengan kalimat topik dan dijelaskan dengan kalimat
pengembang. Sementara itu, struktur (3) dan (4) diawali dengan kalimat penjelasnya (kalimat
pengembang taklangsung dan kalimat pengembang langsung) kemudian baru disimpulkan
dalam kalimat topik.

Contoh Paragraf Struktur (1)


(1) Ruang lingkup manajemen operasi mencakup tiga aspek utama, yaitu perencanaan sistem
produksi, sistem pengendalian produksi, dan sistem informasi produksi. Perencanaan sistem
produksi meliputi perencanaan produk, perencanaan lokasi pabrik, perencanaan tata letak
(lay out) pabrik, perencanaan lingkungan kerja, dan perencanaan standar produksi. Sistem
pengendalian produksi meliputi pengendalian proses produksi, bahan, tenaga kerja, biaya,
kualitas, dan pemeliharaan. Sementara itu, sistem informasi produksi meliputi struktur
organisasi, produksi atas dasar pesanan, dan produksi massal (mass production).

Contoh Paragraf Struktur (2)


(2) Dalam hal pakaian adat, masyarakat Tengger memiliki tradisi berbusana yang
merefleksikan kebersahajaan hidup dan religiusitas yang mendalam. Pakaian adat dikenakan
ketika ada ritual ataupun hajatan. Para pria mengenakan celana panjang warna hitam, baju
koko lengan panjang—biasanya warna hitam untuk warga biasa dan warna putih untuk dukun
pandita—serta mengenakan ikat kepala (udeng). Para perempuan mengenakan kain batik dan
kebaya polos hitam dengan menyanggul rambut mereka atau menyisir rambut mereka dengan
rapi. (Sumber: Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Lokal Jawa Timur, 2013:411).
Struktur paragraf pada contoh (1) adalah kalimat topik (KT) yang dijelaskan dengan
tiga kalimat pengembang langsung (KPL). Kalimat topiknya adalah ruang lingkup
manajemen operasi mencakup tiga aspek utama, yaitu perencanaan sistem produksi, sistem
pengendalian produksi, dan sistem informasi produksi. Kalimat topik tersebut dijelaskan
dengan tiga kalimat pengembang langsung sesuai dengan jumlah informasi yang dibutuhkan.
Struktur paragraf yang diawali dengan kalimat pengembang dikategorikan sebagai paragraf
induktif. Paragraf seperti itu selalu dimulai dari perincian atau pernyataan khusus kemudian
ditutup dengan konklusi dalam bentuk kalimat topik.

Contoh Paragraf Struktur (3) dan (4)


(3) Dari segi dampaknya, jelas bahwa pemakaian dinamit untuk menangkap ikan
mengakibatkan kerusakan yang sangat fatal. Dinamit dapat menghancurkan batu karang.
Selain itu, ledakan dinamit juga mengakibatkan biota laut mati. Bahkan, ledakan dinamit
yang besar dapat merusak kapal-kapal yang kebetulan lewat. Dari segi keamanan, ledakan
dinamit nelayan sudah terbukti telah makan banyak korban. Hingga pertengahan tahun ini,
tercatat sudah 15 nelayan tewas dan 25 orang lainnya terluka. Ledakan terparah yang pernah
terjadi telah menghancurkan perahu nelayan dan mengakibatkan seluruh awak dan nelayan
mati tenggelam. Itulah sebabnya, pemakaian dinamit untuk menangkap ikan harus dilarang
karena lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. (Sumber: Bahan Penyuluhan Bahasa
Indonesia: Paragraf, 2001) Contoh paragraf (3) tersebut diawali dengan kalimat-kalimat
pengembang, kemudian diakhiri dengan simpulan dalam bentuk kalimat topik. Terdapat dua
kalimat pengembang langsung yang menjelaskan kalimat topiknya. Dua kalimat pengembang
langsung tersebut masingmasing juga dijelaskan dengan kalimat pengembang tak langsung.

