Anda di halaman 1dari 3

Nama : Kadek Puri Gita Pertiwi

NIM : 1904551060

Kelas : A (Reguler Pagi)

Mata Kuliah : Gender Dalam Hukum

UJIAN AKHIR SEMESTER

ARTIKEL DENGAN TEMA KAUM PEREMPUAN DALAM MASA PANDEMI

Kaum Perempuan, Turut Ambil Peran Hingga Menjadi Korban Di Tengah Masa Pandemi

Oleh : Kadek Puri Gita Pertiwi

Tahun 2020, tahun yang penuh kejutan dengan deretan kisah yang pilu. Belum genap
setengah tahun tetapi begitu banyak masalah berdatangan. Menyambut awal tahun dengan
bencana banjir dan kini ditimpa pula dengan datangnya Pandemi Covid 19 yang membuat jiwa
getir. Awalnya mengira Indonesia hanya akan menjadi penonton negara seberang terkait
kewalahannya menghadapi pandemi. Namun ternyata Indonesia turut menjadi korban atas
kuatnya virus Covid 19 ini. Pandemi Covid 19 sungguh membawa perubahan kepada dunia dan
seluruh isinya. Untuk pertama kalinya kita tidak bisa bernafas lega. Untuk pertama kalinya pula
dengan berjauhan kita dapat saling melindungi dan menjaga. Bahu membahu merupakan cara
terbaik dalam menghadapi beratnya situasi. Belajar, bekerja, hingga berdoa dari rumah
merupakah langkah tepat dalam mengurangi penyebaran virus. Tidak hanya pemerintah yang
pusing mengatur segala kebijakan untuk meminimalisir dampak pandemi ini di berbagai sektor.
Tenaga medis pun memiliki peran besar dalam membantu penyembuhan korban-korban yang
terpapar virus Corona. Peran orang tua yang mengawasi anak-anaknya. Peran masyarakat yang
harus turut peduli dan sadar akan bahayanya virus ini yang dapat merenggut nyawa. Seluruh lini
mengalami krisisnya, seluruh pihak merasakan akibatnya, dan seluruh bentuk makhluk hidup
dapat menjadi korbannya. Namun kita perlu menyadari, bahwa kaum perempuan tidak luput
merasakan dampak dari pandemi ini. Banyak kaum perempuan yang turut ambil peran dalam
menghadapi pandemi ini, tetapi banyak pula kaum perempuan yang menjadi korban kekerasan
dalam rumah tangga, korban beban kerja ganda, yang membuat kaum perempuan sangat
merasakan dampaknya.
Seperti kita tahu, kaum perempuan memang terbilang sosok yang tangguh meskipun
perawakannya sangatlah lembut. Kaum perempuan selalu memiliki jiwa yang kuat dan semangat
yang mencuat. Di tengah masa pandemi Covid 19 ini, kaum perempuan memiliki andil besar
dalam percepatan penanganan Covid 19. Melihat faktanya, bahwa total perawat kesehatan
penanganan Covid 19 di Indonesia terdiri dari 71% perempuan dan 29% laki-laki. Menjadi garda
terdepan penanganan Covid 19 memerlukan keikhlasan hati dan pengorbanan yang besar,
mengorbankan tenaga hingga mengorbankan waktu bersama keluarga. Bahkan beberapa tenaga
medis perempuan menjalani tugasnya saat sedang mengandung. Namun para tenaga medis
perempuan tersebut tidak gentar dan terus membantu penanganan Covid 19 di garda terdepan
dengan harapan yang tulus agar pandemi ini segera mereda. Memang jelas terbukti bahwa kaum
perempuan turut menjadi ujung tombak penanganan pandemi ini dengan segala resiko yang
mungkin dapat terjadi. Tidak hanya berperan sebagai tenaga medis, kaum perempuan juga turut
ambil peran dalam hal kemasyarakatan. Melansir dari beberapa media, bahwa beberapa kepala
daerah telah menggerakkan PKK untuk membantu percepatan penanganan pandemi Covid 19.
Hal-hal yang dilakukan ialah mendata golongan rentan penularan Covid 19, mendata
ketersediaan Alat Pelindung Diri di Puskesmas setempat, serta mengedukasi kepada seluruh
masyarakat tentang bahaya pandemi Covid 19 dan upaya-upaya pencegahannya. Beberapa