2.3 Syarat Pembentukan Paragraf

Di dalam menyusun paragraf ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Paragraf yang
baik harus memenuhi syarat kesatuan, keterpaduan, ketuntasan, keruntutan, dan konsistensi
penggunaan sudut pandang.
1. Kesatuan Paragraf

Untuk menjamin adanya kesatuan paragraf, setiap paragraf hanya berisi satu pikiran.
Paragraf dapat berupa beberapa kalimat. Tetapi, seluruhnya harus merupakan
kesatuan, tidak satu kalimatpun yang sumbang, yang tidak mendukung kesatuan
paragraf. Jika terdapat kalimat yang sumbang, paragraf akan rusak kesatuannya.
Contoh paragraf tanpa kesatuan pikiran:

Jateng Sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng setelah selesai
pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung Olahraga
Jateng, Semarang. Kota Semarang terdapat di pantai utara Pulau Jawa.
Pernyataan itu dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini dapat
terwujud, yaitu satu medali emas, satu mendali perak dan satu mendali perunggu. Hal
itu ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jauh ke tangan Jateng. Hasil yang
diperoleh itu adalah prestasi paling tinggi yang pernah diraih oleh Jateng dalam arena
seperti itu.

Dalam paragraf diatas, kalimat yang ditulis tebal tidak menunjukkan keutuhan
paragraf karena merupakan kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan
yang dibicarakan. Oleh sebab itu, kalimat tersebut harus dikeluarkan dari paragraf.

2. Keterpaduan atau Koherensi

Paragraf dinyatakan terpadu jika dibangun dengan kalimat-kalimat yang saling


mengait. Keterkaitan kalimat dalam paragraf menghasilkan kejelasan gagasan.
Keterkaitan kalimat itu menghasilkan keterpaduan paragraf menjadi satu kesatuan
konsep, pikiran atau pendapat yang utuh dan kompak. Keterkaitan itu dapat dibangun
melalui repitisi (pengulangan) kata kunci atau sinonim, kata ganti dan bentuk pararel.
a. Repitisi
Semua kaliamat dalam paragraf dihubungkan dengan kata kunci atau sinonimnya.
Kata kunci (sinonimnya) yang telah disebutkan dalam kalimat pertama diulang
pada kalimat kedua, ketiga dan seterusnya. Dengan pengulangan itu, paragraf
menjadi padu, utuh dan kompak.
b. Substitusi
Kepaduan dapat dijalin dengan kata ganti, pronomina atau padanan. Sebuah kata
yang telah disebutkan pada kalimat pertama (tedahulu) dapat disebutkan kembali
pada kalimat berikutnya dengan kata gantinya. Kata ganti (padanan) dapat pula
menggantikan kalimat, paragraf dan pula menggantikan bab.
c. Kata Transisi
Kata transisi yaitu kata penghubung, konjungsi, perangkat yang menyatakan
adanya hubungan, baik intrakaliamat maupun antarkalima. Penggunaan kata
transisi yang tepat dapat memadukan paragraf sehingga keseluruhan kalimat
menjadi padu, menyatu dan utuh. Kata transisi digunakan berdasarkan fungsi
makna yang dihubungkan. Kata transisi menyatakan hubungan sebagai berikut:
 Sebab-Akibat: sebab, karena, akibatnya, maka, olrh karena itu, oleh sebab itu,
dampaknya.
 Hasil-Akibat: akibatnya, hasilnya, dampaknya, akhirnya, jadi, sehingga
 Pertentangan: tetapi, namun, berbeda dengan, sebalinya, kebalikan, daripada
itu, kecuali itu, meskipun demikian, walaupun demikian
 Waktu: ketika
 Syarat: jika, jikalau, apabila, kalau
 Cara: cara yang demikian, cara ini
 Penegasan: jadi, dengan demikian, jelaskan bahwa
 Tambahan informasi: tambahan pula, selain itu, oleh karena itu, lebih daripada
itu, lebih lanjut, disamping itu, lebih-lebih, dalam hal demikian, sehubungan
dengan hal itu, dengan hal itu, dengan kata lain , singkatnya, tegasnya
 Gabungan: dan, serta
 Urutan: mula-mula, pertama, kedua, akhirnya, proses ini, sesudah itu,
selanjutnya
Penulisan kata transisi antarkalimat harus diikuti koma.
(1) Ia Mahasiswa paling cerdas di kelasnya. Akan tetapi, setelah dua tahun tamat
kuliah ia belum juga mendapatkan pekerjaan.
(2) Setelah berupaya mendapatkan pekerjaan selama dua tahun itu, ia tetap saja
belum mendapatkannya. Akhirnya, ia berwirausaha.
d. Konjungsi (Kata Perangkai): dan, tetapi, bahkan, tambahan, pula, selain itu.
Saya membaca lima buah buku dan meringkasnya menjadi lima halaman. Buku
itu telah saya pelajari, tetapi tidak menemukan bagian yang relevan dengan
bahasan itu. Saya pelajari kembali beberapa bagian yang penting. Bahkan, saya
diskusikan bersama teman-teman. Tambahan pula, bahasan buku-buku itu kami
perbandingkan. Selain itu, kami juga menambah referensi lain yang terkait dengan
bahasan itu, hasilnya, teori yang mendasari kajian itu belum memadai.
e. Struktur Pararel
Struktur pararel (kesejajaran) yaitu bentuk-bentuk sejajar: bentuk kata yang sama,
struktur kalimat yang sama, repetisi atau pengulangan bentuk kata (kalimat) yang
sama.

Contoh: Sejak 1998, pelaksanaan reformasi hukum belum menunjukkan tanda-


tanda yang serius. Menurut Presiden Megawati (Kompas, Agustus 2004),
pelaksanaan tersebut justru terhambat oleh para penegak hukum di lapangan. Jika
kelambanan berlarut-larut, publik menduga bahwa oknum penegak hukum belum
sungguh-sungguh melaksanakan tanggung jawabnya. Sementara itu, para investor
dan pengusaha berharap agar penegakkan hukum tersebut dipercepat. Jika
berhasil, pencapaian keadilan dan kemakmuran masyarakat segera terwujud. Ini
berarti, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan iklim bisnis juga terangkat.

Kata-kata yang menggunakan imbuhan pe-an, merupakan bentuk sejajar. Kesejajaran


bentuk ini berfungsi untuk mengikat makna sehingga membentuk kepaduan paragraf.
Selain itu, kepaduan paragraf tersebut juga dibarengi dengan kesejajaran struktur
kalimat. Perhatikan, hampir setiap kalimat menggunakan struktur yang sama, dimulai
dengan anak kalimat, kata keterangan atau kata transisi.

3. Ketuntasan
a. Klasifikasi
Ketuntasan ialah kesempurnaan. Hal itu dapat diwujudkan dengan:
(1) Klasifikasi yaitu pengelompokan objek secara lengkap dan menyeluruh.
Ketuntasan klasifikasi tidak memungkinkan adanya bagian yang tidak masuk
kelompok klasifikasi. Klasifikasi ada dua jenis, yaitu sederhana dan kompleks.
Klasifikasi sederhana membagi sesuatu kedalam dua kelompok. Misalnya: pria
dan wanita, besar dan kecil, baik dan buruk. Sedangkan klasifikasi konpleks
membagi sesuatu menjadi lebih dari dua kelompok, misalnya: besar-sedang-kecil,
penguasa besar-menengah-kecil, negara maju-berkembang-terbelakang.
(2) Ketuntasan bahasan yaitu kesempurnaan membahas materi secara menyeluruh dan
utuh. Hal itu harus dilakukan karena pembahasan yang tidak tuntas akan
menghasilakan simpulan yang salah, tidak sahih dan tidak valid. Contoh :
Mahasiswa di kelas terdiri dari 15 orang perempuan dan 13 orang laki-laki.
Prestasi perempuan mencapai IPK 4 sebanyak 3 orang. IPK 3 sebanyak 10 orang
dan IPK 2,7 sebanyak 2 orang. Sedangkan presentasi laki-laki mencapai IPK 4
sebanyak 2 orang, IPK 3 sebanyak 10 orang, mereka yang belum mencapai IPK 4
berupaya meningkatkannya dengan menulis skripsi sesempurna mungkin sehingga
dapat mengangkat IPK lebih tinggi. Sedangkan mereka yang sudah mencapai IPK
4 juga berupaya mendapatkan nilai skripsi A dengan harapan dapat
mempertahankan IPK akhir tetap 4.
Klasifikasi objek pada contoh diatas menunjukkan ketuntasan. (1) seluruh objek
(mahasiswa) diklasifikasi. Tidak seorangpun dalam kelas itu yang tidak masuk
kedalam kelompok. (2) klasifikasi pembahasan gagasan juga tuntas.
Pengelompokkan IPK yang dicapai oleh mahasiswa (IPK 4, 3, dan 2,7) dikelas itu
dibahas seluruhnya, tidak ada gagasan dan fakta yang tertinggal.
b. Definisi Formal
Ketuntasan bahasan dapat dilakukan dengan definisi formal. Dalam definisi
formal terdapat genus, kelas dan pembeda. Genus bersifat umum, kelas
merupakan unsur, bagian-bagian atau detail atas genus, pembeda adalah penanda
masing-masing kelas

4. Konsistensi Sudut Pandang


Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan diri dalam karangannya.
Dalam cerita, pengarang sering menggunakan sudut pandang aku seolah-olah
menceritakan dirinya sendiri. Selain itu, pengarang dapat menggunakan sudut
pandang dia atau ia seolah-olah menceritakan dia. Dalam karangan ilmiah, pengarang
menggunakan penulis. Sekali menggunakan sudut pandang tersebut harus
menggunakannya secara konsisten dan tidak boleh berganti sejak awal sampai akhir.