provinsi yang telah menggerakkan PKK diantaranya Bali, Gorontalo, Jawa Barat, dan DKI
Jakarta.
Masa kini tidak asing lagi perempuan yang sudah berkeluarga juga menjadi perempuan
karir. Mengurus keluarga, mengurus dirinya sendiri, dan bekerja dapat dilakukan dalam satu
moment oleh kaum perempuan. Di tengah masa pandemi ini, kebijakan Work From Home
menjadi salah satu upaya menghambat laju penyebaran virus Covid 19, di mana hal tersebut juga
disusul dengan kebijakan School From Home bagi anak-anak. Hal ini membuat kaum perempuan
berkontribusi penuh pada keluarga yakni sebagai pekerja yang menyelesaikan pekerjaan kantor
di rumah, menjadi guru dadakan mendampingi anak-anaknya mengerjakan berbagai tugas
School From Home yang biasanya dilakukan pihak sekolah, dan memastikan kebutuhan pangan
keluarga tercukupi. Beban kerja ganda pun dirasakan oleh kaum perempuan di tengah situasi
pandemi ini. Dengan adanya hal tersebut dapat memicu kaum perempuan berada dalam golongan
yang rentan terpapar virus Covid 19 atau virus lainnya. Kontribusi penuhnya dalam keluarga dan
turut ambil peran dalam penanganan kasus Covid 19 ini membuat daya tahan tubuh kaum
perempuan cenderung melemah. Selain itu, akibat pandemi ini juga meningkatkan eskalasi angka
kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan dan anak. Mengutip dari salah satu media,
bahwa Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan merilis, dari
tanggal 16 Maret hingga 19 April 2020 dalam masa pandemi telah menerima 97 pengaduan
melalui telepon dan surat elektronik. Beberapa diantaranya ialah kasus Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) sebanyak 33 kasus, Kekerasan Gender Berbasis Online (KBGO) sebanyak 30
kasus, pelecehan seksual 8 kasus, kekerasan dalam pacaran 7 kasus, kasus pidana umum 6 kasus,
perkosaan 3 kasus, dan lain-lain. Kekerasan yang dialami perempuan bukan hanya kekerasan
fisik, tetapi juga kekerasan psikis, seksual bahkan penelantaran ekonomi. Hal ini terjadi tentu
akibat krisis ekonomi keluarga dan memicu kondisi psikis seseorang terganggu hingga
menyebabkan perempuan dan anak menjadi pelampiasannya.
Pemerintah tidak menutup mata dan telinga terkait kaum perempuan dan anak menjadi
korban kekerasan di tengah masa Pandemi Covid 19. Melalui Webminar yang dilakukan oleh
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) pada tanggal 23 April
2020, telah melakukan koordinasi, fasilitasi, dan advokasi kepada Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid 19 dan lembaga terkait lainnya untuk bergandeng bersama menyelesaikan
masalah tersebut. Komnas Perempuan juga menyerukan pentingnya pendekatan yang
mengintegrasikan HAM dengan perlindungan khusus terhadap perempuan. Komnas Perempuan
mengeluarkan sejumlah upaya untuk menanggulangi masalah ini, salah satunya kepada Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid 19. Komnas Perempuan meminta disiapkannya pendekatan
afirmasi dalam hal pencegahan Covid 19 terhadap kerentanan perempuan, mengembangkan
layanan kesehatan mental, dan memastikan akses informasi ramah perempuan terkait
penanggulangan Covid 19. Selain itu, Komnas Perempuan menilai pemerintah perlu memastikan
akses layanan berkualitas dan berperspektif inklusif dalam pendampingan. Bukan lagi saatnya
kita membedakan kaum perempuan dan kaum laki-laki. Sudah sepatutnya kita mengapresiasi
kontribusi kaum perempuan dalam penanganan Covid 19 di negeri ini. Kartini masa kini,
berjuang di tengah masa pandemi.

Anda mungkin juga menyukai