5. Keruntutan
Keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan, konsep, pemikiran dan lain-
lain dalam karangan. Gagasan disajikan secara runtut bagaikan air mengalir-tidak
pernah putus. Karangan yang runtut enak dibaca, dapat dipahami dengan mudah dan
menyenangkan pembacanya. Keruntutan dapat dilakukan dengan beberapa cara:
(1) Urutan proses dengan bilangan: pembangunan karakter dilakukan secara bertahap.
Pembangunan itu, pertama menginterventarisasi..., tahap kedua ..., tahap ketiga ...
(2) Urutan proses tanpa bilangan: pembangunan kampus dilakukan secara bertahap.
Mula-mula ..., selanjutnya ..., akhirnya ...
(3) Tahapan: bagian pertama ..., bagian kedua ..., bagian ketiga ...
(4) Skala prioritas: unsur terpenting ..., agak penting ..., kurang penting ...
(5) Pengembangan : pemikiran yang mendasari ..., pengembangan pemikiran itu ...,
konsep yang dihasilkan ...
(6) Strata (tingkatan) komunikasi yang paling efektif ..., sedang ..., kurang efektif ...
(7) Hubungan antarposisi (pernyataan yang dapat diuji kebenarannya): kebijakan utama
yaitu membangun kultur akademik merupakan prioritas kampus. Sejalan dengan hal
itu kinerja penelitian dosen dan mahasiswa perlu ditingkatkan. (ilmiah, objektivitas,
menyenangkan)
Menulis yang runtut menuntut pengendalian pikiran dalam mengerutkan pernyataan demi
pernyataan. Untuk itu, penulis memerlukan: (1) pemahaman konsep-konsep yang akan
dibahas. (2) berkecermatan tinggi dalam menghimpun gagasan, pemikiran, lengkap dan
runtut. (3) ketekunan dalam menjaring dan mengurutkan pikiran mana yang perlu
ditempatkan pada posisi awal, tengah dan bagian akhir. (4) gigih menemukan konsep-
konsep yang berkelanjutan sampai tuntas.
III. Penutup

 Pada dasarnya paragraf merupakan seperangkat kalimat yang saling berhubungan


yang secara bersamaan dipakai untuk menyatakan atau mengembangkan sebuah
paragraf. Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan
dan didukung oleh himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk
sebuah gagasan.
 Struktur paragraf yang hierarkis, antara lain, adalah (1) kalimat topik (KT)–kalimat
pengembang langsung (KPL), (2) kalimat topik (KT)–kalimat pengembang langsung
(KPL)– kalimat pengembang taklangsung (KPT), (3) kalimat pengembang langsung
(KPL)–kalimat topik (KT), (4) kalimat pengembang taklangsung (KPT)–kalimat
pengembang langsung (KPL)–kalimat topik (KT). Struktur paragraf (1) dan (2)
diawali dengan kalimat topik dan dijelaskan dengan kalimat pengembang. Sementara
itu, struktur (3) dan (4) diawali dengan kalimat penjelasnya (kalimat pengembang
taklangsung dan kalimat pengembang langsung) kemudian baru disimpulkan dalam
kalimat topik.
 Di dalam menyusun paragraf ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Paragraf yang
baik harus memenuhi syarat kesatuan, kepaduan, keruntutan dan konsistensi
penggunaan sudut pandang.
IV. Daftar Pustaka

Arifin dkk. 2010. “Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Edisi Revisi”.
Jakarta: Akademika Pressindo.
Lidwina, Soeisniwati. 2013. “Penulisan Paragraf Dalam Karya Ilmiah Mahasiswa”. Jurnal
STIE Semarang, 5 (1).
Mullik, Marthen L. 2011. “ Module 5 Alinea/Paragraf “.Undana.
Sukirman Nurdjan, dkk. 2016. “Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi”. Sulawesi
Selatan: Akasa Timur.
Suladi. 2014. “Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf”. Jakarta.
Widjojo Hs. 2005. “Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi”. Jakarta: Grasindo.
Nengah Sukartha, dkk. 2015. “Bahasa Indonesia Akademik Untuk Perguruan Tinggi”. Bali:
Udayana University Press.

Anda mungkin juga menyukai